Anda di halaman 1dari 33

TUGAS KEPANITERAAN KLINIKILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA


TUBERKULOSIS PARU DENGAN GIZI KURANG

Oleh:
Ni Komang Putri Laraswati
H1A 013 045

Pembimbing:
dr. Rika Hastuti Setyorini, M.Kes, FISPH, FISCM
dr. Deasy Irawati, M.Sc, PhD

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
PUSKESMAS KEDIRI
2019
DAFTAR ISI
BAGIAN I KASUS KEDOKTERAN KELUARGA.............................................. 3
BAGIAN II IDENTITAS KELUARGA ................................................................. 4
BAGIAN III DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA ................................ 7
BAGIAN IV DATA MEDIS................................................................................... 8
4.1 Identitas Pasien ........................................................................................... 8
4.2 Anamnesis .................................................................................................. 8
4.3 Pemeriksaan Fisik ....................................................................................... 9
4.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 12
4.5 Diagnosis .................................................................................................. 12
4.6 Tatalaksana................................................................................................ 12
4.7 Prognosis .................................................................................................. 12
4.8 Konseling ..................................................................................................12
BAGIAN VFAKTOR RISIKO ............................................................................. 14
5.1 Keadaan Lingkungan ................................................................................ 14
5.2 Kondisi Sosial Ekonomi............................................................................ 14
5.3 Keadaan Budaya........................................................................................ 15
5.4 Hasil Penelusuran ......................................................................................16
BAGIAN VIMASALAH KESEHATAN KELUARGA ...................................... 18
6.1 Identifikasi Masalah .................................................................................. 19
6.2 Rencana Upaya Intervensi......................................................................... 20
6.3 Upaya Kesehatan yang Dilakukan ............................................................ 21
BAGIAN VIIPENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN .................................. 21
7.1 Determinan Masalah Kesehatan ................................................................ 23
7.2 Diagnostik Holistik .................................................................................. 24
7.3 Pengaruh Keluarga Dalam Kesehatan....................................................... 26
BAGIAN VIII LAMPIRAN KUNJUNGAN ( FOLLOW UP) ............................ 29
BAGIAN IX KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

2
BAGIAN I
KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

Identitas pasien
Identitas Pasien Keterangan
Nama Tn. K Suami (kepala keluarga)
Umur 65 tahun
Alamat Teratai, Kediri
Jenis kelamin Laki-laki
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Tidak bekerja
Status perkawinan Menikah
Alergi obat Tidak ada
Kedatangan yang ke Kedua Pasien datang pertama
kali dengan keluhan
batuk terus-menerus
Pasien datang kedua kali
karena keluhan belum
membaik disertai sesak
dan memeriksakan
dahak dengan hasil BTA
(+)
Telah diobati sebelumnya Ya Obat batuk dan atibiotik
Sistem Pembayaran BPJS

3
BAGIAN II
IDENTITAS KELUARGA

Keluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga Tn.K. Saat ini
ia tinggal bersama keempat anaknya dan satu cucu dalam satu rumah di Desa
Teratai, Kediri, Lombok Barat. Dalam keluarga binaan ini terdapat 6 orang
anggota keluarga. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh
saat dilakukan kunjungan rumah pada 5 Januari 2019:
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Tn. B Anak kedua Tn. K
Umur 33 tahun
Alamat Teratai
Agama Islam
Pendidikan SMP
Pekerjaan Buruh
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Ny. S Anak ketiga Tn. K
Umur 28 tahun
Alamat Teratai
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pedagang
Status Menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama Tn. R Anak keempat Tn. K
Umur 20 tahun
Alamat Teratai
Agama Islam
Pendidikan SMA
Pekerjaan Pegawai Bengkel
Status Belum menikah
Anggota Keluarga Keterangan
Nama An. I Anak kelima Tn. K
Umur 11 tahun
Alamat Teratai
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar SD
Status -
Anggota Keluarga Keterangan

4
Nama An. A Cucu Tn. K
Umur 7 tahun
Alamat Teratai
Agama Islam
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar SD
Status -

Keluarga Tn K secara skematis dapat digambarkan dalam pohon


keluarga/ikhtisar keluarga sebagai berikut:
Genogram Keluarga Pasien

Tn. D Ny.M
(70 th) (65th)

Ny. A Tn. D Ny.R Ny.I


(60th) (62th) (55th) (52th)

Tn.K Ny.J
(65th)
(55th)

Tn.B
(35th)

Tn.B Ny.A Tn.R An.I


(33th) (28th) (20th) (11th)

An.A
(7th)
An.F An.L An.H
(9th) (7th) (5th)

5
Keterangan:

= ISPA
=Perempuan

=Laki-laki = Gastritis

=Tuberkulosis
= Pasien

= Tinggal Serumah

= Meninggal

6
BAGIAN III
DATA STATUS KESEHATAN KELUARGA

Data kesehatan awal, diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga


binaan (05/01/2019)

Anggota Usia BB Keluhan TD Status Gizi


Keluarga (mmHg)
Tn. K 65 th 50 kg Batuk berdahak, 130/80 Kurang
demam, terkadang
sesak
Tn. B 33 th 65 kg Tidak ada keluhan 120/90 Normal
Ny. S 28 th 46 kg Nyeri ulu hati, mual 100/60 Normal
Tn. R 20 th 60 kg Tidak ada keluhan 120/70 Normal
An. I 11 th 35 kg Batuk dan pilek - Normal
An. A 7 th 20 kg Tidak ada keluhan - Normal

7
BAGIAN IV
DATA MEDIS

4.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn.K
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Teratai
Suku : Sasak
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Pemeriksaan : 5 Januari 2019

4.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Batuk Berdahak
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Poli lansia Puskesmas Kediri dengan keluhan batuk
berdahak terus menerus sejak sekitar 3 minggu yang lalu, dahak berwarna
kekuningan dengan konsistensi kental setiap kali batuk, berbau (-), darah (-).
Batuk dirasakan paling berat saat pagi dan malam hari. Awalnya batuk yang
dirasakan tidak terlalu berat dan mengganggu pasien sehingga pasien hanya
meminum obat batuk, namun semakin lama batuk yang dirasakan semakin
memberat hingga pasien menjadi susah tidur. Selain batuk, pasien juga sering
mengalami demam yang hilang timbul sejak 1 bulan terakhir, serta
berkeringat saat tidur malam. Pasien juga pernah mengeluhkan sesak napas
sehingga perlu dibawa ke IGD Puskesmas Kediri. Pasien mengeluhkan
adanya penurunan berat badan serta terdapat penurunan nafsu makan.
Keluhan lain disangkal, BAB dan BAK dalam batas normal.

8
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan batuk-batuk lama sebelumnya disangkal, asma (-), hipertensi (-),
DM (-).
Riwayat penyakit keluarga dan lingkungan
Riwayat TB paru (+) dan sesak napas pada ayah dan kakak pasien yang sudah
meninggal. Riwayat asma (-), hipertensi (-), DM (-), penyakit jantung (-),
penyakit ginjal (-).
Riwayat pengobatan
Pasien mengonsumsi obat batuk dan antibiotik yang diberikan dokter
sebelumnya.
Riwayat sosial
Pasien saat ini sudah tidak bekerja dan hanya beraktivitas di rumah saja. Di
lingkungan rumah pasien berinteraksi dengan baik. Terdapat tetangga sebelah
rumah pasien yang juga sedang menderita penyakit TB saat ini, dan pasien
sring kontak dengan tetangganya tersebut. Sebelum menikah pasien tinggal
serumah dengan ayah dan kakak pasien yang menderita penyakit TB. Pasien
memiliki riwayat merokok hampir 30 tahun. Pasien tidak pernah
menggunakan masker selama batuk. Pasien juga mengaku sembarangan
membuang dahak di halaman dan tidak pada wadah ember yang berisi pasir.
Nutrisi selama sakit menurun dikarenakan pasien tidak memiliki nafsu makan
dan menyebabkan berat badannya menurun.

4.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 5 Januari 2019.
KU/ Kesadaran : Sedang/Compos Mentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37,60 C
Berat Badan : 50 kg
Panjang Badan : 170 cm

9
Status Gizi : Kurang (BMI 17,3)

Status Generalis
Kepala-Leher
Kepala : Deformitas (-)
Rambut : Hitam, lurus, lebat
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Telinga : Bentuk dan fungsi normal, serumen (-)
Hidung : Deformitas (-), sekret (-)
Tenggorok : Uvula di tengah, arkus faring simetris, tonsil T2-T2
Gigi dan mulut : Karies dentis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB

Paru
Inspeksi:
 Bentuk & ukuran: bentuk dada kiri dan kanan simetris, barrel chest (-),
pergerakan dinding dada simetris.
 Permukaan dada: papula (-), petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-),
spider naevi (-), massa (-).
 Penggunaan otot bantu napas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi
SCM, otot bantu abdomen tidak aktif.
 Iga dan sela iga: pelebaran ICS (-).
 Tipe pernapasan: torako-abdominal.
Palpasi:
 Tidak ada deviasi trakea, iktus kordis teraba di ICS V linea parasternal
sinistra.
 Nyeri tekan (-), massa (-), edema (-), krepitasi (-).
 Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan.
 Fremitus vocal: simetris kiri dan kanan.
Perkusi:
 Sonor seluruh lapang paru.

10
 Batas paru-hepar  inspirasi: ICS VI, ekspirasi: ICS IV.
 Batas paru-jantung:
Kanan: ICS II linea parasternalis dekstra
Kiri: ICS IV linea mid clavicula sinistra
Auskultasi:
 Cor: S1 S2 tunggal regular, murmur (-), gallop (-).
 Pulmo: Vesikuler (+) pada seluruh lapang paru .
 Rhonki (+/+).
 Wheezing (-/-).

Abdomen
Inspeksi:
 Bentuk: simetris
 Umbilikus: masuk merata
 Permukaan kulit: tanda-tanda inflamasi (-), ikterik (-), massa (-),caput
meducae (-), papula (-),petechiae (-), purpura (-), ekimosis (-), spider
naevi (-)
 Distensi (-)
Auskultasi:
 Bising usus (+) normal
 Metallic sound (-)
 Bising aorta (-)
Perkusi:
 Timpani pada seluruh lapang abdomen (+)
 Nyeri ketok (-)
 Nyeri ketok CVA (-/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan epigastrium (-)
 Massa (-)
 Hepar/lien/ren: tidak teraba

11
 Tes undulasi (-), shifting dullness (-)
Ekstremitas
Tungkai Atas Tungkai bawah
Kanan Kiri Kanan Kiri
Akral hangat + + + +
Edema - - - -

4.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan sputum hasil BTA sewaktu dan pagi didapatkan hasil + (di
puskesmas)

4.5 DIAGNOSIS
TB paru aktif
Gizi kurang

4.6 TATALAKSANA
Terapi OAT Kategori 1 FDC

4.7 PROGNOSIS
Dubia ad bonam

4.8 KONSELING
Tujuan edukasi adalah agar pasien mengenal perjalanan penyakit,
melaksanakan pengobatan yang maksimal, dan meningkatkan kualitas hidup.
 Menjelaskan tentang gejala-gejala, cara penularan, pengobatan serta
komplikasi penyakit TB yang dapat terjadi.
 Menganjurkan pasien untuk menggunakan masker, dan menjelaskan
mengenai etika batuk.
 Membuang dahak pada wadah berisi pasir atau air sabun, diganti minimal
1x sehari, kemudian menguburnya di tempat yang jarang dilewati orang.

12
 Menjelaskan kepada anggota keluarga pasien yang tinggal serumah
dengan pasien untuk memeriksakan dahaknya di laboratorium, untuk
memastikan status semua anggota keluarga terkait penyakit TB karena TB
merupakan penyakit menular dan dapat menyerang siapa saja.
 Menjelaskan kepada pasien agar rutin meminum obat dan memeriksakan
diri sampai dinyatakan sembuh, meskipun pasien sudah merasa sehat.
 Menjelaskan untuk selalu menjaga kebersihan rumah dan pencahayaan di
dalamnya, buka jendela setiap hari di pagi dan siang hari.

13
BAGIAN V
KONDISI FAKTOR RISIKO

5.1 Keadaan Lingkungan


Pasien tinggal bersama keempat anaknya dan satu orang cucu. Rumah
yang dihuni merupakan rumah pribadi yang terletak di tengah-tengah desa.
Rumah pasien terletak sekitar 200 meter dari jalan utama. Lokasinya berada di
dalam sebuah gang kecil. Rumah pasien berukuran ±10x8 meter. Rumah saat ini
terdiri dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1 gudang, dan
1 kamar mandi yang terletak di luar rumah pasien. Di sebelah utara, selatan, barat,
dan timur rumah pasien berbatasan dengan rumah tetangga. Rumah pasien tidak
menempel langsung dengan rumah tetangganya, jarak antara rumah pasien dan
rumah tetangga sekitar ±1-2 meter. Diketahui tetangga seusia pasien yang tinggal
di depan rumah pasien juga menderita TB. Walaupun terdapat jendela di setiap
ruangan namun jarang dibuka. Langit-langit rumah ditutup plafon, atap rumah
menggunakan genteng. Lantai rumah secara keseluruhan berupa keramik. Dinding
rumah diplester dan dicat. Pasien memiliki kamar sendiri, dipisahkan dari anggota
keluarga lain untuk mencegah penularan.
Sumber air bersih didapatkan dari PDAM, dan untuk air minum dimasak
terlebih dahulu. Untuk mencuci pakaian dan peralatan rumah tangga
menggunakan air PDAM. Pasien dan keluarga mandi dan buang air (BAB dan
BAK) di kamar mandi yang ada di luar rumah pasien. Kamar mandi pasien
dilengkapi jamban dan septic tank terletak di belakang rumah pasien. Untuk
memasak, keluarga pasien menggunakan kompor gas dan memasak di dapur yang
terletak di dalam rumah. Di dekat dapur terdapat halaman untuk menjemur
pakaian.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi


Keluarga pasien biasanya menyapu rumah setiap hari, 2 kali sehari,d an
sampahnya dikumpulkan di tong sampah milik pribadi. Sampah akan diangkut
oleh petugas tiap hari. Terdapat tetangga pasien yang cukup sering membakar

14
sampah. Pasien sering berinteraksi dengan tetangga dengan baik. Namun setiap
harinya pasien tidak pernah menggunakan masker saat berinteraksi dengan orang-
orang di sekitar, serta memiliki kebiasaan membuang dahak secara sembarang di
halaman rumah dimana sering dilalui banyak orang di sekitar rumahnya.
Pasien sudah tidak bekerja saat ini. Kebutuhan pasien dan anak kelima
pasien yang masih sekolah ditanggung bersama oleh anak laki-laki pasien yang
telah bekerja. Total penghasilan keduanya ±Rp.1000.000-1.500.000/bulan.
Penghasilan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Keluarga
ini termasuk dalam status ekonomi menengah.

5.3 Keadaan Budaya


Keluarga bersuku kebangsaan suku Sasak asli. Keluarga ini tidak terlalu
memegang aturan adat istiadat dalam kesehariannya. Untuk kasus yang berkaitan
dengan kesehatan, keluarga ini biasanya berobat ke dokter atau puskesmas jika
sakit.

15
5.4 Hasil penelusuran
Denah rumah pasien
U

Dapur
Gudang T B

Rumah tetangga (±1 mete)


Ruang Ruang
Tidur Tidur
Rumah tetangga (±1 mete)

10 m
Ruang
Keluarga
Ruang
Tamu

Halaman Depan

8m
Rumah tetangga (±1 meter)

Keterangan:

: pintu

: jendela

16
Gambar Keadaan Rumah Pasien

17
18
BAGIAN VI
MASALAH KESEHATAN KELUARGA

6.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama
terhadap keluarga pasien, maka dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan
dalam keluarga Tn. K tersebut beserta dengan kemungkinan penyebab masalah
kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Anggota Masalah Kemungkinan Penyebab Keterangan
No Keluarga Kesehatan Masalah Kesehatan

1 Tn. K TB paru + gizi  Riwayat kontak serumah Masalah kesehatan


kurang dengan ayah dan kakak yang diketahui saat
menderita TB paru kunjungan pertama
sebelumnya ke rumah pasien
 Riwayat kontak dengan
tetangga yang menderita TB
 Pemukiman padat huni
 Sirkulasi udara dan
pencahayaan rumah yang
kurang dimaksimalkan
 Tidak nafsu makan
2 Tn. B Normal - Saat kunjungan
rumah tidak ada
masalah kesehatan
3 Ny. A Gastritis  Gaya hidup pasien yang Masalah kesehatan
sering telat makan dan diketahui saat
sering minum kopi. kunjungan pertama
ke rumah pasien
4 Tn. R Normal - Saat kunjungan
rumah tidak ada
masalah kesehatan
5 An. I ISPA  Kontak serumah dengan Masalah kesehatan
pasien TB diketahui saat
 Suka minum minuman kunjungan pertama
dingin di warung dekat ke rumah pasien
rumah
 Ventilasi yang jarang
dibuka
 Polusi asap bakar sampah
dan rokok dari tetangga
6 An. A Normal - Saat kunjungan
rumah tidak ada
masalah kesehatan

19
Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama,
masalah kesehatan dialami oleh Tn. K, anak ketiganya (Ny. S), dan anak
terakhirnya (An.I). Dengan demikian beberapa anggota keluarga masih memiliki
masalah kesehatan.
Jika dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga terkait dengan determinan
kesehatan yang ada yaitu aspek biologis, aspek lingkungan,aspek perilaku/gaya
hidup, dan aspek pelayanan kesehatan, dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pasien (Tn. K) TB paru dan gizi kurang
Berdasarkan determinan kesehatan, Tn. K memiliki masalah kesehatan yang
terutama terkait pada aspek biologis, aspek perilaku dan aspek lingkungan.
2. Anak ketiga pasien (Ny. S) Gastritis
Berdasarkan determinan kesehatan, Ny.S memiliki masalah kesehatan yang
terutama terkait pada aspek perilaku.
3. Anak terakhir pasien (An. I) ISPA
Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang muncul
terutama disebabkan oleh aspek perilaku dan lingkungan.
Dari kunjungan rumah pertama tersebut mulai diperoleh masalah
kesehatan masing-masing anggota keluarga kemudianselanjutnya disusun rencana
upaya intervensi yang akan dilakukan.

6.2 Rencana Upaya Intervensi


Anggota Masalah Rencana Upaya Intervensi Ket.
No Keluarga Kesehatan
1 Tn. K TB paru +  Menjelaskan mengenai penyakit TB,
gizi kurang cara penularannya dan bagaimana
mencegah penularannya, pengobatannya
serta efek samping yang timbul setelah
minum obat.
 Menjelaskan efek jika pasien tidak
minum obat secara teratur atau putus
obat.
 Menyarankan untuk menutup mulut bila
bersin atau batuk atau menggunakan

20
masker, dan meludah pada wadah yang
disiapkan.
 Memberikan edukasi mengenai fungsi
ventilasi serta pencahayaan di dalam
rumah untuk pertukaran udara dan
membunuh kuman TB.
 Menyarankan untuk rutin kontrol.
 Konseling mengenai jadwal
pemeriksaan dahak.
 Diet tinggi kalori dan tinggi protein.
2 Ny. S Gastritis  Menyarankan pasien untuk makan
tepat pada waktunya.
 Menyarakan pasien untuk tidak
mengkonsumsi kopi sebelum makan.
 Menyarankan pasien untuk berobat ke
Puskesmas untuk mengatasi keluhan
pasien semakin sering dirasakan.
 Menjelaskan mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat agar tidak tertular
penyakit dari ayahnya.
3 An. I ISPA  Memberikan KIE kepada orang tua
mengenai penyakit meliputi faktor
resiko,tanda dan gejala, tanda bahaya,
pencegahan serta cara
penanggulangannya.
 Menyarankan orang tua untuk membawa
berobat ke puskesmas agar keluhan tidak
bertambah parah
 Menyarankan orang tua untuk tetap
memberikan nutrisi yang cukup
4 Tn. B, Tn. Normal  Memberikan informasi mengenai PHBS
R dan An. seperti cuci tangan pakai sabun, BAB di
A jamban agar tidak tertular penyakit.

6.3 Upaya Kesehatan yang Dilakukan


Upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga adalah bila terdapat
anggota keluarga yang sakit akan dibawa berobat ke dokter atau puskesmas. Sejak
didiagnosis TB, pasien rutin mengonsumsi obatnya walaupun mendapatkan efek
samping yang membuat ia merasa pegal dan sakit di seluruh tubuh. Pengawas
menelan obat (PMO) adalah anaknynya sendiri yang bertugas memastikan pasien

21
mengkonsumsi OAT secara teratur dan disiplin. Untuk masalah gizinya, anaknya
sudah membelikan vitamin atau suplemen makanan dan mengatur pola makan
serta jenis makanan yang seimbang. Hal tersebut dilakukan seelah mendapatkan
arahan dari petugas kesehatan di Puskesmas.

22
BAGIAN VII
PENGKAJIAN MASALAH KESEHATAN

7.1 Determinan Masalah Kesehatan


Kerangka Konsep Masalah Pasien

BIOLOGIS/PERSONAL

MELITUS
 Usia tua dan gizi kurang  kekebalan
tubuh terganggu, mudah terkena infeksi
 Mycobacterium tuberculosis  dapat
berkembangDIABETES
dengan baik di lingkungan
rumah pasien. LINGKUNGAN
PERILAKU 
MELITUS

 Jarang membuka dan  Polusi udara (asap rokok


membersihkan jendela DIABETES dan tungku)
sehingga suasana kamar  Tidak efektifnya
MELITUS
pengap dan lembab TB paru + gizi jendela/ventilasi  udara
 Tidak menggunakan kurang dalam rumah lembab dan
masker, tidak menutup cahaya matahari terhalang
mulut dan hidung saat DIABETES  Lingkungan padat huni
batuk  Riwayat kontak serumah
 Membuang dahak di MELITUS
dengan ayah dan kakak,
sembarang tempat dan riwayat kontak dengan
tidak memakai wadah PELAYANAN tetangga
 Pola makan dan jenis DIABETES
KESEHATAN
makanan yang
dikonsumsi sebelumnya MELITUS
masih kurang  Man : dokter, perawat, laboran
 Money : sumber dana untuk program TB &
gizi DIABETES
 Management : PMO, poli
MELITUS
 Method : promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif
 Material :DIABETES
sarana & prasarana (perangkat
pencatatan kasus TB, peralatan laboratorium,
buku pedomanMELITUS
penanggulangan penyakit)

DIABETES

MELITUS
23

DIABETES
7.2 Diagnostik Holistik
1. Aspek Personal
Pasien laki-lai berusia 65 tahun mengeluhkan batuk berdahak sejak 3 minggu
sebelum memeriksakan diri ke puskesmas Kediri. Batuk dirasakan semakin
memberat sampai membuat pasien merasa sesak napas, disertai demam hilang
timbul, sering keringat malam, dan penurunan nafsu makan. Pasien dan keluarga
khawatir dengan keadaan pasien yang tidak membaik walaupun sudah berobat ke
dokter sehingga pasien pergi berobat ke puskesmas Kediri untuk memeriksakan
dahak. Pasien berharap dapat menyelesaikan pengobatan dan sembuh.
2. Aspek Klinik
Tuberkulosis paru dengan gizi kurang
3. Aspek Risiko Internal
Usia pasien yang sudah tua dan sudah terpapar oleh kuman TB serta status gizi
kurang menyebabkan daya tahan tubuh pasien lemah sehingga infeksi TB mudah
berkembang dalam tubuh. Sekarang anak pasien rutin ke puskesmas untuk
mengambil obat antituberkulosis.
4. Aspek Resiko Eksternal dan Psikososial
Perhatian dan dukungan dari keluarga terhadap kesembuhan pasien sangat baik
yaitu dengan menyediakan biaya, mengantar kontrol, menjadi PMO, membelikan
masker untuk pasien, menyediakan wadah khusus untuk dahak pasien, mengatur
pola dan jenis makanan yang seimbang untuk pasien serta membelikan
multivitamin. Tidak efektifnya fungsi ventilasi rumah juga mempengaruhi
penularan penyakit antaranggota keluarga. Kondisi lingkungan yang padat dan
banyak polusi juga mempengaruhi perjalanan penyakit pasien.
5. Derajat fungsional
Skala fungsional pasien yaitu kelas 1 karena pasien mampu melakukan
kegiatan sehari-hari.

24
Rencana Penatalaksanaan Pasien

No. Kegiatan Rencana intervensi Sasaran Waktu Hasil yang diharapkan

1. Aspek Evaluasi: Pasien 1 hari  Pasien dan keluarga


personal  Keluhan, dan dapat mengetahui
kekhawatiran, dan keluarga perihal kondisi
harapan pasien khususnya kesehatan pasien saat
Intervensi:
anak yang ini.
 Edukasi kepada
pasien mengenai
sering  Kekhawatiran
merawat keluarga pasien
TB, gejalanya,
pasien di mengenai kondisi
penularannya, dan
rumah. pasien akan
pengobatannyaserta
komplikasi yang di berkurang
timbulkan

2. Aspek Evaluasi: Pasien 1 minggu  Perbaikan gejala


klinik  Perbaikan kondisi dan klinis
klinis pasien keluarga  Dilakukan kontrol
 Keteraturan pasien kesehatan teratur
mengkonsumsi
obat  Keluarga teratur dan
 Evaluasi efek selalu disiplin dalam
samping obat mengawasi pasien
Intervensi: mengonsumsi obat
 Non  Pemberian asupan
Farmakologis: nutrisi yang baik
- Menghindari
polutan yang  Komplikasi dapat
dapat dicegah
menyebabkan  Pasien dan keluarga
perburukan benar-benar berupaya
keluhan untuk mencegah
- Menjaga penularan penyakit ke
kebersihan
anggota keluarga lain
lingkungan
- Diet seimbang serta memeriksakan
 Farmakologis dahak semua anggota
:OAT keluarga
 KIE :
Menjelaskan
tentang penyakit
TB terutama
pentingnya
pengobatannya
3. Aspek Edukasi: Pasien 1 minggu  Keluarga mengerti
Resiko  Mengenai keadaan dan kondisi kesehatan
Internal kesehatan pasien keluarga pasien, dan berusaha

25
 Aspek perilaku memperbaiki dari
serta aspek segi perilaku dan
lingkungan lingkungan
memiliki peranan
penting
4. Aspek Edukasi: Pasien 2 minggu  Pasien dan keluarga
eksternal  Mengenai penyakit dan pasien mengerti dan
dan TB, faktor risiko keluarga mampu memahami
psikososial TB, pencegahan mengenai TB
serta tatalaksana  Pasien dan keluarga
keluarga dan dampak TB pasien mulai dapat
 Edukasi mengenai menerapkan PHBS
pentingnya PHBS
di rumah
dan rumah sehat
 Pentingnya
dukungan dan
motivasi keluarga
untuk kontrol
rutin.
 Motivasi pasien
untuk makan
makanan pokok
yang sudah
disiapkan dengan
porsi secukupnya

7.3 Pengaruh Keluarga Dalam Kesehatan


Nilai Fungsi Dalam Keluarga
Lima fungsi dasar keluarga yang dikemukakan oleh Friedman (1998) yaitu:
a. Fungsi afektif
Dalam keluarga Tn. K hubungan antarindividu terjalin harmonis. Tn. B, Ny. S
dan Tn. R sebagai anak-anak pasien yang sudah dewasa dan sudah bekerja
mampu memberikan dukungan, perhatian, dan perawatan kepada Tn. K sebagai
orang tua mereka yang sedang sakit. Tn. K kepada anak-anaknya juga
memberikan perhatian yang sama, tidak membeda-bedakan. Fungsi afektif
keluarga ini sudah baik.
b. Fungsi sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini bersosialiasi dengan baik dengan
tetangga sekitar rumah. Tetangga selalu memberikan bantuan bila dibutuhkan.
Fungsi sosial keluarga ini sudah baik.

26
c. Fungsi Reproduksi
Sejak menikah selama ± 35 tahun, Tn. K dan Ny. J dikaruniai 5 orang anak.
Selama ini Ny. J tidak menggunakan KB untuk menunda kehamilanya. Fungsi
reproduksi keluarga ini sudah baik.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga pasien merupakan keluarga dengan status ekonomi menengah ke
bawah. Pasien sudah tidak bekerja. Total penghasilan kedua anak pasien
±Rp.1000.000-1.500.000/bulan. Ini cukup digunakan untuk membeli kebutuhan
sehari-hari. Fungsi ekonomi keluarga ini belum cukup baik.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga sudah sigap dalam menanggulangi penyakit pada anggota keluarga,
misalnya dengan membawa Tn. K ke dokter saat sedang sakit serta Ny. S dan Tn.
B sendiri yang berperan sebagai PMO. Namun masih ada perilaku yang masih
belum maksimal dilakukan seperti tidak rutin membuka jendela sehingga ventilasi
udara kurang baik. Hal ini mengakibatkan anggota keluarga mengalami ISPA
berulang .Fungsi perawatan kesehatan keluarga ini kurang baik.

APGAR SCORE
Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan APGAR skor
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. APGAR
skor akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-
rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-
rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.
Skor
Kategori Keterangan
0 1 2
1. Adaptation X Seluruh anggota keluarga dapat beradaptasi
dengan anggota keluarga lain, dukungan dan
saran dari anggota keluarga lain,
2. Partnership X Seluruh anggota keluarga menjalin komunikasi
yang baik, saling mengisi antara anggota

27
keluarga dalam segala masalah yang dialami
keluarga
3. Growth X Anggota keluarga jarang melakukan hal-hal
baru sehingga jarang memberi dukungan
mengenai hal-hal baru
4. Affection X Hubungan kasih sayang dan interaksi antar
anggota terjalin dengan baik
5. Resolve X Anggota keluarga kadang-kadang puas
mengenai kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan antar anggota keluarga.
Skor fungsi fisiologis keluarga An. HN adalah 9. Dalam ketentuan APGAR skor
dikatakan keluarga ini dalam kategori baik.

28
BAGIAN VIII
LAMPIRAN KUNJUNGAN (FOLLOW UP)

Rencana Penatalaksanaan Pasien


Tanggal Kegiatan dan Hasil
Kunjungan Kegiatan:
pertama  Pada kedatangan pertama ini, dilakukan evaluasi apakah terdapat
(05/01/2019) perbaikan gejala klinis dari pasien setelah pengobatan di Puskesmas.
 Melakukan wawancara untuk mengetahui masalah kesehatan pada
anggota keluarga pasien dan melakukan pemeriksaan.
 Menelaah lingkungan rumah, PHBS keluarga, keteraturan minum
obat, dan faktor risiko terjadinya TB pada pasien.
Hasil:
 Keluhan utama (batuk berdahak) masih dirasakan oleh pasien,
namun keluhan sesak napas sudah menghilang. Pasien membuang
dahak di halaman.
 Penurunan nafsu makan belum membaik, BB pasien menurun
dibandingkan sebelum sakit.
 Rasa pegal-pegal di seluruh tubuh sejak minum obat. Pasien rutin
minum obat setiap hari.
 Pada pemeriksaan auskultasi paru masih ditemukan suara tambahan
rhonki namun minimal.
 Anak pasien sering mengalami batuk pilek.
 Mengenai perilaku hidup bersih dan sehat keluarga pasien :
- Keluarga jarang membuka jendela rumah untuk sirkulasi
udara.
- Pasien tidak menutup mulut dengan tangan atau
menggunakan masker selama batuk.
 Faktor risiko infeksi TB: riwayat kontak serumah dan dengan
tetangga, usia tua, gizi kurang, pertukaran udara di rumah kurang.
 Faktor risiko yang menyebabkan munculnya masalah kesehatan
pada anggota keluarga lain: kontak serumah, polusi asap bakar
sampah dan rokok dari tetangga, sering konsumsi minuman dingin.
Intervensi :
 Pada kedatangan pertama ini, intervensi yang dilakukan adalah
edukasi terhadap pasien dan keluarga mengenai penyakit TB, cara
penularan, dan pencegahannya.
 Edukasi pasien untuk tetap rutin minum OAT sampai dinyatakan
sembuh oleh petugas kesehatan.

29
 Edukasi untuk membuat wadah khusus untuk membuang dahak
yang berisi pasir/sabun dan diganti setiap hari, serta mengenakan
masker saat berinteraksi dengan yang lain teruma jika sedang batuk.
 Edukasi semua anggota keluarga untuk memeriksakan dahak ke
Puskesmas Kediri.
 Edukasi tentang pemanfaatan dan pentingnya ventilasi rumah,
jendela rumah harus rajin dibuka 2x sehari.
 Edukasi pasien untuk mengutamakan makan pokok yang teratur.
 Edukasi tentang cuci tangan pakai sabun dan air bersih, BAB di
jamban, tidak merokok di dalam rumah.
 Menyarankan untuk membawa anggota keluarga yang sakit (An. I)
ke Puskesmas.

Kunjungan Kegiatan :
kedua - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien dan anggota
(11/01/2019) keluarga lain.
- Mengamati ulang PHBS pasien dan keluarga.
- Intervensi terhadap PHBS.
Hasil :
- Pasien mengatakan batuk semakin jarang, dahak mulai
berkurang, tidak pernah sesak napas lagi.
- Pasien mengatakan rasa pegal sudah berkurang, nafsu makan
sudah mulai ada.
- Anak pasien sudah membaik setelah berobat.
- Keluarga sudah mulai membuka jendela di pagi dan sore hari,
tapi belum rutin setiap hari.
- Pasien belum terbiasa menggunakan masker dan sering lupa
menutup mulut ketika batuk.
- Pasien sudah mulai membuang dahak di wadah yang ada (ember
berisi pasir).
Intervensi :
- Edukasi pada pasien untuk tetap rutin minum OAT.
- Edukasi pasien untuk mengutamakan makan pokok yang teratur.
- Edukasi keluarga cuci tangan pakai sabun dan air bersih, BAB di
jamban, tidak merokok di dalam rumah.
- Edukasi untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi pasien.
- Edukasi untuk lebih rutin membuka jendela rumah.
- Edukasi untuk rutin mengganti pasir yang ada pada wadah setiap
hari.

30
Kunjungan Kegiatan :
ketiga - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien.
(17/01/2019) - Mengamati ulang PHBS pasien dan keluarga.
- Intervensi terhadap PHBS.
Hasil :
- Pasien mengatakan batuk sudah semakin jarang, dahak juga
berkurang.
- Nafsu makan mulai kembali normal dan pola makan sudah mulai
teratur.
- Pasien mengatakan rasa pegal sudah jarang dirasakan, tidak ada
keluhan lain.
- Keluarga sudah mulai membuka jendela di pagi dan sore setiap
hari.
- Pasien mulai menutup mulut ketika batuk.
- Pasien mulai menggunakan masker setiap berinteraksi dengan
yang lain terutama ketika batuk.
- Pasien mulai terbiasa membuang dahak di wadah yang ada
(ember berisi pasir).
Intervensi :
- Edukasi pada pasien untuk tetap rutin minum OAT.
- Edukasi pasien untuk tetap makan teratur.
- Edukasi keluarga cuci tangan pakai sabun dan air bersih, BAB di
jamban, tidak merokok di dalam rumah.
- Edukasi untuk tetap rutin membuka jendela rumah.
- Edukasi untuk rutin mengganti pasir yang ada pada wadah setiap
hari.

Kunjungan Kegiatan :
keempat - Mengevaluasi perbaikan gejala klinis dari pasien.
(23/01/2019) - Mengamati ulang PHBS pasien dan keluarga.
- Intervensi terhadap PHBS.
Hasil :
- Pasien mengatakan batuk hanya sesekali dan dahak hanya sedikit.
- Berat badan pasien mulai bertambah dari sebelumnya.
- Tidak ada keluhan lain.
- Keluarga selalu membuka jendela di pagi dan sore setiap hari.
- Pasien mulai menggunakan masker setiap berinteraksi dengan
yang lain terutama ketika batuk.
- Pasien mulai terbiasa membuang dahak di wadah yang ada
Intervensi :

31
- Edukasi pada pasien untuk tetap rutin minum OAT.
- Edukasi pasien untuk tetap makan teratur.
- keluarga cuci tangan pakai sabun dan air bersih, BAB di jamban,
tidak merokok di dalam rumah.
- Edukasi untuk tetap rutin membuka jendela rumah.
- Edukasi untuk rutin mengganti pasir yang ada pada wadah setiap
hari.

BAGIAN IX
KESIMPULAN DAN SARAN

Faktor pendukung terselesaikannya masalah kesehatan pasien


 Pasien dan keluarga terbuka terhadap edukasi yang diberikan.
 Kesadaran pasien untuk minum obat secara teratur.
 Dukungan dan perhatian keluarga terhadap kesehatan pasien dan setiap
anggota keluarga.
 Jarak dari rumah pasien ke puskesmas dekat.
 Dukungan dari Puskesmas yang tetap mengawasi pengobatan pasien TB.
 Komitmen pasien dan keluarga untuk memperbaiki perilaku hidup tidak
sehat.
Faktor penghambat terselesaikannya masalah pasien:
 Kondisi pemukiman yang padat huni.
 Polusi dari asap bakar sampah dan rokok.
Rencana penatalaksanaan dan saran untuk pasien selanjutnya:
 Edukasi pasien untuk tetap teratur mengonsumsi OAT hingga dinyatakan
sembuh oleh petugas kesehatan.
 Menyarankan anggota keluarga yang lain untuk memeriksakan dahak ke
pelayanan kesehatan.
 Tetap memastikan maksimalnya fungsi jendela, pintu dan ventilasi yang
ada sebagai jalur sirkulasi udara dan cahaya matahari di rumah pasien.

32
 Menganjurkan pada pasien dan keluarganya untuk mempertahankan
perilaku hidup bersih dan sehat yang sudah bisa dicapai & terus
meningkatkannya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis &


Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia; 2006.
2. World Health Organization. Global Tuberculosis Report 2017. Available
at: <www.who.int>
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar 2013. 2013. Available at:
<www.depkes.go.id>
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia;2014.
5. Dinas Kesehatan Provinsi NTB. Profil Kesehatan Provinsi NTB Tahun
2016. Mataram: Dinas Kesehatan Provinsi NTB; 2017.
6. UPT BLUD Puskesmas Kediri. Available at: <http://puskesmaskediri-
dikes.lombokbaratkab.go.id>
7. Anggraini MT, et al. Buku Ajar Kedokteran Keluarga. Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang; 2015.

33

Anda mungkin juga menyukai