Anda di halaman 1dari 23

A.

Masalah Keperawatan
Gangguan pemenuhan kebutuhan memiliki dan dimiliki

B. Pengertian
Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, cinta
dan mencintai yang merupakan hal yang paling penting untuk bertahan hidup dan
kesehatan.walaupun setiap orang punya sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap
orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar
yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Kebutuhan dasar mencintai dan dicintai sangat sulit untuk didefinisikan, karna
cangkupan maknanya yang terlalu luas dan tak terbatas. Cinta berhubungan dengan
emosi, bukan dengan intelektual seseorang. Perasaan lebih berperan dalam cinta
daripada proses intelektual. Walaupun demikian cinta dapat diartikan sebagai keadaan
untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati. Kebutuhan cinta
adalah kebutuhan dasar yang menggambarkan emosi seseorang. Kebutuhan ini
merupakan suatu dorongan di mana seseorang berkeinginan untuk menjalin hubungan
yang bermakna secara efektif atau hubungan emosional dengan orang lain. Dorongan
ini akan menekan seseorang sedemikian rupa, sehingga ia akan berupaya semaksimal
mungkin untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan akan cinta kasih dan perasaan
memiliki. Kebutuhan akan mencintai dan dicintai ini sangat besar pengaruhnya
terhadap kepribadian seseorang terutama untuk seorang anak. Cinta berhubungan
dengan emosi, bukan dengan intelektual. Perasaan lebih berperan dalam cinta
daripada proses intelektual. Walaupun demikian, cinta dapat diartikan sebagai
keadaan untuk saling mengerti secara dalam dan menerima sepenuh hati. Setiap
individu, termasuk klien yang dirawat oleh perawat, memerlukan terpenuhinya
kebutuhan mencintai dan dicintai. Klien merupakan individu yang berada dalam
kondisi ketidakberdayaan karena sakit yang dialaminya.Pada kondisi ini diperlukan
sentuhan perawat yang dapat memberikan kedamaian dan kenyamanan.Oleh karena
itu, setiap perawat harus memiliki pemahaman yang benar mengenai konsep dalam
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai.
Pengertian tentang cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W.Sarwono.
Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsur yaitu keterikatan, keintiman, dan
kemesraan. Yang dimaksud dengan keterikatan padalah adanya perasaan untuk hanya
bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali
dengan dia. Unsur yang kedua adalah keintiman, yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan
dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada
jarak lagi. Panggilan-panggilan formal seperti bapak, ibu, saudara digantikan dengan
sekedar memanggil nama atau sebutan sayang dan sebagainya. Makan minum dari
satu piring-cangkir tanpa rasa risi, pinjam meminjam baju, saling memakai uang
tanpa merasa berhutang, tidak saling menyimpan rahasia dan lain-lainnya. Unsur
yang ketiga adalah kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa
kangen kalu jauh atau lama tidak bertemu, adanya ucapan-ucapan yang
mengungkapkan rasa saying, dan seterusnya.
Ada beberapa konsep tentang mencintai dan dicintai yang harus diketahui dan
dipahami oleh setiap perawat, diantaranya yaitu :
1. Cinta adalah dukungan
Konsep ini memberikan makna bagi perawat bahwa klien yang dirawat
membutuhkan adanya dukungan terhadap kesembuhannya.Dukungan yang
diberikan perawat dapat dilakukan melalui intervensi keperawatan, misalnya
denga memberikan motivasi untuk membangkitkan semangat hidupnya.
Selain dukungan perawat, klien juga sangat membutuhkan dukungan
keluarga, dalam hal ini perawat dapat menjalankan perannya sebagai
fasilitator yang memfasilitasi klien dengan keluarganya. Selain itu, perawat
perlu melibatkan peran serta keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan
terhadap klien.

2. Cinta adalah ketulusan


Konsep ini memeberikan landasan bagi perawat bahwa perawat harus
tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.Ketulusan ini diwujudkan dengan sikap perawat yang tidak
membeda-bedaka dalam melayani seluruh pasien/kliennya.
3. Cinta adalah perhatian
Konsep ini selaras dengan hakikat keperawatan yaitu care, yang
artinya keperawatn merupakan profesi yang memiliki perhatian dan
kepedulian yang tinggi terhadap manusia. Klien yang dirawat akan diberikan
asuhan keperawatan dengan penuh perhatian. Bentuk dari perhatian perawat
adalah salah satunya yaitu kehadiran perawat sebagai helper. Menurut Sheila
L. Videbeck menyatakan bahwa perubahan pervasive emosi individu, yang
ditandai dengan depresi, mania, serta isolasi diri.
Menurut Stuart Laraia dalam Psikiatric Nursing, menyatakan bahwa
keadaan emosional yang memanjang yang mempengaruhi seluruh kepribadian
individu dan fungsi kehidupannya.

