PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara mendadak
pada kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat pengendapan
kompleks antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus. Kompleks biasanya
terbentuk 7-10 hari setelah infeksi faring atau kulit oleh streptokokus
(glomerulonefritis pascastreptokokus), tetapi dapat juga timbul setelah infeksi
lain. Glomerulonefritis akut lebih sering terjadi pada laki-laki (2:1), walaupun
dapat terjadi pada semua usia, tetapi biasanya dapat berkembang pada anak-
anak dan sering pada anak usia 6-10 tahun.
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus timbul
setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan oleh kuman
Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25, 49. Sedang tipe
2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit 8-14 hari setelah infeksi
streptokokus, timbul gejala-gejala klinis. Infeksi kuman streptokokus beta
hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya glomerulonefritis akut paska
streptokokus berkisar 10-15%.
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan
tekanan darah umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah
menjadi normal pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan makroskopik
dapat menetap selama 4-6 minggu. Hitung Addis menunjukan kenaikan
jumlah eritrosit untuk 4 bulan atau lebih, dan LED meninggi terus sampai
kira-kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine dan menetap untuk beberapa
bulan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
2. Apa etiologi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
3. Apa tanda dan gejala dari Glomerulusnefritis Akut (GNA)?
4. Bagaimana patofisiologi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
5. Bagaimana pemeriksaan fisik dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
8. Apa saja komplikasi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
9. Bagaimana prognosis dari Glumerulonefritis Akut (GNA)?
10. Bagaimana gambaran asuhan keperawatan dari Glumoerulonefritis Akut
(GNA)?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran Glumorulonefritis Akut (GNA) dan
asuhan keperawatan dari glomerulonefritis Akut (GNA)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
b. Untuk mengetahui etiologi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
c. Untuk mengetahuitanda dan gejala dari Glomerulusnefritis Akut
(GNA)?
d. Untuk mengetahui patofisiologi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
e. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dari Glomerulonefritis Akut
(GNA)?
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Glomerulonefritis Akut
(GNA)?
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Glomerulonefritis Akut
(GNA)?
h. Untuk mengetahui komplikasi dari Glomerulonefritis Akut (GNA)?
i. Untuk mengetahui prognosis dari Glumerulonefritis Akut (GNA)?
j. Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan dari
Glumoerulonefritis Akut (GNA)?
BAB II
PEMBAHASAN
D. TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Glomerulonefritis akut adalah peradangan glomerulus secara
mendadak pada kedua ginjal. Peradangan akut glomerulus terjadi akibat
pengendapan kompleks antigen antibodi di kapiler-kapiler glomerulus.
Kompleks biasanya terbentuk 7-10 hari setelah infeksi faring atau kulit
oleh streptokokus (glomerulonefritis pascastreptokokus), tetapi dapat
juga timbul setelah infeksi lain. Glomerulonefritis akut lebih sering
terjadi pada laki-laki (2:1), walaupun dapat terjadi pada semua usia,
tetapi biasanya dapat berkembang pada anak-anak dan sering pada anak
usia 6-10 tahun.
Glomerulonefritis Akut (GNA) ialah reaksi imunologis pada ginjal
terhadap bakteri atau virus tertentu. Yang sering terjadi ialah akibat
infeksi kuman streptokok. Sering ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada
awal usia sekolah). Lebih sering mengenai anak laki-laki dari pada
wanita dengan perbandingan 2 : 1.
Glumerolunefritis adalah gangguan pada ginjal yang ditandai
dengan peradangan pada kapiler glumerulus yang fungsinya sebagai
filtrasi cairan tubuh dan sisa-sisa pembuangan.
2. Etiologi
Sebagian besar (75%) glomerulonefritis akut paska streptokokus
timbul setelah infeksi saluran pernapasan bagian atas, yang disebabkan
oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A tipe 1, 3, 4, 12, 18, 25,
49. Sedang tipe 2, 49, 55, 56, 57 dan 60 menyebabkan infeksi kulit 8-14
hari setelah infeksi streptokokus, timbul gejala-gejala klinis. Infeksi
kuman streptokokus beta hemolitikus ini mempunyai resiko terjadinya
glomerulonefritis akut paska streptokokus berkisar 10-15%.
