Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lebih dari satu setengah abad yang lalu, telah banyak diperoleh sumbangan
mengenai ilmu pengukuran besaran listrik. Selama periode tersebut, segala upaya ditujukan
kepada penyempurnaan instrument (alat ukur) jenis-jenis defleksi dengan sebuah skala atau
penunjuk yang dapat bergerak. Sudut defleksi dari penunjuk merupakan suatu fungsi,
dengan demikian dapat disamakan dengan harga dari besaran listrik yang diukur.
Istilah alat ukur analog dibuat untuk ciri-ciri ukur jenis defleksi dan membedakan
dari sejumlah instrument yang berbeda. Sementara apabila harga besaran yang diukur
ditampilkan dalam desimal (digital), instrumen tersebut disebut dengan alat ukur digital.
Ilmu dan teknologi sangat berkaitan erat dengan pengukuran sebagai hal yang tidak
dapat dipisahkan. Instrumen pengukuran modern adalah salah satu buah hasil dari ilmu
pengetahuan. Instrumentasi adalah cabang dari keteknikan yang tidak hanya memberikan
ilmu pengetahuan tetapi semua cabang keteknikan dan obat-obatan secara baik.
Pengukuran akurat sangat diperlukan untuk perancangan yang ekonomis.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini mengenai prinsip kerja meter AC,
penggerak meter d’arsonval dengan penyearah setengah gelombang, dan meter d’arsonval
dengan penyearah gelombang penuh.

1.3 Tujuan Penulisan

Penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca dapat memahami maksud dan
tujuannya.Yaitu sebagai bahan acuan dasar dalam bidang ilmu elektronik.

1.4 Metode Pembahasan

Dalam hal ini penulis menggunakan:

1. Metode deskritif, sebagaimana ditunjukan oleh namanya, pembahasan ini bertujuan


untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau kelompok orang
tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau
lebih (Atherton dan Klemmack: 1982).
2. Penelitian kepustakaan, yaitu Penelitian yang dilakukan melalui kepustakaan,
mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya
yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Akhir abad 19, Nicola Tesla dan George Westinghouse memenangkan proposal
pendistribusian daya dengan menggunakan arus bolak-balik (ac) di Amerika Serikat
mengalahkan Thomas Edison yang mengusulkan arus searah (dc) untuk pendistribusian.
Arus ac memiliki keunggulan efisiensi energy pada saat dihantarkan sementara pada arus
DC Daya berubah menjadi kalor (panas) yang sangat besar.
Arus bolak-balik (AC/alternating current) adalah arus listrik dimana besarnya dan
arahnya arus berubah-ubah secara bolak-balik. Berbeda dengan arus searah dimana arah
arus yang mengalir tidak berubah-ubah dengan waktu. Bentuk gelombang dari listrik arus
bolak-balik biasanya berbentuk gelombang sinusoida[1], karena ini yang memungkinkan
pengaliran energi yang paling efisien. Namun dalam aplikasi-aplikasi spesifik yang lain,
bentuk gelombang lain pun dapat digunakan, misalnya bentuk gelombang segitiga
(triangular wave)[2] atau bentuk gelombang segi empat (square wave)[3].
Secara umum, listrik bolak-balik berarti penyaluran listrik dari sumbernya
(misalnya PLN) ke kantor-kantor atau rumah-rumah penduduk. Namun ada pula contoh
lain seperti sinyal-sinyal radio atau audio yang disalurkan melalui kabel, yang juga
merupakan listrik arus bolak-balik. Di dalam aplikasi-aplikasi ini, tujuan utama yang
paling penting adalah pengambilan informasi yang termodulasi atau terkode di dalam
sinyal arus bolak-balik tersebut.
Sumber arus bolak-balik adalah generator arus bolak-balik. Prinsip dasar
generator arus bolak-balik adalah sebuah kumparan berputar dengan kecepatan sudut ω
yang berada didalam medan megnetik. Generator ini menghasilkan gaya listrik induksi
yang berbentuk sinusoida, dapat dinyatakan secara matematik.

