ABSTRAK
PENDAHULUAN
Presentasi Kasus
Kasus ini merinci pada riwayat seorang pria kaukasia berusia 18 tahun,
dengan riwayat ASD di masa lalu, yang awalnya datang ke layanan psikiatrik
darurat dengan keluhan depresi, dan ide bunuh diri dengan rencana untuk
gantung diri. Pasien melaporkan bahwa dia meletakkan tali di lehernya, dan
akan bunuh diri, bagaimanapun, dia punya pikiran kedua, dan berjalan ke
rumah sakit meminta bantuan. Pasien melaporkan mengalami pemikiran ini
setelah mengalami fantasi seksual. Fantasi-fantasi ini termasuk dibangkitkan
oleh "karakter antropomorfik pada binatang" dan digambarkan sendiri sebagai
"berbulu ". Dia memiliki riwayat yang dilaporkan sendiri memiliki fantasi seksual
yang hebat di mana dia "Berhubungan seks dengan seorang gadis dan
kemudian memotong kepalanya" Pasien melaporkan dua upaya bunuh diri
sebelumnya, yang pertama adalah ketika ia berusia 16 tahun. Pasien ini
menggambarkan bagaimana ia mencoba mencekik dirinya dengan tangannya,
tetapi membantah untuk mencari penanganan medis. Upaya bunuh diri kedua
dan paling parah pasien terjadi beberapa minggu sebelum dating ke layanan
psikiatrik darurat, setelah memiliki fantasi seksual yang kejam dimana ia
"berhubungan seks dengan seorang gadis dan memotong kepalanya." Pasien
sangat terganggu dengan fantasi ini, dan ia mengalami ketakutan, kecemasan,
dan rasa bersalah yang kuat sebagai hasilnya. Perasaan yang intens ini
menyebabkan upaya bunuh diri di mana ia mencoba mencekik dirinya dengan
kantong plastik.
Pada ulasan psikiatrik terhadap gejala, pasien menyetujui gejala
neurovegetatif depresi berikut termasuk kurang tidur, kehilangan minat baru-
baru ini, sulit berkonsentrasi, bersalah atas fantasi seksual baru-baru ini dan
ketidakmampuannya untuk bersosialisasi seperti teman-temannya. Dia
menolak adanya kehilangan energi, perubahan nafsu makan, keterbelakangan
psikomotorik serta perasaan putus asa, atau perasaan tak berdaya.
Pasien memiliki riwayat medis masa lalu yang signifikan untuk sinusitis
pada usia sepuluh tahun dengan komplikasi abses otak yang memerlukan
computed tomography (CT) craniotomy dipandu untuk drainase abses. Pasien
melakukan CT scan ulang tanpa kontras yang menunjukkan ensefalomalasia
aktif pada bagian aksial terletak di lobus frontal dextra seperti yang ditunjukkan
oleh lingkaran kuning pada Gambar 1. Pada Gambar 2 adalah CT scan koronal
tanpa kontras yang menunjukkan encephalomalacia terletak pada lobus
temporal dextra.
DISKUSI
KESIMPULAN
Kehadiran gangguan parafilia pada pasien yang didiagnosis dengan
atipikal ASD mempertimbangkan frekuensi ASD yang tinggi dalam populasi.
Ada berbagai macam perilaku seksual dicatat dalam literatur dalam populasi
pasien ini, tetapi tidak semua patologis. Pasien ini memang menunjukkan ciri
khas gangguan parafilia yang biasanya termasuk fokus atipikal dengan gairah
seksual yang berulang, intens, dan terjadi setidaknya selama enam bulan.
Kemungkinan terjadi kerusakan lobus frontal pada pasien yang berkontribusi
pada perilaku ini dan harus diperhitungkan. Masih banyak pertanyaan yang
harus dijawab dengan normalitas perilaku seperti itu, dan apakah hal itu juga
hadir pada pasien wanita dengan ASD. Hal ini merupakan tugas yang paling
sulit bagi seorang dokter adalah menentukan manajemen yang tepat untuk
kondisi ini. Ada informasi terbatas mengenai perawatan farmakologis, atau
perilaku untuk situasi unik ini. Tinjauan literatur mengungkapkan kemungkinan
menggunakan teknik modifikasi perilaku dalam hubungannya dengan
pendidikan tentang perilaku seksual yang sehat sebagai pengobatan. Pasien
dengan kesulitan dan kehilangan fungsi yang signifikan mungkin memerlukan
bentuk yang lebih cepat untuk disembuhkan. Sebuah selektif serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) dapat membantu dengan gejala depresi, dan telah
terbukti efektif dalam mengurangi kecanduan seksual pada pria dengan
gangguan mood dengan komorbid parafilia dan tanpa parafilia. Sebuah studi
yang lebih baru dipilih untuk menggunakan mirtazapine dalam pengobatan
pasien dengan ASD dan fetihisme. Mirtazapine memiliki beberapa manfaat
termasuk efek anti-libidinal, serta manfaat dalam mengobati agresi dan
gangguan tidur pada pasien dengan ASD.