Anda di halaman 1dari 43

A.

Konsep Persalinan
1. Definisi

Persalinan adalah proses dimana janin, plasenta dan selaput ketuban


keluar dari uterus ibu (Depkes, 2008). Sedangkan menurut Sumarah (2009),
persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke
jalanlahir.
Dari kedua pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi melalui jalan lahir yang
diikuti dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara utuh.

2. Sebab-Sebab terjadinya persalinan


Penyebab terjadinya persalinan belum diketahui benar. Beberapa teori
yang dikemukakan antara lain (Manuaba,I.B.G,2008):
a) Teori kadar progesteron.
Progesteron yang berfungsi untuk mempertahankan kehamilan, yang
semakin menurun dengan makin tuanya kehamilan, sehingga otot rahim
mudah dirangsang oleh oksitosin.
b) Teori oksitosin.
Menjelang persalinan hormon oksitosin makin meningkat sehingga
merangsang terjadinya persalinan.
c) Teori regangan otot rahim.
Meregangnya otot rahim dalam batas tertentu menimbulkan kontraksi
persalinan dengan sendirinya.
d) Teori prostaglandin.
Prostaglandin banyak dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga dapat
menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat
merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan.
3. Jenis-jenis persalinan

Terdapat dua jenis persalinan normal, yaitu (Manuaba I. B. G, 2008):

a) Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan tenaga


sendiri.

b) Persalinan buatan adalah persalinan dengan rangsangan sehingga


terdapat kekuatan untuk persalinan.

c) Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai sendiri, tetapi


dengan tindakan seperti seksio sesarea.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan persalinan,


yaitu (Sumarah,2009):
a) Passage (jalan lahir) terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).
b) Passanger (janin dan plasenta) bergerak sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. persalinan.
c) Power (kekuatan) adalah kemampuan ibu melakukan
kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

d) Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan


seperti posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok.

e) Psikologis dimana tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan


meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau
yang disampaikan kepadany
5. Kala 1 Persalinan
a) Tujuan
1) Menjelaskan batasan persalinan.
2) Menjelaskan fase-fase dalam kala satu persalinan.
3) Memahami cara dan langkah untuk melakukan anamnesis secara efektif
dan pemeriksaan fisik ibu bersalin.
4) Memberikan asuhan sayang ibu selama kala satu persalinan.
5) Menjelaském persiapan asuhan kala satu persalinan
6) Menggunakan dan analisis hasil pencatatan pada partograf
7) Mengenali secara dini berbagai masalah dan penyulit yang mungkin
terjadi pada kala satu persalinan.
8) Membuat keputusan klinik, memberi tindakan yang tepat dan memjuk
ibu (bila perlu) secara tepat waktu dan optimal pada kala satu
persalinan.

b) Batasan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kahamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis) dan berakhir dengan lahimya plasenta secara lengkap. Ibu
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan
serviks.

c) Tanda dan gejala


1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit)
3) Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina
d) Fase-fase dalam Kala Satu Persalinan
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang
teratur dan mengikat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks
membuka lengkap (10 cm). kala satu persalinan terdiri atas dua fase,
yaitu fase laten dan fase aktif
 Fase laten pada kala satu persalinan:
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm.
3) Pada umumnya, fase laten bcrlangsung hampir atau hingga 8
jam
 Fase aktif pada kala satu persalinan:
1) Frejuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkatkan
secara bertahap (kontraksi dianggap adekuat/ memadai jika
terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit, dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih
2) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap
atau 10 cm, akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per
jam (nulipara atau primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga
2 cm (multipara).
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin

e) Fisiologi nyeri persalinan pada Kala 1


Proses terjadinya nyeri persalinan terdiri dari 3 (tiga) komponen
fisiologis berikut ini: resepsi (proses perjalanan nyeri), persepsi
(kesadaran seseorang terhadap nyeri), reaksi (respon fisiologis dan
perilaku setelah mempersepsikan nyeri).
1) Resepsi :
proses perjalanan nyeri selama persalinan berlangsung sesuai dengan
fase persalinan. Nyeri di kala I disebabkan oleh kontraksi uterus
sehingga menyebabkan uterus tertarik dan serviks mendatar
(effacement) dan berdilatasi. Nyeri di kala II disebabkan oleh
penurunan kepala ke rongga pelvis dan menyebabkan peregangan
strukstur jalan lahir ke bawah. Bentuk stimulus merangang
pengeluaran zat kimia (histamin, bradikinin, dan kalium).Pengaruh
dari zat tersebut nosiseptor aktif mentransmisikan impuls-impuls
nyeri. Impuls-impuls nyeri dihantarkan ke arah atas menuju
substansi gelatinosa di dalam kornu dorsalis medulla spinalis di
torakal 10-12 samapai lumbal 1 (kala I) sedangkan impuls-impuls
nyeri selama kala II di transmisikan melalui syaraf pudendal ke
nervus sakralis ke-4. Semua impuls tersebut di transmisikan oleh
serabut syaraf perifer (serabut A-delta dan serabut C) ke thalamus.
Thalamus 14 sebagai girus pasca sentralis memproyeksikan nyeri ke
korteks serebri yang selanjutnya akan di persepsikan.

2) Persepsi :
hasil persepsi impuls nyeri ditransmisikan kembali oleh efektor
sebagai persepsi nyeri. Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang
terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka
akan terjadi reaksi yang komplek. Persepsi menyadarkan individu dan
mengartikan nyeri itu sebagai respon yang tidak menyenangkan
kemudian individu dapat bereaksi.

