Anda di halaman 1dari 50

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu mempunyai masalah.
Setiap individu biasanya mempunyai cara sendiri untuk menyelesaikan
masalahnya, tapi jika ada sebagian manusia yang tidak dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri akan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Ternyata
dampaknya mampu menimbulkan dampak yang sangat besar dan
berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang yang tidak dapat
mengantisipasi gejala yang timbul. Seseorang dianggap jiwanya sehat jika
mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku mereka
yang pantas dan adaptif. Sebaliknya, seseorang dianggap jiwanya sakit jika
gagal memaikan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak
pantas (Videback, 2008)
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja
secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Kesehatan jiwa adalah bahwa sehat-sakit dan adaptasi-maladaptasi
merupakan konsep yang berbeda, tiap konsep berada pada rentang yang
terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang
adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut pandang keperawatan. Jadi,
seseorang yang mengalami sakit baik fisik maupun jiwa dapat beradaptasi
terhadap keadaan sakitnya. Sebaiknya, seseorang yang tidak didiagnosis
sakit mungkin memiliki respon koping yang maladaptif. Kedua rentang ini
menggambarkan model praktek keperawatan dan medis yang saling
melengkapi (Stuarat, 2007).
2

Gangguan jiwa merupakan respon maladaptif individu berupa


perubahan fungsi psikologis atau perilaku yang tidak sesuai dengan norma
lokal dan budaya setempat yang menyebabkan timbulnya penderitaan dan
hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Seseorang lebih berpotensi
mengalami gangguan jiwa jika tidak menyeseuaikan diri dengan lingkungan
(Keliat, 2006). Salah satu gangguan jiwa yang terdapat di seluruh dunia
adalah gangguan jiwa Harga Diri Rendah. Harga diri rendah itu sendiri
merupakan suatu penilaian subjektif individu terhadap dirinya.
Jumlah penderita gangguan jiwa dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. WHO (2009) memperkirakan 450 juta orang di seluruh dunia
mengalami gangguan mental, sekitar 10% adalah orang dewasa dan 25%
penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu
selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit secara
keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% di tahun
2030.
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah
penderita gangguan jiwa yang cukup besar. Data hasil riset kesehatan dasar
tahun 2007 (Depkes, 2008) yang dilakukan oleh Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, menunjukkan prevalensi
gangguan jiwa di Indonesia sebesar 4.6 permil, artinya dari 1000 penduduk
Indonesia, maka empat samapai lima orang diantaranya menderita
gangguan jiwa. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bencana alam yang
terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, gunung meletus, dan tsunami
ditambah berbagai konflik terkait agama, ras, ekonomi dan politik.
Banyaknya jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia ini tersebar di
seluruh wilayah Indonesia, termasuk di provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 di provinsi Jawa
Barat ditemukan 0,2% dari total penduduk jawa barat mengalami gangguan
jiwa berat, sementara gangguan mental emosional pada penduduk Jawa
Barat mencapai 20% melampaui prevalensi secara nasional (11,6%).
Analisis pada 40 juta jiwa penduduk Jawa Barat didapatkan sekitar 8 juta
3

jiwa penduduk Jawa Barat mengalami masalah mental emosional dan 80


ribu jiwa pernah mengalami gangguan jiwa berat (Depkes, 2010).
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka
kejadian 44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial
menempati urutan kedua dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah
pasien 173 orang, pasien dengan resiko perilaku kekerasan menempati
urutan ketiga dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141
orang pasien, pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat
dengan angka kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan
pasien dengan waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika,
2015.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO,
kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya.
Melihat dari berbagai data dan informasi di atas maka penulis
tertarik untuk mengambi judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. D di
Ruang Cendrawasih Dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat”

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah Bagaimana Asuhan
Keperawatan pada Ny. D di Ruang Cendrawasih Gangguan Sensori Persepsi :
Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
4

Penulis dapat memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan


masalah utama Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
secara optimal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada klien Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada klien dengan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada keluarga
klien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi dan pemecahan masalah dalam keperawatan jiwa
khusunya tentang asuhan keperawatan tentang gangguan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan terhadap
pasien dengan Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan, khusunya pada keperawatan jiwa.
c. Bagi Rumah Sakit
Digunakan sebagai informasi Rumah Sakit dalam bidang
pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan di masa yang akan
datang.
5

d. Bagi Perawat
Menambah ilmu pengetahuan dan ketarampilan dalam penangan
asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran secara optimal.
6

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Masalah Keperawatan
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang
nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi adalah persepsi
sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal
(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi
atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan (stimulus)
eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan gangguan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan
halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien
mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus
eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

2. Etiologi
7

Menurut Stuart dan (2007) faktor-faktor yang menyebabkan klien


gangguan jiwa mengalami halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki kemungkinan
mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya mengalami
skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia
berpeluang 15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua
orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%.
2) Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi
otak yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak
normal, khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
3) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin.
4) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan
dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
5) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor
predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh
ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
b. Faktor Presipitasi
8

1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima


dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah
di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan
kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam
hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan
sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja,
stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri,
merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak
seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya
kernampuan sosialisasi, perilaku agresif, ketidakadekuatan
pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.
3. Tanda Dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atautertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara,
bicarasendiri,pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan
pengalamansensori,kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realitas rentangperhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,
kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri,
perubahan.
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden,
(1998) dalam Yusalia (2015).
Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala
9

Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,


paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang-kadang dapat
membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar karton
dan atau panorama yang luas dan komplek.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang menakutkan
seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine,


fases umumnya baubau yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor,
kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,


urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
10

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Sinestetik darah divera (arteri), pencernaan makanan.

Merasakan pergerakan sementara berdiri


tanpa bergerak
Kinestetik
4. Tahapan halusinasi
Halusinasi berkembang melalui empat fase, yaitu sebagai berikut
(Kusumawati, 2012) :
a. Fase pertama (comforting)
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan.
Pada tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik :
klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah,
kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya
menolong sementara. Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat,
respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan
suka menyendiri.
b. Fase kedua (condemming)
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu
halusinasi menjadi menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik: pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan,
kecemasan meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan.
Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang
lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku klien:
meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan
denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan halusinasinya
dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga (controlling)
11

Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu


pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan
psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa
dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku klien : kemauan
dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau
detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat (conquering)
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan
halusinasinya. Termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik :
halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol
dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di
lingkungan. Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh
diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak
mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu
berespon lebih dari satu orang.
4. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara-
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan
atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidung (olfactory)
12

Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau


yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang
terhidu bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang
dan dementia.
5. Respon Adaptif
Menurut (Stuart & Laraia, 2009) halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptif individu yang berada dalan rentang respon
neurobiologis. Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien
sehat, 8 persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima
melalui pancaindra (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan,
peraban), klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus
pancaindra walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Rentang
respon tersebut dapat digambarkan seperti dibawah ini ( Muhith, 2015 ) :
Respon adaptif Respon maladaptif

a. Pikiran
a. Kelainan
terkadang
pikiran
a. Pikiran logis menyimpang
b. Halusinasi
b. Persepsi akurat b. Ilusi
c. Tidak
c. Emosi konsisten c. Emosional
mengontrol
d. Perilaku sosial berlebihan/deng
emosi
e. Hubungan an pengalaman
d. Ketidakteratura
sosial kurang
n
d. Perilaku ganjil
e. Isolasi soaial
e. Menarik diri

Bagan 2.1 Rentang Respon Halusinasi


Keterangan :
a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
13

normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecakan maslah


tersebut respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada keyantaan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena ransangan
panca indra.
3) Emosi berlebihan atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun respon maladaptif meliputi :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada.
14

3) Kerusakan proses emosi perubahan sesuatu yang timbul dari hati.


4) Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
Isolasi sosial adalah kondisi yang dialamai oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif
mengancam.

B. Pohon Masalah

Efek Resiko Perilaku kekerasan Defisit perawatan diri

Core Problem Resiko persepsi Intoleransi Aktivitas


sensori :Halusinasi

Gangguan interaksi sosial:


Etiologi
menarik diri

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah

Bagan 2.2 : Pohon masalah Halusinasi

C. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul


1. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Koping individu tidak efektif
4. Risiko tinggi perilaku kekerasan
D. Data Yang Perlu Dikaji
Tabel 2.1 Data Yang Perlu Di kaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
15

Peruabahan persepsi sensori Subjektif :

: Halusinasi a. Klien mengatakan mendengar sesuatu

b. Klien mengatakan melihat bayangan

putih

c. Klien mengatakan dirinya seperti

disengat listrik.

d. Klien mencium bau-bauan yang tidak

sedap, seperti feses.

e. Klien mengatakan kepalanya

melayang di udara.

f. Klien mengatakan dirinya merasakan

ada sesuatu yang berbeda pada

dirinya

Objektif :

1) Klien terlihat bicara atau tertawa

sendiri saat dikaji.

2) Bersikap seperti mendengar

sesuatu.

3) Berhenti bicara ditengah-tengah

kalimat untuk mendengarkan

sesuatu.

4) Disorientasi

5) Konsentrasi rendah
16

6) Pikiran cepat berubah-ubah

7) Kekacauan alur pikiran.

E. Diagnosis Keperawatan
Gangguan sensori persepsi : Halusinasi

F. Rencana Tindakan keperawatan


Diagnosa
Pasien Keluarga
Keperawatan
Halusinasi SP I SP I
1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah
halusinasi pasien yang dirasakan keluarga
2. Mengidentifikasi isi dalam merawat pasien
halusinasi pasien 2. Menjelaskan pengertian,
3. Mengidentifikasi waktu tanda dan gejala halusinasi,
halusinasi pasien dan jenis halusinasi yang
4. Mengidentifikasi dialami pasien beserta
frekuensi halusinasi proses terjadinya
pasien 3. Menjelaskan cara-cara
5. Mengidentifikasi situasi merawat pasien halusinasi
yang menimbulkan
halusinasi
6. Mengidentifikasi
respons pasien terhadap
halusinasi
7. Melatih pasien cara
kontrol halusinasi dengan
menghardik
8. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

