Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

‘’KONSEP DASAR TERAPI MODALITAS ”

Di SusunOleh :
1. Ni Komang Novi Kristina Sukanata
(P07120018161)
2. Ni Nyoman Tri Ariwangi
(P07120018177)
3. Ni Komang Ayu Cahyaningsih
(P07120018178)
4. Dewa Ayu Mira Purnama Dewi
(P07120018181)

DEPARTEMEN KEMENTRIAN KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah danrahmat-nya penulis telah berhasi lmenyusun makalah tentang
Konsep dasar terapi modalitas.Makalahini di buat untuk menunjang proses
pembelajaran keperawatan. Sesuai dengan kurikulum program DIII
keperawatan, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi.
Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk belajar
dengan kurikulum terbarusehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari makalah ini.Pada penulisan makalah ini kami menggunakan
bahasa sederhana dan mudahdimengerti sehingga dapat dengan mudah
dicerna dan di ambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa.
Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII
keperawatan karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai
dengan kebutuhan materi pembelajaran yang di sempurnakan. Demikian
kami sangat mengharapkan kritik yang sifatny amembangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalambidang ilmu
Keperawatan Jiwa.

Denpasar, 8 Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB 1 ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Terapi Modalitas ........................................................................................... 3
2.2 Peran Perawat Jiwa Dalam Terapi Modalitas ................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Terapi Modalitas............................................................................................. 4
1. Psikoterapi .................................................................................................................... 4
2. Terapi okupasi ........................................................................................................... 6
4. Terapi Lingkungan ................................................................................................... 10
5.Terapi Keluarga ............................................................................................................ 14
6.Terapi Aktifitas Kelompok ............................................................................................ 17
BAB III ...................................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................................. 19
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................. 19
3.2.SARAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Menurut Jhonson (1997), kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat
emosional, psikologis dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, prilaku dan koping yang efektif , konsep diri yang positif dan
kestabilan emosional. Kesehatan jiwa juga dapat diartikan sebagai keadaan
sejahtera yang dikaitkan dengan kebahagiaan ,kegembiraan ,pencapaian
optimisme dan harapan. Sedangkan organisasi kesehatan dunia (WHO)
mendefenisikan kesehatan itu sendiri sebagai sehat fisik, mental dan sosial bukan
sematamata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan.jadi seseorang dapat
dianggap sehat jiwa jika mereka mampu bersikap positifterhadap diri sendiri,
memiliki kestabilan emosi ,memiliki konsep diri yang positif dan memiliki rasa
bahagia dan puas (Dalam Vedebeek,2008)

Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah prilaku pasien dari prilaku yang maladaptif
menjadi prilaku yang adaptif (Prabowo,2014).

Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa , dimana perawat


mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak penyembuhan. Ada
beberapa terapi yang dapat dilakukan oleh perawat pada pasien dengan masalah
kejiwaan yaitu, terapi aktivitas kelompok, dan terapi keluarga.
Tearapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi
dan kelompok sebagai target asuhan. Terapi aktivitas kelompok dilakukan untuk
meningkatkan kematangan emosional dan psikologis pada pasien yang mengidap
gangguan jiwa pada waktu yang lama. Didalam kelompok terjadi dinamika

1
dimana setiap anggota kelompok saling bertukar informasi danberdiskusi tentang
pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Terapi aktivitas kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap
perubahan pasien, meningkatkan prilaku adaptif serta mengurangi prilaku
maladaptif. Bahkan terapi aktivitas kelompok memberikan modalitas terapeutik
yang lebih besar daripada hubungan terapeutik antara dua orang perawat dan klien
(Direja,2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan
fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya
terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan
yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubungannya
tidak konstuktif. Terapi keluarga lebih menggunakan pendekatan terapeutik
untuk melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga
dan proses interpersonal (Prabowo,2014).

2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari terapi modalitas?

2. apa saja peran perawat dalam terapi modalitas?

