Anda di halaman 1dari 10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD Dr.

Moewardi Surakarta sejak November 2013 sampai dengan Februari 2014.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi epidemiologi bersifat eksploratif dengan desain

cross-sectional, dimana sekelompok penderita rinosinusitis kronik diperiksa

fungsi penghidunya kemudian dianalisis hubungannya dengan sumbatan hidung

yang diperiksa melalui Peak Nasal Inspiratory Flow Meter (PNIF).

C. Populasi dan Sampel

Populasi target penelitian ini adalah penderita rinosinustis kronik. Populasi

terjangkau adalah penderita rinosinusitis kronik yang berobat di Poliklinik Ilmu

Kesehatan THT-KL RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel penelitian adalah

penderita rinosinusitis kronik yang bersedia menjadi subjek penelitian dan

menandatangani informed consent.

Sampel penelitian dipilih dengan cara non-probability sampling, yaitu dengan

teknik consecutive sampling, dimana setiap subyek yang memenuhi kriteria

penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel terpenuhi

(Sudigdo, 2002)

1. Kriteria Inklusi dan kriteria eksklusi

a. Kriteria Inklusi

33
perpustakaan.uns.ac.id 34
digilib.uns.ac.id

1) Rinosinusitis kronik merupakan peradangan kronis mukosa hidung dan sinus

paranasal. Dasar diagnosis rinosinusitis kronik sesuai kriteria EPOS tahun 2012

adalah inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai adanya dua atau lebih

gejala, salah satunya termasuk hidung tersumbat/ obstruksi/kongesti atau pilek

(sekret hidung anterior/ posterior), dengan atau tanpa nyeri wajah/ rasa tertekan di

wajah, dengan atau tanpa penurunan/ hilangnya penghidu, dan salah satu temuan

dari temuan nasoendoskopi (polip dan atau sekret mukopurulen dari meatus

medius dan edema/ obstruksi mukosa di meatus medius) dan gambaran tomografi

komputer (perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan atau sinus)(Fokkens

et al., 2012).

2) Berumur lebih dari 18 tahun sampai dengan usia 60 tahun

3) Bersedia diikutsertakan dalam penelitian.

4). Pasien belum pernah mendapat terapi

b. Kriteria Eksklusi

1) Riwayat osbtruksi mekanik (masa tumor di hidung/sinus).

2) Riwayat trauma kepala.

3) Riwayat penyakit endokrin ( diabetes militus, gagal ginjal, penyakit liver

4) Penyakit degeneratif ( parkinson , alzheimer )

5) Penyakit paru ( Asma berat dan Penyakit paru obstruksi kronik)

6) Riwayat pekerjaan yang berhubungan dengan kontak hidung dengan bahan

kimia

2. Besar Sampel
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id

Penentuan besar sampel berdasarkan uji hipotesa dengan menggunakan koefisien

korelasi (r) menggunakan rumus (Sudigdo, 2002) :


2
n = (Z + Z ) +3
0,5 In [(1+r)/(1-r)]
Keterangan :

Z : Tingkat kemaknaan 95%, maka berarti = 0,0842

Z : Tingkat kemaknaan 95%, maka berarti = 0,05 sehingga

Z = 1,96

r : Koefisien korelasi = 0,5 . Berdasarkan median koefisien korelasi

antaraa 0 100 %

ln : Logistik natural
2
n = (1,96 + 0,842 ) +3
0,5 In [(1+0,5)/(1-0,5)]

n = 26,02 + 3 = 29,02 sehingga di tetapkan besar sampel menjadi 35

D. Variable Penelitian

a. Variabel Bebas : Sumbatan hidung pasien rinosinusitis kronik

b. Variabel Tergantung : Gangguan fungsi penghidu pasien rinosinusitis

kronik.

c. Variabel perancu : Septum deviasi, polip kavum nasi, rinitis alergi

E. Definisi Operasional

1. Sumbatan hidung adalah berat ringannya sumbatan hidung oleh karena

berkurangnya volume rongga hidung akibat dari gejala rinosinusitis


perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id

kronik yang dapat di ukur dengan alat PNIF ( peak nasal inspiratory

flow). Pengukuran sumbatan hidung dan pemeriksaan fungsi penghidu di

lakukan saat pasien yang terdiagnosa rinosinusitis kronik dan belum

mendapatkan terapi, lalu dikategorikan menjadi sumbatan hidung ringan,

sedang, berat (Ottaviano, 2006).

a. Definisi: kelainan pada rongga hidung baik anatomis, fisiologis

maupun patologis. Sumbatan hidung dapat disebabkan oleh rinitis

akut, rhinitis kronik, rinosinusitis, septum deviasi, polip, konka

bullosa, atresia koana, hipertrofi konka, kolaps valvula nasalis dan

tumor pada rongga hidung ( Laynaert et al.,2002 ; Wals ,2006 )

b. Tingkat sumbatan hidung :

1. Sumbatan hidung berat bila kecepatan aliran udara < 50 l/min

2. Sumbatan hidung sedang bila kecepatan aliran udara 50-80 l/min

3. Sumbatan hidung ringan bila kecepatan aliran udara 80 -120 l/min

4. Tidak ada sumbatan bila kecepatan aliran udara > 120 l/min

Pengukuran skor dilakukan dengan berdasarkan kategori tingkatan sumbatan

hidung, berat dan sedang kategori sedang berat (terdapat sumbatan hidung),

ringan dan tidak ada sumbatan di kategori ringan

(tidak ada sumbatan hidung).

c. Skala pengukuran adalah skala nominal

2. Gangguan fungsi penghidu

a. Definisi: merupakan kemampuan organ penghidu untuk dapat

mendeteksi berbagai jenis bau ( Hummel, 2003 ).


perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id

b. Nilai variasi dan kriteria penilaian

Untuk pemeriksaan dan menilai fungsi penciuman terdiri dari tiga penilaian

berbeda. Nilai ambang penghidu, diskriminasi odoran, dan identifikasi odoran.

maka ketiga nilai tersebut di atas dijumlahkan dan menghasilkan skor TDI (

Threshold Discrimination Identification ).

Penentuan Penilaiannya adalah :

Normosmia : bila nilai TDI >30

Hiposmia : bila nilai TDI 15-30

Anosmia : bila nilai TDI <15

c. Hasil Ukur

Dibedakan menjadi 3 kelompok :

- Tanpa gangguan penghidu (normosmia),

- Dengan gangguan penghidu ringan (hiposmia)

- Dengan gangguan penghidu berat ( anosmia).

Pengukuran skor dilakukan dengan berdasarkan ada gangguan fungsi penghidu

(hiposmia dan anosmia) dan tidak ada gangguan fungsi penghidu (normosmia)

d. Skala ukur adalah skala nominal

3. Deviasi septum

a. Definisi:kelainan bentuk septum yang tidak lurus sempurna di garis tengah.

Deviasi septum dapat disebabkan oleh gangguan pertumbuhan yang tidak


perpustakaan.uns.ac.id 38
digilib.uns.ac.id

seimbang antara kartilago dengan tulang septum, traumatik akibat fraktur fasial,

fraktur nasal, fraktur septum atau akibat trauma saat lahir (Wals, 2006 )

b. Cara ukur: gambaran CT scan di daerah septum dinilai. Cara ukur skor Lund-

Mackays sinus yang dinilai adalah sinus etmoidalis anterior kanan dan kiri, sinus

etmoidalis posterior kanan dan kiri, sinus maksilaris kanan dan kiri, sinus frontalis

kanan dan kiri, dan sinus sfenoidalis kanan dan kiri. Kriteria penilaian untuk

masing-masing sinus kanan dan kiri: tidak ada kelainan = 0, opasitas parsial = 1,

opasitas total = 2. Kriteria tersebut ditambah keadaan ostiomeatal kompleks kanan

dan kiri: tersumbat = 2, tidak tersumbat = 0.Semua skor tersebut kemudian

dijumlahkan.

c. Hasil ukur: dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tidak terdapat deviasi septum

dan terdapat deviasi septum.

d. Skala ukur : nominal

4. Polip kavum nasi

a. Definisi : Polip hidung adalah masa yang tumbuh dalam rongga hidung,

sering kali multiple dan bilateral. Massa ini lunak berwarna putih keabu-abuan,

agak transparan, permukaan licin mengkilat, bertangkai dan mudah digerakkan.

