ITRIA
Disusun Oleh
FITRIA DIUMAYANI ANWAR
1721312002
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
DAFTAR SKEMA........................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................6
2.1 Latar Belakang...............................................................................................6
2.2. Rumusan Masalah Penelitian.........................................................................8
2.3. Tujuan Penelitian............................................................................................8
2.4. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................10
2.1. Konsep DM Tipe 2.......................................................................................10
2.1.1. Pengertian DM Tipe 2...........................................................................10
2.1.2. Patofisiologi DM Tipe 2.......................................................................10
2.1.3. Komplikasi DM Tipe 2.........................................................................11
2.1.4. Penatalaksanaan DM Tipe 2..................................................................11
2.2. Konsep Self Care Diabetes...........................................................................12
2.2.1. Pengertian Self Care Diabetes..............................................................12
2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Care Diabetes.......................13
2.2.3. Pengukuran Self Care Diabetes............................................................13
2.3. Konsep Kualitas Hidup................................................................................13
2.3.1. Pengertian Kualitas Hidup....................................................................13
2.3.2. Dimensi Kualitas Hidup.......................................................................14
2.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Klien DM tipe 214
2.3.4. Pengukuran Kualitas Hidup..................................................................14
2.4. Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada Klien DM tipe 2..........14
BAB III KERANGKA PENELITIAN........................................................................15
3.1. Kerangka Teori.............................................................................................15
3.2. Kerangka Konsep penelitian........................................................................16
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...................................................................17
4.1. Desain Penelitian Kuantitatif.......................................................................17
4.2. Populasi dan Sampel....................................................................................17
4.3. Alat Ukur dan Pengukuran Hasil.................................................................18
3
4.4. Analisa Hasil................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................20
4
DAFTAR SKEMA
5
BAB I PENDAHULUAN
6
derajat kesehatan optimal dapat diwujudkan. Komplikasi yang muncul akan
berdampak pada menurunnya angka harapan hidup, penurunan kualitas hidup, serta
meningkatnya angka kesakitan (Nwankwo, H. Chinyere, Nandy Bikash, Nwankwo,
2010).
Self care merupakan gambaran prilaku seseorang yang dilakukan secara
sadar, universal, dan terbatas pada diri sendiri (Crist, 2007). Di dalam The Summary
of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) oleh Toobert, Hampson, & Glasgow,
(2000), self care yang dilakukan pada klien DM meliputi pengaturan pola
makan (diet), pemantauan kadar gula darah, terapi obat, perawatan kaki, dan
latihan fisik. Pasien harus memiliki pengetahuan, skill, dan percaya diri dalam
melakukan tindakan medis tertentu seperti cek gula darah dan pemahaman akan
pengelolaan emosi untuk dapat mengendalikan penyakitnya secara efektif (Atak,
Gurkan, & Kose, 2008). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas hidup yang
baik, pasien diabetes melitus harus mampu mandiri dalam mengelola atau
mengendalikan penyakitnya.
Self care diabetes merupakan integrasi dari pendekatan teori Self care Orem
pada proses keperawatan klien DM tipe 2. Self care yang baik dan rutin bagi
penderita DM sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup serta mencegah
atau mengurangi komplikasi. Kualitas hidup terkait dengan kesehatan adalah
penilaian subjektif mengenai kesehatan baik fisik maupun mental pasien dan efeknya
pada penyakit yang mereka alami. Hasil penelitian Niknami, Haidarnia, Rakhshani,
Zareban, & Karimy (2014) menunjukkan bahwa edukasi dengan metode modifikasi
perilaku sangat efektif dalam mengendalikan perilaku dalam perawatan diri dan
meningkatkan kualitas hidup mereka.
Kualitas hidup yang kurang seperti kesehatan fisik dan mental, telah
ditunjukkan pada pasien ulkus kaki diabetes (UKD) (Raspovic & Wukich, 2014).
UKD merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang sering dijumpai. Dengan
adanya perkembangan metode dan teknologi penatalaksanaan UKD serta klinik
kaki diabetes maka angka kematian dan amputasi dapat ditekan. Di Indonesia,
UKD masih merupakan masalah yang rumit dan tidak terkelola dengan maksimal.
Selain itu, permasalahan pengelolaan biaya yang besar menambah rumitnya masalah
kaki diabetes (Waspadji, 2009).
7
Studi pendahuluan dilakukan berdasarkan penelitian sebelumnya. Penelitian
yang dilakukan oleh Roza (2015) menunjukkan bahwa ulkus diabetikum banyak
terjadi di RSUP M.Djamil Padang dengan Peripheral Artery Disease (PAD) menjadi
faktor yang paling berpengaruh yaitu 73 % dari 60 sampel. Berdasarkan data di atas
maka peneliti akan meneliti di RSUP M.Djamil Padang.
Pada penelitian ini variabel yang akan diukur adalah self care dan kualitas
hidup klien DM tipe 2. Self care diperlukan untuk mengetahui perilaku klien DM
dalam kepatuhannya terhadap penatalaksanaan terapi. Sedangkan kualitas hidup
berkaitan dengan motivasi dan harapan terhadap kesehatan fisik dan mental.
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti ingin dilakukan intervensi terhadap
klien DM tipe 2. Bentuk intervensi yang dilakukan adalah pemberian edukasi terkait
diabetes dan penatalaksanaan berdasarkan prinsip self care.
8
2.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan masukan dan kajian dalam edukasi pada pasien diabetes
b. Memberikan landasan untuk untuk upaya inovatif lanjutan bagi
pengembangan keperawatan khususnya pada DM tipe 2.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi pasien dan keluarga
Pelaksanaan edukasi self care diharapkan dapat memberikan perbaikan
terhadap kualitas hidup penderita diabetes dan dapat menambah pengetahuan
bagi keluarga dan penderita terkait diabetes dan penatalaksanaannya.
b. Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan variasi dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk mengatasi
masalah kualitas hidup pada klien DM tipe 2.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
10
2.1.3. Komplikasi DM Tipe 2
Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi metabolik akut
maupun komplikasi vaskuler kronik, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Sejak ditemukan banyak obat untuk menurunkan glukosa darah, terutama setelah
ditemukannya insulin, angka kematian penderita diabetes akibat komplikasi akut bisa
menurun drastis. Kelangsungan hidup klien diabetes lebih panjang dan diabetes dapat
dikontrol lebih lama. Menurut Waspadji (2009), komplikasi kronis yang dapat terjadi
akibat diabetes yang tidak terkendali adalah kerusakan saraf (neuropati), kerusakan
ginjal (nefropati), kerusakan mata (retinopati), penyakit jantung koroner (PJK),
stroke, hipertensi, gangguan pada hati, penyakit paru, gangguan saluran cerna, dan
infeksi. Pada pasien DM tipe 2 prevalensi neuropati pada populasi klinik berkisar
7,6% s/d 68,0%. Semakin lama seseorang terkena diabetes dan makin lama terkena
tekanan darah tinggi, maka penderita makin mudah mengalami kerusakan ginjal.
Penyakit diabetes juga bisa merusak mata penderitanya dan menjadi penyebab utama
kebutaan. Pada pasien DM tipe 2 prevalensi retinopati pada populasi klinik berkisar
10,6% s/d 47,3%. Glukosa darah yang tinggi mengganggu fungsi kekebalan tubuh
dalam menghadapi masuknya virus atau kuman sehingga penderita diabetes mudah
terkena infeksi.
11
yang sama pentingnya dengan komponen lain pada penatalaksanaan diabetes
(Smeltzer & Bare, 2001). Adapun lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes
ini akan diuraikan sebagai berikut:
1. Pengaturan pola makan (diet)
Standar yang dianjurkan dalam pengaturan makan bagi klien DM tipe 2 yaitu
karbohidrat (45-60%), protein (10-20%), dan lemak (20-25%).
