PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
ERNA PUSPITASARI
NIM. 34403517045
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2020
APLIKASI TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST
PARTUM NORMAL DENGAN LUKA PERINEUM DI RUANG
DELIMA RSUD SAYANG CIANJUR
PROPOSAL PENELITIAN
Oleh:
ERNA PUSPITASARI
NIM. 34403517045
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
2020
i
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan akademik yang berlaku.
Erna Puspitasari
NIM. 34403517045
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Cianjur
Ditetapkan di : Cianjur
Hari / Tanggal : Jum’at, 28 Februari 2020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, peneliti dapat menyelesaikan Proposal Penelitian yang berjudul
“Aplikasi Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum dengan Luka Perineum”. Penulisan
Proposal Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Riset Keperawatan. Peneliti menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak pada penyusunan Proposal ini, sangatlah sulit bagi peneliti untuk
menyelesaikan Proposal Penelitian ini. Oleh Karena itu, peneliti mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Asep Suryadin, S.Kep.,Ners.,M.Pd,. selaku Direktur Akademi Keperawatan
Pemkab Cianjur yang telah memberikan motivasi dan kesempatan untuk
menyelasikan Proposal Penelitian ini.
2. Reni Rohimah, Ners., M.Kep selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat
dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga membantu peneliti
dalam penyusunan dan menyelesaikan Proposal Penelitian ini.
3. Semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya,
dan bagi para pembaca umumnya. Aamiin Ya Rabbalalamin.
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN.........................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI.............................................................................................................v
DAFTAR TABEL.....................................................................................................vi
DAFTAR SKEMA...................................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
D. Manfaat...........................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Post Partum...............................................................................6
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Partum Normal.........................25
C. Konsep Mobilisasi Dini....................................................................................38
D. Konsep Luka.....................................................................................................42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain penelitian.............................................................................................46
B. Subjek Penelitian.............................................................................................47
C. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................47
D. Setting Penelitian..............................................................................................48
E. Metode Pengumpulan Data...............................................................................48
F. Metode Uji Keabsahan Data.............................................................................50
G. Metode Analisa Data........................................................................................51
H. Etik Penelitian...................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................56
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1...................................................................................................................10
Tabel 2.2...................................................................................................................40
vi
DAFTAR SKEMA
Skema 2.1..................................................................................................................8
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa post partum adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai
sampai alat – alat kandungan kembali sama seperti sebelum hamil. Lama masa
nifas sekitar 6-8 minggu. Setelah kelahiran, vagina dan perineum tetap terbuka
lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan rupture
pada beberapa bagian perineum, Mochtar (2012, sebagaimana dikutip dalam
Kumalasari, 2015, p. 155).
Di seluruh dunia pada tahun 2015 terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum
pada ibu bersalin. Di Asia rupture perineum juga merupakan masalah yang cukup
banyak dalam masyarakat, 50% dari kejadian rupture perineum di dunia terjadi di
Asia, Alin P (2011, sebagaimana dikutip dalam Afandi, Suhartatik, & Ferial, 2014,
p. 2). Prevalensi ibu bersalin yang mengalami rupture perineum di Indonesia pada
golongan umur 25-30 tahun yaitu 24% sedang pada ibu bersalin usia 32 –39 tahun
sebesar 62%.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015
Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu berjumlah 305 per 1000 kelahiran hidup.
Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015 disampaikan bahwa
angka kematian ibu dan bayi di provinsi Jawa Barat masih tergolong tinggi jika
dibandingkan provinsi lainnya di Indonesia dengan angka rata-rata 748 kasus di
tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015. Salah satu penyebab kematian Ibu
adalah infeksi, di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan oleh
1
2
infeksi semakin meningkat, pada tahun 2011 berjumlah 5,5%, pada tahun 2013
meningkat menjadi 7,3%. Hal ini menunjukkan infeksi pasca bersalin harus
mendapat penanganan yang lebih serius, Kemenkes, RI. (2016, sebagaimana
dikutip dalam Ningsih, Helina, & Laila, 2017, p. 114).
Faktor penyebab terjadinya infeksi nifas diantaranya, daya tahan tubuh
yang kurang, perawatan nifas yang kurang baik, kurang gizi atau malnutrisi,
anemia, hygiene yang kurang baik, kelelahan serta ruptur perineum. Rupture
perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama (primipara) dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya (multipara). Rupture perineum dialami
oleh 85% wanita yang melahirkan pervaginam. Rupture perineum dapat
menyebabkan disfungsi organ reproduksi wanita, sebagai sumber perdarahan, dan
sumber atau jalan keluar masuknya infeksi, yang kemudian dapat meyebabkan
kematian karena perdarahan atau sepsis. Upaya pemantauan yang melekat dan
asuhan pada ibu dan bayi yang baik pada masa nifas di harapkan dapat mencegah
kejadian tersebut, Kemenkes, RI. (2016, sebagaimana dikutip dalam Ningsih,
Helina, & Laila, 2017, p. 114).
Dampak dari terjadinya rupture perineum pada ibu antara lain terjadinya
infeksi pada luka jahitan dimana dapat merambat pada saluran kandung kemih
ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Selain itu juga dapat terjadi
perdarahan karena terbukanya pembuluh darah yang tidak menutup sempurna
sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan komplikasi yang lambat
dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu post partum mengingat kondisi
fisik ibu post partum masih lemah, Alin P (2011, sebagaimana dikutip dalam
Afandi, Suhartatik, & Ferial, 2014, p. 2).
Dalam mengatasi rupture perineum sebenarnya tidak hanya melalui
perawatan saja melainkan banyak faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah
nutrisi dan personal hygiene yang baik, makanan yang dikonsumsi harus bernutrisi
terutama kandungan protein itu dapat membantu proses penyembuhan luka
3
menjadi cepat. Begitupun personal hygiene yang baik dapat membantu proses
penyembuhan luka, ada penelitian yang mengatakan bahwa perbandingan lama
proses penyembuhan Rupture perineum ibu post partum yang personal hygiene
nya baik jauh lebih cepat dibanding dengan ibu yang personal hygiene nya buruk.
Selain kedua hal diatas ternyata mobilisasi yang baik dan sedini mungkin sangat
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka perineum, Isro’in & Laily (2012,
sebagaimana dikutip dalam Afandi, Suhartatik, & Ferial, 2014, p. 2).
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya (Alimul Aziz, 2014, p. 179). Mobilisasi dini ini
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi percepatan kesembuhan luka
perineum pada ibu post partum. Mobilisasi dini diperlukan untuk meningkatkan
kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit, dan
mempercepat kesembuhan luka, Dewi (2011, sebagaimana dikutip dalam Afandi,
Suhartatik, & Ferial, 2014, p. 2). Menurut hasil penelitian yang dilakukan di RSIA
Pertiwi Makassar maka didapatkan hasil bahwa mobilisasi dini yang baik dapat
membantu proses penyembuhan luka perineum dengan cepat dikarenakan
mobilisasi dini atau pergerakan segera yang dilakukan ibu post partum dapat
memperlancar sirkulasi darah membantu pemulihan dan mencegah terjadinya
infeksi.
Berdasarkan latar belakang diatas dan mengingat pentingnya mobilisasi
dini untuk penyembuhan luka perineum dan pemulihan kesehatan ibu maka maka
mendorong penulis untuk mengkaji kasus tersebut yang dituangkan dalam
proposal dengan judul “Aplikasi Tindakan Mobilisasi Dini Terhadap
Penyembuhan Luka Perineum Ibu Post Partum Normal Di Ruang Delima RSUD
Sayang Cianjur”. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi
mobilisasi dini terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu melahirkan di
Ruang Delima RSUD Sayang Cianjur.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas peneliti bermaksud untuk meneliti
“Bagaimana aplikasi mobilisasi dini pada ibu post partum normal dengan luka
perineum di ruang delima RSUD Sayang Cianjur?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Berdasarkan penelitian tersebut peneliti mampu mengaplikasikan
mobilisasi dini pada ibu post partum normal dengan luka perineum di ruang
delima RSUD Sayang Cianjur.
2. Tujuan Khusus
a. Peneliti mampu melakukan pengkajian keperawatan pada ibu post partum
normal dengan luka perineum di ruang delima RSUD Sayang Cianjur.
b. Peneliti mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada ibu post partum
normal dengan luka perineum di ruang delima RSUD Sayang Cianjur.
c. Peneliti mampu menyusun perencanaan keperawatan pada ibu post
partum normal dengan luka perineum di ruang delima RSUD Sayang
Cianjur.
d. Peneliti mampu melakukan tindakan keperawatan pada ibu post partum
normal dengan luka perineum di ruang delima RSUD Sayang Cianjur.
e. Peneliti mampu melakukan evaluasi keperawatan pada ibu post partum
normal dengan luka perineum di ruang delima RSUD Sayang Cianjur.
f. Peneliti mampu menganalisis hasil aplikasi mobilisasi dini pada ibu post
partum normal dengan luka perineum di ruang delima RSUD Sayang
Cianjur.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
Tabel 2.1
Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama Post partum
2) Lokia
Pengeluaran lokia dimakna sebagai peluruhan jaringan desidua
yang menyebabkan keluarnya secret vagina dalam jumlah bervariasi.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu
menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secara
mikroskopis, lokia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel-sel,
epitel,dan bakteri. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra, sanguinolenta,
11
2) Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Pada persalinan
bedah sesar kelebihan analgesik dan anestesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motitilitas ke keadaan normal.
3) Pengosongan Usus
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otos usus menurun selama proses persalinan dan awal
masa nifas, diare sebelum persalinan, edema sebelum melahirkan, kurang
makan, dehidrasi, hemoroid, ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan
pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali secara teratur,
antara lain sebagai berikut :
1) Pengaturan diet/menu makanan yang mengandung serat tinggi
2) Pemberian cairan yang cukup, minimal delapan gelas per hari
3) Pengetahuan tetang pola eliminasi pasca melahirkan
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
5) Melakukan mobilisasi.
c. Perubahan sistem perkemihan
Setelah proses persalinan saluran kemih kembali normal dalam waktu
dua sampai delapan minggu. Hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan atau
status sebelum persalinan, lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan
kepala yang menekan pada saat persalinan. Pada masa nifas kandung kemih
menjadi sangat kurang sensitive dan kapasitasnya bertambah, sehingga
kandung kemih penuh atau sesudah buang air kecil masih tertinggal urine
residual (normal ± 15 cc). sisa urin dan trauma pada kandung kemih waktu
persalinan memudahkan terjadinya infeksi. Urin biasanya berlebihan
(polyuria) antara hari kedua dan hari kelima yang disebabkan karena
kelebihan cairan sebagai akibat retensi air dalam kehamilan dan sekarang
14
1) Suhu tubuh
Setelah persalinan, dalam 24 jam pertama ibu akan mengalami
sedikit peningkatan suhu tiubuh (38o) sebagai respos tubuh terhadap
proses persalinan, terutama dehidrasi akibat pengeluaran darah dan cairan
saat persalinan. Peningkatan suhu ini umumnya terjadi hanya sesaat. Jika
peningkatan suhu tubuh menetap mungkin menandakan infeksi, Coad &
Dunstall (2006, sebagaimana dikutip dalam Marliandiani & Ningrum,
2015).
2) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 x/menit. Pada saat
proses persalinan denyut nadi akan mengalami peningkatan. Denyut nadi
yang melebihi 100 x/menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau
perdarahan post partum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah normal untuk sistol berkisar 110-140 mmHg dan
untuk diastole 60-80 mmHg. Setelah perslinan tekanan darah dapat sedikit
lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan
pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih
dari 30 mmhg pada atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai
timbulnya hipertensi atau pre eclampsia post partum.
4) Pernafasan
Pada ibu post partum pada umumnya pernafasan menjadi lambat
atau kembali normal seperti saat sebelum hamil pada bulan keenam
setelah persalinan. Hal ini karena ibu dalam kondisi pemulihan atau dalam
kondisi istirahat, Maryani (2009 sebagaimana dikutip dalam Marliandiani
& Ningrum, 2015, p. 10). Bila nadi, suhu tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
pernafasan. Bila pada masa nifas pernapasan menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
16
2) Hormon pituitari
Menurunnya kadar estrogen merangsang kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkan prolakstin. Hormon ini berperan
dalam pembesaran payudara dan merangsang produksi ASI.
3) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa
hamil. Pada wanita meyusui kadar prolactin meningkat sampai hari
keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengarungi oleh
kekerapan menyusui, dan banyak makanan tambahan yang di berikan.
Untuk ibu menyusui dan tidak menyusui akan memengaruhi lamanya
ibu mendapatkan menstruasi kembali.
4) Hormon estrogen dan progresteron.
