Anda di halaman 1dari 42

“ MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS ’’

PERAN KELUARGA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS


DAN KELUARGA BERENCANA

DI SUSUN OLEH:

KELAS 2.5
KELOMPOK III

I KADEK ALDI ( P07120018 162 )


NI PUTU SINTYA DARMAYANTI ( P07120018 163 )
NI MADE LINDA KARISMA DEWI ( P07120018 168 )
NI NENGAH RIASTINI ( P07120018 176 )
NI NYOMAN TRI ARIWANGI ( P07120018 177 )

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya,
makalah yang berjudul “PERAN KELUARGA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS DAN
KELUARGA BERENCANA” dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan tanpa kendala yang berarti.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah komplementer.

Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu DA Ketut Surinati, selaku dosen mata kuliah


2. Orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan moral dan materil
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam
pembuatan karya ilmiah ini

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua
pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut di atas. Makalah ini tentu saja masih jauh dari
sempurna, sehingga penulis dengan senang hati menerima kritik demi perbaikan. Akhirnya semoga
makalah ini ada manfaatnya.

Denpasar, 13 Januari 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .................................................................................................................................... 5
1.4 Manfaat .................................................................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 PERAN KELUARGA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS ......................... 6
2.1.1 Pengertian Keluarga ......................................................................................... 6
2.1.2 Fungsi Keluarga ............................................................................................... 6
2.1.3 Peran Keluarga ................................................................................................. 7
2.1.4 Tipe atau Bentuk Keluarga .............................................................................. 8
2.1.5 Tahap – Tahap Kehidupan atau Perkembangan Keluarga ............................. 10
2.2 KELUARGA BERENCANA ........................................................................................... 13
2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana ..................................................................... 13
2.2.2 Tujuan KB ...................................................................................................... 15
2.2.3 Pengertian Kontrasepsi .................................................................................. 15
2.2.4 Jenis Kontrasepsi ........................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 40
3.1 SIMPULAN ........................................................................................................................ 40
3.2 SARAN ................................................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 42

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena
adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan
yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya. ( Bailon dan Maglaya 1978 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah
kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah lain.
Untuk itu, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana (KB) yaitu program
pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga.
Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui
keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-KB
meningkat dari 26% pada tahun 1980, menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir menjadi
57% pada tahun 1997.
Program KB nasional telah berjalan selama kurun waktu 4 pelita dengan hasil yang
cukup menggembirahan, baik secara normatif maupun demografis. Berdasarkan hasil –
hasil Survey Prevalensi Indonesia ( SPI ) tahun 1987 ternyata tingkat kelahiran kasar telah
menurun menjadi sekitar 28 –29 / 1000 dan TFR menjadi sekitar 3,4 –3,6. Meskipun begitu,
jika dipandang dari segi islam KB itu hukumnya haram.
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya.
Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang
menjadi 205,8 juta orang. Selama rentang 1900-2000, progran Keluarga Berencana (KB)
berhasil mencegah kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga
tahun 2000 diprediksi 285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Dr.Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale
‘Kependudukan dan Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan', Jum'at (19/6)
di Auditorium Thoyib Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara ini digelar
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB bekerjasama dengan BKKBN.

4
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah peran keluarga dalam keperawatan maternitas ?
1.2.2 Apakah yang dimaksud dengan keluarga berencana ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui peran keluarga dalam keperawatan maternitas.
1.3.2 Untuk mengetahui keluarga berencan.

1.4 Manfaat

Dari hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak, yakni
sebagai berikut.
1. Manfaat Praktis
Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan dorongan atau masukan bagi seluruh
mahasiswa keperawatan untuk mempelajari dan mendalami materi peran keluarga dalam
keperawatan maternitas dan keluarga berencana.
2. Manfaat Teorietis
Semoga hasil penulisan ini dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai peran
keluarga dalam keperawatan maternitas dan keluarga berencana.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERAN KELUARGA DALAM KEPERAWATAN MATERNITAS


2.1.1 Pengertian Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya yang dikutip oleh Nasrul Efendi ( 1998 ),
keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Sementara menurut Friedman
( 1986 ), keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
dengan keterikatan aturan dan emosional, dan individu mempunyai peran
masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga ( Suprajitno, 2004 ).

2.1.2 Fungsi Keluarga


Menurut Effendi ( 1998 ), beberapa fungsi yang harus dapat dijalankan
keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi biologis
 Untuk meneruskan keturunan.
 Memelihara dan membesarkan anak.
 Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
 Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi psikologis
 Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
 Memberikan perhatian di antara anggota keluarga.
 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
3. Fungsi sosialisasi
 Membina sosialisasi pada anak.
 Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
 Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa.
4. Fungsi ekonomi

6
 Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
 Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
 Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua, dan sebagai.
5. Fungsi pendidikan
 Menyekolahkan anak-anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan membetuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimiliki.
 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.
 Mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya.

2.1.3 Peran Keluarga


Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
dan kegiatan yang berhubugan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Pernana individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
keluarga, kelompok, dan masyarakat ( Effendi, 1998 ).
Selanjutnya menurut Friedman ( 1998 ), ada beberapa peran dalam
keluarga, yaitu sebagai berikut :
 Peran ayah adalah menggunakan kepemimpinan moral dalam
keluarga. Sebaliknya, pencari nafkah yang berjarak menggambarkan
peran utama ayah sebagai penyedia, tetapi tidak terlibat dalam
perawatan anak.
 Peran ibu, tampaknya menjadi semakin jelas bahwa dalam
kebanyakan keluarga peran-peran penting tertumpu pada ibu, yaitu
sebagai istri, pemimpin, dan pemebri asuhan kesehatan. Perlu
diketahui bahwa wanita lebih banyak menerima beban pemberian
perawatan kepada yang sakit jauh melebihi pria.

7
 Peran kakak/adik, ketika anak telah beranjak dewasa peran sebagai
kakak adik ( sibling rule ) mendapat arti penting sebagai sesuatu
sosializing agent ( perilaku yang bersosialisasi ).
 Peran kakek/nenek, atau bahkan moyang, moyang laki-laki atau
perempuan menjadi objek yang diminati. Riset empiris
menggambarkan bahwa menjadi kakek/nenek sebagai pengalaman
heterogen dengan berbagai variasi, menyangkut bagaimana peran
kakek/nenek dijalankan.

2.1.4 Tipe atau Bentuk Keluarga

Menurut Dapertemen Kesehatan RI (1988), tipenatau bentuk keluarga, antara


lain sebagai berikut.

1. Tradisional
a. The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak.
b. The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa yang bersama dalam
satu rumah).
c. Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri.
d. The childlwss family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan
anak terlambat waktunya, yang disebabkan mengejar karier atau
pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family (keluarga luas / besar)
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu
rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua, (kakek-
nenek), keponakan, dll.
f. The single-parent family (keluarga duda/janda)
Keluarga yang terdiri satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak.
Keluarga ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian, dan
ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).

8
g. Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota
tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
h. Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama. Misalnya: dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dll.
j. Blended family
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi), seperti perceraian atau ditinggal
mati.

2. Non – Tradisional
a. Then unmarried teenagecmother
Keuaraga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
c. Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan familita
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cobabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.

9
e. Gey and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan seks, hidupmbersama
sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
f. Cobabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya,
berbagai sesuatu, termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
h. Group network family
Keluarga inti yang di batasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan
satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
i. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara
dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeles family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari oarang-orang muda yng
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.5 Tahap – Tahap Kehidupan atau Perkembangan Keluarga


a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing:
- Membina hubungan intim yang memuaskan.
- Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok social.

10
- Mendiskusikan rencana memiliki anak.
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 tahun:
- Persiapan menjadi orang tua
- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga,peran, interaksi, hubungan
seksual, dan kegiatan keluarga
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan)dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun :
- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal,privasi, dan rasa aman
- Membantu anak untuk bersosialisasi
- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi
- Mempertahankan hubungan sehat, baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar)
- Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap yang paling
repot)
- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
- Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak,
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahapan ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usis 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat sibuk
- Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah, dan lingkungan
- Mempertahankan keintiman pasangan
- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat petama berusia 13 tahun dan berakhir sampai 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung

11
jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
lebih dewasa.
- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
- Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga
- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari
perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan.
- Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua
- Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
- Mempertahankan keitiman keluarga
- Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua
- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
- Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
- Mempertahankan kesehatan
- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak anak
- Meningkatkan keakraban pasangan

h. Keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan ini pension. Berlanjut saat slah satu pasangan meninggal sampai
kedua meninggal
- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
- Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik,
dan pendapatan.

12
- Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
- Mempertahankan hubungan dengan anak dan social masyarakat
- Melakukan life review (merenungkan hidupnya)
- Kondisi kognisi dan emosi dalam proses proses keluarga. Peran kognisi
adalah proses keluarga mencakup kognisi, dan nilai orang tua tentang
peran mereka sebagai orang tua dan cara mereka mempersepsi, mengelola,
dan memahami perilaku dan keyakinan anak mereka. Peran emosi dalam
proses keluarga mencakup regulasi emosi pada anak dan perkembangan
emosional anak.

2.2 KELUARGA BERENCANA


2.2.1 Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian keluarga berencana ( KB ) menurut UU No.10 th 1992 adalah
upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan
usia perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
1. Gerakan keluarga berencana
Gerakan keluarga berencana indonesia telah menjadi contoh
bagaimana Negara dengan penduduk ke empat terbesar di dunia dapat
mengendalikan dan menerima gerakan keluarga berencana sebagai
salah satu bentuk pembangunan keluarga yang lebih dapat
dikendalikan untuk mencapai kesejahteraan. Keluarga adalah unit
terkecil kehidupan bangsa, yang sangat diharapkan dapat mengatur,
mengendalikan masalah poleksobudhankamka ( politik, ekonomi,
social, budaya, ketahanan, dan keamanan keluarga ) yang secara
berantai menuju yang lebih besar dan terakhir berskala nasional.
Gambaran umum tentang keluarga yang dapat di terima masyarakat
berpedoman Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS )
dan keluarga mempunyai fungsi sosial.
Dalam mencapai sasaran NKKBS dicanangkan konsep panca
warga artinya keluarga terdiri hanya tiga anak, sedangkan pengertian
tersebut makin berkembang mnjadi konsep catur warga yaitu hanya
dua anak saja. Untuk dapat mencapai sasaran bahagia yang diinginkan

13
itu tersembunyi keinginan untuk mempunyai sepasang anak laki-laki
dan perempuan. Untuk dapat mencapai keinginan tersebut telah
dikemukakan bagaimana mengatur hubungan seksual menurut waktu
untuk dapat mengatur berpacunya spermatozoa X dan Y yang akan
membuahi ovum.

2. Akibat kegagalan gerakan keluarga berencana


 Pendidikan. Investasi pendidikan yang perlu dibangun semakin
besar dan banyak. Kesempatan untuk mendapatkan pendidikan
semakin sulit dan mahal.
 Lapangan kerja. Lapangan kerja semakin langka karena orientasi
pendidikan dan ketidakseimbangan dari usaha menyediakan
lapangan kerja. Pengangguran semakin bertambah apalagi tingkat
sarjana, menjadi ancaman bagi keterlibatan dan keamanan lokal
maupun nasional.
 Masalah perumahan dan tempat tinggal. Semakin banyak
diperlukan dan ironisnya mungkin menyita lahan pertanian yang
subur. Kelangkaan tempat tinggal menimbulkan hidup berdesakan
dan tempat menjadi kumuh dan merupakan potensi gangguan
kamtibmas.
 Memburuknya lalu lintas. Jalan yang dibangun tidak seimbang
dengan pertumbuhan penduduk dan kendaraan sehingga
menimbulkan gangguan lalu-lintas. Situasi tergesa-gesa tidak
mungkin dihindari sehingga banyak kecelakaan lalu-lintas dengan
kerugian jiwa dan harta benda tidak stabil.
 Gangguan ketertiban dan keamanan. Pertumbuhan penduduk yang
tidak terkendali menyebabkan kemiskinan mental dan harta benda
yang menyebabkan masyarakat cenderung menjadi brutal dan
dapat menjadi gangguan kemanan dan ketertiban. Gangguan
ketertiban dan keamanan tidak saja didalam negeri bahkan dapat
meluas menjadi ketegangan regional bahkan international.

14
3. Pelaksaan program keluarga berencana
Hubungan waktu dan metode KB
Waktu Metode KB
Pasca – Melahirkan AKDR
Pasca – Abortus Suntikan
KB susuk ( norplant implanon )
Kontap wanita/pria
Masa Puerperium Kondom
Tiga bulan pasca – melahirkan AKDR
Suntikan KB
KB susuk
Kontap
Pantang Berkala
Interval segera setelah Pantang Berkala
menstruasi terbukti tidak hamil Kondom
melalui tes hamil AKDR
Suntikan
KB susuk Kontap
Spermisida
KB darurat Hubungan seks tanpa
perlindungan KB

2.2.2 Tujuan KB
1. Merencanakan kelengkapan keluarga.
2. Menghentikan kehamilan.
3. Menghilangkan kehamilan.
4. Mewujudkan NKKBS.

2.2.3 Pengertian Kontrasepsi


Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan,
sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel
sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan

15
antara sel telur yang matang dengan sel spermisida. Pemilihan jenis kontrasepsi
didasarkan pada tujuan pengguaannya, yaitu :
1. Menunda kehamilan pasangan dengan istri berusia dibawah 20 tahun
dianjurkan untuk menunda kehamilannya.
Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitu :
 Reversibilitas yang tinggi.
 Efektivitas yang relative tinggi misalnya : pil, AKDR ( IUD ), dan KB
cara sederhana.
2. Menjarangkan kehamilan ( mengatur kesuburan ). Masa saat istri 20-30
tahun adalah cara yang paling baik untuk melahirkan anak dengan jarak
kelahiran 3-4 tahun.
Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan yaitu :
 Reversibilitas cukup tinggi.
 Efektivitas cukup tinggi.
 Tidak menghambat produksi air susu ibu ( ASI ).
Kontrasepsi yang sesuai misalnya : AKDR ( IUD ), pil, suntik. Cara
sederhana, susuk KB,kontrasepsi mantap ( kontap ).
3. Mengakhiri kesuburan ( tidak ingin hamil lagi ). Saat usia istri diatas 30
tahun dianjurkan untuk mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 anak.
Ciri-ciri kontarsepsiyang diperlukan yaitu :
 Reversibilitas rendah.
 Efektivitas sangat tinggi.
4. Dapat dipakai jangka panjang
5. Tidak menambah kelainan yang sudah ada.
Kontrasepsi yang sesuai misalnya : kontarsepsi mantap
( tubektomi/vesektomi ), susuk KB, AKDR, suntik, pil, dan cara sederhana.

2.2.4 Jenis Kontrasepsi


a. Kontrasepsi Alamiah
Dalam menggunakan kontrasepsi alamiah, dianjurkan untuk tidak
menggunakan salah satu metode, tetapi dengan mengkobinasikan keduanya.
 Yang termasuk dalam kontrasepsi alamiah ( KBA ) tanpa alat :
1. Metode kalender

16
Metode ini memperhitungkan masa subur wanita yang berkaitan
erat dengan siklus menstruasi. Prinsipnya adalah pasangan tidak
melakukan hubungan suami istri saat masa subur istri sehingga tidak
terjadi kehamilan. Untuk meningkatkan keefektifan metode pantang
berkala di perlukan kerja sama suami-istri yang ketat, siklus mestruasi
yang teratur, dan perhitungan yang cermat. Secara kasar masa subur istri
dapat diperhitungkan dengan menghitung masa subur sekitar pertengahan
siklus menstruasi dengan interval 28 hari. Masa subur mulai hari ke-13
sampai ke-20 menstruasi.
Keuntungan metode ini adalah hubungan seks yang alami dan
kepuasan seks yang tidak terganggu.
2. Suhu basal tubuh
Suhu basal tubuh seorang wanita seorang wanita berbeda ketika
sedang dalam masa ovulasi dengan suhu tubuh sehari-hari. Suhu basal
tubuh pada masa ovulasi ini mengalami kenaikan sebesar 0.050.
Peninggian suhu basal tubuh ini mulai 1-2 hari setelah ovulasi, dan
disebabkan oleh peninggian kadar hormon progesteron.
3. Metode lendir serviks
Dalam metode kontrasepsi ini, sebelumnya tingkat dan volume
lendir servik diukur dalam kaitannya dengan ovulasi. Lendir serviks dapat
diperiksa dengan jari pada vagina untuk mengetahui hati-hari kering dan
basah. Ketika sedang subur, vagina wanita akan basah oleh lendir serviks
selama berhari-hari. Metode ini tergantung dari pengamatan perubahan
konsistensi dan volume.
Ada 10 hari basah dalam siklus menstruasi 28 hari. Hari basah
dimulai dari 2-3 hari setelah menstruasi yang ditandai dengan lendir putih
yang lengket, dan diikuti oleh 3-5 hari lendir berlimpah dan licin. Dan
tahap terakhir adalah ketika ada lendir lengket selama 3 hari setelah masa
subur berakhir..
4. Koitus interuptus ( senggama terputus )
Prinsip dari metode ini adalah mengeluarkan penis ( kemaluan pria )
menjelang ejakulasi sehingga spermatozoa di tumpahkan di luar liang
senggama. Metode ini kurang efektif karena sering terjadi kelambatan
menarik penis, terdapat ejakulasi ringan sehingga spermatozoa sudah

17
keluar dan menimbulkan kehamilan. Kepuasan dalam hubungan seksual
tidak normal dan menimbulkan tekanan kejiwaan. Tingkat kehamilan
tinggi 17-25%.
 Yang termasuk kontrasepsi alamiah ( KBA ) dengan alat adalah :
1. Kondom
Kondom merupakan alat kontrasepsi yang bisa melindungi
pemakaiannya dari penyakit menular seksual ( misalnya AIDS ) dan
dapat mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher rahim.
Ada kondom yang ujungnya memiliki penampungan semen, jika tidak
ada penampungan semen, sebaiknya kondom disisakan sekitar 1cm di
depan penis. Kondom harus dilepaskan secara perlahan karena jika
semen tumpah maka sperma bisa masuk ke vagina sehingga terjadi
kehamilan.
Untuk menambah efektivitas pemakaian kondom bisa ditambahkan
spermisida ( biasanya terkandung di dalam pelumas kondom atau
dimasukkan secara terpisah ke dalam vagina ).
Kondom wanita merupakan alat kontrasepsi penghalang yang
dipasang di vagina dengan bantuan sebuah cincin.
2. Diafragma
Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan sabuk yang
lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar sperma tidak masuk ke
dalam rahim.
Ukurannya bervariasi dan harus dicocokkan oleh dokter atau
perawat. Pemakaiannya harus selalu bersamaan dengan krim atau jeli.
Diafragma dipasang sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap
terpasang sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.
Ukuran diafragma harus diganti jika :
a. Terjadi penambahan atau penurunan berat badan sebanyak lebih
dari 5 kg.
b. Diafragma telah dipakai selama lebih dari 1 tahun.
c. Baru melahirkan anak atau mengalami aborsi karena ukuran dan
bentuk vagina mungkin mengalami perubahan.

18
3. Spermatizid
Spermatizid merupakan alat kontrasepsi yang dimasukan ke dalam
vagina dengan tujuan yaitu untuk membunuh sebagian besar
spermatozoa sebelum dapat masuk melalui mulut rahim sehingga tidak
cukup jumlah dan kemampuan untuk dapat melakukan pertemuan
( konsepsi ) dengan sel telur ( ovum ). Bentuk spermaticida ini biasanya
berupa tablet vaginal, jeli, tisu, dan sebagainya. Penggunaan ini
biasanya sekitar setengah jam sebelum melakukan hubungan seks dan
dipasang sedalam mungkin sekitar mulut rahim. Kebaikan alat
kontrasepsi ini adalah penggunaannya hanya saat hubungan seks dan
tidak berbahaya karena tidak menimbulkan efek samping apapun.
Kekurangannya mungkin dapat menurunkan keinginan seks,pada
spermaticida bentuk jeli efek licin, dan menimbulkan iritasi langsung
liang senggama bagi mereka yang alergi, dan kemamuannya sebagai
alat untuk mencegah kehamilan hanya sekitar 20-25%.

b. Kontrasepsi mekanis ( AKDR/IUD )


IUD adalah alat kecil terdiri dari bahan plastik yang lentur yang
dimasukkan ke dalam rongga rahim, yang harus diganti jika sudah digunakan
selama periode tertentu. IUD merupakan cara kontrasepsi jangka panjang.
Namapopulernya adalah spiral.
 Jenis – jenis IUD di Indonesia
1. Copper – T
IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene dimana pada bagian
vertikelnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga
halus ini mempunyai efek antifertilisasi ( anti pembuahan ) yang cukup
baik. IUD bentuk T yang baru.
2. Copper – 7
IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikel 32
mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga ( Cu ) yang mempunai
luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan
tembaga halus pada jenis Copper – T.