C. Gejala dan Tanda


1. Depresi
a. Gejala Emosional dari Depresi :
Data subjektif
Batasan karakteristik:
1) Mengungkapkan rasa tidak diberikan kasih sayang atau kurangnya kasih
sayang
2) Mengungkapkan kesedihan
3) Mengungkapkan perasaan bersalah
4) Mengungkapkan tidak ada harapan
5) Mengungkapkan keinginan bunuh diri
b. Gejala Fisik dari Depresi :
Data objektif
Batasan karakteristik :
1) Gangguan tidur
2) Kelesuan fisik
3) Hilangnya nafsu makan
4) Penyakit fisik yang ringan
5) Retardasi (perlambatan gerakan) motorik
6) Gangguan seksual atau libido menurun
7) Hilangnya kekuatan fisik
8) Hilangnya konsentrasi saat berbicara
9) Terlihat murung
10) Sering melamun
11) Kreatifitas dan produktifitas menurun.
2. Mania
a. Gejala Emosional dari Mania :
Data subjektif
Batasan karakteristik:
1) Mengungkapkan perasaan tidak berharga dan tidak berguna
2) Mengungkapkan kesedihan yang mendalam karena kehilangan kasih
sayang
3) Mengungkapkan perasaan cemas
4) Mengungkapkan keputusasaan
5) Mengungkapkan adanya keinginan untuk bunuh diri
b. Gejala Fisik dari Mania :
Data Objektif
Batasan karakteristik:
1) Gangguan tidur
2) Kelesuan fisik
3) Hilangnya nafsu makan
4) Memperlihatkan sikap banyak bicara
5) Banyak pikiran dan cepat berpindah topiknya tetapi tidak dapat
memusatkan pada satu topik
6) Menunujukkan kegembiraan yang berlebihan, tetapi sebenarnya pasien
penuh dengan kebencian dan rasa permusuhan terutama terhadap
lingkungannya
7)Hilangnya kekuatan
8) Nutrisi tidak adekuat
9) Hilangnya konsentrasi
10) Kreatifitas dan produktifitas menurun
11) Hiperaktif
12) BB menurun
13) Bicara bertele-tele.
3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)
a. Gejala emosional dari kesepian (isolasi sosial) :
Data subjektif
Batasan karakteristik :
1) Mengungkapkan perasaan kesendirian yang disebabkan oleh orang lain
2) Mengungkapkan perasaan berbeda dari orang lain
3) Mengungkapkan perasaan penolakan
4) Minat yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan
5) Tujuan hidup yang tidak adekuat
6) Ketidakmampuan memenuhi harapan orang lain
7) Merasa tidak aman dalam bermasyarakat
8) Mengungkapkan nilai yang tidak erterima bagi kelompok budaya
dominan.
b. Gejala fisik dari kesepian (isolasi diri) :
Data objektif
Batasan karakteristik :
1) Ketiadaan orang terdekat yang memberi dukungan (keluarga, teman, dan
keompok)
2) Perilaku yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan
3) Afek tumpul
4) Adanya cacat fisik atau mental
5) Termasuk golongan budaya non-dominan
6) Penyakit
7) Tindakan tidak terarah
8) Tidak ada ontak mata
9) Asyik dengan pikiran sendiri
10) Menunjukan sikap bermusuhan
11) Afek sedih
12) Memilih untuk sendiri
13) Tidak komunikatif
14) Menarik diri

D. Pohon Masalah
Proses terjadinya masalah
Negative perception to Maladaptive coping
problem

Stressor Accumulation of
stressor

Keterangan:
Potential self Helplessness
destruction depretion
Klien yang mengalami gangguan perasaan biasanya diawali dari persepsinya
yang negative terhadap stressor. Klien menganggap masalah sebagai sesuatu yang
100% buruk.Tidak ada hikmah dan kebaikan dibalik semua masalah yang
diterimanya. Kondisi ini diperburuk dengan tidak adanya dukungan yang adekuat
seperti dari keluarga, sahabat, ibu, tetangga, terutama keyakinannya kepada sang
Maha Kuasa. Muncullah fase akumulasi stressor dimana stressor yang lain turut
memperburuk keadaan klien. Klien akan merasa tidak berdaya dan akhirnya ada niat
untuk mencederai diri dan mengakhiri hidup. Hal ini menjadi pemicu munculnya
depresi, mania dan mengisolasi diri yang akan menjadi internal stressor.
1. Depresi

Koping keluarga tak efektif

Koping individu tak efektif

Harga diri rendah

Depresi

Resiko tinggi terjadi kekerasan

yang diarahkan pada diri sendiri


2. Mania

Kerusakan interaksi sosial


Gangguan alam perasaan: mania Core problem

Kekurangan volume cairan Peristiwa terhadap penyiksaan orang lain Rasa bermusuhan
dan diri sendiri

3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)

Inefektif Koping Inefektif Koping


Individu Keluarga

Harga Diri
Rendah Kronis

Isolasi Sosial

Malas Perubahan
Beraktivitas presepsi sensori
(Halusinasi)

Resiko Mencederai
Defisit
Diri, Keluarga dan
Perawatan Diri
E. Pemeriksaan Diagnostik Orang ain
Pemeriksaan diagnostik tidak dilakukan pada pasien dengan gangguan
kebutuhan mencintai dan dicintai.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Depresi
Menurut Tomb, 2003, semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi,
dan beberapa memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus
bergantung pada diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi
sebelumnya.
a. Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistik. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal-hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Identifikasi faktor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah
memecahkan masalah eksternal (misal : pekerjaan, lingkungan sekitar
tempat tinggal. Latih pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang
akan datang. Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per hari)
dan secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya.
Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan
anda (melalui kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll).
b. Terapi Kognitif
Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien depresi sedang dan
ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai “ketidakberdayaan yang
dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan pasien latihan keterampilan
dan memberikan pengalaman-pengalaman sukses. Dari perspektif kognitif,
pasien dilatih untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran negative
dan harapan-harapan negative. Terapi ini mencegah kekambuhan. Latihan
fisik (berlari, berenang) dapat memperbaiki depresi.
c. Terapi farmakologi
1) Litium karbonat, sebuah obat antimatik, adalah obat pilihan untuk klien
yang menderita gangguan bipolar.
2) Pengobatan antipsikotik digunakan untuk klien yang menderita
hiperaktivitas hebat dan untuk menangani perilaku manik.
3) Antikonvulsan kadang-kadang diberikan karena keefektifan dalam
antimanik.
4) Pengobatan antiansietas, misalnya klonazepam (klonopin) dan
lotazepam (Antivan), kadang-kadang digunakan untuk klien yang
menderita episode panik akut dan untuk klien yang sulit ditangani.
5) Selsctive serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) berguna untuk
menangani depresi, terutama karena obat tersebut lebih sedikit memiliki
efek antikolinergik yang merugikan, lebih sedikit toksisitas jantung, dan
reaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase
monoamin (MAO).
6) Trisiklik dan inhibitor MAO, generasi pertama antidepresan, jarang
digunakan sejak adanya SSRI dan SSRIs atipikal.
7) Antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk menangani gangguan
tidur dan ansietas sedang.
8) Dokter dapat memprogramkan, terapi elektrokonvulsif (ECP) jika
terdapat depsresi hebat, klien sangat ingin mealkukan bunuh diri, atau
jika klien tidak berespon terhadap protokol pengobatan antidepresan.

Tiga fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam panel


pedolaman depresi adalah fase akut, fase lanjut, dan fase pemeliharaan.
Dalam fase akut gejalanya ditangan, dosis obat dsisesuaikan untuk
mencegah efek yang merugikan, dan klien diberikan penyuluhan. Pada fase
lanjut klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh.
Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang berisiko kambuh seringkali tetap
diberi obat bahkan selama waktu remisi. Untuk klien yang dianggap tidak
berisiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.
2. Mania
Untuk penatalaksannan pada episode mania di prioritaskan pada tehnik
pencegahan dan penangan secara cepat :
a. Pengembangan dan peningkatan tentang respon maladaptive dan koping
yang efektif.
b. Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat
c. Pemberian obat antimanik.

3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)


Metode Psikososial
Menurut Hawari (2001, hlm. 90-97) ada beberapa terapi untuk pasien dengan
gangguan resiko kesepian (isolasi social), diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Psikoterapi
Psikoterapi pada penderita baru dapat diberikan apabila penderita
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
b. Terapi Psikososial
Dengan terapi psikososial ini dimaksudkan agar penderita mampu
kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial sekitarnya dan mampu
merawat diri, mampu mandiri tidak bergantung pada orang lain sehingga
tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat
c. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan terhadap pasien gangguan jiwa banyak mempunyai
manfaat, diantaranya yaitu gejala-gejala klinis gangguan jiwa lebih cepat
hilang, lamanya perawatan lebih pendek, hendaknya lebih cepat teratasi, dan
lebih cepat dalam beradaptasi dengan lingkungan. Terapi keagamaan yang
dimaksud adalah berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, shalat, ceramah keagamaan, dan kajian kitab suci.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Depresi
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien.
Menurut Keliat faktor-faktor yang perlu dikaji pada klien dengan gangguan alam
perasaan depresi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Menurut Keliat pengumpulan data yang dilakukan pada klien dengan
halusinasi dengar antara lain :
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat (saat masuk rumah sakit dan saat pengkajian)
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi
5) Faktor presipitasi atau faktor pencetus
6) Aspek fisik atau biologis
7) Aspek psikososial
8) Status mental
9) Kebutuhan persiapan pulang
10) Mekanisme koping
11) Masalah psikososial dan lingkungan
12) Aspek medik
Beberapa data yang kita kumpulkan pada klien dengan gangguan alam
perasaan depresi, diantaranya:
1. Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Dikaitkan dengan faktor keturunan
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri
Diawali dengan proses kehilangan → terjadi ambivalensi
terhadap objek yang hilang → tidak mampu mengekspresikan
kemarahan → marah pada diri sendiri
c) Kehilangan Objek
Pada masa kanak–kanak jika terjadi kehilangan → trauma →
faktor predisposisi terjadi gangguan pada masa remaja jika terjadi
kehilangan
d) Model Kognitif
Depresi terjadi karena gangguan proses pikir → penilaian
negatif terhadap diri, lingkungan dan masa depan
e) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Keadaan prilaku dan ciri kepribadian seseorang yang percaya
bahkan dirinya kehilangan kontrol terhadap lingkungan. Ditandai :
tampak pasif, tidak mampu menyatakan keinginan, opini negatif
tentang diri.
2. Faktor Presipitasi
a) Putus atau kehilangan hubungan
Kehilangan pada kehidupan dewasa → faktor predisposisi
terjadi gangguan kehilangan nyata atau samar-samar.
1) Kehilangan orang yang dicintai
2) Kehilangan fungsi tubuh
3) Kehilangan harga diri
b) Kejadian besar dalam kehidupan
1) Peristiwa tak menyenangkan
2) Pengalaman negatif dari peristiwa kehidupan → depresi
c) Perubahan peran
Peran sosial yang menimbulkan stressor : bertetangga,
pekerjaan, perkawinan, pengangguran, pensiunan.
d) Sumber koping tidak adekuat
1) Sosial ekonomi, pekerjaan, posisi sosial, pendidikan
2) Keluarga → kurang dukungan
3) Hubungan interpersonal isolasi diri atau sosial
e) Perubahan Fisiologik
Gangguan alam perasaan terjadi sebagai respon terhadap
perubahan fisik oleh karena :
1) Obat-obatan
2) Penyakit fisik (infeksi, virus, tumor) → timbul nyeri sehingga
membatasi fungsi individu berinteraksi → depresi
3. Perilaku
Prilaku yang berhubungan dengan depresi :
a) Afektif
Marah, anxietas, apatis, perasaan dendam, perasaan bersalah,
putus asa, kesepian, harga diri rendah, kesedihan.
b) Fisik
Nyeri perut, anorexia, nyeri dada, konstipasi, pusing, insomnia,
perubahan menstruasi, berat badan menurun.
c) Kognitif
Ambivalen, bingung, konsentrasi berkurang motivasi menurun,
menyalahkan diri, ide merusak diri, pesimis, ragu–ragu.
d) Prilaku
Agitasi, ketergantungan, isolasi sosial, menarik diri.

4. Mekanisme Koping
Reaksi berduka yang tertunda mencerminkan penggunaan eksagregasi
dari mekanisme pertahanan penyangkal (denial) dan supresi yang
berlebihan dalam upayanya untuk menghindari distress hebat yang
berhubungan dengan berduka. Depresi adalah suatu perasaan berduka
abortif yang menggunakan mekanisme represi, supresi, denial dan
disosiasi.

b. Masalah Keperawatan
Masalah-masalah keperawatan yang muncul pada klien dengan
gangguan alam perasaan depresi :
a) Risiko Perilaku Kekerasan
b) Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
c) Gangguan pola tidur
d) Gangguan alam perasaan : depresi
e) Gangguan konsep diri : harga diri rendah
f) Gangguan citra tubuh

1. Mania
Terdiri dari pengumpulan data dan perumusan masalah klien.
a. Pengumpulan data
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan.
6) Aspek medik
b. Masalah keperawatan
1) Menurut Keliat, Anna :
a) Resiko tinggi terhadap cedera
b) Resiko tinggi terhadap kekerasan, langsung kepada diri
sendiri atau orang lain
c) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
d) Perubahan proses pikir
e) Perubahan sensori persepsi
f) Kerusakan interaksi sosial
g) Gangguan pola tidur.
2) Menurut standar asuhan keperawatan jiwa :
a) Potensi terjadi cidera diri, orang lain dan lingkungan
b) Gangguan istirahat tidur
c) Potensial melukai diri sendiri dan orang lain
d) Gangguan asuhan mandiri
e) Gangguan komunikasi verbal
f) Potensial gangguan nutrisi dari keturunan
g) Potensial terjadi kelelahan berlebihan
3) Menurut pedoman perawatan psikiatri
a) Klien nampak hiperaktif, gaduh, gelisah, gembira terus
menerus, tidak pernah merasa takut
b) Arus pikir cepat, pikiran mudah dialihkan, perhatian
mudah terganggu, banyak bicara, flight of idea, cenderung
membanggakan diri, bicara dengan suara keras.
c) Tidak punya pandangan ke dalam diri, tidak tidur.
d) Kebersihan diri turun.
2. Resiko Kesepian ( Isolasi Sosial)
a. Pengumpulan data (Keliat, 2010).
1) Identitas klien dan penanggung
2) Alasan dirawat
3) Riwayat penyakit
4) Faktor predisposisi, presipitasi
5) Aspek fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan
pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan.
6) Aspek medik
b. Masalah keperawatan
1. Untuk umum :
a) Kaji presepsi pasien dan sistem pendukung yang aktual
b) Tentukan factor resiko terhdap kesepian (misalnya, kurang
energy yang dibutuhkan untuk interaksi social,
keterampilan komunikasi yang buruk)
c) Bandingkan kinginan pasen untuk ingin mendapatkan
kunjungan dan interaksi social dengan kunjungan dan
interaksi social actual
d) Pantau respon pasien terhadap kunjungan keluarga dan
teman
e) Fasilitas kunjungan NIC :
a. Tentukan pilihan keluarga untuk waktu kunjungan dan
sediakan informasi
b. Tentukan kebutuhan klien terhdap kunjungan dari
keluarga dan teman yang lebih sering
f) Kaji hubungan keluarga saat ini dan dimasa lalu
2. Untuk bayi dan anak-anak
a) Kaji sikap malu dan harga diri rendah, terutama diantara
remaja
b) Diskusikan engan orang tua kemungkinan memperoleh
hewan peliharaan
3. Untuk Lansia
Kaji keterbatasan fungsi yang dapat engganggu interaksi social
1. Kaji aanya depresi,rujuk ke professional kesehatan jiwa
sesui kebutuhan
2. Kaji adanya perubahan status mental
3. Dorong partisipasi dalam klompok aktivitas fisik
4. Atur agar klien mendapat layanan pembagian makanan
harian dipusat komunitas khusus lansia.

H. Daftar Masalah Keperawatan


1. Depresi
a) Risiko perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri berhubungan
dengan depresi yang ditandai dengan ide bunuh diri.
b) Depresi berhubungan dengan harga diri rendah ditandai dengan perasaan tak
berhjarga tidak ada harapan, murung dan merasa kosong.
2. Mania
a) Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan perubahan
ekskresi natrium sekunder
b) Resiko tinggi terhadap penyiksaan orang lain berhubungan dengan gangguan
alam perasaan mania, ditandai dengan kerusakan indra realitas, cedera,
penilaian dan hiperaktif.
c) Gangguan perasaan mania berhubungan dengan kerusakan interaksi sosial
ditandai dengan rasa bermusuhan, terlalu percaya diri, atau manipulasi orang
lain. (Carpenito, 2000)
3. Resiko Kesepian ( Isolasi Sosial)
a. Deprivasi kasih sayang berhubungan dengan
1) Kematian pasangan,
2) Perceraian,
b. Deprivasi katetik (hambatan interaksi sosial) berhubungan dengan tidak ada
teman bicara
4. Isolasi fisik (gangguan citra tubuh) berhubungan dengan
1) Penyakit infeksius,
2) Obesitas, kanker,
3) Kecacatan fisik,
4) Kecacatan emosional (depresi, paranoia,dan fobia)
5. Isolasi sosial berhubungan dengan ditolak oleh kelompok sebaya
Faktor yang berhubungan
1) Perubahan status mental
2) Gangguan penampilan fisik
3) Gangguan kondisi kesehatan
4) Faktor yang berperan terhadap tidak adanya hubungan personal yang tidak
memuaskan (misal, dalam menyelesaikan tugas perkembangan)
5) Minat atau ketertarikan yang belum mantap
6) Ketidakmampuan menjalani hubungan yang memuaskan
7) Sumber personal yang tidak adekuat
8) Perilaku sosial yang tidak diterima
9) Nilai sosial yang tidak diterima

I. Intervensi Keperawatan
1. Depresi
Diagnosa : Risiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum :
No Klien tidak menunjukkan prilaku kekerasan pada diri sendiri.

Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan


1 Klien dapat membina - Dengan membina · - Beri salam dan panggil nama klien,
hubungan saling hubungan salingsebut nama perawat sambil berjabat
percaya dengan percaya sebagai dasartangan, jelaskan kontrak yang dibuat
perawat interaksi terapeutikklien, beri rasa aman dan empati, dan
perawat dengan klien. lakukan kontak singkat tapi sering

2 Klien dapat -Dengan · - Beri kesempatan klien


mengidentifikasi mengungkapkan mengungkapkan perasaannya dan
tanda-tanda perilaku penyebab perasaanbantu klien mengungkapkan
depresi sedih klien maka bebanpenyebab rasa sedihnya
psikologis klien
berkurang
-Dengan · - Dengar setiap ungkapan klien
mendengarkan setiapsecara baik (empati).
ungkapan klien secara
baik maka klien akan
merasa ada orang yang
memperhatikan.
3 Klien -Dengan mendorong · - Dorong dan berikan alternatif klien
mampu mengenali danklien menggunakanuntuk menggunakan cara baru yang
mengekspresikan prilaku yanglebih konstruktif dalam berespon
emosinya konstruktif diharapkandalam suatu kejadian
nantinya bisa
menanggulangi suatu
kejadian
-Dapat meningkatkan
pemahaman klien - Diskusikan bersama klien cara
tentang cara berespon berespon terhadap perasaan sedih
terhadap suatu masalah yang dialami.
dan mencegah dampak
yang tidak diinginkan.

4 Klien dapat- Klien dapat - Bicarakan akibat yang ditimbulkan


mengidentifikasi mengetahui gambarandari cara yang dilakukan klien dalam
akibat dari perilakuakibat dari prilakunyamengatasi masalahnya dan bersama
depresi dalam mengatasiklien menyimpulkan akibat dari cara
masalah danyang telah digunakan
mengetahui cara yang
lebih konstruktif dalam
berespon.
5 Klien mendapat-Untuk meningkatkan · - Bina hubungan saling percaya
dukungan keluargakerjasama dalamdengan keluarga
dalam penggunaanmerawat klien
perilaku yang - Agar keluarga
konstruktif dan dalammemiliki pengetahuan - Identifikasi kemampuan keluarga
berinteraksi denganyang cukup di dalamdalam merawat klien dan jelaskan
orang lain. merawat klien peran serta keluarga dalam merawat
- Meningkatkanklien
motivasi dan
pengetahuan keluarga - Dorong klien untuk meningkatkan
dalam merawat klien. komunikasi dengan klien dan cara-
cara melakukan pendekatan pada
klien.

6 Klien mau mencari-Untuk menentukan· - Tanyakan pada klien apakah pernah


bantuan pada saatintervensi dalammencoba untuk mencederai diri
timbul dorongan yangmencegah tindakansendiri atau orang lain
dapat membahayakanklien yang merugikan
dirinya dirinya sendiri dan
orang lain
-Mencegah terjadinya
tindakan yang dapat- Ciptakan lingkungan yang aman bagi
mencederai klien. klien dengan menyingkirkan benda –
benda yang dapat membahayakan
dirinya dan lingkungan
7 Klien dan keluarga- Agar klien dan · - Jelaskan jenis obat yang didapat
mengetahui dan dapatkeluarga mengetahuioleh klien pada klien dan keluarga
menggunakan obatobat yang didapat dandan cara minumnya
dengan benar dantidak salah dalam
tepat. meminumnya
- Agar pengobatan - Diskusikan tentang manfaat minum
efektif dan mencegahobat, keteraturan minum obat dan
kesalahan minum obat prinsip yang benar dalam minum obat

Diagnosa : Depresi berhubungan dengan harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien dapat mengembangkan cara-cara adaptif dalam berespon terhadap perasaan
No sedih yang dialami

Tujuan Khusus Rasionalisasi Tindakan

1 Klien dapat membina - Hubungan saling · - Bina hubungan saling percaya : beri
hubungan saling percaya dapatsalam, panggil nama klien, berjabat
percaya meningkatkan dantangan dengan klien, jelaskan kontrak
membuat klien terbukayang dibuat dengan klien rasa aman
pada klien dan empati
- Dorong dan beri kesempatan klien
-Dapat mengurangiuntuk mengungkapkan perasaannya
beban perasaan klien - Perhatikan kebutuhan klien
-Dengan
memperhatikan
kebutuhannya, klien
akan merasa masih ada
yang mau peduli
terhadapnya.
2 Klien mampu - Klien mengetahui · - Diskusikan hal positif dan negatif
mengungkapkan hal- kelebihan dandalam diri klien
hal positif dalam kekurangannya
dirinya. - Identifikasi hal-hal- Bantu klien mengidentifikasikan hal-
positif dalam diri klienhal positif dalam dirinya
dapat meningkatkan
harga diri klien
-Diharapkan dengan- Diskusikan tentang rencana-rencana
mengubah sifat yanguntuk mengubah hal-hal dalam diri
negatif dalam diri klienklien yang bersifat negatif
sehingga dapat
meningkatkan harga
dirinya dan mencegah
dampak yang tidak
diinginkan
-Dengan penguatan
yang positif dapat- Berikan pujian dan penguatan positif
meningkatkan hargabila klien berhasil melakukannya.
diri klien dan klien
merasa dihargai atas
keberhasilannya.
3 Klien dapat mengikuti-Memberikan - Kaji dan diskusikan aktivitas
aktivitas terapi dankesempatan klien untukyang tepat untuk klien
tugas-tugas sesuaiikut merumuskan
kemampuannya. sesuatu yang dapat
meningkatkan harga
diri klien
- Aktivitas yang sesuai
dengan kemampuan- Beri aktivitas yang sesuai dengan
klien dapatkemampuan klien
meningkatkan
kemungkinan untuk
berhasil
-Dapat meningkatkan
motivasi klien untuk
melaksanakan tugasnya - Beri dorongan dan dukungan bila
- Kesuksesan klienklien menghadapi rasa takut terhadap
dalam melakukankegagalan dalam mengikuti terapi dan
aktivitas dapatmelaksanakan tugasnya
meningkatkan harga
diri klien - Beri pengakuan atas kerja keras dan
penguatan positif terhadap uasaha
yang dilakukannya.

2. Mania
Diagnosa : Defisit Nutrisi
Tujuan : Klien akan mengkonsumsi makanan dan diantaranya makanan kecil
untuk memenuhi anjuran harian.

Intervensi Rasional
1. - Mengikuti atau berjalan bersama klien1. - Kehadiran individu yang dipercayai dapat
selama makanan diberikan. memeberikan rasa aman dan menurunkan
agitasi
2. - Berikan klien makanan tinggi protein,2. - Karena keadaan hiperaktif, klien
tinggi kalori, mengandung zat-zat gizi mengalimi kesukaran duduk agak lama
dan minuman-minuman yang dapat untuk makan.
dikonsumsi sambil jalan - Kemungkinanya adalah lebih besar bahwa
3. Pertahankan cataan yang akurat ia akan mengkonsumsi makanan dan
mengenai jumlah masukan, haluaran dan minuman yang dapat dibawa-bawa dan
kalori dimakan dengan hanya sedikit usaha.
4. - Kolaborasi dengan ahli gizi, tentukan3. - Informasi ini dibutuhkan untuk membuat
jumlah kalori yang dibutuhkan suatu pengkajian nutrisi yang akurat dan
- Berikan suplemen vitamin dan mineral untuk mempertahankan keamanan klien
sesuai program terapi pengobatan 4. - Untuk menentukan pemberian nutrisi yang
adekuat sesuai dengan kebutuhan klien dan
untuk meningkatkan status nutrisi.

Diagnosa : Risiko tinggi terhadap cedera


Tujuan : Klien tidak akan terlalu lama memperlihatkan pergerakan yang
mengakibatkan potensial cidera selama 24 jam dengan pemberian
obat-obat penenang

Intervensi Rasional
1. - Singkirkan benda-benda dan zat-zat1. - Rasionalitas klien rusak dan pasien
yang berbahaya dari lingkungan sekitar dapat saja secara tidak hati-hati
klien. membahayakan dirinya
2. - Berikan jadwal kegiatan yang2. - Jadwal yang terstruktur memberikan
terstruktur yang mencakup menentukan rasa aman untuk klien dalam
waktu istirahat tersebut. 3 keadaan hiperaktif, klien sangat mudah
- Kurangi stimulus lingkungan, berikan bingung, dan berespon terhadap stimulus
linkungan pribadi jika memungkinkan yang sangat sedikitpun secara berlebihan
sinar lampu yang lembut, tingkat4. - Kemampuan klien untuk berinteraksi
kebisingan yang rendah dengan orang lain rusak. Pasien merasa
4. - Batasi aktifitas-aktifitas kelompok. lebih aman dengan hubungan satu per
Bantu klien mencoba untuk menetapkan satu yang tetap setiap saat.
satu atau dua hubungan yang akrab
5. - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain5. - Untuk menghilangkan agitasi dan
untuk pemberian obat penenang hiperaktifitas dengan segera.

Diagnosa : Kerusakan interaksi sosial.


Tujuan : Menurunkan resiko menganiaya diri sendiri dan orang lain

Intervensi Rasional
1. - Alihkan perilaku aniaya dengan1. - Latihan fisik adalah suatu cara yang
menyalurkan fisik secara rasa aman dan efektif untuk menghilangkan
permusuhan klien ketegangan yang terpendam
2. - Jika klien tidak tenang dengan cara2. - Kegiatan ini dapat bermanfaat untuk
“menghentikannya” dengan suara keras mencegah klien menganiaya diri sendiri
dll gunakan pembatas mekanik sesuai atau orang lain
kebutuhan - Ansietas merupakan hal yang menular
3. - Pertahankan dan perlihatkan sikap dan dapat ditransmisikan dari staf kepada
yang menenangkan untuk klien klien
- Apa bila klien diikat observasi setiap2. - Memastikan sirkulasi keekstermitas
15 menit (atau menurut kebijakan tidak membahayakan dan
institusi) meminimalkan resiko cedera pada klien

3. Resiko Kesepian (Isolasi Sosial)

NO. INTERVENSI
1. Identifiksi faktor penyebab dan
penunjang

2. Kurangi atau singkirkan faktor


penyebab atau penunjang
3. Tingkatkan interaksi social a. Bantu individu yang mengalami proses
kehilangan ketika ia melalui proses
berduknya
b. Validasi kenormalan berduka
c. Beri dorongan individu untuk
membicarakan perasaan kesepiannya
dan mengapa perasaan tersebut ada
d. Kerahkan sistem pendukung tetangga
dan temna-teman individu
e. Bicarakan pentingnya kualitas social
ketimbang besarnya jumlah interaksi
f. Rujuk pada penyuluhan keterampilan
social
g. Tawarkan umpan balik tentang
bagaimana individu menawarkan diri
pada orang lain

4. Kurangi hambatan kontak sosial a. Tentukan ketersediaan transportasi


dalam komunitas ( umum, yang
berhubungan dengan tempat ibadah
dan volunter)
b. Tentukan apakah individu harus
diajarkan bagaimana mengubah
transportasi
c. Identifikasi aktivitas yang membantu
mempertahankan individu agar tetap
sibuk terutama selama periode tingggi
resiko kesepian
d. Bantu mengembangkan alternative
komunikasi pada individu dengan
gangguan kemampuan sensoris (misal,
memasang telepon dengan amplifien
kemudian lihat hambatan komunikasi)
e. Bantu penatalaksanaan masalah
estetika
J. Daftar Pustaka
Carpenito, Lynda Jual & Moyet. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13.
Jakarta: EGC.

Ed. Herman T.H. and Komitsuru. S. 2014. Nanda International Nursing Diagnosis,
Definition and Clasification 2015-2017. Jakarta: EGC.

Hawari, Dadang. 2001. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayat, A. 2014. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta:
EGC.

Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-


2014. Jakarta: EGC.

Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional (2013). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta:
Media Action Publisher.

Stuart, G. W., dan Sundeen, S. J. 1995. Principles and Practice of Physiciatric


Nursing. St. Lois: Mosby Year Book. Inc.S.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai