Di susun oleh:
Kelompok 13
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas keperawatan anak II
dengan judul “asuhan keperawatan pada anak dengan Autisme ”
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai media, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam pembuatan makalah ini dan dapat selesai tepat pada waktuya.
Penyusun,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian anak autis
2. Etiologi(penyebab) autis
3. Tanda dan gejala autis
4. Patofisiologis autis
5. Pathway autis
6. Pemeriksaan penunjang autis
7. Penatalaksanaan autis
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk melatih dan menambah
pengetahuan tentang anak autis. Dan diharapkan agar mahasiswa/mahasiswi dapat
membuat asuhan keperawatan anak autis. Disamping itu juga sebagai syarat dari tugas
mata kuliah keperawatan anak.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN AUTISME
Kata autisme berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
‘aut’yang berarti ‘diri sendiri’ dan ‘ism’ yang secara tidak langsung menyatakan
‘orientasi atau arah atau keadaan (state). Pengertian ini menunjuk pada bagaimana
anak-anak autis gagal bertindakdengan minat pada orang lain, tetapi kehilangan
beberapa penonjolan perilaku mereka.Ini, tidak membantu orang lain untuk
memahami seperti apa dunia mereka. Sudah sejak tahun 1938, sebenarnya dr. Leo
Keanner (seorang dokter spesialispenyakit jiwa)melaporkan bahwa dia telah
mendiagnosa dan mengobati pasien dengan sindroma autisme yang dia sebut
infantile autisme.untuk menghormatinya autisme juga disebut dengan sindroma
keanner. Dengan gejala tidak mampu bersosialisasi, megalami kesulitan
menggunakan bahasa, berperilaku berulang-ulang, serta bereaksi tidak biasa terhadap
rangsangan sekitar.
Autisme merupakan gangguan perkembangan organik yang mempengaruhi
anak-anak dalam berinteraksi dan menjalani kehidupannya (Hanafi, 2002).
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut
komunikasi, interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Dan anak autistik adalah anak
yang mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang komunikasi, interaksi sosial,
gangguan sensoris, pola bermain, perilaku dan emosi. (Depdiknas, 2002).
Autisme bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindroma (kumpulan gejala)
dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa dan
kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Sehingga anak autisme seperti hidup dalam
dunianya sendiri. Dengan kata lain pada anak autisme terjadi kelainan emosi,
intelektual dan kemauan (gangguan pervasive). Autisme merupakan suatu keadaaan
dimana seorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara berpikir maupun
berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia masih kecil biasanya sekitar usia 2-3
tahun.Autisme bisa mengenai siapa saja, baik yang sosio ekonomi mapan maupun
kurang, anak maupun dewasa, dan semua etnis.
B. ETIOLOGI
Faktor penyebab atuisme mesih terus dicari dan masih dalam penelitian parah
ahli. Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika (keturunan
memegang peranan penting dalam proses terjadinya autisme.
A. Faktor Genetik
Lebih kurang 20% dari kasus-kasus autisme disebabkan oleh faktor
genetik.Penyakit genetik yang sering dihubungkan dengan autisme adalah
tuberous sclerosis (17-58%) dan sindrom fragile X (20-30%). Disebut fragile- X
karena secara sitogenetik penyakit ini ditandai oleh adanya kerapuhan (fragile) X
4.Sindrome fragile X merupakan penyakit yang diwariskan secara X-linked (X
terangkai) yaitu melalui kromosome X. Pola penurunannya tidak umum, yaitu
tidak seperti penyakit dengan pewarisan X-linked lainnya, karena tidak bisa
digolingkan sebagai dominan atau resesi, laki-laki dan perempuan dapat menjadi
penderita maupun pembawa sifat (carrier). (Dr. Sultana MH Faradz, Ph.D, 2003)
B. Ganguan pada Sistem Syaraf
Banyak penelitian yang melaporkan bahwa anak autis memiliki kelainan pada
hampir semua struktur otak. Tetapi kelainan yang paling konsisten adalah pada
otak kecil. Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel purkinye di otak
kecil pada autisme. Otak kecil berfungsi mengontrol fungsi luhur dan kegiatan
motorik, juga sebagai sirkuit yang mengatur perhatian dan pengindraan. Jika
sirkuit ini rusak atau terganggu maka akan mengganggu fungsi bagian lain dari
sistem saraf pusat, seperti misalnya sistem limbik yang mengatur emosi dan
perilaku.
