Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Departemen Sosial (2007), lanjut usia merupakan istilah tahap

akhir dari proses penuaan. Lansia mengalami proses penuaan sehingga

mengakibatkan penurunan fungsi (Azizah, 2010). Lanjut usia juga disebut

sebagai proses yang akan dialami oleh setiap orang yang akan mendapatkan

karunia umur panjang. Perubahan fisik lansia akan mempengaruhi tingkat

kemandirian,kemandirian lansia dalam ADL didefinisikan sebagai kemandirian

seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari (Kane, 1981 dalam seri,

2013). Kemandirian mempengaruhi perubahan situasi kehidupan, aturan

soasial, usia, dan penyakit. Lansia akan berangsur-angsur mengalami

keterbatasan dalam kemampuan fisik dan peningkatan kerentanan terhadap

penyakit kronis. Selain itu ketergantungan lansia dalam hal ekonomi khususnya

bagi lansia pria merupakan kenyataan pahit yang harus diterima lansia dan

akan membuat gerak lansia menjadi terbatas baik secara fisik maupun ekonomi

(Putri 2011).

Purnama (2009), mengemukakan bahwa karakteristik lansia meliputi

jenis kelamin dimana lansia berjenis kelamin perempuan lebih dominan dari

lansia berjenis kelamin laki-laki. Terdapat perbedaan kebutuhan aktivitas fisik

pada lansia laki-laki dan perempuan, seperti laki-laki ketika memasuki lanjut

usia akan lebih sedikit melakukan aktivitas dan kebanyakan hanya duduk

1
2

bersantai nonton TV atau baca koran. Hal ini berbeda dengan perempuan

walaupun sudah memasuki usia lanjut, dia akan tetap melakukan aktivitas fisik

di dalam rumah tangga seperti memasak, menyiapkan makanan untuk keluarga

atau menjahit.

Pada data WHO tahun 2012, dalam empat dekade mendatang, populasi

jumlah penduduk lansia diperkirakan meningkat dari 10 % menjadi 22 %, dari

jumlah penduduk 800 juta menjadi 2 milyar penduduk lansia (Fitriana, 2013).

Penduduk lanjut usia di Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan

jumlah lanjut usia terbanyak didunia. Berdasarkan sensus penduduk pada

tahun 2010, jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6% dari total

penduduk). Pada tahun 2014 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi

18,781 juta jiwa dan di perkirakan pada tahun 2025, jumlah nya akan mencapai

hingga 36 juta jiwa (Kemkes RI, 2015).

Berdasarkan hasil survey yang peneliti lakukan pada tanggal 22 bulan

November tahun 2018 di UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha unit Blitar

yang berada di Tulungagung, lansia yang mengalami penurunan aktivitas fisik

20 orang dari 80 orang lansia. Dari hasil survey yang peneliti lakukan

menunjukkan bahwa masih banyak lanjut usia yang mengalami penurunan

aktivitas fisik, dan masih di bantu sebagian dalam pemenuhan ADL.

Pada peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia dapat membawa

dampak untuk berbagai kehidupan. Dampak utama pada peningkatan jumlah

lansia yaitu peningkatan ketergantungan pada lansia. Ketergantungan lansia ini

dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kemunduran fisik, psikis dan

sosial yang dapat dijelaskan melalui empat tahap yaitu kelemahan, keterbatasan
3

funsional, ketidak mampuan, dan keterhambatan yang akan terjadi secara

bersama pada proses menua (Samper, 2017).

Penurunan fungsi tubuh pada lansia yang dapat mengakibatkan kondisi

fisik lansia mengalami peubahan dari waktu kewaktu seperti penurunan jumlah

sel, sistem pernafasan terganggu, sistem pendengaran terganggu, sistem

gastrointestinal mengalami penurunan, hilangnya jaringan lemak dan kekuatan

otot yang dimiliki lansia berkurang dapat mengakibatkan activity daily living

mereka teraganggu (Nugroho, 2008). Perubahan kehidupan sosial pada lansia,

ekonomi kurang memadahi, kesemangatan hidup mereka akan menurun

sehingga activity daily living (ADL) mereka akan berubah dan mungkin tidak

memiliki semangat menjalani kehidupannya. perubahan lingkungan dengan

kurangnya rekreasi, transportasi yang tidak mamadahi, juga dapat berpengaruh

kepada activity daily living (ADL) lansia itu sendiri. (Pulkeliene, 2011).

Sedangkan fungsi psikis yaitu lansia sering mengalami perasaan rendah diri,

bersalah atau merasa tidak berguna lagi (Triswandari, 2008).

Adapun beberapa upaya untuk meningkatkan kebugaran fisiknya adalah

olahraga, makan-makan yang bergizi dan pola hidup yang sehat. Walaupun hal

tersebut memang tidak sepenuhnya menjadi cara yang harus dilakukan, namun

setidaknya apabila lanjut usia dapat menjaga serta meningkatkannya, maka

lansia tersebut juga akan mendapatkan hasil yang sesuai yaitu dengan

tercapainya pola hidup yang baik serta sehat.


4

Berdasarkan permasalahan tersebut , Peneliti tertarik mengangkat judul

penelitian”Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Pada Lansia Dengan

Kemandirian Dalam Pemenuhan ADL di UPT Pelayanan Sosial Tresna

Werdha Blitar Tulungagung pada tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah

“Apakah ada Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Pada Lansia Dengan

Kemandirian Dalam Pemenuhan ADL (Activity of Daily Living) Di UPT

Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Tulungagung Tahun 2019”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Pada Lansia Dengan

Kemandirian Dalam Pemenuhan ADL Di UPT Pelayanan Sosial Tresna

Werdha Blitar Tulungagung pada tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi Karakteristik Jenis Kelamin Pada Lansia Di UPT

Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Tulungagung Pada Tahun 2019.

b. Mengidentifikasi Kemandirian Dalam Pemenuhan ADL Di UPT

Pelayanan Sosial Tresna Werdha Blitar Tulungagung Pada Tahun 2019.


5

c. Menganalisis Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Pada Lansia Dengan

Kemandirian Dalam Pemenuhan ADL Di UPT Pelayanan Sosial Tresna

Werdha Blitar Tulungagung Pada Tahun 2019.

D. Manfaat

1. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan khasanah ilmu pengetahuan,

dan menambah wawasan tentang gerontik bagi peneliti.

2. Bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan informasi dan menambah pengetahuan

dalam melakukan pelayanan gerontik, dengan permasalahan kemampuan

fungsional lansia.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya agar

pengkajian fungsional pada lanjut usia terus berkembang dengan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai