Anda di halaman 1dari 10

Nama Kelompok:

Aprelia Anggraini

Chika Erlando

Faridatul Mitaqo

Mahmud Anwar A

Mustika Cahya P

Rully Setiawan
PEMBAHASAN

Salah satu tokoh yang berperan sebagai mediator dalam upaya penyelesaian konflik masalah sosial
budaya,ekonomi dan gender dalam masyarakat adalah Mahatma Gandhi.

Mahatma Gandhi merupakan seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India yang sangat terkenal.
Pada masa kehidupannya, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-
koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.

Ia berhasil menyelesaikan konflik di India dengan Ahimsa dan tanpa kekerasan sama sekali. Ajaran ini
berasal dari kata himsa (kekerasan). Sesuai dengan asal katanya, ajaran ini menyerukan kepada seluruh
umat manusia untuk menjunjung tinggi semangat nir-kekerasan (non-violence) dalam setiap laku
kehidupannya. Pengertian lain Secara harfiah, ahimsa memiliki makna tidak menyerang, tidak melukai
atau tidak membunuh.

Awalnya, Mahatma Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan
Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan
kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.

Mahatma Gandhi berjuang selama 30 tahun melawan penjajahan Inggris bersama pemimpin India lainnya.
Dengan ajarannya, ahimsa (tanpa kekerasan) serta satyagraha (keteguhan dalam kebenaran), Gandhi
melawan penindasan dan kekerasan dengan cinta, kesabaran, dan kerelaan untuk menanggung segala
konsekuensinya.

Gandhi adalah seorang pengacara kenamaan, semestinya ia bisa menikmati kehidupan yang sangat
nyaman di Afrika Selatan. Namun perlakuan yang dialaminya sebagai warga kelas dua disana, membuat
ia selalu terbayang akan nasib bangsanya, yang masih hidup di bawah penjajahan Inggris. Saat masih
berada dibawah penjajahan Inggris, rakyat India berjuang melawan penindasan maupun penjajahan yang
mempengaruhi sistem ekonomi.

Ia pun meninggalkan semua kehidupan mewahnya di Afrika Selatan dan pulang kembali ke negerinya.
Ketika turun dari atas kapal, Gandhi disambut hangat oleh rakyatnya. Ia diminta untuk naik ke atas
panggung untuk berpidato. Namun, pidatonya begitu singkat : ”Terima kasih atas penyambutan Anda
semua,” kata Gandhi sambil memberikan salam khas bangsa India. Dengan rendah hati ia mengaku,
bertahun-tahun meninggalkan negerinya, ia merasa tidak banyak tahu akan keadaan bangsanya saat itu,
jadi tidak mungkin ia bisa berbicara banyak.

Ketika kemerdekaan India akhirnya diraih pada tahun 1947, kesempatan mendapatkan tampuk kekuasaan
pun ada di tangannya. Tapi ia tidak mengambil kesempatan itu. Gandhi menolak jabatan politik yang
diberikan kongres kepadanya. Ia malah memilih menghabiskan hidup di Ashram yang jauh dari
kemegahan dan kenikmatan duniawi. Baginya itu jauh lebih mulia daripada hidup di istana. Menerima
jabatan diibaratkannya sebagai memakai "mahkota berduri".
Gandhi adalah seorang Hindu, namun dia menyukai pemikiran-pemikiran dari agama lain, termasuk Islam
dan Kristen. Dia percaya bahwa manusia dari segala agama harus mempunyai hak yang sama dan hidup
bersama secara damai di dalam satu negara.

Bagi Gandhi, jiwa seseorang akan tetap selamat di dunia apabila orang tersebut berjuang demi kebenaran.
Dengan kepercayaan itu, Gandhi tetap tidak menyerah meski berbagai halangan dan cobaan menghadang.

Sehubungan dengan konflik antar agama yang ada di India. Gandhi ikut ambil bagian dalam mewujudkan
aksi perdamaian. Sayangnya, ternyata puasa Gandhi hanya bisa menghentikan sementara konflik Muslim
dan Hindu India. Berbagai pertikaian antara kedua kelompok ini terjadi kemudian. Banyak orang Hindu
yang merasa dikhianati oleh langkah-langkah Gandhi yang mencoba menjadi juru penengah. Ia dinilai
terlalu memberi hati kepada Muslim. Akhirnya pada 30 Januari 1948, seorang Hindu nasionalis pun
menembak Mahatma Gandhi dan seketika Gandhi tewas.