SP II SP II
1. Memvalidasi masalah 1. Melatih keluarga
dan latihan sebelumnya. mempraktekkan cara
2. Melatih pasien cara merawat pasien dengan
kontrol halusinasi dengan halusinasi
berbincang dengan orang 2. Melatih keluarga
lain melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
halusinasi
17

3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP III SP III
1. Memvalidasi masalah 1. Membantu keluarga
dan latihan sebelumnya. membuat jadual aktivitas di
2. Melatih pasien cara rumah termasuk minum
kontrol halusinasi dengan obat (discharge planning)
kegiatan (yang biasa 2. Menjelaskan follow up
dilakukan pasien). pasien setelah pulang
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP IV
1. Memvalidasi masalah
dan latihan sebelumnya.
2. Menjelaskan cara kontrol
halusinasi dengan teratur
minum obat (prinsip 5
benar minum obat).
3. Membimbing pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.D DENGAN
18

GANGGUAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI PENDENGARAN


DI RUANG CENDRAWASIH RUMAH SAKIT JIWA
PROVINSI JAWA BARAT

A. Pengkajian
1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab
a. Identitas Klien
Nama : Ny. D
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 21 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Letnan Nipan Bojong RT 49 RW 05
Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta,
Kabupaten Purwakarta, 41111
No. RM : 075660
Tanggal Masuk : 31 Desember 2019
Tanggal Pengkajian : 07 Januari 2020
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Jl. Letnan Nipan Bojong RT 49 RW 05
Desa Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta,
Kabupaten Purwakarta, 41111
*Data dari Rekam Medis
2. Alasan Masuk
a. Alasan masuk pertama kali
Menurut data rekam medis, klien dibawa ke RSJ Provinsi Jawa
Barat pada tanggal 31 Desember 2019 karena klien mengamuk,
menyakiti orang lain, merusak barang, marah-marah, klien gelisah,
mondar mandir dirumah, tidak mau makan, dan tidur kurang.
19

b. Kondisi klien saat dikaji


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 07 Januari 2020
pukul 15.45 WIB, klien mengatakan sering mendengar suara
perempuan, suara itu mengatakan , suara itu membuat klien marah
dan kesal. Klien mengatakan frekuensi suara itu bisa datang kapan
saja bahkan saat klien sedang berada ditempat ramai, biasanya datang
1-2x dalam sehari, klien terlihat gelisah, pembicaraan kadang
inkoheren,
Masalah Keperawatan :
1) Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran
2) Resiko Perilako Kekerasan
3. Faktor Predisposisi
a. Klien pernah mengalami masalah kejiwaan sebelumnya dan pernah
dirawat di RS Jiwa pada bulan Ramadhan tahun lalu (sekitar bulan
Mei).
b. Klien pernah mendapatkan pengobatan medis sebelumnya dan
pengobatannya belum tuntas. Klien putus obat karena klien merasa
sehat dan malas control. Menurut klien gejala yang muncul setelah 1
bulan klien putus obat yaitu klien mulai mendengar suara-suara
perempuan tanpa wujud, suara itu mengatakan emosi klien menjadi
labil, mudah tersinggung,
c. Riwayat aniaya fisik, seksual, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
1) Riwayat aniaya fisik
Klien mengatakan karena kesal klien pernah mencengkram ibunya,
kejadiannya sebelum klien masuk RS yang sekitar 2 minggu yang
lalu, saat menceritakannya klien tampak sedih.
2) Riwayat aniaya seksual
Klien mengatakan pernah menjadi korban pelecehan seksual dari
kakak iparnya, yaitu sekitar satu tahun yang lalu. Setelah kejadian
20

itu klien menjadi sering menyendiri, mengurung diri dikamar, tidak


mau keluar rumah.
3) Riwayat kekerasan dalam keluarga
Klien mengatakan pernah menjadi korban pencabulan dari kakak
iparnya yaitu sekitar 1 tahun yang lalu, setelah kejadian itu klien
menjadi sering menyendiri mengurung diri dikamar, tidak mau
keluar rumah.
4) Riwayat tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak pernah mendapatkan tindakan kriminal,
menjadi saksi maupun melakukannya.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
Isolasi sosial
d. Menurut penuturan klien tidak ada keluarga yang mengalami
gangguan kejiwaan.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
e. Pengalaman tidak menyenangkan
Klien mengatakan mempunyai pengalaman tidak menyenangkan saat
klien mengalami pelecehan seksual oleh kakak iparnya. Setelah
kejadian itu klien mengatakan mulai mengurung diri dikamar dan
sosialisasi dengan orang lain mulai berkurang. KAPAN? DAMPAK ?
DO DS ISOS ?
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
4. Keadaan Fisik
Tanggal 07 Januari 2020
a. Tanda – tanda vital
1) Tekanan Darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 90 x/menit
3) Suhu : 36,2 oC
4) Respirasi : 20 x/menit
b. Ukuran badan
1) Tinggi badan : 158 cm
21

2) Berat Badan : 58 kg
c. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik yang dirasakan, klien
mengatakan merasa sehat. Dibuktikan dengan tanda-tanda vital klien
normal.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
5. Psikososial
a. Genogram*

