Anda di halaman 1dari 24

Form Protokol Penelitian Kesehatan

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN” JAKARTA


JL.RS. FATMAWATI JAKARTA SELATAN
Telp/ Fax.
E-mail : komisietikupnvj@gmail.com

PROTOKOL PENELITIAN

I. RINGKASAN

1. PENGUSUL
a. N a m a : Muhammad Fawwaz Farhan
b. Jabatan : Mahasiswa
c. Instansi/Kantor : Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta
d. Alamat dan telepon : Jl. Maleo VII Blok JA2 No. 9 Sektor 9, Bintaro Jaya,
Kantor Tangerang Selatan. Telp. : 081298101996

2. PROYEK PENELITIAN
a. Judul Penelitian :
Pengaruh ekstrak daun sirsak (Anonna muricata) terhadap kadar kolesterol total darah
pada model tikus wistar putih (Rattus norvegicus) hiperkolesterolemia-diabetes.
b. Ringkasan Penelitian :
Saya akan meneliti perbandingan efektivitas antara ekstrak daun Sirsak dengan
kadar kolesterol total darah tikus putih model diabetik galur Wistar yang diinduksi aloksan
dan diberi pakan aterogenik.
Diabetes melitus (DM) adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia yang terjadi karena sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya yang mengalami malfungsi (Purnamasari, 2015).
Menurut WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penderita DM di dunia
mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi pada negara
miskin dan berkembang. Sedangkan dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes
Federation) diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk
Indonesia berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan
didapatkan 8,2 juta pasien menderita DM. Ditambah lagi hasil penelitian yang dilakukan

1
oleh Litbang Depkes 2008 di seluruh provinsi menunjukkan bahwa prevalensi nasional
untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk DM adalah
sebesar 5,7%. (Fadma, 2014).
Penggunaan obat herbal sebagai alternatif pengobatan modern pada masyarakat
Indonesia ekonomi rendah-menengah dan atas sebesar 58% (Adrianti & Wahjudi, 2016).
Berdasarkan analisis data hasil survey Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 didapatkan
proporsi rumah tangga yang menggunakan jamu buatan sendiri sebesar 9,53%, dari rumah
tangga yang pernah menggunakan jamu (Supardi, Herman dan Yuniar, 2011). Salah satu
tanaman obat herbal yang berkhasiat yang digunakan sebagai alternatif pada penyakit
diabetes adalah Daun Salam (Eugenia polyantha) (Kepmenkes, 2017). Daun salam
mengandung zat flavonoid, tanin dan niasin yang mampu menurunkan kadar gula darah.
Daun salam dapat diolah menjadi bentuk ekstrak dan infusa/rebusan.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui efektivitas ekstrak daun


Salam dengan infusadaun Salam terhadap kadar glukosa darah puasa tikus galur wistar
(Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan.
Manfaat penelitian ini adalah memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang baru
melalui penelitian eksperimental terhadap ekstrak daun Salam dan infusa daun Salam yang
dapat digunakan sebagai obat alternatif penyakit diabetes melitus.
c. Tempat Penelitian : Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung
d. Lama Penelitian : Maret – April 2019
a. RENCANA BIAYA
Sumber Pembiayaan :
a. Dikti Rp -
b. UPN Rp.-
c. Pribadi Rp. 3.000.000,-
Rp. 3.000.000,-

2
II. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit metabolisme kronis ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah(Gula darah sewaktu > 200 mg/dl dan gula darah puasa >
126 mg/dl) disertai dengan gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lipid akibat gangguan
fungsi insulin (Parisa et al., 2016). Secara global, pada tahun 2014 perderita diabetes pada orang
dewasa mencapai 422 juta (World Health Organization, 2016). Menurut Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, proporsi penderita diabetes mellitus di Indonesia pada usia ≥ 15 tahun
sebesar 6.9% atau 12.191.564 juta penduduk dan terjadi peningkatan proporsi DM 1.1% (2007)
menjadi 2.1% (2013). Sedangkan secara epidemiologi, diperkirakan prevalensi Diabetes Mellitus
(DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang pada tahun 2030 (Depkes RI, 2009). Hasil analisis
yang dilakukan Kemenkes pada tahun 2014, diperoleh proporsi DM pada tahun 2013 terjadi
peningkatan sebesar 1.1% dibandingkan tahun 2007.
Diabetes mellitus dapat menimbulkan beberapa komplikasi yang akut maupun kronik dan
dapat berakibat kematian. Secara akut dapat terjadi hiperglikemia yang dapat menunjukan gejala
DM yaitu poliuria, polidipsia dan polifagia. Secara kronik keadaan hiperglikemi dapat meyebabkan
stress oksidatif dan kerusakan mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati.