Dengan kematian Gandhi, seluruh India tak berkutik. Konflik seketika berhenti, pembunuhan massal
berhenti. Negara yang baru terbentuk itu goncang merenungkan hakikat kebangsaan dan persaudaraan
mereka. Dengan kematiannya, Gandhi berhasil mencapai apa yang ribuan orang India gagal untuk
mencapainya selama ini, yaitu: Perdamaian dan Persatuan di India.

Kehidupan Masa Kecil-Remaja Gandhi

Gandhi lahir pada 2 Oktober 1869 sebagai seorang putera perdana menteri dari negara bagian British-
India bernama Porbandar, sebuah kota di pesisir pantai yang sekarang dikenal dengan nama Gujarat, India
Barat. Sebagai seorang putera politisi senior (Kamarchand Gandhi) yang berasal dari kasta pedagang,
Gandhi tumbuh di keluarga yang serba berkecukupan dengan lingkungan tradisi agama Hindu yang
sangat kuat.

Gandhi waktu masih muda

Pada tahun 1879, Gandhi (10 tahun) memulai dunia akademisnya dengan masuk sekolah daerah di Rajkot,
hingga setahun kemudian Gandhi berhasil masuk Kathiawar High School yang juga berlokasi di Rajkot.
Dalam prestasi akademis, Gandhi bisa dibilang gak terlalu menonjol secara istimewa. Kebanyakan nilai
akademisnya biasa-biasa saja, bahkan dalam beberapa mata pelajaran dia bisa dibilang lumayan payah.
Ini bukan maksudnya gua bicara lancang tentang Gandhi ye, tapi emang doi sendiri yang menceritakan
hal itu di buku yang dia tulis sendiri, berjudul “All Men are Brothers“.

Terlepas dari kemampuan akademisnya yang biasa-biasa aja, ada banyak aspek lain yang menarik dalam
diri Gandhi saat remaja. Sebagai seorang putra dari keluarga yang mengikuti tradisi agama yang kuat,
Gandhi tumbuh dengan menjunjung tinggi banyak nilai keluhuran dari agama Hindu, seperti empati
kepada segala makhluk hidup, pantang makan daging hewan, menjauhi alkohol dan seks bebas, dsb. Tapi
di sisi lain, dia juga menentang beberapa tradisi Hindu yang menurutnya konservatif, seperti sistem kasta
Hindu India yang mengklasifikasi derajat manusia, dan juga kecenderungan lingkungan sekitarnya untuk
membatasi pergaulan dengan agama lain, dll. Gandhi muda, telah berani untuk menalar konsep moral
dalam dirinya sendiri, mendobrak nilai-nilai kolot yang menurutnya tidak mengacu pada dharma,
menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, serta bersahabat dengan kawan-kawan dari agama lain
seperti Islam dan Sikh.

Di bulan Mei 1883, Mahatma Gandhi (13 tahun) menikah dengan Kasturbai Makhanji (14 tahun) dalam
pernikahan yang dijodohkan oleh orang tuanya. Tidak lama setelah pernikahannya, dia melanjutkan
sekolah ke Samaldas College di Bhavnagar, Gujarat.

Setibanya di London, Gandhi menempuh studi Ilmu Hukum dengan cukup baik selama 3 tahun di
University College London, hingga tahun 1891 Gandhi terpaksa pulang ke India karena mendengar kabar
Ibunya meninggal dunia.

Nah, cerita transformasi Gandhi muda-remaja yang cupu menjadi sosok legendaris yang mengubah dunia
baru dimulai pada tahun 1893, ketika Gandhi memutuskan untuk mengembangkan karirnya sebagai
pengacara di negara koloni Inggris lainnya yaitu Afrika Selatan.

Karya dan Perjuangan di Afrika Selatan (1893 – 1914)

Gandhi tiba di Afrika Selatan pada tahun 1893, sebuah negara bagian kolonisasi Kerajaan Inggris seperti
kampung halamannya di British-India. Gandhi yang saat ini berumur 24 tahun tentu gak bisa dibilang
‘remaja’ yang cupu lagi (walau kadang masih suka grogi kalo ngomong, hehe..). Sekarang Gandhi adalah
seorang ahli hukum yang mau bekerja sebagai legal konsultan pada seorang pedagang Muslim keturunan
India yang kaya-raya di sebuah kota bernama Pretoria, Afrika Selatan.