Setelah persalinan, kadar estrogen menurun 10% dalam kurun
waktu sekitar 3 jam. Progresteron turun pada hari ketiga post partum
kemudian di gantikan dengan peningkatan hormon prolactin dan
prostaglandin yang berfungsi sebagai pembentukan asi dan
peningkatan kontraksi uterus sehingga mencegah terjadi pendarahan.
c. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya, fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan/ibu sudah
kembali di rumah. Ibu sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri dan
bayinya. Ibu mulai percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Terjadi penyesuaian dalam
hubungan keluarga untuk mengobservasi bayi hubngan antar pasangan
memerlukan penyesuaian dengan kehadiran anggota baru (bayi)
dukungan suami dan keluarga dalam merawat bayi akan sangat membantu
ibu, sehingga kebutuhan akan istirahat tetap terpenuhi untuk menjaga
kondisi fisiknya.
Menurut (Rukiyah dan Yulianti, 2014) komplikasi ibu post partum dalam
masalah payudara adalah sebagai berikut:
1) Bendungan ASI
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu
badan, Prawirohardjo (2005, sebagimana dikutip dalam Rukiyah &
Yulianti, 2014, p.345)
Bendungan asi dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus
laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki
kelainan putting susu (misalnya putting susu datar, terbenam dan
cekung).
2) Mastitis
Mastitis merupakan peradangan pada payudara yang dapat
disertai atau tidak disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai
laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis
puerperalis.
Mastitis biasanya disebabkan oleh infeksi Staphylococus
aureus dan sumbatan saluran susu yang berlanjut. Mastitis juga
disebabkan oleh payudara yang tidak disusukan secara adekuat, putting
lecet sehingga mudah masuk kuman, payudara bengkak, penyangga
payudara yang terlalau ketat, ibu diet yang jelek, kurang istirahat
sehingga anemia yang menimbulkan infeksi (Rukiyah & Yulianti,
2014, p.350).
25
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah ketika kunjungan rumah bila
diperlukan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan utama klien hadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya
jahitan pada perineum.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui adanya kemungkinan adanya penyakit yang
berhubungan dengan post partum. Biasanya klien merasa mules atau
nyeri.
c) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini untuk mengetahui adanya kemungkinan riwayat atau
penyakit akut, kronis seperti jantung, diabetes militus, hipertensi dan
dapat berpengaruh tehadap post partum.
d) Riwayat kesehatan keluarga
Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengeruh
penyakit keluarga terhadap gangguan pasien dan bayinya.
3) Riwayat Obstetri dan Gynecologi
a) Riwayat Obstetri
Memberikan informasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnya agar perawat dapat menentukan masalah pada kehamilan
sekarang. Riwayat obstetri meliputi hal-hal di bawah ini:
(1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, berapa kali ibu
hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalianan yang
lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
27
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Kaji keadaan umum pasien biasanya tampak lemah, tingkat
kesadaran, BB (Biasanya terjadi penurunan 5-7 kg setelah melahirkan),
TB, LILA.
1) Keadaan umum
Pada keadaan umum pasien biasanya tampak lemah.
2) Pemeriksaan TTV
Menurut (Kumalasari, Intan. 2015, p.159) untuk mengetahui
keadaan ibu berkaitan dengan kondisinya adalah dengan pemeriksaan
tanda – tanda vital.
a) Suhu
Suhu tubuh wanita intraparum tidak lebih dari 37.2oC.
sesudah partus dapat naik kurang lebih 0.5oC dari keadaan normal,
namun tidak akan lebih 38oC. sesudah 2 jam pertama melahirkan
umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari
38oC mungkin terjadi infeksi pada klien.
b) Nadi dan Pernafasan
Nadi berkisar antara 60 – 80 denyutan permenit setelah
partus dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan
suhu rubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau
ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut
nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti
keadaan normal.
c) Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi post
partum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat
30
g) Leher
Kaji apakah simteris atau tidak dan terdapat pembengkakan
vena jugularis atau tidak serta terdapat nyeri tekan atau tidak.
h) Thorax
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara
umum ditanyakan bentuk dadanya, keadaan paru simetris atau
tidak, pergerakan nafas ada tidaknya fremitus suara, krepitasi serta
dapat lihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi perkusinya
begaimana ( hipersonor atau tympani apabila udara di paru dan
pleura bertambah, redup atau pekak apabila terjadi konsolidasi
jaringan paru dan lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat
ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronkhi, basah
dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lain. Keadaan buah
dada dan puting susu, simetris atau tidak, konsistensinya, ada
pembengkakan atau tidak, putingnya menonjol atau tidak, lecet atau
tidak.
i) Abdomen
Cek Keadaan Abdomen dan tinggi fundus uteri, uterus
normal: berkontraksi baik, kokoh, tidak berada diatas ketinggian
fundal saat masa nifas segera. Sedangkan uterus abnormal: lembek,
diatas ketinggian fundal saat masa Post Partum segera. Kandung
kemih: bisa atau tidak bisa buang air kecil.
j) Genitalia
Periksa ada tidaknya tanda REEDA (redness, echimosis,
edema, discharge, approximation), keberhisan vulva/perineum,
perdarahan; karakteristik lochea, warna bau, konsistensi, keluaran
normal/tidak, laserasi serviks, introitus vagina, varises, perineum,
dan vulva, perineum; edema, inflamasi, hematoma, pus, luka bekas
episiotomy, jahitan, memar, dan hemoroid.
32
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan perencanaan secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan mengubah Carpenito (2000, dikutip
dalam Nursalam. 2013. p. 60).
Menurut NANDA (2015-2017) diagnosa keperawatan yang dapat
muncul pada klien post partum normal adalah :
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya ruptur perineum.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
d. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan
ibu menyusui
33
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, atau mengoreksi masalah – masalah yang telah diidentifikasi
pada diagnosis keperawatan, tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi Iyer et all (1996,
dikutip dalam Nursalam,2013. p. 78)
Kriteria hasil adalah batasan karakteristik atau indicator keberhasilan
dari tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menentukan kriteria hasil berorientasi
pada SMART yaitu Spesifik, berfokus pada pasien, singkat dan jelas, M:
Measurable, dapat diukur, A: Achieveble, realistis, R: Reasonable, ditentukan
oleh perawat dan klien, Time: Kontrak waktu (Nursalam, 2013, p. 80).
Menurut NANDA (2015-2017) perencanaan keperawatan diantaranya
yaitu:
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya ruptur perineum
Kriteria evaluasi :
1) Manajemen nyeri:
a) Nyeri terkontrol
b) Tingkat nyeri dipantau secara regular
c) Efek samping obat terpantau
d) Mengambil tindakan untuk mengurangi nyeri
e) Mengambil tindakan untuk memberikan kenyamanan
Perencanaan :
34
Perencanaan:
36
Perencanaan:
37
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana perencanaan untuk
mencapai tujuan yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana
perencanaan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan implementasi membantu klien
mencapai tujuan yang telah ditetapkan mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping Iyer et
all (1996 dikutip dalam Nursalam, 2013. p. 128).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana perencanaan, dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap
pengkajian,analisis, perencanaan, dan implementasi, Ignatavicius dan Bayne
(1994, dikutip dalam Nursalam, 2013. p. 136). Evaluasi dengan menggunakan
SOAP yang operasional dengan pengertian :
S : Subjective adalah inormasi yang berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diperbaiki.
O: Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
38
2. Jenis mobilisasi
Menurut Alimul Aziz (2014, p. 179), Jenis mobilisasi sebagai berikut :
a. Mobilisasi penuh
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan
bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran
sehari-hari. Mobilisasi penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter
dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang.
b. Mobilisasi sebagian
Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan
jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena dipengaruhi oleh
gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat
dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi.
pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas
bawah karena kehilangan kontrol motorik dan sensorik. Mobilisasi sebagian
ini dibagi menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut:
1) Mobilisasi sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal ini dapat
disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal,
contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang.
2) Mobilisasi sebagian permanen, merupakan kemampuan individu Untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal ini disebabkan oleh
rusaknya sistem saraf yang reversible, contohnya terjadi hemiplegia
karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, Poliomyelitis
karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensorik.
40
b. Merokok
Nikotin dan karbon monoksida diketahui memiliki pengaruh yang
dapat merusak penyembuhan luka, bahkan merokok yang dibatasi pun
dapat mengurangi aliran darah perifer. Merokok juga mengurangi kadar
vitamin C yang sangat penting untuk penyembuhan.
c. Kurang tidur
Gangguan tidur dapat menghambat penyembuhan luka, karena
tidur meningkatkan anabolisme dan penyembuhan luka termasuk ke dalam
proses anabolisme.
d. Stres
Ansietas dan stres dapat mempengaruhi sistem imun sehingga
menghambat penyembuhan luka.
e. Kondisi medis dan terapi
Imun yang lemah karena sepsis atau malnutrisi, penyakit tertentu
seperti AIDS, ginjal atau penyakit hepatik dapat menyebabkan
menurunnya kemampuan untuk mengatur faktor pertumbuhan, inflamasi,
dan sel-sel proliperatif untuk perbaikan luka.
f. Apusan kurang optimal
Melakukan apusan atau pembersihan luka dapat mengakibatkan
organisme tersebar kembali disekitar area kapas atau serat kasa yang lepas
ke dalam jaringan granulasi dan mengganggu jaringan yang baru
terbentuk.
g. Lingkungan optimal untuk penyembuhan luka
Lingkungan yang paling efektif untuk keberhasilan penyembuhan
luka adalah lembab dan hangat.
h. Infeksi
Infeksi dapat memperlambat penyembuhan luka dan
meningkatkan granulasi serta pembentukan jaringan parut.
45
REEDA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Moleong (2014, p. 71) desain penelitian adalah pedoman atau
prosedur serta teknik dalam perencanaan penelitian yang bertujuan untuk
membangun strategi yang berguna untuk menghasilkan model penelitian. Dalam
penelitian ini menggunakan Desain Penelitian Deskriptif kualitatif.
Mengungkapkan bahwa penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan
pada analisis dan konstruksi yang dilakukan dengan sistematis, metodologis dan
konsisten dan untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi
dari suatu keinginan manusia untuk dapat mengetahui apa yang di hadapi.
Desain penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian menghasilkan data
deskriptif yang berupa atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.
Penelitian kaulitatif juga merupakan suatu pendekatan atau penelusuran untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu gejala dentral dengan mewawancarai
Responden dengan mengajukan pertanyaan umum dan agak luas, kemudian
dikumpulkan dan dianalisis (Semiawan & Conny R, 2010, p. 7). Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan
rancangan penelitian yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara
intensif misalnya satu klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi
(Nursalam, 2013, p. 161).
Metode yang akan dipilih oleh peneliti adalah studi kasus untuk
mengaplikasikan Tindakan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Partum Normal
Dengan Luka Perineum.
47
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit
Umum Daerah Sayang Cianjur.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilakukan setelah pengajuan judul sampai waktu
yang telah ditentukan, diperkirakan dari bulan Februari sampai bulan Juni.
D. Seting Penelitian
Seting penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang
ingin diketahui apa yang terjadi didalamnya. Pada seting penelitian ini, peneliti
dapat mengamati secara mendalam aktivitas orang-orang yang ada pada tempat
tertentu (Nursalam, 2015, p. 399).
Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Cianjur.
observasi dan survei. Triagulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi
yang diperoleh dari subjek atau Responden penelitian diragukan
kebenarannya (pasien, perawat dan keluarga).
Peneliti akan membandingkan setiap informasi yang bersumber dari
pasien, keluarga pasien, maupun perawat karena diragukan kebenarannya.
b. Triangulasi sumber data
Menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber
perolehan data. Misalnya selain wawancara dan observasi, peneliti bisa
menggunakan observasi terlibat, catatan resmi catatan atau tulisan pribadi.
Untuk mendapatkan untuk mengecek kebenaran informasi, peneliti akan
menggunakan metode wawancara dan observasi. Selain itu, peneliti juga akan
menggunakan Responden yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi
tersebut.
H. Etik Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2010, p. 53) macam – macam etik penelitian
yaitu:
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
Responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian diberikan dengan memberikan
53
Baharudin & Eza N. (2012). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: AR-Ruzz
Media.
Kumalasari. (2015). Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan
Kontrasepsi. Jakarta : Salemba Medika.
Marliandiani, Y & Ningrum, N. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.
Moleong & Lexy. (2014). Metode Penelitian Kualitatif , Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Potter & Perry. (2010). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.
Rukiyah, Liana & Yulianti. (2010). Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta : Trans
Info Media.
Rukiyah, & Yulianti. (2014). Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta : Trans Info
Media.
Afandi, Suhartatik, & Ferial. (2014). Hubungan Mobilisasi Dini Dan Personal
Hygiene Terhadap Percepatan Kesembuhan Luka Perineum Pada Ibu Post
Partum Di Rsia Pertiwi Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 5, 2.
Diakses dari google cendekia.
Ningsih, Helina, & Laila. (2017). Hubungan Mobilisasi Dini Dengan Kombinasi
Senam Kegel Terhadap Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Postpartum Di
Bidan Praktik Mandiri (Bpm) Dince Safrina Pekanbaru. Jurnal Proteksi
Kesehatan, 6.114-115. Diakses dari google cendekia.
Riva, K., Stephen, A., & Jason. (2012). What Is Your Research Question? An
Introduction To The PICOT Format For Clinicians. J Can Chiropr Assoc, 56
(3), 168-169.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. (2015). Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi. Jakarta: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional.