Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Susu Ibu (ASI)

2.1.1 Pengertian ASI

Air susu ibu adalah suatu emulsi dalam larutan protein, laktosa dan
garam-garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayi yang mengandung nutrisi - nutrisi dasar
dan elemen dengan jumlah yang sesuai, untuk pertumbuhan bayi yang sehat. ASI tidak
memberatkan fungsi traktus digestifus dan ginjal yang belum berfungsi baik pada bayi
yang barulahir. Karena ASI sangat mudah dicerna system pencernaan yang masih
rentan, bayi mengeluarkan lebih sedikit energy dalam mencerna asi, sehingga ia dapat
menggunakan energy selebihnya untuk kegiatantubuh lainnya, pertumbuhan dan
perkembangan organ sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimum.
(Pudjiadi,2005).

2.1.2 Manfaat ASI

ASI sebagai makanan utama bayi mempunyai manfaat terhadap bayi, antara lain
sebagai berikut:
1. ASI sebagai makanan alamiah yang baik untuk bayi, mudah dicerna dan
memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan pencernaan bayi.
2. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan. Didalam usus laktosa akan di fermentasi menjadi asam laktat yang
bermanfaat untuk :
- menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
- Merangsang pertumbuhan organisme mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.

5
- Memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti calsium,
magnesium.
3. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 0-6 bulan pertama
4. ASI tidak mengandung beta–lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi
pada bayi.
5. ASI eksklusif sampai enam bulan menurunkan resiko sakit jantung anak
pada masa dewasa.
Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui bayi juga memberikan
manfaat pada ibu, yaitu :
1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim
ke bentuk semula.
2. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil.
3. Menunda kesuburan. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai cara
mencegah kehamilan. Namun, ada tiga syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
bayi belum diberi makanan lain; bayi belum berusia enam bulan; dan ibu
belum haid.
4. Menimbulkan perasaan dibutuhkan dan memperkuat hubungan batin antara
ibu dan bayi.
5. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.

Manfaat lain dari pemberian ASI pada bayi untuk keluarga, antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Aspek ekonomi, ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya
digunakan untuk membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan
lain.
2. ASI sangat praktis karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja.
3. Mengurangi biaya pengobatan. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit,
sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.

6
2.1.3 Volume ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai


menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada 4 hari pertama sejak bayi lahir
akan dapat menghasilkan 100-300 ml ASI dalam sehari, dari jumlah ini akan
terus bertambah sehingga mencapai sekitar 300-450 ml/hari pada waktu bayi
mencapai usia minggu kedua. Pada hari ke 10 sampai seterusnya volume bervariasi
yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi saat laktasi. Volume ASI
pada tahun pertama adalah 400–850 ml/hari, tahun kedua 200–400 ml/hari, dan
sesudahnya 200 ml/hari (Manajemen laktasi, 2004).

2.1.4 Komposisi ASI

Komposisi ASI berubah menurut stadium penyesuaian sesuai dengan kebutuhan


bayi pada saat itu. ASI yang dihasilkan sampai minggu pertama (kolostrum)
komposisinya berbeda dengan ASI yang dihasilkan kemudian (ASI peralihan dan ASI
matur). ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan kurang bulan komposisinya berbeda
dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan cukup bulan. Demikian pula
komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusui dan akhir fase menyusui.
Menurut stadium laktasinya, terdapat tiga bentuk ASI dengan karakteristik dan
komposisi berbeda yaitu:
a. Stadium Kolostrum
Di sekresi pada 4 hari pertama setelah persalinan yang diproduksi
sebesar 150–300 ml/hari. Komposisi kolostrum ASI lebih banyak mengandung
protein dibandingkan ASI matur, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana
protein yang utama adalah casein, pada kolostrum protein yang utama adalah
globulin, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA), yang
membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman
memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Kolostrum juga
berfungsi sebagai pencahar (pembersih usus bayi) yang membersihkan

7
mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap
menerima makanan selanjutnya. Jumlah energi dalam kolostrum hanya 58
kalori/100 ml
b. ASI transisi / peralihan
ASI yang diproduksi pada hari ke 5 sampai pada hari ke 10. Jumlah
volume ASI semakin meningkat tetapi komposisi protein semakin rendah,
sedangkan lemak dan hidrat arang semakin tinggi, hal ini untuk memenuhi
kebutuhan bayi karena aktivitas bayi yang mulai aktif dan bayi sudah mulai
beradaptasi dengan lingkungan. Pada masa ini pengeluaran ASI mulai stabil.

c. ASI matang / matur


adalah ASI yang dikeluarkan pada hari ke 10 sampai seterusnya dengan
volume bervariasi yaitu 300–850 ml/hari tergantung pada besarnya stimulasi
saat laktasi. ASI matur merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai 6 bulan. Setelah 6 bulan bayi mulai
dikenalkan dengan makanan pendamping selain ASI.
Tabel 1 Ringkasan perbedaan antara ASI, Susu Sapi, Susu formula
Properti ASI Susu Sapi Susu Formula
Kontaminasi bakteri Tdk ada Mgkn ada Ada bila
dicampurkan
Anti Infeksi Ada Tidak ada Tidak ada
Faktor pertumbuhan Ada Tidak ada Tidak ada
Protein Jml sesuai dan mdh Terlalu banyak dan Sebagian diperbaiki
dicerna sukar dicerna
Kasein:whey 40:60 Kasin:whey 80:20 Disesuaikan dgn
ASI
Whey : alfa Whey:
betalactoglobulin

8
Lemak -Cukup asam lemak - Kurang ALE -Kurang ALE
esensial (ALE), - Tdk ada lipase -Tdk ada DHA dan
DHA / AA AA
-Mengandung - Tdk ada lipase
lipase

Zat besi Jumlah kecil tapi Banyak tdk dpt Ditambahkan ekstra
mudah dicerna diserap dgn baik tdk diserap dgn baik

Vitamin Cukup Tdk cukup vit A,C Vit ditambahkan

Air Cukup Perlu tambahan Mungkin perlu


tambahan
Sumber: Konseling menyusui: Pelatihan untuk tenaga kesehatan : kerjasama
WHO/UNICEF/BK.PP.ASI /2000

Dari beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa komposisi ASI yang diproduksi
oleh ibu yang melahirkan bayi kurang bulan (ASI prematur) berbeda dengan ASI yang
diproduksi oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan (ASI matur). Pada bayi yang
lahir sebelum waktunya (preterm) ASI yang dihasilkan ibu memiliki kuantitas IgA,
laktoferin dan lysozym yang lebih banyak dibandingkan ASI dari ibu yang melahirkan
tepat waktu karena kondisi bayi masih belum dalam keadaan optimal untuk beradaptasi
dan lebih rentan terhadap permasalahan kesehatan (Neonatal division AIIMS, 2005).
Selanjutnya komposisi ASI yang dihasilkan saat bayi mulai menyusu dan akhir
fase menyusu. Pada awal fase menyusu ASI (5 menit pertama) yang dikeluarkan disebut
foremilk, air susu encer dan bening yang hanya mengandung
sekitar 1 – 2g/dl lemak, susu ini berasal dari payudara yang berisi, air susu yang encer
ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu

9
berikutnya disebut hindmilk yang merupakan ASI yang dihasilkan pada saat akhir
menyusui (setelah 15-20 menit), air susu yang kental dan putih ini berasal dari payudara
yang keriput/mulai kosong, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih
banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi,
sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini (Mizuno, K.
et al., 2008).

2.1.5 Zat Gizi dalam ASI

a) Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI yang utama adalah laktosa, yang jumlahnya berubah-
ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi. Misalnya hidrat
arang dalam kolustrum untuk tiap 100 ml ASI adalah 5,3 gram, dan dalam ASI
peralihan 6,42 gram, ASI hari ke 9 adalah 6,72 gram; ASI hari ke 30 adalah 7
gram. Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 yang berarti ASI
terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI, kondisi ini yang menyebabkan
bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau minum PASI.
Produk dari laktosa adalah galaktosa dan glukosamin. Galaktosa
merupakan nutrisi vital untuk pertumbuhan jaringan otak dan juga merupakan
nutrisi medula spinalis, yaitu untuk pembentukan myelin (pembungkus sel
saraf). Laktosa meningkatkan penyerapan kalsium dan magnesium yang sangat
penting untuk pertumbuhan tulang, terutama pada masa bayi untuk proses
pertumbuhan gigi dan perkembangan tulang. Hasil pengamatan yang dilakukan
terhadap bayi yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan
gigi sudah terlihat pada bayi berumur 5 atau 6 bulan, dan gerakan motorik
kasarnya lebih cepat.
Laktosa oleh fermentasi di dalam usus akan diubah menjadi asam laktat.
Asam laktat ini membuat suasana di usus menjadi lebih asam. Kondisi ini sangat
menguntungkan karena akan menghambat pertumbuhan bakteri yang berbahaya
dan menjadikan tempat yang subur bagi bakteri usus yang baik yaitu

10
lactobacillus bifidus karena proses pertumbuhan dibantu oleh glukosamin
(Pudjiadi, 2004)
b) Protein
Protein dalam ASI merupakan bahan baku pada pertumbuhan dan
pekembangan bayi. Protein ASI sangat cocok karena unsur protein didalamnya
hampir seluruhnya terserap oleh sistem pencernaan bayi. Hal ini disebabkan
karena protein ASI merupakan kelompok protein Whey, protein yang sangat
halus, lembut, dan mudah dicerna sedangkan komposisi protein yang ada di
dalam susu sapi adalah kasein yang kasar bergumpal dan sangat sukar dicerna
oleh bayi.

c) Lemak
Jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak rantai panjang yang
merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat mudah dicerna serta
mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Docosahexaenoic acid (DHA) dan
Arachidonic acid (AA) merupakan asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak
(myelinasi) yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi
untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu DHA dan AA
dalam tubuh dapat disintesa dari substansi prekusornya yaitu asam linolenat
(Omega 3) dan asam linoleat (Omega 6). Sumber utama kalori dalam ASI adalah
lemak. Walaupun kadar lemak dalam ASI tinggi tetapi mudah diserap oleh bayi
karena trigliserida dalam ASI lebih dulu dipecah menjadi asam lemak dan
gliserol oleh enzim lipase dalam ASI. (Dadhich, J.P., Dr. 2007).
d) Mineral
Zat besi dan kalsium didalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Walaupun jumlah kecil tidak
sebesar susu sapi tetapi dapat diserap secara keseluruhan dalam usus bayi.
Berbeda dengan susu sapi yang jumlahnya tinggi namun sebagia besar harus
dibuang melalui sistem urinaria maupun pencernaan karena tidak dapat dicerna.

11
Kadar mineral yang tidak dapat diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk
mengeluarkan, menganggu keseimbangan dalam usus bayi, dan meningkatkan
pertumbuhan bakteri yang merugikan yang akan mengakibatkan kontraksi usus bayi
tidak normal sehingga bayi kembung, gelisah karena konstipasi atau gangguan
metabolisme.
e) Vitamin
Vitamin K yang berfungsi sebagai katalisator pada proses pembekuan darah
terdapat dalam ASI dalam jumlah yang cukup. Namun pada minggu pertama usus bayi
belum mampu membentuk vitamin K, sedangkan bayi setelah persalinan mengalami
pendarahan perifer yang perlu dibantu dengan pemberian vitamin K untuk proses
pembekua darah. Dalam ASI vitamin A, D, C ada dalam jumlah yang cukup,
sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan pantotenik sangat kurang. Tetapi
tidak perlu ditambahkan karena bisa diperoleh dari menu yang dikonsumsi ibu.

2.1.6 Kandungan Antibodi dalam ASI

ASI mengandung macam-macam substansi anti infeksi yang melindungi bayi


terhadap infeksi terutama bilamana kebersihan lingkungan tidak baik. Faktor-faktor
proteksi dalam ASI tersebut dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2 Komponen unggul yang terkandung dalam ASI yang dapat melindungi
bayi dari berbagai penyakit
NO Komposisi Peranan

1. Faktor bifidus Mendukung proses perkembangan


bakteri yang menguntungkan dalam usus
bayi untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang merugikan seperti E. Coli
patogen

12
2. Laktoferin & Transferin Mengikat zat besi sehingga zat besi tidak
digunakan oleh bakteri patogen untuk
pertumbuhannya.

3. Laktoperoksidase Bersama dengan peroksidase hidrogen


dan ion tiosianat membantu membunuh
Streptococcus

4. Faktor Antistaphilococcus Menghambat pertumbuhan


Staphilococcus patogen.

5. Sel limfosit dan makrofag Mengeluarkan zat anti bodi untuk


meningkatkan imunitas terhadap
penyakit.
6. Komplemen Memperkuat Fagosit

7. Imunoglobulin Memberikan kekebalan terhadap infeksi


8. Lizosim Memiliki fungsi bakteriostatik terhadap
enterobakteri dan bakteri gram negatif

9. Interferon Menghambat pertumbuhan virus

10. Faktor pertumbuhan epidermis Membantu pertumbuhan selaput usus


bayi sebagai perisai untuk menghindari
zat-zat merugikan yang masuk ke
peredaran darah.