Jika ada hal yang menjadi pemicu perubahan besar dalam diri Gandhi dari seorang pemuda ahli hukum
biasa menjadi seorang pejuang anti-kolonial yang paling ditakuti Kerajaan Inggris… itu adalah
serangkaian pengalaman buruk yang diterima Gandhi pada masa-masa awal kepindahannya ke Afrika
Selatan. Di Afrika Selatan, Gandhi melihat bahkan mengalami sendiri suatu bentuk diskriminasi yang luar
biasa parah oleh orang-orang Eropa terhadap kaum kulit berwarna, baik negro maupun keturunan India.

Pada suatu kesempatan, Gandhi pernah diusir secara paksa dari kereta di Pietermaritzburg (baca: diseret
lalu dilempar keluar kereta) hanya karena orang-orang bule di sana gak percaya kenapa bisa ada pemuda
turunan India yang bisa memiliki tiket kereta kelas 1. Pada kesempatan lain, Gandhi juga pernah
digebukin sama kusir kereta kuda hanya karena dirinya menolak turun untuk memberikan penumpang
bule prioritas. Gandhi, yang sebelumnya menyandang status sosial yang cukup tinggi di negara asalnya,
harus mengalami pengusiran-pengusiran paksa di beberapa hotel, bukan karena dia gak punya duit, tapi
hanya karena dia bukan orang bule.

Serangkaian kejadian ini menjadi titik balik yang luar biasa dalam pandangan hidup serta karya hidup
yang ingin dia perjuangkan kelak. Sejak dirinya sendiri menyaksikan (dan juga mengalami) bentuk
diskriminasi rasisme, ketidakadilan terhadap kaum kulit berwarna di Afrika Selatan, khususnya keturunan
India… dia mulai memikirkan nasib bangsanya di India yang kurang lebih merasakan perlakuan serupa
oleh Kerajaan Inggris. Sampai akhirnya, dia bertekad untuk mengubah situasi tersebut.
Inilah menurut gue sisi menarik dari Gandhi, ketika dirinya mengalami diskriminasi berkali-kali, diusir
dari kereta dan hotel sana-sini, dicaci-maki, bahkan dipukulin rame-rame… pada umumnya manusia
‘biasa’ akan kapok, pasrah sama keadaan, atau justru malah membenci dan menyimpan dendam terhadap
pelaku yang melakukan bentuk ketidakadilan tersebut. Tapi di sinilah keistimewaan seorang Gandhi, yang
mampu menyalurkan energi kejengkelannya menjadi suatu sikap, prinsip, tekad, dan komitmen yang luar
biasa gigih untuk memperbaiki situasi dan permasalahan di depan matanya.

Tekadnya itu membuat Gandhi tinggal menetap di Afrika Selatan selama 21 tahun. Ya, memang selama
itulah dia menempa dirinya di Afrika untuk mengembangkan gagasan bagaimana melawan bentuk
imperialisme dari Eropa serta membebaskan warga kulit berwarna dari bentuk diskriminasi dan kolonisasi
untuk dapat membangun negara yang mandiri. Saat-saat itu dia gunakan untuk mengasah
keterampilannya berargumen, memahami bagaimana cara kerja imperialisme Barat, serta mulai
membangun basis kekuatan masa dengan berkontribusi besar terselenggaranya kongres bagi warga
keturunan India di sebuah Kota bernama Natal, untuk menyatukan suara politik dan memupuk rasa
kebersatuan antar sesama warga turunan India. Hal ini membuat Gandhi diserang pada tahun 1897 oleh
para demonstran kulit putih. Walaupun gerakan kongres ini bisa dibilang kurang berhasil (malah justru
dapetnya benjol dan memar) tetapi gerakan ini cukup mendapat perhatian di Afrika Selatan.

Natal_Indian_Congress

Bentuk kekerasan demi kekerasan yang dialami Gandhi, tidak lantas menyulut emosinya untuk
melakukan pemberontakan dengan jalan kekerasan. Malahan pada tahun 1906 di Johannesburg, Gandhi
menerapkan sebuah prinsip perlawanan melawan diskriminasi dan kolonialisme bernama Satyagraha,
yaitu bentuk protes non-kooperatif tanpa kekerasan. Konsep ini mungkin akrab di telinga kita sekarang
dengan istilah “aksi demonstrasi damai”, tapi bagi mereka yang hidup tahun 1906 yang lalu… konsep ini
adalah gagasan nyeleneh, nyentrik, konyol, malah terkesan naif. Bagaimana mungkin sebuah kelompok
bisa melawan sebuah kekuatan yang menguasainya tanpa jalan kekerasan? Ini adalah gagasan yang
terdengar lucu dan konyol pada masa itu. Tapi Gandhi yang mengambil filosofi ini dari ajaran Hindu,
memegang prinsipnya untuk melawan tanpa kekerasan dengan komitmen dan konsisten yang gigih
sampai akhir hayatnya.

Pengaruh Gandhi pada masyarakat turunan India semakin terbukti ketika perang Boer kedua meletus yang
merupakan konflik militer antar Kerajaan Inggris dengan Republik Afrika Selatan. Pada masa konflik
tersebut, Gandhi memimpin gerakan relawan untuk membentuk kesatuan medis dan supir ambulans yang
beranggotakan warga turunan India. Gak tanggung-tanggung Gandhi berhasil mengumpulkan 1.100 orang
relawan yang terlatih dan memiliki pengetahuan medis untuk mengobati korban perang. Kontribusi
Gandhi dan para relawan lainnya akhirnya berhasil mencuri hati pemerintah Inggris terhadap warga
keturunan India.
Keberhasilan Gandhi dalam mengangkat derajat keturunan India di Afrika selatan inilah yang membuat
dirinya semakin yakin bahwa dengan prinsip yang sama, dirinya akan mampu membangun jembatan
kemanusiaan antar manusia yang berbeda budaya, agama, dan warna kulit… Keyakinan itu Gandhi bawa
sampai dia kembali ke India dengan membawa misi pembebasan.

PS. Setelah warga kulit hitam di Afrika Selatan memperoleh hak suara di hadapan pemerintah, Gandhi
dianggap sebagai pahlawan nasional warga Afrika Selatan.

Perjuangan Memerdekakan India (1915-1947)

Inggris telah menduduki India sejak tahun 1877 sebagai salah satu dari koloni (baca: jajahan) Kerajaan
Inggris. Pada awalnya, Inggris masuk ke India untuk tujuan perdagangan oleh sebuah perusahaan
bernama EIC (English East India Company) yang telah memperoleh hak monopoli perdagangan di
wilayah timur koloni Inggris seperti India, Malaysia, dan China. Dalam waktu 30 tahun, EIC telah
memonopoli hampir seluruh aspek kehidupan ekonomi, perdagangan, serta administrasi di wilayah India.
Diskriminasi dan represi terhadap orang-orang lokal terjadi di mana-mana, warga turunan India
diharuskan membayar sewa atas tanah airnya sendiri, dan membayar pajak atas komoditas bahan pokok
hasil bumi tanah India yang telah menjadi hak monopoli dagang Inggris.

Situasi inilah yang memicu Gandhi pulang ke tanah kelahirannya untuk membawa misi perubahan bagi
rakyat India. Gandhi memulai perjuangan dengan cara sederhana, yaitu mendirikah ashram (seperti
pesantren untuk agama Hindu). Gandhi mulai mengajarkan konsep satyagraha dan ahimsa yang pada
intinya merupakan gerakan perlawanan dengan cara damai tanpa kekerasan. Sampai akhirnya lebih dari
250 orang bergabung dengan Gandhi untuk mempraktekkan sikap non-kekerasan, toleransi terhadap
semua agama. Kelompok spiritual Gandhi ini mulai terkenal ke beberapa daerah di India hingga suatu
ketika di tahun 1917, seorang petani dari wilayah pelosok datang dan minta bantuan Gandhi yang seorang
ahli hukum dan spiritual untuk membantu petani berjuang melawan tuan tanah Inggris yang memungut
biaya sewa tanah secara tidak adil.

Kejadian itu menyadarkan Gandhi bahwa sudah saatnya dia berjuang di lapangan untuk membela rakyat
India. Dia mengabdikan dirinya untuk membela para petani di wilayah Champaran selama 2 tahun dengan
bernegosiasi dengan pemerintah Inggris dan membantu penduduk mengelola kemandirian pangan, sampai
akhirnya ia ditangkap oleh polisi Inggris. Dalam semalam, berita penangkapan Gandhi terdengar ke
berbagai pelosok bahwa seorang pahlawan daerah yang memperjuangkan hak-hak sipil ditangkap dan
diadili. Ribuan petani berkumpul di luar gedung pengadilan untuk mendukung Gandhi. Hakim dan jaksa
yang ketakutan dengan ribuan masa yang tiba-tiba memenuhi gedung sidang segera membebaskan
Gandhi tanpa syarat. Perjuangan Gandhi untuk para petani terus dilakukan hingga hukum agraria berhasil
direformasi untuk melindungi buruh tani yang tertindas. Berita tentang keberhasilan Gandhi dalam
memperjuangkan hak petani bisa benar-benar berhasil dilakukan dengan cara negosiasi dan aksi damai.
Sejak saat itulah, Gandhi menjadi tumpuan harapan rakyat India.
Namun demikian, Inggris tetap membatasi hak-hak sipil, dan menekan kebebasan berbicara, pers dan
berserikat, pada rakyat India di berbagai daerah. Gandhi yang saat itu telah memiliki pengaruh yang
begitu luas hingga ke berbagai pelosok India (bahkan sampai dianggap sebagai orang suci), mulai
berdiskusi dengan para pejuang kemerdekaan lainnya seperti Jawaharlal Nehru, Ali Jinnah, dkk untuk
melakukan strategi pembebasan India dari kolonisasi Inggris. Saat itulah Gandhi berperan besar dalam
membentuk prinsip dasar perjuangan kemerdekaan India. Prinsip dasar itu mencakup 4 hal utama, yaitu:

Prinsip perlawanan tanpa menggunakan cara kekerasan.

Bersikap non-kooperatif, menolak kerjasama dan mengabaikan seluruh himbauan serta instruksi apapun
dari pemerintah Inggris.

Pemboikotan produk-produk monopoli dagang Inggris serta pemogokan kerja secara serentak.

Membangun kemandirian ekonomi bagi setiap kelompok masyarakat secara serentak tanpa bergantung
pada produk perusahaan Inggris.

Di saat negara-negara lain berjuang melawan kolonialisme dengan mengangkat senjata, memicu
bentrokan dan kekacauan untuk mengusir penjajah. Keempat prinsip ini sekilas nampak konyol, naif, dan
mungkin gak realistis, tapi dibalik itu ada gagasan brilian yang membutuhkan prinsip dan komitmen yang
gak main-main. Gandhi berpendapat bahwa Inggris adalah tamu di negara India, tamu yang berjumlah
100 ribu orang (Inggris) tidak akan mampu mengendalikan tuan rumah yang berjumlah 3,5 juta orang
(India) jika sang tuan rumah menolak untuk bekerja sama.

Keempat prinsip ini kemudian tersebar luas dan dibuktikan oleh Gandhi dengan mengumumkan pada
seluruh rakyat India untuk secara serentak melakukan hari doa bersama dan berpuasa nasional. Hasilnya
sangat mencengangkan, hari itu tidak ada orang India yang datang ke pabrik, jalur transportasi lumpuh
total, jutaan orang berpawai di jalan, jutaan yang lain berdoa dan berpuasa di rumah. Pemerintah Inggris
betul-betul panik dan tercengang dengan aksi kolektif masal yang mampu membuat seluruh India lumpuh
total hanya karena hasutan dari sekelompok pejuang kemerdekaan, termasuk Gandhi.

Pemerintah Inggris merespon aksi ini di luar kendali dengan menahan para pemimpin gerakan (termasuk
Gandhi). Sampai puncaknya pada 13 April 1919 tentara Inggris melakukan pembantaian terhadap 1.500
penduduk sipil yang sedang melakukan aksi damai di sebuah lapangan Kota Amritsar. Insiden ini
membuat seluruh dunia terkejut dan mengecam keras aksi kebrutalan pemerintah Inggris yang dikenal
sebagai “Bangsa paling beradab” pada saat itu. Kejadian mengerikan ini juga menimbulkan banyak
pertanyaan apakah prinsip anti-kekerasan ala Gandhi bisa benar-benar efektif melawan pemerintah
Inggris, atau hanyalah sebuah prinsip untuk mengantarkan nyawa?
Terlepas dari perdebatan itu, Gandhi tetap bertekad untuk membaktikan seluruh sisa hidupnya demi
tercapainya kemerdekaan India melalui cara-cara damai tanpa-kekerasan. Di tahun 1920, Gandhi
mempengaruhi Indian National Congress untuk mengadopsi strategi satyagraha sebagai gerakan resmi
demi mencapai kemerdekaan. Selama setahun setelahnya, Gandhi terus menyerukan pembangkangan sipil
secara luas, memboikot barang komoditas produksi Inggris. Bahkan menghasut orang-orang untuk tidak
mengenakan baju buatan pabrik Inggris dengan membuat baju dengan cara menenun sendiri.

Namun prinsip anti-kekerasan ini tidak semudah itu merasuk ke setiap sendi masyarakat India yang
mendapatkan tekanan dari Inggris. Ada banyak insiden ketika sebagian kecil massa tersulut emosinya
sampai melakukan pengeroyokan dan pembunuhan pada opsir polisi Inggris. Selama tahun-tahun berikut,
Gandhi seringkali mengangkat sumpah untuk berpuasa hingga mati bila ada kekerasan sedikit saja di
antara gerakan pembebasan India. Masyarakat India yang sangat menghormati Gandhi dan bahkan
menganggap dirinya sebagai ‘orang suci’, akhirnya menghentikan pendekatan kekerasan dan kembali
pada jalan damai.

Gandhi yang sangat keras kepala betul-betul menjalani puasa hingga menghentikan pemberontakan
massal pada tahun 1922. Setelah keberhasilannya meredam pemberontakan, pengaruh Gandhi semakin
ditakuti oleh pemerintah Inggris. Mereka betul-betul tidak habis pikir bagaimana mungkin pengaruh satu
orang yang bersumpah untuk berpuasa dapat meredam pemberontakan jutaan orang? Konyolnya, setelah
berhasil meredam pemberontakan, Gandhi malah ditangkap lagi oleh pemerintah Inggris dan disidang
dengan tuntutan menghasut, Gandhi dihukum enam tahun di penjara. Di balik penjara, pengaruh Gandhi
tidak bisa hilang di hati masyarakat India. Pada suatu kesempatan Gandhi pernah mengatakan bahwa
untuk berjalan menuju kemerdekaan politik dan spiritual, setiap orang di India harus siap untuk dipenjara.

Pada 5 Februari 1924, Gandhi dilepaskan dari penjara karena alasan kesehatan. Pada tahun-tahun
berikutnya, Gandhi mempersiapkan kampanye internal bagi rakyat India untuk menyambut kemerdekaan.
Bagi Gandhi, untuk mendapatkan kemerdekaan, rakyat India harus membuat diri mereka pantas untuk
mendapatkan itu. Berikut adalah beberapa bentuk kampanye internal Gandhi bagi masyarakat India:

Persatuan umat Hindu dan Muslim di India dan himbauan untuk melakukan rekonsiliasai atas konflik
antar agama yang kerap terjadi di berbagai daerah.

Penghapusan diskriminasi terhadap kasta rendah (paria dan sudra) atau lebih dikenal dengan sebutan dalit
yang saat itu dianggap oleh masyarakat India sebagai golongan orang ‘najis’.

Pemberdayaan perempuan sebagai golongan yang harus disejajarkan dengan laki-laki untuk mendapatkan
kesempatan dan perlakuan yang sama.

Pada 12 Maret 1930, Gandhi melakukan sebuah gerakan berjalan kaki sepanjang 240 mil ke pesisir laut
Kota Dandi untuk melakukan aksi boikot terhadap produksi pajak garam yang sangat tinggi, itu kira-kira
jaraknya sama dengan jalan kaki dari Jakarta ke Semarang! Gilanya lagi, aksi gerak jalan ini diikuti oleh
puluhan ribu orang pendukungnya, kota demi kota dilaluinya, ribuan orang menyalaminya untuk
memberikan dukungan. Sampai pada 6 April dia tiba di pesisir pantai, lalu memungut garam dari pasir
(yang dianggap sebagai tindakan ilegal) sebagai bentuk protes terhadap pemungutan pajak garam.
Tindakan sederhana Gandhi itu memicu tindakan lain, ratusan ribu orang mulai memanen garam, dan
mendistribusikan sebagai komoditas mandiri di luar pemerintah Inggris. Aksi boikot produksi garam itu
membuat pabrik garam dan perdagangan Inggris kacau balau. Dalam watu sebulan Inggris lagi-lagi
menahan Gandhi dan memenjarakan 60.000 orang yang tidak melawan sama sekali. Pada 20 Mei, dua
ribu orang penganut prinsip ajaran Gandhi untuk tidak melakukan kekerasan nekat mendekati pintu
tambang garam Dharsana untuk mengambil garam hak panen mereka.

Aksi damai tersebut berakhir dengan pemukulan oleh serdadu Inggris terhadap ribuan penduduk sipil
secara sepihak tanpa ada bentuk perlawanan. Kejadian ini kembali menjadi sorotan dunia internasional
yang mengecam kebiadaban pemerintahan Inggris. Aksi ini terus bertambah, beribu-ribu orang lain malah
ikut bergabung dengan aksi protes damai itu. Dalam tahun itu, Inggris memenjarakan lebih dari 100.000
orang India karena protes damai. Jutaan orang di seluruh dunia mulai mendesak Inggris untuk
meninggalkan India dan memberikan kemerdekaan.

Karena tekanan dunia internasional yang semakin memuncak, pada Maret 1931 Inggris melepas semua
tahanan politik, mengakui hak boikot pakaian rakyat India, serta mencabut larangan atas produksi garam
buatan sendiri. Mereka kemudian mengundang Gandhi ke Inggris untuk sebuah konferensi untuk
membahas kemungkinan kemerdekaan bagi India. Gandhi pergi ke London selama 4 bulan dan mendapat
banyak sambutan positif di Eropa. Namun konferensi itu tidak menghasilkan sebuah keputusan resmi
apapun dan hanya bersifat seremonial oleh pemerintah Inggris.

Sekembalinya dari Eropa, Gandhi meneruskan perjuangan internal untuk menghapus diskriminasi kasta
Hindu terbawah (dalit) yang selama ribuan tahun dianggap sebagai golongan najis, gelandangan, dan fakir
dalam budaya Hindu India. Pada 20 September, Gandhi memulai lagi sumpah “puasa hingga mati”
sebagai bentuk desakan agar para petinggi agama Hindu dapat membentuk kesepatakan untuk menghapus
sistem kasta. Sikap keras kepala Gandhi ini membuat seluruh negeri bahkan dunia terkejut. Pengaruh
Gandhi yang sangat besar membuat para pemimpin Hindu mulai menerima orang-orang dalit yang
sebelumnya mereka anggap najis di kuil-kuil mereka. Hanya karena pengaruh seorang Gandhi, budaya
konservatif Hinduisme selama ribuan tahun di India mengalami reformasi besar. Sampai Gandhi memberi
sebutan baru bagi kaum dalit yaitu harijans yang berarti “Anak-anak Tuhan”.

Setelah perang dunia 2 berakhir, publik India semakin yakin dalam waktu dekat Inggris akan angkat kaki
dari India. Pada kesempatan itu, para pejuang pembebasan India yang beragama Muslim, termasuk Ali
Jinnah menuntut agar India dibagi berdasarkan mayoritas agama. Daerah yang diduduki mayoritas
beragama Islam akan menjadi negara Pakistan Barat dan Pakistan Timur (sekarang Bangladesh). Hal ini
sebetulnya tidak disetujui oleh Gandhi yang mengharapkan pemersatuan agama Islam dan Hindu untuk
dapat hidup dalam keharmonisan di India. Namun ketegangan antar masyarakat Hindu dan Islam semakin
memuncak, dan Gandhi memutuskan untuk mengalah demi mencegah terjadinya perang saudara.

