id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
(Sudigdo, 2002)
a. Kriteria Inklusi
33
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id
paranasal. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS tahun 2012
adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai adanya dua atau lebih
(sekret hidung anterior/ posterior), dengan atau tanpa nyeri wajah/ rasa tertekan di
wajah, dengan atau tanpa penurunan/ hilangnya penghidu, dan salah satu temuan
dari temuan nasoendoskopi (polip dan atau sekret mukopurulen dari meatus
medius dan edema/ obstruksi mukosa di meatus medius) dan gambaran tomografi
et al., 2012).
b. Kriteria Eksklusi
kimia
2. Besar Sampel
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
Z = 1,96
antaraa 0 100 %
ln : Logistik natural
2
n = (1,96 + 0,842 ) +3
0,5 In [(1+0,5)/(1-0,5)]
D. Variable Penelitian
kronik.
E. Definisi Operasional
kronik yang dapat di ukur dengan alat PNIF ( peak nasal inspiratory
4. Tidak ada sumbatan bila kecepatan aliran udara > 120 l/min
hidung, berat dan sedang kategori sedang berat (terdapat sumbatan hidung),
Untuk pemeriksaan dan menilai fungsi penciuman terdiri dari tiga penilaian
maka ketiga nilai tersebut di atas dijumlahkan dan menghasilkan skor TDI (
c. Hasil Ukur
(hiposmia dan anosmia) dan tidak ada gangguan fungsi penghidu (normosmia)
3. Deviasi septum
seimbang antara kartilago dengan tulang septum, traumatik akibat fraktur fasial,
fraktur nasal, fraktur septum atau akibat trauma saat lahir (Wals, 2006 )
b. Cara ukur: gambaran CT scan di daerah septum dinilai. Cara ukur skor Lund-
Mackays sinus yang dinilai adalah sinus etmoidalis anterior kanan dan kiri, sinus
etmoidalis posterior kanan dan kiri, sinus maksilaris kanan dan kiri, sinus frontalis
kanan dan kiri, dan sinus sfenoidalis kanan dan kiri. Kriteria penilaian untuk
masing-masing sinus kanan dan kiri: tidak ada kelainan = 0, opasitas parsial = 1,
dijumlahkan.
c. Hasil ukur: dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tidak terdapat deviasi septum
a. Definisi : Polip hidung adalah masa yang tumbuh dalam rongga hidung,
sering kali multiple dan bilateral. Massa ini lunak berwarna putih keabu-abuan,
Berasal dari epitel di meatus medius, ethmoid atau sinus maksila (Wals , 2006 )
Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media dan tampak dirongga hidung
c. Hasil ukur di bagi dua kelompok, terdapat polip kavum nasi dan tidak terdapat
5. Rinitis Alergi
terpajan alergen. Subjek memiliki gejala rinorea, bersin, hidung gatal dan
b. Cara ukur: pasien dengan gejala rinitis alergi dilakukan pemeriksaan Skin
Prick Test dengan zat alergen DR. Indrajana. Pasien dengan bentol berukuran
positif tiga (+3) sesuai besar bentol histamin dinyatakan sebagai rinitis alergi
positif. Pasien yang tidak mempunyai gejala alergi langsung dianggap sebagai
c. Hasil ukur: dibedakan menjadi dua kelompok yaitu rinitis alergi negatif
THT-KL yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi telah
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan data.
c. PNIF (Peak nasal inspiratory flow meter) Alat ini digunakan dengan
gangguan fungsi penghidu pada rinosinusitis kronik menggunakan uji chi square
Perhitungan analisis data dengan menggunakan SPSS for Windows 17.0 version
I. Alur Penelitian
Populasi rinosinusitis
kronik
-Septum deviasi
Di lakukan pemeriksaan sumbatan
-Polip kavum
hidung
nasi
dan gangguan fungsi penghidu -Rinitis alergi
Analisa statistik
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id