2. Latihan fisik
Latihan fisik dianjurkan dilakukan secara teratur minimal 3-5 kali seminggu,
lamanya kurang lebih 30 menit yang sifatnya sesuai CRIPE (continous, rhythmical,
interval, progressive, endurance trainning). Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan
adalah olahraga ringan dengan cara jalan kaki biasa selama 30 menit. Olahraga
sedang dengan cara berjalan cepat selama 20 menit, olahraga berat misanya jogging.
3. Pemantauan gula darah
Klien DM tipe 2 diperbolehkan untuk mengukur kadar gula darahnya secara mandiri
minimal 2-3 kali per minggu (Brunner & Suddarth, 2009).
4. Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika terjadi kegagalan pengendalian glikemia pada klien DM tipe 2 setelah
melakukan perubahan gaya hidup maka memerlukan intervensi pemberian obat-
obatan agar dapat mencegah atau menghambat komplikasi diabetes.
5. Pendidikan kesehatan
Penyuluhan yang diberikan pada klien adalah program edukasi diabetes yang
merupakan pendidikan dan pelatihan tentang pengetahuan dan keterampilan bagi
klien diabetes. Penyukuhan kesehatan tentang bagaimana memilih jenis makanan,
pelaksanaan olahraga, aturan minum obat, dan perawatan kaki.
12
tersebut, khususnya klien diabetes, diharapkan mereka mampu melakukan self care
diabetes tanpa bantuan orang lain karena perilaku self care diabetes merupakan
tanggung jawab bagi setiap klien DM tipe 2 (Tomey & Alligood, 2014). Jadi, self
care diabetes adalah tindakan mandiri yang dilakukan oleh klien diabetes dalam
kehidupan sehari-hari dengan tujuan untuk mengontrol gula darah yang meliputi
aktifitas pengaturan pola makan (diet), latihan fisik, pemantauan gula darah, dan
perawatan kaki.
13
2.3.2. Dimensi Kualitas Hidup
Menurut WHO dalam pedoman pengukuran kualitas hidup WHOQOL-BREF,
ada 6 domain terkait penilaian kualitas hidup seseorang. Domain tersebut antara lain
yaitu kesehatan fisik yang meliputi kesehatan umum, nyeri, energi dan vitalitas,
aktivitas seksual, tidur, dan istirahat; kesehatan psikologis yang meliputi cara
berpikir, belajar, memiri, dan konsentrasi; tingkat aktivitas yang meliputi mobilitas,
aktivitas sehari-hari, komunikasi, dan kemampuan kerja; hubungan sosial yang
meliputi hubungan sosial dan dukungan sosial; lingkungan yang meliputi keamanan,
lingkungan rumah, dan kepuasan kerja; dan kepercayaan rohani atau religius.
2.4. Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Pada Klien DM tipe 2
Self care yang dilakukan pada penderita diabetes melitus lebih di titik
beratkan pada pencegahan komplikasi dan pengontrolan gula darah. Apabila self care
dilakukan dengan baik maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien DM sehingga dapat menjalankan aktifitas sehari-hari dengan normal.
14
BAB III KERANGKA PENELITIAN
Stimulus:
Diagnosis DM tipe 2, gejala
yang muncul, komplikasi
Skema 3.1 Kerangka Teori (Sumber : WHO (1997), Brunner & Suddarth
(2009), Toobert, D.J et all (2009), Waspadji (2009)
15
3.2. Kerangka Konsep penelitian
Variabel Confounding
Usia
Jenis kelamin
Tingkat pendidikan
Status sosial ekonomi
Lama menderita DM
Komplikasi akibat
menderita DM
16
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
15
17
55
2. Kriteria eksklusi:
a. Penderita dengan komplikasi parah dan mengancam jiwa, seperti gagal ginjal dan
gagal jantung.
b. Memiliki keterbatasan fisik, mental, dan kognitif (buta, tuli, demensia)
18
a. Analisa univariat
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendeskriptifkan
karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Untuk data numerik (umur,
pendidikan, pekerjaan, lama menderita diabetes, dan komplikasi selain ulkus)
digunakan nilai mean, median, baru, nilai minimal dan maksimal. Sedangkan data
kategorik (self care dan kualitas hidup) dijelaskan dengan nilai presentasi dan
proporsi masing-masing kelompok.
b. Analisa bivariat
Untuk menentukan jenis uji yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan
uji homogenitas dan normalitas data. Kemudian uji hipotesis untuk self care dan
kualitas hidup dua kelompok tersebut dilakukan uji independen t-test.