C. Ketidakseimbangan Kimiawi
Beberapa peneliti menemukan sejumlah kecil dari gejala autistik berhubungan
dengan makanan atau kekurangan kimiawi di badan. Alergi terhadap makanan
tertentu, seperti bahan-bahan yang mengandung susu, tepung gandum, daging,
gula, bahan pengawet, penyedap rasa, bahan pewarna, dan ragi. Untuk
memastikan pernyataan tersebut, dalam tahun 2000 sampai 2001 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap 120 orang anak yang memenuhi kriteria gangguan autisme
menurut DSM IV. Rentang umur antara 1 – 10. tahun, dari 120 orang itu 97
adalah anak laki-laki dan 23 orang adalah anak perempuan. Dari hasil
pemeriksaan diperoleh bahwa anak anak ini mengalami gangguan metabolisme
yang kompleks, dan setelah dilakukan pemeriksaan untuk alergi, ternyata dari 120
orang anak yang diperiksa: 100 anak (83,33%) menderita alergi susu sapi, gluten
dan makanan lain, 18 anak (15%) alergi terhadap susu dan makanan lain, 2 orang
anak (1,66 %) alergi terhadap gluten dan makanan lain. (Dr. Melly Budiman,
SpKJ, 2003). Penelitian lain menghubungkan autism dengan ketidakseimbangan
hormonal, peningkatan kadar dari bahan kimiawi tertentu di otak, seperti
opioid, yang menurunkan persepsi nyeri dan motivasi.
D. Kemungkinan Lain
Autisme juga diduga dapat disebabkan oleh virus, seperti rubella, toxo, herpes,
jamur, nutrisi yang buruk, pendarahan dan keracunan makanan pada masa
kehamilan yang dapat menghambat pertuimbuhan sel otak yang menyebabkan
fungsi otak bayi yang dikandung terganggu terutama fungsi pemahaman
komunikasi dan interaksi (Depdiknas, 2002). Kemungkinan yang lain adalah
faktor psikologis, karena kesibukan orang tuanya sehingga tidak memiliki waktu
untuk berkomunikasi dengan anak, atau anak tidak pernah diajak berbicara
sejak kecil, itu juga dapat menyebabkan anak menderita autisme.
Anak autis dapat menunjukkan pertumbuhan fisik normal hingga sekitar usia 2 tahun
setelah itu didapati penurunan kesehatan yang drastic, Kriteria DSM-IV (Diagnostik
dan Stastistikal Manual) autisme ,Harus ada sedikitnya 6 gejala dari 1,2 dan 3
a. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik. Minimal 2 gejala :
1) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai, kontak mata kurang,
ekspresi muka kurang hidup, gerak gerik kurang tertuju.
2) Tak bisa main dengan teman sebaya.
3) Tak dapat merasaka apa yang dirasa orang lain.
4) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang timbal balik.
b. Gangguan kualitatif dalam komunikasi
1) Bicara terlambat / bahkan sama sekali tak berkembang (dan tak ad usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain tanpa bicara).
2) Bila bisa bicara tak dipakai untuk komunikasi.
3) Cara main kurang variatif, kurang imajinatif, kurang bisa meniru.
4) Menggunakan bahasa aneh dan diulang.
c. Suatu pola yang dipertahankan dan diulang dari perilaku, minat dan kegiatan
1) Pertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang khas dan berlebih.
2) Terpaku suatu kegiatan ritualistik/ rutinitas tidak berguna, menolak suatu
perubahan.
3) Gerakan aneh yang khas dan diulang.
4) Sering terpukau pada bagian benda.
d. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan / gangguan dalam bidang :
1) Interaksi sosial
2) Bicara dan berbahasa
3) Cara bermain yang kurang variatif
e. Bukan disebabkan oleh Reff’s Syndrom.
D. PATOFISIOLOGI
Diperkirakan bahwa genetik merupakan penyebab utama dari autisme. Tapi selain itu
juga faktor lingkungan misal terinfeksi oleh bahan beracunyang akan merusak
struktur tubuh. Selain itu bahan-bahan kimia juga dapat menyebabkan autisme.karena
kita ketahui bahwa bila bahan tersebut masuk dalam tubuh akan merusak pencernaan
dan radang dinding usus karena alergi. Bahan racun masuk melalui pembuluh darah
yang bila tidak segera diatasi bisa menuju ke otak kemudian bereaksi dengan
endhorphin yang akan mengakibatkan perubahan perilaku.
Anak dengan autisme mengalami gangguan pada otaknya yang terjadi karena infeksi
yang disebabkan oleh jamur, logam berat, zat aditif, alergi berat,obat-obatan, kasein
dan gluten. Infeksi tersebut terjadi pada saat bayi dalam kandungan maupun setelah
lahir. Kelainan yang dialami anak autisme terjadi pada otak bagian lobus parietalis,
otak kecil (cerebellum) dan pada bagian sistem limbik. Kelainan ini menyebabkan
anak mengalami gangguan dalam berpikir, mengingat dan belajar berbahasa serta
dalam proses atensi. Sehingga anak dengan autisme kurang berespon terhadap
berbagai rangsang sensoris dan terjadilah kesulitan dalam menyimpan informasi baru.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti
dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral
maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa
instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk
mendiagnosa autisme:
Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-
kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada
pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi
berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi
terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal.
CARS adalah metode penilaian diagnostik yang menilai individu dalam skala
mulai dari normal hingga parah, dan menghasilkan skor komposit mulai
dari non-autis hingga autis ringan, autis sedang, atau autis parah. Skala ini
digunakan untuk mengamati dan menilai lima belas item secara subyektif.
2.imitasi
3.respons emosional
4.tubuh
5.penggunaan objek
7.respon visual
8.respons mendengarkan
11.komunikasi lisan
12.komunikasi nonverbal
13.tingkat aktifitas
15.tayangan umum
The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme
pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan,
dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
3.Apakah anak anda suka memanjat berbagai hal, misalnya naik-turun tangga?
5.Apakah anak anda kadang bermain pura-pura, misalnya pura-pura membuat teh
menggunakan cangkir dan teko, atau bermain pura-pura yang lain?
1.Bagian Tahap Pertama: Saat bertemu dengan anak, apakah anak melakukan kontak
mata?
2.Bagian Tahap Kedua : Tarik perhatian anak, kemudian tunjuk ke benda yang
menarik di seberang (bagian lain dari) ruangan, kemudian katakan “Wah/eh lihat
(tuh/itu), ada .......... (sebutkan nama suatu mainan)!” Perhatikan wajah anak, apakah
anak melihat ke arah benda yang ditunjuk?
4.Bagian Tahap Keempat : Katakan kepada anak “(Coba) Tunjuk lampu...” / “Lampu
manaaa...” / “Mana lampuuu...”. Perhatikan apakah anak menunjuk ke arah lampu?
5.Bagian Tahap Kelima, apakah anak mampu menyusun balok mainan (ump. Lego)?
Jika ya, berapa banyak tumpukannya?
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan skrining CHAT ini, yaitu sebagai
berikut: Sebelum memberikan pertanyaan/instruksi, pastikan terlebih dahulu bahwa
anak melihat ke kita.
Pada tahap kedua tersebut, merupakan pertanyaan yang penting sebagai indikasi ada
tidaknya ciri autistik. Namun hal yang perlu diperhatikan yaitu pastikan bahwa anak
memang benar-benar melihat benda yang kita tunjuk di seberang ruangan, bukannya
anak hanya sekedar melihat ke tangan kita.
Pada bagian ketiga tersebut di atas, bisa diganti dengan permainan pura-pura (pura-
pura bermain/memainkan) hal yang lainnya.
Pada bagian keempat tersebut, bisa diganti dengan misalnya “Mana beruang/
kelinci/bebek/dll?” ataupun berbagai benda lainnya yang di luar jangkauan kita
maupun anak.
anak tidak mampu melakukan kelima hal tersebut di atas, maka itu berarti bahwa
besar kemungkinannya anak tersebut mengalami/menyandang autisme. Jika anak
tidak mampu melakukan 3 dari 5 hal tersebut di atas, maka anak tersebut mungkin
autistik. Setiap anak yang gagal dalam tes ini, bisa dicoba dilakukan tes ulang pada
kunjungan berikut 1 bulan kemudian. Namun berdasarkan fakta bahwa kunci
keberhasilan penanganan autisme adalah intervensi dini, serta semakin dini semakin
baik, maka lebih bijaksanalah jika tidak dilakukan penundaan perujukan berupa
pemeriksaan ulang 1 bulan kemudian
The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40
skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi
kemampuan komunikasi dan sosial mereka
Anak ini sangat berbeda dari anak-anak lain seusianya dengan cara berikut:
Tidak
Agak
iya nih
3. hidup agak di dunianya sendiri dengan minat intelektual istimewa yang terbatas
4. mengumpulkan fakta tentang subyek tertentu (memori hafalan yang baik) tetapi tidak
benar-benar mengerti artinya
6. memiliki gaya komunikasi yang menyimpang dengan bahasa formal, rewel, kuno atau
"robotlike"
10. secara mengejutkan bagus dalam beberapa hal dan mengejutkan buruk dalam hal lain
11. menggunakan bahasa secara bebas tetapi gagal melakukan penyesuaian agar sesuai
dengan konteks sosial atau kebutuhan pendengar yang berbeda
15. ingin bersosialisasi tetapi gagal menjalin hubungan dengan teman sebaya
19. buruk dalam permainan: tidak ada ide untuk bekerja sama dalam tim, mencetak “gol
bunuh diri”
20. memiliki gerakan atau gerakan yang canggung, tidak terkoordinasi, canggung, canggung
22. memiliki kesulitan dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari yang sederhana karena
pengulangan tindakan atau pikiran tertentu
The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak
usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada
3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT)
Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT) adalah alat skrining yang
dirancang untuk mengidentifikasi anak-anak antara 24 dan 36 bulan yang mungkin berada
dalam spektrum autisme.
STAT dirancang untuk digunakan oleh penyedia layanan masyarakat yang bekerja dengan
anak-anak dalam pengaturan penilaian atau intervensi dan yang memiliki pengalaman dengan
autisme.
STAT menilai perilaku sosial dan komunikatif utama termasuk meniru, bermain, meminta,
dan mengarahkan perhatian.
STAT mengidentifikasi balita dan anak kecil yang mungkin berada dalam spektrum autisme
dan yang harus dirujuk untuk evaluasi yang lebih lengkap
STAT dikembangkan oleh sejumlah profesional yang terlibat dalam penilaian anak-anak pada
spektrum autisme.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dibagi dua yaitu penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan
keperawatan.
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-
hydroxytryptamine (5-HT), yaitu neurotransmiter atau penghantar sinyal di sel-sel
saraf. Sekitar 30-50 persen penyandang autis mempunyai kadar serotonin tinggi
dalam darah. Kadar norepinefrin, dopamin, dan serotonin 5-HT pada anak normal
dalam keadaan stabil dan saling berhubungan. Akan tetapi, tidak demikian pada
penyandang autis. Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau
perjalanan gangguan autistik, tetapi efektif mengurangi perilaku autistik seperti
hiperaktivitas, penarikan diri, stereotipik, menyakiti diri sendiri, agresivitas dan
gangguan tidur.
Sejumlah observasi menyatakan, manipulasi terhadap sistem dopamin dan
serotonin dapat bermanfaat bagi pasien autis. Antipsikotik generasi baru, yaitu
antipsikotik atipikal, merupakan antagonis kuat terhadap reseptor serotonin 5-HT
dan dopamin tipe 2 (D2). Risperidone bisa digunakan sebagai antagonis reseptor
dopamin D2 dan serotonin 5-HT untuk mengurangi agresivitas, hiperaktivitas, dan
tingkah laku menyakiti diri sendiri. Olanzapine, digunakan karena mampu
menghambat secara luas pelbagai reseptor, olanzapine bisa mengurangi
hiperaktivitas, gangguan bersosialisasi, gangguan reaksi afektual (alam perasaan),
gangguan respons sensori, gangguan penggunaan bahasa, perilaku menyakiti diri
sendiri, agresi, iritabilitas emosi atau kemarahan, serta keadaan cemas dan depresi.
Untuk meningkatkan keterampilan sosial serta kegiatan sehari-hari, penyandang
autis perlu diterapi secara nonmedikamentosa yang melibatkan pelbagai disiplin
ilmu. Menurut dr Ika Widyawati SpKJ dari Bagian Ilmu Penyakit Jiwa FKUI,
antara lain terapi edukasi untuk meningkatkan interaksi sosial dan komunikasi,
terapi perilaku untuk mengendalikan perilaku yang mengganggu/membahayakan,
terapi wicara, terapi okupasi/fisik, sensori-integrasi yaitu pengorganisasian
informasi lewat semua indera, latihan integrasi pendengaran (AIT) untuk
mengurangi hipersensitivitas terhadap suara, intervensi keluarga, dan sebagainya.
Untuk memperbaiki gangguan saluran pencernaan yang bisa memperburuk
kondisi dan gejala autis, dilakukan terapi biomedis. Terapi itu meliputi pengaturan
diet dengan menghindari zat-zat yang menimbulkan alergi (kasein dan gluten),
pemberian suplemen vitamin dan mineral, serta pengobatan terhadap jamur dan
bakteri yang berada di dinding usus.
Dengan pelbagai terapi itu, diharapkan penyandang autis bisa menjalani hidup
sebagaimana anak-anak lain dan tumbuh menjadi orang dewasa yang mandiri dan
berprestasi
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk:
a. Terapi wicara : membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara yang lebih baik.
b. Terapi okupasi : untuk melatih motorik halus anak
c. Terapi perilaku : anak autis seringkali merasa frustasi. Teman-temannya
seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan
kebutuhannya, mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya
dan sentuhan. Maka tak heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis
perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negative
tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan
lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.
BAB 3
KONSEP ASKEP
3.1 Pengkajian
1. Identitas Anak
Nama anak
Jenis kelamin Perempuan atau Laki-laki
Usia (Ciri-ciri autisme pada anak usia 1,5 tahun hingga 3 tahun.)
Pendidikan
Alamat
Pekerjaan
Suku bangsa
Tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi
Diagnosis medis
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau sama
sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh dan
hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk.
Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia
pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak yang senang
kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Menggigit, menjilat
atau mencium mainan atau bend apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup
telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%.
Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
6. Faktor Psikososial
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
Perilaku menstimulasi diri
Pola tidur tidak teratur
Permainan stereotip
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
Tantrum yang sering
Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
Kemampuan bertutur kata menurun
Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
8. Riwayat imunisasi
Apakah pasien sudah mendapatkan imunisasi secara lengkap atau tidak
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
10. Pengkajian Sistem
a.Pengkajian umum meliputi Kesadaran dan Tanda-tanda vital
b.Pengkajian fisik
11. Daftar imunisasi
Jadwal imunissasi
12. Cek Perkembangan Autis
CHAT (Checklist for Autism in Toddler)
A.Pertanyaan Untuk Orangtua
1.Apakah anak anda senang diayun-ayun, dilonjak-lonjakkan di lutut, dsb?
2.Apakah anak anda tertarik pada anak-anak lain?
3.Apakah anak anda suka memanjat berbagai hal, misalnya naik-turun tangga?
4.Apakah anak anda senang bermain cilukba, petak-umpet?
5.Apakah anak anda kadang bermain pura-pura, misalnya pura-pura membuat
tehmenggunakan cangkir dan teko, atau bermain pura-pura yang lain?
6.Apakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk meminta sesuatu?
7.pakah anak kadang menunjuk dengan telunjuknya, untuk
menyatakanketertarikannya pada sesuatu?
8.Apakah anak anda bermain dengan benar/sesuai terhadap mainan-mainan kecil
(misalnya mobil-mobilan, balok lego) bukannya sekedar menggigiti, mengacak-
acak atau membuang-buang mainan?
9.Apakah anak anda kadang membawa dan memamerkan/mempertunjukkan
berbagai benda ke anda?
CARS adalah metode penilaian diagnostik yang menilai individu dalam skala mulai
dari normal hingga parah, dan menghasilkan skor komposit mulai dari non-autis
hingga autis ringan, autis sedang, atau autis parah. Skala ini digunakan untuk
mengamati dan menilai lima belas item secara subyektif.
1. hubungan dengan orang
2.imitasi
3.respons emosional
4.tubuh
5.penggunaan objek
6.adaptasi terhadap perubahan
7.respon visual
8.respons mendengarkan
9.tanggapan dan penggunaan rasa-bau-sentuhan
10.ketakutan dan kegugupan
11.komunikasi lisan
12.komunikasi nonverbal
13.tingkat aktifitas
14.tingkat dan konsistensi respon intelektual
15.tayangan umum
4. mengumpulkan fakta tentang subyek tertentu (memori hafalan yang baik) tetapi
tidak benar-benar mengerti artinya
5. memiliki pemahaman literal bahasa ambigu dan metaforis
6. memiliki gaya komunikasi yang menyimpang dengan bahasa formal, rewel, kuno
atau "robotlike"
7. menciptakan kata-kata dan ungkapan idiosinkratik
8. memiliki suara atau ucapan yang berbeda
9. mengekspresikan suara tanpa sadar; membersihkan tenggorokan, mendengus,
memukul, menangis atau menjerit
10. secara mengejutkan bagus dalam beberapa hal dan mengejutkan buruk dalam
hal lain
11. menggunakan bahasa secara bebas tetapi gagal melakukan penyesuaian agar
sesuai dengan konteks sosial atau kebutuhan pendengar yang berbeda
Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT)
Alat Skrining untuk Autisme pada Balita dan Anak Kecil (STAT) adalah alat
skrining yang dirancang untuk mengidentifikasi anak-anak antara 24 dan 36 bulan
yang mungkin berada dalam spektrum autisme.
