Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan stase KDP ini.

Stase KDP ini merupakan salah satu target praktek profesi Ners yang wajib ditempuh di
Rumah Sakit Byangkara Manado. Laporan Stase KDP ini disusun sebagai pelengkap kerja
praktek yang telah dilaksanakan lebih kurang 3 minggu di Rumah Sakit Byangkara Manado.

Dengan selesainya laporan Stase KDP ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang
telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen-dosen, CI, dan CT yang sudah memberikan ilmu yang bermanfaat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi
maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Terimakasih.

Manado,11 November 2017


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu di periksa oleh ahlinya tidak
mempunyai kelainan atau tidak terdapat tanda – tanda penyakit atau kelainan (WHITE. 1977)
Undang-Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, memberi rumusan sehat adalah
keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan seseorang hidup produktif
social dan ekonomi.
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan
dengan orang lain (Aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang
kompeten sedangkan penyesesuaian diperlukan untuk mempertahankanstabilitas dan integritas
struktural.
Menurut WHO suatu keadaan yang sempurna dari fisik, mental, dan social, tidak hanya
bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan saja.
Dispepsia adalah satu dari penyakit-penyakit (ringan) yang paling umum dari usus-usus,
mempengaruhi perkiraan dari 20% dari orang-orang di Amerika. Mungkin hanya 10% dari
mereka yang terpengaruh sebenarnya mencari perhatian medis untuk dispepsia mereka.
Dispepsia bukanlah istilah yang terlalu baik untuk penyakit ringan karena ia menyiratkan bahwa
ada "dyspepsia" atau pencernaan makanan yang abnormal, dan ini kemungkinan besar adalah
bukan kasusnya. Sesungguhnya, nama umum lain untuk dispepsia adalah gangguan pencernaan
(indigestion), yang, untuk sebab yang sama, adalah tidak lebih baik daripada istilah dyspepsia.
1. Tujuan Umum
Dalam penulisan Makalah ini diharapkan pembaca dapat melaksanakan penanganan
keperawatan dasar pada klien yang menderita dyspepsia sesuai dengan teori yang didapat dari
pelajaran dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan serta mendapatkan pengalaman
yang nyata dalam penanganan keperawatan secara langsung.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan penanganan keperawatan dasar pada klien yang menderita Dispepsia.
b. Mampu menentukan rencana tindakan dengan masalah pada klien Dispepsia.
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dasar pada klien yang menderita Dispepsia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Kasus Dispepsia

a. Definisi

Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang menunjukkan rasa
nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Kata dispepsia berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “pencernaan yang jelek”.
Menurut Konsensus Roma tahun 2000, dispepsia didefinisikan sebagai rasa sakit atau
ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas.
Definisi dispepsia sampai saat ini disepakati oleh para pakar dibidang gastroenterologi
adalah kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan di
daerah abdomen bagian atas yang disertai dengan keluhan lain yaitu perasaan panas di dada dan
perut, regurgitas, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual,
muntah dan banyak mengeluarkan gas asam dari mulut. Sindroma dispepsia ini biasanya diderita
selama beberapa minggu atau bulan yang sifatnya hilang timbul atau terus-menerus.
Definisi Lain, disepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau
dada, yang sering di rasakan adanya gas , perasaan penuh atau rasa terbakar di perut.

Pengertian disepsia terbagi menjadi dua, yaitu :


1) Dispepsia Organik
Dispepsia organik adalah Dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan
pada usia lebih dari 40 tahun 12. Sindrome Dispepsia organik terdapat kelainan terhadap organ
tubuh misalnya luka (tukak) lambung, , Ulkus Peptik dan lain-lain.
2) Dispepsia Fungsional
Dispepsia fungsional dapat dijelaskan sebagai keluhan dispepsia yang telah berlangsung
dalam beberapa minggu tanpa didapatkan kelainan atau gangguan struktural/organik/metabolik
berdasarkan pemeriksaan klinik, laboratorium, radiologi dan endoskopi. Beberapa hal yang
dianggap menyebabkan dispepsia fungsional antara lain Sekresi Asam Lambung, diet atau factor
lingkungan, psikologik dan lain-lain.
b. Etiologi
Penyebab Dispepsia adalah :
1. Menelan udara (aerofagi)
2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
8. Kelainan gerakan usus
9. Kecemasan atau depresi
c. Tanda Dan Gejala

Nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering di
rasakan adanya gas , perasaan penuh atau rasa terbakar di perut. Disertai dengan sendawa
dan suara usus yang keras (borborigmi).Pada beberapa penderita, makan dapat
memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.Gejala
lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut
kembung).

d. Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratus, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
yang seperti nikotin dan alcohol serta adanya serta adanya kondisi kejiwaan stress,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibatgesekan antara dinding-dinding
lambung kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang aka
merangsang terjadinya kondisi asam padan lambung,sehingga rangsangan di medulla
oblongata membawa imlus muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan.
e. Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan atau gejala yang


dominan, membagi dispepsia menjadi 3 tipe :
1. Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan

gejala :
a) Nyeri epigastrium terlokalisasi.
b) Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.
c) Nyeri saat lapar.
d) Nyeri episodik.
2. Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like
dyspepsia), dengan gejala :
a) Mudah kenyang
b) Perut cepat terasa penuh saat makan
c) Mual
d) Muntah
e) Upper abdominal bloating
f) Rasa tak nyaman bertambah saat makan.
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaa Radiologi

a) OMD dengan kontras ganda


b) Serologi Helicobacter pylori
c) Urea breath test
2. Pemeriksaan Endoskopi

a) CLO (rapid urea test)


b) Patologi anatomi (PA)
c) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan
d) PCR(polymerase chain reaction),hanya dalam rangka penelitian.
f. Penatalaksanaan
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :
1. Antasid 20-150 ml/hari
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan
menetralisir sekresi asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat
dalam antasid antara lain Na bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg
trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya jangan diberikan terus-menerus,
sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg trisilikat
dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik
yang dapat menekan sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin
juga memiliki efek sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H2
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk
golongan antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin,
ranitidin dan famotidin.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi
asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung.
Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol
dan pantoprazol.
5. Sitoprotektif
Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil
(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam
lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi
prostaglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi,
meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat
mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site protective),
yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian
atas (SCBA).
6. Golongan prokinetik
Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom
peridon dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk
mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan
mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid
clearance).
BAB III
PENGKAJIAN TEORI
A. Pengkajian
1. Kaji tanda dan gejala dispepsia
a. Apakah klien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan, mual
atau muntah.
b. Kapan gejala tersebut terjadi, apakah terjadi sebelum/ sesudah
makan, setelah mencerna makanan pedas/ pengiritasi/ setelah
mencerna obat tertentu/ alkohol.
c. Apakah gejala berhubungan dengan ansietas, stres, alergi, makan/
minum terlalu banyak.
2. Kaji terhadap riwayat penyakit lambung sebelumnya/ pembedahan
lambung.
3. Kaji nutrisi klien.
4. Kaji tanda yang diketahui pada saat pemeriksaan fisik meliputi nyeri
tekan abdomen dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa).
5. Kaji terhadap tindakan klien untuk mengatasi gejala dan efek-efeknya.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan semua data pengkajian, diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul meliputi :
1. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan masukan cairan

tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah.


2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

masukan nutrisi yang tidak adekuat.


3. Nyeri berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi.

4. Ansietas berhubungan dengan pengobatan.


5. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit.

C. Perencanaan Dan Implementasi


Tujuan utama mencakup mempertahankan keseimbangan cairan,
menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrisi adekuat,
menghilangkan nyeri, mengurangi ansietas, meningkatkan kesadaran tentang
penatalaksanaan diet.

D. Intervensi
1. Meningkatkan keseimbangan cairan.

a. Pantau masukan dan haluran cairan setiap hari untuk mendeteksi

tanda-tanda awal dehidrasi.


b. Kaji nilai elektrolit (natrium, kalium, klorida) setiap 24 jam untuk

mendeteksi indikator awal ketidakseimbangan.


2. Meningkatkan nutrisi

a. Kaji adanya mual, muntah, sakit ulu hati dan kelelahan.

b. Hindari makanan/ minuman yang mengandung kafein karena kafein

adalah stimulan sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitas


lambung.
c. Hindari penggunaan alkohol dan nikotin.

3. Menghilangkan nyeri

a. Kaji tingkat nyeri dan kenyamanan klien.

b. Menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa

lambung.
4. Mengurangi ansietas

a. Gunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua

pertanyaan selengkap mungkin.


b. Menjelaskan semua prosedur dan pengobatan sesuai dengan tingkat

pemahaman klien.

E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Mempertahankan keseimbangan cairan.

a. Mentoleransi terapi intravena

b. Minum 6-8 gelas air setiap hari

c. Mempunyai haluaran urin kira-kira 1 liter setiap hari

d. Menunjukkan turgor kulit

2. Menghindari makan makanan pengiritasi/ minuman yang mengandung

kafein/ alkohol.
3. Melaporkan nyeri berkurang

4. Menunjukkan berkurangnya ansietas

5. Mematuhi program pengobatan

a. Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi

b. Menggunakan obat-obatan sesuai resep


DAFTAR PUSTAKA

1) Mansjoer, Arief et all.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 1 Edisi III.Jakarta :


Media Aesculapius.
2) Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.2001.Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam.Jilid 2 Edisi 3.Jakarta : FKUI.
3) Smeltzer, Suzanne C.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
dan Suddarth.Edisi 8.Vol 2.Jakarta : EGC.
DISPEPSIA

Dispepsia Organik Dyspepsia Fungsional

STRES Kopi dan alkohol

Perangsangan Respon mukosa


saraf simpatis NV lambung
(nevus vagus)

Vase dilatasi mukosa gaster Eksfeliasi


Peningkatan produksi (pengelupasan)
HCL di lambunng

HCL kontak dengan


Mual
mukosa gaster

Nyeri
muntah

Kekurangan
volume cairan

Anda mungkin juga menyukai