Anda di halaman 1dari 8

A.

DEFINISI
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan
intra okuler (Long Barbara, 1996)
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa tekanan intra
okuler penggaungan pupil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.

B.ETIOLOGI
1.Primer: Terdiri dari
a.Akut: Dapat disebabkan karena trauma
b.Kronik: Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga seperti: Diabetes mellitus,
Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka panjang, Miopia tinggi dan progresif
2.Sekunder: Disebabkan penyakit mata lain seperti: Katarak, Perubahan lensa, Kelainan
uvea, Pembedahan.

C.KLASIFIKASI
1.Glukoma primer: Glukoma sudut terbuka terjadi karena tumor aqueus mempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular kelainannya berkenang lambat. Glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut tertutup terjadi karena ruang anterior menyempit, sehingga iris terdorong
ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqoeus mengalir ke
saluran schlemm.
2.Glaukoma sekunder: Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang
menyebabkan penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata dapat
diakibatkan oleh: perubahan lensa, Kelainan uvea, Trauma, Bedah
3.Glaukoma kongenital: Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular
4.Glaukoma absolut: Hasil akhir dari suatu glaukoma yang tidak terkontrol yaitu
mengerasnya bola mata, berkurangnya penglihatan sampai dengan nol, dan rasanyeri.
Glaukoma absolute merupakan keadan terakhir dari semua macam glaucoma dimana
ketajaman penglihatan sudah menjadi nol, rata-rata terjadi setelah satu atau dua tahun
serangan pertama glaucoma apabila tidak mendapat pengobatan, tidak dioperasi, salah
diagnosis, salah penanganan atau tekanan intra okuler dibiarkan meninggi.

D.TANDA DAN GEJALA


1.Glaukoma primer
a.Glaukoma sudut terbuka: Kerusakan visus yang serius, Lapang pandang mengecil dengan
macam–macam skotoma yang khas, Perjalanan penyakit progresif lambat
b.Glaukoma sudut tertutup: Nyeri hebat didalam dan sekitar mata, Timbulnya halo di
sekitar cahaya, Pandangan kabur, Sakit kepala, Mual, muntah, Kedinginan, Demam bahkan
perasaan takut mati mirip serangan angina, yang dapat sedemikian kuatnya sehingga
keluhan mata (gangguan penglihatan, foto fobia dan lakrimasi) tidak begitu dirasakan oleh
klien
2.Glaukoma sekunder: Pembesaran bola mata, Gangguan lapang pandang, Nyeri di dalam
mata
3.Glaukoma kongenital: Gangguan penglihatan

E.PATOFISIOLOGI
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues humor dan aliran keluar
akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21 mmHg dan dipertahankan selama terdapat
keseimbangan antara produksi dan aliran akueos humor. Akueos humor diproduksi di dalam
badan silier dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau oleh
peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos melalui camera oculi
anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler > 23 mmHg memerlukan evaluasi yang
seksama. Iskemia menyebabkan struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap.
Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis.
Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel dan hal ini bersifat
permanen tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan kebutaan. Hilangnya
penglihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang pandang.

F.KOMPLIKASI
Jika tidak diobati, bola mata akan membesar dan hampir dapat dipastikan akan terjadi
kebutaan.

G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan retina
2.Pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri
3.Pemeriksaan lapang pandang
4.Pemeriksaan ketajaman penglihatan
5.Pemeriksaan refraksi
6.Respon refleks pupil
7.Pemeriksaan slit lamp

H.PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan TIO ke tingkat yang konsisten dengan
mempertahankan penglihatan, penatalaksanaan berbeda-beda tergantung klasifikasi
penyakit dan respons terhadap terapi:
1.Terapi obat: Aseta Zolamit (diamox, glaupakx) 500 mg oral. Pilokarpin Hcl 2-6 % 1 tts /
jam.
2.Bedah lazer: Penembakan lazer untuk memperbaiki aliran humor aqueus dan
menurunkan tio.
3.Bedah konfensional: Iredektomi perifer atau lateral dilakukan untuk mengangkat
sebagian iris unutk memungkinkan aliran humor aqueus Dari kornea posterior ke anterior.
Trabekulektomi (prosedur filtrasi) dilakukan untuk menciptakan saluran balu melalui
sclera.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.IDENTITAS KLIEN
B.IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
C.RIWAYAT KEPERAWATAN MASA LALU
Penyakit yang pernah diderita: glaukoma, katarak, hipertensi, DM?
Kebiasaan buruk: Miras, merokok, makanan asin?
Penyakit keturunan: DM, miopia?
Operasi: mata?
D.RIWAYAT KEPERAWATAN SEKARANG
Keluhan utama: Pusing, pandangan kabur, nyeri mata, sesak, mual, muntah?
E.PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
1.Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
Apakah klien tahu tentang penyakitnya?
Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul?
Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2.Nutrisi metabolik
Apakah klien merasa mual/muntah?
Apakah klien mengalami anoreksia?
Makan/minum: frekuensi, porsi, jenis, voleme?
3.Eliminasi
Apakah BAB/BAK teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
4.Aktivitas dan latihan
Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (mandiri, sebagian, total)?
Apakah pada saat beraktivitas sesak, palpitasi, kelemahan, cepat lelah?
5.Tidur dan istirahat
Apakah tidur klien terganggu?
Berapa lama, kualitas tidur (siang siang dan/malam ?
Kebiasaan sebelum tidur?
6.Kognitif dan persepsi sensori
Apakah mengalami nyeri (PQRST)?
Keluhan gangguan pancaindera?
7.Persepsi dan konsep diri
Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya?
8.Peran dan hubungan dengan sesama
Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)?
Apakah merasa pekerjaan terganggu, siapa yang menggantikan?
9.Reproduksi dan seksualitas
Apakah ada gangguan hubungan seksual klien (mestruasi teratur? Impotensi?)?
10.Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
Bagaimana menghadapi masalah?
Apakah klien stres dengan penyakitnya?
Bagaimana klien mengatasinya?
Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi?
11.Nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit
Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama?
Saat sakit
Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan?
Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut?
F.PEMERIKSAAN FISIK
1.Keadaan umum :
2.Kesadaran :
3.Tanda-tanda vital :
4.Status gizi :
5.Pemeriksaan Head to toe
a.Kulit, rambut, dan kuku
1)Inspeksi warna kulit, jaringan parut, lesi dan vaskularisasi
2)Inspeksi dan palpasi kuku tentang warna, bentuk, dan catat adanya abnormalitas
3)Palasi kulit untuk mengetahui suhu, turgor, tekstur (halus/kasar)edema, dan massa
b.Kepala:
1)Inspeksi kesimetrisan muka, tengkorak, kulit kepala (lesi, massa)
2)Palpasi dengan cara merotasi dengan lembut ujung jari ke bawah dari tengah garis
kepala ke samping. Untuk mengetahui adanya bentuk kepala, pembengkakan, massa, dan
nyeri tekan, kekuatan akar rambut.
c.Mata
1)Inspeksi kelopak mata, perhatikan bentuk dan kesimetrisannya
2)Inspeksi daerah orbital adanya edema, kemerahan, atau jaringan lunak dibawah bidang
orbital.
3)Inspeksi konjungtiva dan sklera dengan menarik/ membuka kelopak mata. Perhatikan
warna, edema, dan lesi.
4)Inspeksi kornea (kejernihan dan tekstur kornea) dengan berdiri disamping klien dengan
menggunakan sinar cahaya tidak langsung.
5)Inspeksi pupil terhadap sinar cahaya langsung dan tidak langsung. Amati kesimetrisan,
ukuran, bentuk, dan reflek terhadap cahaya (nervus okulomotorius)
6)Inspeksi iris terhadap bentuk dan warna
7)Inspeksi dan palpasi kelenjar lakrimal adanya pembengkakakn dan kemerahan.
8)Uji ketajaman penglihatan (visus), dengan menggunakan snellen card/jari tangan
pemeriksa. Pemeriksa berdiri 6 M dari pasien (nervus optikus).
9)Uji lapang pandang dengan pasien berdiri atau duduk 60 cm dari pemeriksa.
10)Uji gerakan mata pada delapan arah pandangan dengan menggerakkan jari pemeriksa
secara perlahan (nervus okulomotorius, nervus trokhlearis, nervus abduscen)
d.Hidung
1)Inspeksi hidung eksterna dengan melihat bentuk, kesimetrisan, adanya deformitas atau
lesi, dan cairan yang keluar.
2)Palpasi lembut batang dan jaringan lunak hudung adanya nyeri, massa dan nyeri, massa
dan penyipangan bentuk, serta palpasi sinus-sinus hidung.
3)Periksa patensi neres dengan meletakkan jari di depan lubang hidung dan minta pasien
bernapas melalui hidung. Bandingkan antara neres kanan dan kiri, kaji kemampuan pasien
membau (nervus olfaktorius).
4)Masukkan spekulum hidung dengan minta pasien mengangkat kepala kebelakang. Dengan
bantuan penlight amati warna, lesi, cairan, massa, dan pembengkakan.
e.Telinga
1)Inspeksi kesimetrisan dan letak telinga
2)Inspeksi telinga luar, ukuran, bentuk, warna, dan adanya lesi.
3)Palpasi kartilago telinga untuk mengetahui jaringan lunak. Tekan tragus kedalam dan
tulang telinga ke bawah daun telinga (bila peradangan akan nyeri).
4)Palpasi tulang telinga (prosesus mastoideus)
5)Tarik daun teinga secara perlahan ke atas dan ke belakang. Pada anak-anak daun telinga
ditarik ke bawah, kemudian amati liang telinga adanya kotoran, serumen, cairan, dan
peradangan.
6)Uji fungsi pendengaran dengan menggunakan arloji, suara/ bisikan dan garpu tala (tes
Webber, Rinne, Swabacch). (nervus auditorius).
f.Mulut dan faring
1)Inspeksi warna dan mukosa bibir, lesi, dan kelainan koninetal
2)Minta pasien membuka mulut, jika pasien tidak sadar bantu dengan sudup lidah. Inpeksi
keberihan jumlah, dan adanya caries.
3)Minta pasien buka mulut, inpeksi lidah akan kesimetrisan, warna, mukosa, lesi, gerakan
lidah (nervus hipoglosus)
4)Inspeksi faring terhadap warna, lesi, peradangan tonsil
5)Melakukan pemeriksaan pembedaan rasa pada ujung lidah (nervus fasialis)
6)Meminta pasien menelan dan membedakan rasa pada pangkal lidah (nervus
glosofaringeal).
7)Menguji sensasi faring (berkata ”ah”). (nervus vagus).
g.Leher
1)Inspeksi bentuk leher, kesimetrisan, warna kulit, adanya pembengkakakn, jaringan parut
atau massa (muskulus sternokleidomastoideus)
2)Inspeksi gerakan leher ke kanan dan ke kiri (nervus aksesorius)
3)Inspeksi kelenjar tiroid dengan minta pasien menelan dan amati gerakan kelenjar tiroid
pada takik suprasternal (normalnya tidak dapat dilihat)
4)Palpasi kelenjar limfe/kelenjar getah bening
5)Palpasi kelenjar tiroid
h.Thorak dan tulang belakang
1)Inspeksi kelainan bentuk thorak (barrel chest, pigeon chest, funnel chest).
2)Inspeksi kelainan bentuk tulang belakang (skoliasis, kifosis, lordosis).
3)Palpasi adanya krepitus pada kosta
4)Khusus pasien wanita dilakukan pemeriksaan inspeksi payudara: bentuk, ukuran.
i.Paru posterior, lateral, anterior
1)Inspeksi kesimetrisan paru
2)Palpasi (taktil fremitus) dengan meminta pasien menebutkan angka atau huruf yang
bergetar (contoh 777). Bandingkan paru kanan dan kiri.
3)Palpasi pengembangan paru dengan meletakkankedua ibu jari tangan ke prosesus
xifoideus dan minta pasien bernapas panjang. Ukur pergeseran kedua ibu jari.
4)Perkusi dari puncak paru ke bawah (supraskapularis/3-4 jari dari pundak sampai dengan
torakal 10). Catat suara perkusi: sonor/hipersonor/redup.
5)Auskultasi bunyi paru saat inspirasi dan akspirasi (vesikuler, bronhovesikuler, bronchial,
tracheal; suara abnormal: whezzing, ronchi, krekles.
j.Jantung dan pembuluh darah
1)Inspeksi titik impuls maksimal, denyutan apical.
2)Palpasi area aorta pada interkosta ke-2 kanan, pulmonal pada interkosta ke-2 kiri, dan
pindah jari-jari ke interkosta 3, dan 4 kiri daerah trikuspidalis, dan mitral pada interkosta
5 kiri. Kemudian pindah jari dari mitral 5-7 cm ke garis midklavikula kiri (denyut apkal).
3)Perkusi untuk mengetahui batas jantung (atas-bawah, kanan-kiri).
4)Auskultasi bunyi jantung I dan II pada 4 titik (tiap katup jantung), dan adanya bunyi
jantung tambahan.
5)Periksa vaskularisasi perifer dengan meraba kekuatan denyut nadi.
k.Abdomen
1)Inspeksi dari depan dan samping pasien (adanya pembesaran, datar, cekung, kebersihan
umbilikus)
2)Auskultasi 4 kuadran (peristaltik usus diukur dalam 1 menit, bising usus)
3)Palpasi: epigastrium, lien, hepar, ginjal, dan suprapubik.
4)Perkusi: 4 kuadran (timpani, hipertimpani, pekak)
5)Melakukan pemeriksaan turgor kulit abdomen
6)Mengukur lingkar perut
l.Genitourinari
1)Inspeksi anus (kebersihan, lesi,massa,perdarahan) dan lakukan tindakan rectal touche
(khusus laki-laki untuk mengetahui pembesaran prostat).
2)Inspeksi alat kelamin/genitalia wanita: kebersihan, lesi,massa, keputihan, perdarahan,
ciran, bau.
3)Inspeksi alat kelamin/genitalia pria: kebersihan, lesi, massa, cairan, bau, pertumbuhan
rambut , bentuk dan ukuran penis, keabnormalan prepusium dan gland penis.
4)Palpasi skrotum dan testis sudah turun atau belum
m.Ekstremitas
1)Inspeksi ekstremitas atas dan bawah: kesimetrisan, lesi, massa
2)Palpasi: tonus otot, kekuatan otot
3)Kaji sirkulasi: akral hangat/dingin, warna, capillary reffil time, danedema
4)Kaji kemampuan pergerakan sendi
5)Kaji reflek fisiologis: bisep, trisep, patela, arcilles
6)Kaji reflek patologis: reflek plantar (babinsky)
G.PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.Pemeriksaan retina
2.Pengukuran tekanan intraokuler dengan menggunakan tonometri
3.Pemeriksaan lapang pandang
4.Pemeriksaan ketajaman penglihatan
5.Pemeriksaan refraksi
6.Respon refleks pupil
7.Pemeriksaan slit lamp
H.TERAPI
Terapi yang didapat: nama obat, dosis, waktu, rute, indikasi?
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik.
Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh nyeri
Pasein tidak mengeluh sesak
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
Intervensi:
1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi
R/mengetahui keadaan pasien
2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)?
R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan
3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam
R/mengurangi rasa nyeri
4)Beri posisi nyaman
R/untuk mengurangi rasa nyeri
5)Beri posisi semifowler
R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/memenuhi kebutuhan pasien
7)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat proses penyembuhan
8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mengurangi rasa nyeri
2.Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri
terhambat.
Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh pusing
Pasien tidak mengeluh sesak napas
Pernapasan 12-21x/mnt
Tekanan darah 120-129/80-84mmHg
Nadi 60-100x/mnt
CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan,
suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor capillary refill time R/mengetahui
status keadaan pasien 3)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan
pasien 4)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Beri posisi
semi fowler R/memenuhi kebutuhan oksigen 6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap
R/mengurangi beban kerja pasien 7)Cegah fleksi tungkai R/menghindari penurunan staus
kesadaran pasien 8)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi
kebutuhan pasien 9)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan
kondisi 10)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen
11)Kolaborasi/lanjutkan terapi transfusi R/mempercepat pemulihan kondisi pasien
12)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat proses penyembuhan 3.Kurang pengetahuan berhubungan dengan
keterbatasan paparan, tidak familiar dengan sumber informasi. Tujuan: Pengetahuan
pasien bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x45 menit dengan
kriteria hasil: Pasien bisa menjelaskan pengertian Bisa menyebutkan penyebab Bisa
menyebutkan tanda dan gejala Bisa menyebutkan perawatan Bisa menyebutkan
pencegahan Intervensi: 1)Kontrak waktu dengan pasien R/menetapkan waktu untuk
pendidikan kesehatan 2)Berikan pendidikan kesehatan R/meningkatkan pengetahuan
pasien 3)Evaluasi pengetahuan pasien R/mengetahui keberhasilan pendidikan kesehatan
4)Anjurkan kepada klien untuk melakukan apa yang telah disampaikan dalam pendidikan
kesehatan R/mengingatkan kembali pada pasien 4.Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakkeimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. Tujuan: Intoleransi aktivitas
teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil:
Pasien tidak mengeluh lemas Pasien tidak mengeluh pusing Pasien tidak mengeluh
sesak napas Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-
100x/mnt CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: Tekanan darah,
pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor kemampuan aktivitas
pasien R/mengetahui kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Beri posisi semi fowler R/memenuhi kebutuhan
oksigen 5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan
pasien 6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi bebar kerja pasien 7)Beri
cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kondisi
8)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen
9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, rute R/mempercepat
penyembuhan 5.Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor
biologi. Tujuan: Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak
mengeluh lemas Makan habis 1 porsi Pasien tidak mual Pasien tidak muntah Berat
badan normal/ideal Konjungtiva merah muda Rambut tidak rontok Intervensi: 1)Ukur
tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan
pasien 2)Timbang berat badan R/mengetahui perubahan berat badan pasien 3)Monitor
adanya mual dan muntah R/mengetahui keadaan pasien 4)Monitor tonus otot, rambut
merah dan mudah patah R/mengetahui status kesehatan pasien 5)Monitor intake
makanan/minuman R/mengetahui nutrisi yang dikonsumsi pasien 6)Anjurkan untuk cukup
istirahat R/mempercepat pemulihan kondisi 7)Anjurkan makan sedikit dan sering R/supaya
tidak mual dan tidak muntah 8)Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang
mengandung zat besi, Vitamin B12, tinggi protein, dan Vitamin C R/mempercepat
pemulihan kondisi pasien 9)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu,
cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 6.Hipertermia berhubungan dengan penyakit.
Tujuan: Hipertermia teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
dengan kriteria hasil: Suhu: 36-37C/axila Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah
120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan
darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan klien 2)Anjurkan untuk
banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis R/
mengurangi rasa panas 5)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien
R/mencukupi kebutuhan pasien 6)Beri kompres hangat R/vasodilatasi pembuluh darah
7)Kolaborasi/lanjutkan pemberian therapi antipiretik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi
R/mempercepat penyembuhan 7.Resiko jatuh berhubungan dengan usia lebih 65 tahun,
penyakit akut, sulit penglihatan. Tujuan: Pasien tidak jatuh setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh pusing
Pasien bisa melihat dengan jelas Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-
84mmHg Nadi 60-100x/mnt CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: Tekanan
darah, pernapasan, suhu, nadi. R/mengetahui keadaan pasien 2)Monitor kemampuan
aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien 3)Anjurkan untuk cukup istirahat
R/mempercepat pemulihan kondisi 4)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 5)Kolaborasi/lanjutkan penggunaan alat bantu
penglihatan/tongkat RMenghindari kesalahpahaman persepsi pasien 6)Kolaborasi untuk
pembedahan R/mengatasi permasalahan pasien 8.Resiko infeksi berhubungan dengan
pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat.
Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama
2x24jam dengan kriteria hasil: Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil
laboratorium darah normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan
R/untuk melihat tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah
R/untuk melihat kandungan darah 3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/untuk menghindari inos 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi
5)Batasi pengunjung R/untuk mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari dwengan teknik
steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C R/untuk membantu
proses penyembuhan luka 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis,
waktu, cara R/mempercepat penyembuhan DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002.
Keperawata Medikal Bedah, Edisi 8, Jakarta: EGC Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan, Edisi 10, Jakarta: EGC Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran,
Edisi III Jilid 1, Jakarta: FKUI Brunner and suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah,
Edisi 8, vol. 3, Jakarta: EGC Marylin E. Doengus. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
8, Jakarta: EGC Purwadianto. 2002. Pedoman Pelaksanaan Praktis Kedaduratan Medik,
Edisi 2, Jakarta: PLRUI Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta: Prima Medika

Anda mungkin juga menyukai