19
DAFTAR PUSTAKA
Alligood, MR & Tomey AN. (2014). Nursing Theorist and Their Work, Sixth
Edition. St. Louis Mosby.
Atak, N., Gurkan, T., & Kose, K. (2008). The Effect of Education on Knowledge,
Self Management Behaviours and Self Efficacy of Patients with Type 2
Diabetes. Australian Journal of Advanced Nursing, The, 26(2), 66. Retrieved
from
http://search.informit.com.au/documentSummary;dn=198857737071665;res=IE
LAPA
Bennett, P. (2008). Epidemiology of Type 2 Diabetes Millitus. In LeRoith et.al,
Diabetes Millitus a Fundamental and Clinical Text. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins. 43 (1): 544-7.
Brunner, L.S., & Suddarth, D.S. (2009). Textbook of Medical-surgical nursing.
Lippincott: Williams & Wilkins.
Chaidir, R., Wahyuni, A. S., Furkhani, D. W., Studi, P., Keperawatan, I., Yarsi, S., &
Bukittinggi, S. (2017). Hubungan self care dengan kualitas hidup pasien
diabetes melitus, 2(June), 132–144.
Crist, J. D. (2007). Diabetes Self-Management in the, 5(1).
Fatehi, F., & Malekzadeh, G. (2010). The Effect of Short Message Service on
Knowledge of Patients with Diabetes in Yazd, Iran. Iranian Journal of Diabetes
and Obesity, (3), 27–31. Retrieved from http://ijdo.ssu.ac.ir/browse.php?
a_code=A-10-3-23&sid=1&slc_lang=en\nhttp://www.ijdo.ir/browse.php?
a_code=A-10-3-23&slc_lang=en&sid=1&sw=Diabetes+Mellitus
Harding, A.-H. (2004). Dietary Fat and the Risk of Clinical Type 2 Diabetes: The
European Prospective Investigation of Cancer-Norfolk Study. American Journal
of Epidemiology, 159(1), 73–82. https://doi.org/10.1093/aje/kwh004
Ji, L., Bai, J., Sun, J., & Wang, Z. (2016). Nursing care for diabetic toe ulcers: A case
series report and literature review. International Journal of Nursing Sciences,
3(3), 332–336. https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.04.007
Niknami, S., Haidarnia, A., Rakhshani, F., Zareban, I., & Karimy, M. (2014). The
effect of self-care education program on reducing HbA1c levels in patients with
20
type 2 diabetes. Journal of Education and Health Promotion, 3(1), 123.
https://doi.org/10.4103/2277-9531.145935
Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan praktis
Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
Nwankwo, H. Chinyere, Nandy Bikash, Nwankwo, O. B. . (2010). Factors
Influencing Diabetes Management Outcomeamong Patients Attending
Government Health Facilities in South East Nigeria. International Journal of
Tropical Medicine.
Raspovic, K. M., & Wukich, D. K. (2014). Self-Reported Quality of Life and
Diabetic Foot Infections. The Journal of Foot and Ankle Surgery, 53(6), 716–
719. https://doi.org/10.1053/j.jfas.2014.06.011
Sastroasmoro S dan Ismael S. (2010). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi
3. Jakarta: Sagung Seto.
Sugiono (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Toobert, D. J., Hampson, S. E., & Glasgow, R. E. (2000). The Summary of Diabetes
Self-Care. Diabetes Care Journal, 23(7), 943–950.
https://doi.org/10.2337/diacare.23.7.943
Waspadji, S. (2009). Komplikasi Kronik Diabetes Mekanisme Terjadinya,
Diagnosis dan Strategi Pengelolaan : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi V. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
1134 hlm.
21