Anda di halaman 1dari 29

225 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5

A. OVERVIEW CASE
Penulis : M Afrian W P (1510211038)

Tn. A usia 38 tahun ke IGD


KU : Perdarahan dari saluran kemih sejak 3 jam SMSR (Sebelum Masuk RS)

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

1. Darah keluar menetes, berwarna merah segar, 1. Riwayat trauma sebelumnya


tidak bercampur deengan urin(gejala klinis no-1). disangkal.
2. Saat ingin BAK dirasakan nyeri, BAK keluar 2. Hipertensi, DM, penyakit jantung,
sedikit (gejala klinis no-2) & bercampur darah*. asma dan alergi disangkal.
3. Sebelumnya pasien mengalami KLL (trauma pd 3. Riwayat operasi disangkal.
pelvis)
(Kecelakaan lalulintas)* pasien
HIPOTESIS
mengendarai sepeda motor bertabrakan
1. Trauma Urogenital
dengan mobil sehingga :
1) pasien terpelanting pinggang kanan & kiri a. Rupture uretra anterior
terbentur* dan kemudian jatuh teruduk*. b. Rupture Uretra posterior
2) Pasien merasa tidak dapat bengun dan c. Rupture Buli – Buli
nyeri saat menggerakan paha* 2. Fraktur Os Pubis
4. Kepala tidak terbentur, pingsan (-), muntah (-),
keluhan BAB dan sistemik disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang a. Genitalia eksternal
2. Kesadaran : CM Penis
3. Tanda vital : hematoma (-), bengkak (-), nyeri (-),
a. TD : 110/80 mmHg b. Frek. Nadi : Sekret (+) darah (gejala klinis no-1)
, OUE
84x/menit letak normal.
c. Suhu : 36 C d. Frek. Napas : (pada trauma uretra eksternal ditemukan
20x/mnt tanda hematoma pada penis)
(Tidak Ada Tanda2 Syok) Skrotum :
4. HEENT : dbn (tidak ada trauma kepala) benjolan (-), radang (-) Pembesaran (-)
5. Status Urologi Perineum :
a. Sudut costovertebrae (ginjal normal) benjolann (-), hematoma (-)
Inspeksi : masa -/-, jejas -/- (pada trauma uretra eksterna ditemukan
Palpasi : masa -/-, nyeri tekan -/- tanda butterfly hematoma pada daerah
Perkusi : nyeri ketok -/- perianal)
(tidak ada trauma pada ginjal) b. DRE
b. Regio suprapubic TSA Normal, ampula tidak kolaps, mukosa
Inspeksi : masa (-), jejas (-)
licin, masa (-), floating prostat (+)(gejala
Palpasi : buli-buli penuh (artinya
klinis no-3)
Buli-buli tidak terjadi , batas atas teraba, sarung
rupture), nyeri tekan (+) 226 | S M A tangan
R T Mdarah
O D (-)lendir
U L E 2(-),
0 1feses
5 (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium darah 4. Uretrogram retrogard


Hb : 13 gr/dl Kontras dimasukan melalui uretra. Terdapat
Leukosit : 9000 /Ul ekstravasasi kontras yang masih terbatas di
Trombosit : 250000 /mm atas diafragma urogenital*, kontras mengisi
(lab darah dalam batas normal) ureter prostatica hingga ke vesical urinary
2. USG Abdomen (gejala klinis no-4)
Hepar, lien, ginjal kanan & kiri, Vesica urinary
tidak tampak kelainan* Kesan : RUPTURE PARTIA URETRA POSTERIOR
(tidak terdapat kelainan akibat trauma pada
ginjal dan V.U melemahkan hipotesis Trauma
V.U)
3. Foto pelvis
kesan : fraktur os pelvis ramus pubis

DIAGNOSIS
RUPTUR PARTIAL URETRA POSTERIOR DENGAN FRAKTUR OS PELVIS RAMUS PUBIS

TATALAKSANA

1. Jika ada indikasi syok : perbaiki hemodinamik (infus IV, jika kehilangan darah masif lakukan
transfusi darah) pada pasien ini tidak
2. Rujuk spesialis urologi
Tindakan pada ahli urologi :
a. Sistotomi (segera)
Tujuan tindakan untuk diversi urin
b. PER (Primary Endoscopy Realignmen)
Dilakukan sebelum 1 minggu setelah kejadian. dipasang selama 2 minggu lalu dilepas
Tujuan : untuk mendekatkan kedua uretra yang rupture dengan harapan kedua uretra
dapat menyatu kembali.
c. Uretroplasty
Dilakukan 3 bulan setelah trauma
3. Rujuk spesialis ortopedi

PROGNOSIS
Dubia at bonam

KOMPLIKASI
Dini Lanjut
1. Perdarahan – syok
2. Infeksi 1. Striktura uretra
3. Infiltrasi urin

227 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
B. INTERPRETASI KASUS
TRAUMA UROGENITAL

RUPTURE PARSIAL URETRA POSTERIOR (SKDI 2)

1. Tn. A, 38 tahun datang ke IGD dengan Keluhan utama perdarahan dari saluran
kemih 3 jam SMRS.
Keluhan utama pasien ini adalah perdarahan dari saluran kemih 3 jam SMRS,
perdarahan dari saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi,
trauma, tumor.

Akan tetapi, kita perlu mengetahui tipe perdarahan sepeti apa pada pasien ini,
apakah perdarahan saat miksi (hematuria) yang dapat disebabkan oleh penyakit
infeksi sampai dengan keganasan atau penyakit-penyakit yang berasal dari luar
sistem saluran kemih, contohnya SLE, kelainan hematologi atau darah yang keluar
dari OUE tanpa melalui proses Miksi (bloody urethral discharge) keadaan ini sering
terjadi pada trauma dan keganasan.(1)

Keluhannya perdarahan pada pasien onsetnya 3 jam SMRS, dari onset perdarahan
waktunya cukup singkat/akut kita perlu curiga mungkin sebelum terjadi perdarahan
ada sesuatu hal yang memicunya, contohnya kecelakaan yang mengakibatkan
trauma pada urogenital

Maka dari itu, kita perlu melakukan anamnesis tentang riwayat penyakit saat ini lebih
detail lagi, terutama menanyakan tipe perdarahan yang seperti apa, apakah
hematuria atau blood urethral discharge, kemudian kronologis terjadinya
perdarahan, apakah ada peristiwa yang menyebabkan perdarahan?

RIWAYAT PENYAKIT SAAT INI


1. Darah keluar menetes, berwarna merah segar, tidak bercampur dengan urin*.
Dari keterangan pasien bahwa darah keluar menetes, berwarna merah segar dan
tidak bercampur dengan urin artinya bukan merupakan hematuria melainkan
bloody urethral discharge. Bloody urethral discharge paling sering diakibatkan oleh
trauma atau keganasan (1,2,3).

Kalau kita melihat dari tipe perdarahannya kemungkinan darah berasal dari saluran
kemih bagian bawah karena darah masih berwarna merah segar dan menetes tanpa
bercampur dengan urin. (darah menetes dari OUE merupakan salah satu gejala klinis
trauma uretra)(1,2,3)

228 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
Pada pelbagai buku urologi, disebutkan dalam menghadapi keadaan seperti ini kita
perlu waspada dengan keadaan terburuk terlebih dahulu yaitu keganasan sampai
bukti keganasan itu bisa dihilangkan.(1)

Jadi, kita perlu menanyakan lagi tentang kronologi awal terjadinya perdarahan
sehingga kita bisa tau lebih pasti penyebab perdarahan.

2. Saat ingin BAK dirasakan nyeri, BAK keluar sedikit & bercampur darah*.
Perasaan nyeri pada saat BAK dapat diakibatkan daerah yang mengalami
perdarahan, BAK keluar sedikit (oliguria) biasanya terjadi pada pasien pasien dengan
trauma, serta darah bercampur dengan darah (artinya urin melalui daerah yang
terjadi perdarahan sehingga urin bercampur dengan darah).

BAK keluar sedikit hingga retensi urin biasanya terjadi pada pasien pasien trauma
pada uretra baik anterior dan posterior(1,2,3). Namun, untuk memastikan kita perlu
mengetahui apakah ada riwayat trauma sebelumnya.

3. Sebelumnya pasien mengalami KLL (Kecelakaan lalulintas)* pasien mengendarai


sepeda motor bertabrakan dengan mobil sehingga :
1) pasien terpelanting pinggang kanan & kiri terbentur* dan kemudian jatuh
terduduk*.
2) Pasien merasa tidak dapat bangun dan nyeri saat menggerakan paha*

Dari pernyataan ini kecurigaan kita terhadap keganasan bisa kita hilangkan dan
menguatkan dugaan pada daerah urogenital terutama pada daerah uretra karena
darah segar yang menetes dari OUE dan tidak bercampur dengan urin. KLL
merupakan penyebab terbanyak pada trauma urogenital (68% - 84% insiden).(3)

Kronologi pasien bertabrakan dengan mobil kemudian terpelanting* pinggang


kanan dan kiri terbentur* dan kemudian jatuh terduduk* dengan kondisi jatuh
terpelanting dan pinggang kanan dan kiri terbentur lalu pasien jatuh terduduk
kemungkinan terjadi.

Cedera (fraktur ataupun retak) pada os pelvis yang merupakan tulang utama
penyusun pinggang. Trauma pada urogenital dengan diikuti oleh fraktur os pelvis
merupakan kejadian yang paling sering.

229 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
Os pelvis memiliki peran penting untuk melindungi organ urogenital terutama Buli-
buli dan uretra posterior, selain itu os pelvis merupakan tempat melekatnya
ligament dan otot-otot yang memfiksasi dari organ urogenital (contohnya :
ligament puboprostatika)(4)
Sumber : gray’s anatomy for students second edition

230 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
Jadi, ketika terjadi benturan atau trauma pada os pelvis akan mengakibatkan
ligamentum puboprostatika tertarik sehingga merobek uretra pars prostatika-
membranasea sehingga terjadi rupture pada uretra, atau pada saat terjadi fraktur
pada os pelvis serpihan patahan dapat merobek buli-buli sehingga terjadi rupture.

Jadi, kecurigaan kita saat ini adalah trauma urogenital, yaitu uretra (anterior &
posterior) dan buli-buli dan kemungkinan besar terdapat fraktur pada os pelvis
karena pasien mengeluhkan tidak dapat bangun dan nyeri saat menggerakkan
paha setelah terjadi benturan pada pinggang kiri kanan dan jatuh dengan posisi
terduduk.

4. Kepala tidak terbentur, pingsan (-), muntah (-), keluhan BAB & sistemik disangkal.
Tidak terdapat trauma di daerah kepala, dan daerah yang lain.

5. Riwayat penyakit dahulu tidak terdapat kelainan dan penyakit-penyakit lainnya.

Dari hasil anamnesis maka hipotesis yang kita ambil adalah :

1. Rupture uretra posterior.


Dipilih hipotesis ini karena Gejala klinis rupture uretra posterior memberikan
gambaran yang khas, yaitu (1) perdarahan pre-uretra, (2) susah miksi sampai
retensi urin pada pemeriksaan fisik dan penunjang ditemukan (3) pada colok dubur
didapat floating prostat (4) pemeriksaan uretrogram retrograde ditemukan
ekstravasasi kontras pada pars prosttato-membranasea dan biasanya cedera
uretra posterior didahului oleh trauma pada Os Pelvis hingga fraktur pada Os
pelvis (dapat diketahui dari gambaran radiologi) jadi kita perlu melakukan
pemeriksaan DRE, foto polos pelvis, dan uretrogram retrograde untuk diagnosis
pasti..(1,2,3,5)

2. Trauma uretra anterior


dipilih hipotesis ini karena Pada kontusio uretra (trauma uretra anterior) kita bisa
menemukan adanya perdarahan pre-uretram , serta pasien Sulit miksi hingga
retensi urin keluhan ini sesuai dengan yang dikeluhkan oleh pasien. Dan satu gejala
has pada traua uretra anterior yaitu Pada pemeriksaan fisik kita dapat menemukan
adanya hematom pada penis dan ada gambaran butterfly hematoma, serta untuk
pemeriksaan penunjang menggunakan kontas akan ditemukan ekstravasasi
kontras dari uretra pars spongiosa(1,2,3).

3. Trauma buli-buli
DIpilih hipotesis ini kareena pasien mengeluhkan susah untuk miksi dan miksi
bercampur darah serta kita curiga teerdapat fraktur os pelvis yang merupakan
etiologi utama pada rupture buli-buli.(1) untuk tau lebih detail kita dapat melihatnya

231 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
pada pemeriksaan penunjang dengan sistogram apakah terdapat ekstravasasi
kontras dari buli-buli ke daerah perivesikal dan kontras di daerah sela sela usus.(1,5)

4. Fraktur os pelvis
Kita mengambil hipotesis ini karena pasien sebelumnya mengalami KLL bertabrakan
dengan mobil dengan posisi jatuh terpelanting, pinggang kiri dan kanan terbentur
dan jatuh terduduk kemungkinan akan terjadi inkontinuitas dari os Pelvis karena
benturan yang terjadi cukup keras (karena tabrakan motor dengan mobil) untuk
diagnosis pastinya, kita perlu melakukan foto polos pelvis.

PEMERIKSAAN FISIK

1. keadaan umum : Tampak sakit sedang


2. kesadaran : CM
3. Tanda vital :
a. Tensi darah 110/80 mmHg (Normal)
b. Frek. Nadi : 84 x/menit (Normal)
c. Frek. Napas : 20 x/mnt (Normal)
d. Suhu : 36 C (Normal)
Dari tanda vital tidak ada tanda tanda syok yang diakibatkan oleh perdarahan dari
saluran kemih
4. HEENT dbn tidak terdapat trauma ataupun kelainan pada daerah THT-KL
5. Status Urologi
1) Sudut costovertebrae (ginjal normal)
Inspeksi : masa -/-, jejas -/-
Palpasi : masa -/-, nyeri tekan -/-
Perkusi : nyeri ketok -/-
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai keadaan ginjal pada pasien ini ginjal
pasien, dari pemeriksaan fisik tidak terdapat tanda tanda kelainan/ trauma pada
ginjal biasanya ditandai dengan adanya hematoma/nyeri tekan dan ketuk. (1,2,3,5)

2) Regio suprapubic
Inspeksi : masa (-), jejas (-)
Palpasi : buli-buli penuh ,nyeri tekan (+)

Dari pemeriksaan ini dapat melemahkan hipotesis trauma buli-buli karena pada
pemeriksaan suprapubic teraba buli-buli penuh yang artinya urine masih berada di
dalam buli-buli, pada keadaan rupture buli maka urin akan keluar dari buli-buli,
nyeri tekan yang dirasakan dikarenakan buli-buli teregang secara maksimal.

232 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
3) Genitalia eksternal
Penis: hematoma (-), bengkak (-), nyeri (-), Sekret (+) darah ,OUE letak normal.
Skrotum : benjolan (-), radang (-) Pembesaran (-)
Perineum : benjolann (-), hematoma (-)

Dari pemeriksaan geenitalia eksterna ini kita dapat melemahkan hipotesis rupture
uretra anterior dan juga menguatkan diagnosis rupture uretra posterior.

Melemahkan hipotesis rupture uretra anterior : pada rupture ureetra eksterna kita
akan menemukan gejala has berupa (bloody discharge, retensi urine, hematoma /
butterfly hematoma pada penis scrotum dan perianal) Pada pasien ini kita tidak
menemukan gejala klinis tersebut pada pemeriksaan gennitalia eksterna, jadi
kemungkinan besar perdarahan bukan berasal dari urthra anterior. Disini kita bisa
melemahkan/mencoret hipotesis rupture uretra anterior, unntuk lebih pasti lagi
nanti kita lihat pada pemeriksaan penunjang menggunakan kontras.

Butterfly hematome Hematoma pada penis


Sumber : Dr. Alvarino, Sp.B, Sp.U (K). Trauma Urogenital SMF Urologi RSUP M. Djamil

Menguatkan hipotesis rupture uretra posterior : pada pemeriksaan penis


ditemukan sekret berupa darah dari OUE. Ini merupakan salah satu gejala klinis dari
rupture uretra posterior. Namun pada rupture uretra anterior kita juga dapat
menemukan gambaran perdarahan dari OUE. Pemeriksaan selanjutnya adalah
DRE unntuk melihat apakah ada floating prostat (1,2,3,5)

4) DRE /Rectal touche


TSA Normal, ampula tidak kolaps, mukosa licin, masa (-), floating prostat (+)), batas
atas teraba, sarung tangan darah (-)lendir (-), faeces (-)

233 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
Pada pemeriksaan DRE kita mendapatkan floating prostat, hasil ini sangat
menguatkan hipotesis kita pada rupture uretra, karena Floting prostat merupakan
salah satu gejala klinis khas pada rupture ureetra posterior (bloody discharge,
reetensi urin, floating prostat, ekstravasasi kontras)

Gambar : Floating prostat akibat hematoma pada


kavum retzius dan robeknya ligamentum
puboprostatikum yang mengakibatkan prostat
terdorong ke kranial

Floating prostat dapat terjadi


Fraktur pelvis dan sobekan pada pembuluh darah yang berada di dalam cavum pelvis
menyebabkan hematoma yang luas di cavum retzius sehingga ligamentum pubo
prostatikum ikut tersobek, prostat akan terangkat ke arah cranial sehingga teraba
floating prostat.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium darah
Hb : 13 gr/dl
Leukosit : 9000 /Ul
Trombosit : 250000 /mm
(lab darah dalam batas normal)

234 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
2. USG Abdomen
Hepar, lien, ginjal kanan & kiri, Vesica urinary tidak Nampak kelainan*
Tidak terdapat kelainan akibat trauma pada ginjal dan VU melemahkan jipotesis
Trauma VU.
3. Foto pelvis
kesan : fraktur os pelvis ramus pubis
Hipotesis kita bahwa pasien mengalami fraktur benar, dibuktikan dengan
pemeriksaan foto pelvis didapatkan kesan fraktur pada os pelvis ramus pubis
(kemungkinan besar fraktur terjadi karena benturan saat pasien jatuh terduduk.

Gambar : gambaran bagian bagian os Gambar : gambaran radiology tampak


pelvis tampak bagian bawah os pelvis fraktur pada os pelvis ramus pubis inferior
ramus pubis
4. Uretrogram retrogard
Kontras dimasukan melalui uretra. Terdapat ekstravasasi kontras yang masih
terbatas di atas diafragma urogenital*, kontras mengisi ureter prostatica hingga
ke vesical urinary
Kesan : RUPTURE PARTIA URETRA POSTERIOR

Dari pemeriksaan uretrogram yang merupakan gold standard untuk diagnosis


rupture uretra terutama uretra posterior kita sudah dapat mendapatkan diagnosis
pasti berupa rupture partial pada uretra posterior, ini diketahui karena terdapat
ekstravaasasi kontras yang masih terbatas diatas diafragma urogenital, rupture
partial didapatkan karena masih ada kontras yang bisa menuju ke vesical urinary.

Dari pemeriksaan ini, kita juga dapat mencoret hipotesis rupture buli-buli dan
rupture uretra anterior.

Pada rupture buli-buli kontras yang dimaskuan akan mengalami ekstravasasi dari
buli-buli di daerah intraperitonial (kontras terlihat disekitar usus) ataupun

235 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
ekstraperitonial (kontras terlihat didaerah perivesikal).pada pasien ini tidak tampak
keduanya sehingga rupture buli-buli dapat dicoret.

Pada rupture uretra anterior pemeriksaan degan kontras akan menunjukan


ekstravasasi kontras ke daerah vascia bulbosa. Pada pasien ini tidak.

A B
A

Gambar : (A) Proses uretrogram, memasukan kontras


secara retrograde melalui uretra. (B) Rupture partial
uretra posterior,ditandai dengan ekstravasasi
kontras pada ure\etra membrano pars
prostatomembranasea dan kontras masih dapat
mengisi di daerah VU (C) rupture total tampak
ekstravasasi kontras, dan kontras terbatas hanya
sampai pada daerah yang mengalami rupture.

C
A

TATALAKSANA

1. Jika ada indikasi syok : perbaiki hemodinamik (infus IV, jika kehilangan darah massif lakukan
transfuse darah) pasien ini tidak
2. Rujuk spesialis urologi
Tindakan pada ahli urologi :
a. Sistotomi (segera)
Tujuan tindakan untuk diversi urin
b. PER (Primary endoscopy realigmen)
Dilakukan sebelum 1 minggu setelah kejadian. dipasang selama 2 minggu lalu dilepas
Tujuan : untuk mendekatkan kedua uretra yang rupture dengan harapan kedua uretra
dapat menyatu kembali.
c. Uretroplasty 236 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
Dilakukan 3 bulan setelah trauma
3. Rujuk spesialis ortopedi
PROGNOSIS
Dubia et bonam jika mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat.

KOMPLIKASI
1. DINI
1) Jika teradapat perdarahan yang massif, dan tidak mendapat pertolongan segera
untu perbaikan hemodinamik, pasien dapat mengallami syok hingga kematian.
2) Infiltrasi urin ke organ sekitar akibat dari rupture.
3) Infeksi dan jika meluas dapat terjadi sepsis.

2. LANJUT
1) Pada proses penyembuhan luka akibat rupture sering terbentuk jaringan parut
sehingga terjadi striktura uretra.

~good luck~

REFERENSI
1. Purnama, Basuki.2015.Dasar-Dasar Urologi Edisi Ke Tiga. Jakarta; Cv Sagung Seto
2. Daryanto, Besut.2010.Pedoman Diagnosis & Terapi Smf Urologi Rsu Dr Saiful
Anwar.Malang;PDT Urologi
3. Rosenstein Di, & Alsikafi Nf. (2006). Diagnosis And Classification Of Urethral
Injuries. The Urologic Clinics Of North America. 33, 73-85.
4. Drake, R. L., Vogl, W., Mitchell, A. W. M., Gray, H., & Gray, H. (2010). Gray's
Anatomy For Students. Philadelphia, PA, Churchill Livingstone/Elsevier
5. Dr. Alvarino, Sp.B, Sp.U (K). Trauma Urogenital SMF Urologi RSUP M. Djamil
UNAND. Padang
6. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&
uact=8&ved=0ahUKEwje5NDqpsnWAhVBHJQKHc9IDc4QFggzMAE&url=http%3
A%2F%2Furology.iupui.edu%2Fpapers%2Freconstructive_bph%2Fs0094014305001
163.pdf&usg=AFQjCNE6C9U-ZYlbGXYiwcNTJECEHlUU2g
7. http://www.urologimalang.com/?wpfb_dl=18
8. https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&
uact=8&ved=0ahUKEwjm7vPRp8nWAhWKyLwKHVY5A_UQFggmMAA&url=htt
p%3A%2F%2Frepository.unand.ac.id%2F18493%2F2%2FTRAUMA%2520UROGE
NITAL.ppt&usg=AFQjCNH2zi9iyvYRBnbG9Fq9s108K13j_g

237 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
C. BASIC SCIENCE TERKAIT
1. Fisiologi Berkemih atau mekanisme miksi
2. Anatomi uretra dan prostat (pemfiksasi=ligamentum puboprostatikum)
3. Histologi uretra dan prostat (singkat)
4. Anatomi Os Pelvis (Opsional)

238 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
D. PATOFISIOLOGI

Tn. A kecelakaan Lalu Lintas

Pinggang terbentur, jatuh terduduk


trauma benda tumpul

Fraktur pelvis ramus pubis (unstable fracture)

Merobek pembuluh Timbul kerusakan cincin pelvis


darah sekitar pelvis
Nyeri saat
Distorsi sacroiliaca joint dan diastasis menggera
tulang pelvis kan paha
Hematoma di cavum retzii
supra pubic spatium Injury sphincter external di
Ruptur parsial uretra
(retropelvic) Merusak ligament membranobulbouretral
posterior pars prostato-
puboprostatic membranosa
Gangguan fungsi
sfingter eksternal
Prostat tidak lagi intak Ekstravasasi kontras
terbatas di atas
diafragma urogenital Urin sulit keluar

Prostat terangkat Perdarahan sekitar Nyeri saat ingin Retensi urin di


uretra (robek arteri berkemih vesika urinaria
pudendal interna)
Aliran urin
Floating prostat (+) tidak normal

Urin yang
Darah keluar keluar sedikit
melalui uretra Buli-buli
penuh

239 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
1. Narasi.
Pasien mengalami riwayat kecelakaan lalu lintas, pinggang kanan dan kiri
terbentur kemudian jatuh terduduk, dapat berakibat fraktur pada tulang pelvis
khususnya ramus pubis. Fraktur pelvis bisa terbagi stabil dan tidak stabil. Apabila
terjadi gangguan pada sampai membuat ruptur pada uretra berarti fraktur pelvis
pada kasus ini jenis fraktur tidak stabil karna terjadi pergerakan fraktur pelvis.
Pergerakan tulang pelvis membuat kerusakan pada cincin pelvis. Terjadi distorsi
sacroiliaca joint dan diastasis tulang pelvis. Distorsi sacroiliaca joint juga
menyebabkan pasien tidak dapat menggerakkan kakinya. Diastasis tulang pelvis dan
distorsi sacroiliaca joint membuat ruptur parsial uretra posterior pars
prostatomembranosa, merusak ligamen puboprostatik, dan injury sphincter external
di membranobulbouretral.
1) Floating prostat (+) : prostat terlihat terangkat (melayang), disebabkan karena
fraktur pelvis ramus pubis yang diastasis dapat merusak ligament puboprostatic
membuat prostat tidak lagi intak dan fraktur pelvis ramus pubis juga dapat
merobek pembuluh darah sekitar pelvis dan membentuk hematoma di cavum
retzii suprapubic spatium (retropelvic). Sehingga prostat terangkat dan teraba
seperti melayang.
2) Darah keluar dari uretra : darah yang keluar dari uretra berwarna merah segar
dan tak bercampur urin, menandakan bahwa terjadi perdarahan di saluran kemih
bagian bawah atau uretra. Perdarahan disebabkan karena terjadinya ruptur
parsial uretra posterior yang merobek vaskular sekitar uretra.
3) Urin yang keluar sedikit (oliguria) : urin yang dikeluarkan sedikit disebabkan
karena ada aliran urin yang tidak normal yang disebabkan uretra yang ruptur.
Dapat juga karena injury sphincter external di membranobulbouretral sehingga
urin sulit keluar.
4) Buli-buli penuh : vesika urinaria yang penuh menandakan bahwa adanya retensi
urin di dalamnya disebabkan urin yang sulit keluar.

240 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
D. CLINICAL SCIENCE.
Penulis : Pandu Dian W (1510211031)
1. Definisi Trauma Urogenital.
Trauma urogenital merupakan cedera yang mengenai organ urogenitalia,
bisa merupakan cedera dari luar berupa trauma tumpul maupun trauma tajam, dan
cedera iatrogenic akibat tindakan dokter pada saat operasi atau petugas medik yang
lain.
Trauma urogenital meliputi berbagai organ, diantaranya :
1) Trauma Ginjal.
2) Trauma Ureter.
3) Trauma Buli-buli, meliputi :
 Kontusio buli-buli.
 Cedera buli-buli ekstra peritoneal.
 Cedera buli-buli intra peritoneal.
4) Trauma Uretra.
 Trauma Uretra Anterior.
 Trauma Uretra Postrerior.
5) Trauma Penis.

2. Epidemiologi dan Etiologi.


Cedera pada organ urogenital terjadi pada 10% pasien yang menderita
trauma abdominal. Cedera urogenital juga dapat terjadi pada kasus polytrauma dan
terkadang dapat diabaikan. Merkipun trauma urogenital sendiri jarang menyebabkan
keadaan shock, namun jika tidak dikenali sejak dini dapat menyebabkan kejadian
morbiditas dan mortalitas yang signifikan.
 Trauma tumpul merupakan penyebab kejadian cedera tersering dengan angka
hingga 90%.
 Trauma tajam (penetrating trauma) penyebab 20% kejadian Trauma Urogenital
tersering pada wilayah perkotaan.

3. Definisi Trauma Uretra.


Laki-laki dan perempuan memiliki struktur anatomis yang berbeda berkaitan
dengan organ uretra, dimana uretra laki-laki memiliki ukuran yang lebih panjang
dibandingkan uretra perempuan yang hanya berukuran ±4 cm. karena perbedaan
itulah cedera trauma pada uretra perempuan lebih jarang ditemui dibandingkan
cedera uretra yang terjadi pada laki-laki.
Uretra laki-laki dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu, uretra anterior dan
uretra posterior. Membedakan antara segmen anterior dan posterior sangatlah
penting berkaitan dengan penentuan etiologi, diagnosa dan tatalaksana yang harus
segera dilakukan.

241 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
4. Epidemiologi dan Etiologi Trauma Uretra.
 Straddle injury (akibat mengangkang) merupakan penyebab terbanyak dan
tersering kerusakan pada bagian bulbar yang ditemukan sebanyak 85% dari
semua cedera uretra anterior.

242 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
 Fraktur pelvis merupakan penyebab utama dari cedera uretra posterior (80%-
90%).

5. Klasifikasi Trauma Uretra.


Klasifikasi cedera uretra didasarkan pada lokasi cedera (Tabel 3).

Melalui gambaran uretrogram, Colapinto dan McCollum (1976) membagi derajat


cedera uretra posterior dalam 3 jenis :
Derajat Cedera Gambaran Uretrogram
 Uretra posterior utuh  Tidak menunjukkan adanya ekstravasasi
 hanya mengalami peregangan  Uretra hanya tampak memanjang
 Uretra posterior terputus
pada perbatasan prostate-  Ekstravasasi kontras yang masih terbatas diatas
membranasea diafragma urogenitalis
 Diafragma urogenital utuh
Kerusakan pada:
 Uretra posterior  Ekstravasasi kontras meluas hingga di bawah
 Diafragma urogenitalis diafragma urogenitalia sampai ke perineum
 Uretra pars bulbosa

9. Manifestasi Klinik.
1) Cedera Uretra Anterior.
 Perdarahan per-uretra hingga hematuria.
 Robekan pada korpus spongiosumHematom kupu-kupu.
 Retensi urin.

243 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
2) Cedera Uretra Posterior.
(http://accessmedicine.mhmedical.com/data/books/mcan18/mcan18_c018f017.png)
 Perdarahan per-uretram (darah keluar dari meatus eksterna)  harus
dibedakan dengan Hematuria (darah bercampur urin).
 Retensi urine  kontraindikasi kateterisasi.
 Tanda-tanda pasca trauma.

(https://myradnotes.files.wordpress.com/2010/03/screen-shot-2010-03-31-at-3-51-55-
pm.png)
7. Diagnosis.
1) Pemeriksaan Cedera Uretra Anterior.
 Palpasi regio suprapubic : Buli-buli penuh (retensi urin).
 Genitalia Eksterna : Ditemukan sekret darah bercampur urin yang cukup
banyak (hematuria).
 Uretrografi Retrogard : Ekstravasasi kontras di pars bulbosaKontusio uretra.
2) Pemeriksaan Cedera Uretra Posterior.
 Palpasi regio suprapubic: Buli-buli penuh (retensi urin).
 Genitalia Eksterna: Ditemukan sekret darah (menetes).
 Digital Rectal Examination: Floating prostate.

244 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
 Cedera uretra posterior terjadi sebagai akibat dari adanya gaya geser pada
prostatomembranosa junction sehingga prostat terlepas dari fiksasi pada
diafragma urogenitalia. Dengan adanya pergeseran prostat, maka uretra
pars membranasea teregang dengan cepat dan kuat. Uretra posterior
difiksasi pada dua tempat yaitu fiksasi uretra pars membranasea pada
ramus ischiopubis oleh diafragma urogenitalia dan uretra pars prostatika ke
simphisis oleh ligamentum puboprostatikum (Rosentein. 2006).
 Uretrografi retrogard: Elongasi uretra atau ekstravasasi kontras pada prostato
membranasea.

8. Algoritma.
1) Trauma uretra tumpul.

(http://accessmedicine.mhmedical.com/data/books/ston7/ston7_c026f001.png)

245 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
2) Fraktur.

(http://www.brazjurol.com.br/pdf/imagens/Grafico%20Santucci%201.gif)

9. Terapi.
Ruptur uretra posterior umumnya diikuti oleh trauma mayor pada organ lain dengan
perdarahan. Oleh karena itu sebaiknya tidak perlu melakukan tindakan invasive
berlebihan yang dapat memperparah kerusakan uretra.
 Perdarahan diatasi dengan pemasangan infus dan pemberian cairan elektrolit.
Perdarahan terbuka dan tertutup memiliki mekanisme terapi yang berbeda.
 Sistosomi.
 Untuk diversi urin yang terjebak akibat retensi urin.
 Kateter wajib diganti setiap 2 minggu hingga dikerjakan operasi definitive.
 Primary Endoscopic Realignment (PER).
 Pemasangan kateter uretra sebagai splint melalui tuntunan uretroskopi.
 Kateter dipertahankan selama 2 minggu.
 Uretroplasti.
Dilakukan setelah 3 bulan pasca trauma dengan asumsi bahwa jaringan parut
telah stabil dan matang sehingga kecil kemungkinan terjadi komplikasi pasca
operasi.

246 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
10.Komplikasi.
 Dini :
 Perdarahan.
 Infeksi.
 Lanjut :
 Striktura Uretra (12% - 15%).
 Disfungsi Ereksi (13% - 30%).
 Inkontinesia Urin (2% - 4%).

11.Prognosis.
Trauma pada uretra jarang mengancam nyawa. Namun demikian tenaga
kesehatan harus segera mempertimbangkan rujukan kepada urologis atau
ginekologis untuk terapi spesifik lanjutan yang harus dilakukan sesuai dengan
kompetensi yang dikuasai.

REFERENSI
1. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. 2011. Purnomo, Basuki B. Jakarta: Sagung Seto
2. Current Diagnosis & Treatment Emergency Medicine 7th Edition. 2011. Stone, Keith.
Lange
3. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21782071
4. http://www.scielo.br/pdf/ibju/v34n6/v34n6a17.pdf
5. https://www.scribd.com/doc/310867434/patofisilogi-prostat-melayang

247 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
E. PENYAKIT TERKAIT.
1. Trauma Ureter. Penulis : A. Alfat Hidayat (1510211028)
1) Definisi.
Trauma yg menyebabkan cedera pada ureter.
2) Epidemiologi.
 1% dari seluruh cedera traktus urogenitalia.
 Biasanya terjadi karena akibat pasca operasi
3) Etiologi.
 Trauma tumpul dan tajam.
 Trauma iatrogenic : operasi endeorologi transureter (ureteroskopi atau
uterenoskopi, ekstraksi batu dengan dormia atau litotripsi batu ureter), dan
operasi daerah pelvis (diantaranya adalah operasi ginekologi, bedah digestif,
atau vaskular).
4) Gejala Klinik.
 Hematuria.
 Anuria jika cedera ureter cidera bilateral.
5) Klasifikasi.
 Grade I  Hematoma; contusion or hematoma without devascularization.
 Grade II  Laceration; less than 50% transaction.
 Grade III Laceration; 50% or greater transaction.
 Grade IV Laceration; complete transection with less than 2 cm of
devascularization.
 Grade V Laceration; avulsion with greater than 2 cm of devascularization
6) Diagnosis.
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik :
Kecurigaan adanya cedera ureter pada trauma adalah adanya hematuria pasca
trauma. Sedangkan kecurigaan akibat cedera ureter iatrogenic.
Pemeriksaaan Penunjang :
Pada pemeriksaan IVU tampak ekstravasasi kontras ataukontras berhenti daerah
lesi terdapat deviasi ke lateral karena hematoma atau urinoma.

248 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
7) Tatalaksana.
 Ureter saling disambung (anastomosis end to end). Teknik ini dipilih jika
kedua ujung distal dan oproksimal dapat didekatkan tanpat tegangan
(tension).

249 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
 Implantasi ureter ke buli – buli (flap boari).

 Transuretero – ureterotomi.

REFERENSI
1. Dasar-Dasar Urologi Edisi Ketiga. 2011. Purnomo, Basuki B. Jakarta: Sagung Seto

250 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
2. Trauma Vesika Urinaria. (Jeni Friska – 1510211016)
1) Definisi.
Trauma kandung kemih adalah cidera yang terjadi pada kandung kemih yang
diakibatkan oleh kecelakaan atau trauma iatrogenik (Salam, 2013).
Trauma kandung kemih adalah trauma yang terjadi pada kandung kemih
(vesica urinaria) yang diakibatkan patahnya tulang panggul dan beberapa
hantaman keras ke arah abdomen bagian bawah ketika kandung kemih terisi
penuh (Smeltzer & Bare, 2001).
Cedera kandung kemih adalah cedera pada kandung kemih yang terjadi
akibat trauma tumpul dan penetrasi dan bervariasi menurut isi kandung kemih
sehingga bila kandung kemih penuh akan lebih mungkin untuk menjadi terluka
dari pada saat kosong (Mutaqqin & Sari, 2011).
Dari beberapa definisi diatas, dapat kita simpulkan bahwa trauma kandung
kemih adalah trauma yang menciderai kandung kemih yang terjadi diakibatkan
oleh trauma tumpul dan trauma tajam baik itu oleh kecelakaan ataupun trauma
iatrogenik (kesalahan medis).
2) Etiologi.
 Trauma tumpul pada panggul.
 Tenaga tumpul mendadak atas massa urinaria yang terbendung di dalam
kandung kemih yang menyebabkan rupture.
 Trauma tembus seperti luka tembak dan luka tusuk oleh senjata tajam.
 Cedera dari luar.
 Cedera iatrogenik.
 Pascaintervensi bedah dari ginekologi, urolodi, dan operasi ortopedi di
dekat kandung kemih.
 Patah tulang panggul.
 Pecahan-pecahan tulang panggul yang berasal dari fraktur dapat menusuk
kandung kemih.
3) Patofisiologi.
Trauma vesikaurinaria terbanyak karena kecelakaan lalu lintas/kecelakaan
kerja yang menyebabkan fragmen patah tulang pelvis mencederai buli-buli.
Trauma vesika urinaria tumpul dapat menyebabkan rupture buli-buli terutama
bila kandung kemih penuh atau terdapat kelainan patelegik sepetrti tuberculosis,
tumor atau obstruksi sehingga menyebabkan rupture. Trauma vesika urinaria
tajam akibat luka trusuk atau luka tembak lebih jarang ditemukan. Luka dapat
melalui daerah suprapubik ataupun transperineal dan penyebablain adalah
instrumentasi urologic.Fraktur tulang panggul dapat menimbulkan kontusio atau
rupture kandung kemih, pada kontusio buli-buli hanya terjadi memar pada
dinding buli-buli dengan hematuria tanpa eksravasasi urin. Ruptur kandung kemih
dapat bersifat intraperitoneal atau ekstraperitoneal. Rupture kandung kemih
ekstraperitoneal biasanya akibat tertusuk fragmen fraktur tulang pelvis pada

251 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
dinding depan kandung kemih yang penuh. Pada kejadian ini terjadi ekstravasasi
urin dari rongga perivesikal.
4) Klasifikasi.
a. Rupture ekstaperitoneal kandung kemih.
Ruptur ekstraperitoenal biasanya berhubungan dengan fraktur panggul (89%-
100%). Sebelumnya , mekanisme cidera diyakini dari perforasi langsung oleh
fragmen tulang panggul. Tingkat cidera kandung kemih secara langsung
berkaitan dengan tingkat keparahan fraktur.
b. Rupture kandung kemih intraperitoneal.
Rupture kandung kemih intraperitoneal digambarka sebagai masuknya urine
secara horizontal kedalam kompartemen kadung kemih.mekanisme cidera
adalah peningkatan tingkat tekanan intravesikel secara tiba-tiba kekandung
kemih yang penuh. Kekuatan daya trauma tidak mampu ditahan oleh
kemampuan dinding kandung kemih sehingga terjadi perforasi dan urine
masuk kedalam peritoneum.
c. Kombinasi rupture intraperitoneal dan ekstraperitoneal.
Mekanisme cedera penetrasi memungkinkan cidera menembus kandung kemih
seperti peluru kecepatan tinggi melintasi kandung kemih atau luka tusuk
abdominal bawah. Hal itu akan menyebabkan intraperitoneal,
ekstraperitoneal, cidera, atau gabungan kandung kemih.
5) Manifestasi Klinis.
 Fraktur tulang pelvis disertai perdarahan hebat.
 Abdomen bagian tempat jejas/hemato.
 Tidak bisa buang air kecil kadang keluar darah dari uretra.
 Nyeri suprapubik.
 Ketegangan otot dinding perut bawah.
 Trauma tulang panggul.
6) Pemeriksaan Panggul.
a. Uroflowmetri.
Uroflowmetri adalah alat untuk mengetahui pancaran urin secara obyektif.
Derasnya pancaran diukur dengan membagi volume urin saat berkemih, dibagi
dengan lama proses berkemih. Kecepatan pancaran normal adalah 20 ml/detik.
Jika kecepatan pancaran <10 ml/detik menandakan adanya obstruksi.
b. Uretrigram Retrograde.
Dilakukan uretrigram retrograde untuk mengevaluasi cedera uretral. Klien
dilakukan kateterisasi setelah uretrogram untuk meminimalkan risiko
gangguan uretral dan komplikasi jangka panjang yang luas, seperti striktur,
inkontinensia (tidak dapat menahan berkemih) dan impoten.
c. USG (Ultrasonografi)
USG cukup berguna dalam mengevaluasi striktur pada pars bulbosa. Dengan
alat ini kita juga bisa mengevaluasi panjang striktur dan derajat luas jaringan

252 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5
parut, contohnya spongiofibrosis. Ini membantu kita memilih jenis tindakan
operasi yang akan dilakukan kepada pasien. Kita dapat mengetahui jumlah
residual urin dan panjang striktur secara nyata, sehingga meningkatkan
keakuratan saat operasi
d. MRI (Magneting Resonance Imaging)
MRI sebaiknya dilakukan sebelum operasi karena dapat mengukur secara pasti
panjang striktur, derajat fibrosis, dan pembesaran prostat. Namun, alat ini
belum tersedia secara luas dan biayanya sangat mahal sehingga jarang
digunakan (Suharyanto, 2009).
7) Laboratorium Diagnostik.
a. Hematokrit menurun.
b. Cystografimenunjukkan ekstravasase urine, vesika urinaria dapat pindah atau
tertekan.
8) Tatalaksana.
 Atasi syok dan perdarahan.
 Istirahat baring sampai hematuri hilang.
 Bila ditemukan fraktur tulang punggung disertai ruftur vesica urinaria intra
peritoneal dilakukan operasi sectio alta yang dilanjutkan dengan laparatomi.
9) Komplikasi.
 Urosepsis.
Keracunan septic dari penahanan dan absorbs substansi urin
 Anemia.

253 | S M A R T M O D U L E 2 0 1 5

Anda mungkin juga menyukai