3
(a) Tegangan bolak-balik dan (b) arus bolak-balik.

t
V =Vm sin ωt = Vm sin 2πft = Vmsin 2μ T

t
I =Im sin ωt = Im sin 2πft = Imsin 2μ T

Dengan :

V,I = tegangan sesat (V), arus sesaat (A)

Vm,Im = tegangan maksimum (V), arus maksimum (A),

f = Frekwensi (Hz),

T = periode (s),

T = waktu (s),

ωt = sudut fase (radian atau derajat).

Isyarat AC
Isyarat AC merupakan bentuk gelombang yang sangat penting dalam bidang
elektronika. Isyarat AC biasa ditulis sebagai :
A sin (w t +q )

4
dimana A merupakan amplitudo (harga puncak), q adalah fase awal dan w adalah
frekuensi.
Perlu dipertegas di sini bahwa w biasa disebut frekuensi anguler dengan
satuan radian per detik (rad s-1), sedangkan f biasa digunakan untuk menunjukkan
frekuensi dari sumber tegangan dengan satuan hertz (Hz).
Dalam satu periode, fase dari gelombang sinus berubah dengan 1 putaran
(cycle), atau 2p radian, karenanya kedua frekuensi mempunyai hubungan w = 2pf dimana
biasanya berharga f = 50 atau 60 Hz.
Alasan utama penggunaan tegangan AC adalah karena kemudahannya
untuk ditransmisikan pada tegangan tinggi dan dengan arus yang rendah, kemudian
dengan mudah tegangannya dapat diturunkan dengan menggunakan transformator.
Beberapa tipe isyarat yang penting untuk interval frekuensi antara lain:
50 HZ : sumber daya ac
20 - 20000 Hz : isyarat audio
0,5 - 1.5 MHz : radio AM
I - 1000 MHz : komunikasi radio (termasuk TV dan radio FM).
Jika sumber tegangan sinus dihubungkan dengan sebuah rangkaian seri
yang terdiri dari resistor (R), kapasitor (C) dan induktor (L); maka semu tegangan dan arus
akan berbentuk sinus dengan frekuensi yang sama. Untuk proses penjumlahan dan
pengurangan tegangan dan arus dapat digunakan hukum Kirchhoff.

Reaktansi Induktif

Berbeda dengan rangkaian AC resitif dimana arus dan tegangan se-phasa, pada
rangkaian AC induktif phasa tegangan mendahului 90° terhadap arus. Jika digambarkan
diagram phasor-nya maka arus mengarah ke sumbu ‘X’ positif (kanan) dan tegangan
mengarah ke sumbu ‘Y’ positif (atas) seperti yang diilustrasikan oleh gambar.

5
Hambatan aliran elektron ketika melewati induktor pada rangkaian AC
disebut sebagai ‘Reaktansi Induktif’, reaktansi dihitung dalam satuan Ohm (Ω) sama hal-
nya seperti resistansi. Simbol reaktansi induktif adalah 'XL', pada rangkaian AC sederhana,
reaktansi induktif dapat dihitung menggunakan persamaan berikut.
XL = 2 ∙ π ∙ f ∙ L
Dimana :
XL = Reaktansi induktif (Ohm / Ω)
π= Pi ≈ 3,14
f= Frekuensi (Hertz / Hz)
L= Induktansi (Henry / H)
Reaktansi induktif berbanding lurus terhadap frekuensi, jika frekuensi meningkat
maka reaktansi induktif juga akan meningkat atau membesar dan begitu juga sebaliknya.

6
Karakteristik disipasi daya induktor pada rangkaian AC diperlihatkan oleh kurva
hijau di atas. Tidak seperti pada resistor dimana resistor selalu ter-disipasi daya dan
kelebihan energi-nya dilepaskan dalam bentuk energi panas, induktor pada rangkaian AC
tidak ter-disipasi daya dengan kata lain disipasi daya induktor pada rangkaian AC sama
dengan ‘0’ (Nol). Mengapa demikian karena pada saat disipasi daya induktor bernilai
positif, daya ini diserap oleh induktor tetapi ketika daya disipasi induktor bernilai negatif,
daya disalurkan ke rangkaian. Karena disipasi daya yang diserap dan disalurkan sama
besar maka disipasi daya pada induktor sama dengan ‘0’ (Nol). Ini berlaku hanya pada
induktor ideal (R induktor = 0Ω).

Reaktansi kapasitif

Ketika arus dan tegangan melewati kapasitor pada rangkaian AC, phasa arus
mendahului 90° phasa tegangan. Jika digambarkan diagram phasor-nya maka arus (I) ke
arah sumbu 'X' positif (kanan) dan tegangan ke arah sumbu 'Y' negatif (bawah).

7
Hambatan aliran elektron ketika melewati kapasitor pada rangkaian AC
disebut sebagai ‘Reaktansi Kapasitif’, reaktansi kapasitif dihitung dalam satuan Ohm
(Ω) sama hal-nya seperti resistansi dan reaktansi induktif. Simbol reaktansi induktif
adalah 'XC', pada rangkaian AC sederhana, reaktansi kapasitif dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut.

Dimana :
XC = Reaktansi kapasitif (Ohm / Ω)
π = Pi ≈ 3,14
f = Frekuensi (Hertz / Hz)
C = Kapasitansi (Farad / F)

Reaktansi kapasitif berbanding terbalik terhadap frekuensi, jika frekuensi


meningkat maka reaktansi kapasitif akan menurun dan begitu juga sebaliknya.

8
Karakteristik disipasi daya kapasitor pada rangkaian AC sama seperti pada
karakteristik daya induktor yaitu sama dengan ‘0’ (Nol), karena daya yang diserap dan
disalurkan oleh kapasitor sama besar dan ini hanya berlaku untuk kapasitor ideal.

Impedansi

Impedansi merupakan total dari resistansi dan reaktansi komponen pada suatu
rangkaian AC. Impedansi disimbolkan oleh huruf kapital ‘Z’ dan dihitung dalam
satuan Ohm (Ω). Dalam matematika impedansi rangkaian R, L, C yang dirangkai seri
dituliskan dalam bentuk persamaan:

Dimana :
Z = Impedansi (Ohm / Ω)
R = Resistansi (Ohm / Ω)
XL = Reaktansi induktif (Ohm / Ω)
XC = Reaktansi kapasitif (Ohm / Ω)

Jika pada suatu rangkaian AC hanya terdiri dari R dan L yang dirangkai seri
digunakan persamaan:

Sedangkan jika pada suatu rangkaian AC hanya terdiri dari R dan C yang
dirangkai seri digunakan persamaan:

9
Lalu, bagaimana menghitung impedansi pada rangkaian AC dimana terdapat
R-L-C yang dirangkai secara paralel? Impedansi pada rangkaian R-L-C paralel sama
dengan tegangan total dibagi dengan arus total.

Dimana:
ZT = Impedansi total (Ohm / Ω)
VT = Tegangan total (Volt / V)
IT = Arus total (Ampere / A)

Untuk mencari arus total (IT) pada R-C-L paralel digunakan persamaan
berikut ini.

Dimana:
IT = Arus total (Ampere / A)
IR = Arus yang melewati resistor (Ampere / A)
IC = Arus yang melewati kapasitor (Ampere / A)
IL = Arus yang melewati induktor (Ampere / A)

Rangkaian penyearah gelombang merupakan rangkaian yang berfungsi untuk


merubah arus bolak-balik (Alternating Current / AC) menjadi arus searah (Direct
Current / DC). Komponen elektronika yang berfungsi sebagai penyearah adalah
dioda, karena dioda memiliki sifat hany\a memperbolehkan arus listrik melewati-nya
dalam satu arah saja.

Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Rangkaian penyearah setengah


gelombang merupakan rangkaian penyearah sederhana yang hanya dibangun
menggunakan satu dioda saja, seperti diilustrasikan pada gambar berikut ini.

10
Prinsip kerja dari rangkaian penyearah setengah gelombang ini adalah pada
saat setengah gelombang pertama (puncak) melewati dioda yang bernilai positif
menyebabkan dioda dalam keadaan ‘forward bias’ sehingga arus dari setengah
gelombang pertama ini bisa melewati dioda.

Arus AC (bolak-balik) adalah arus listrik yang nilainya berubah-berubah terhadap


satuan waktu. Sedangkan arus DC (searah) adalah arus listrik yang nilainya tetap
terhadap satuan waktu. Perbedaan listrik arus AC dan DC dapat dilihat melalui bentuk
gelombang dan metode penggunaannya. Listrik arus AC lebih berbahaya dari pada
arus DC. Namun, pendapat ini tidak berlaku jika nilai tegangan aliran listrik yang
terjadi kecil.

2.1. Prinsip Kerja Meter AC

Beberapa jenis dari penggerak meter yang dapat digunakan pada instrumen AC dapat
dilihat pada tabel berikut;

PENGGERAK
DC AC PENGGUNAANYA
METER

Elektrodinamis Ya Ya “Standar” meter, transfer


instrument, wattmeter,
frekuensi meter

Besi Putar Ya Ya “Indikator” seperti pada


automobile

11
Elektrostatis Ya Ya Pengukuran tegangan tinggi
dimana sedikit sekali arus bisa
disuplai oleh rangkaian yang
diukur

Thermocouple/ Kawat Ya Ya Pengukuran sinyal AC


Panas frekuensi radio.

D’Arsonval (PMMC) Ya Ya-dengan Secara luas digunakan sebagai


rectifier meter penggerak untuk
pengukuran arus DC atau
tegangan dan tahanan.

Tabel 1. Jenis Penggerak Meter AC

2.2. Penggerak Meter D’Arsonval Dengan Menggunakan Penyearah Setengah


Gelombang

Salah satu dari penggunaan meter penggerak D’Arsonval yaitu untuk mengukur
arus dan tegangan bolak-balik.

Untuk mengukur arus bolak-balik dengan penggerak meter D’Arsonval, pertama-


tama arus bolak-balik harus disearahkan dengan menggunakan sebuah diode penyearah
untuk menghasilkan suatu aliran arus searah.

Termasuk di dalam jenis penyearah di antaranya; penyearah oksida tembaga (CuO),


diode tabung hampa, suatu semikonduktor ataupun diode Kristal.

Setelah ditambahkan dioda, maka rangkaian voltmeter DC menjadi seperti yang


ditunjukkan pada Gambar

12
Gambar
Perubahan voltmeter DC mengukur tegangan AC
Selama setengah siklus negatif tidak konduk

Dengan nilai sensitivitas dari voltmeter DC adalah:

1 1
S   1k
I fs 1mA V
2  1

Untuk menghasilkan kelipatan 10 kali dari harga ini adalah dengan menggunakan
pengali 10 V, dimana input DC akan menyebabkan penyimpangan skala penuh dengan
tepat saat dihubungkan dengan polaritas seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.

Bias maju/forward dari dioda tidak akan mempengaruhi operasi rangkaian jika
dioda yang digunakan dianggap sebagai diode ideal.

Bila inputnya senilai 10 Vrms maka akan memberikan output DC dengan nilai
sebagai berikut:

E p  10Vrms 1,414  14,14V peak 2  2

Penggerak meter DC akan tanggap pada harga rata-rata dari gelombang sinus AC
dimana harga rata-rata sama dengan 0,636 kali harga puncak.

13
Sehingga, nilai harga rata-rata untuk input tersebut adalah:

Eave  E p  0,636  14,14  0,636  8,99V

Jadi, harga rata-rata yang mampu melampaui seluruh siklus adalah setengah harga
rata-rata dari 8,99 V atau sekitar 4,5 V.

Dengan demikian dapat dilihat bahwa dengan memberikan tegangan input sebesar
10 Vrms akan menghasilkan tegangan output DC sebesar 4,5 V.

Voltmeter AC tidak sensitif seperti halnya voltmeter DC, voltmeter AC yang


menggunakan dioda penyearah setengah gelombang kira-kira sensitivitasnya hanya 45%
dari voltmeter DC.

Dengan persamaan untuk menghitung harga resistor pengali adalah sebagai berikut:

Edc 0,45Vrms
Rs   Rm   Rm
I dc I dc 2  3

Sehingga dapat diambil kesimpulan dari persamaan (2-3), bahwa untuk penyearah
setengah panjang gelombang, nilainya

S ac  0,45S dc 2  4a

 Contoh 3-1

Menghitung nilai multiplier resistor untuk range 10-Vrms AC pada voltmeter yang
ditunjukkan pada Gambar menggunakan:

a) Persamaan 2-1
b) Persamaan 2-2
c) Persamaan 2-3

14
Gambar
Voltmeter AC dengan penyearah setengah gelombang

Solusi:

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah di atas:

a) Dengan menggunakan persamaan (2-1)


Pertama, menentukan nilai dari sensitivitas gerakan meter.

1 1
Sdc    1 k
I fs 1mA V
Kemudian mengalikan sensitivitas DC dengan range DC untuk mendapat nilai
resistansi total dimana nilai resistansi total tersebut kemudian dikurangi dengan
hambatan dari gerakan meter

Rs  S dc  Rangedc  Rm
1k 0,45Erms
Rs    Rm
V 1
1k 4,5V
Rs    300  4,2k
V 1
b) Dengan menggunakan persamaan (2-2)
Yaitu dengan mencari sensitivitas ac untuk penyearah setengah gelombang:

1 45
Sac  0,45Sdc  0,45  
I fs V
15
Sehingga dapat dinyatakan bahwa:

Rs  S ac  Rangeac  Rm
450 10V
Rs    300
V 1
c) Dengan menggunakan persamaan (2-3)
Digunakan jika tidak perku mengetahui nilai sensitivitas,

0,45 Erms
Rs   Rm
I fs
0,45 10Vrms
Rs   300
1mA
4,5V
Rs   300  4,2k
1mA
Voltmeter AC yang menggunakan penyearah setengah gelombang memungkinkan
untuk terjadinya penambahan dioda dan shunt seperti ditunjukkan pada Gambar 3.

Diode ganda ini dibuat dalam kemasan tunggal yang secara umum disebut dengan
suatu penyearah instrumen.

Gambar
Rangkaian penyearah setengah gelombang
(Jenis lain)

16
Penambahan diode D2 dibias mundur pada setengah gelombang positif sehinggan
tidak mempunyai pengaruh terhadap kerja rangkaian pada setengah gelombang negatif,
sementara D2 dibias maju sehingga memberikan lintasan yang bergantian untuk kebocoran
arus yang terjadi saat dibias mundur, diman jika pada keadaan normal akan mengalir
melewati penggerak meter dan diode D1.

Adapun tujuan dari adanya resistor shunt Rsh adalah untuk menaikkan arus yang
melewati D1 selama setengah siklus positif sehingga dioda akan beroperasi pada ukuran
yang lebih linier dari kurva karakteristik.

Resistor shunt memperbaiki kelinieran meter pada batas ukur tegangan rendah AC
sehinggan dapat menghasilkan sensitivitas AC yang lebih baik.

 Contoh 3-2

Menggunakan kurva E – I, diode dalam rangkaian pada gambar 4, ditentukan untuk


memiliki resistansi statis 1k dengan skala penuh saat difleksi 100 A saat melewatinya.
Menghitung nilai resistor multiplier dengan menggunakan nilai Rd di deteksi skala penuh.
Hitunglah resistansi diode dengan arus 20 A dan nilai tegangan input yang menyebabkan
arus yang mengali 20 A.

17
Gambar
Rangkaian dan kurva E – I

Solusi:

Nilai dari multiplier resistor dapat ditemukan dengan menggunakan persamaan

 Rm  Rd 
0,45 Erms
Rs 
I dc
Rs  4,5k  1,2k  3,3k

Nilai resistansi statis dioda pada 20 A adalah

Ed 0,04V
Rd    2k
Id 20 A
Sehingga didapat total resistansi dari rangkaian tersebut adalah

RT  Rs  Rd  Rm
RT  3,3k  2k  0,2k  5,5k

Maka besar tegangan input yang akan menyebabkan arus 20 A adalah

18
Ein  I in  RT  20A  5,5k  0,11V
Jika nilai dari resistansi dioda tidak berubah, maka tegangan input yang akan menyebabkan
arus yang mengalir 20 A akan sama dengan 0,09 V; Oleh karena itu persen error yang
ada sekitar 22%.

2.3. Penggerak Meter D’Arsonval Dengan Menggunakan Penyearah Gelombang


Penuh

Pada penggunannya, voltmeter AC lebih sering menggunakan penyearah


gelombang penuh. Hal ini, dikarenakan voltmeter AC mempunyai sensitivitas yang lebih
tinggi jika menggunakan penyearah gelombang penuh.

Adapun jenis penyearah gelombang penuh yang paling banyak digunakan pada
voltmeter AC adalah penyearah gelombang penuh jenis jembatan, seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 5.

Gambar
Penyearah jembatan penuh digunakan pada rangkaian voltmeter AC

Selama terjadinya setengah siklus positif, arus dapat mengalir melalui dioda D2,
melalui penggerak meter dari positif menuju negatif, dan kemudian melewati dioda D3.

19
Polaritas dalam rangkaian pada transformer sekunder adalah untuk setengah siklus
positif.

Selama arus mengalir melalui penggerak meter penunjuk menjadi lebih besar dari
pada menggunakan penyearah setengah gelombang saat arus dialirkan hanya pada setiap
setengah siklus lainnya, atau jika penyimpangan tetap sama maka instrumen yang
menggunakan penyearah gelombang penuh akan memiliki sensitivitas yang lebih besar.

Gambar
Voltmeter AC menggunakan penyearah gelombang penuh

Bedasarkan rangkaian yang ditunjukkan pada Gambar 3.6. Harga puncak dari
sinyal 10 Vrms dapat dihitung dengan penyearah setengah gelombang sebagai berikut:

E p  1,414 10Vrms  14,14V peak

Dengan nilai tegangan rata-rata atau DC, harga dari pulsa gelombang sinus adalah:

Eave  0,636 E p  9V
Dari hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa tegangan 10 Vrms adalah sama
dengan 9 Vdc. Saat menggunakan penyearah gelombang penuh, penunjuk akan
menyimpang 90% dari skala penuh.

20
Berarti bahwa sebuah voltmeter AC yang menggunakan penyearah gelombang
penuh mempunyai sensitivitas yang sama dengan 90% dari sensitivitas DC.

Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

S ac  0,9S dc 3 4b

Dengan catatan bahwa voltmeter yang menggunakan penyearah setengah


gelombang atau gelombang penuh hanya cocok untuk pengukuran gelombang AC
sinusoidal.

 Contoh 3

Menghitung nilai resistor multiplier untuk range 10 Vrms AC pada voltmeter pada
Gambar 7.

Gambar 7.
Sirkuit AC Voltmeter menggunakan penyearah gelombang penuh
Solusi:

Sensitivitas DC adalah;

1 1
Sdc    1 k
I fs 1mA V

Sensitivitas AC adalah 90% dari sensitivitas DC;

21
S ac  0,9S dc  0,9 1 k  900 
V V
Multiplier resistor dapat ditemukan sama dengan;

Rs  S ac  Range  Rm
900
Rs  10Vrms  500  8,5k
V

22
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
1. Beberapa jenis dari prinsip kerja penggerak meter yang dapat digunakan pada alat
ukur AC yaitu alat ukur dengan prinsip kerja; elektrodinamis, besi putar,
elektrostatis, thermocouple/ kawat panas, dan d’arsonval (PMMC).
2. Untuk mengukur arus bolak-balik dengan penggerak meter D’Arsonval, pertama-
tama arus bolak-balik harus disearahkan dengan menggunakan sebuah diode
penyearah untuk menghasilkan suatu aliran arus searah.
3. Pada meter d’arsonval dengan dioda penyearah setengah gelombang tegangan input
sebesar 10 Vrms akan menghasilkan tegangan output DC sebesar 4,5 V, sehingga
bisa dikatakan bahwa voltmeter AC yang menggunakan dioda penyearah setengah
gelombang kira-kira sensitivitasnya hanya 45% dari voltmeter DC.
4. Pada meter d’arsonval dengan dioda penyearah gelombang penuh, tegangan input
sebesar 10 Vrms akan menghasilkan tegangan output 9 Vdc, yang berarti bahwa
sebuah voltmeter AC yang menggunakan penyearah gelombang penuh mempunyai
sensitivitas yang sama dengan 90% dari sensitivitas DC.

3.2 Saran

Penyusun mengharapkan setelah para pembaca selesai membaca makalah ini,


Penyusun sangat mengharapkan sebuah saran yang mendukung dan membangun agar
makalah ini bisa lebih baik lagi.

23

Anda mungkin juga menyukai