Berasal dari epitel di meatus medius, ethmoid atau sinus maksila (Wals , 2006 )

b. Cara ukur : Klasifikasi dan stadium polip nasi menurut Mackay :

Stadium 0 : Tidak ada polip.

Stadium 1 : Polip terbatas di meatus media tidak keluar ke rongga hidung.

Stadium 2 : Polip sudah keluar dari meatus media dan tampak dirongga hidung

tetapi tidak memenuhi/menutupi rongga hidung.


perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id

Stadium 3: Polip sudah memenuhi rongga hidung.

c. Hasil ukur di bagi dua kelompok, terdapat polip kavum nasi dan tidak terdapat

polip kavum nasi

d. Skala ukur : nominal

5. Rinitis Alergi

a. Definisi: inflamasi hidung yang dimediasi imunoglobulin E setelah

terpajan alergen. Subjek memiliki gejala rinorea, bersin, hidung gatal dan

tersumbat. Rinitis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta

uji cungkit kulit (Skin Prick Test) (Wals,2006)

b. Cara ukur: pasien dengan gejala rinitis alergi dilakukan pemeriksaan Skin

Prick Test dengan zat alergen DR. Indrajana. Pasien dengan bentol berukuran

positif tiga (+3) sesuai besar bentol histamin dinyatakan sebagai rinitis alergi

positif. Pasien yang tidak mempunyai gejala alergi langsung dianggap sebagai

rinitis alergi negatif.

c. Hasil ukur: dibedakan menjadi dua kelompok yaitu rinitis alergi negatif

dan rinitis alergi positif.

d. Skala ukur: nominal

F. Teknik Pengumpulan Data

L. Penderita dengan gejala rinosinusitis kronik yang berkunjung ke klinik

THT-KL yang sesuai dengan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi telah

menandatangani informed consent di data.

M.Dilakukan pemeriksaan Sniffin Stick Test pada penghidu pasien.

3. Dilakukan pemeriksaan PNIF untuk mengetahui sumbatan hidung


perpustakaan.uns.ac.id 40
digilib.uns.ac.id

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam pengumpulan data.

Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Sniffín Stick Test (Burghart Messtechnik, Wedel, Germany).

b. Data epidemiologi (umur, jenis kelamin ) dikumpulkan dengan

mengambil data dari rekam medis pasien.

c. PNIF (Peak nasal inspiratory flow meter) Alat ini digunakan dengan

hembuskan melalui hidung dengan memastikan mulut tertutup (Clement

Clarke International, England)

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul akan diperiksa kelengkapan datanya, ditabulasi dan

dimasukkan ke dalam komputer.

Untuk menganilisis hubungan antara tingkat sumbatan hidung dengan tingkat

gangguan fungsi penghidu pada rinosinusitis kronik menggunakan uji chi square

dikarenakan datanya berbentuk nominal. Sedangkan taraf kesalahan yang

Perhitungan analisis data dengan menggunakan SPSS for Windows 17.0 version

(SPSS Inc, USA).


perpustakaan.uns.ac.id 41
digilib.uns.ac.id

I. Alur Penelitian

Populasi rinosinusitis
kronik

Krietria inklusi Kriteria eksklusi

-Septum deviasi
Di lakukan pemeriksaan sumbatan
-Polip kavum
hidung
nasi
dan gangguan fungsi penghidu -Rinitis alergi

Penilaian Peak nasal Penilaian Sniffin Stick test


inflamatory flow

Analisa statistik
perpustakaan.uns.ac.id 42
digilib.uns.ac.id

Anda mungkin juga menyukai