Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Lanjut Usia

1. Pengertian

Menurut World Health Organisation (WHO), lanjut usia adalah

seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun ke atas dan dapat di sebut

juga sebagai tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang akan di alami

oleh setiap individu (Azizah, 2011). Pengelompokkan lansia yang dibagi

menjadi laki-laki dan perempuan. Karakteristik usia menunjukkan bahwa

responden termasuk dalam kategori usia diatas 60 tahun ke atas (Eka

Yuliatri, 2014) Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses

penuaan. Menurut undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang

kesejahteraan usia lanjut menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Departemen Sosial, 2007).

Kategori umur lanjut usia menurut Lembaga Kesehatan Dunia (WHO)

menggolongkan menjadi 4 kategori yaitu usia pertengahan (middle age) 45

-59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90

tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia yaitu :

a. Pralansia (Prasenilis) : Usia 45-59 tahun.

6
7

b. Lansia : Usia 60 tahun ke atas.

c. Lansia risiko tinggi : Usia 60 tahun atau lebih dan usia 70 tahun ke atas

dengan masalah kesehatan.

d. Lansia potensial : Lansia yang mampu untuk bekerja sehingga

menghasilkan barang/jasa.

e. Lansia tidak potensial : Lansia yang sudah tidak berdaya untuk bekerja,

sehingga kebutuhan ekonominya bergantung pada bantuan keluarga

atau orang lain (Rosidawati, 2008).

3. Karakteristik Lansia

a. Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat

(2) UU No. 13 tentang Kesehatan).

b. Mempunyai kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat

sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta

kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

c. Limgkungan untuk tempat tinggal lansia yang bervariasi (Maryam

et.,al, 2008).

4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia Perubahan yang terjadi

pada lansia meliputi perubahan fisik, sosial, dan psikologis.

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi:

1) Sel : Jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun,

dan cairan intraseluler menurun.

2) Kardiovaskular : Katup jantung menebal dan kaku, kemampuan

metode darah menurun (menurunnya kontraksi dan volume),


8

elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat.

3) Respirasi : Otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku,

elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga

menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya menurun,

kemampuan batuk menurun, serta terjadinya penyempitan pada

bronkus.

4) Persarafan : Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun

serta lambat dalam merespons dan waktu bereaksi khususnya yang

berhubungan dengan stres. Berkurang atau hilangnya lapisan

mielinakson, sehingga menyebabkan berkurangnya respons motorik

dan refleks.

5) Muskuloskeletal : Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh

(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan

menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon mengerut, dan

mengalami sklerosis.

6) Gastrointestinal : Esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar

menurun, dan peristaltik menurun sehingga daya absorpsi juga ikut

menurun. Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ aksesori

menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan

enzim pencernaan.

7) Genitourinaria : Ginjal, mengecil, aliran darah ke ginjal menurun,

penyaringan di geomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun

sehingga kemampuan mengonsentrasi urine ikut menurun.


9

8) Vesika urinaria Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan

retensi urine. Prostat : hipertrofi pada 75% lansia.

9) Vagina : Selaput lendir mengering dan sekresi menurun.

10) Pendengaran : Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan

pendengaran. Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.

11) Penglihatan : Respons terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap

gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun,

dan katarak.

12) Endokrin Produksi hormon menurun.

13) Kulit : Keriput serta kulit kepada dan rambut menipis. Rambut dalam

hidung dan telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi

menurun, rambut memutih (uban), kelenjar keringat menurun, kuku

keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan seperti tanduk.

14) Belajar dan memori : Kemampuan belajat masih ada tetapi relatif

menurun. Memori (daya ingat) menurun karena proses encoding

menurun.

15) Inteligensi : Secara umum tidak banyak berubah.

16) Personality dan adjustment (pengaturan) : Tidak banyak perubahan,

hampir seperti saat muda.

17) Pencapaian (Achievement) : Sains, filosofi, seni, dan

musik sangat mempengaruhi.

18) Sistem pengaturan suhu tubuh : suhu tubuh menurun (hipotermia)

secara fisiologis ±35oC , hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang

menurun, keterbatasan refleks mengigil, dan tidak dapat


10

memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya akibat

otot (Ferry Efendy dan Mahkfudli, 2009).

b. Perubahan sosial

Perubahan sosial yang terjadi pada lansia meliputi:

1) Peran : Post Power Syndrome, Single Women, dan Single Parent.

2) Keluarga : Kesendirian, kehampaan.

3) Teman : Ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan

kapan akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat

pikun (tidak berkembang).

4) Abuse : Kekerasan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal

(dicubit, tidak di beri makan).

5) Masalah hukum : Berkaitan dengan perlindungan aset dan

kekayaan pribadi yang di kumpulkan sejak masih muda.

6) Pensiun : Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun).

Kalau tidak, anak dan cucu yang akan memberi uang.

7) Ekonomi : Kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok

bagi lansia dan income security.

8) Rekreasi : Untuk ketenangan batin.

9) Keamanan : Jatuh, terpeleset.

10) Transportasi : Kebutuhan akan sistem transportasi yang cocok bagi

lansia.

11) Politik : Kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan

masukan dalam sistem politik yang berlaku.


11

12) Pendidikan : Berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan

kesempatan untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

13) Agama : Melaksanakan ibadah.

14) Panti jompo : Merasa dibuang/diasingkan (Maryam, 2008).

c. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah

perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan

(hereditas), lingkungan, tingkat kecerdasan dan kenangan. Kenangan

dibagi menjadi dua, yaitu kenangan jangka panjang (berjam-jam

sampai berhari-hari yang lalu) mencakup beberapa perubahan dan

kenangan jangka pendek atau sekitar (0-10 menit) biasanya dapat

berupa kenangan buruk (Ferry Efendi, 2009).

B. Konsep Menua

1. Pengertian

Menua adalah suatu proses menurunnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan

yang di derita (Martono &Pranarka 2009). Penuaan adalah suatu proses

alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan

berkeseimbangan.
12

2. Faktor-faktor perubahan proses menua :

a. Faktor internal

Faktor internal ini seperti terjadinya penurunan anatomik, fisiologik

dan perubahan psikososial pada proses menua makin besar, penurunan

ini akan menyebabkan lebih mudah terkena penyakit yang di mana

antara penurunan tersebut dengan penyakit yang sering kali tidak

terlihat begitu nyata (Hadi Martono, 2009).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal ini berpengaruh pada percepatan proses menua


antara lain : gaya hidup, faktor lingkungan dan pekerjaan.

C. Gender (Jenis Kelamin)

1. Pengertian

Menurut Wade dan Tavris (2007;258), istilah jenis kelamin dengan

gender memiliki arti yang berbeda, yaitu “jenis kelamin” adalah atribut-

atribut fisiologis dan anatomis yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan, sedangkan“gender” dipakai untuk menunjukan perbedaan-

perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang di pelajari. Gender

merupakan bagian dari system sosial, seperti status sosial, usia, dan etnis,

itu adalah faktor penting dalam menentukan peran,hak, tanggung jawab

dan hubungan antara pria dan wanita. Penampilan, sikap, kepribadian

tanggung jawab adalah perilaku yang akan membentuk gender.


13

Menurut Sarwono (2007;90) Dalam masyarakat tradisional atau

yang hidup dalam lingkungan pra industri, kecenderungan memang lebih

besar. Anak Laki-laki cenderung akan menumbuhkan sifat maskulinnya,

sedangkan anak Perempuan cenderuang menjadi Feminim. Akan tetapi,

dalam kehidupan yang lebih modern, makin besar kemungkinan timbulnya

tipe-tipe androgin dan undifferentiated. Istilah androgin berasal dari

bahasa Yunani. Andro berati Laki-laki dan gyne yang berarti perempuan.

Demikianlah, di dalam masyarakat modern banyak dijumpai wanita yang

mampu melakukan profesi pria. Sebaliknya, pria mampu mengambil ahli

tugas wanita. Kepribadian androgin dikatakan sebagai kepribadian yang

luwes dan mudah menyesuaikan diri. Berbeda dari kepribadian androgin,

kepribadian undiferentiated lebih kaku dan lebih sulit menyesuaikan

diri kepada tugas-tugas kepribadian maupun tugas-tugas kewanitaan.

Bekerja mencari nafkah masih didominasi laki-laki sebagai kepala

keluarga, untuk pekerjaan rumah atau domestic didominasi perempuan.

Ada kecenderunganmakin tinggi lapisan ekonomi keluarga makin besar

curahan hari kerja mencari nafkah baik untuk suami ataupun istri. Dari

semua faktor yang mempengaruhi perbedaan waktu kerja, faktor imbalan

kerja yang berpengaruh nyata dan positif menarik untuk dibahas. Karena

dari segi nilai ekonomi keluarga, kontribusi kerja relative dapat diukur dari

berapa besar imbalan kerja tiap anggota keluarga terhadap pendapatan

total keluarga dalam priode tertentu. Makin tinggi angkaangka makin

besar kontribusi kerja absolute dan relative tiap anggota keluarga dalam

kegiatan ekonomi keluarga.


14

Perempuan pada umumnya mendominasi pola pengambilan

keputusan bidang pengeluaran keluarga, laki-laki dalam pengeluaran

produksi, sedangkan untuk bidang pembentukan keluarga dan kegiatan

sosial pengambilan keputusan secara bersama dan setara. Perbedaan

alokasi waktu dalam kegiatan produktif dan reproduktif berkorelasi

dengan pola pengambilan keputusan yang terjadi pada keluarga, pada

kegiatan reproduktif cenderung berpola pada perempuan dan lakilaki

dominan pada kegiatan produktif.

Seperti di kutip dalam buku Friedman dan Schustack (2008;79) ada

beberapa area di mana kita dapat menemukan perbedaan gender yang

reliable berkaitan dengan kemampuan psikologis, khususnya dalam area-

area yang menyangkut kemampuan berpikir, persepsi, dan memori. Pada

umumnya, kaum pria (sejak kecil hingga dewasa) memperlihatkan

kemampuan spasial yang lebih baik, sedangkan kaum wanita (sejak kecil

hingga dewasa) menunjukan kemampuan verbal yang lebih maju.

Gender sangat erat kaitannya dengan usaha kecil yang

berhubungan dengan kegiatan perekonomian rakyat dengan pemerataan

pembangunan untuk perempuan dan laki-laki, dalam hal sosial keadilan,

efisiensi ekonomi, dan upaya untuk mendorong pembangunan daerah.

Tujuan ini bisa tercapai melaui strategi yang disesuaikan dengan kondisi,

kebutuhan, dan potensi.

Seperti di kutip dalam buku Timmons dan Spinelli (2004;93)

berbagai informasi mengenai wirausahawan pria. Di masa lalu, wanita


15

jarang yang menjadi pemimpin atau mendirikan suatu perusahaan,

walaupun tidak sedikit wanita yang menjadi tokoh kunci.

Yang jelas, gender adalah persoalan yang sangat kompleks, banyak

faktor yang memengaruhi perbedaan tersebut (biologis, lingkungan,

kebudayaan, kekuasaan, status ekonomi). Kombinasi antara faktor-faktor

tersebut semakin menguatkan pendapat bahwa wirausahawan pria dan

wanita emang berbeda.

Seperti di kutip dalam buku Wade dan Tavris (2007;262) Budaya

dan agama berbeda skema dalam membedakan peran Laki-laki dan

Perempuan. Misalnya, pendidikan setara bagi Laki-laki dan Perempuan

tidak dipandang sebagai hal yang penting, walaupun ada hukum yang

mewajibkan pendidikan minimal bagi semua orang. Dalam dunia yang

semakin cepat berkembang, pesan masyarakat terhadap pria dan wanita

terus bergeser. Hasilnya, perkembangan gender menjadi proses seumur

hidup, di mana skema gender, sikap, dan prilaku berubah seiring dengan

bertambahnya pengalaman baru dan perubahan masyarakat. Perilaku

mereka dibentuk oleh gabungan dari faktor hormon, gen, skema kognitif,

pendidikan dari orang tua dan lingkungan sosial, tradisi agama dan

budaya, serta pengalaman.

2. Penyebab Kesenjangan Gender

Masalah gender atau pemilahan peran sosial laki-laki dan

perempuan merupakan hasil dari konstruksi sosial dan budaya melalui

pembiasaan,sosialisasi, budaya dan pewarisan budaya sejak anak

dilahirkan ke dunia yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat (Suryadi dan
16

Idris, 2004;46). Pada prinsipnya gender bisa berbeda dan dipengaruhi oleh

waktu dan tempat sehingga tidak bisa berlaku universal dan tetap menetap

(Suryadi dan Idris, 2004;48).

D. Konsep Kemandirian Lansia

1. Pengertian

Kemandirian lansia dalam ADL di definisikan sebagai kemandirian

seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan harian yang di

lakukan oleh manusia secara rutin dan universal (Kane, 1981 dalam Sari,

2013). Menurut Agung (2006), Activity of Daily Living adalah bentuk

pengukuran terhadap aktivitas yang dilakukan rutin oleh manusia setiap

hari. Proses penuaan pada lansia cenderung berpotensi terhadap tingkat

kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Maryam, 2008).

Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara

komulatif dalam perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk

bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan,

sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri. Dengan

kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang

ke yang lebih mantap (Husain, 2013). Kemandirian lansia dalam ADL

didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas

dan fungsi - fungsi kehidupan sehari - hari yang dilakukan oleh manusia

secara rutin dan universal (Ediawati,2013). Fungsi kognitif memegang

peranan penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari-hari.


17

Dampaknya, fungsi fisik dan psikis lansia akan terganggu oleh sebab ini

lansia akan mengalami adanya penurunan fungsi kognitif yang

menunjukan kemampuan seseorang terutama bagi lansia. Penurunan

fungsi kognitif merupakan masalah yang cukup serius karena dapat

mengganggu ADL dan tingkat kemandirian (Nurmah, 2011).

2. Activity of Daily Living (ADL)

Adalah suatu bentuk pengukuran kemampuan seseorang untuk

melakukan kegiatan sehari-harinya secara mandiri. Penentuan kemandirian

fungsional dapat mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien

sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, 2008).

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi

yang masih aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakukan fungsi

dianggap sebagai tidak melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu.

Kemandirian adalah kemampuan atau keadaan dimana individu mampu

mengurus atau mengatasi kepentingannya sendiri tanpa bergantung dengan

orang lain (Maryam, 2008).

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian ADL lansia

a. Kondisi kesehatan

Lanjut usia yang memiliki tingkat kemandirian tertinggi adalah

meraka yang secara fisik dan psikis memiliki kesehatan yang cukup

prima. Dengan kesehatan baik bagi lansia mereka dapat melakukan

aktivitas sehati-hari nya dengan baik seperti mengurus dirinya sendiri

dan aktivitas lainnya. Dari hal ini bahwa kemandirian bagi lansia dapat
18

di lihat dari kualitas kesehatannya. Adapum lansia yang cenderung

tidak mandiri yang di akibatkan oleh keadaan fisik maupun psikis nya

yang kadang-kadang sakit ataupun mengalami gangguan. Hal ini akan

menghambat kegiatan harian lansia sehingga lansia tidak dapat

melakukan kegiatannya dengan sendiri akan tetapi di bantu atau

ketergantungan orang lain.

b. Kondisi ekonomi

Lanjut usia yang mandiri pada kondisi ekonomi sedang ini berarti

lansia tersebut masih dapat menyesuaikan dengan keadaannya saat ini,

misalnya perubahan gaya hidup. Walaupun upah yang di berikan sedikit

tetapi mereka akan merasa puas karena ternyata dirinya masih berguna

bagi orang lain. Adapula lansia yang tidak mandiri pada ekonominya,

lansia yang tidak bekerja akan tetapi mendapat bantuan dari anak-

anaknya atau keluarga.

c. Kondisi sosial

Kondisi ini menunjukan kebahagiaan bagi lansia yaitu lansia yang

masih mampu mengikuti kegiatan sosial yang di lakukan dengan

kerabat, kelurga dan orang lain (Husain, 2014).

d. Umur dan status perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang klien menunjukkan tanda

kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana klien bereaksi terhadap

ketidakmampuan melaksanakan activity of daily living. Saat

perkembangan dari bayi sampai dewasa, seseorang secara perlahan–


19

lahan berubah dari tergantung menjadi mandiri dalam melakukan

Activity of Daily Living.

e. Kesehatan fisiologi

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam Activity of Daily Living, contoh sistem nervous

mengumpulkan, menghantarkan dan mengolah informasi dari

lingkungan. Sistem muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem

nervous sehingga dapat merespon sensori yang masuk dengan cara

melakukan gerakan. Gangguan pada sistem ini misalnya karena

penyakit, atau trauma injuri dapat mengganggu pemenuhan Activity of

Daily Living (Hardywinoto, 2007).

f. Fungsi kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang

dalam melakukan Activity of Daily Living. Fungsi kognitif

menunjukkan proses menerima, mengorganisasikan dan

menginterpretasikan sensor stimulus untuk berpikir dan menyelesaikan

masalah. Proses mental memberikan kontribusi pada fungsi kognitif

dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat kemandirian

dalam melaksanakan Activity of Daily Living (Hardywinoto, 2007).

g. Ritme biologi

Ritme atau irama biologi membantu makhluk hidup mengatur

lingkungan fisik disekitarnya dan membantu homeostasis internal

(keseimbangan dalam tubuh dan lingkungan). Salah satu irama biologi


20

yaitu irama sirkardian, berjalan pada siklus 24 jam. Perbedaaan irama

sirkardian membantu pengaturan aktivitas meliputi tidur, temperatur

tubuh, dan hormon. Beberapa faktor yang ikut berperan pada irama

sirkardian diantaranya faktor lingkungan seperti hari terang dan gelap,

seperti cuaca yang mempengaruhi activity of daily living.

h. Tingkat stress

Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai

macam kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor),

dapat timbul dari tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu

keseimbangan tubuh. Stressor tersebut dapat berupa fisiologis seperti

injuri atau psikologi seperti kehilangan.

i. Fungsi psikologi

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk

mengingat sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada

suatu cara yang realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks

antara perilaku intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada

intrapersonal contohnya akibat gangguan konsep diri atau

ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam tanggung jawab

keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti masalah

komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam penampilan

peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan activity of daily

living (Hardywinoto, 2007).


21

j. Fungsi motorik

Akibat perubahan mortofologis pada otot menyebabkan perubahan

fungsional otot, yaitu terjadinya penurunan kekuatan dan kontraksi otot,

elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan waktu reaksi dan rileksasi,

dan kinerja fungsional. Selanjutnya, penurunan fungsi dan kekuatan

otot akan mengakibatkan kejadian berikut ini : penurunan kemampuan

mempertahankan keseimbangan tubuh, hambatan dalam gerak duduk ke

berdiri, peningkatan resiko jatuh,penurunan kekuatan otot dasar

panggul dan perubahan postur.

4. Nilai activity of daily living (ADL)

Untuk menetapkan salah satu lansia dikatakan mandiri :

a. Mandi : Dinilai kemampuan klien untuk menggosok/membersihkan

sendiri seluruh bagian badannya, atau dalam hal mandi dengan cara

pancuran (shower) atau dengan cara masuk dan keluar sendiri dari bath

tub.

b. Berpakaian : Dikatakan dependen bila mampu mengambil sendiri

pakaian dalam lemari atau laci misalnya mengenakan sendiri bajunya,

memasang kacing atau resleting dan mengikat tali sepatu jika

menggunakannya.

c. Toileting : Dikatakan dependen lansia mampu ke toilet sendiri,

beranjak dari kloset, merapihkan pakaian sendiri, membersihkan

sendiri organ ekskresi dan jika memerlukan bed pan atau pispot dapat

melakukannya dengan sendiri.


22

d. Menyiapkan obat : Dikatakan dependen lansia dapat menyiapkan obat

sendiri pada waktu sakit/sedang mengkonsumsi obat-obatan.

e. Kontinensia : Tergolong dependen bila mampu buang hajat sendiri

(urinasi dan defekasi) dan jika melakukan bed pan dapat

melakukannya sendiri.

f. Makan : Dependen bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil

dari piring. Dalam penelitian tidak termasuk hidangan seperti

memotong daging dan mengoler roti menggunakan selai/mentega ini

tidak termasuk kedalam golongan dependen.

g. Kebersihan diri : (cuci muka, menyisir, mencukur rambut, menggosok

gigi) klien mampu mencuci tangan dan wajah, menyisir rambut,

menyikat gigi, dan mencukur, sekaligus mengambil pisau cukur dari

lemari, untuk wanita mampu berdandan, menyisir rambut rapih tanpa

menata rambut.

h. Berjalan (jalan datar) : Klien dapat berjalan tanpa bantuan pengawasan.

Klien dapat menggunakan ekstermitas palsu dan juga menggunakan

alat bantu jalan seperti cruck, cane atau walkerette namun bukan

rolling walker. Mampu mengunci dan melepas pengait, mampu

melakukan posisi berdiri dan duduk, menggunakan alat bantu

seperlunya saat berdiri dan memindahkannya ketika duduk.

i. Lingkungan Aktivitas Fisik : Dapat melakukan aktivitas didalam atau

diluar rumah seperti melakukan pekerjaan rumah, mencuci,

menyetrika, memebersihkan ruangan, menggunakan transportasi,

berbelanja, bekerja dan berekreasi.


23

j. Spiritual : Dapat menjalankan kewajiban beribadahnya dengan baik

salah satunya sholat lima waktu dan mengikuti kegiatan agar

berkontemlasi tentamg makna kehidupan menurut agama dan

kepercayaannya.

k. Mengambil Keputusan : dikatakan mandiri apabila lansia masih

dilibatkan dalam pengambilan keputusan dalam keluarga, dan

dikatakan tergantung apabila lansia sudah tidak sama sekali dilibatkan

membuat keputusan. Bagaimana seseorang merefleksi arti kehidupan

yang dijalani, dapat menuntun kehidupan sehari-hari dan peduli

tentang isu-isu kemanusiaan (Noorkasiani dkk, 2009) (Sofia Rosma

Dewi, 2014).

5. Instruments pengkajian ADL dengan Indeks Barthel (IB)

a. Indeks Barthel (IB)

Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang

berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan

diridan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam

menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami

gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator, yaitu :

1) Makan (Feeding)

2) Mandi (Bathing)

3) Perawatan diri (Grooming)

4) Berpakaian (Dressing)

5) Buang air kecil (Bowel)

6) Buang air besar (Bladder)


24

7) Penggunaan toilet

8) Transfer (Berpindah dari tempat tidur ke kursi dan sebaliknya)

9) Mobilitas

10) Naik turun tangga

Tabel 2.1 Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel.

No. Item yang dinilai Skor Nilai

1. Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu

1 = Butuh bantuan memotong, mengoles

mentega dll.

2 = Mandiri

2. Mandi (Bathing) 0 = Tergantung orang lain

1 = Mandiri

3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain

(Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut,

gigi, dan bercukur

4. Berpakaian 0 = Tergantung orang lain

(Dressing) 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing

baju)

2 = Mandiri

5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan

(Bowel) tidak terkontrol

1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

2 = Kontinensia (teratur lebih dari 7 hari)


25

6. Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu

(Bladder) enema)

1 = Kadang Inkontinensia (sekali seminggu)

2 = Kontinensia (teratur)

7. Penggunaan toilet 0 = Tergantungbantuan orang lain

1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat

melakukan beberapa hal sendiri

2 = Mandiri

8. Transfer 0 = Tidakmampu

1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk

(2 orang)

2 = Bantuan kecil (1 orang)

3 = Mandiri

9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak mampu)

1 = Menggunakan kursi roda

2 = Berjalan dengan bantuan satu orang

3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat

bantu seperti, tongkat)

10. Naik turun tangga 0 = Tidak mampu

1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)

2 = Mandiri

Sumber : Rista Fauziningtyas, 2017


26

Interpretasi hasil :

20 : Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan

9-11 : Ketergantungan Sedang

5-8 : Ketergantungan Berat

0-4 : Ketergantungan Total


27

E. Kerangka Konsep

Kemandirian lansia dalam


Lansia Melakukan Activity of Daily
Living (ADL) meliputi :

− Mandi
− Berpakaian
Faktor yang mempengaruhi − Toileting
kondisi ADL lansia : − Kontinensia
− Kondisi kesehatan − Makan
− Kebersihan diri
− Kondisi ekonomi
− Berjalan (jalan datar)
− Kondisi sosial − Menyiapkan obat
− Umur dan status − Mengambil keputusan
perkembangan − Lingkungan aktivitas
fisik
− Kesehatan fisiologi − Spiritual
− Fungsi kognitif
− Ritme biologi
− Tingkat stres
Berdasarkan tabel di atas,
− Fungsi psikologi
Interprestasi hasil menurut
− Fungsi motorik Indeks Barthel :
− 20 : Mandiri
Berdasarkan Jenis Kelamin : − 12-19 : Ketergantungan
Ringan
− Laki-Laki ♂ − 9 -11 : Ketergantungan
− Perempuan ♀ Sedang
− 5-8 : Ketergantungan
Keterangan : Berat
− 0-4 : Ketergantungan
Total
: Diteliti
: Tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Konsep hubungan karakteristik jenis kelamin pada


lansia dengan kemandirian dalam pemenuhan ADL di UPT
Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar di Tulungagung
tahun 2019.
28

F. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan karakteristik jenis kelamin pada lansia dengan
kemandirian dalam pemenuhan ADL di UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar Tulungagung pada tahun 2019
H1 : Ada hubungan karakteristik jenis kelamin pada lansia dengan
kemandirian dalam pemenuhan ADL di UPT Pelayanan Sosial
Tresna Werdha Blitar Tulungagung pada tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai