Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Kepatuhan Cuci Tangan Enam Langkah Lima Momen Perawat

Dengan Kejadian Phlebitis Di RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto

Duwi Basuki, M.Kep*, Martika Nofita**


Email : duwibasuki@ymail.com

ABSTRAK

Pendahuluan: Kejadian phlebitis di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto lebih tinggi
dibandingkan infeksi lain. Rendahnya kepatuhan cuci tangan perawat menjadi salah satu penyebab
tingginya insidensi phlebitis. Langkah efektif memutuskan rantai transmisi infeksi yang
mengakibatkan phlebitis adalah cuci tangan yang benar. Tujuan penelitian adalah mengetahui
hubungan kepatuhan cuci tangan enam langkah lima momen perawat dengan kejadian phlebitis di
RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. Metode: Desain penelitian analitik korelasi dengan
pendekatan kohort. Populasinya seluruh perawat IGD dengan sampel total populasi sebanyak 20
orang dan sampel pasien 20 orang dengan consecutive sampling. Variabel independen kepatuhan cuci
tangan enam langkah lima momen perawat, variabel dependen kejadian phlebitis. Pengumpulan data
menggunakan lembar observasi. Pengolahan dan analisa data menggunakan uji statistik spearman.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan p = 0,007 < α=0,05, sehingga H0 ditolak artinya ada hubungan
antara kepatuhan cuci tangan enam langkah lima momen perawat dengan kejadian phlebitis, dengan
nilai r=0,579 yang menunjukkan korelasi positif dengan keeratan korelasi sedang. Diskusi:
Ketidakpatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan mengakibatkan terjadinya transmisi bakteri
dari tangan perawat ke tangan pasien. Bakteri masuk ke dalam vena melalui luka tusukan infus,
kemudian bakteri mengakibatkan terjadinya infeksi di sekitar luka tusukan infus, sehingga terjadilah
phlebitis. Perawat diharuskan membiasakan diri untuk melakukan prosedur cuci tangan enam langkah
lima momen sesuai SPO dengan demikian kejadian phlebitis bisa dicegah. Semakin tinggi kepatuhan
perawat dalam melakukan cuci tangan enam langkah lima momen, semakin rendah kejadian phlebitis.

Kata kunci : kepatuhan, cuci tangan enam langkah lima momen, phlebitis

ABSTRACT

Introductions: Phlebitis incident in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto hospital is higher than
other infection. The low complience of nurses handhygiene become one of cause high
phlebitisincident. The effective steps cut off the infection transmission that cause phlebitis is the
properly handhygiene. The objective of the research was to find the relation between complience six
steps five moments nurses handhygiene with the phlebitis incident in dr. Wahidin Sudiro Husodo
Mojokerto hospital. Methods: The research design was correlation analytic with cohort method. The
population was taking all emergency department nurses with total sample 20 persons and 20 patient
with consecutive sampling. Independent variable was complience of six steps five moments nurses
handhygiene. Dependent variable was the phlebitisincident. Observational sheet was used for collect
the data. The analyze was using spearman test. Results: Result of the research showed ρ=0,007 <
α=0,05. H0rejected meant there was correlation between the complience six steps five moments
nurses handhygiene with the phlebitisincident, with r=0,579 that showed not significant correlation.
Discussions: The incompliance of nurses handhygine cause the bacteria transmission from nurses to
patient hand. Bacteria entered the vein throught the puncture wound infusion, and cause infection
arround the puncture wound infusion that makes phlebitis. Nurses should adjust oneself to do six
steps five moments handhygiene procedure according to standard operational procedure, so the
phlebitis can be prevented. The higher of complience of nurses handhygiene with six steps-five
moments, so the lower of phlebitis incident.

Keywords: complience, six steps-five moments handhygiene, phlebitis


PENDAHULUAN bahwatingkat kepatuhan cuci tangan perawat
RSU Assalam Gemolong sebesar 61,1%
Angka kejadian phlebitis di suatu rumah setelah disosialisasikan penggunaan hand
sakit dapat menjadi salah satu indikator mutu sanitizer. Berdasarkan hasil audit cuci tangan
pelayanan rumah sakit tersebut.Angka yang dilakukan oleh tim Pencegahan dan
kejadian phlebitis dari tahun ke tahun belum pengendalian infeksi RSUD dr. Wahidin
menunjukkan penurunan yang signifikan. Sudiro Husodo Mojokerto tahun 2015,
Kurangnya kesadaran dan kepatuhan perawat didapatkan angka kepatuhan cuci tangan lima
dalam melakukan cuci tangan secara tepat momen pada semester satu 58,98%, sedangkan
disinyalir menjadi salah satu penyebab semester dua 60,10%.
tingginya insidensi phlebitis di rumah sakit Hasil studi pendahuluan yang
Indonesia maupun luar negeri (Depkes dan dilaksanakan pada Maret 2016 selama 3 hari di
Perdalin, 2011). RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto,
Kejadian phlebitis masih menjadi terhadap 5 orang perawat IGD yang
permasalahan di seluruh dunia. Bathicaca melakukan tindakan pemasangan infus,
dalam Nurdin (2013) menyatakan bawa angka didapatkan 2 orang melakukan cuci tangan
kejadian phlebitis di Asia Tenggara sebanyak enam langkah lima momen dengan benar,
10%, dari data tersebut plebitis tertinggi sedangkan 3 perawat lainnya melakukan cuci
terdapat di negara Malaysia sebesar 12,7%. tangan tidak sesuai dengan prosedur enam
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh langkah dan melakukannya setelah tindakan
Perdalin dan Prof DR.Sulianti Saroso Jakarta pemasangan infus saja. Sedangkan hasil
pada tahun2003, didapatkan angka kejadian observasi pada 5 orang pasien yang telah
plebitis di rumah sakit Indonesia masih cukup dilakukan pemasangan infus oleh perawat IGD
tinggi sekitar 22 permil. Berdasarkan data dari tersebut di atas, didapatkan 1 orang mengalami
Unit Quality Control dalam Sasaran Mutu RS phlebitis pada hari ketiga.
Columbia Asia Medan tahun 2015 tercatat Perawat yang akan melakukan tindakan
pada Januari-Agustus 2015 jumlah pasien pemasangan infus tanpa didahului dengan cuci
yang dilakukan pemasangan infus di ruang tangan atau melakukan cuci tangan tetapi tidak
pediatrik sebanyak 635 orang dan 12 pasien sesuai standar, maka kedua tangannya masih
(1,8%) mengalami phlebitis pada ≤ 72 jam terdapat banyak flora transien dan residen.
setelah pemasangan infus. Merujuk pada Kedua jenis mikrobakterium tersebut dapat
laporan surveilans komite PPI RSUD dr. membahayakan pasien. Ketika tangan perawat
Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto tahun kontak langsung dengan kulit pasien yang
2015, angka kejadian phlebitis cukup tinggi telah dilakukan tindakan pemasangan infus,
dibandingkan infeksi lain yaitu 3,53permil besar kemungkinan mikrobakterium dari
pada semester I, sedangkan semester tangan perawat berpindah ke kulit pasien.
IImeningkat mencapai 5,60 permil. Vena yang terbuka akibat insersi jarum infus
Salah satu langkah efektif memutuskan menjadi port de entry bagi mikrobakterium
rantai transmisi infeksi yang mengakibatkan tersebut, sehingga mikrobakterium masuk ke
phlebitis adalah dengan mengimplementasikan vena dan membentuk kolonisasi. Hal ini
cuci tangan yang benar, cuci tangan di momen mengakibatkan terjadinya inflamasi di sekitar
dan cara yang tepat sesuai dengan yang insersi jarum infus. Inflamasi pada daerah
tertuang dalam komponen kewaspadaan insersi jarum infus merupakan manifestasi
standar (Depkes, 2010). Kepatuhan perawat klinis dari phlebitis (Depkes dan Perdalin,
dalam melakukan cuci tangan lima momen 2009).
masih tergolong rendah. Data dari WHO tahun WHO merekomendasikan upaya
2011, kepatuhan cuci tangan lima momen di menurunkan kejadian phlebitis. Salah satunya
Amerika Serikat 50%, sedangkan di Australia denganstrategi penerapan hand hygiene untuk
65%. Sama halnya dengan di Indonesia. Data petugas kesehatan dengan My five moments for
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun hand hygieneyaitu melakukan cuci tangan:
2007, prevalensi nasional berperilaku benar sebelum kontak dengan pasien, sebelum
dalam cuci tangan adalah 23,2%. Hasil melakukan tindakan aseptik, setelah terkena
penelitian yang dilakukan oleh cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan
Purwantiningsih pada tahun 2015 di RSU pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan
Assalam Gemolong menunjukkan sekitar pasien (WHO, 2009).
Depkes juga memberlakukan penerapan HASIL
prinsip cuci tangan enam langkah lima momen
sesuai dengan rekomendasi dari WHO. Tabel 1 Distribusi frekuensi kepatuhan cuci
Namun, pelaksanaan cuci tangan itu sendiri tangan enam langkah lima momen
belum mendapat perhatian yang serius di perawat di RSUD dr. Wahidin
berbagai RS di Indonesia. Kurangnya Sudiro Husodo Kota Mojokerto pada
kesadaran petugas kesehatan untuk melakukan tanggal 1-15 Juni 2016
prosedur cuci tangan yang benar, minimnya Kepatuhan Frekuensi Persenta
promosi danmonitoring program cuci tangan (f) se (%)
serta keterbatasan fasilitas cuci tangan Patuh 12 60
memberikan kontribusi dalam kegagalan Tidak 8 40
pelaksanaan cuci tangan yang benar (Depkes, patuh
2010). Dari fenomena tersebut, peneliti tertarik Total 20 100
melakukan penelitian tentang “Hubungan
kepatuhan cuci tangan enam langkah lima Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
momen perawat dengan kejadian phlebitis”. responden/perawat patuh dalam melakukan
Tujuan penelitian ini adalah untuk cuci tangan (sesuai dengan enam langkah dan
mengetahui hubungan kepatuhan cuci tangan lima momen cuci tangan), yaitu sebanyak 12
enam langkah lima momen perawat dengan orang (60%), sedangkan responden yang tidak
kejadian phlebitis di RSUD dr. Wahidin patuh dalam melakukan cuci tangan sebanyak
Sudiro Husodo Kota Mojokerto. 8 orang (40%).

METODE Tabel 2 Distribusi frekuensi kejadian phlebitis


di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo
Penelitian ini merupakan penelitian Kota Mojokerto pada tanggal 1-15
kuantitatif dengan menggunakan desain Juni 2016
analitik korelasi dengan pendekatan kohort. Kejadian Frekue Persenta
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh phlebitis nsi (f) se (%)
perawat IGD RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Phlebitis 6 30
Kota Mojokerto, dengan sampel total populasi Tidak 14 70
sebanyak 20 orang dan sampel pasien 20 phlebitis
orang. Teknik sampling menggunakan Total 20 100
consecutive sampling. Variabel independen
kepatuhan cuci tangan enam langkah lima Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
momen perawat, variabel dependen kejadian responden tidak mengalami kejadian phlebitis,
phlebitis. Pengumpulan data menggunakan yaitu sebanyak 14 orang (70%), sedangkan
lembar observasi cuci tangan enam langkah responden yang mengalami kejadian phlebitis
lima momen dan lembar observasi phlebitis. sebanyak 6 orang (30%).
Pengumpulan data dilakukan selama dua
minggu (tanggal 1-15 Juni 2016). Pengolahan Tabel 3 Tabulasi silang antara kepatuhan cuci
dan analisa data menggunakan uji statistik tangan enam langkah lima momen
spearman’s rho. perawat dengan kejadian phlebitis di
RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo
Kota Mojokerto pada tanggal 1-15
Juni 2016
Kepatuhan Kejadian phlebitis Total
cuci tangan Phlebitis Tidak
f % f % f
%
Patuh 1 5 11 55 12 60
Tidak patuh 5 25 3 15 8
40

Total 6 30 14 70 20 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa pola komunikasi, nilai-nilai yang diterima
responden yang patuh dalam melaksanakan perawat, dukungan sosial. Faktor lain yang
cuci tangan enam langkah lima momen dan mempengaruhi kepatuhan perawat melakukan
mengakibatkan kejadian phlebitis sebanyak 1 cuci tangan adalah fasilitas cuci tangan, waktu
(5%) dan tidak terjadi phlebitis sebanyak 11 yang digunakan untuk cuci tangan, efek bahan
(55%), sedangkan responden yang tidak cuci tangan terhadap kulit, dan kurang
melaksanakan cuci tangan enam langkah lima pengetahuan terhadap standar (Smet dalam
momen sehingg mengakibatkan kejadian Damanik, 2011).
phlebitis sebanyak 5 (25%) dan tidak terjadi Kepatuhan perawat dalam melakukan
phlebitis sebanyak 3 (15%). Berdasarkan cuci tangan enam langkah lima momen di
tabulasi silang tersebut, semakin tinggi tingkat RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
kepatuhan perawat dalam melakukan cuci dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
tangan enam langkah lima momen, semakin adanya edukasi cuci tangan enam langkah lima
rendah insiden/kejadian phlebitis. Sebaliknya, momen setiap apel pagi yang diikuti oleh
semakin rendah kepatuhan perawat dalam seluruh perawat shift pagi. Selain itu, audit
melakukan cuci tangan enam langkah lima cuci tangan yang dilakukan secara berkala
momen, semakin tinggi kejadian phlebitis. juga mempengaruhi kepatuhan perawat dalam
Hasil uji statistik menggunakan melakukan cuci tangan enam langkah lima
Spearmen Rho pada SPSS versi 22.0 momen. Awalnya audit cuci tangan memaksa
didapatkan hasil besar korelasi yang terjadi perawat untuk melakukan cuci tangan yang
antara kedua variabel adalah 0,579. Sedangkan benar sesuai prosedur. Namun, seiring waktu
angka sig.(2-tailed) adalah 0,007 masih lebih perawat terbiasa dan patuh terhadap cuci
kecil dari batas kritis α=0,05. Berarti H0 tangan yang diberlakukan di RSUD dr.
ditolak, artinya ada hubungan antara Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto.
kepatuhan perawat dalam melakukan cuci Langkah cuci tangan yang paling
tangan enam langkah lima momen dengan sering tidak dilakukan atau dilakukan tapi
kejadian phlebitis di RSUD dr. Wahidin tidak benar adalah langkah keempat, kelima,
Sudiro Husodo Kota Mojokerto. dan keenam. Langkah keempat adalah
menggosok punggung jari-jari pada telapak
PEMBAHASAN tangan berlawanan, dengan jari-jari saling
mengunci, sedangkan langkah kelima yaitu
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menggosokkan ibu jari kanan secara melingkar
sebagian besar perawat patuh dalam didalam telapak tangan kiri yang berada dalam
melakukan cuci tangan enam langkah lima posisi menggepal dan sebaliknya. Langkah
momen yaitu sebanyak 12 orang (60%) dan keenam, menggosok ujung jari tangan di
perawat terkecil sebanyak 8 orang (40%). telapak tangan secara memutar ke arah
tidak patuh melakukan cuci tangan enam mendekati sumbu tubuh dengan jari-jari
langkah lima momen. tangan mengunci pada telapak tangan. Momen
Smet dalam Damanik (2011) yang paling sering tidak dilakukan adalah
mengemukakan bahwa kepatuhan perawat momen satu dan dua, yaitu sebelum kontak
dalam melakukan cuci tangan enam langkah dengan pasien dan sebelum melakukan
lima momen dipengaruhi oleh beberapa faktor, tindakan aseptik. Dengan demikian mayoritas
antara lain: faktor internal, faktor eksternal, perawat berperilaku positif yang ditunjukkan
dan faktor lain. Faktor internal yang dengan ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
mempengaruhi kepatuhan cuci tangan antara keteraturan dan ketertiban yaitu selalu
lain: demografi (jenis kelamin, suku, usia, ras, melakukan cuci tangan enam langkah lima
pendidikan), motivasi, kemampuan, dan momen untuk menghindari kejadian phlebitis.
persepsi perawat. Wanita, ras kulit putih, Hasil penelitian didapatkan sebagian
orang tua dan anak memiliki tingkat kepatuhan besar pasien/responden tidak mengalami
yang tinggi. Pendidikan juga mempengaruhi phlebitis, yaitu sebanyak 14 orang (70%) dan
perilaku perawat dalam melaksanakan etos responden terkecil mengalami phlebitis
kerja. Semakin tinggi pendidikan perawat, sebanyak 6 orang (30%).
kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja Faktor-faktor yang menyebabkan
akan semakin baik. Faktor eksternal yang terjadinya phlebitis antara lain: faktor
mempengaruhi kepatuhan perawat antara lain: mekanik, kimia, bakteri, dan faktor lain (INS,
2011). Faktor mekanik meliputi: lokasi perawat ke pasien, sehingga kejadian phlebitis
pemasangan kanul intravena, ukuran lumen bisa dicegah.
dan elastisitas vena tempat pemasangan kanul Tabel 3 menunjukkan tabulasi silang
intravena. Faktor kimia yang mempengaruhi antara kepatuhan cuci tangan enam langkah
terjadinya phlebitis, antara lain: pH dan lima momen perawat dengan kejadian
osmolalitas cairan yang diberikan, kecepatan phlebitis. Hasil penelitian didapatkan perawat
pemberian larutan intravena dan penggunaan yang tidak patuh dalam melakukan cuci tangan
material kanul intravena. Faktor bakteri yang enam langkah lima momen sehingga
mempengaruhi terjadinya phlebitis, antara mengakibatkan kejadian phlebitis sebanyak 5
lain: Teknik aseptik yang tidak baik saat orang (25%) dan tidak mengakibatkan
pemasangan infus, teknik pemasangan kanula terjadinya phlebitis sebanyak 3 orang (15%),
intravena yang buruk, kanul intravena sedangkan responden yang patuh dalam
dipasang terlalu lama, tidak ada observasi melakukan cuci tangan enam langkah lima
terhadap lokasi pemasangan infus, dan momen tapi mengakibatkan kejadian phlebitis
kegagalan implementasi cuci tangan enam sebanyak 1 orang (5%) dan yang tidak
langkah lima momen. Faktor lain meliputi: mengakibatkan terjadinya phlebitis sebanyak
usia, status gizi, penyakit yang mendasari, dan 11orang (55%).
penggunaan handscoon nonsteril selama Hasil statistik menggunakan spearman
pemasangan infus.Anak-anak yang dipasang rho didapatkan nilai ρ value 0,007 (ρ < 0,05).
infus mudah terjadi phlebitis, karena aktivitas Hal ini menunjukkan H0 ditolak artinya ada
anak yang kurang terkontrol. Lansia juga hubungan antara kepatuhan perawat dalam
beresiko tinggi mengalami phlebitis, karena melakukan cuci tangan enam langkah lima
struktur pembuluh darah yang kurang elastis momen dengan kejadian phlebitis di RSUD dr.
dan mudah ruptur saat dilakukan penusukan Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto,
jarum infus. Selain itu, sistem imun pada dengan nilai r = 0,579 yang menunjukkan
lansia menjadi kurang efektif sehingga terjadi korelasi positif dengan keeratan korelasi
perubahan dalam sistem imun sebagai hasil sedang.
dari penuaan.Status gizi mempengaruhi CDC (2011) mengemukakan bahwa
timbulnya phlebitis dikarenakan pertahanan mikrobakterium merupakan agent yang dapat
tubuh seseorang terhadap infeksi akan bertransmisi dari satu resorvoar ke reservoar
menurun apabila status gizi seseorang kurang. lain melalui kontak langsung maupun tidak
Seseorang yang menderita penyakit autoimun, langsung. Salah satu reservoar bagi
gangguan mikrovaskuler danmakrovaskuler mikrobakterium patogen adalah manusia.
lebih beresiko mengalami phlebitis. Hal ini Kebiasaan tidak melakukan cuci tangan atau
disebabkan karena bakteri mudah menginvasi cuci tangan yang tidak tepat mengakibatkan
ke dalam tubuh seseorang yang memiliki mikrobakterium di tangan perawat, berpindah
penyakit autoimun, sebagai akibat pertahanan ke tangan pasien ketika perawat kontak
tubuh yang rendah. Orang yang mengalami langsung dengan pasien pada saat tindakan
gangguan mikrovaskuler dan makrovaskuler pemasangan infus. Bekas luka tusukan jarum
terjadi perubahan fisiologi pembuluh darah, infus pada tangan pasien merupakan pintu
sehingga mudah terjadi phlebitis (Ringer masukmikrobakterium, sehingga masuk ke
dalam Trianiza, 2013). pembuluh darah, kemudian berkolonisasi dan
Kejadian phlebitis dalam penelitian ini mengakibatkan terjadinya inflamasi.
terjadi karena adanya infeksi silang Terjadinya inflamasi pada daerah sekitar
mikroorganisme atau bakteri yang masuk tusukan jarum infus merupakan phlebitis.
melalui lubang tusukan kateter infus melalui Hasil penelitian didapatkan perawat
tangan perawat. Hal ini terjadi sebagai akibat yang patuh dalam melaksanakan cuci tangan
perawat tidak melakukan prosedur cuci tangan enam langkah lima momen tidak
atau melakukan prosedur cuci tangan tapi menyebabkan terjadinya phlebitis dikarenakan
tidak benar (tidak sesuai enam langkah dan sebagian besar perawat telah menyadari
lima momen). Prosedur cuci tangan sebelum pentingnya cuci tangan baik bagi perawat
melakukan tindakan pemasangan infus yang maupun pasien, sehingga kebiasaan cuci
dimplementasikan dengan benar dan dijadikan tangan sudah mulai membudaya di kalangan
sebagai budaya di rumah sakit, maka akan perawat RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo
mencegah transmisi mikrobakterium dari Kota Mojokerto. Perawat yang patuh dalam
melakukan cuci tangan enam langkah lima meningkatkan program penyegaran teknik cuci
momen tetapi masih mengakibatkan terjadinya tangan agar perawat lebih memahami dan
phlebitis, kemungkinan disebabkan oleh faktor terbiasa melakukan cuci tangan sesuai dengan
lain seperti lokasi penusukan yang tidak SPO.
sesuai, teknik pemasangan infus, penggunaan Komite Keperawatan melakukan pengkajian
kateter infus yang kurang sesuai dan kembali terhadap langkah-langkah di dalam
pergerakan ekstermitas yang dipasang infus. SPO pemasangan infus yang kurang tepat.
Perawat yang tidak patuh melakukan IPCLN lebih giat lagi untuk menjalankan
cuci tangan sesuai dengan SPO cuci tangan perannya dalam mengontrol tindakan cuci
yang berlaku di RSUD dr. Wahidin Sudiro tangan dan melakukan bundle infeksi luka
Husodo Mojokerto sebagian besar infus.
mengakibatkan phlebitis. Hal ini dikarenakan Rumah sakit memperbaiki dan menyediakan
bakteri yang terdapat di tangan perawat fasilitas cuci tangan sesuai standar.
bertransmisi ke tangan pasien dan masuk Peneliti selanjutnya melakukan
melalui luka bekas tusukan kanul infus pada penelitian tentang kejadian phlebitis dengan
saat pemasangan infus, sehingga meneliti seluruh variabel yang dimungkinkan
mengakibatkan infeksi silang (phlebitis). terjadinya phlebitis: faktor mekanik (lokasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vena, ukuran kanul intravena, fiksasi), faktor
semakin tinggi tingkat kepatuhan perawat kimia (kecepatan aliran cairan/obat, bahan
dalam melakukan cuci tangan enam langkah kanul intravena), faktor bakteri (teknik
lima momen, maka semakin rendah penusukan kanul, rotasi kanul), dan faktor lain
insiden/kejadian phlebitis. Sehubungan dengan (status gizi, penggunaan handscoon nonsteril).
hal tersebut, upaya peningkatan kesadaran
pentingnya cuci tangan harus lebih DAFTAR PUSTAKA
ditingkatkan agar kejadian phlebitis bisa
dicegah atau dikurangi. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. 2013. Available from
SIMPULAN (http://labdata.litbang.depkes.go.id/pem
anfaatan_data/menu-riskesdas/diunduh
Kepatuhan cuci tangan enam langkah tanggal 10 Maret 2016
lima momen perawat di RSUD dr. Wahidin CDC. 2011. Guidelines for the prevention of
Sudiro Husodo Kota Mojokerto adalah intravasculer catheter. Related
sebagian besar patuh, dengan persentase infections. Available from
sebesar 60%. (http://www.cdc.go). Acceded Juni 8,
Kejadian phlebitis di RSUD dr. Wahidin 2016
Sudiro Husodo Kota Mojokerto adalah Damanik. 2011. Kepatuhan Handhygiene di
sebagian besar tidak terjadi phlebitis, dengan RS Imanuel Bandung. Tesis, Universitas
persentase sebesar 70%. Pajajaran, Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan ada Depkes RI. 2010. Pedoman Pelaksanaan
hubungan antara kepatuhan cuci tangan enam Kewaspadaan Universal di Pelayanan
langkah lima momen perawat dengan kejadian Kesehatan. Jakarta: Depkes
phlebitis di RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo . 2010. Petunjuk Praktis Surveilans
Kota Mojokerto. Hal ini dibuktikan dari hasil Infeksi Rumah Sakit. Jakarta: Depkes
uji statistik menggunakan spearman rho, Depkes RI dan Perdalin. 2009. Pedoman
didapatkan nilai ρ = 0,007 (ρ < α), dengan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
nilai r = 0,579 yang menunjukkan korelasi di Rumah sakit dn Fasilitas Kesehatan
positif dengan keeratan korelasi sedang. Lainnya. Jakarta:Depkes
. 2011. Pedoman Manajerial
SARAN Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Rumah sakit dn Fasilitas Kesehatan
Perawat membudayakan cuci tangan Lainnya. Jakarta:Depkes
enam langkah lima momen untuk mencegah Infusion Nursing Society. 2011. Standard for
terjadinya phlebitis. infusion Therapy (4d edition). England
Komite PPIRS menanamkan budaya cuci
tangan enam langkah lima momen dan
Komite PPI RSUD dr. Wahidin Sudiro
Husodo Kota Mojokerto. 2015. Laporan
komite PPIRS tahun 2015. Mojokerto
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Purwantiningsih. 2015. Pengaruh penggunaan
handsanitizer terhadap kepatuhan cuci
tangan perawatpelaksana di rawat inap
RSU Assalam Gombong. Skripsi,
Surakarta.
Sintawening. 2013. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan kejadian phlebitis
pada pemberian cairan nutrisi
parenteral. Jurnal, Semarang
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta
Trianiza, Efi. 2013. Faktor –Faktor Penyebab
Kejadian Phlebitis Di Ruang Rawat
Inap RSUD Cengkareng. Tesis.
WHO. 2009. Guide to the Implementation of
the WHO multimodal Handhygiene .
Improvement Strategy.Geneva

Anda mungkin juga menyukai