3) Reaksi :
reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang
terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Hasil persepsi di korteks
cerebri ditransmisikan ke thalamus lalu ke sistem saraf simpatis dan
parasimpatis. Stimulasi pada cabang simpatis di saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis dan perilaku. Apabila nyeri
berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi.
Demikian pula, bila nyeri dirasakan terus menerus akan
menyebabkan kelelahan pada ibu saat proses meneran. Pada saat
yang bersamaan proses persalinan akan berlangsung lama.

f) Penyebab dan intensitas nyeri persalinan


1) Kala I
Nyeri persalinan kala I merupakan nyeri visceral. Nyeri visceral
berasal dari organ-organ internal yang berada dalam rongga thorak,
abdomen, cranium. Kejadian nyeri kala I diawali dengan adanya
kontraksi uterus yang menyebar dan membuat abdomen kram.
Nyeri di kala I disebabkan oleh merengangnya uterus dan
terjadinya pendataran dan dilatasi serviks. Stimulus tersebut yang
dihantarkan ke medulla spinalis di torakal 10-12 sampai dengan
lumbal 1. Intensitas nyeri kala I bervariasi sesuai kemajuan dari
dilatasi serviks. Kala I fase laten, pembukaan 0-15 3cm nyeri yang
dirasakan sakit dan tidak nyaman. Sedangkan, fase aktif
pembukaan 4-7cm nyeri agak menusuk, dan pembukaan 7-10cm
nyeri menjadi lebih hebat, menusuk, dan kaku.

6. Kala 2 Persalinan

a. Tujuan
1) Menjelaskan Batasan, gejala dan tanda kala dua persalinan
2) Membuat persiapan untuk memandu dan memberikan asuhan kala dua
persalinan
3) Menilai kemajuan kala dua persalinan
4) Menilai kondisi bayi selama kala dua persalinan
5) Memperagakan posisi dan cara membimbing ibu untuk meneran
6) Menjelaskan indikasi dan jenis tindakan yang diperlukan pada kla dua
persalinan
7) Menjelaskan prosedur untuk melahirkan dan menolong bayi
8) Menjelaskan alas an dan cara merujuk ibu bersalin dan/atau bayi baru
lahir
b. Batasan
Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai
kala pengeluaran bayi

c. Gejala dan tanda


1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau
vaginanya
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sfingter anus membuka
5) Meningkatkannya pengeluaran lender bercampur darah

Randa pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi


obyektif) yang hasilnya adalah:

1) Pembukaan serviks telah lengkap, atau


2) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina

d. Nyeri persalinan pada Kala 2


1) Resepsi
Nyeri di kala II disebabkan oleh penurunan kepala ke rongga pelvis dan
menyebabkan peregangan strukstur jalan lahir ke bawah. Bentuk
stimulus merangang pengeluaran zat kimia (histamin, bradikinin, dan
kalium).
Pengaruh dari zat tersebut nosiseptor aktif mentransmisikan impuls-
impuls nyeri. Impuls-impuls nyeri dihantarkan ke arah atas menuju
substansi gelatinosa di dalam kornu dorsalis medulla spinalis di torakal
10-12 samapai lumbal 1 (kala I) sedangkan impuls-impuls nyeri selama
kala II di transmisikan melalui syaraf pudendal ke nervus sakralis ke-4.
Semua impuls tersebut di transmisikan oleh serabut syaraf perifer
(serabut A-delta dan serabut C) ke thalamus. Thalamus 14 sebagai
girus pasca sentralis memproyeksikan nyeri ke korteks serebri yang
selanjutnya akan di persepsikan.

e. Penyebab dan intensitas nyeri persalinan

1) Kala II

Nyeri kala II merupakan nyeri somatik, nyeri somatik berasal dari


lapisan dinding tubuh. Reseptor nyeri somatik meliputi reseptor nyeri
yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan
penyangga lainnya. Struktur reseptor sangat kompleks. Nyeri yang di
timbulkan merupakan nyeri yang tumpul dan sulit di lokalisasi. Nyeri kala
II disebabkan oleh tekanan kepala janin pada pelvis, distensi struktur
pelvis regangan pada organ dasar panggul (kandung kemih, uretra, rectum,
vagina, perineum) dan tekanan pada pleksus lumbo sakralis. Impuls-
impuls nyeri tersebut di bawa dari perineum ke sacrum 2, 3, 4 melalui
syaraf pudendal. Tipe nyeri kala II seperti menyengat, tajam, tarikan,
tekanan, rasa terbakar, seperti diplintir serta kram. Nyeri dirasakan di
regio lumbal 2, bagian bawah punggung, paha, tungkai dan area vagina,
dan perineum. Ibu biasanya mempunyai keinginan untuk mengejan
7. Kala 3 Persalian
a. Tujuan
1) Menjelaskan fisiologi kala tiga dan pemantauan kala empat
persalinan
2) Menjelaskan dan memperagakan manajemen aktif kala tiga
3) Menjelaskan cara mengenali dan menatalaksaan atonia uteri
4) Menjelaskan cara mengenali dan menatalaksaan perdarahan
pascapersalinan dini
5) Menjelaskan tingkatan dan penatalaksanaan laserasi perineum
6) Menjelaskan cara memantau dan memberi asuhan selama kala
emapat persalinan
7) Menjelaskan car mengenali dan menatalaksana penyulit lain
selama kala tiga dan empat persalinan
b. Batasan

Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban

c. Fisiologi persalinan kala tiga

Pada kala tiga persalinan, otot uterus (myometrium) berkontaksi


mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahinya bayi.
Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat
perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil dan
kemudianlepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke
bagian bawah uterus ke dalam vagina. Tanda tanda lepasnya plasenta
mencakup atau semua hal-hal di bawah ini

1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
myometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat (seringkali
mengarah ke sisi kanan)
2) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui
vulva (tanda ahfeld)
3) Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumoul
dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar
dibantu oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplacental
pooling) dalam ruang diantara dinding uterus dan permukaan dalam
plasenta melebihi kapasitas tampungannya makandarah tersembur
keluar dari tepi plasenta yang terlepas.
d. Risiko Perdarahan Post Partum pada Kala III

Persalinan Sebagaimana diketahui bahwa aliran darah


uteroplasenta selama masa kehamilan adalah 500-800 ml/menit, sehingga
ketika uterus tidak berkontraksi selama beberapa menit saja maka akan
berisiko kehilangan darah dalam jumlah banyak (Sukarni & ZH, 2013).
Perdarahan post partum tidak hanya terjadi pada Ibu yang mengalami
predisposisi, tetapi pada setiap persalinan kemungkinan untuk terjadinya
perdarahan post partum selalu ada. Cara terbaik untuk mencegah
terjadinya perdarahan post partum adalah memimpin kala II dan kala III
persalinan secara tepat (Walyani & Purwoastuti, 2015). Ibu harus diamati
dengan cermat selama satu jam pertama pasca partum. Pengamatan yang
paling penting termasuk jumlah kehilangan darah dan tinggi fundus uteri.
Jika uterus tidak cukup berkontraksi, darah dapat berkumpul di dalam
rongga uterus. Jika kehilangan darah tidak normal dan uterus berkontraksi
sangat buruk, pijatan lembut uterus dapat membantu (Ilmiah, 2015)

e. Manajemen aktif kala tiga

Tujuan aktif kala 3 adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yg


lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan
dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika di badingkan
dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan
kematian ibu di Indonesia disebabkan perdarahan pasca persalinan dmna
sebagian besar di sebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang
sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan menajemen aktif kala 3.

Keuntungan manajement aktif kala 3

 Pesalinan kala tiga yang lebih singkat.


 Mengurangi jumlah kehilangan darah.
 Mengurangi kejadian retension plasenta

Manajement aktif kala 3 terdiri dari 3 langkah utama :

 Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit petama stelah bayi


lahir.
 Melakukan penanganan tali pusat terkendali.
 Masase fundus uteri.

8. Kala 4 persalinan
a. Fisiologi Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi


dan plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu.

b. Evaluasi Uterus

Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan


selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang
tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga
menyebabkan perdarahan.

Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik,


maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan
rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan
Kompresi Bimanual.

c. Pemeriksaan Servik, Vagina dan Perineum

Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka


periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan
mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet.
Introitus vagina juga akan tampak terkulai dan terbuka.
Sedangkan vulva bisa berwarna merah, bengkak dan mengalami lecet-
lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka
periksa anus dengan rectal toucher.

Laserasi dapat dikategorikan dalam :

1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak


perlu dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum (perlu dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum.
Rujuk segera.
d. Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum

Indikasi Episiotomi

1) Gawat janin
2) Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan
vakum ataupun forsep).
3) Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi
kemajuan persalinan.

e. Tujuan Penjahitan

1) Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.


2) Mencegah kehilangan darah.

f. Hal Yang Perlu Diperhatikan


Dalam melakukan penjahitan perlu diperhatikan tentang:

1) Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu


dilakukan penjahitan.
2) Menggunakan sedikit jahitan.
3) Menggunakan selalu teknik aseptik.
4) Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.
g. Penggunaan Anestesi Lokal
1) Ibu lebih merasa nyaman (sayang ibu).
2) Bidan lebih leluasa dalam penjahitan.
3) Lebih cepat dalam menjahit perlukaannya (mengurangi kehilangan
darah).
4) Trauma pada jaringan lebih sedikit (mengurangi infeksi).
5) Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %.

h. Pemantauan Kala IV

Saat yang paling kritis pada ibu pasca melahirkan adalah pada
masa post partum. Pemantauan ini dilakukan untuk mencegah adanya
kematian ibu akibat perdarahan. Kematian ibu
pasca persalinan biasanya tejadi dalam 6 jam post partum. Hal ini
disebabkan oleh infeksi, perdarahan dan eklampsia post partum.
Selama kala IV, pemantauan dilakukan 15 menit pertama
setelah plasenta lahir dan 30 menit kedua setelah persalinan.

Setelah plasenta lahir, berikan asuhan yang berupa :

1) Rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang


kontraksi uterus.
2) Evaluasi tinggi fundus uteri – Caranya : letakkan jari tangan Anda
secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus
sejajar dengan pusat atau dibawah pusat.
3) Perkirakan darah yang hilang secara keseluruhan.
4) Pemeriksaan perineum dari perdarahan aktif (apakah dari laserasi
atau luka episiotomi).
5) Evaluasi kondisi umum ibu dan bayi.
6) Pendokumentasian.

Penilaian Klinik Kala IV

No Penilaian Keterangan

Rangsangan taktil uterus dilakukan untuk merangsang


Fundus dan terjadinya kontraksi uterus yang baik. Dalam hal ini sangat
1
kontraksi uterus penting diperhatikan tingginya fundus uteri dan
kontraksi uterus.

Pendarahan: Untuk mengetahui apakah jumlah pendarahan


yang terjadi normal atau tidak. Batas normal pendarahan
Pengeluaran
2 adalah 100-300 ml.
pervaginam
Lokhea: Jika kontraksi uterus kuat, maka lokea tidak lebih dari
saat haid.

Plasenta dan Periksa kelengkapannya untuk memastikan ada tidaknya


3
selaput ketuban bagian yang tersisa dalam uterus.

Yakinkan bahwa kandung kencing kosong. Hal ini untuk


4 Kandung kencing
membantu involusio uteri
5 Perineum Periksa ada tidaknya luka / robekan pada perineum dan vagina.

6 Kondisi ibu Periksa vital sign, asupan makan dan minum.

Apakah bernafas dengan baik?


Kondisi bayi baru
7 Apakah bayi merasa hangat?
lahir
Bagaimana pemberian ASI?

i. Bentuk Tindakan Dalam Kala IV

Tindakan Baik:

1) Mengikat tali pusat.


2) Memeriksa tinggi fundus uteri.
3) Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.
4) Membersihkan ibu dari kotoran.
5) Memberikan cukup istirahat.
6) Menyusui segera.
7) Membantu ibu ke kamar mandi.
8) Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda
bahaya baik bagi ibu maupun bayi.

Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:

1) Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.


2) Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
3) Memisahkan ibu dan bayi.
4) Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi,
menurunkan tekanan darah, menambah perdarahan dan
menyebabkan dehidrasi.

f. Pemantauan Lanjut Kala IV

Hal yang harus diperhatikan dalam pemantauan lanjut


selama kala IV adalah :

1) Vital sign – Tekanan darah normal < 140/90 mmHg; Bila TD < 90/
60 mmHg, N > 100 x/ menit (terjadi masalah); Masalah yang
timbul kemungkinan adalah demam atau perdarahan.
2) Suhu – S > 380 C (identifikasi masalah); Kemungkinan terjadi
dehidrasi ataupun infeksi.
3) Nadi
4) Pernafasan
5) Tonus uterus dan tinggi fundus uteri – Kontraksi tidak baik
maka uterus teraba lembek; TFU normal, sejajar dengan pusat atau
dibawah pusat; Uterus lembek (lakukan massase uterus, bila perlu
berikan injeksi oksitosin atau methergin).
6) Perdarahan – Perdarahan normal selama 6 jam pertama yaitu satu
pembalut atau seperti darah haid yang banyak. Jika lebih dari
normal identifikasi penyebab (dari jalan lahir, kontraksi atau
kandung kencing).
7) Kandung kencing – Bila kandung kencing
penuh, uterus berkontraksi tidak baik.
g. Tanda Bahaya Kala IV

Selama kala IV, bidan harus memberitahu ibu dan keluarga


tentang tanda bahaya:

1) Demam.
2) Perdarahan aktif.
3) Bekuan darah banyak.
4) Bau busuk dari vagina.
5) Pusing.
6) Lemas luar biasa.
7) Kesulitan dalam menyusui.
8) Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa.

9. 58 LANGKAH ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN)


1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul dan memasukkan alat suntik sekali pakai 2 ½ ml
ke dalam wadah partus set
3) Memakai celemek plastik
4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan
sabun dan air mengalir
5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam
6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set
7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan
gerakan dari vulva ke perineum
8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah
9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5% dan membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai,
pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat
untuk meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan mengambil posisi
nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17) Membuka partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan
18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
19) Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5-6 cm,
memasang handuk bersih untuk mengeringkan bayi pada perut ibu
20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi luar
secara spontan
22) Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparental.
Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi, dengan
lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan
distal untuk melakukan bahu belakang
23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas
24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke
arah bokong dandan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri diantara lutut janin)
25) Melakukan penilaian selintas :
a. Apakah bayi menangis kuat
b. Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak aktif?
26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan bayi
di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan t idak ada lagi bayi
dalam uterus
28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
30) Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira
3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama
31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem
tersebut
32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat
36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
dorsokranial. Jika plasenta t idak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur
37) Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros
jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial)
38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban
39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)
40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban
sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam kantong plastik yang
tersedia
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan
42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam
43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam
44) Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di paha kiri
anterolateral
45) Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1
jam kedua pascapersalinan
50) Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering
54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum
55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%
57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
58) Melengkapi partograf

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. KALA 1
a. Pengkajian
1) Anamnesa
a) Nama, umur, dan alamat
b) Gravida dan para
c) Hari pertama haid terakhir (HPHT)
d) Riwayat alergi obat
e) Riwayat kehamilan sekarang: ANC, masalah yang dialami
selama kehamilan seperti perdarahan, kapan mulai kontraksi,
apakah gerakan bayi masih terasa, apakah selaput ketuban
sudah pecah? Jika ya, cairan warnanya apa? Kental/ encer?
Kapan pecahnya? Apakah keluar darah pervagina? Bercak
atau darah segar? Kapan ibu terakhir makan dan minum?
Apakah ibu kesulitan berkemih?
f) Riwayat kehamilan sebelumnya
g) Riwayat medis lainnya seperti hipertensi, pernafasan
h) Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah
atau nyeri epigastrium)
i) Pemeriksaan fisik
j) Tunjukkan sikap ramah
k) Minta mengosongkan kandung kemih
l) Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan
tubuh
m) Nilai tanda – tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan),
untuk akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua
kontraksi.
n) Pemeriksaan abdomen
o) Menentukan tinggi fundus
p) Kontraksi uterus

2) Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya


kontraksi
a) Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
b) Menentukan presentasi (bokong atau kepala)
c) Menentukan penurunan bagian terbawah janin
d) Pemeriksaan dalam
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks
 Nilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah
masuk rongga panggul
 Jika bagian terbawah kepala, pastikan petunjuknya.

b. Diagnosa keperawatan

Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks dibuktikan dengan


pasien mengeluh nyeri
c. Perencanaan

Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks dibuktikan dengan


px mengeluh nyeri

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …X 24 jam, diharapkan


tingkat nyeri pada pasien menurun dengan kriteria hasil sebagai berikut:

1) Keluhan nyeri menurun


2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Perineum terasa tertekan menurun
7) Uterus teraba membulat menurun
8) Frekuensi nadi membaik
9) Pola nafas membaik
10) Tekanan darah membaik
11) Pola tidur membaik

2. KALA II
a. Pengkajian
1) Aktivitas /istirahat
 Adanya kelelahan, ketidak mampuan melakukan dorongan
sendiri/ relaksasi.
 Letargi.
 Lingkaran hitam di bawah mata.
2) Sirkulasi: tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara
kontraksi.
3) Integritas Ego
 Respon emosional dapat meningkat.
 Dapat merasa kehilangan control atau kebalikannya seperti saat
ini klien terlibat mengejan secara aktif.
4) Eleminasi.
 Keinginan untuk defikasi, disertai tekanan intra abdominal dan
tekanan uterus.
 Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan.
 Distensi kandung kemih mungkin ada , dengan urine
dikeluarkan selama upaya mendorong.
5) Nyeri/ Ketidak nyamanan
 Dapat merintih/ meringis selama kontraksi.
 Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
 Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum.
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong.
 Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 mnt masing-masing dan
berakhir 60-90 dtk.
 Dapat melawan kontraksi , khususnya bila tidak berpartisipasi
dalam kelas kelahiran anak.
6) Pernafasan: peningkatan frekuensi pernafasan.
7) Keamanan
 Diaforesis sering terjadi.
 Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Sexualitas
 Servik dilatasi penuh( 10 cm) dan penonjolan 100%.
 Peningkatan penampakan perdarahan vagina.
 Penonjolan rectal/ perineal dengan turunnya janin.
 Membrane mungkin rupture pada saat ini bila masih utuh.
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi.
 Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada
presentasi vertex

b. Diagnosa Keperawatan
Nyeri melahirkan berhubungan dengan pengeluaran janin dibuktikan
dengan perineum terasa tertekan

c. Perencanaan

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …X 24 jam, diharapkan


tingkat nyeri pada pasien menurun dengan kriteria hasil sebagai
berikut:

1) Keluhan nyeri menurun


2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Perineum terasa tertekan menurun
7) Uterus teraba membulat menurun
8) Frekuensi nadi membaik
9) Pola nafas membaik
10) Tekanan darah membaik
11) Pola tidur membaik

3. KALA III
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Perilaku dapat direntang dari senang sampai keletihan.
2) Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat
kemudian kembali ke tingkat normal dengan cepat.
 Hipotensi dapat terjadi sebagai respon terhadap analgesik dan
anastesi.
 Frekuensi nadi lambat pada respon terhadap perubahan
jantung.
3) Makanan/cairan : kehilangan darah normal 200-300ml.
4) Nyeri/ketidaknyamanan :
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menetukan adanya
robekan atau laserasi. Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir
mungkin ada.
5) Seksualitas :
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas dari
endometrium, biasanya dalam 1-5 menit setelah melahirkan bayi. Tali
pusat memanjang pada muara vagina. Uterus berubah dari discoid
menjadi bentuk globular.
6) Pemeriksaan fisik
 Kondisi umum ibu : tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi,
suhu tubuh), status mental klien.
 Inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau
sesudah melahirkan plasenta.
 Palpasi : tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum
maupun sesudah pengeluaran plasenta.

b. Diagnosa Keperawatan

Risiko perdarahan dibuktikan dengan komplikasi kehamilan ( mis.


Ketuban pecah sebelum waktunya, plasenta previa/abrupsio,
kehamilan kembar
c. Perencanaan

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …X 24 jam, diharapkan


tingkat perdarahan pada pasien menurun dengan kriteria hasil sebagai
berikut:
1) Kelembapan membran mukosa meningkat
2) Kelembapan kulit menurun
3) Distensi abdomen menurun
4) Perdarahan vagina menurun
5) Hemoglobin membaik
6) Hematocrit membaik
7) Tekanan darah membaik
8) Denyut nadi apikal membaik
9) Suhu tubuh membaik

4. KALA IV
a. Pengkajian
1) Aktivitas / Istirahat

Pasien tampak “berenergi” atau keletihan / kelelahan, mengantuk

2) Sirkulasi
 -Nadi biasanya lambat (50 – 70x / menit) karena
hipersensitivitas vagal
 TD bervariasi : mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia /anastesia, atau meningkat pada respon terhadap
pemeriksaan oksitosin atau hipertensi karena kehamilan
 Edema : bila ada mungkin dependen (misal : pada
ekstremitas bawah), atau dapat juga pada ekstremitas atas
dan wajah atau mungkin umum (tanda hipertensi pada
kehamilan)
 Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sampai
400 – 500 ml untuk kelahiran per vagina atau 600-800 ml
untuk kelahiran sesar
3) Integritas Ego
 Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah misal :
eksitasi atau perilaku menunjukkan kurang kedekatan, tidak
berminat (kelelahan), atau kecewa
 Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk
perilaku intrapartum atau kehilangan kontrol, dapat
mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru lahir
dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi
 Hemoroid sering ada dan menonjol
 Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau
kateter urinarius mungkin dipasang
 Diuresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi
menghambat aliran urinarius dan atau cairan IV diberikan
selama persalinan dan kelahiran.
5) Makanan / Cairan Dapat mengeluh haus, lapar, mual
6) Neurosensori: Hiperrefleksia mungkin ada (menunjukkan terjadinya
dan menetapnya hipertensi, khususnya pada pasien dengan diabetes
mellitus, remaja, atau pasien primipara)
7) Nyeri / Ketidaknyamanan. Pasien melaporkan ketidaknyamanan dari
berbagai sumber misalnya setelah nyeri, trauma jaringan / perbaikan
episiotomi, kandung kemih penuh, atau perasaan dingin / otot tremor
dengan “menggigil”
8) Keamanan
 Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit (dehidrasi)
 Perbaikan episiotomi utuh dengan tepi jaringan merapat
9) Seksualitas
 Fundus keras berkontraksi, pada garis tengah dan terletak
setinggi umbilicus
 Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap
dengan hanya beberapa bekuan kecil
 Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas
 Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara
 Payudara lunak dengan puting tegang
10) Penyuluhan / Pembelajaran. Catat obat-obatan yang diberikan,
termasuk waktu dan jumlah
11) Pemeriksaan Diagnostik. Hemoglobin / Hematokrit (Hb/Ht), jumlah
darah lengkap, urinalisis. Pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai
indikasi dari temuan fisik.

b. Diagnosa Keperawatan
Risiko perdarahan dibuktikan dengan kurang terpapar informasi
tentang pencegahan perdarahan

C. Perencanaan
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …X 24 jam, diharapkan
penyembuhan luka pada pasien meningkat dengan kriteria hasil
sebagai berikut:
1) Penyatuan kulit meningkat
2) Penyatuan tepi luka meningkat
3) Jaringan granulasi meningkat
4) Edema pada sisi luka menurun
5) Peradangan luka menurun
6) Nyeri menurun
7) Infeksi menurun

C. Partograf

1. Definisi Partograf

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu


persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (Depkes RI:57,
2008). Partograf digunakan sebagai sistem peringatan awal untuk menentukan
kapan ibu harus dirujuk. Partograf telah terbukti efektif dalam mencegah
Universitas Sumatera Utara persalinan lama, menurunkan tindakan operasi
seccio caesaria yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan ibu dan
janin (Hanretty, 2003).

2. Tujuan Penggunaan Partograf

Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk:

a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai


pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya
partus lama.
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan persalinan, bahan dan medikamentosa yang
diberikan, pemeriksaan laboraturium, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatat secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir
(Depkes RI, 2008).
4. Fungsi Partograf
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan
membantu penolong persalinan untuk:
a. Mencatat kemajuan persalinan.
b. Mencatat kondisi ibu dan janin.
c. Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan
kelahiran.
d. Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi
dini penyulit persalinan.
e. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat
keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (Hidayat dan
Sujiyatini, 2010).
5. Prinsip Penggunaan Partograf \
Partograf harus digunakan:
a. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan merupakan
elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan
untuk semua persalinan baik yang normal maupun patologis.
b. Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah, puskesmas,
klinik bidan swasta, rumah sakit, dan lain sebagainya).
c. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayi (spesialis obstetri,
bidan, dokter umum dan mahasiswa kedokteran) (Depkes RI, 2008).
6. Komponen-komponen pada Partograf

Komponen-komponen yang terdapat pada partograf yaitu:

a. Pencatatan pada Lembar Depan Partograf Halaman depan partograf


mengintruksikan observasi dimulai pada fase aktif persalinan yang
menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
selama fase aktif persalinan, yaitu:
b. 1Informasi tentang Ibu Informasi tentang ibu yaitu nama, umur,
gravida, para, abortus (keguguran), nomor catatan medik, tanggal dan
waktu mulai dirawat (atau jika di rumah, tanggal dan waktu penolong
persalinan mulai merawat ibu), waktu pecahnya selaput ketuban
c. Kondisi Janin Bagan atas grafik pada partograf adalah untuk
pencatatan:

a) Denyut Jantung Janin (DJJ) Menilai denyut jantung janin


dilakukan setiap 30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda
gawat janin). Setiap kotak di bagian atas partograf
menunjukkan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom
paling kiri menunjukkan DJJ. Catat DJJ dengan memberikan
tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang
menunjukkan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu
dengan titik yang lainnya dengan garis tegas dan bersambung.
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf diantara garis tebal
pada angka 180 dan 100. Sebaiknya penolong harus waspada
bila DJJ mengarah hingga di bawah 120 atau di atas 160 untuk
melakukan tindakan segera jika DJJ melewati kisaran normal

b) Warna dan Adanya Air Ketuban Nilai kondisi air ketuban


setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai warna air
ketuban jika selaput ketuban pecah. Catat temuan-temuan
dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ dan gunakan
lambang-lambang berikut ini:

1. U : selaput ketuban utuh (belum pecah).

2. J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban


jernih. 3. M : selaput ketuban sudah pecah dan air
ketuban bercampur mekonium.
3. D : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban
bercampur darah.

4. K : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban


tidak mengalir lagi (kering)

Mekonium dalam cairan ketuban tidak selalu


menunjukkan adanya gawat janin. Jika terdapat
mekonium, pantau DJJ dengan seksama untuk
mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses
persalinan. Jika terdapat tanda-tanda gawat janin (DJJ
180 kali per menit), maka ibu harus segera dirujuk.
Tetapi jika terdapat mekonium kental, segera rujuk ibu
ke tempat yang memiliki kemampuan pelaksanaan
kegawatdaruratan obstetrik dan bayi baru lahir.

d. Penyusupan (molase) Tulang Kepala Janin Penyusupan adalah


indikator penting tentang seberapa jauh kepala janin dapat
menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang
kepala menunjukkan semakin besar risiko disproporsi kepala dan
panggul (CPD) (WHO, 2002). Ketidakmampuan untuk berakomodasi
atau disproporsi ditunjukkan melalui derajat penyusupan atau tumpang
tindih (molase) yang berat sehingga tulang kepala yang saling
menyusup sulit untuk dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi
kepala panggul, maka penting untuk tetap memantau kemajuan
persalinan. Lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk
ibu dengan proporsi kepala panggul (CPD) ke fasilitas kesehatan
rujukan .Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar
tulang kepala janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di
bawah lajur air ketuban. Gunakan lambang-lambang berikut ini:
1. 0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan
mudah dapat diraba.

2. 1 : tulang-tulang kepala janin saling bersentuhan.

3. 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih


tetapi masih dapat dipisahkan.

4. 3 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih


dan tidak dapat dipisahkan (WHO, 2002).

e. Kemajuan Persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah


untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka nol sampai sepuluh
yang tertera di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Nilai
setiap angka sesuai dengan besarnya dilatasi serviks dalam satuan
centimeter dan menempati lajur dan kotak tersendiri. Perubahan nilai
atau perubahan lajur satu ke lajur yang lain menunjukkan penambahan
dilatasi serviks sebesar 1 centimeter. Pada lajur dan kotak yang
mencatat penurunan bagian terbawah janin tercantum angka satu
sampai lima yang sesuai dengan metode perlimaan. Setiap kotak segi
empat atau kubus menunjukkan 30 menit untuk pencatatan waktu
pemeriksaan, denyut jantung janin, kontraksi uterus, dan frekuensi
nadi ibu.

a) Pembukaan Serviks Penilaian pembukaan serviks dilakukan


melalui pemeriksaan dalam yang dilakukan setiap 4 jam (lebih
sering dilakukan jika terdapat tanda-tanda penyulit). Saat ibu
berada pada fase aktif persalinan, catat setiap temuan dan hasil
pemeriksaan pada partograf. Cantumkan tanda “X” harus
dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks dengan memperhatikan hal-hal dibawah
ini:
1) Pilih angka pada tepi kiri luar kolom pembukaan
serviks yang sesuai dengan besarnya pembukaan
serviks pada fase aktif persalinan yang diperoleh dari
hasil periksa dalam.
2) Untuk pemeriksaan pertama pada fase aktif persalinan,
pembukaan serviks dari hasil periksa dalam harus
dicantumkan pada garis waspada. Pilih angka yang
sesuai dengan pembukaan serviks dan cantumkan tanda
“X” pada titik silang garis dilatasi serviks dan garis
waspada.
3) Hubungkan tanda “X” dari setiap hasil pemeriksaan
dengan garis utuh (tidak terputus)

b) Penurunan Bagian Terbawah Janin Setiap kali melakukan


pemeriksaan dalam, cantumkan hasil pemeriksaan penurunan
kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian
terbawah janin telah memasuki rongga panggul (WHO, 2002).
Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks selalu
diikuti dengan penurunan bagian terbawah janin. Tetapi ada
kalanya penurunan bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks mencapai 7 centimeter. Tulisan turunnya
kepala janin dan garis tidak putus dari nol sampai lima tertera
di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan
tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. Sebagai
contoh, jika hasil Universitas Sumatera Utara pemeriksaan
palpasi kepala di simfisis pubis adalah 3/5, maka tuliskan tanda
“O” di garis angka tiga. Hubungkan tanda “O” dari setiap
pemeriksaan dengan garis tidak putus. Cara Mengisi
Penurunan Bagian Terbawah Janin pada Partograf Sumber:
Depkes, RI, 2008 c) Garis Waspada dan Garis Bertindak Garis
waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir
pada pembukaan lengkap. Pencatatan selama fase aktif
persalinan harus dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan
serviks mengarah ke sebelah kanan garis waspada (pembukaan
kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan
adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, serviks
kaku, inersia uteri hipertonik, dan lain sebagainya).
Pertimbangkan untuk melakukan intervensi bermanfaat yang
diperlukan, misalnya persiapan rujukan ke fasilitas kesehatan
rujukan (rumah sakit atau puskesmas) yang memiliki
kemampuan melaksanakan penyulit dan kegawatdaruratan
obstetrik. Garis bertindak tertera sejajar di sebelah kanan
(berjarak 4 jam) garis waspada. Jika pembukaan serviks telah
melewati dan berada di sebelah kanan garis bertindak, maka
hal ini menunjukkan perlu dilakukan tindakan Universitas
Sumatera Utara untuk menyelesaikan persalinan dan sebaiknya
ibu harus sudah berada di tempat rujukan sebelum garis
bertindak terlewati .