Namun demikian, bentrokan antar kelompok Hindu dan Muslim sudah terlanjur merebak di beberapa
daerah. Gandhi memutuskan untuk melakukan perjalanan di berbagai wilayah India dari mulai yang
termiskin, dimana kebanyakan kerusuhan dan pembantaian brutal terjadi. Desa demi desa ia kunjungi
untuk menyeruakan misi perdamaian dalam setiap kelompok bentrokan. Keseluruhannya, dia
mengunjungi 49 desa dan cukup berhasil menjadi juru damai antar umat Muslim dan Hindu di berbagai
daerah.
Pemerintah Inggris yang baru memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada India pada 15 Agustus
1947. Pada hari yang sama, negara India dengan Pakistan Barat serta Pakistan Timur (Bangladesh)
memerdekakan dirinya. Dalam proses pengungsian antar wilayah tersebut, bentrokan antar warga Muslim
dan Hindu kembali terjadi. Hari-hari awal kemerdekaan India dan Pakistan diwarnai dengan berbagai
bentrokan dan kekacauan. Lagi-lagi Gandhi yang keras kepala memutuskan sumpah untuk berpuasa
sampai mati hingga kekerasan sepenuhnya berhenti antar umat beragama. Ia memutuskan pindah ke
rumah seorang Muslim yang paling miskin di Calcutta dengan tingkat bentrokan paling buruk, untuk
berpuasa hingga mati di sana. Lagi-lagi Gandhi membuat ‘keajaiban’.

Dalam waktu kurang dari seminggu, bentrokan antar ribuan umat Hindu dan Muslim berhenti, bahkan
beberapa di antara mereka mulai berpawai dan berdoa bersama. Ketika Gandhi hampir meninggal,
Calcutta terdiam dan setiap orang berdoa bagi perdamaian. Gandhi mengakhiri puasanya. Kekerasan telah
berhenti karena tak seorangpun menginginkannya menderita karena apa yang mereka lakukan. Gandhi
telah membuat sebuah mukjizat lagi. Namun demikian, tidak semua pihak dari Muslim maupun Hindu
mendukung aksi perdamaian Gandhi. Sebagian umat Muslim di India masih banyak yang memandang
sinis kepada Gandhi karena bentuk aksi puasanya itu, sementara itu banyak umat Hindu fanatik
membencinya karena membela dan melindungi umat Muslim.

Puncak sentimen masyarakat ini terjadi pada 30 Januari 1948, ketika Gandhi berjalan melintasi taman
menuju upacara doa. Gandhi ditembak di depan umum pada jarak dekat oleh penganut Hindu ekstremis
karena Gandhi dinilai terlalu membela umat Muslim di India maupun Pakistan pada saat itu. Gandhi
wafat pada hari itu juga. Selama hidupnya Gandhi melakukan sumpah puasa untuk menghentikan
bentrokan sipil sebanyak 17 kali dan dipenjara sebanyak 12 kali selama hidupnya.

Kontroversi & Warisan terhadap Dunia

Karya hidup Gandhi yang luar biasa pengaruhnya bagi Bangsa India, juga mempengaruhi perspektif
pergerakan pembebasan di belahan dunia lain. Melalui prinsip hidupnya, Gandhi seorang seolah-olah
memberikan tamparan keras bagi kedigdayaan pemerintah Inggris Raya yang dikenal sebagai kaum
paling ningrat dan beradab pada masa itu… bahwa prinsip kemanusiaan untuk melakukan perlawanan
tanpa kekerasan bukanlah sesuatu hal yang bisa dianggap remeh.

Walau demikian, Gandhi tetaplah seorang manusia biasa yang tidak luput pada kesalahan dan kontroversi.
Pada dunia modern sekarang ini, ada sebagian dari akademisi yang menilai bahwa tindakan Gandhi untuk
menuntut kebebasan India dari Inggris Raya kurang strategis karena terlalu cepat, sementara India saat itu
masih sangat sulit untuk dikontrol dan mandiri secara ekonomi dan politik. Prinsip anti-kekerasan yang
diyakini Gandhi itu sendiri juga kerap mendapat kritik sebagai tindakan naif yang membuang nyawa.
Terlepas dari itu, gua pribadi berpendapat bahwa rasanya terlalu sulit bagi kita untuk menghakimi mana
kebijakan Gandhi yang tepat, mana yang salah… biar bagaimanapun juga, Gandhi telah menjalani
perannya dengan sangat baik dalam upaya memerdekakan bangsanya. Dari sosok pemuda yang pemalu,
grogi kalau bicara, dia berubah menjadi seorang aktivis pembebasan yang telah berhasil memerdekakan
bangsanya dengan tetap teguh memegang prinsip jalan tanpa kekerasan hingga akhir hayatnya. Selamat
Hari Anti-Kekerasan Internasional. Long live Mahatma Gandhi!

Anda mungkin juga menyukai