2. Muhammad Yusuf Makkaraeng A. M. (2014-83-024) 3. Ricky N. D. C. Ratu (2014-83-025) 4. Fauzia Olan (2014-83-027) Sejarah • Pada tahun 1945, Giuseppe Brotzu berhasil mengisolasi strain Cephalosporium acremonium Percobaan yang dilakukannya membuktikan bahwa fungi ini menghasilkan senyawa yang efektif dalam melawan Salmonella tylhi (sejenis bakteri gram negatif) • Pada 1951 Guy Newton dan Edward Abraham berhasil menemukan senyawa antibiotik yang dihasilkan oleh kultur Acremonium yang kemudian diberi nama sefalosporin C • Kemudian 1955, antibiotik sefalosporin C menunjukkan spektrum aktivitasnya yang lebar, termasuk banyak strain Staphylococcus aureus yang sensitif dan resistan terhadap penisilin. Pembuatan antibiotik sefalosporin • C. acremonium ditumbuhkan pada agar-agar miring, koloninya disuspensikan dengan aquades dan diletakan di bawah lampu UV. Kemudian mutan yg masih hidup diseleksi lagi untuk dapatkan mutan unggul untuk menghasilkan sefalosporin C. • C. acremonium ditumbuhkan pada agar-agar miring selama 7 hari • koloninya disuspensikan dengan akuades steril • dituangkan ke dalam cawan petri steril yang selanjutnya diletakkan di bawah lampu ultraviolet (UV) yang telah dikondisikan dengan jarak 15 cm • Pengambilan contoh sebanyak 1 ml dilakukan tepat pada saat cawan petri mulai diletakkan di bawah lampu UV (0 menit) sampai 50 menit dengan interval pengambilannya setiap 5 menit. • Contoh dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml akuades steril, dikocok, dan didiamkan selama 30 menit dalam gelap. • Dari setiap contoh tersebut dibuat kurva matinya untuk mengetahui jarak dan waktu radiasi yang tepat. Selain itu juga dicoba kombinasi mutasi menggunakan sinar UV dan metode kimia menggunakan etil metana sulfonat (EMS). Struktur Kimia • Senyawa sefalosporin memiliki gugus inti 7-aminocephalosporanic acid (7- ACA), yang mengandung gugus β-laktam (sebuah cincin dengan 2 atom C, 1 gugus karbonil, dan 1 atom N) dan cincin dihidrothiazin. Nama ilmiah sefalosporin adalah asam 3-asetoksimetil-7-asilamino-3-cephem-4- karboksilat. Struktur kimia dan sifat sefalosporin • Generasi 1, bersifat lebih efektif dalam menghadapi infeksi staphylococcal dan streptococcal (bakteri gram positif), stabil terhadap asam, sedikit aktif dalam melawan bakteri gram negatif. • Generasi 2, memiliki spektrum bakteri gram negatif yang lebih luas, akan tetapi lebih lemah dalam melawan bakteri gram positif dibanding generasi pertama Struktur kimia dan sifat sefalosporin • Generasi 3, memiliki aktivitas terhadap bakteri gram negatif yang jauh lebih besar, yang disertai dengan berkurangnya aktivitas terhadap bakteri gram negatif. • Generasi 4, memiliki spektrum yang lebih seimbang, sehingga aktif dalam melawan bakteri gram positif dan gram negatif Kegunaan sefalospotin Farmakodinamik • Seftriakson merupakan antibiotik spektrum luas yang bersifat bakterisidal (membunuh bakteri). Efek bakterisidal seftriakson dihasilkan akibat penghambatan sintesis dinding bakteri. Seftriakson mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktamase, baik terhadap penisilin maupun sefalosporinase yang dihasilkan oleh bakteri gram-negatif dan gram-positif. Farmakokinetik • Seftriakson mengikuti farmakokinetika non linier (bergantung dosis), terikat protein plasma 85 hingga 95%. Absorbsi seftriakson di saluran cerna buruk, karena itu diberikan secara parentral. Seftriakson secara luas didistribusikan dalam jaringan tubuh dan cairan. Umumnya mencapai konsentrasi terapeutik dalam cairan serebro spinal. Melintasi plasenta dan konsentrasi rendah telah terdeteksi dalam ASI konsentrasi tinggi dicapai dalam empedu. Sekitar 33 hingga 67 % seftriakson diekskresikan dalam urin, terutama oleh filtrasi Dosis penggunaan • Dosis untuk bayi dan anak usia 1 bulan–12 tahun dengan berat badan<50 kg, 100−200 mg/kgBB/hari dibagi setiap 6−8 jam. Untuk berat badan≥50 kg, infeksi sedang sampai berat diberikan 1−2 g setiap 6−8 jam, untuk infeksi yang mengancam jiwa diberikan 2 g/dosis setiap 4 jam dosis maksimum 12 g/hari. Untuk anak usia>12 tahun diberikan 1−2 g setiap 6−8 jam hingga 12 g/hari Efek samping • Reaksi alergi yang sering terjadi • Depresi sumsum tulang terutama granulositopenia dapat timbul meskipun jarang • Sefalosporin bersifat nefrotoksik • Obat oral dapat menimbulkan terutama gangguan lambung-usus (diare, nausea, dan sebagainya) TERIMA KASIH