Anda di halaman 1dari 4

‫الر ِحيْم‬

َّ ‫الر ْحمٰ ِن‬


َّ ِ‫ّٰللا‬
ّٰ ‫بِ ْس ِم‬
Baca 21+1x
Al-hākumut-takāṡur ‫اَ ْل ٰهى ُك ُم الت َّ َكاث ُ ُر‬
Ḥattā zurtumul-maqābir ‫َحتّٰى ُز ْرت ُ ُم ْال َمقَابِ َر‬
Kallā saufa ta'lamụn َ‫ف ت َ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫س ْو‬ َ ‫َك ََّّل‬
Ṡumma kallā saufa َ‫ف ت َ ْعلَ ُم ْون‬ َ ‫س ْو‬ َ ‫ث ُ َّم َك ََّّل‬
ta'lamụn
Kallā lau ta'lamụna 'ilmal- ‫َك ََّّل لَ ْو ت َ ْعلَ ُم ْونَ ِع ْل َم ْاليَ ِقي ِْن‬
yaqīn
Latarawunnal-jaḥīm ‫لَت َ َر ُو َّن ْال َج ِحي َْم‬
Ṡumma latarawunnahā ‫عيْنَ ْاليَ ِقي ِْن‬ َ ‫ث ُ َّم لَت َ َر ُونَّ َها‬
'ainal-yaqīn
Ṡumma latus`alunna َ ‫ث ُ َّم لَت ُ ْسـَٔلُ َّن يَ ْو َم ِٕى ٍذ‬
‫ع ِن النَّ ِعي ِْم‬
yauma`iżin 'anin-na'īm
Berkunjung ke Pasar
Sepulang sekolah, Udin, Dayu, dan Beni berkunjung ke pasar di dekat
sekolah mereka. Beni ingin membeli sapu ijuk titipan ibunya. Hari itu
pasar keliatan lebih ramai dari biasanya. Ketiga anak itu masuk ke pasar
bagian dalam dan mencari penjual sapu ijuk. Tak berapa lama, Udin
menutup hidung dan mengernyitkan dahinya. Ia tak kuat menahan bau
menusuk yang datang dari sampah berantakan di pasar itu.
Dayu dan Beni juga ikut menutup hidung mereka dan berlalu dengan
cepat dari situ. Untungnya penjual sapu ijuk segera terlihat. Mereka pun
mendatanginya dan segera membeli sapu ijuk itu. Untuk keluar pasar,
mereka harus melewati los ikan, daging, dan ayam. Di sini ketiga anak
tersebut semakin takjub karena selain tercium bau amis, sampah sisa
hewan yang dijual juga berserakan di bawah.
“Beni, ayo kita segera pergi dari sini. Aku sudah nggak tahan dengan
baunya,” bisik Udin, khawatir ada penjual di situ yang mendengar
perkataannya.
“Iya, Udin. Ayo, kita pergi! Tukang ikan belum keliatan, ya?” sahut Beni.
Dayu mengikuti kedua temannya dari belakang.
“Mengapa baunya bisa kayak gini ya, teman-teman?” tanya kata Dayu.
“Sepertinya, keadaan ini karena banyak sekali sampah yang tidak
dibuang di tempatnya, sehingga menimbulkan bau busuk. Aku kuatir,
pembeli bias sakit”
“Wah, kalau seperti ini terus, bisa-bisa nanti terjadi banjir karena aliran
air tidak lancar,” keluh Udin. “Apa yang harus kita lakukan, ya, teman-
teman?”
“Salah satunya kita harus membuang sampah pada tempatnya,” jawab
Beni. Dalam hati, mereka tidak ingin hal seperti ini terjadi di lingkungan
mereka. Hari itu, Dayu, Beni, dan Udin mendapat pengalaman berharga
dengan pengamatan mereka di pasar tadi.

Nama : Thiara Hafiza


Kelas : XI MIPA 2
Semut Yang Pindah Rumah
“Maju.. maju..dia mendekat, cepatlah..kita harus selamat sampai di sana..” Begitulah
suara riuh-riuh kecil yang kudengar sejak dari tadi aku bangun tidur. Meraka keluar
dari kediaman pertama mereka, berbaris entah itu menuju kemana. Perjalanan
mereka yang begitu panjang, membuat mereka takut akan terjadi sesuatu.

Aku yang langsung kaget melihat mereka, dapatkah engkau bayangkan ketika
bangun tidur mereka berbaris di dinding, sedangkan wajahku mengahadap kesana.
Sontak aku langsung kaget, saat itu juga rasa ngantukku hilang, padahal awalnya
aku malas sekali untuk bangun. Rasa takut meghampiriku. Tapi, lama-lama rasa itu
mulai hilang, aku mulai memperhatikan mereka dengan seksama, apa yang mereka
pikirkan? Mengapa mereka tampak terlalu tergesa-gesa berjalan?
Mungkin mereka mengira bahwa aku adalah raksasa jahat yang akan mengganggu
mereka.. hmm.. Mereka terlalu berprasangka buruk terhadapku, tapi lama-kelaman
pasukan mereka bertambah sampai- sampai ratu mereka juga keluar. Aku yang
tadinya niat tidak akan mengganggu mereka mulai berubah pikiran, sepertinya
mereka yang akan menakut-nakutiku.
Aku beraksi, aku ambil minyak angin aku semburkan pada mereka, sontak mereka
berkeliaran tak tau arah lagi. Aku mulai prihatin, banyak di antara mereka keluar
dari jalur yang ada, kehilangan arah kerena semburan tadi. Hidup mereka memang
sulit. Ada saja yang mengganggu mereka di tengah perjalanan. Tidak lama kemudian
mereka mulai terarah lagi, telah berbaris dan jalan ke tempat tujuan awal mereka,
mereka mencari jalan baru yang tidak terkontaminasi dengan minyak angin tadi.
Aku menyerah untuk menganggu mereka. Aku biarkan mereka menuju ke tempat
yang lebih nyaman, perlahan aku tau ternyata mereka berjalan menuju rumah baru
yang lebih aman dari rumah sebelumnya. Ratu mereka memerintahkan untuk pindah
karena tempat yang lama di rasa sudah tidak memberikan perlindungan bagi meraka
lagi. Perjalanan mereka yang jauh akhirnya bermuara pada tempat yang lebih baik
dari sebelumnya, disana mereka kembali menata kehidupan mereka.

Amanat: Dari kisah semut tadi aku belajar perjalanan hidup yang mahal harganya.
Dimana saat kita telah mengusahakan sesuatu katakanlah itu impian kita, maka jika
di tengah perjalanan dalam menggapai impian itu kita jatuh. Langsung bangkit,
temukan jalan lain yang lebih baik untuk menggapainya. Karena jika kita tetap diam,
kita akan ketinggalan dan impian itu semakin jauh dari kita, kehidupan akan terus
berlanjut meskipun tanpa kita.

Nama : Wadiiah Nurfadhilah Cerpen karangan : Devi Yulia Rahmi


Kelas : XI MIPA 2

Anda mungkin juga menyukai