f. Jam dan Waktu


1) Waktu Mulainya Fase Aktif Persalinan
Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan
bagian terbawah janin) tertera kotak-kotak yang diberi angka 1
sampai 12. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan
2) b) Waktu Aktual Saat Pemeriksaan atau Penilaian
Di bagian lajur kotak untuk waktu mulai fase aktif, tertera
kotak-kotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan
dilakukan. Setiap kotak menyatakan waktu 1 jam penuh dan
berkaitan dengan dua kotak waktu 30 menit yang berhubungan
dengan lajur untuk pencatatan pembukaan serviks. Saat ibu
masuk dalam fase aktif persalinan, cantumkan pembukaan
serviks pada garis waspada. Kemudian catatkan waktu aktual
pemeriksaan ini di kotak waktu yang sesuai. Sebagai contoh,
jika hasil pemeriksaan dalam menunjukkan pembukaan serviks
adalah 6 cm pada pukul 15.00, cantumkan tanda “X” di garis
waspada yang sesuai dengan lajur angka enam yang tertera di
sisi luar kolom paling kiri dan catatan waktu aktual di kotak
pada lajur waktu di bawah lajur pembukaan (kotak ketiga dari
kiri) .
3) Kontraksi Uterus Di bawah lajur waktu partograf, terdapat lima
kotak dengan tulisan “kontraksi per 10 menit” di sebelah luar
kolom kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30
menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 Universitas
Sumatera Utara menit dan lamanya kontraksi dalam satuan
detik. Nyatakan jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu 10
menit dengan cara mengisi kotak kontraksi yang tersedia dan
disesuaikan dengan angka yang mencerminkan temuan dari
hasil pemeriksaan kontraksi. Sebagai contoh, jika ibu
mengalami tiga kontraksi dalam waktu satu kali 10 menit,
maka lakukan pengisian pada tiga kotak kontraksi. Nyatakan
lamanya kontraksi dengan:

a. : beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya kurang dari 20 detik.

b. : beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan


kontraksi yang lamanya 20 sampai 40 detik.

c. : isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi


yang lamanya lebih dari 40 detik (WHO, 1993).
4) Obat-obatan dan Cairan yang Diberikan
a) Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin
yang diberikan per volume cairan intravena dan dalam
satuan tetesan per menit.
b) Obat-obatan Lain dan Cairan IV Catat semua
pemberian obat-obatan tambahan dan/ atau cairan
intravena dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
5) Kondisi Ibu Pada bagian terbawah lajur dan kolom pada
halaman depan partograf terdapat kotak atau ruang untuk
mencatat hasil kondisi kesehatan dan kenyamanan ibu selama
persalinan yaitu:
a) Nadi, Tekanan Darah dan Suhu Tubuh Angka di
sebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan nadi
dan tekanan darah ibu.
b) Nilai dan catat nadi setiap tiga puluh menit selama fase
aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
penyulit). Beri tanda ( ●) pada kolom waktu yang
sesuai.
c) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama
fase aktif persalinan (lebih sering jika diduga adanya
penyulit). Beri tanda panah ( ↕) pada partograf pada
kolom waktu yang sesuai. 3. Nilai dan catat temperatur
tubuh ibu setiap dua jam (lebih sering jika terjadi
peningkatan suhu mendadak atau diduga adanya
infeksi) pada kolom waktu yang sesuai.
d) Volume Urin, Protein atau Aseton Ukur dan catat
jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap dua jam
(setiap kali ibu berkemih). Jika memungkinkan setiap
kali berkemih lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urin .
g. Pencatatan pada Lembar Belakang Partograf Halaman belakang
partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi
selama proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindakan-tindakan
yang dilakukan sejak kala satu hingga kala empat dan bayi baru lahir.
Berbeda dengan pengisian halaman depan (harus segera didisi setiap
akhir pemeriksaan), pengisian data di lembar belakang partograf baru
dilengkapi setelah seluruh proses persalinan selesai. Informasi yang
dicatat di halaman belakang partograf akan meliputi unsur-unsur
berikut ini:
1) Data Dasar atau Informasi Umum Data dasar terdiri dari
tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan
pendamping pada saat merujuk.
2) Kala Satu Kala satu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang
partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah lain
yang timbul, penatalaksanaan dan hasil penatalaksanaan
tersebut.
3) Kala Dua Kala dua terdiri dari episiotomi, pendamping
persalinan, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan
masalah dan hasilnya.
4) Kala Tiga Data untuk kala tiga terdiri dari lamanya kala tiga,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, retensio
plasenta yang >30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
5) Kala Empat Kala empat berisi data tentang tekanan darah ibu,
nadi, temperatur, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala empat ini sangat
penting terutama untuk mendeteksi dini risiko atau komplikasi
perdarahan pascapersalinan. Bila timbul masalah selama kala
empat, tuliskan jenis dan cara menangani masalah tersebut
secara singkat dan lengkap pada kolom yang tersedia.
Pemantauan kala empat dilakukan setiap lima belas menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jam
berikutnya. Isikan hasil pemeriksaan pada kolom atau ruang
yang sesuai pada tabel pemantauan. Bagian yang Universitas
Sumatera Utara digelapkan (dihitamkan) tidak perlu diisi.
Catatkan semua temuan selama kala empat persalinan pada
tabel bagian bawah halaman dua partograf
6) Bayi Baru Lahir Informasi yang perlu diperoleh dari bagian
bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan
hasilnya
Daftar Pustaka

 Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR. Jakarta.


 Manuaba IBG. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
 Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin). Jakarta: Fitramaya.

Anda mungkin juga menyukai