Pertanyaan
1.Apakah anak anda sering terlihat bosan atau tidak berminat terhadap pembicaraan
atau suatu aktivitas di sekitarnya?
2.Apakah anak anda sering mengerjakan suatu pekerjaan atau bermain dengan suatu
benda, yang dilakukannya berulang-ulang dalam waktu yang lama, sehingga anda
merasa heran mengapa anak seumurnya dapat berkonsentrasi sangat baik?
3.Apakah anda memperhatikan bahwa anak anda dapat sangat awas terhadap suara
tertentu misalnya iklan di TV, tetapi seperti tidak mendengar suara lain yang sama
kerasnya, bahkan tidak menoleh bila dipanggil?
5.Apakah anak anda hanya bermain dengan satu atau dua mainan yang disukainya
saja hampir sepanjang waktunya, atau tidak berminat terhadap mainan sama sekali?
6.Apakah anak anda sangat menyukai meraba suatu benda secara aneh, misalnya
meraba-raba berbagai tekstur seperti karpet atau sutera?
7.Apakah ada seseorang yang menyatakan kekuatiran bahwa anak anda mungkin
mengalami gangguan pendengaran?
9.Apakah anak anda belum dapat atau tidak dapat menyatakan keinginannya, baik
dengan menggunakan kata-kata atau dengan menunjuk menggunakan jarinya?
11.Apakah anak anda seperti tidak mempunyai rasa takut terhadap benda atau
binatang yang berbahaya?
13. Apakah anak anda suka digelitik dan berlari bersama, tetapi tidak menyukai
bermain “ciluk-ba”
15. Apakah ia menghindari atau tidak menyukai boneka atau mainan berbulu?
16. Apakah ia tidak suka bermain dengan boneka atau mainan berbulu?
18. Apakah anda merasa bahwa kadang-kadang anak anda tidak peduli apakah anda
berada atau tidak ada di sekitarnya?
19. Apakah kadang-kadang suasana hatinya berubah tiba-tiba tanpa alasan yang
jelas?
20. Apakah ia mengalami kesulitan untuk bermain dengan mainan baru, walaupun
setelah terbiasa ia dapat bermain dengan mainan tersebut?
21. Apakah ia pernah berhenti menggunakan mimik yang sudah pernah dikuasainya,
seperti melambaikan tangan untuk menyatakan da-dah, mencium pipi, atau
menggoyangkan kepala untuk menyatakan tidak?
22. Apakah anak anda sering melambaikan tangan ke atas dan ke bawah di samping
atau di depan tubuhnya seperti melambai-lambai bila merasa senang?
23. Apakah anak anda menangis bila anda pergi, tetapi seperti tidak peduli saat anda
datang kembali?
Penafsiran
Bila ada 3 atau lebih jawaban “Ya” untuk nomor ganjil, anak harus diperiksa lebih
lanjut untuk menentukan apakah ia mengalami autisme.
Bila ada 3 atau lebih jawaban “Ya” untuk nomor genap, anak harus diperiksa apakah
ia mengalami gangguan perkembangan selain autisme.
14.Pemeriksaan fisik
1.1 Kesimpulan
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang secara klinis
ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang dalam kemampuan
interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang dalam kemampuan komunikasi
timbal balik, dan minat yang terbatas, perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan
berulang tanpa tujuan (stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar
terhadap pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada
neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku
pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami
keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia luar,
anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung
suka mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tapi bagi anak
autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan normal
seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar.
1.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi
mahasiswa/mahasiswi UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
dapat memahami asuhan keperawatan autisme pada anak dan khususnya bagi
orang tua yang memiliki anak autisme.
DAFTAR PUSTAKA
Jennifer Stephenson and Mark Carter (2008). The Use of Weighted Vests with
Children with Autism Spectrum Disorders and Other Disabilities. Journal of
Autism and Developmental Disorders. 10.1007/s10803-008-0605-3