Streptococcus ini dikemukakan pertama kali oleh Lohlein pada
tahun 1907 dengan alasan bahwa :
a. Timbulnya GNA setelah infeksi skarlatina
b. Diisolasinya kuman Streptococcus beta hemolyticus golongan A
c. Meningkatnya titer anti-streptolisin pada serum penderita.
Mungkin faktor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor
alergi mempengaruhi terjadinya GNA setelah infeksi dengan kuman
Streptococcuss. Ada beberapa penyebab glomerulonefritis akut, tetapi
yang paling sering ditemukan disebabkan karena infeksi dari
streptokokus, penyebab lain diantaranya:
a. Bakteri : streptokokus grup C, meningococcocus, Sterptoccocus
Viridans, Gonococcus, Leptospira, Mycoplasma Pneumoniae,
Staphylococcus albus, Salmonella typhi, dll.
b. Virus : hepatitis B, varicella, vaccinia, echovirus, parvovirus,
influenza, parotitis epidemika, dll.
c. Parasit : malaria dan toksoplasma.
4. Patofisiologi
Kasus klasik Glomerulonefritis Akut (GNA) terjadi setelah infeksi
streptokokus pada tenggorokan atau pada kulit sesudah masa laten 1
sampai 2 minggu. Organisme penyebabnya adalah streptokokus beta
hemolitikum grup A tipe 12 atau 4 dan 1. Pada dasarnya bukan
streptokokuslah yang menjadi penyebab utama rusaknya glomerulus pada
GNA. Diduga penyebab kerusakan ini dikarenakan adanya kompleks
antigen-antibodi dari streptokokus yang ada di dalam sirkulasi darah
masuk ke dalam sirkulasi glomerulus. Saat kompleks tersebut ada
didalam sirkulasi glomerulus secara mekanis tersebut terperangkap dalam
Grolerulus Basal Membrane (GBM). Selanjutny komplemen akan
memfiksasi kompleks tersebut dan akan mengakibatkan lesi dan proses
peradangan yang menarik leukosit polimerfonukler (PMP) dan trombosit
menuju tempat lesi. Fagositosit dan pelepasan enzim lisosom berperan
merusak endotel dan GBM sehingga sebagai respon dari lesi terjadi
poliferasi endotel, sel mesangeal dan epitel. Hal ini menyebabkan
kebocoran pada glomerulus, sehingga protein dan arah dapat keluar ke
dalam urin disebut juga dengan proteinuria dan hematuria.
Patofisiologi berdasarkan gejala sebagai berikut:
a. Kelainan urinalisis: proteinuria dan hematuria
Kerusakan dinding kapiler glomerulus sehingga menjadi lebih
permeable dan porotis terhadap protein dan sel-sel eritrosit, maka
terjadi proteinuria dan hematuria.
b. Edema
Mekanisme retensi natrium dan edema pada glomerulonefritis tanpa
penurunan tekanan onkotik plasma. Hal ini berbeda dengan
mekanisme edema pada sindrom nefrotik. Penurunan faal ginjal
yaitu laju filtrasi glomerulus (LGF) tidak diketahui sebabnya,
mungkin akibat kelainan histopatologis (pembengkakan sel-sel
endotel, proliferasi sel mesangium, oklusi kapiler-kaliper)
glomeruli. Penurunan faal ginjal LFG ini menyebabkan penurunan
ekskresi natrium Na+ (natriuresis), akhirnya terjadi retensi natrium
Na+. Keadaan retensi natrium Na+ ini diperberat oleh pemasukan
garam natrium dari diet. Retensi natrium Na+ disertai air
menyebabkan dilusi plasma, kenaikan volume plasma, ekspansi
volume cairan ekstraseluler, dan akhirnya terjadi edema.
c. Hipertensi
1) Gangguan keseimbangan natrium (sodium homeostasis)
Gangguan keseimbangan natrium ini memegang peranan dalam
genesis hipertensi ringan dan sedang.
2) Peranan sistem renin-angiotensin-aldosteron biasanya pada
hipertensi berat. Hipertensi dapat dikendalikan dengan obat-
obatan yang dapat menurunkan konsentrasi renin, atau tindakan
nefrektomi.
3) Substansi renal medullary hypotensive factors, diduga
prostaglandin. Penurunan konsentrasi dari zat ini menyebabkan
hipertensi
Pathway Glomerulonefritis Akut (GNA)
Streptococus A
Dekubitus
Nyeri akut
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan
derajat penurunan faal ginjal. Pemeriksaan ureum, kreatinin serum
dan asam urat serum sudah cukup memadai sebagai uji saring untuk
faal ginjal.
b. Foto polos abdomen
c. Ultrasonografi (USG)
d. Nefrotomogram
e. Pieolografi retrograde
f. Pielografi antegrade
g. Micturating Cysto Urography (MCU)
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian penisilin pada fase akut. Pemberian antibiotika ini
tidak mempengaruhi beratnya glomerulonefritis, melainkan
mengurangi menyebarnya infeksi Streptococcus yang mungkin
masih ada. Pemberian penisilin ini dianjurkan hanya untuk 10
hari, sedangkan pemberian profilaksis yang lama sesudah
nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak dianjurkan
karena terdapat imunitas yang menetap. Secara teoritis seorang
anak dapat terinfeksi lagi dengan kuman nefritogen lain, tetapi
kemungkinan ini sangat kecil sekali. Pemberian penisilin dapat
dikombinasi dengan amoksislin 50 mg/kg BB dibagi 3 dosis
selama 10 hari. Jika alergi terhadap golongan penisilin, diganti
dengan eritromisin 30 mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis.
2) Pengobatan terhadap hipertensi. Pemberian cairan dikurangi,
pemberian sedativa untuk menenangkan penderita sehingga
dapat cukup beristirahat. Pada hipertensi dengan gejala serebral
diberikan reserpin dan hidralazin. Mula-mula diberikan reserpin
sebanyak 0,07 mg/kgbb secara intramuskular. Bila terjadi
diuresis 5-10 jam kemudian, maka selanjutnya reserpin diberikan
peroral dengan dosis rumat, 0,03 mg/kgbb/hari. Magnesium
sulfat parenteral tidak dianjurkan lagi karena memberi efek
toksis.
3) Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah dengan beberapa cara misalnya
dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan usus
(tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas
tidak dapat dilakukan oleh karena kesulitan teknis, maka
pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan adakalanya
menolong juga.
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Istirahat mutlak selama 3-4 minggu. Dulu dianjurkan istirahat
mutlah selama 6-8 minggu untuk memberi kesempatan pada
ginjal untuk menyembuh. Tetapi penyelidikan terakhir
menunjukkan bahwa mobilisasi penderita sesudah 3-4 minggu
dari mulai timbulnya penyakit tidak berakibat buruk terhadap
perjalanan penyakitnya.
2) Makanan. Pada fase akut diberikan makanan rendah protein (1
g/kgbb/hari) dan rendah garam (1 g/hari). Makanan lunak
diberikan pada penderita dengan suhu tinggi dan makanan biasa
bila suhu telah normal kembali. Bila ada anuria atau muntah,
maka iberikan IVFD dengan larutan glukosa 10%. Pada
penderita tanpa komplikasi pemberian cairan disesuaikan dengan
kebutuhan, sedangkan bila ada komplikasi seperti gagal jantung,
edema, hipertensi dan oliguria, maka jumlah cairan yang
diberikan harus dibatasi. Panduan diet :
a) Protein: 1-2 gram/kg BB/ hari untuk kadar Ureum normal,
dan 0,5-1 gram/kg BB/hari untuk Ureum lebih dari atau sama
dengan 40 mg%.
b) Garam: 1-2 gram perhari untuk edema ringan, dan tanpa
garam bila anasarka.
c) Kalori: 100 kalori/kgBB/hari.
d) Intake cairan diperhitungkan bila oligouri atau anuri, yaitu:
Intake cairan = jumlah urin + insensible loss (20-
25cc/kgBB/hari + jumlah kebutuhan cairan setiap kenaikan
suhu dari normal [10cc/kgBB/hari]).
8. Komplikasi
a. Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi
sebagia akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperkalemia, hiperfosfatemia
dan hidremia. Walau aliguria atau anuria yang lama jarang terdapat
pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum
kadang-kadang di perlukan.
b. Ensefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena
hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh darah
lokal dengan anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanand arah yang bukan saja
disebabkan spasme pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh
bertambahnya volume plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi
gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium.
d. Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis
eritropoetik yang menurun.
e. Gagal ginjal akut
f. Gagal jantung
g. Edema paru
9. Prognosis
Gajala fisik menghilang dalan minggu ke-2 atau minggu ke-3 dan
tekanan darah umumnya menurun dalam waktu 1 minggu. Kimia darah
menjadi normal pada minggu ke-2. Hematuria mikroskopik dan
makroskopik dapat menetap selama 4-6 minggu. Hitung Addis
menunjukan kenaikan jumlah eritrosit untuk 4 bulan atau lebih, dan LED
meninggi terus sampai kira-kira 3 bulan. Protein sedikit dalam urine dan
menetap untuk beberapa bulan. Eksaserbasi kadang-kadang terjadi
akibat infeksi akut selama fase penyembuhan, tetapi umumnya tidak
mengubah proses penyakitnya. Pasien tetap menunjukan kelainan urine
salama 1 tahun dianggap menderita glomerulonefritis kronik, walaupun
dapat terjadi penyembuhan sempurna. Laju endap darah (LED)
digunakan untuk mengukur progresivitas penyakit ini karena umumnya
tetap meninggi pada kasus-kasus yang menjadi kronik. Diperkirakan 95%
akan sembuh sempurna, 2% meninggal selama fase akut dari penyakit ini
dan 2% menjadi glomerulonefritis kronik.
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. M
Tempat/tgl lahir :Banjarmasin, 10 Juli 2005
Usia :14 Tahun
Pekerjaan Ayah :Pedagang
Pekerjaan Ibu :Ibu Rumah Tangga
Alamat :Handil Bakti
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Pendidikan Ayah :SMP
Pendidikan ibu :SD
Tanggal masuk : 22 November 2019
Tanggal pengkajian : 9 Desember 2019
Keterangan :
: Laki-Laki : Perempuan
: Meninggal
Ibu pasien mengatakan pasien tinggal bersama ayah, ibu dan adiknya.
4. Status cairan
Infus RL 12 TPM
5. Obat-obatan
Dosis Tempat
Nama Obat Banyaknya Indikasi obat
obat pemberian
Captopril 25 mg 3x Oral Merupakan salah satu
obat penurun tekanan
darah
Ceftriaxon 4 mg 2x Injeksi IV Digunakan untuk
mengatasi berbagai
infeksi bakteri
Antrain 100 mg m/p Injek IV Obat yang mengandung
natrium metamizole.
Metamizole sendiri
merupakan obat
analgetik, antispomedik,
dan antiperiteik untuk
meringankan rasa sakit,
seperti sakit gigi, sakit
kepala, nyeri sendi,
myeri otot, nyeri
disminore (haid) dll.
Prednison - - Oral Adalah obat golongan
kortikosteroid yang
berfungsi untuk
mengurangi peradangan
dalam kondisi medis
seperti, asma, artritis,
kelainan system
kekebalan tubuh,
kelainan darah,
gangguan paru- paru dan
pernafasan, alergi parah,
penyakit persendian dan
otot.
Nefidepine 10 mg - Oral Untuk mencegah
beberapa nyeri dada
tertentu (angina)
HCT 6,25 1x (pagi) Oral Untuk mengobati
2 tekanan darah tinggi
bungkus dan dapat mencegah
stroke, serangan jantung
dan masalah ginjal.
Atharvastatin 20 mg 1x (malam) Injeksi IV Adalah obat yang
digunakan untuk
menurunkan kolesterol
jahat (LDL) dan
trigliserida , serta
meningkatkan jumlah
kolesterol baik (HDL).
6. Aktivitas
Pasien mengatakan pasien lebih senang berbaring di tempat tidur pasien
dan menonton televisi
7. Tindakan keperawatan
- Mengontrol perkembangan klien
- Mengobservasi tanda-tanda vital dan keadaan umum
- Mengevaluasi hipertensi
8. Hasil laboratorium
Hasil pemeriksaanHematologi
Pemeriksaan Hasil Normal
Lekosit 17,8 4.8 – 10.8
Eritrosit 4.32 4.7 – 6.1
Hemoglobin 11.9 14 – 18
Hematokrit 33.8 42 – 52
MCV 78.2 79 – 99
Hasil Echocaerdiografi
M-Mode Normal
AO 22 mm 22-36 mm
LA 29 mm 27-41 mm
RVDd - <30 mm
TAPSE 24 mm 16-20 mm
EPSS - <5.5 mm
E/A 1.2 -
IVsd 6 mm 6-10 mm
LVPWd 8 mm 6-10 mm
IVss 12 mm -
LVIDs 31 mm 25-40 mm (L) 38-53
mm (p)
LVPWs 8 mm 6-10 mm
LVEF (Teichz) >70 % 50-72%
LVFS 40 % 26-44 %
LVMi 84 g/m2 49-115 g/m2 (L)
Deskripsi :
Kesimpulan :
LV Konsentrik Remodelling
Efusi Pericardium ringan
X. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Pasien tampak sakit sedang
Tanda Vital : N = 120 x/menit S = 37,1oC
R = 25x/menit TD = 150/100 mmHg
ANTROPOMETRI
TB/BB lahir : 30 cm / 2,5 kg
TB/BB sekarang :163 cm / 61 kg
PENGKAJIAN PERSISTEM
1. Sistem pernafasan
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : fremitas taktil gerakan yang dihantarkan normal
Perkusi : suara paru kanan dan kiri sonor, tidak terdapat cairan
Auskultasi : suara nafas vesikuler
2. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal, atas ics 2, bawah ics 5
Auskultasi : tidak ada bunyi jantung tambahan dan irama jantung
normal
3. Sistem persarafan
Kesadaran penuh (composmentis) dengan GCS E4 M6 V5.
Saraf kranial :
a. Saraf I : Fungsi penciuman tidak ada kelainan.
b. Saraf II : Ketajaman penglihatan normal
c. Saraf III, IV, VI : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata dan
pupil isokor
d. Saraf V : Tidak mengalami paralisis pada otot wajah dan reflex
kornea tidak ada kelaina
e. Saraf VII : Persepsi pengecapan normal dan wajah simetris
f. Saraf VIII : Tidak tuli konduktif dan persepsi
g. Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik
h. Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternomasmoid
i. Saraf XII : Lidah simetris, indra pengecapan normal
4. Sistem pencernaan
Inspeksi :Tidak ada lesi tidak ada ketidak simetrisan, mukosa bibir
lembab
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan, akral teraba hangat
Perkusi : bunyi perkusi normal dan bunyi suara timpani normal
Auskultasi : suara peristaltik usus normal 15 x/menit
5. Perkemihan
Klien BAK 5x dalam sehari, kencing berwarna kuning. Tidak ada nyeri
tekan dan tidak ada distensi pada kantung kemih.
6. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada bunyi bruit pada
daerah leher diantara tiroid
7. Sistem muskuloskeletal
5 5
5 5
Keterangan :
0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak, bila lengan / tungkai
dilepaskan, akan jatuh 100% pasif
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan
sewaktu jatuh
2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya
gravitasi (saja), tapi dengan sentuhan dia akan jatuh
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak
mampu melawan tekan / dorongan dari pemeriksa
4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain
5 : Kekuatan utuh
8. Sistem reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-lakidan tidak ada kelainan dengan sistem
reproduksi.
XII.INFORMASI LAIN
Pasien mengatakan sebelumnya sering sakit di bagian belakang kepala, dan
sering juga sakit kepala apabila setelah berolahraga. Apabila sakit kepala
sedang berlangsung pasien hanya meminum obat Bodrex yang disarankan
oleh ibunya dan tidak memeriksakan ke pelayanan kesehatan terdekat,
padahal pasien mengatakan sakit kepala sudah berlangsung sejak lama.
Saat ditanya mengenai hipertensi, pasien ataupun ibunya tidak terlahu paham
penyakitnya (GNA), hipertensi dan makanan apa saja yang menyebakan
hipertensi.
Do :
- pasien tampak bingung, saat
ditanyakan tentang penyakitnya.
- Ibu pasien tampak cemas melihat
anaknya sakit.
3 Ds : Kurang pengetahuan Resiko
- pasien mengatakan tidak tahu tentang pengertian , hipertensi
makanan ataupun kegiatan yang penyebab dan berulang
menyebabkan hipertensi pencegahan hipertensi
- pasien mengatakan jarang kontrol ,
dan tidak memeriksakan kepelyanan Tekanan darah tidak
kesehatan terdekat ketika sering terkontrol
sakit kepala.
Do : Risiko terjadinya
- Saat ditanya pasien tidak tahu apa kembali
hipertensi
XV. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial
2. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit
3. Risiko terjadinya hipertensi berulang berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan tentang hipertensi
Ket :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukkan
3 Risiko Setelah mendapatkan penyuluhan Risk Control
terjadinya kesehatan tentang hipertensi 1. Berikan pendidikan
hipertensi selama 30 menit diharapakn tidak kesehatan mengenai
berulang terjadi hipertensi berulang saat hipertensi, meliputi :
berhubungan dirumah pengertian secara singkat
dengan Kriteri hasil : dan sederhana, diet
kurangnya Indikator IR ER hipertensi dan program
pengetahuan Mengerti 3 5 perawatan diri.
tentang tentang 2. Anjurkan keluarga untuk
hipertensi penyakit memantau klien dalam
Patuh terhadap 3 5 meminum obat, dan diet
program diri klien.
Keterangan :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukan
5. Selalu menunjukkan
CATATAN PERKEMBANGAN
P : intervensi dilanjutkan
1. Berikan pendidikan
kesehatan mengenai
hipertensi, meliputi :
pengertian secara singkat
dan sederhana, diet
hipertensi dan program
perawatan diri.
2. Anjurkan keluarga untuk
memantau klien dalam
meminum obat, dan diet
klien.
Tangga/Waktu Diagnosa Evaluasi Paraf
keperawatan
Rabu , 11 Nyeri akut S : pasien mengatakan tidak ada
Desember 2019 berhubungan nyeri
Pukul : 18.30 Wita dengan tekanan
intra kranial O : pasien tampak tenang
N = 120x/menit
R= 25 x/menit
S= 35.9 0C
TD= 130/100 mmHg
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Memilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi
dan nonfarmakologi
3.
Kecemasan S : pasien dan keluarga mengatakan
berhubungan sedikit tahu tentang penyakitnya
dengan O : pasien dan keluarga tenang dan
kurangnya tidak terlihat cemas
pengetahuan A:
tentang penyakit Indikator IR ER
Monitor 5 5
intensitas
kecemasan
Mencari 5 5
infomasi untuk
menurunkan
cemas
P : intervensi dilanjutkan
1. Gunakan pendekatan yang
menenangkan
2. Dengarkan penuh perhatian
3. Berikan informasi factuall
mengenai diagnosis dan
tindakan.
4. Identifikasi tingkat
kecemasan
A:
Indikator IR ER
Mengerti 5 5
tentang
penyakit
Patuh terhadap 5 5
program diri
P : intervensi dilanjutkan
1. Berikan pendidikan
kesehatan mengenai
hipertensi, meliputi :
pengertian secara singkat dan
sederhana, diet hipertensi dan
program perawatan diri.
2. Anjurkan keluarga untuk
memantau pasien dalam
meminum obat, dan diet
klien.
Tangga/Waktu Diagnos Evaluasi Paraf
keperawatan
Kamis:12 Nyeri akut S : pasien mengatakan tidak ada
Desember 2019 berhubungan nyeri
Pukul : 10.00 Wita dengan tekanan O : pasien tampak tenang, dan
intra kranial senang
N = 112x/menit
R= 22x/menit
S= 36,1 0C
TD=130/100 mmHg
A: masalah teratasi sebagian
Indikator IR ER
Melaporkan adanya 5 5
nyeri
Luas tubuh yang 5 5
terpengaruh
Perubahan tekanan
darah 4 5
P : Lajutkan intervensi
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Memilih dan lakukan
penanganan nyeri (farmakologi
dan nonfarmakologi