Sumber: Karyadi, 2003

13
2.2 Laktasi
2.2.1 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui yaitu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran
ASI. Proses laktasi dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah faktor
hormonal. Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi
hormon yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara progesteron,
estrogen, prolaktin, oksitosin, human placental lactogen (HPL)
Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.
Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki fase Laktogenesis I.
Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental yang
kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron yang tinggi mencegah produksi
ASI sebenarnya.
Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan turunnya tingkat
hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba, namun hormon
prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran yang
dikenal dengan fase Laktogenesis II. Apabila payudara dirangsang, level
prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan
kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya
hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam alveoli untuk memproduksi ASI,
dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri. Penelitian mengindikasikan
bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI lebih
banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah
saat payudara terasa penuh. Proses laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam
setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru merasakan payudara penuh
sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang produksi ASI
sebenarnya tidak langsung setelah melahirkan.
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama
kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI
mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini dinamakan Laktogenesis
III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan

14
memproduksi ASI dengan banyak pula. Penelitian berkesimpulan bahwa apabila
payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan meningkatkan taraf
produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa
sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara
dikosongkan. Terdapat dua refleks pada ibu yang sangat penting dalam proses
laktasi yaitu :

a. Refleks prolaktin

Dalam puting susu terdapat banyak ujung saraf sensoris. Bila ini
dirangsang, maka timbal impuls yang menuju hipotalamus selanjutnya ke
kelenjar hipofisis anterior sehingga kelenjar ini mengeluarkan hormon prolaktin,
hormon inilah yang berperan pada produksi ASI. Prolaktin dibentuk lebih
banyak pada malam hari.

b. Refleks Aliran (let down reflex)

Rangsangan puting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar


hipofisis anterior, tetapi juga ke kelenjar hipofisis posterior, yang mengeluarkan
hormon oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada
di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar.
Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi makin cepat dan
baik. Tidak jarang perut ibu terasa mulas pada hari-hari pertama meyusui dan ini
adalah mekanisme alamiah untuk kembalinya rahim ke bentuk semula (Guyton,
2003).

15
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Produksi ASI
 Makanan Ibu
Makanan yang dikonsumsi ibu dalam masa menyusui tidak secara langsung
mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Namun jika
makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan
tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat air susu dalam payudara ibu tidak
akan dapat bekerja dengan sempurna, dan akhirnya akan berpengaruh terhadap
produksi ASI.
 Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Ibu yang selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri dan rasa tertekan dan
berbagai bentuk ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui
bayinya.
 Penggunaa Alat Kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron
Bagi ibu yang dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil
yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah

16
produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh
karena itu alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR) yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan hormon oksitosin
yang dapat merangsang produksi ASI.
 Kurang sering menyusui atau memerah payudara
 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat:
o Struktur mulut dan rahang yang kurang baik
o Teknik perlekatan yang salah
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik

2.3 ASI Eksklusif

Yaitu memberikan ASI saja selama bayi berumur 0-6 bulan. ASI tanpa bahan makanan
lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar enam bulan, setelah itu ASI
hanya berfungsi sebagai sumber protein, vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Pengenalan makanan tambahan dimulai pada
usia enam bulan dan bukan empat bulan, karena pertama dari hasil penelitian jumlah komposisi
ASI masih cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara
tepat dan benar sampai bayi berumur enam bulan.
Dari segi kebutuhan cairan dan energi, bayi usia 6 bulan dengan berat badan ideal 7,5
kg membutuhkan intake cairan sebesar 750 ml/hari, dengan kebutuhan kalori 750kkal/hari, serta
protein 18,75 gr/hari. Ibu dengan bayi usia 6 bulan ASI yang diproduksi 300-850 ml/hari
dengan kandungan kalori sebesar 70kkal dan protein sebesar 1,3gram tiap 100ml ASI. Karena
itu selama kurun waktu 6 bulan ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi. Setelah 6 bulan
volume pengeluaran ASI menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat
dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Pada saat bayi berumur enam bulan sistem pencernaannya mulai matur. Setelah

17
berumur enam bulan usus bayi mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang masuk. Hal
ini dikarenakan pori-pori jaringan usus bayi yang pada awalnya berongga seperti saringan pasir
yang memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan langsung masuk dalam sistem
peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi, akan tertutup rapat setelah bayi berumur enam
bulan (Manajemen laktasi, 2004).

Tabel 3 Kebutuhan cairan, kalori dan protein bayi menurut U/BB


Kebutuhan per hari
Umur Cairan (ml) Kalori (kkal) Protein (gr)
1 bulan ± 500 ± 350 8,75
3 bulan ± 600 ± 600 15
4 bulan ± 650 ± 650 16,25
5 bulan ± 700 ± 700 17,5
6 bulan ± 750 ± 750 18,75
7 bulan ± 800 ± 800 20
8 bulan ± 850 ± 850 21,25
9 bulan ± 900 ± 900 22,5
10 bulan ± 950 ± 950 23,75
11 bulan ± 1000 ± 1000 25
12 bulan ± 1050 ± 1050 26,25
2 tahun ± 1600 ± 1600 32

18

Anda mungkin juga menyukai