Anda di halaman 1dari 5

KOMPLIKASI

infeksi saluran kemih yang dibiarkan tidak tertangani dapat menyebabkan infeksi ginjal
(pielonefritis). Kondisi ini akan mengakibatkan kerusakan ginjal permanen. ISK juga berisiko
untuk kambuh dalam kurun waktu 6 bulan, atau hingga empat kali dalam setahun.1

Sejumlah komplikasi lain yang dapat terjadi akibat ISK yang tidak tertangani adalah:

 Sepsis, yaitu kondisi berbahaya akibat infeksi, terutama bila infeksi menyebar hingga ke
ginjal.
 Striktur uretra (penyempitan uretra pada pria).
 Kelahiran prematur dan bayi terlahir dengan berat badan lahir rendah, jika dialami oleh
wanita hamil.2,3

PIELONEFRITIS

Pielonefritis adalah bertumbuh dan berkembang biaknya kuman atau mikroba dalam
saluran kemih dalam jumlah bermakna dan mengenai parenkim ginjal.1 Ketika diagnosis
pielonefritis ditegakkan, penting untuk untuk menentukan lokasi dan beratnya kerusakan
jaringan.2 Diagnosis pielonefritis berdasarkan bakteriuria yang signifikan, bila terdapat
pertumbuhan bakteri murni lebih dari 105 organisme per mililiter (108 per liter) dalam
pengumpulan urin yang sesuai. Bila jumlahnya kurang (102 -104 per mililiter) mungkin
signifikan apabila urin dikumpulkan dalam keadaan steril, contohnya aspirasi suprapubis atau
dengan kateterisasi.3Diagnosis pasti dari pielonefritis adalah isolasi dari pertumbuhan murni
bakteri dengan sampel yang tidak terkontaminasi dari urin dengan menggunakan metode kultur
semikuantitatif.4 Pada neonatus dan bayi, diagnosis pielonefritis sulit karena gambaran klinis
dari sepsis terlihat pada kondisi lain. Meskipun Berbagai pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis seperti leukosit esterase, nitrit urin,
leukositosis, peningkatan nilai absolut neutrofil, peningkatan laju endap darah, C-reaktif protein,
kadar prokalsitonin, TNF-•, Interleukin-6 urin urin, dan Interlueukin1•.5

Epidemiologi

Pielonefritis pada masa neonatus bermanifestasi setelah 72 jam kehidupan. Insidensinya


berkisar antara 0.1% sampai 10% pada semua neonatus. Lebih sering pada anak lelaki dan
neonatus preterm dan dapat meningkat menjadi 10% pada bayi berat badan lahir rendah.6 Infeksi
saluran kemih merupakan infeksi yang sering pada anak termasuk masa neonatus. Prevalensi
pada masa neonatus berkisar antara 0.1% sampai 1%, dimana anak lelaki lebih dominan
dibandingkan wanita (antara 2:1 dan 6:1) kemungkinan oleh karena peningkatan insiden kelainan
struktur. Pada kelompok neonatus preterm, prevalensi berkisar antara 4% sampai 25%. Diagnosis
dini sangat penting untuk menjaga fungsi dari ginjal yang sedang berkembang.7 Berdasarkan
penelitian di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2004, prevalensi pielonefritis pada neonatus
14.9%.13 Pengetahuan tentang resiko pielonefritis pada neonatus atau faktor predisposisi penting
untuk mengidentifikasi suatu keadaan untuk melakukan kultur urin serial untuk mendapatkan
diagnosis awal dan terapi yang adekuat.6

Etiologi

Escherichia coli bertanggung jawab sekitar 80% dari pielonefritis, organisme lainnya seperti
Proteus, Enterococcus, Pseudomonas dan Klebsiella sp, Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis.1,8,9

Faktor predisposisi

Faktor predisposisi yang paling sering dijumpai pada neonatus adalah :

 Neonatus lelaki

 Pemasangan kateter urin

 Sepsis sistemik yang menyebar ke saluran kemih secara hematogen

 Kelainan anatomis (perlengketan labia)

 Refluk vesikoureter

 Obstruksi saluran kemih

 Neurogenic bladder

 Bakteri dengan fimbria.9,10,11

Patofisiologi

Pielonefritis etiologinya multifaktorial dan secara jelas menunjukkan tidak seimbangnya


antara pejamu dan patogen. Kelainan anatomi yang abnormal menyebabkan penyebaran dan efek
pielonefritis. Penyebaran bakteri secara hematogen pada saluran kemih mungkin dapat muncul
meskipun sangat jarang. Kebanyakan pielonefritis berasal dari kandung kencing kemudian
asenden sehingga menyebabkan pielonefritis. Infeksi asenden yang berasal dari kandung kencing
mungkin bakteri sangat virulen dan mempunyai vili yang memungkinkan bakteri untuk menem-
pelkan dirinya pada ureter dan bermigrasi ke atas; pasien mempunyai refluks ke pelvis renalis
yang memungkinkan refluks intra renal dan merusak parenkim ginjal; atau adanya kelainan
seperti neurogenic bladder, katup uretra posterior, refluk vesikoureter dan obstruksi ureteropelvic
junction.11,12 Ketika bakteri masuk kedalam parenkim ginjal dengan tekanan yang sangat tinggi,
daerah fokal infeksi dan inflamasi semakin berkembang dan beberapa tahap kompleks inflamasi
bertingkat terbentuk. Bila proses ini tidak dicegah dengan pengobatan, hal ini dapat
menyebabkan kerusakan ginjal berat atau jaringan parut. Lebih lanjut, bila infeksi berulang terus
menerus tanpa terapi yang adekuat, hasil jangka panjang adanya jaringan parut ginjal yang
signifikan, yang lebih ekstrim lagi menyebabkan refluk nefropati, menyebabkan end stage renal
disease.12 Hal penting lainnya dalam patogenesis pielonefritis adalah faktor pejamu. Kebanyakan
pasien dapat terjadi infeksi saluran kemih oleh karena mukosa kandung kencingnya yang
mempunyai afinitas yang tinggi untuk sel antigen permukaan pada dinding sel bakteri. Keadaan
ini dikenal sebagai kompleks glikoprotein, dimana pada beberapa menjadi sensitif manosa. Pada
kasus ini, reseptor ligan berinteraksi antara patogen dan pejamu berdasarkan rekognisi dari
manosa-6 urinphospate.12

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis pasti infeksi saluran kemih adalah kultur urin.13 Biasanya
hanya diperlukan 0.001 ml urin dalam loop steril dan digoreskan pada plat kultur yang
mengandung media padat yang memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan bakteri.
Plat yang telah digores ditutup dan diinkubasi pada inkubator dengan suhu 35°C dengan
minimum 18 jam pembiakan. Plat dilihat dan dicari adanya dan jumlah koloni bakteri. Kemudian
sampel koloni digoreskan pada plat kembali pada antibiotik yang dipilih untuk menentukan
sensitifitas.4 Pada neonatus infeksi saluran kemih sudah dianggap dengan komplikasi
pielonefritis, dimana infeksi parenkim ginjal yang merupakan lanjutan dari sistitis akut
(penyebaran asenden).3,14,15

Pemeriksaan penunjang

Selain kultur urin terdapat beberapa pemeriksaan lain untuk menentukan telah terjadinya
proses infeksi pada ginjal seperti, leukosituria; leukosit esterase; dan Interleukin-6 urin dan
interleukin-8 (IL-6 urin dan IL-8).5 Jumlah Interleukin-6 dan 8 dari serum dan urin berguna
untuk pemeriksaan cepat telah terjadinya pielonefritis akut. Hal ini sangat menjanjikan terutama
pada kasus pielonefritis dimana kadang manifestasi klinis sering tidak tampak, oleh karena itu
dengan pemeriksaan cepat dan hasil yang akurat maka pengobatan pielonefritis akut dapat lebih
cepat ditegakkan dan diobati sehingga komplikasi seperti parut ginjal, yang dapat menyebabkan
hipertensi dan insufisiensi renal.16
DAFTAR PUSTAKA

1. Rusdidjas, Ramayati R. Infeksi saluran kemih. In: Alatas H, Tambunan T,


Trihono PP, Pardede SO, editors. Buku ajar nefrologi anak. 2nd Ed. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2002. p.142-63
2. Williams G, Craig JC. Diagnosis and management of urinary tract infection. In:
Geary DF, Schaefer F, editors. Comprehensive pediatric nephrology.
Philadelphia: Mosby; 2008. p. 539-48
3. Obi B, Sinha M. Diagnosis and treatment of urinary tract infection in children.
Prescriber. 2007:66-71.
4. Bensman A, Dunand O, Ulinski T. Urinary tract infetions. In: Avner E, Harmon
WE, Niaudet P, Yoshikawa N, editors. Pediatric nephrology. Berlin: Springer;
2009. p. 1299-310.
5. Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP, Hidayati EL. Konsensus
pyelonefritis pada anak. In: Pardede SO, Tambunan T, Alatas H, Trihono PP,
Hidayati EL, editors. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia;
2011. p. 1-7.
6. Falcao MC, Leone CR, D’Andrea RAP, Berardi R, Ono NA, Vaz FAC. Urinary
tract infection in full-term newborn infants: risk factor analysis. Rev. Hosp. Clín.
Fac. Med. 2000;55:9-16.
7. Urinary tract infection in the newborn: clinical and radio imaging studies. Pediatr
nephrol. 2007;22:1735-41.
8. Watson AR. Pediatric urinary tract infection. EAU update. 2004;2:94-100.
9. Twajj M. Urinary tract infection in children: a review of its pathogenesis and risk
factors. The Journal Of The Royal Society For The Promotion Of Health.
2000;120: 220-6
10. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Standon BF, editors. Nelson textbook of
pediatrics. Philadelphia: Saunders; 2007. p. 222-83.
11. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Renal diseases. In: Gomella
TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE, editors. Neonatology: management,
procedures, on call problems, diseases, and drugs. United State of America:
McGraw-Hill Companies; 2004. p. 553-7.
12. Zderic SA. Urinary tract infections and vesicoureteral reflux. In: Taeusch HW,
Ballard RA, Gleason CA, editors. Avery’s diseases of the newborn. Philadelphia:
Elsevier; 2005. p. 1314-9
13. Rosel. Neonatal nephrology and urinary tract infections. [Cited on March 2012].
Available from: http://www. transmed.com
14. NICE [homepage on the internet]. Urinary tract infection in children, diagnosis,
treatment and longterm management. [Cited on March 20th, 2013]. Available
from : : www.guidance.nice.org.uk/cg54
15. Roberts KB. Revised AAP Guideline on UTI in febrile infant and young children.
Am Fam Physician. 2012;86: 940-6.
16. Dennen P, Altman C, Kaufman J, Klein CL, Hernando AA, Ahuja NH, et al.
Urine interleukin-6 is an early biomarker of acute kidney injury in children
undergoing cardiac surgery. Critical care. 2010;14:1-13.

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Sefalosporin
    Makalah Sefalosporin
    Dokumen12 halaman
    Makalah Sefalosporin
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka-1
    Daftar Pustaka-1
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka-1
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Lo Brata
    Lo Brata
    Dokumen4 halaman
    Lo Brata
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Gejala ISK
    Patofisiologi Gejala ISK
    Dokumen3 halaman
    Patofisiologi Gejala ISK
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • SK 1
    SK 1
    Dokumen2 halaman
    SK 1
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Isk
    Penatalaksanaan Isk
    Dokumen4 halaman
    Penatalaksanaan Isk
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Ginkgo Biloba Kelompok 4
    Ginkgo Biloba Kelompok 4
    Dokumen22 halaman
    Ginkgo Biloba Kelompok 4
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kromatografi Kertas
    Kromatografi Kertas
    Dokumen12 halaman
    Kromatografi Kertas
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Ad
    Ad
    Dokumen14 halaman
    Ad
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kel IV
    Kel IV
    Dokumen15 halaman
    Kel IV
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kelompok IV Ginkgo Biloba
    Kelompok IV Ginkgo Biloba
    Dokumen16 halaman
    Kelompok IV Ginkgo Biloba
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • SK 3 Leo
    SK 3 Leo
    Dokumen13 halaman
    SK 3 Leo
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kromatografi Kertas
    Kromatografi Kertas
    Dokumen12 halaman
    Kromatografi Kertas
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kelompok III - Kina
    Kelompok III - Kina
    Dokumen15 halaman
    Kelompok III - Kina
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Skena
    Skena
    Dokumen15 halaman
    Skena
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kelompok III Kina
    Kelompok III Kina
    Dokumen15 halaman
    Kelompok III Kina
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kel 3. Kromatografi Gas
    Kel 3. Kromatografi Gas
    Dokumen13 halaman
    Kel 3. Kromatografi Gas
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Fix BGTT PPT Compile
    Fix BGTT PPT Compile
    Dokumen199 halaman
    Fix BGTT PPT Compile
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • 201483060
    201483060
    Dokumen12 halaman
    201483060
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kromatografi: Kelompok 1
    Kromatografi: Kelompok 1
    Dokumen21 halaman
    Kromatografi: Kelompok 1
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • SK 3 Leo
    SK 3 Leo
    Dokumen13 halaman
    SK 3 Leo
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Skenario 2 Neuro Jerom
    Skenario 2 Neuro Jerom
    Dokumen17 halaman
    Skenario 2 Neuro Jerom
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • SK 4 Leo Neuro
    SK 4 Leo Neuro
    Dokumen7 halaman
    SK 4 Leo Neuro
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2 (Efedrin) - 1
    Kelompok 2 (Efedrin) - 1
    Dokumen14 halaman
    Kelompok 2 (Efedrin) - 1
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Skenario 1
    Skenario 1
    Dokumen51 halaman
    Skenario 1
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka Done
    Daftar Pustaka Done
    Dokumen6 halaman
    Daftar Pustaka Done
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • BAB II Pembahasan Done
    BAB II Pembahasan Done
    Dokumen47 halaman
    BAB II Pembahasan Done
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6 Lakor
    Kelompok 6 Lakor
    Dokumen18 halaman
    Kelompok 6 Lakor
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat
  • SK.1 Kifran
    SK.1 Kifran
    Dokumen15 halaman
    SK.1 Kifran
    DPMF FK UNPATTI
    Belum ada peringkat