TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
respons peradangan yang abnormal dari paru terhadap partikel atau udara
polusi udara dan infeksi) dan faktor resiko host (usia, jenis kelamin, adanya
penyakit ini (NICE, 2004 dalam Helmi, 2013). Penyakit Paru Obstruksi
Kronis sering ditandai oleh sekresi yang sangat banyak dan sekresi tersebut
8
9
menahun dan presisten dari jalan nafas di dalam paru, yang termasuk dalam
kelompok ini adalah: bronkitis menahun, empisema paru, asma terutama yang
2.1.2 Klasifikasi
berikut:
1. Bronkitis kronis
tersebut terus terdapat setiap hari selama 2 tahun berturut-turut. Hal ini
2. Empisema
Adanya kelainan paru dengan pelebaran abnormal dari ruang udara distal
dinding alveoli.
3. Bronkitis empisema
2.1.3 Etiologi
gaya hidup, yang sebagian besar bisa dicegah. Merokok diperkirakan menjadi
yang buruk karena dekat dengan lokasi pertambangan, perokok pasif atau
terkena polusi udara dan konsumsi alkohol yang berlebih, laki-laki dengan
2012).
1. Usia
emfisiema dan PPOK pada usia sekitar 20 tahun, yang berisiko menjadi
2. Merokok
Ini merupakan penyebab PPOK yang paling umum, dan mencakup 80%
11
dari semua kasus PPOK yang ditemukan. Diduga bahwa sekitar 20%
dengan istilah pack years, Satu pack years = menghisap 20 batang rokok
batang rokok per hari selama satu tahun atau mereka yang merokok 20
batang rokok selama dua tahun akan memiliki akumulasi yang ekuivalen
Telah ditemukan keterkaitan keluarga yang lemah, tidak seperti pada asma
2.1.4 Patofisiologi
gas, hipertensi pulmonal. Jalan nafas perifer menjadi tempat utama obstruksi
pada pasien PPOK. Perubahan struktural dinding jalan nafas adalah penyebab
pada PPOK. Abnormalitas ini dapat terjadi selama beberapa tahun sebelum
kuat dalam satu detik (forced expiratory volume in 1 second, FEV 1) dan
kapasitasvital kuat (forced vital capacity, FPC) menurun, hal ini berhubungan
alveolar dan penurunan recoil elastis paru. Sering kali tanda pertama terjadi
kurang dari 80% dari nilai prediksi yang dikombinasikan (Morton,dkk, 2012).
(2012):
1. Batuk yang sangat produktif, purulen dan mudah terkena iritasi oleh
dada mengembang.
5. Takipnea.
2.1.6 Komplikasi
berikut:
3. Ulkus peptikum.
lama, penderita jadi cacat dan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Bronkodilator
b. Antibiotik
c. Indikasi oksigen
b. Konseling nutrisi
Malnutrisi adalah umum pada pasien PPOK dan terjadi pada lebih dari
dkk , 2012).
15
c. Penyuluhan
merupakan hal yang paling penting secara diagnostik. Hal ini biasanya
menyediakan skala yang tepat untuk akurasi yang lebih baik.Hal ini sangat
2. Spirometri
berada diantara batas normal atas dan bawah. Hal ini tidak khas pada
(Francis, 2008).
3. Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit
b. Eritrosit
c. Hemoglobin
(Murwani,2012)
4. Photo thoraks
a. Bayangan lobus
(Murwani,2012)
17
2.2.1 Pengertian
individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status
(Carpenito, 2006)
2. Obstruksi jalan napas; terdapat benda asing dijalan napas, spasme jalan
napas
(Wilkinson, 2012)
1. Subjektif
Dispnea
2. Objektif
d. Sianosis
g. Ortopnea
h. Gelisah
i. Sputum berlebihan
j. Mata terbelalak
(Wilkinson, 2012)
1. Batuk efektif
(Wilkinson, 2012)
2.3.1 Pengertian
serta mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka
2.3.3 Indikasi
fibrosis kistik, bronkiektasis, keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang
atau cairan yang mudah menguap dan obat lain yang berbentuk aerosol
pulmonal disease (COPD = PPOK & PPOM) terapi inhalasi merupakan terapi
pilihan. Dengan terapi inhalasi obat dapat masuk sesuai dengan dosis yang
dalam penggunaan, cara terapi MDI banyak disukai pasien karena obat dapat
dalam satu botol bisa dipakai untuk 30 atau sampai 90 hari penggunaan (Rab,
2008).
Kontra indikasi mutlak pada terapi inhalasi tidak ada. Indikasi relatif
pada pasien dengan alergi terhadap bahan atau obat yang digunakan (Rasmin,
2012).
Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi, yaitu (1) inhaler dosis terukur
(MDI, metered dose inhaler), (2) penguapan (gas powered hand held
ventilator.
Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam
bentuk inhaler aerosol dengan/tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder
digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan
di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana
oleh pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma (Rasmin,
2012).MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat
dan bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini
2008).
Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka
10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi
tidak ada kebocoran dan tangan kiri memegang spacer, dan tangan
tahan napas sejenak, lalu keluarkan napas lagi. Hal ini bisa diulang
c. Pemakaian diskhaler.
sampai tombol terlihat dan tekan kedua tombol dan keluarkan talam
letakan mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup
d. Pemakaian rotahaler.
rotahaler secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan
(Rasmin, 2012).
e. Pemakaian turbohaler.
tangan kiri dan menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar
mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat dan sedalam
dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi tahapan 2-
g. Cara mencuci.
Keluarkan belas obat dan basuh inhaler dengan air hangat dengan
(Setiawati, 2009).
Setiap inhaler telah dilabelkan dengan jumlah dos yang ada. Contoh di
obat di dalam inhaler. Jika botol obat mengandungi 200 hisapan dan
kita harus mengambil 8 hisapan sehari, maka obat habis dalam 25 hari.
2. Penguapan (Nebulizer)
dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah
2008).
25
cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang ditentukan dan
gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol
“on” pada nebulizer à jika memakai masker, maka uap yang keluar dihirup
dan dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10-15
halus, yakni antara 2-8 mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan
(Rab, 2008).
terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat
dalam masa yang pendek pada pasien dengan sputum yang kental
(Rab, 2008).
lebih baik dari cara pemberian lain, sementara itu pengaruh sistemiknya
hampir tidak ada. Oleh karena itu cara pengobatan ini adalah merupakan cara
iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat
1. Pengertian
Inhalasi uap dengan nebuleizer adalah suatu jenis cara inhalasi dengan
2. Tujuan
d. Melegakan pernafasan
3. Indikasi
b. Broncho pneumonia
c. PPOK(bronchitis, emfisema)
d. Asma bronchial
f. Paska tracheostomy
4. Teknik
a. Suspension
b. Solusion
c. Emulsion
a. Bronchodilator
b. Mukolitik
c. Anti inflamasi
d. Antibiotika
pasien
8. Prosedur kerja
a. Persiapan alat
1) Nebulizer
2) Tissue
3) Selang/kanul udara
4) Sarung tangan
5) Obat inhalasi
6) Kapas alcohol
8) Neirbeken
30
9) Kasa lembab
1) Siapkan alat
3) Cuci tangan
c. Tahap orientasi
d. Tahap kerja
e. Tahap terminasi
4) Akhiri kegiatan
f. Dokumentasi
2.4 Perbedaan bersihan jalan napas pasien PPOK yang diberikan inhalasi uap
peningkatan tahanan jalan nafas perifer. Perubahan inflamasi seperti edema jalan
menyekresi mukus dan peningkatan jumlah sel goblet oleh mediatior inflamasi
fisiologis yang pertama kali tejadi pada PPOK. (Morton,dkk, 2012). Selain itu,
mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang
napas pada pasien PPOK adalah dengan inhalasi uap. Inhalasi uap dapat
dilakukan dengan pemberian larutan normal saline atau bisa diberikan larutan
menyebutkan bahwa pemberian terapi inhalasi uap dengan larutan normal saline
(NaCl) dengan kombinasi ventolin akan memberikan efek yang lebih baik
dibandingkan ketika hanya diberikan terapi inhalasi uap dengan larutan normal
saline saja. Larutan normal saline (NaCl) adalah untuk membantu mengencerkan
sputum menjadi lebih encer, jalan napas juga akan menjadi lebih longgar dan
dampaknya adalah sesak yang dialami oleh pasien akan berkurang atau bahkan
hilang.
33
Jadi dari uraian diatas dapat ditarik satu perbedaan bahwa pemberian
terapi inhalasi uap dengan larutan normal saline (NaCl) dalam nebuleizer yang
efektif. Sementara itu terapi inhalasi dengan tambahan ventolin, selain akan