19
3. Multi Load
IUD ini terbuat dari plastik ( polyethelene ) dengan dua tangan kiri dan
kanan berbentuk sayap dan fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke
bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas
permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada
3ukuran multi load, yaitu standar, small ( kecil ), dan mini.
4. Lippes Loop
IUD ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut
ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm ( benang
biru ), tipe B 27,5 mm 9 ( benang hitam ), tipe C berukuran 30mm
( benang kecil ), dan 30 mm ( tebal, benang putih ) untuk tipe D. Lippes
Loop mempunyai angka kegagalan rendah. Keuntungan lain dari
pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik. Yang banyak dipergunakan dalam program KB nasional adalah
IUD jenis ini.
 Cara kerja IUD :
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
3. IUD bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun IUD membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi.
 Efektivitas
IUD sangat efektif, ( efektivitasnya 92-94% ) dan tidak perlu
diingat setiap ari seperti halnya pil. Tipe multiload dapat dipakai
sampai 4 tahun : Nova T dan Copper T 200 ( CuT-200 ) dapat
dipakai 3-5 tahun: Cu T 380A dapat untuk 8 tahun. Kegagalan rata-
rata 0,8 kehamilan per 100 pemakaian wanita pada tahun pertama
pemakaian.

20
 Indikasi
1. Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin
dalam rongga rahim ( cavum uteri ). Saat pemasangan yang
paling baik ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan
rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin
dan pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah :
a. Usia reproduksi
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui
f. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
g. Resiko rendah dari IMS
h. Tidak menghendaki metodahormonal
i. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
j. Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama
k. Perokok
l. Gemuk ataupun kurus
m. Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokteratau bidan yang
telah dilatih secara khusus. Pemeriksaan secara berkala harus
dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap bulan
selama 3 bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya
dilakukan setiap 6 bulan sekali.
 Kontra Indikasi
1. Belum pernah melahirkan.
2. Kelainan alat kandungan bagian dalam sepeti : perdarahan yang
tidak normal dari alat kemaluan, perdarahan di leher rahim, dan
kanker rahim.
3. Adanya perkiraan hamil.
4. Perdarahan vagina yang tidak diketahui.
5. Sedang menderita infeksi alat genital ( vaginitis, servisitis ).

21
6. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP
atau abortus septic.
7. Kelainana bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim
yang dapat memengaruhi kavum uteri.
8. Penyakit trofoblas yang ganas
9. Diketahui menderita TBC
10. Kanker alat genital
11. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm
 Keuntungan
1. Efektif dan segera
2. Tidak ada interaksi obat
3. Reversible dan sangat efektif
4. Tidak terkait dengan koitus
 Kerugian
Setelah pemasangan, beberapa ibu mungkin mengeluh merasa
nyeri dibagian perut dan pendarahan sedikit-sedikit (spoting). Ibi
bisa berjalan selama 3 bulan setelah pemasangan. Tapi tidak perlu
dirisaukan benar, karena biasanya setelah itu keluhan akan hilang
dengan sendirinya. Tetapi apabila setelah 3 bulan keluhan masih
berlanjut, dianjurkan untuk memeriksakannya ke dokter. Pada saat
pemasangan, sebaiknya ibu tidak terlalu tegang, karena ini juga bisa
menimbulkan rasa nyeri dibagian perut. Dan harus segera ke klinik
jika :
1. Mengalami keterlambatan haid yang disertai tanda-tanda
kehamilan : mual, pusing, muntah-muntah.
2. Terjadi pendarahan yang lebih banyak (lebih hebat) dari haid
biasa.
3. Terdapat tanda-tanda infeksi, semisal keputihan, suhu badan
meningkat menggigil, dan lain sebagainnya. Pendeknya jika ibu
merasakan tidak sehat.
4. Sakit, misalnya diperut, pada saat melakukan senggama.
Segeralah pergi ke dokter jika anda menemukan gejala-gejala di
atas.

22
 Efek samping dan komplikasi
1. Efek samping umum terjadi :

Perubahan siklus haid, haid lebih lama dan banyak,


perdarahan antar menstruasi, saat haid lebih sedikit.

Komplikasi lain : merasa sakit dan kejang selama 3 sampai


5 hari setelah pemasangan, perdarahan berat pada waktu haid
atau diantaranya yang memungkinkan penyebab anemia,
perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangan berat)

2. Waktu pemasangan
Pemasangan IUD sebaiknya dilakukan pada saat :
a. 2 sampai 4 hari setelah melahirkan
b. 40 hari setelah melahirkan
c. Setelah terjadi keguguran
d. Hari ke 3 haid sampai hari ke 10 dihitung dari hari pertama
haid
e. Mengganti metode KB lainnya

c. Kontrasepsi Hormonal
1. Pil
Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi hormone
estrogen dan progesterone yang biasa oleh wanita disebut dengan “pil”
sedangkan yang hanya berisi progestin biasa disebut dengan “pil mini”.
Semua pil kontrasepsi ini di singkat dengan COC dan POP oleh tenaga
kesehatan.
Banyak wanita memilih metode hormonal sebagai kontrasepsi
mereka karena metode tersebut dapat diandalkan, dengan mudah mereka
kembali subur (reversible), dan mereka tetap memegang kendali. Di
Inggris, layanan kontrasepsi yang mencakup pil kontrasepsi bebas biaya
peresapan, yang memungkinkan metode ini mudah di akses oleh semua
wanita.
Ada beragam pil kontrasepsi dan dengan menguatnya sorotan medis
yang berfokus pada area ini, wanita memiliki pengetahuan yang lebih

23
banyak mengenai jenis dan merek pil yang tersedia. Namun, pengetahuan
ini sering kali tidak mendetail hingga ke petunjuk ini tidak dapat terlalu di
tekankan oleh professional perawatan kesehatan.
a. Pil kombinasi
Pil kombinasi (combinated oral contraceptive,COC) berisi hormone
estrogen dan progesterone. Pil ini mencegah kehamilan dengan cara :
1. Menghambat ovulasi
2. Membuat endometrium tidak mendukung untuk implantasi
3. Membuat serviks tidak dapat di tembus oleh sperma

Pada pemakaian yang seksama, pil kombinasi 99% efektif mencegah


kehamilan. Namun, pada pemakaian yang kurang seksama
efektivitasnya masih mencapai 93%.

 Kerugian
1. Perlu diminum secara teratur, secara cermat, dan konsisten.
2. Tidak ada perlindungan terhadap penyakit menular seksual (PMS)
dan HIV
3. Peningkatan risiko gangguan sirkulasi seperti hipertensi,
penyakit arteri dan tromboembolisme vena.
4. Peningkatan risiko adenoma hati, ikterus kolestasik, batu ginjal
5. Efek COC pada kanker payudara
6. Tidak cocok untuk peroko berusia diatas 35 tahun
 Keuntungan
1. Dapat diandalkan dan reversible
2. Meredakan disminorea dan menoragi
3. Mengurangi risiko anemia
4. Mengurangi risiko penyakit payudara jinak
5. Meredakan gejala pramenstruasi
6. Kehamilan ektopik lebih sedikit
7. Menurunkan kista ovarium
8. Penyakit radang panggul lebih sedikit
9. Melindungi terhadap kanker endometrium dan ovarium

24
b. Pil mini
Mini pil merupakan alat kontrasepsi oral yang kurang digunakan
secara luas karena hanya mengandung progesterone saja dan tidak
mengandung estrogen dan sedikit kurang efektif jika dibandingkan
dengan pil kombinasi. Efektifitas mini pil bergantung pada
kemampuan wanita minum satu pil setiap hari, mini pil yang terlupa
minum mini pil sampai 3 jam atau lebih harus menggunakan metode
cadangan selama 7 hari. Pemakaian mini pil memiliki resiko kehamilan
ektopik yang lebih besar dari pada pemakaian kontrasepsi oral
kombinasi, tetapi risiko ini masih lebih rendah dari pada risiko pada
wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi.
1. Keuntungan mini pil
a. Dapat di berikan pada wanita yang menderita keadaan
tromboembolik
b. Dapat diberikan pada wanita yang sedang menyusui
c. Cocok untuk wanita dengan keluhan efek samping yang
disebabkan oleh estrogen (sakit kepala, hipertensi, nyeri tungkai
bawah, chloasma, BB bertambah dan mual)
2. Kerugian mini pil
a. Mini pil kurang efektif dalam mencegah kehamilan
dibandingkan pil kombinasi
b. Karena tidak mengandung estrogen, mini pil menambah insidens
dari perdarahan bercak (spotting), perdarahan menyerupai haid,
(breakthrough bleeding), variasi dalam panjang siklus haid,
kadang-kadang amenorhe.
c. Lupa minum 1 atau 2 tablet mini pil, atau kegagalan dalam
absorbs mini pil oleh sebab muntah atau mual diare, sudah cukup
untuk meniadakan proteksi kontraseptifnya.
3. Mekanisme kerja mini pil
a. Mencegah terjadinya ovulasi dari beberapa siklus
Pencegahan ovulasi disebabkan gangguan pada sekresi
hormone LH oleh kelenjar hypophyse, sehingga tidak terjadi
puncak mid siklus

25
b. Perubahan dalam motilitas tuba
Transport ovum melalui saluran tuba mungkin dipercepat
sehingga mengurangi kemungkinan terjadi fertilisasi.
c. Perubahan dalam fungsi corpus luteum
Corpus luteum berfungsi abnormal dimana sekresi progesterone
sangat sedikit sekali sehingga tidak dapat terjadi konsepsi normal
dan implantasi
d. Perubahan lender serviks, yang mengganggu motilitas atau daya
hidup spermatozoa.
Progestin mencegah penipisan lender servik pada pertengan
siklus sehingga lender serviks tetap kentl dan sedikit, yang
memungkinkan penetrasi spermatozoa. Lalu bila terjadi penetrasi
spermatozoa, spermatozoanya akan diimmobilisir, pergerakanya
sangat lambat sehingga hanya sedikit atau sama sekali tidak ada
spermatozoa yang mencapai cavum uteri
e. Perubahan dalam endometrium sehingga implantasi ovum yang
telah di buahi tidak mungkin terjadi.

2. Suntik
Suntik pada awalnya adalah hasil penelitian setelah perang, ketika
tahun 1953, Dr.Junkman menemukan bahwa suntikan aksi-lama
terbentuk bila ptogesterone dan alcohol digabungkan.
Pada tahun 1957, penelitian mulai dilakukan pada norigest suntik,
saat ini di kenal sebagai Noristerat, yang dilisensi untuk pemakaian
jangka pendek di Inggris, yaitu setelah pemberian vaksin Rubela. Pada
tahun 1963, uji coba mulai di lakukan pada Depoproverasuntik yang
dilisensi di Inggris untuk pemakaian jangka panjang pada tahun 1984
ketika metode lain tidak cocok. Sejak tahun 1990, metode ini telah
dilisensi sebagai metode pilihan pertama.
Dari 2 kontrasepsi suntik yang ada, Depoprovera adalah yang paling
banyak digunakan. Namun, banyak wanita masih tidak menyadari
keberadaannya atau mendapatkan informasi yang tidak akurat, yang
menghambat Depoprovera di terima sebagai metode.

26
Seperti pil yang hanya berisi progesterone (POP), kontrasepsi
suntuk mencegah kehamilan dengan dengan berbagai cara. Kontrasepsi
ini menyebabkan lender serviks mengental sehingga menghentikan daya
tembus sperma, mengunah endometrium menjadi tidak cocok untuk
implantasi dan mengurangi fungsi dari tuba fallopi. Namun fungsi
utaman dari kontrasepsi suntik dalam mencegah kehamilan adalah
menekan ovulasi.
Efektifitas kontrasepsi suntuik adalah antara 99% dan 100% dalam
mencegah kehamilan. Kontrasepsi suntik adalah bentuk kontrasepsi
yang sangat efektif karena angka kegagalan penggunanya lebih kecvil.
Hal ini karena wanita tidak perlu mengingat untuk meminum pil dan
tidak ada penurunan efektivitas yang disebabkan oleh diare dan muntah.
1. Jenis- jenis suntikan
a. Depoprovera
Bisa disingkat dengan DMPA berisi depot medoksiprogestero
asetat dan di berikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara
intramuscular setiap 12 minggu. DMPA saat ini tersedia dalam
spuit yang sebelumnya telah diisi dan di anjrkan untuk di berikan
tidak lebih dari 12 minggu dan 5 hari setelah suntikan terakhir
Injeksi DMPA jangan diberikan kurang dari 11 minggu atau
lebih dari 14 minggu setelah penyuntikan sebelumnya, DMPA
menimbulkan amenorea pada banyak pemakai, efek ini dipandang
sebagai kekurangan oleh banyak wanita menganggap bahwa
perdarahan yang teratur merupakan suatu tanda kesehatan dan
menggunakan haid sebagai indicator bahwa mereka tidak hamil.
Walaupun pemulihan fertilitas setelah penghentian penyuntikan
dapat tertunda selama 6-12 bulan, studi-studi menunjukan bahwa
60-78% wanita hamil dalam 1 tahun setelah injeksi terakhir
Terdapat beberapa mengenai keamanan obat-obat suntik dan
dahulu terdapat banyak kontoversi tentang pemakaian DMPA
secara studi-studi laboratorium, hewan yang disuntik dengan
DMPA dosis tinggi terkena tumor payudara jinak dan ganas
(anjing beagle) dan tumor endometrium (monyet rhesus) namun

27
tidak ada bukti kuat untuk memperlihatkan bahwa efek serupa
terjadi pada manusia yang dapat dosis jauh lebih rendah.
b. Noristerat
Noristerat (NETEN) merupakan sebuah progentin yang
berasal dari testosterone dibuat dalam larutan minyak. Larutan
minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat
pelepasan obat dari tempat suntikan ke dalam sirkulasi darah dapat
sangat bervariasi, NETEN ini lebih cepat dimetabilisir dan
kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan dengan DMPA,
setelah disuntikan NETEN harus dirubah menjadi norethindrone
(NET) sebelum ia menjadi aktif secara biologis. Kadar puncak
dalam serum tercapai dalam 7 hari setelah penyuntikan, kemudian
menurun secara tetap dan tidak di temukan lagi dalm waktu 2,5-4
bulan setelah penyuntikan.
2. Kerugian kontrasepsi suntik
a. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak atau amenorhe
b. Keterlambatan kembali subur sampai satu tahun
c. Depresi
d. Berat badan meningkat
e. Galaktore
f. Setelah diberikan tidak dapat di tarik kembali
g. Dapat berkaitan dengan osteoporosis pada pemakaian jangka
panjang
h. Efek suntikan pada kanker payudarah
3. Keuntungan kontrasepsi suntik
a. Efektifitas tinggi
b. Bertahan sampai 8-12 minggu
c. Penurunan disminorea dan menoragi yang menyebabkan anemia
berkurang
d. Penurunan gejala pramenstruasi
e. Penyakit radang panggul berkurang
f. Kemungkinan penurunan endometriosis karena pengentalan lendir
serviks

28
g. Efektifitas tidak berkurang karena diare, muntah, atau penggunaan
antibiotic
4. Kontra indikasi suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan
pada:
a. Kehamilan
b. Karsinoma payudara
c. Karsinoma traktus genetalia
d. Perdarahan abnormal uterus
5. Efek samping
a. Gangguan haid
Pola haid yang normal menjadi amenore, perdarahan irregular,
perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah
darah yang hilang. Insiden yang tinggi dari amenore diduga
berhubungan dengan atrofi endometrium. Sedangkan sebab-sebab
dari perdarahan irreguler masih belum jelas, dan tampaknya tidak
ada hubungan dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormone
atau histology endometrium.
b. Berat badan bertambah
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar bervariasi
antara kurang dari 1kg-5kg dalam tahun pertama. Penyebab
pertambahan berat badan terjadi karena bertambahnya lemak
tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh.
Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendali nafsu
makan dihipotalamus, yang menyebabkan aseptor makan lebih
banyak dari pada biasanya.
c. Sakit kepala
Insiden sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NETEN
terjadi pada <1-17 % akseptor
d. Pada sistem kardiovaskuler
Efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggiandari kadar
insulin dan penurunan HDL-kolesterol

29
6. Cara memberi suntikan
Idealnya DMPA harus diberikan dalam 5 hari pertama masa
menstruasi, tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan, setelah itu semua
suntikan harus diberikan setiap 12 minggu. NETEN harus diberikan
pada hari pertama menstruasi, tidak dibutuhkan kontrasepsi tambahan.
Setelah itu semua injeksi harus diberikan setiap 8 minggu. Suntikan
harus diberikan secara intra muscular pada kuadran luar atas bokong.
Spuit yang sebelumnya telah di isi DMPA harus dikocok sebelum
diberikan. Ampul NETEN harus dihangatkan sesuai dengan suhu
tubuh sebelum diberikan, hal ini akan membuatnya mudah tertarik ke
atas saat dicampur dengan minyak jarak. Kedua tempat suntikan tidak
boleh dipijat setelah pemberian suntikan karena ini akan mengurangi
efektifitasnya. Setelah terminasi kehamilan trimester pertama dan
keguguran, suntikan pertama biasanya diberikan dalam 5 hari
pertama tanpa dibutuhkan kewaspadaan tambahan. Wanita pasca
partum harus mulai mendapat suntikan pertama 5-6 minggu setelah
melahirkan, karena bila diberikan lebih awal perdarahan menstruasi
menghebat dan memanjang.

3. Implant
d. Pendahuluan dan sejarah
1966 dewan kependudukan (depopulation council) mulai
meneliti tentang implant, yang menunjukan bahwa kapsul karet silastik
melepaskan kadar hormon steroid secara terus menerus selama lebih
dari 1th. Pada tahun 1975, uji coba pertama jangka panjang dimulai
dengan 6 kapsul erastomer yang diberi nama norplant. Pada bulan mei
1993, norplant disahkan penggunaan nya di inggris sebagai alat
kontrasepsi, norplant mendapat lisensi selama 5 tahun, dan meskipun
tidak di produksi, wanita yang terpasang norplant kemungkinan masih
mengunjungi tempat praktek anda. Norplant mendapat banyak sekali
sorotan buruk dari media setelah beberapa wanita mengalami masalah
dengan pemasangan dan pelepasan kapsul, namun banyak wanita yang
telah merasakan manfaat norplant. Satu-satunya implant yang masih
tersedia saat ini adalah implanon. Keuntungan implanon adalah hanya

30
mempunyai satu kapsul sehingga mengurangi masalah pada
pemasangan dan pelepasan. Namun, implanon harus di pasang oleh
tenaga kesehatan professional yang telah menjalani pelatihan khusus
mengenai alat ini guna menghindari masalah pada pemasangan yang
tidak benar, dan sebagai kesulitan melepaskannya.
e. Jenis-jenis implant:
1. Norplan
Norplan terdiri dari 6 kapsul, tiap kapsul berisi 38mg
progresteron lrvonorgestrol, yang dipasang secara subdermal dan
berfungssi sebagai kontrasepsi selama 5 tahun, norplan mencegah
kehamilan dan menyebabkan pengentalan lendir serviks, sehingga
tidak dapa ditembus oleh sperma. Penelitian menunjukan bahwa
dosis harian rata-rata 30mg levonorgestrol yang dilepaskan norplant
menyebabkan penekanan ovulasi pada 50% siklus menstruasi
(depopulation council, 1990) norplat membuat endometrium tidak
cocok untuk implantasi, dari pada siklus ketika terjadi ovulasi,
norplan mengurangi sekresi progresteron alami selama fase luteal.
Norplant adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif, hampir
100% mencegah kehamilan. Penelitian (Sipin, 1988; Damey, et.al
1990) menunjukan bahwa pada tahun kesatu dan dua terjadi
sebanyak 0,2 kehamilan per seratus wanita selama tahun pemakaian.
Pada tahun ketiga, angka kehamilan pada pemakaian norplan adalah
0,9 per seratus wanita selama tahun pemakaian, dan selama tahun
keempat dan kelima, angka kehamilan 0,5 dan 1,1 per seratus wanita
selama tahun pemakaian (Damey, et.al,11990)
 Keuntungan norplant
1. Efektifitas tinggi
2. Setelah dipasang tidak perlu melakukan apa-apalagi sampai
saat pengeluaran implant nya
3. Sistem 6’’ memeberikan perlindungan untuk 5 tahun
4. Tidak mengandung esterogen sehingga tidak ada efek
samping yang disebabkan estrogen
5. Efek kontrasepsi segera berakhir setelah implant dikeluarkan

31
6. Implant melepaskan progrestin dengan kecepatan rendah dan
konstan, sehingga terhindar dari dosis awal yang tinggi seperti
pada kontrasepsi suntikan (inject tables) ataupun puncak
harian dari hormon pada kontrasepsi peroral
7. Norplant dapat membantu mencegah terjadinya anemia

 Kerugian norplant
1. Membutuhkan seseorang yang professional terlatih untuk
memsang dan melepas implant
2. Perdarahan menstruasi tidak teratur, sepertti amenore
perdarahan bercak
3. Efek samping minor seperti sakit kepala, jerawat,dsb
4. Hipoesterogenisme
5. Kemungkinan rasa tidak nyaman atau infeksi pada tempat
pemasangan
2. Implanon
Implanon adalah batang tunggal berisi 68mg etonogestrel yang
dipasang secara sub dernal dan mendapat lisensi selama 3 tahun.
Panjang batang tersebut 4 cm dan berdiameter 2 mm, dan dilengkapi
aplikator steril yang sudah diisi. Implanon mencegah dengan
kehamilan dengan mengahmbat ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, juga mempunyai efek pada endometrium.
3. Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang berisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun

f. Indikasi Pemasangan Implant


1. Pemakaian KB yang janga waktu lama
2. Masih berkeinginan punya anak lagi, tapi jarak antara kelahirannya
tidak terlalu dekat
3. Tidak dapat memakai jenis KB yang lain.

g. Kontra indikasi pemasangan implant


1. Hamil atau di duga hamil, pendarahan vagina tanpa sebab
2. Wanita dalam usia reproduksi
3. Telah atau belum memiliki anak
4. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang (3 tahun untuk jadena)

32
5. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
6. Pasca persalinan dan tidak menyusui
7. Pasca keguguran
8. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak kontrasepsi mantap
9. Riwayat kehamilan ektopik
10. Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan
darah, atau anemia bulan sabit (sickle cell)
11. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang
mengandung estrogen
12. Sering lupa menggunakan pil
13. Perdarahan pervaginan yang belum diketahui penyebabnya
14. Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
15. Tidak dapat menerima perubahan pada haid yang terjadi
16. Miom uterus dan kanker payudara
17. Gangguan toleransi glukosa

e. Efek samping
1. Nyeri atau gatal pada tempat pemasangan
2. Sakit kepala
3. Mual
4. Muntah
5. Perubahan mood
6. Perubahan berat badan
7. Jerawat
8. Nyeri dan nyeri tekan pada payudara
9. Rambut rontok
10. Vaginitis

d. Kontap (kontrasepsi Mantap)


1. Tubektomi
Pada abad ke-19, sterilisasi dilakukan dengan mengangkat uterus atau
kedua ovarium. Pada tahun 50-an dilakukan dengan memasukkan AgNO
melalui kanalis serikalis ke dalam tuba uterina. Pada akhir abad ke-19
dilakukan dengan mengikat tuba uterina namun cara ini mengalami banyak
kegagalan sehingga dilakukan pemotongan dan pengikatan tuba uterina. Dulu
sterilisasi ini di bantu oleh anestesi umum dengan membuat sayatan/insisi yang
lebar dan harus dirawat di rumah sakit. Kini, operasinya tanpa dibantu anestesi
umum dengan hanya membuat insisi kecil dan tidak perlu dirawat dirumah
sakit.
Di Indonesia sterilisasi pada wanita mulanya hanya dikerjakan atas
indikasi medis dan terutama dilakukan pada waktu yang bersamaan dnegan

33
tindakan obstetrik operatif perabnormal, seperti seksio sesarea, operasi tumor,
laparotomi pada kehamilan ektopik terganggu, dan pada waktu laparotomi
lainnya.
Metode dan teknik sterilisasi berkembang pest setelah didirikannya
Perkumpulan untuk Sterilisasi Sukarela Indonesia (PPUSSI) pada bulan
oktober 1974. Untuk mencocokkan dengan keadaan namanya kemudian
diganti dengan Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI)
a. Definisasi
Tubektomi adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan
pembedahan yaitu memotong tuba fallopi/tuba uterine yang mengakibatkan
orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan
lagi dan bersifat permanen.
Metode kontrasepsi permanen yang hanya diperuntukkan bagi mereka
yang memang tidak ingin atau boleh memiliki anak (karena alasan kesehatan).
Disebut permanen karena metode kontrasepsi ini hampir tidak dapat
dibatalkan (reversal)bila kemudian anda ingin punya anak lagi. Pembatalan
masih mungkin dilakukan, tetapi membutuhkan operasi besar dan tidak
selalu berhasil.
b. Tujuan tubektomi
Para ahli kebidanan banyak merekomendasikan sterilisasi pada wanita
yang berisiko tinggi untuk hamil dan melahirkan lagi. Namun, tidak pada
mereka yang belum berusia 35 tahun. Pengalaman menunjukkan banyak
perempuan yang disterilkan lalu menyesali keputusannya.
4 macam sterilisasi berdasarkan tujuannya :
1. Sterilisasi hukuman (compulsory Sterilization)
2. Sterilisasi eugenic, yaitu untuk mencegah berkembangnya kelainan
mental secara turun temurun.
3. Sterilisasi medis, yaitu dilakukan berdasarkan indikasi medis demi
keselamatan wanita tersebut karena kehamilan berikutnya dapat
membahayakan jiwanya.
4. Sterilisasi sukarela, yaitu yang bertujuan ganda dari sudut kesehatan,
social ekonomi dan kependudukan

34
c. Cara melakukan tubektomi
Ada beberapa cara melakukan teknik tubektomi/sterilisasi, yaitu:
1. Dengan memotong saluran telur (tubektomi):
a. Cara Pomeroy
Cari tuba lalu angkat pada pertengahannya sampai membentuk
lengkungan. Bagaimana yang berada dibawah klem, diikat dengan
benang yang dapat diserap oleh jaringan. Lakukan pemotongan
(tubektomi) pada bagian atas ikatan, setelah luka sembuh dan benang
ikatan diserap, kedua ujung tuba akan berpisah satu dan lainnya.
b. Cara Kroener
Cari tuba lalu angkat pada fimbria dengan klem, buatlah dua ikatan,
lakukan fimbriektomi pada ujung yang tidak diikat.
c. Cara Midlener
Cari tuba, angkat pada pertengahannya dan klem, bagian bawah klem,
diikat dengan benang yang mudah diserap oleh jaringan, kemudian
klem dilepas dan dibiarkan tanpa dilakukan pemotongan.
d. Cara Aldridge
Buat insisi kecil pada peritoneum, buka sedikit dengan klem Tangkap
fimbria, lalu tanamkan kedalam atau dibawah ligamentum. Luka
dijahit dengan beberapa jahitan.
e. Cara Uchida
Tuba dicari dan dikaitkeluar, kemudian disekitar ampula tuba
disuntikkan larutan salin-adrenalin. Didaerah ini dilakukan insisi
kecil, tuba diikat kemudian dipotong (tubektomi)
f. Cara Irving
Tuba diikat pada dua tempat dengan benang yang dapat diserap, lalu
dilakukan tubektomi diantara kedua ikatan. Dibuat insisi kecil
kedalam myometrium pada sudut tuba fundus uteri. Ujung sebelah
proksimal dibenamkan kedalam insisi myometrium tadi. Ujung
bagian distal boleh pula dibenamkan ke ligamentum latum.
d. Indikasi
1. Indikasi medis umum

35
2. Apabila adanya gangguan fisik atau psikis yang akan menjadi lebih berat
bila wanita ini hamil lagi.
a. Gangguan fisik: tuberculosis, penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker
payudara, dan sebagainya
b. Gangguan psikis: skizofrenia dan sebagainya
3. Indikasi medis obstetric

Yaitu toksemia gravidarum yang berulang, seksio sesarea berulang,


abortus yang berulang dan sebagainya

4. Indikasi medis ginekologik


Yaitu disaat melakukan operasi ginekologik dapat pula dipertimbangkan
untuk sekaligus melakukan sterilisasi.
5. Indikasi social-ekonomi
Yaitu indikasi berdasarkan banyaknya anak dengan social-ekonomi yang
rendah
e. Kontraindikasi:
1. Hamil
2. Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan
3. Infeksi sistemil atau pelvik yang akut
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi di masa depan
6. Ibu dalam keadaan menstruasi dengan usia reproduksi
7. Belum membeikan persetujuan tertulis

f. Kelebihan
1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama
penggunaan.
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui
3. Tidak bergantung pada factor senggama, baik bagi klien yang apabila
kehamilan akan menjadi fakto resiko kesehatan yang serius
4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi local
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada efek pada produksi
hormone ovarium)

36
7. Berkurangnya resiko kanker ovarium

g. Kekurangan:
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metoda kontrasepsi ini (tidak
dapat dipulihkan kembali.
2. Klien dapat menyesal di kemudian hari
3. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum)
4. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan dokter spesialis
ginekologi atau dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi
6. Tidak melindungi diri dari PMS, termasuk HIV/AIDS

2. Vasektomi
Vasektomi merupakan suatu metode kontraspsi operatif minor pada pria
yang sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak
memerlukan anestesi umum. Tetapi diseluruh dunia, kontap pria masih
merupakan metoda yang terbaik dan kurang mendapat perhatian, baik dari
pihak pria/suami/maupun petugas medis keluarga berencana. Di masalalu, hal
tersebut disilahkan pada sikap pihak pria/ suami yaitu:
c. Pria lebih tertarik untuk menunjukkan kejantanannya daripada ikut
bertanggung jawab dalam perencanaan keluarganya.
d. Pria takut bahwa tindakan kontap pria dengan kehidupan seksnya
e. Menyamakan tindakan kontap pria dengan pengebrian (kastrasi).
Disamping itu, sebab, sebab lain yang mungkin menyebabkan kontap pria
kurang mendapat minat yaitu:
1. Tersedianya metode kontrasepsi baru
2. Prosedur-prosedur baru yang membuat kontap waanita menjadi lebih
aman dan lebih mudah dikerjakan dibandingkan sebelumnya.
3. Minat yang kurang dari petugas KB, yang umumnya terlatih dalam
bidang kesehatan ibu dan anak
4. Angka perceraian yang meningkat

37
Sekarang, setelah penelitian-penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
efek buruk pada pria terhadap kegairahan seksual, kemampuan ereksi atau
ejakulasi setelah menjalani kontao-pria, lebih banyak perhatian di berikan
kepada metode ini. Bahkan sekarang, untuk mengurangi rasa takut pihak pria
akan tindakan/istilah operasi yang selalu di hubungkan dengan pisau-operasi,
telah dikembangkan metode Vasektomi Tanpa Pisau (VTP).
Saat ini, meskipun telah tersedia pasilitas untuk tindakan reversal/
pemulihan-kembali, vasektomi ini dianggap sebagai suatu metoda yang
permanen dan keberhasilan reversibilitas tidak dapat di jamin sepenuhnya. Hal
inisangat penting untuk dikemukakan kepada calon akseotor pada saat
konseling.
a. Dasar dari vasektomi
Okulasi Vasdiferen, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan
tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulasi (tidak ada
penghantar spermatozoa dari testis ke penis)
b. Keuntungan kontap pria
1. Efektif
2. Aman, morbiditas rendah dan hemper tidak ada mortalitas
3. Sederhana
4. Cepat, hanya memerlukan 5-10 menit
5. Menyenangkan bagi aseptor karena memerlukan anestesi local saja
6. Biaya rendah
7. Secara kultural, sangat dianjurkan di Negara-negara di mana wanita
merasa malu untuk ditangani pleh dokter pria atau kurang tersedia
dokter wanita dan paramedic wanita
c. Kerugian vasektomi
1. Diperlukan tindakan operatif
2. Kadang-kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau
infeksi
3. Kontap-pria belum memberikan perlindungan total sampai semua
spermatozoa, yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari
tempat okulasi vasdiferens, dikeluarkan.

38
4. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual
mungkin bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut
sistem reprosuksi pria
d. Kontra indikasi vasektomi
1. Infeksi kulit local, misalnya scabies
2. Infeksi traktus ganetalia
3. Kelainan skrotum dan sekitarnya
4. Penyakit sistemik misalnya penyakit-penyakit perdarahan, DM.
5. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil

39
BAB III

PENUTUP
1.1 SIMPULAN
Berikut ini beberapa simpulan yang diperoleh dari pembahasan di atas, antara lain :
1.1.1 Menurut Bailon dan Maglaya yang dikutip oleh Nasrul Efendi ( 1998 ), keluarga
adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan, dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan. Menurut Effendi ( 1998 ), beberapa fungsi
yang harus dapat dijalankan keluarga sebagai berikut : biologi, psikologi, sosial,
ekonomi dan pendidikan. Selanjutnya menurut Friedman ( 1998 ), ada beberapa
peran dalam keluarga, yaitu sebagai berikut :
 Peran ayah adalah menggunakan kepemimpinan moral dalam keluarga.
Sebaliknya, pencari nafkah yang berjarak menggambarkan peran utama ayah
sebagai penyedia, tetapi tidak terlibat dalam perawatan anak.
 Peran ibu, tampaknya menjadi semakin jelas bahwa dalam kebanyakan keluarga
peran-peran penting tertumpu pada ibu, yaitu sebagai istri, pemimpin, dan

40
pemebri asuhan kesehatan. Perlu diketahui bahwa wanita lebih banyak
menerima beban pemberian perawatan kepada yang sakit jauh melebihi pria.
 Peran kakak/adik, ketika anak telah beranjak dewasa peran sebagai kakak adik
( sibling rule ) mendapat arti penting sebagai sesuatu sosializing agent ( perilaku
yang bersosialisasi ).
 Peran kakek/nenek, atau bahkan moyang, moyang laki-laki atau perempuan
menjadi objek yang diminati. Riset empiris menggambarkan bahwa menjadi
kakek/nenek sebagai pengalaman heterogen dengan berbagai variasi,
menyangkut bagaimana peran kakek/nenek dijalankan.
1.1.2 Pengertian keluarga berencana ( KB ) menurut UU No.10 th 1992 adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan ( PUP ), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.adapun tujuan KB
yaitu : Merencanakan kelengkapan keluarga., menghentikan kehamilan.
menghilangkan kehamilan. mewujudkan NKKBS.

1.2 SARAN
Dengan penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan dan pengetahuan dalam mata kuliah Keperawatan Maternitas khususnya
mengenai materi Pelayanan Keluarga Dalam Keperawatan Maternitas dan Keluarga
Berencana bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa keperawatan pada khususnya.
Tiada gading yang tak retak, seperti halnya dengan isi makalah ini, oleh karena itu
penulis menerima kritik dan saran sebagai batu locatan kedepannya dalam penyusunan
makalah selanjutnya.

41
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta : di akses 14 Januari 2020.
Erfandi. (2008). Metode AKDR/IUD. diakses 20 Mei 2011.
Handayani, S (2010). Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta : Pustaka Rihana.
Hartanto, H. (2007). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Sinar Harapan.
Indriyani, Diyan. ( 2014 ). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Perpustakaan
Nasiona : KDT

42

Anda mungkin juga menyukai