Di SusunOleh :
1. Ni Komang Novi Kristina Sukanata
(P07120018161)
2. Ni Nyoman Tri Ariwangi
(P07120018177)
3. Ni Komang Ayu Cahyaningsih
(P07120018178)
4. Dewa Ayu Mira Purnama Dewi
(P07120018181)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkah danrahmat-nya penulis telah berhasi lmenyusun makalah tentang
Konsep dasar terapi modalitas.Makalahini di buat untuk menunjang proses
pembelajaran keperawatan. Sesuai dengan kurikulum program DIII
keperawatan, yaitu pembelajaran berbasis kompetensi.
Maka makalah ini sudah mengarahkan mahasiswa untuk belajar
dengan kurikulum terbarusehingga lebih memudahkan mahasiswa untuk
mempelajari makalah ini.Pada penulisan makalah ini kami menggunakan
bahasa sederhana dan mudahdimengerti sehingga dapat dengan mudah
dicerna dan di ambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan mahasiswa.
Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa DIII
keperawatan karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai
dengan kebutuhan materi pembelajaran yang di sempurnakan. Demikian
kami sangat mengharapkan kritik yang sifatny amembangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalambidang ilmu
Keperawatan Jiwa.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB 1 ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Terapi Modalitas ........................................................................................... 3
2.2 Peran Perawat Jiwa Dalam Terapi Modalitas ................................................................. 3
2.3 Klasifikasi Terapi Modalitas............................................................................................. 4
1. Psikoterapi .................................................................................................................... 4
2. Terapi okupasi ........................................................................................................... 6
4. Terapi Lingkungan ................................................................................................... 10
5.Terapi Keluarga ............................................................................................................ 14
6.Terapi Aktifitas Kelompok ............................................................................................ 17
BAB III ...................................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................................. 19
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................................. 19
3.2.SARAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Terapi modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah prilaku pasien dari prilaku yang maladaptif
menjadi prilaku yang adaptif (Prabowo,2014).
1
dimana setiap anggota kelompok saling bertukar informasi danberdiskusi tentang
pengalaman serta membuat kesepakatan untuk mengatasi masalah anggota
kelompok. Terapi aktivitas kelompok memberikan hasil yang lebih besar terhadap
perubahan pasien, meningkatkan prilaku adaptif serta mengurangi prilaku
maladaptif. Bahkan terapi aktivitas kelompok memberikan modalitas terapeutik
yang lebih besar daripada hubungan terapeutik antara dua orang perawat dan klien
(Direja,2011).
Sedangkan terapi keluarga merupakan suatu psikoterapi modalitas dengan
fokus pada penanganan keluarga sebagai unit sehingga dalam pelaksanaannya
terapis membantu keluarga dalam mengidentifikasi dan memperbaiki keadaan
yang maladaptif, kontrol diri pada anggota yang kurang serta pola hubungannya
tidak konstuktif. Terapi keluarga lebih menggunakan pendekatan terapeutik
untuk melihat masalah individu dalam konteks lingkungan khususnya keluarga
dan proses interpersonal (Prabowo,2014).
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari terapi modalitas?
1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian terapi modalitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Mengoordinir dan mengintegrasi sumber pelayanan kesehatan.
Perawat menunjukan intitusi kesehatan mana yang harus bekerja sama
dengan keluarga dan siapa yang bias diajak konsultasi.
4. Memberi pelayanan prevensi primer, sekunder, dan tersier melalui
penyuluhan, perawatan di rumah, pendidikan, dan sebagainya. Bila
ada anggo keluarga yang kurang memahami perilaku sehat
didiskusikan atau bila ada keluarga yang membutuhkan perawatan.
1. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah
emosionalseorang pasien yang dilakukan oleh seorang yang terlatih dalam
hubungan professional secara sukarela, dengan maksud hendak menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala yang ada, mengoreksi prilaku yang
terganggu, dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Psikoterapi Individu
Psikoterapi indivudu merupakan bentuk terapi yang menekankan pada
perubahan pada indivudu dengan cara pengkajian perasaan, sikap, cara
berpikir, dan perilakunya. Hal ini bertujan agar klien mampu memahami diri
dan prilaku dirinya sendiri, membuat perubahan personal atau berusaha lepas
dari rasa sakit hati dan ketidakbahagian. Kunci dari terapi individu adalah
bagaimana klien dapat mengungkapkan perasaan, dapat mengungkapkan
perilaku yang diperankannya dan menilainya sesuai sengan kondisi realitas.
Hubungan anatara klien dan terapis yang harmonis merupakan kunci
keberhasilan dalam psikoterapi individu sehingga membutuhkan keterampilan
terapis yang handal dan memuaskan klien. Klien yang memukul orang dan
memecahkan kaca jendela karena keingingan tidak dituruti merupakan bentuk
pelampiasan kekecewaan karena keinginannya tidak dituruti.
Psikoterapi Kelompok
4
Terapi kelompok berguna untuk pasien yang memiliki karekteristik sebagai
berikut:
1. Segan terhadap psikoterapi individual karena takut, tak percaya
terhadap terapis, bersaing keras dengan terapis, melawan figure orang
tua
2. Tidak atau kurang pengalaman dengan saudara-saudara; mempunyai
sikap bertentangan dengan saudara-saudara; kurang berpartisipasi
dalam lingkungan, mempunyai pengalaman keluarga yang rusak; tidak
atau sukar menyesuaikan diri dalam kelompok.
3. Mempunyai intelegensi yang rendah
5
Penjaminan kembali atau reassurance. Dilakukan melalui
komentar yang halus atau sambil lalu dan pertanyaan yang
hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi secara
adekuat(cukup, memadai)
Bimbingan. Memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus
(spesifik) yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa)
pasien agar ia lebih sanggup mengatasinya, umpamanya
tentang cara mengadakan hubungan antara-manusia, cara
berkomunikasi, belerja dan belajar dan sebaginya.
Penyuluhan atau konseling. Suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia
dapat mengatasi suatu masalah lingkungan atau dapat
menyesuaikan diri.
Kerja-kasus social (social casework). Suatu proses bantuan
oleh seorang yang terlatih (pekerja social atau social worker)
kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih
pelayanan social khusus.
Terapi Kerja. Dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada
pasien, ataupun berupa latihan kerja tertentu agar ia terampil
dalam hal tersebut dan berguna baginya untuk mencari nafkah
kelak.
Hipnosa. Dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang
dapat dicapai dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga
dicapai dengan cara lain tanpa hipnosa.
Narkoterapi. Dilakukan secara intravena disuntikkan suatu
hipnotikum dengan efek pendek (umpamanya pentothal atau
amital natrium)
2. Terapi okupasi
Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatuuntuk
mempertahankan hidup atau survival, dan juga diketahui sebagai sumber
6
kesenangan. Dengan bekerja, seseorang akan menggunakan otot-otot dan
pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak
badan, kerajinan tangan dan lain-lain, di mana hal ini akan memengaruhi
kesehatan juga. Tujuan dan pelatihan terapi okupulasi itu sendiri adalah untuk
mengembalikan fungsi penderita semaksimal mungkin, dari kondisi abnormal
ke normal yang dikerahkan pada kecacatan fisik maupun mental, dengan
memberikan aktifitas yang terencana dengan memperhatikan kondisi
penderita sehingga penderitaan diharapkan dapat mandiri di dalam keluarga
maupun masyarakat. Intervensi yang diberikan menggunakan modalitas
aktivitas yang telah dianalisis dan diadaptasi yang kemudian diprogramkan
untuk anak sesuai dengan kebutuhan khusunya. Secara garis besar intervensi
difokuskan pada hal-hal berikut
o Kemampuan (Abilities)
1. Keseimbangan dan reaksi postur (balance and postural reactions)
2. Peregangan otot dan kekuatan otot ( muscle tone and muscle
strength)
3. Kesadaran anggota tubuh (body awareness)
4. Kemampuan keterampilan motoris halus (fine motor skill)
5. Kemampuan keterampilan motoric kasar ( gross motor skill)
6. Mengenal bentuk, mengingat bentuk (visual perception)
7. Merespon stimuli, membedakan input sensori (sensory integration)
8. Perilaku termasuk level kesadaran, atensi, problem solving skill
dan lain-lain
o Keterampilan (skill)
1. Aktivitas sehari-hari (activity daily living) seperti makan, minum,
berpakaian, mandi, dan lain-lain
2. Pre-academic skill
3. Keterampilan social
4. Keterampilan bermain
o Factor lingkungan
7
1. Lingkungan fisik
2. Situasi keluarga
3. Dukungan dari komunitas
o Okupilasi terapis sebagi konsultan
1. Program intervensi awal
2. Pengaturan rumah, sekolah, dan area bermain
3. Lingkungan dan adaptasi mainan atau media belajar
4. Alat bantu
5. Strategi perilaku
Indikasi Terapi Okupasi
a. Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-
kesulitan yang dihadapi dalam pengintegrasian perkembangan
psikososialnya
b. Kelainan tingkah laku yang terlibat dalam kesulitannya berkomunikasi
dengan orang lain
c. Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan
yang primitive
d. Ketidakmampuan menginterprestasikan rangsngan sehingga reaksinya
terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula
e. Terhentinya seseorang dalam fase pertumbuhan tertentu atau seseorang
yang mengalami kemunduran
f. Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu
aktifitas daripada dengan percakapan
g. Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dalam cara
mempratikkannya daripada dengan membayangkan
h. Pasien cacat tubuh yang mengalami gangguan dalam kepribadian
i. Dan sebagianya
8
Dokter yang mengirimkan pasien untuk terapi okupasi akan
menyertakan juga data mengenai pasien berupa diagnosis, masalahnya dan juga
akan menyatakan apa yang perlu diperbuat dengan pasien tersebut. Setelah
pasien berada di unit okupilasi, maka terapis akan bertindak sebagi berikut
1. Koleksi data. Data bias didapatkan dari kartu rujukan atau status
pasien yang disertakan ketika pertama kali pasien mengunjungi
unit terapi okupasional.
2. Analisis data dan identifikasi masalah. Dari data terkumpul dapat
ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah dan/atau
kesulitan pasien.
3. Penentuan tujuan. Dari masalah dan latar belakang pasien, maka
dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai dengan prioritas, baik
jangka pendek maupun jangka Panjang
4. Penentuan aktivitas. Setelah tujuan terapi ditetapkan, maka
dipilihlah aktifitas yang dapat mencapai tujuan terapi tersebut.
Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam menentukan
jenis kegiatan yang aakn dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut
bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanannya.
5. Evaluasi. Hal ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi
selanjutnya sesuai dengan perkembangan pasien yang ada.
Pelaksanaan
1. Metode. Terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual,
Maupun berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-
lain
a. Metode individual dilakukan untuk:
o Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi
dan sekaligus untuk evaluasi pasien
o Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan
cukup baik di dalam suatu kelompok sehingga dianggap akan
9
mengganggu kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukan dalam
kelompok tersebut
o Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujan agar terapis
dapat mengevaluasi pasien lebih efektif
b. Metode kelompok dilakukan untuk: pasien lama atas dasar seleksi dengan
masalah atau hamper bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktifitas
untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus. Sebelum memulai
suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok, maka terapis
harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut
pelaksanaan kegiatan tersebut.
2. Waktu. Okupasiterapi dilakukan antara 1-2 jam setiap sesi baik
yang individu maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu
tergantung tujuan terapi, tersedianya tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Sesi
ini dibagi menjadi dua bagian yaitu 1/2 – 1 jam untuk menyelesaikan
kegiatan-kegiatan dan 1-1 ½ jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan
mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi,
kesan mengarah diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.
3. Terminasi. Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan
okupasiterapi dapat diakhiri dengan dasar bahwa pasien:
Dianggap telah mampun mengatasi persolannya
Dianggap tidak akan berkambang lagi
Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum
okupasiterapi
4.Terapi Lingkungan
Merupakan struktur lingkungan fisik dan social dari program terapi psikiatrik
dimana setiap interaksi dan kegiatan bersifat terapeutik untuk klien. Atau
pengaturan lingkungan yang membantu klien untuk mengatasi masalah perilaku
dan untuk mengunakan kemampuan psikososial yang lebih adaptif, diri sendiri,
orang lain dan lingkungan.
Tujuan terapi lingkungan
10
Beberapa tujuan dari terapi lingkungan adalah membantu individu
untuk mengembangkan rasa harga diri, mengembangkan kemampuan untuk
berhubungan dengan orang lain, membantu belajar mempercayai orang lain,
dan mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat. Tujuan terapi
lingkungan antara lain:
1. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat
2. Membantu belajar mempercayai orang lain
3. Mengembangkan komponen untuk berhubungan dengan orang lain
4. Meningkatkan fungsi psikologi
5. Mengembangkan motivasi
6. Meningkatkan identitas diri
7. Meningkatkan pengalaman positif pasien, khusus yang mengalami
gangguan mental
8. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain
9. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat
10. Mencapai perubahan kesehatan yang positif
11
Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya kedapa prilaku adiksi pecandu
narkoba yang bersangkutan, bukan pada obat-obatan yang disalah gunakan.
Praktiknya dapat dilakukan melalui ceramah, seminar, dan terutama terapi
berkelompok ( encounter group).
3. Model Terapi Psikologis. Model ini diadaptasi dari teori Psikologis
Mc. Lellin dkk, yang menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari
emosi yang tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik sehingga pecandu
memakai obat pilihannya untuk meringankan atau melepaskan beban
psikologisnya itu. Model terapi ini mementingkan penyembuhan emosional dan
pecandu narkoba yang bersangkutan, dimana jika emosinya dapat dikendalikan,
maka mereka tidak akan mempunyai masalah lagi dengan obat-obatan. Jenis terapi
model psikologis ini biasanya banyak dilakukan pada konseling pribadi, baik
dalam pusat rehabilitasi maupu dalam terapi pribadi.
4. Model Terapi Budaya. Model ini menyatakan bahwa prilaku adiksi
obat adalah hasil sosialisasi seumur hidup dalam lingkung social atau kebudayaan
tertuntu. Dalam hal ini keluarga seperti juga lingkungan dapat dikategorikan
sebagai “lingkungan social dan kebudayaan tertentu”. Dasar pemikiran adalah
praktik penyalahgunaan narkoba oleh anggota keluarga tertentu merupakan hasil
akumulasi dari semua permasalahan yang terjadi dalam keluarga yang
bersangkutan sehingga model ini banyak menekankan pada proses terapi untuk
kalangan anggota keluarga dari pada pecandu narkoba tersebut.
12
o Menari/ Dance therapy. Suatu terapi dengan mengguanakan bentuk
ekspresi nonverbal dan menggunakan gerakan tubuh dimana
mengomunikasikan tentang perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan.
o Terapi Musik. Terapi ini dilakukan melalui music. Dengan music
memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan-
perasaan seperti marah, sedih, dan kesepian. Pelaksaan terapi ini dapat
dilakukan bersama (berkelompok) atau individual.
o Terapi dengan Menggambar/Melukis kelompok. Kegiatan mengambar
atau melukis akan memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresika tentang apa yang terjadi pada dirinya. Menggambar juga
akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.
o Literatur/ biblio therapy. Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel,
majalah, buku-buku dan kemudian mendiskusikan diantara pasien tentang
pendapat-pendapat terhadap topik yang dibaca. Tujuannya adalah untuk
menegmbangkan wawasan diri dan begaimana mengekspresikan
perasaan/pikiran dan oerilaku yang sesuai dengan norma-norma yang ada.
o Pettherapy. Terapi ini bertujuan untuk menstimulus respons pasien yang
tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan
pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri. Sarana yang digunakan
adalah binatang-binatang dimana dapat memeberikan respon
menyenangkan kepada pasien, sering kali dipergunakan pada pasien anak
yang autis.
o Planttherapy. Terapi ini bertujuan untuk mengajarkan pasien untuk
memelihara segala sesuatu/mahluk hidup dan membantu hubungan yang
akrab antara satu pribadi kepad pribadi lainnya. Kegiatan ini
menggunakan tanaman/tumbuhan sebagai objek dalam mencapai tujuan
terapi.
13
1. Pasien rendah diri (low self esteem), depresi (depression), dan bunuh diri (
suicide).
Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal sebagai
berikut:
a. Ruangan aman dan nyaman
b. Terhindar dari alat-alat yang dapat digunakan mencederai diri sendiri
atau orang lain
c. Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah
dan meningkatkan gairah hidup pasien
d. Warna dinding cerah
e. Adanya bacaan ringan,lucu dan memotivasi hidup
f. Hadirkan music ceria, televisi dan film komedi
5.Terapi Keluarga
Manfaat therapy keluarga
Manfaat terapi keluarga untuk pasien:
1. Mempercepat proses penyembuhan melalui dinamika keluarga atau
kelompok
2. Mengobservasi hubungan interpersonal klien dengan setiap anggota
keluarga
14
Manfaat terapi keluarga untuk keluarga
1. Memoerbaiki fungsi dan struktur keluarga
2. Meningkatkan pengertian keluarga terhadap klien agar keluarga dapat
menerima, toleransi dan menghargai klien
3. Meningkatkan kemampuan keluarga untuk membantu klien dalam
proses rehabilitasi
Langkah-Langkah terapi keluarga
Adapun langkah langkah terapi keluarga yang akan di lalui untuk proses
penyelesaian masalah
a. Identifikasi masalah yang diraskan klien sebagai keluhan, dimana
perawat harus mengkaji atau mengobservasi perilaku yang
menyebabkan keluhan dengan cara meminta pendapat keluarga
tentang cara penyelesaian masalah yang telah dilakukan oleh
keluarga
b. Eksplorasi harapan klien dan keluarga terhadap terapi . harapan
klien dan keluarga sebaiknya sederhana, spesifik dan dapat
dicapai. Perawat memotivasi klien dan keluarga dalam melakukan
perubahan-perubahan
c. Reframing. Adapun maksudnya adalah agara klien dapat merubah
cara berpikirnya agar dapat merubah sikap, peran perawat adalah
membantu merubah pandangan atau cara berpikir negative ke
berpikir positif
15
1. Reciprocal inhibition
Cara ini adalah dengan mengurangi ansietas yang dirasakan dengan cara
mengendalikan situasi yang dapat merendahkan ansietas yang dirasakan
2. Positive conditioning
Yaitu upaya mengganti perilaku yang tidak diinginkan dengan perilaku
yang diinginkan. Cara yang di tempuh adalah dengan memberikan reward
pada setiap perilaku yang diinginkan dan tidak memberikan reward atau
menghukum pada perilaku yang tidak diinginkan.
3. Eksperimental extinction
Yaitu menurunkan suatu perilaku dengan cara tidak memberikan reward
berulang-ulang. Untuk menerapkan perilaku, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah
a. Pendekatan terapis kepada klien bersifat objektif, tidak menghukum
b. Klien diyakinkan bahwa reaksi meyakitkan akan pulih
c. Informasi yang tidak akurat dikoreksi segera
d. Klien dikuatkan untuk dapat menegndalikan perilakunya
4. Psikodrama
Langkah-langkahnya
1. Terapi mendiskusikan dalam kelompok sebuah isu. Masalah yang akan
dibahas. Kemudian disepakati pemerannya
2. Rancangan dan penyajian drama
3. Diskusikan tentang pendapat masing-masing anggota kelompok tentang
peran yang ditampilkan. Terapi berusaha mengarahkan diskusi pada
penyelesaian masalah.
16
6.Terapi Aktifitas Kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama. Anggota
kelompok mungkin dating dari berbagai latar belakang yang harus ditangani
sesuai dengan keadaan, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan,
ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi
dinamika kelompok. Ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan
balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.
17
Terapi aktifitas sering dipakai sebagai terapi tambahan. Terapi aktifitas
kelompok dibagi menjadi empat tearapi yaitu
a. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi
b. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
c. Terapi aktifitas kelompok orientasi realita
d. Terapi aktifitas kelompok sosialiasi
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Terapi aktivitas kelompok dan terapi keluarga merupakan terapi modalitas
yang melihat masalah dalam konteks lingkungan dan keluarga. Terapi
aktivitas kelompok adalah suatu bentuk psikoterapi yang kegiatannya
diikuti oleh beberapa pasien yang mempunyai masalah yang sama atau
sejenis dan dipandu oleh satu atau lebih terapis pada saat yang sama
dengan cara berdiskusi satu sama lain sedangkan terapi keluarga adalah
pendekatan terapeutik yang melihat masalah individu dalam konteks
lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada proses
interpersonal.
3.2.SARAN
Bagi petuga kesehatan , dalam pemberian asuhan keperawatan untukl
pasien dengan gangguan kejiwaan salah satu cara paling efektif yaitu
diberikan terapi keluarga maupun terapi aktivitas kelompok. Namun
sebelum dilakukan terapi tersebut perawat perlu mempelajari konsep dan
teori terapi tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, dkk.2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Selemba Medika. Jakarta
Ermawati, Dalami. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Trans Info
Media. Jakarta
20