X X X X

Bagan 3.1 Genogram

KET :
: Laki-laki --- : Tinggal Serumah

: Perempuan X : Laki-Laki meninggal

: Klien X
: Perempuan meninggal

: Garis keturunan
22

: Garis Perkawinan

Klien merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara. Klien tinggal bersama


ibu, ayah dan adiknya. Klien belum menikah dan belum memiliki anak.
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat gangguan jiwa.
1) Pola asuh
Klien mengatakan tinggal serumah bersama ayah, ibu, dan adiknya.
Menurut klien orang tua klienmemberi kebebasan namun dalam
batasan terhadap anak – anaknya dan diasuh dengan penuh kasih dan
sayang.
2) Pola komunikasi
Klien mengatakan bahwa klien merupakan orang yang agak
pendiam, klien hanya menceritakan masalahnya pada orang terdekat
yaitu temannya.
3) Pola pengambilan keputusan
Klien mengatakan jika ada masalah yang memerlukan pengamabilan
keputusan klien selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
4) Faktor hereditas
Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan jiwa
seperti yang dialami klien.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
b. Konsep Diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan menyukai seluruh anggota tubuhnya, karena itu
merupakan anugerah dari Allah SWT.
2) Identitas diri
Klien mengatakan dirumah klien berperan sebagai anak, kakak,
sekaligus adik dan merasa puas sebagai sorang wanita dan
berpenampilan sesuai dengan identitasnya.
3) Peran
23

Klien sebagai seorang anak, kakak, sekaligus adik. Klin juga merasa
senang dengan perannya.
4) Ideal Diri
Klien mengatakan saat ini yang paling ia harapkan adalah cepat
pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarga ayah, ibu dan
saudaranya.
5) Harga Diri
Klien mengatakan merasa dirinya dihargai oleh orang disekitarnya.
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
c. Hubungan Sosial
1) Orang terdekat
Klien mengatakan orang terdekat yang sering dijadikan teman curhat
klien jika sedang ada masalah adalah temannya yaitu teman sejak
SMA nya.
2) Peran Serta dalam Kegiatan Kelompok/Masyarakat
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat
ditempat tinggalnya, karena klien tidak terlalu suka keramaian.
3) Hambatan dalam Berhubungan dengan Orang Lain
Klien mengatakan terkadang mengalami hambatan dalam
berhubungan sosial dengan orang lain karena klien lebih suka
menyendiri, Klien mengatakan sulit bersosialisasi dengan orang
baru. DO?
Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial
d. Spiritual
1) Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, klien berpandangan bahwa
orang yang mengalami gangguan jiwa adalah mereka yang sedang
diuji oleh Allah SWT, termasuk dirinya. Klien meyakini dan percaya
bahwa penyakitnya bisa disembuhkan.
2) Kegiatan Ibadah
24

Klien mengatakan sewaktu dirumah klien rajin shalat dan selama di


RS Jiwa pun klien mengaku selalu melaksanakan shalat. Klien juga
meng atakan selalu berdoa agar dirinya kembali sehat dan
berkumpul dengan keluarganya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
6. Status Mental
a. Penampilan
Pada saat dilakukan pengkajian penampilan klien terlihat kurang rapi,
rambut tampak kusut, dan klien mengaku jarang keramas karena dingin.
Masalah Keperawatan : Defisit Perawatan Diri : Berdandan
b. Pembicaraan
Pada saat dilakukan pengkajian, intonasi bicara klien lambat,
pembicaraan kadang inkoheren, kadang klien berbicara sendiri, saat
berbicara menengok kiri kanan, klien tidak fokus saat diajak berbicara.
DS?
Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
pendengaran.
c. Aktivitas Motorik
Pada saat dilakukan pengkajian klien terlihat agak gelisah, menurut
klien sesekali klien mendengar suara perempuan yang membuatnya
kesal. DO DS ??
Masalah Keperawatan : Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
pendengaran.
d. Afek
Pada saat dilakukan pengkajian, apek klien labil, ekpresi wajah klien
saat dikaji kadang nampak sedih, kadang marah atau kesal saat klien
mendengar suara itu klien. ??
Masalah Keperawatan : gangguan sensori persepsi : halusinasi
pendengaran
e. Alam Perasaan
25

Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan masih kesal karena


ada bisikan perempuan yang tidak wujudnya. ????
Masalah Keperawatan : Resiko Prilaku kekerasan
f. Interaksi selama Wawancara
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tampak menjawab dengan baik,
ada inisiatif bertanya lebih dahulu, klien bersedia menjawab semua
pertanyaan dan mau memperkenalkan diri, meski kontak matanya
kurang klien bersedia berjabat tangan dengan perawat, klien banyak
bergerak dan kadang – kadang menengok ke kanan dan ke kiri.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
g. Persepsi
Menurut penuturan klien, klien mendengar suara perempuan yang
membuat klien merasa kesal. Klien mengatakan Suara itu muncul 1 kali
biasanya saat sore hari, suara itu muncul kapan saja saat klien melamun
bahkan saat klien sedang berada dikeramaian.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
h. Proses Pikir
Pada saat dilakukan pengkajian, bicara klien tidak berbelit – belit,
menjawab sesuai pertanyaan, tetapi kadang saat halusinasi suara
muncul klien berbicara sendiri, saat halusinasi muncul pembicaraan
inkhoren, klien menengok kekiri dan kekanan, tatapan mata klien tidak
fokus.
Masalah Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi
Pendengaran
i. Isi Pikir
Pada saat dilakukan pengkajian, klien tidak mengalami gangguan isi
fikir seperti obsesi, fobia, hipokondria, deporsonalisasi, ide yang
terkait, magis atau waham.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
26

j. Tingkat Kesadaran
Pada saat dilakukan pengkajian, orientai terhadap waktu, tempat dan
orang baik. Klien dapat menyebutkan tanggal, bulan dan tahun saat
pengkajian. Klien juga dapat menyebutkan bahwa dirinya adalah
mahasiswa. Klien juga menyadari bahwa dirinya sedang dirawat
diruang Cendrawasih. WTO??
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
k. Memori
1) Gangguan daya ingat jangka panjang
Klien mengatakan tahun lalu pernah dirawat di rumah sakit jiwa.
2) Gangguan daya ingat jangka pendek
Klien mengatakan dibawa ke rumah sakit oleh kedua orang tuanya.
3) Gangguan daya ingat sekarang
Pada saat klien bertemu perawat, klien ingat dengan nama
perawatnya.
4) Konvabulasi
Klien tidak menyangkal bahwa dirinya sedang mengalami masalah
kejiwaan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
l. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Pada saat dilakukan pengkajian, klien kurang berkomuniakasi saat
halusinasi muncul, tetapi klien mampu berkonsentrasi setelah diarahkan
oleh perawat dan mampu menyelesaikan perhitungan seperti 5 + 5 x 2
= 20
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
m. Kemampuan Penilaian
Klien mengatakan bahwa marah – marah itu tidak baik dan suara –
suara perempua yang didengar itu tidaklah nyata.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
n. Daya Tilik Diri
27

Pada saat dilakukan pengkajian, klien menyadari bahwa dirinya sakit


dan butuh bantuan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
7. Kebutuhan Kesiapan Pulang
a. Makan
Klien mampu makan sendiri tanpa bantuan orang lain dan mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan, klien mampu membereskan
sendiri alat makannya setelah makan.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
b. Pola eliminasi
Klien dapat mengontrol bab/bak sehingga bab/bak dilakukan mandiri
tanpa bantuan orang lain dan membersihkan diri dan pakaian.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
c. Mandi
Menurut penuturan klien, mampu mandi sendiri dengan frekuensi
1x/hari, klien mengatakan jarang keramas karena airnya dingin.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
d. Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri dan mengganti pakaian sesuai
dengan seragam rs (diruangan).
Masalah Keperawat : Tidak ada masalah
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang lamanya kurang lebih 2 jam. Tidur malam lamanya
kurang lebih 7-8 jam. Klien selalu berdoa ketika mau tidur.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
f. Penggunaan obat
Klien minum obat secara teratur dan benar dengan bantuan perawat.
Setelah pulang dari RS klien mengatakan akan meminum obatnya
dengan teratur dibantu keluarganya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
g. Kegiatan dalam rumah
28

Sebelum masuk RSJ, klien mengatakan selama dirumah membantu


pekerjaan rumah, klien selalu menyiapkan keperluannya sendiri.
Klien mengatakan setelah pulang dari RSJ akan membantu
mengerjakan kegiatan dirumah.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
h. Kegiatan diluar rumah
Sebelum masuk ke RSJ menurut penuturan klien, kegiatan klien diluar
rumah yaitu berkuliah dan kadang ikut organisasi dikampusnya.
Stelah pulang dari RS klien mengatakan akan kembali kuliah dan aktif
kembali dalam organisasi.
Masalah kesehatan : Tidak ada masalah
i. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa setelah pulang kerumah nanti klien akan
melanjutkan pengobatan dan menjaga kesehatannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
j. Mekanisme koping
Klien tinggal bersama ibu, ayah dan adiknya. Klien mengatakan tidak
terbuka kepada semua orang dan hanya menceritakan masalah
pribadinya kepada teman dekatnya. Setelah pulang dari RS, saat klien
mendapat masalah akan menceritakannya pada keluarga dan tidak
akan memendam masalahnya sendiri.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
k. Pengetahuan
Klien mengatakan mengetahui sedikit tentang penyakit yang
dideritanya.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
l. Aspek medis
Diagnosa medis : Psikotik ytt
Terapi medis :
1) Tanggal 31 Desember 2019 - 01 Januari 2020 :
a) Zyfrexa 10 mg 1x1 (inj)
29

b) Lodomer 2x1 (inj)


c) Haloperidol 5 mg 2x1 (PO)
d) Depacote 500 gr 1x1 (PO)
e) Clozapine 25 mg 1x1 (PO)
2) Tanggal 02 Januari 2020 – 06 Januari 2020 :
a) Haloperidol 5 mg 2x1 (PO)
b) Depacote 500 gr 1x1 (PO)
c) Clozapine 25 mg 1x1 (PO)
d) Lodomer 2x1 (inj)
3) Tanggal 07 Januari 2020 – 12 januari 2020
a) Haloperidol 5 mg 2x1 (PO)
b) Clozapine 25 mg 1x1 (PO)
8. Daftar Masalah Keperawatan
a. Gangguan sensori persepi : Halusinasi Pendengaran
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan
d. Defisit Perawatan Diri : Berdandan
9. Analisa Data
Tabel 3.1 Analisa Data
No Data Masalah Masalah
DS : Gangguan Persepi
1 - klien mengatakan mendengar Sensori : Halusinasi
suara perempuan yang tidak Pendengaran
dikenalinya.
- Klien mengatakan kesal karena
bisikan yang sering didengarnya
DO :
- Klien tampak gelisah
- Pembicaraan kadang inkoheren
- Klien tampak sesekali menengok
kiri kanan
30

- Apek klien labil


DS : Isolasi Sosial
2 - Klien mengatakan jarang
melakukan kegiatan masyarakat.
- Klien mengatakan sulit
bersosialisasi dengan orang baru.
DO :
- Klien terlihat melamun
DS : Resiko Perilaku
3 - Klien mengatakan saat Kekerasan
mendengar suara perempuan
membuatnya kesal.
- Klien mengatakan pernah
mencengkram ibunya.
DO :
- Menurut rekam medik, sebelum
dibawa ke rumah sakit klien
mengamuk, menyakiti orang
lain, marah-marah dan merusak
barang.
DS: Defisit Perawatan
4 - Klien mengatakan jarang Diri : Berdandan
keramas karena dingin.

DO :
- Rambut klien tampak kusut.
- Penampilan klien tidak rapih.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori persepi : Halusinasi Pendengaran
31

2. Isolasi sosial
3. Resiko perilaku kekerasan
4. Defisit Perawatan Diri : berdandan
32

5. Perencanaan Keperawatan
Nama : Ny. D Ruangan : Cendrawasih
Tabel 3.2 Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan
No Diagnosis
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional
1
Pasien mampu : Setelah 2-3x pertemuan a. Ungkapan dari
a. Mengenal pasien mampu : SP 1 tanggal 08 klien mengenai :
halusinasi yang a. Menyebutkan isi, waktu, Januari 2020 b. Isi, waktu,
dialaminya frekuensi, situasi, Pukul 14.00 WIB frekuensi, situasi
b. Mengontrol pencetus, dan perasaan a. Bantu pasien pencetus, perasaan
Gangguan
halusinasinya b. Memperagakan cara megenal halusinasi: saat terjadi
sensori persepi :
1 c. Mengikuti program dalam mengontol 1) Isi halusinasi
Halusianasi
pengobatan secara halusinasi 2) Waktu menunjukan apa
pendengaran
optimal terjadinya yang dibutuhkan
3) Frekuensi dan dirasakan oleh
4) Situasi klien.
pencetus c. Tindakan
menghardik salah
33

5) Perasaan saat satu upaya untuk


terjadi mengontrol
halusinasi halusinasi
b. Latih mengontrol
halusinasi dengan
cara menghardik.
Tahapan
tindakannya
meliputi :
1) Jelaskan cara
menghardik
halusinasi
2) Peragakan cara
menghardik
3) Minta pasien
mempragakan
ulang
4) Pantau
penerapan cara
34

ini. Beri
penguatan
perilaku pasien
5) Masukan dalam
jadwal kegiatan
pasien
SP II Tanggal 10
Januari 2020 Pukul
14.00 WIB
Setelah 1-2x peretemuan a. Evaluasi kegiatan
a. Evaluasi akan
pasien mampu : yang lalu (SP 1)
membantu untuk
a. Menyebutkan kegiatan
merencanakan
yang sudah dilakukan
selanjutnya
b. Membuat jadwal kegiatan b. Latih berbicara atau
b. Bercakap-cakap
sehari-hari, dan mampu bercakap dengan
dengan orang lain
2 memperagakan orang lain saat
merupakan
halusinasi muncul
salahsatu tindakan
yang dapat
35

c. Masukan dalam mengendalikan


jadwal kegiatan halusinasi
pasien c. Memasukan
kegiatan bercakap
dalam jadwal
harian klien
membantu
mempercepat klien
mengontrol
halusinasi
SP III tanggal 11
Setelah 1-2x pertemuan Januari 2020 pukul
pasien mampu : 14.00 WIB
a. Menyebutkan kegiatan a. Evaluasi kegiatan a. Evaluasi akan
3 yang sudah dilakukan yang lalu (SP I, SP membantu untuk
b. Membuat jadwal kegiatan II) merencanakannya
sehari-hari dan mampu selanjutnya
memperagakannya b. Melakukan
kegiatan sesuai
36

b. Latih kegiatan agar dengan kegiatan


halusinasi tidak yang biasa
muncul dilakukan klien.
Tahapan : Kegiatan adalah
1) Jelaskan tindakan yang
pentingnya dapat
aktivitas yang mengendalikan
teratur untuk halusinasi
mengatasi
halusinasi
2) Diskusikan
aktivitas yang
biasa dilakukan
oleh pasien
3) Latih pasien
melakukan
aktivitas
4) Susun jadwal
aktivitas sehari-
37

hari sesuai
dengan aktivitas
yang telah
dilatih (dari
bangun pagi
sampai tidur
malam)
5) Pantau
pelaksanaan
jadwal kegiatan
berikan
penguatan
terhadap
perilaku pasien
yang positif

Setelah 1-2x pertemuan SP IV Tanggal 12


4 pasien mampu : Januari 2020 Pukul
14.00 WIB
38

a. Menyebutkan kegiatan a. Evaluasi kegiatan a. Evaluasi akan


yang sudah dilakukan yang lalu (SP I, SP membantu untuk
b. Menyebutkan manfaat II, SP III) merencanakan
dari program pengobatan selanjutnya
b. Tanyakan program b. Menggunakan obat
pengobatan secara teratur
c. Jelaskan merupakan salah
pentingnya satu tindakan yang
pengguanaan obat dapat
pada gangguan jiwa mengendalikan
d. Jelaskan akibat bila halusinasi
tidak digunakan
sesuai program
e. Jelaskan akibat bila
putus obat
f. Jelaskan cara
mendapatkan obat,
atau berobat
39

g. Jelaskan
pengobatan (5B)
h. Latih pasien minum
obat
i. Masukan dalam
jadwal harian
pasien.

Rencana tindakan Keperawatan Pada Keluarga

Perencanaan
No Tujuan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1 2 3 4 5
Klien mampu : Setelah..........pertemuan SP I (Tanggal................)
keluarga mampu
40

Merawat pasien menjelaskan tentang Identifikasi masalah keluarga dalam merawat


dirumah dan menjadi halusinasi pasien, jelaskan tentang halusinasi :
sistem pendukung a. Pengertian halusinasi
yang efektif untuk b. Jenis halusinasi yang dialami pasien
pasien. c. Tanda dan gejala halusinasi
d. Cara merawat pasien halusinasi (Cara
berkomunikasi, pemberian obat, dan
pemberian aktivitas pada pasien)
a. Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang
bisa dijangkau
b. Bermain peran cara merawat
c. Susun rencana tindak lanjut (RTL)
keluarga, jadwal keluarga untuk merawat
pasien.
Setelah..........pertemuan SP II (Tanggal ...................................)
keluarga mampu : a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP I)
a. Menyelesaikan b. Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang sudah c. Susun RTL keluarga atau jadwal keluarga
dilakukan untuk merawat pasien
41

b. Memperagakan cara
merawat pasien
Setelah..........pertemuan SP III (Tanggal...................)
keluarga mampu : a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP II)
a. Menyebutkan b. Latih keluarga merawat pasien
kegiatan yang sudah c. Susun RTL keluarga atau jadwal keluarga
dilakukan untuk merawat pasien
b. Memperagakan cara
merawat pasien serta
mampu membuat
RTL
Setelah..........pertemuan SP IV (Tanggal...................)
keluarga mampu : a. Evaluasi kemampuan keluarga
a. Menyebtutkan b. Rencana tindk lanjut keluarga yang
kegiatan yang sudah meliputi atau follow up dan rujukan
dilakukan c. Susun RTL keluarga atau jadwal keluarga
b. Melaksanakan untuk merawat pasien
follow up rujukan
42

6. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.3 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


o

1 Gangguan Rabu, 08 januari Rabu, 08 januari 2020 TTD


sensori 2020 jam : 18.50 WIB
persepsi : jam 14.05 WIB
Halusinasi SP 1 : S:
pendengar a. Bina hubungan a. “Saya mendengar
an saling percaya. bisikan suara”
b. identifikasi jenis b. Saya mendengar
halusinasi. bisikan suara
c. Identifikasi isi perempuan yang
halusinasi. membuat saya kesal”
d. Identifikasi waktu c. “Saya mendengar
halusinasi. suara itu biasanya
e. Identifikasi selalu sore hari”
frekuensi d. “Suara itu muncul
halusinasi. saat saya melamun”
f. Identifikasi situasi e. “Saya ingin marah
yang karena suara itu
menimbulkan membuat saya kesal”
halusinasi. f. “Saya tidak takut
g. Identifikasi pada suara itu tapi
respon klien saya kesal dengan
terhadap suara itu”
halusinasi. g. “Yakinkan dalam hati
saya bahwa suara itu
tidak nyata”
43

h. Mengajarkan h. Saya
klien menghardik menghilangkannya
halusinasi. dengan cara
i. Masukan dalam mengahardik, yakini
jadwal kegiatan suara itu tidak nyata
harian klien dan membaca
astagfirullahaladzim”

O:
a. Klien dapat
menyebutkan /
mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu,
situasi, dan perasaan
saat terjadi halusinasi.
b. Klien terlihat sedikit
tenang
c. Pembicaraan kadang
inkoheren
d. Klien tampak sesekali
menengok kiri kanan

A : Masalah yang teratasi


sebagian :
a. Klien dapat
menyebutkan /
mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu,
situasi, dan perasaan
saat terjadi halusinasi.
44

b. Klien mampu
menghardik halusinasi
secara mandiri
P : Intervensi diulang :
c. Perawat : Melatih
klien menghardik
halusinasi
d. Perawat :
Memberikan pujian
yang wajar dari
perawat untuk
kegiatan yang dapat
dilakukannya.
e. Klien: Memasukan
kegiatan yang dilatih
kedalam jadwal
kegiatan harian.
(Menghardik
halusinasi).
*tanggal 09-01-2020,
dinas di rehabilitasi.

Gangguan Jum’at,10 Januari Jum’at, 10 Januari 2020


2 sensori 2020 jam: 14.50 WIB TTD
persepsi : jam 14.05 WIB S : “Ingat, yakinkan dalam
Halusinasi SP 2 : hati bahwa itu tidak
pendengar a. Mengevaluasi nyata”.
an jadwal kegiatan
harian klien. O:
b. Melatih klien Klien terlihat tenang dan
mengendalikan kooperatif dan mampu
45

halusinasi dengan menyebutkan dan


cara bercakap- mempraktikan mengatasi
cakap dengan halusinasi dengan cara
orang lain. bercakap-cakap dengan
c. Masukan dalam perawat.
jadwal kegiatan
harian klien. A:
Klien mampu mempragakan
cara mengontrol halusinasi
dengan bercakap – cakap
dengan orang lain

P:
a. Perawat : Melatih cara
bercakap – cakap sesuai
jadwal
b. Perawat : Memberikan
pujian yang wajar dari
perawat untuk kegiatan
yang dapat dilakukannya.
c. Klien : Memasukan
kegiatan yang dilatih
kedalam jadwal kegiatan
harian.
Sabtu, 11 Januari 2020
3 Gangguan Sabtu, 11 Januari Jam 15.30 WIB TTD
sensori 2020
persepsi : Jam 14.05 WIB S:
Halusinasi Sp 3 : a. “iya saya masih tentang
pendengar cara menghardik
an lhalusinasi dengan
46

 Mengevaluasi istigfar dan bercakap –


kegiatan yang cakap”.
lalu (SP 1 dan SP b. “saya dirumah suka
2) membereskan tempat
 Melatih kegiatan tidur dan menyapu”
agar halusinasi c. “Iya saya juga mau
tidak muncul berlatih melakukan
 Memasukan aktivias itu di RS”
kegiatan yang
dilatih kedalam O:
jadwal kegiatan Klien mampu melakukan
harian. aktivitas seperti
membereskan tempat tidur
dan menyapu.

A:
Klien mampu melakukan
aktivitas seperti
membereskan tempat tidur
dan menyapu, Lanjut SP 4

P:
a. Perawat : Latih klien
untuk melakukan
kegiatan yang biasa klien
lakukan seperti
membereskan tempat
tidur dan menyapu.
b. Perawat : Ajarkan klien
tentang program
pengobatan.
47

c. Klien: Menganjurkan
klien memasukan dalam
jadwal kegiatan
hariannya.

Senin, 13 januari Tanggal 13 Januari 2020


2020 Pukul 15.00 WIB
Pukul 14.05 WIB S : “Saya tidak tahu obat
SP 4 yang saya minum itu obat
a. Evaluasi kegiatan apa”
yang lalu (SP 1, O:
2, dan 3) a. Klien mampu mengingat
b. Menanyakan cara mengontrol
program halusinasi dengan cara
pengobatan menghardik, bercakap,
c. Menjelaskan dan melakukan kegiatan.
pentingnya b. Klien belum mengetahui
4 penggunaan obat tentang program TTD
pada gangguan pengobatan
kejiwaan A : Klien belum mengetahui
d. Menjelaskan tentang program pengobatan
akibat bila tidak P:
digunakan sesuai a. Perawat :
program 1) Jelaskan kembali
e. Menjelaskan tentang program
akibat bila putus pengobatan
obat 2) Latih klien minum
f. Menjelaskan cara obat dengan benar dan
mendapatkan teratur sesuai jadwal
obat/pengobatan b. Klien :
48

g. Menjelasakan 1) Latihan meminum


pengobatan (5B) obat dengan benar dan
1) Melatih teratur sesuai jadwal
pasien 2) Klien mampu
minum obat melakukan aktivitas
2) Memasukan seperti membereskan
dalam jadwal tempat tidur dan
kegiatan menyapu.
pasien
5

BAB IV
PENUTUP
49

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas mengenai halusinasi dan pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien halusinasi maka dapat disimpulkan bahwa
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan
sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda
dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus,
salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang
terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh
klien.
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat
menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya
dengan halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai
sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya.
Disamping itu perawat / petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran
keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama
dalam memberi perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat
menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam
proses penyembuhan klien.

B. Saran
Bermutu atau tidaknya pelayanan keperawatan disuatu rumah sakit
sangat bergantung pada kerjasama antar perawat dan mahasiswa itu sendiri.
Apabila tidak adanya hubungan yang baik antara sesame anggota klien baik
itu perawat dengan mahasiswa maupun tenaga medis lainnya maka akan sulit
membangun kepercayaan masyarakat (klien) dalam asuhan keperawatan yang
diberikan. Agar kinerja dalam keperawatan berjalan dengan efektif maka
seorang perawat dan mahasiswa juga perlu memahami setiap karakter yang
50

berbeda dari setiap klien. Selain dapat memberikan hasil kerja yang terbaik,
dalam memberikan asuhan keperawatan juga dapat dilakukan dengan lancar.

Anda mungkin juga menyukai