3. Bagaiman klasifikasi terapi modalitas?

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian terapi modalitas

2. untuk mengetahui peran perawat dalam terapi modalitas

3. untuk mengetahui klasifikasi terapi modalitas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terapi Modalitas


Terapi Modalitas keperawatan jiwa merupakan bentuk terapi non-farmakologi
yang dilakukan untuk memperbaiki dan mempertahankan sikap klien agar mampu
bertahan dan bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat sekitar dengan harapan
klien dapan terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga, teman, dan system
pendukung yang ada ketika menjalani terapi. Mengingat bahwa klien dengan
gangguan jiwa membutuhkan pengawasan yang ketat dengan lingkungan supportif
yang aman. Beberapa terapi keperawatan didasarkan ilmu seni dan seni keperawatan
jiwa. Terapi modalitas keperawatan jiwa adalah berbagai alternative terapi yang dapat
diberikan pada pasien gangguan jiwa.

2.2 Peran Perawat Jiwa Dalam Terapi Modalitas


Secara umum peranan perawat jiwa dalam pelaksanaan terapi modalitas
bertindak sebagai leader, fasilitator, evaluator, dan motifator. Tindakan tersebut
meliputi:

1. Mendidik kembali dan mengorentasi kembali seluruh anggota


keluarga misalnya perawat menjalankan mengapa komunikasi itu
penting, apa visi seluruh keluarga, kesamaan harapan apa yang
dimiliki semua anggota keluarga.
2. Memberikan dukungan kepada klien serta system yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah. Perawat
meyakinkan bahwa keluarga klien mampu memecahkan masalah yang
dihadapi angootanya.

3
3. Mengoordinir dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan.
Perawat menunjukan intitusi kesehatan mana yang harus bekerja sama
dengan keluarga dan siapa yang bias diajak konsultasi.
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui
penyuluhan, perawatan di rumah, pendidikan, dan sebagainya. Bila
ada anggo keluarga yang kurang memahami perilaku sehat
didiskusikan atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.

2.3 Klasifikasi Terapi Modalitas

1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosionalseorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam
hubungan professional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang
terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.

 Psikoterapi Individu
Psikoterapi indivudu merupakan bentuk terapi yang menekankan pada
perubahan pada indivudu dengan cara pengkajian perasaan, sikap, cara
berpikir, dan perilakunya. Hal ini bertujan agar klien mampu memahami diri
dan prilaku dirinya sendiri, membuat perubahan personal atau berusaha lepas
dari rasa sakit hati dan ketidakbahagian. Kunci dari terapi individu adalah
bagaimana klien dapat mengungkapkan perasaan, dapat mengungkapkan
perilaku yang diperankannya dan menilainya sesuai sengan kondisi realitas.
Hubungan anatara klien dan terapis yang harmonis merupakan kunci
keberhasilan dalam psikoterapi individu sehingga membutuhkan keterampilan
terapis yang handal dan memuaskan klien. Klien yang memukul orang dan
memecahkan kaca jendela karena keingingan tidak dituruti merupakan bentuk
pelampiasan kekecewaan karena keinginannya tidak dituruti.
 Psikoterapi Kelompok

4
Terapi kelompok berguna untuk pasien yang memiliki karekteristik sebagai
berikut:
1. Segan terhadap psikoterapi individual karena takut, tak percaya
terhadap terapis, bersaing keras dengan terapis, melawan figure orang
tua
2. Tidak atau kurang pengalaman dengan saudara-saudara; mempunyai
sikap bertentangan dengan saudara-saudara; kurang berpartisipasi
dalam lingkungan, mempunyai pengalaman keluarga yang rusak; tidak
atau sukar menyesuaikan diri dalam kelompok.
3. Mempunyai intelegensi yang rendah

Langkah-langkah agar proses kelompok dapat berjalan lancer, maka


diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Individu harus diterima sebaik-baiknya, sebagaimana ia adanya


2. Pembatasan yang tidak perlu, dihindarkan
3. Pernyataan (ekspresi) verbal yang tak tertahankan dibiarkan keluar
4. Reaksi-reaksi dalam interaksi kelompok dinilai
5. Pembentukan kelompok harus dilakukan untuk memmenuhi
kebutuhan para anggota secara perorangan
1. Terapi Supportif
 Ventilasi atau katarsis. Memberikan pasien mengeluarkan isi
hati sesukanya
 Persuasi. Penerangan yang masuk akal tentang timbulnya
gejala-gejala, serta baik-buruknya atau fungsinya gejala-gejala
tersebut. Maka pasien pelan-pelan menjadi yakin bahwa gejala-
gejalanya akan hilang
 Sugesti. Secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran
pada pasien atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa
gejala-gejala akan hilang.

5
 Penjaminan kembali atau reassurance. Dilakukan melalui
komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang
hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara
adekuat(cukup, memadai)
 Bimbingan. Memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
(spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa)
pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya
tentang cara mengadakan hubungan antara-manusia, cara
berkomunikasi, belerja dan belajar dan sebaginya.
 Penyuluhan atau konseling. Suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia
dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat
menyesuaikan diri.
 Kerja-kasus social (social casework). Suatu proses bantuan
oleh seorang yang terlatih (pekerja social atau social worker)
kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih
pelayanan social khusus.
 Terapi Kerja. Dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada
pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil
dalam hal tersebut dan berguna baginya untuk mencari nafkah
kelak.
 Hipnosa. Dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang
dapat dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga
dicapai dengan cara lain tanpa hipnosa.
 Narkoterapi. Dilakukan secara intravena disuntikkan suatu
hipnotikum dengan efek pendek (umpamanya pentothal atau
amital natrium)

2. Terapi okupasi
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatuuntuk
mempertahankan hidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber

6
kesenangan. Dengan bekerja, seseorang akan menggunakan otot-otot dan
pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak
badan, kerajinan tangan dan lain-lain, di mana hal ini akan memengaruhi
kesehatan juga. Tujuan dan pelatihan terapi okupulasi itu sendiri adalah untuk
mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal
ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan
memberikan aktifitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi
penderita sehingga penderitaan diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga
maupun masyarakat. Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas
aktivitas yang telah dianalisis dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan
untuk anak sesuai dengan kebutuhan khusunya. Secara garis besar intervensi
difokuskan pada hal-hal berikut
o Kemampuan (Abilities)
1. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions)
2. Peregangan otot dan kekuatan otot ( muscle tone and muscle
strength)
3. Kesadaran anggota tubuh (body awareness)
4. Kemampuan keterampilan motoris halus (fine motor skill)
5. Kemampuan keterampilan motoric kasar ( gross motor skill)
6. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
7. Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration)
8. Perilaku termasuk level kesadaran, atensi, problem solving skill
dan lain-lain
o Keterampilan (skill)
1. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan lain-lain
2. Pre-academic skill
3. Keterampilan social
4. Keterampilan bermain
o Factor lingkungan

7
1. Lingkungan fisik
2. Situasi keluarga
3. Dukungan dari komunitas
o Okupilasi terapis sebagi konsultan
1. Program intervensi awal
2. Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain
3. Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar
4. Alat bantu
5. Strategi perilaku
 Indikasi Terapi Okupasi
a. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan
psikososialnya
b. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi
dengan orang lain
c. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan
yang primitive
d. Ketidakmampuan menginterprestasikan rangsngan sehingga reaksinya
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula
e. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran
f. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu
aktifitas daripada dengan percakapan
g. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dalam cara
mempratikkannya daripada dengan membayangkan
h. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadian
i. Dan sebagianya

 Proses Terapi Okupasi

8
Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan
menyertakan juga data mengenai pasien berupa diagnosis, masalahnya dan juga
akan menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Setelah
pasien berada di unit okupilasi, maka terapis akan bertindak sebagi berikut
1. Koleksi data. Data bias didapatkan dari kartu rujukan atau status
pasien yang disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi
unit terapi okupasional.
2. Analisis data dan identifikasi masalah. Dari data terkumpul dapat
ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah dan/atau
kesulitan pasien.
3. Penentuan tujuan. Dari masalah dan latar belakang pasien, maka
dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai dengan prioritas, baik
jangka pendek maupun jangka Panjang
4. Penentuan aktivitas. Setelah tujuan terapi ditetapkan, maka
dipilihlah aktifitas yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut.
Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam menentukan
jenis kegiatan yang aakn dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut
bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanannya.
5. Evaluasi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi
selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada.

 Pelaksanaan
1. Metode. Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual,
Maupun berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-
lain
a. Metode individual dilakukan untuk:
o Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien
o Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan
cukup baik di dalam suatu kelompok sehingga dianggap akan

9
mengganggu kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukan dalam
kelompok tersebut
o Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan
masalah atau hamper bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktifitas
untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai
suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok, maka terapis
harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut
pelaksanaan kegiatan tersebut.
2. Waktu. Okupasiterapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik
yang individu maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu
tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi
ini dibagi menjadi dua bagian yaitu 1/2 – 1 jam untuk menyelesaikan
kegiatan-kegiatan dan 1-1 ½ jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan
mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi,
kesan mengarah diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.
3. Terminasi. Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan
okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien:
 Dianggap telah mampun mengatasi persolannya
 Dianggap tidak akan berkambang lagi
 Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum
okupasiterapi

4.Terapi Lingkungan
Merupakan struktur lingkungan fisik dan social dari program terapi psikiatrik
dimana setiap interaksi dan kegiatan bersifat terapeutik untuk klien. Atau
pengaturan lingkungan yang membantu klien untuk mengatasi masalah perilaku
dan untuk mengunakan kemampuan psikososial yang lebih adaptif, diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
 Tujuan terapi lingkungan

10
Beberapa tujuan dari terapi lingkungan adalah membantu individu
untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain,
dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Tujuan terapi
lingkungan antara lain:
1. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat
2. Membantu belajar mempercayai orang lain
3. Mengembangkan komponen untuk berhubungan dengan orang lain
4. Meningkatkan fungsi psikologi
5. Mengembangkan motivasi
6. Meningkatkan identitas diri
7. Meningkatkan pengalaman positif pasien, khusus yang mengalami
gangguan mental
8. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
9. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat
10. Mencapai perubahan kesehatan yang positif

 Model Terapi Lingkungan


1. Model Terapi Moral. Model ini sangat umum dikenal oleh
masyarakat serta biasanya dilakukan dengan pendekatan agama/moral yang
menekankan tentang dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti ini sangat
tepat diterapkan pada libgkungan masyarakatyang masih memegang teguh nilai-
nilai keagamaan dan moralitas di tempat asalnya, karena model ini berjalan
bersamaan dengan konsep baik dan buruk yang diajarkan oleh agama.
2. Model Terapi Sosial. Model ini memakai konsep dari program
terapi komunitas, dimana adiksi terhadap obat-obatan dipandang fenomena
penyimpangan social (Social Disorder). Tujuan dari model terapi ini adalah
mengarahkan perilaku yang menyimpang tersebut ke arah perilaku social yang
lebih layak. Hal ini didasarkan atas kesadaran bahwa kebanyakan pencandu
narkoba hamper selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan criminal.

11
Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kedapa prilaku adiksi pecandu
narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalah gunakan.
Praktiknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi
berkelompok ( encounter group).
3. Model Terapi Psikologis. Model ini diadaptasi dari teori Psikologis
Mc. Lellin dkk, yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari
emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik sehingga pecandu
memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban
psikologisnya itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dan
pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan,
maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis terapi
model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik
dalam pusat rehabilitasi maupu dalam terapi pribadi.
4. Model Terapi Budaya. Model ini menyatakan bahwa prilaku adiksi
obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkung social atau kebudayaan
tertuntu. Dalam hal ini keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan
sebagai “lingkungan social dan kebudayaan tertentu”. Dasar pemikiran adalah
praktik penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu merupakan hasil
akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang
bersangkutan sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk
kalangan anggota keluarga dari pada pecandu narkoba tersebut.

 Jenis-Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan


1. Terapi Rekreasi. Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada
waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif
dan menyenangkan, serta mengembangkan kemampuan hubungan social.
2. Terapi Kreasi Seni. Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader
atau bekerjasama dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus
sesuai dengan bakat dan minat, diantar lainnya sebagi berikut:

12
o Menari/ Dance therapy. Suatu terapi dengan mengguanakan bentuk
ekspresi nonverbal dan menggunakan gerakan tubuh dimana
mengomunikasikan tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan.
o Terapi Musik. Terapi ini dilakukan melalui music. Dengan music
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan seperti marah, sedih, dan kesepian. Pelaksaan terapi ini dapat
dilakukan bersama (berkelompok) atau individual.
o Terapi dengan Menggambar/Melukis kelompok. Kegiatan mengambar
atau melukis akan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresika tentang apa yang terjadi pada dirinya. Menggambar juga
akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
o Literatur/ biblio therapy. Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel,
majalah, buku-buku dan kemudian mendiskusikan diantara pasien tentang
pendapat-pendapat terhadap topik yang dibaca. Tujuannya adalah untuk
menegmbangkan wawasan diri dan begaimana mengekspresikan
perasaan/pikiran dan oerilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
o Pettherapy. Terapi ini bertujuan untuk menstimulus respons pasien yang
tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan
pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri. Sarana yang digunakan
adalah binatang-binatang dimana dapat memeberikan respon
menyenangkan kepada pasien, sering kali dipergunakan pada pasien anak
yang autis.
o Planttherapy. Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan pasien untuk
memelihara segala sesuatu/mahluk hidup dan membantu hubungan yang
akrab antara satu pribadi kepad pribadi lainnya. Kegiatan ini
menggunakan tanaman/tumbuhan sebagai objek dalam mencapai tujuan
terapi.

 Penatalaksanaan Terapi Lingkungan

13
1. Pasien rendah diri (low self esteem), depresi (depression), dan bunuh diri (
suicide).
Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
a. Ruangan aman dan nyaman
b. Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan mencederai diri sendiri
atau orang lain
c. Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah
dan meningkatkan gairah hidup pasien
d. Warna dinding cerah
e. Adanya bacaan ringan,lucu dan memotivasi hidup
f. Hadirkan music ceria, televisi dan film komedi

Syarat lingkungan social adalah sebagai berikut:

a. Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien


sesering mungkin
b. Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan
atau kegiatan medis lainnya
c. Menerima pasien apa adannya, jangan mengejek atau merendahkan
d. Meningkatkan harga diri pasien
e. Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap
f. Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya

5.Terapi Keluarga
 Manfaat therapy keluarga
Manfaat terapi keluarga untuk pasien:
1. Mempercepat proses penyembuhan melalui dinamika keluarga atau
kelompok
2. Mengobservasi hubungan interpersonal klien dengan setiap anggota
keluarga

14
 Manfaat terapi keluarga untuk keluarga
1. Memoerbaiki fungsi dan struktur keluarga
2. Meningkatkan pengertian keluarga terhadap klien agar keluarga dapat
menerima, toleransi dan menghargai klien
3. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk membantu klien dalam
proses rehabilitasi
 Langkah-Langkah terapi keluarga
Adapun langkah langkah terapi keluarga yang akan di lalui untuk proses
penyelesaian masalah
a. Identifikasi masalah yang diraskan klien sebagai keluhan, dimana
perawat harus mengkaji atau mengobservasi perilaku yang
menyebabkan keluhan dengan cara meminta pendapat keluarga
tentang cara penyelesaian masalah yang telah dilakukan oleh
keluarga
b. Eksplorasi harapan klien dan keluarga terhadap terapi . harapan
klien dan keluarga sebaiknya sederhana, spesifik dan dapat
dicapai. Perawat memotivasi klien dan keluarga dalam melakukan
perubahan-perubahan
c. Reframing. Adapun maksudnya adalah agara klien dapat merubah
cara berpikirnya agar dapat merubah sikap, peran perawat adalah
membantu merubah pandangan atau cara berpikir negative ke
berpikir positif

5.Terapi Modifikasi Perilaku

Terapi perilaku didasarkan pada keyakinan bahwa perilaku dipelajari.


Sehingga dengan demikian perilaku yang tidak diinginkan atau maladatif fapat
dirubah menjadi perilaku yang diinginkan atau adatif. Proses pengubahan
perilaku dengan terapi ini adalah dengan menggunakan Teknik yang di sebut
“conditioning” yaitu suatu proses dimana klien belajar mengubah perilakunya

 Tiga Cara Melakukan Conditioning

15
1. Reciprocal inhibition
Cara ini adalah dengan mengurangi ansietas yang dirasakan dengan cara
mengendalikan situasi yang dapat merendahkan ansietas yang dirasakan
2. Positive conditioning
Yaitu upaya mengganti perilaku yang tidak diinginkan dengan perilaku
yang diinginkan. Cara yang di tempuh adalah dengan memberikan reward
pada setiap perilaku yang diinginkan dan tidak memberikan reward atau
menghukum pada perilaku yang tidak diinginkan.
3. Eksperimental extinction
Yaitu menurunkan suatu perilaku dengan cara tidak memberikan reward
berulang-ulang. Untuk menerapkan perilaku, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah
a. Pendekatan terapis kepada klien bersifat objektif, tidak menghukum
b. Klien diyakinkan bahwa reaksi meyakitkan akan pulih
c. Informasi yang tidak akurat dikoreksi segera
d. Klien dikuatkan untuk dapat menegndalikan perilakunya
4. Psikodrama

Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien


dalam suatu drama. Drama ini memberi kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran dan perilaku yang mempengaruhi orang lain. Spontanitas dalam
drama ini sangan penting

 Langkah-langkahnya
1. Terapi mendiskusikan dalam kelompok sebuah isu. Masalah yang akan
dibahas. Kemudian disepakati pemerannya
2. Rancangan dan penyajian drama
3. Diskusikan tentang pendapat masing-masing anggota kelompok tentang
peran yang ditampilkan. Terapi berusaha mengarahkan diskusi pada
penyelesaian masalah.

16
6.Terapi Aktifitas Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota
kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaan, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi
dinamika kelompok. Ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan
balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

 Tujuan dan fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang
lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladatif. Kekuatan kelompok
ada pada kontribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling membantu
satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.

 Jenis Terapi Kelompok


1. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu. Focus terapi ini adalah membuat sadar diri, peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya
2. Kelompok Terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik
krisis , tumbuh kembang atau penyesuaian social. Misalnya wanita hamil
yang akan menjadi ibu. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. Mecegah masalah kesehatan
b. Mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. Meningkatkan kualitas kelompok.
3. Terapi Aktifitas Kelompok

17
Terapi aktifitas sering dipakai sebagai terapi tambahan. Terapi aktifitas
kelompok dibagi menjadi empat tearapi yaitu
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realita
d. Terapi aktifitas kelompok sosialiasi

18
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga merupakan terapi modalitas
yang melihat masalah dalam konteks lingkungan dan keluarga. Terapi
aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya
diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang sama atau
sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang sama
dengan cara berdiskusi satu sama lain sedangkan terapi keluarga adalah
pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses
interpersonal.

3.2.SARAN
Bagi petuga kesehatan , dalam pemberian asuhan keperawatan untukl
pasien dengan gangguan kejiwaan salah satu cara paling efektif yaitu
diberikan terapi keluarga maupun terapi aktivitas kelompok. Namun
sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari konsep dan
teori terapi tersebut.

19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, dkk.2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Selemba Medika. Jakarta

Ermawati, Dalami. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Trans Info
Media. Jakarta

Suliswati,dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta

Videbeck.S.L.(2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC

Prabowo,Eko.(2014).Konsep Dan Aplikasi:asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:


Nuha Medika

20

Anda mungkin juga menyukai