Penyakit akibat kerusakan mikrovaskular antara lain retinopati diabetikum dan nefropati
diabetikum, lalu penyakit makrovaskular antara lain penyakit jantung koroner, penyakit
serebrovaskular seperti stroke, dan penyakit vaskular perifer. Sedangkan penyakit neuropati dapat
menimbulkan polineuropati simetris perifer, neuropati otonom, dan mononeuropati. Dampak yang
ditimbulkan akibat komplikasi diabetes dapat mengakibatkan disabilitas pada penderita DM, dan
bahkan prognosis buruk yang berujung kematian. Sehingga dapat terjadi peningkatan angka
mortalitas bagi penderita diabetes mellitus.

Obat-obatan herbal menjadi salah satu pilihan yang digunakan pada saat ini untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Penggunaan obat herbal sebagai alternatif pengobatan
modern pada masyarakat Indonesia ekonomi rendah-menengah dan atas sebesar 58% (Adrianti &
Wahjudi, 2016). Berdasarkan analisis data hasil survey Riset Kesehatan Dasar tahun 2010
didapatkan proporsi rumah tangga yang menggunakan jamu buatan sendiri sebesar 9,53%, dari
rumah tangga yang pernah menggunakan jamu (Supardi, Herman dan Yuniar, 2011).

Salah satu tanaman obat herbal yang berkhasiat yang digunakan sebagai alternatif pada
penyakit diabetes adalah Daun Salam (Eugenia polyantha) (Kepmenkes, 2017). Daun salam

3
mengandung zat flavonoid, tanin dan niasin yang mampu menurunkan kadar gula darah. Daun
salam dapat diolah menjadi bentuk ekstrak dan infusa/rebusan. Menurut penelitian Parisa (2016),
ekstak daun salam secara signifikan dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah. Penelitian Dewi
et al (2013), pemberian ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha) dengan dosis 312,5 mg/kg
BB, 625 mg/kg BB, dan 1250 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah beruturut-turut
hingga 77; 64.4; 71.2 mg/dL terhadap tikus galur wistar yang diinduksi aloksan. Pemberian infusa
daun salam dengan konsentrasi 10%, 20% dan 30% dapat menurunkan kadar glukosa darah kelinci
dan memperlihatkan pengaruh yang sangat nyata (Hasan, 2008). Pemberian infusa daun salam
sebanyak dua kali sehari selama enam hari dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 15%
(Novitasari dan Romadloni, 2017)..

Dapat disimpulkan bahwa ekstrak dan infusa daun salam memiliki khasiat dalam
menurunkan glukosa darah pada penyakit diabetes Masyarakat Indonesia banyak menggunakan
daun salam sebagai pengobatan alternatif yang dikonsumsi dalam bentuk ekstrak maupun infusa.
Proses pembuatan infusa dan ekstrak daun salam sangat berbeda. Proses pembuatan esktrak daun
salam membutuhkan alat khusus dengan proses yang lebih lama, sedangkan bentuk infusa
menggunakan metode, dan alat yang sederhana dengan proses yang lebih singkat. Dengan melihat
latar belakang diatas, penelitian mengenai efektitifitas antara ekstrak daun salam dengan infusa
daun salam sebagai antidiabetik belum banyak dilakukan, oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian ini.

2. RUMUSAN MASALAH
Penelitian tentang perbandingan efektivitas daun salam dalam bentuk infusa/seduhan
dengan ekstrak sebagai antidiabetik belum banyak dilakukan. Dengan demikian, rumusan masalah
pada penelitian ini adalah bagaimana perbandingan efektivitas ekstrak daun salam dengan infusa
daun salam sebagai antidiabetik terhadap kadar glukosa darah puasa tikus yang diinduksi Aloksan
?

3. TUJUAN PENELITIAN
TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui perbandingan efektivitas ekstrak daun salam dengan infusa daun salam
terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa tikus jantan galur Wistar yang diinduksi
Aloksan.

4
TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui rerata kadar glukosa darah puasa sebelum diberikan terapi dalam bentuk
ekstrak maupun infusa daun salam
2. Mengetahui rerata kadar glukosa darah puasa setelah diberikan terapi dalam bentuk
esktrak maupun infusa daun salam
3. Mengetahui perbandingan kadar glukosa darah puasa antara ekstrak daun salam dengan
infusa daun salam

4. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Peneliti
a. Mendapatkan pengalaman dalam penelitian dengan metode esksperimen
b. Menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang biokimia
c. Mendapatkan pengetahuan mengenai daun salam sebagai antidiabetik

2. Bagi Institusi
a. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ)

3. Bagi Masyarakat
a. Menambah informasi dan wawasan mengenai manfaat ekstrak daun salam dan
infusa daun salam
b. Meningkatkan penggunaan daun salam dimasyarakat sebagai obat herbal berkhasiat
bagi penderita diabetes melitus, terutama dalam bentuk ekstrak maupun infusa

5
5. KERANGKA TEORI

Hewan percobaan tikus jantan Pemberian Daun salam


(Rattus norvegicus)

Induksi Aloksan ekstrak infusa

Mengganggu Menghasilkan Flavonoid


Saponin Triterpenoid
homeostasis Ca2+ ROS (reactive
intraseluler oxygen spesies)
Sebagai
antioksidan
Mempertahankan
Merusak sel beta pankreas konsentrasi Ca2+ di
sel Beta pankreas
Mengikat
Nekorsis sel beta pankreas ROS

↓produksi dan sekresi insulin

Meniru kerja insulin


Uptake glukosa ke sel (insulinotropik)
dependen insulin terganggu

Gangguan
metabolisme

lemak karbohidrat
protein

↑ proteolisis

↑ glikogenolisis
↑ lipolisis ↓ glikogenesis
↑ asam amino
darah
↑ asam
lemak darah

↑ Glukoneogenesis

HIPERGLIKEMIA

↑ Gula darah puasa tikus

Bagan 1. Kerangka Teori

6
Pada awalnya tikus akan diinduksi aloksan monohidrat untuk menjadikan tikus dengan
keadaan diabetes. Pemberian aloksan adalah cara yang cepat untuk menghasilkan kondisi diabetik
untuk eksperimental pada hewan coba. Aloksan yang diberikan akan bekerja dan mengganggu
aktivitas sel  pankreas tikus. Aloksan bekerja dengan cara mengganggu homeostasis ion kalsium
intraseluler dan menghasilkan reactive oxygen spesies sehingga terjadi kerusakan sel  pankreas.
Kerusakan sel  pankreas akan menyebabkan produksi dan sekresi insulin berkurang sehingga
terjadi penurunan uptake glukosa pada sel-sel yang dependen insulin. Pada akhirnya terjadi
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang menyebabkan dan memperparah
keadaan hiperglikemia (kondisi diabetik) pada tikus.
Daun salam adalah salah satu tanaman herbal berkhasiat yang mudah didapat, murah dan
memiliki banyak manfaat dan salah satu manfaatnya yaitu sebagai antidiabetik. Kandungan
metabolit sekunder pada daun salam anatara lain flavonoid, saponin dan tirterpenoid memiliki
aktivitas yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Flavonoid pada daun salam bekerja sebagai
antioksidan, yang dimana antioksidan ini akan mengikat reactive okygen spesies akibat kerja
aloksan. Saponin dapat mempertahankan kadar ion kalsium pada sel  pankreas, sehingga dapat
memudahkan sekresi insulin. Triterpenoid dapat bekerja seperti insulin dan dapat meningkatkan
uptake glukosa pada sel-sel yang dependen insulin. Sehingga diharapkan daun salam dalam bentuk
ekstrak maupun infusa dapat memperbaiki keadaan sel  pankreassehingga dapat menurunkan
kadar glukosa darah tikus.

7
6. KERANGKA KONSEP

Kelompok Tikus Kelompok Tikus


Non-Diabetes Non-Diabetes

Perlakuan ekstrak
daun salam
Kelompok Tikus Kelompok Tikus
Diabetes Diabetes

Induksi Aloksan

Perlakuan infusa
daun salam
Kelompok Tikus Kelompok Tikus
Diabetes Diabetes

Pengukuran kadar Pengukuran kadar


glukosa darah sebelum glukosa darah
perlakuan sesuduah perlakuan

Bagan 2. Kerangka Konsep

8
7. DESAIN PENELITIAN

Pakan Standar
dan aquadest
Kelompok I Kelompok I

Pakan standar
dan aquadest
Kelompok II Kelompok II
Aloksan 125 mg/kgBB

Pakan standar dan


aquadest + Aloksan
Kelompok III Kelompok III
Ekstrak daun salam
500 mg/kgBB

Pakan standar dan


aqaudest + Aloksan
Kelompok IV Kelompok IV
Infusa daun salam 20%

Pakan standar dan


aquadest + Aloksan
Kelompok V Kelompok V
Glibenklamid 0.09
mg/ekor

Bagan 3. Desain Penelitian

9
III. METODOLOGI PENELITIAN

1. BAHAN DAN METODE


Penelitian ini menggunakan desain penelitian true eksperimental, dengan pre-post test control
group design di mana penelitian dilaksanakan di laboratorium dengan memberikan perlakuan kepada
satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasilnya dibandingkan dengan masing-masing
kelompok.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Wistar (Rattus
norvegicus) berumur 8-10 minggu dengan berat badan 180-250 gram. Tikus-tikus ini diperoleh dari
Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati (PPAU-IH), Institut Teknologi Bandung (ITB) yang
sudah bekerja sama dengan Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran.
Penelitian ini menggunakan 5 kelompok tikus, dengan perlakuan berbeda. Kelompok pertama
adalah kelompok tikus yang normal (I) sebagai kontrol negatif, hanya diberikan aquabidest dan pakan
standard. Kelompok kedua (II) yaitu kelompok tikus yang diinduksi dengan aloksan dan diberikan
pakan standar. Kelompok ketiga (III) adalah kelompok tikus diabetes yang diinduksi aloksan dan
diberikan ekstrak daun salam dengan dosis 500 mg/kgBB. Kelompok keempat (IV) adalah kelompok
tikus dibates yang diinduksi aloksan dan diberikan infusa daun salam dengan konsentrasi 20%.
Kelompok kelima (V) adalah kelompok tikus diabetes yang diinduksi aloksan dan diberikan obat
glibenklamid dengan dosis 0.45 mg/kgBB sebagai kontrol positif. Penentuan jumlah sampel pada
setiap kelompok perlakuan, digunakan rumus Federer dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

𝑅𝑈𝑀𝑈𝑆 𝐹𝐸𝐷𝐸𝑅𝐸𝑅 ∶ (𝑁 − 1) (𝑡 − 1) ≥ 15

Dengan :

N = Jumlah pengulangan

t = Jumlah kelompok yang akan dipakai

Hasil perhitungan :

 Jumlah kelompok yang akan dipakai pada penelitian adalah lima kelompok sehingga variabel
t diisi dengan angka 5.
 (𝑁 − 1)(𝑇 − 1) ≥ 15
 (𝑁 − 1)(5 − 1) ≥ 15
 (𝑁 − 1) 4 ≥ 15

10
15
 (𝑁 − 1) ≥
4

 (𝑁 − 1) ≥ 3,75
 𝑁 ≥ 3,75 + 1
 𝑁 ≥ 4.75
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Federer, didapatkan jumlah
pengulangan/jumlah sampel tiap kelompok minimal sebesar 4.75, sehingga harus dilakukan
pembulatan menjadi 5 sampel tiap kelompok. Jumlah yang dibutuhkan untuk 5 kelompok sebesar 25
ekor tikus. . Untuk mencegah terjadinya dropout, setiap kelompok ditambahkan 2 ekor tikus sehingga
sampel yang digunakan sebanyak 35 ekor tikus

Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi
1. Kelompok tikus jantan galur Wistar yang sehat, dan tidak memiliki kecacatan fisik berumur
8-10 minggu dengan berat badan 180-250 gram.
2. Kelompok sampel : Tikus jantan galur Wistar, dengan kadar glukosa darah sebelum
perlakuan <200 mg/dL
3. Kelompok tikus jantan galur Wistar yang setelah diinduksi aloksan (Kelompok diabetes)
memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL
Kriteria Eksklusi
1. Tikus jantan galur Wistar yang tidak sehat, memiliki abnormalitas atau kecacatan fisik
(penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif, keluarnya
eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital)
2. Tikus jantan galur Wistar yang mati pada saat dan setelah perlakuan
Variabel Penelitian

Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian yaitu ekstrak dan infusa daun salam (Eugenia polyantha).

Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian yaitu kadar glukosa darah puasa pada tikus jantan galur
Wistar pre dan post perlakuan.

11
2. PROSEDUR

Alat Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
1. Kandang hewan coba beserta tempat pakan 11. Blender
2. Timbangan elektrik 12. Bejana
3. Timbangan analitik 13. Kain flanel
4. Sonde lambung 14. Kompor gas
5. Scalpel 15. Lemari pengering
6. Spuit 1cc dan 3cc 16. Pemanas waterbath
7. Vacuum rotary evaporator 17. Termometer
8. Gelas ukur 18. Strip glucocheck
9. Mortar dan pestle 19. Alat Autocheck
10. Pengayak
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
1. Ekstrak daun salam (Eugenia polyantha)
2. Daun salam segar untuk pembuatan infusa
3. Glibenklamid
4. Pakan standar tikus
5. Aloksan monohidrat
6. Aquades
7. Alkohol, povidone iodine, dan kapas

Persiapan Alat dan Bahan


Penelitian yang menggunakan hewan coba perlu jaminan atas kesejahteraan dan perlakuan
secara manusiawi sehingga harus memperhatikan prinsip 3 R, yaitu prinsip replacement, reduction,
dan refinement. Prinsip replacement merupakan prinsip memanfaatkan hewan coba yang sudah
diperhitungkan dengan seksama dari pengalaman terdahulu dan literatur yang dapat digunakan sebagai
jawaban dari pertanyaan penelitian serta tidak bisa digantikan dengan makhluk hidup lain, seperti sel
maupun biakan jaringan. Replacement dibagi menjadi dua, yaitu relatif (mengganti hewan coba dengan
menggunakan organ/jaringan hewan, hewan dari ordo lebih rendah) dan absolut (mengganti hewan
coba dengan menggunakan kultur sel, jaringan, atau program komputer). Prinsip reduction merupakan
prinsip memanfaatkan hewan coba sesedikit mungkin dengan perolehan hasil yang optimal. Prinsip
refinement merupakan prinsip perlakuan terhadap hewan coba secara manusiawi, pemeliharaan dengan

12
baik, tidak menyakiti hewan coba, dan minimalisasi perlakuan menyakitkan pada hewan coba agar
terjamin kesejahteraannya hingga akhir penelitian.
Sebanyak 35 ekor tikus putih jantan galur wistar (Rattus norvegicus) yang memiliki berat badan
200-250 gram diaklimatisasi dalam kandang semiplastik-kaca berukuran p.l.t. = 30x45x20 cm dengan
tutup kayu dan kawat strimin agar tikus tidak kabur serta dilengkapi dengan tempat minum tikus yang
berada di atas kandang dan tempat makan tikus yang berada di dalam kandang. Proses aklimatisasi
tersebut berlangsung di Laboratorium Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas
Padjajaran selama 7 hari agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang dimasuki. Tikus
juga diberikan pakan standar selama 7 hari. Tikus-tikus dibagi ke dalam 5 kelompok secara acak
menggunakan metode random sampling sehingga jumlah tikus pada masing-masing kelompok ada 7
ekor. Pembagian kelima kelompok tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kelompok I : diberikan pakan standar dan diberi sonde aquadest
2. Kelompok II : diberikan pakan standard, diinduksi aloksan intraperitoneal, dan diberi sonde
aquadest
3. Kelompok III : diberikan pakan standar, diinduksi aloksan intraperitoneal, dan diberi esktrak
daun salam dengan dosis 500mg/kgBB selama 14 hari
4. Kelompok IV : diberikan pakan standar, diinduksi aloksan intraperitoneal, dan infusa daun
salam dengan konsentrasi 20% perekor selama 14 hari

Setelah proses aklimatisasi selama 7 hari, tikus kelompok I diberikan pakan standar sedangkan
tikus kelompok II, III, IV, dan V diberikan aloksan monohidrat 125 mg/kgBB. Setelah itu, pada hari
ke 8 – 10 tikus kelompok I, II, III, IV, dan V diberikan pakan standar. Kemudian, semua kelompok
tikus dipuasakan selama 1 hari lalu dicek kadar gula darah puasa. Lalu, semua kelompok tikus
diberikan pakan standar. Setelah itu, tikus kelompok II tidak diberikan perlakuan terapi, tikus
kelompok III diberikan ekstrak daun salam, tikus kelompok IV diberikan infusa daun salam, dan tikus
kelompok V diberikan glibenklmaid. Setelah 2 minggu perlakuan, tikus terlebih dahulu diberikan
antiseptik pada ujung ekor. Antiseptik menggunakan providone iodine agar terhindar dari infeksi
ketika dilakukan pemotongan pada ujung ekor tikus. Setelah diberikan antiseptik, ujung ekor tikus
dipotong lalu darah yang keluar dari ekor tikus diperika kadar glukosa darahnya menggunakan
Autocheck Glucose Strip.

13
Cara Pembuatan Ekstrak Daun Salam
Ekstrak daun salam dibuat dengan metode maserasi yang di awali dengan pencucian daun salam
pada air mengalir, kemudian dikeringkan di dalam lemari pengering dengan suhu 45oC selama 48 jam.
Setelah itu daun salam diblender dan di ayak untuk mendapatkan serbuk halus daun salam. Serbuk
halus kemudian dicampur dengan etanol 96% dengan perbandingan 10 mg serbuk daun salam dalam
100 ml etanol 96%. Kemudian hasil campuran diaduk selama 30 menit, di diamkan selama 24 jam.
Kemudian disaring (diulang 3 kali), setelah itu hasil penyaringan diuapkan menggunakan Vaccum
Rotary Evaporator pada suhu 60oC. Ekstrak yang mengental kemudian dipanaskan di waterbath
dengan suhu 70oC.
Cara Pembuatan Infusa Daun Salam
1. Menimbang daun salam sebanyak 20 gram
2. Masukan daun salam ke dalam panci dan air sebanyak 100 ml, panaskan selama 15 menit
hingga mencapai 90oC sembari sekali-sekali diaduk
3. Hasil dari seduhan kemudian dituangkan kedalam gelas ukur lalu didinginkan
4. Infusa daun salam ini diberikan 1 kali sehari secara peroral menggunakan sonde sesuai dosis
Penyimpanan infusa harus dalam lemari pendingin, dan harus dibuat segar setiap hari (24 jam)
(BPOM RI, 2010).

Pakan Standar
1. Kadar air maksimal 13 %
2. Protein 18.5 – 20.5 %
3. Lemak minimal 40 %
4. Serat maksimal 6 %
5. Abu maksimal 8 %
6. Kalsium minimal 0.9%
7. Fosfat minimal 0.7 %
8. Metabolisme energi 3100 – 3200 Kcal/kg
Cara Menghitung Dosis Aloksan
Berat rata-rata tikus pada penelitian ini adalah 200 gram. Berat tikus 200 gram sama dengan
berat badan manusia 70 kg jika dilihat menggunakan tabel konversi Laurence and Bacharach sehingga
didapatkan hasil konversi sebesar 0.018. Dosis aloksan yang digunakan pada penelitian adalah 125
mg/kgBB (Gumelar dkk. 2017). Perhitungan konversi dosis tikus:
125 mg x 0.018 = 2.25 mg/200 gram
Dosis aloksan yang dibutuhkan tikus:
2.25 IU x 1000 / 200 = 11.25 IU/kgBB

14
Cara Menghitung Dosis Ekstrak Daun Salam
Berdasarkan penelitian Sutrisna et al (2015), pemberian ekstrak daun salam dengan dosis 312.5,
625, dan 1250 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus (antidiabetic agent). Sehingga
peneliti menggunakan dosis ekstrak daun salam sebesar 500 mg/kgBB. Dengan menggunakan cara
perhitungan yang sama dengan perhitungan dosis aloksan, maka dilakukan perhitungan dosis konversi
untuk tikus dengan berat 200 gram :
1. Dosis 500 mg/kgBB
500 x 0.018 = 9 mg/200gram
9 x 1000/200 = 45 mg/kgBB

Cara Menghitung Dosis Infusa Daun Salam


Daun salam sebanyak 20 gram di panaskan dengan air 100 ml sehingga peneliti mengambil konsentrasi
20% dan mencari ada atau tidaknya perbedaan efekivitas dengan pemberian ekstrak daun salam dan
pemberian glibenklamid.

Cara Menghitung Dosis Glibenklamid


Glibenklamid merupakan obat antidiabetik oral golongan sulfonilurea yang bekerja dengan
meningkatkan sekresi insulin oleh sel -pankreas dengan menutup saluran K+ sehingga terjadi
depolarisasi sel. Pada penelitian Dewi et al., 2013, pemberian Glibenklamid dengan dosis 0.45
mg/kgBB dapat menurunkan glukosa darah tikus. Sehingga peneliti memakai dosis glibenklamid
sebagai kontrol positif sebesar 5mg/hari.
1. Dosis 5 mg/hari
5 x 0.018 = 0.09 mg/200 gram
0.09 x 1000/200 = 0.45 mg/kgBB

Cara Menghitung Kadar Glukosa Darah Puasa


Setelah 2 minggu pemberian ekstrak daun Salam dan infusa daun Salam,Tikus dipuasakan
selama 12 jam. Setelah itu, masing-masing tikus dilakukan pengambilan kapiler darah vena dari ujung
ekor yang dipotong. Kemudian ekor tikus diurut dari pangkal hingga ujung ekor yang di potong
sehinga darah dapat keluar. Darah yang keluar kemudian diteteskan pada ujung strip Autocheck,
setelah itu tunggu 10 detik untuk melakukan pehitungan kada gula darah (mg/dL) pada alat Autocheck.

15
3. POPULASI DAN SUBYEK
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini menggunakan hewan coba berupa tikus galur Wistar (Rattus
norvegicus) karena secara genetik manusia dan hewan pengerat, yaitu tikus memiliki banyak sekali
kemiripan. Selain itu, tikus galur Wistar memiliki karakteristik antara lain rentang hidup yang lama,
yaitu 2-3,5 tahun, perkembangbiakan cepat, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, dan kemampuan
metabolik cepat sehingga lebih sensitif bila digunakan untuk penelitian yang berhubungan dengan
metabolisme, seperti pada penyakit diabetes melitus. Jenis kelamin yang digunakan adalah jantan
karena periode pertumbuhan lebih lama dan hasil penelitian diharapkan tidak dipengaruhi oleh
hormon-hormon seperti pada jenis kelamin betina, yaitu hormon estrogen dan progesteron. Usia tikus
pada penelitian ini adalah 8 minggu karena pada usia tersebut tikus sudah dikategorikan sebagai tikus
dewasa. Pada tikus dewasa sudah terjadi kematangan organ yang sempurna sehingga organ-organ
tersebut bisa digunakan untuk penelitian dan bisa memberikan hasil yang maksimal saat diberikan
perlakuan yang melibatkan organ. Selain itu, diketahui bahwa semakin bertambahnya usia tikus, maka
semakin bertambah juga berat badannya. Oleh karena tikus yang digunakan berusia 8 minggu, maka
didapatkan bahwa berat badan tikus pada usia 8 minggu tersebut berkisar antara 150-200 gram. Tikus
diambil secara acak sederhana dan dibagi menjadi 5 kelompok di mana masing-masing kelompok
terdiri dari 5 tikus sehingga total tikus berjumlah 25 ekor. Akan tetapi, peneliti menambahkan 2 ekor
tikus pada masing-masing kelompok untuk mengganti jika terdapat tikus yang mati saat penelitian
dilakukan. Jadi, total tikus ada 35 ekor. Tikus-tikus yang dipilih sebagai sampel tersebut harus
memenuhi kriteria inklusi untuk dapat dijadikan sebagai subjek penelitian.
Kriteria Inklusi
1) Kelompok tikus jantan galur Wistar yang sehat, dan tidak memiliki kecacatan fisik
berumur 8-10 minggu dengan berat badan 180-250 gram.

2) Kelompok sampel : Tikus jantan galur Wistar, dengan kadar glukosa darah sebelum
perlakuan <200 mg/dL
3) Kelompok tikus jantan galur Wistar yang setelah diinduksi aloksan (Kelompok diabetes)
memiliki kadar glukosa darah ≥ 200 mg/dL
Kriteria Eksklusi
1) Tikus jantan galur Wistar yang tidak sehat, memiliki abnormalitas atau kecacatan fisik
(penampakan rambut kusam, rontok atau botak dan aktivitas kurang atau tidak aktif,
keluarnya eksudat yang tidak normal dari mata, mulut, anus atau genital)

16
Drop-out
Tikus tampak sakit/mati selama mendapatkan perlakuan

4. WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan selama 2 minggu, dimulai dari pengelompokkan tikus menjadi 5
kelompok dan aklimatisasi selama 7 hari sampai dengan pengukuran kadar glukosa darah puasa.

5. DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 2. Definisi Operasional


No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Skala
Ukur
1. Ekstrak daun Serbuk kering daun Timbangan Menimbang sediaan mg Rasio
salam salam sebanyak 500g analitik pekat dan lihat hasil di
(Eugenia dimaserasi dengan layar monitor
poyantha) larutan etanol 96% timbangan
(Variabel sebanyak 5L, selama
independen) 5 hari. (Dewi et al.,
2013)

2. Infusa daun Sediaan yang didapat Gelas ukur Memasukan hasil ml rasio
salam dengan merebus daun rebusan kedalam
(Eugenia salam pada suhu 90oC gelas ukur
polyantha) selama 15 menit
(Variabel (BPOM RI, 2010)
independen)

3. Kadar Sampel darah pada autocheck Pengukuran mg/dL rasio


glukosa kelompok tikus yang menggunakan alat
darah tikus diberikan esktrak autocheck/glucocheck
yang diberik daun salam yang akan
ekstrak daun diukur
salam dengan pengambilan
darah

17
melalui pemotongan
ekor tikus, lalu dipijat
dari pangkal hingga
ujung ekor,
pengukuran
meggunakan alat
autocheck/glucocheck

4. Kadar Sampel darah pada autocheck Pengukuran Mg/dL rasio


glukosa kelompok tikus yang menggunakan alat
darah tikus diberikan infusa daun autocheck/glucocheck
yang salam yang akan
diberikan diukur
infusa daun dengan pengambilan
salam darah
melalui pemotongan
ekor tikus, lalu dipijat
dari pangkal hingga
ujung ekor,
pengukuran
meggunakan alat
autocheck/glucocheck

5. Kadar gula Sampel darah yang autocheck Pengukuran mg/dL rasio


darah puasa akan diukur dengan menggunakan alat
tikus jantan pengambilan darah autocheck/glucocheck
galur Wistar melalui pemotongan
(Variabel ekor tikus, lalu dipijat
dependen) dari pangkal hingga
ujung ekor,
pengukuran
meggunakan alat
autocheck/glucocheck

18
6. Glibenclamid Obat antidiabetik oral Timbangan Sediaan obat yang mg rasio
(Kontrol dengan dosis 0.45 analitik sudah
positif) mg/kgBB (Dewi et dihaluskan,ditimbang
al., 2013) dan lihat hasil di layar
monitor

19
IV. DAFTAR PUSTAKA

Andriati, Teguh R.M., 2016. Tingkat Penerimaan Penggunaan Jamu Sebagai Alternatif
Penggunaan Obat Modern pada Masyarakat Ekonomi Rendah-Menengah dan Atas,
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik Vol. 29, No. 3, hlm, 133-145, diakses 27 Mei 2018
https://e-journal.unair.ac.id/MKP/article/view/2547/1900

Brahmachari G., 2011, Bio-flavonoids with promising anti- diabetic potentials : A critical
survey, Research Signpost, India, vlm. 37, hlm. 187–212, diakses 28 Mei 2018
https://pdfs.semanticscholar.org/2dd5/3063acf42b02601daca6cd2d5d903dc66991.pdf

Chusniatun, Harismah, 2016. Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Polyantha) sebagai


Obat Herbal dan Rempah Penyedap Makanan, Jurnal Universitas Muhamadiyah
Surakarta, vlm. 19(2), hlm.110–8. Diakses 28 Juni 2018
http://journals.ums.ac.id/index.php/warta/article/view/2742/2167

Dalimartha, Setiawan, 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2, Jakarta,


Trubus Agriwidya

Depkes RI, 2009, Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta
Orang, Kementrian Kesehat Republik Indonesia, hlm. 1–2, Diakses pada 27 Mei 2018
http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes melitus-di-
indonesia-mencapai-213-juta-orang.html

Dewi I.L., Sutrisna E, Azizah T, 2013, Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun
Salam (Eugenia polyantha) Terhadap Tikus Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan,
Universitas Muhamadiyah Surakarta, hlm. 1- 14, diakses pada 18 April 2018
http://eprints.ums.ac.id/26145/

Djama’an Q., Goenarwo E., Mashoedi, 2012, Pengaruh air perasan jahe terhadap kadar
glukosa darah dan gambaran histopatologi sel beta pankreas studi eksperimental pada
tikus jantan, Jurnal Sains Medika, vol. 4(2), hlm. 165-173

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006, Textbook of Medical Physiology, 11th ed, Philadelphia, PA,
USA: Elsevier Saunders

Gwozdziewiczova, S, Linchnovska, R, Ben, RY, Chlup, R, Hrebicek, J 2005, TNF-alpha in the


Development of Insulin Resistance and Other Disorders in Metabolic Syndrome, Biomed.
Papers, Mei 2005, hlm. 109-117

Kementerian Kesehatan Pemerintah Indonesia, 2014, Infodatin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, Pemerintah Indonesia, diakses 10 Agustus 2018
http://www.depkes.go.id/article/view/15021800007/situasi-dan-analisis diabetes.html.

Lee, MS & Thuong, PT 2010, Stimulation of Glucose Uptake by Triterpenoids From Weigela
Subsessilis, Phytotherapy Research, hlm. 49-53
20
Lucacinova, A., Mojzis, J., Benacka, R., Keller, J., Maguth, T., Kurila, P.,et, al., 2008,
Preventive Effect Of Flavonoids On Alloxan- Induced Diabetes Mellitus In Rats, Acta Vet,
vlm. 77, hlm, 175-182

Malole, MBM, & Pramono, 1989, Penggunaan Hewan-hewan Percobaan di Laboratorium,


PAU Pangan dan Gizi, IPB, Bogor

Mythili P., Parameswari C.S., Dayana J, 2012, Phytochemical analysis of the bark extract of
Terminalia arjuna and its cardioprotective effect, vlm. 1, Agustus 2012, hlm. 40–42

Novitasari A.E., Romadloni, Lizzia, 2017, Efektivitas Infusa Daun Salam terhadap Kadar
Glukosa Darah Sewaktu Penderita Diabetes Mellitus Desa Kalirejo Dukun Gresik,
Journals of Ners Community, vlm. 8, hlm. 100-105, diakses pada 29 Juli 2018
https://journal.unigres.ac.id/index.php/JNC/article/view/417

Nublah, 2011, Identifikasi Golongan Senyawa Penurun Kadar Glukosa Darah Tikus Putih
(Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) Hiperglikemia pada Daun Sukun (Artocarpus
altilis (park.) fosberg ), Tesis, Universitas Gajah Mada

Parisa N., 2016, Efek Ekstrak Daun Salam pada Kadar Glukosa, Jurnal Kedokeran
Universitas Lampung, vlm. 1, hlm. 404–8. Diakses pada 18 April 2018
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/JK/article/view/1648/1606

PERKENI, 2015, Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 di


Indonesia, Jakarta, PB PERKENI

Pourcel L., Routaboul J.M., et al., 2006, Flavonoid Oxidation In Plants: From Biochemical
Properties To Physiological, Elsevier

Sariyana Togubu, Lidya I., Momuat, Jessy E., Paendong N.S., 2013. Aktivitas Antihiperglikemik
dari Ekstrak Etanol dan Heksana Tumbuhan Suruhan (Peperomia pellucida [L.] Kunth)
pada Tikus Wistar (Rattus norvegicus L.) yang Hiperglikemik. J Mipa Unsrat Online,
vol.2(2), hlm. 109–114, diakses pada 30 Juli 2018
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmuo/article/view/2999/2541

Sherwood L., 2013, Fisiologi manusia dari sel ke sistem, 6th ed., Jakarta: EGC

Sutrisna E., Tanti Azizah S., Lutfiana Dewi I., 2016, Antidiabetic activity of ethanolic extract
of Eugenia polyantha wight leaf from indonesia in diabetic rat wistar strain induced by
alloxan, Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, vlm. 9(1), hlm. 374–6,
diakses 10 Agustus 2018
https://innovareacademics.in/journals/index.php/ajpcr/article/view/7995

Widowati W., 2008, Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes, jkm,Vol. 7 No.2, hlm. 193-202
21
World Health Organization, 2016, Global Report on Diabetes,Isbn[Internet].;978:88. Diakses
27 Mei 2018
http://www.who.int/about/licensing/%5Cnhttp://apps.who.int/iris/bitstream/10665/20487
1/1/9789241565257_eng.pdf

22
V. LAMPIRAN
Lampiran1
Surat Keterangan Hewan Coba

23
Lampiran 2
Surat Keterangan Laboran Penanggung Jawab

24

Anda mungkin juga menyukai