Anda di halaman 1dari 178

GSBC – 09 = TAHAPAN DAN METODA KERJA

PELAKSANAAN BANGUNAN GEDUNG

PELATIHAN
KEPALA PROYEK
BANGUNAN GEDUNG

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 UMUM

Modul ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan tahapan dan metode
konstruksi (metode pelaksanaan konstruksi) untuk pekerjaan Bangunan Gedung,
yang sering dipakai pada pelaksanaan pekerjaan Bangunan Gedung .

Modul ini berisi prosedur dan pedoman yang perlu diikuti dan dikembangkan dalam
pelaksanaan pembangunan gedung. Penggunaan metode konstruksi atau metode
pelaksanaan yang sesuai akan menyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan
terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia serta mutu yang tercantum
di dalam spesifikasi. Peningkatan mutu proses pelaksanaan pekerjaan akan
mengurangi pekerjaan perbaikan atau rework yang jelas menambah biaya dan waktu
penyelesaiannya.

Metode konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen
konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat
mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya
metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan
antara persyarataan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis yang
ada dilapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.
Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka
gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi.
dalam bentuk bagan diberikan pada Gambar 1.1. konsep metode pelaksanaan
mencakup pemilihan dan penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi
pekerjaan termasuk pemilihan dan penetapan sarana dan prasarana yang bersifat
sementara sekalipun.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

Gambar 1.1

Adapun lingkup pakerjaan bangunan gedung adalah pekerjaan yang umum


dilaksanakan yang meliputi tahapan dan metode konstruksi (metode pelaksanaan )
untuk pekerjaan sebagai berikut :
1. Pekerjaan pengukuran dan pematokan
2. Pekerjaan Tanah dan pondasi
3. Pekerjaan struktur cetakan dan perancah
4. Pekerjaan arsitektur
5. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal
6. Pekerjaan perpipaan dan sanitasi
7. Dan lain-lainnya

1.2 PENYUSUNAN RENCANA KERJA

Pada tahap persiapan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan
prasarana yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan
rencana persiapan fisik dilapangan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan proyek
menjadi lebih lancar.

Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar atau
pedoman untuk kesuksesan pelaksanaan dilapangan demi tercapainya pengendalian
biaya, mutu dan waktu sesuai target yang direncanakan

Dengan dibuatnya rencana pelaksanaan dan pada tahap operasional proyek


dilakukan kontrol atas pengendalian pada setiap pekerjaan sesuai bidanganya
masing-masing, maka kegiatan operasional tersebut akan terarah, terukur dan
terorganisasi dengan baik

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

Rencana pelaksanaan proyek terdiri dari :


1. Organisasi proyek dan jobdescription
2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya.
3. Rencana mutu kontrak
4. Metode pelaksanaan (Construction Method)
5. Survei lapangan
6. Mobilisasi dan site plan
7. Rencana Anggaran Pelaksanaan (RAP) dan cashflow
8. Rencana K3 proyek
9. Rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

Jelas bahwa metode pelaksanaan atau metode konstruksi (Construction Method)


dapat bermanfaat di dalam memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan
dan fasilitas penyelesaian pekerjaan dan merupakan kesatuan dokumen prosedur
pelaksanaan proyek.

1.2.1 Penyusunan Kebutuhan Sumber Daya


Manajemen dalam penyelenggaran proyek tergantung dari 2 faktor utama yaitu
sumberdaya dan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen
sebagaimana diketahui antara lain dirumuskan sebagai POAC, yaitu Planning,
Organizing, Actuating dan Controlling. Sedangkan Sumber Daya biasanya
diuraikan sebagai 4M yaitu Man (Manusia, Tenaga Kerja) Money (Uang),
Methode (Metoda), Material (Bahan) dan Machine (Peralatan). Tetapi ada
suatu pendapat dimana Sumber Daya bisa dikembangkan lagi menjadi 5 M,
dimana ada tambahan satu M lagi yaitu Method. Dengan Method atau metode
konstruksi yang baik, memenuhi syarat teknis, aman dilaksanakan, memenuhi
syarat ekonomis (bisa termurah dan efisien) dan merupakan alternative/ pilihan
terbaik sesuai kondisi lapangan akan merupakan sumber daya yang sangat
menentukan didalam mensukseskan pelaksanaan proyek.

Untuk menyusun metode konstruksi yang lengkap diperlukan data dan analisa
kebutuhan sumber daya tenaga kerja, bahan yang akan dipakai dan paling
penting adalah daftar kebutuhan peralatan.

1.2.2 Kebutuhan Tenaga Kerja


Didalam menganalisa dan menyusun kebutuhan tenaga kerja, penentuan
produktivitas pekerja sulit karena hal itu sangat bervariasi dari kontraktor yang
satu dengan kontraktor yang lain dan dari satu cabang keahlian ke cabang

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

keahlian lainnya. Namun demikian dengan diskusi dengan pihak kontraktor


dan survei kebutuhan proyek didaerah tersebut, akan dapat juga memberikan
manfaat.

Memperkirakan biaya konstruksi dalam daerah dimana diberikan toleransi


terhadap jam istirahat, minum kopi, jam makan yang lama, penghentian saat
kerja lebih dini, dan lain-lain akan sangat berlainan dengan pekerjaan yang
sama dengan kontraktor yang mempunyai pengendalian yang cukup ketat
terhadap tenaga kerja.
Juga penentuan ketersediaan tenaga kerja adalah penting. Adalah perlu untuk
selalu “memegang” mandor-mandor yang cakap dan mempunyai jaringan-
jaringan pekerja dengan jumlah yang cukup besar dengan keahlian yang
cukup baik. Apabila kontraktor mendapat proyek tertentu, mandor-mandor
langganan selalu harus dipanggil, dengan demikian ketersediaan tenaga kerja
yang terampil dan jumlahnya mencukupi akan selalu tersedia.
Setelah kita mendapatkan jumlah pekerja untuk menyelesaikan suatu detail
item pekerjaan maka kita harus membuat jadwal kebutuhan tenaga kerja.
Jadwal tersebut antara lain:
- rincian item pekerjaan secara detail
- rencana waktu pelaksanaan proyek
- rincian waktu pelaksanaan pekerjaan per item pekerjaan
- rincian jumlah pekerja (mandor dan tenaga terampil) untuk melaksanakan
suatu item pekerjaan pada waktu tertentu

1.2.3 Kebutuhan Bahan


Sebelum kita menghitung kebutuhan bahan, setelah kita mempelajarii
spesifikasi dan metode yang dipakai, maka kita perlu mengadakan survey dan
penelitian bahan lokal yang cocok untuk dipergunakan. Bila didalam
perencanaan, kondisi setempat belum dipahami secara mendalam, adalah
sangat mungkin kita mendapat bahan yang jauh lebih murah yang sesuai
dengan spesifikasi dan metode yang akan dipakai.

Juga yang sangat penting adalah waktu pengadaan bahan. Berdasarkan


pengalaman yang ada, meskipun bahan local volumenya berlimpah tetapi
karena banyaknya proyek pembangunan di daerah tersebut menyebabkan
waktu pengadaan bahan menjadi tersendat bahkan bisa terlambat dari jadwal.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

Setelah kita mendapatkan jumlah bahan untuk menyelesaikan suatu item


pekerjaan dengan spesifikasi tertentu, maka kita harus membuat jadwal
kebutuhan bahan.

Jadwal tersebut berisi antara lain:


- Rincian item pekerjaan secara detail
- Rencana waktu pelaksanaan proyek
- Rencana waktu pelaksanaan per item pekerjaan
- Rincian jumlah/ volume bahan dengan spesifikasi tertentu untuk
melaksanakan item pekerjaan tersebut pada waktu tertentu.

1.2.4 Kebutuhan Peralatan


Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hampir semua
proyek menengah sampai besar merupakan proyek padat modal dan padat
alat. Dengan menggunakan peralatan berat maka sasaran pekerjaan dapat
dicapai dalam waktu relatif cepat.

Didalam pembuatan Dokumen Metoda Konstruksi, pertama kali kita harus


menetapkan dan menghitung Construction Plant atas kebutuhan peralatan
berat yang dipakai pada suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu
tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan, tentu saja sesuai dengan
metode konstruksi yang paling efisien dan efektif.
Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut:
1. Menghitung produksi alat per jam (hourly production of equipment)
2. Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan
suatu jenis item pekerjaan. Dengan dibandingkan produksi alat per satuan
volume/ luas maka dapat dihitung jumlah alat yang diperlukan didalam
menyelesaikan satu jenis item pekerjaan sesuai jadwal waktu yang
tersedia.

1.3 PRINSIP PEMBUATAN METODA PELAKSANAAN KONSTRUKSI


1.3.1 Umum
Metode pekerjaan atau yang biasa disebut ’CM’ (construction method)
merupakan urutan pelaksanaan pekerjaan yang logis dan teknik sehubungan
dengan tersedianya sumber daya yang dibutuhkan dalam kondisi medan
kerja, guna memperoleh cara pelaksanaan yang efektif dan efisien.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

Metode pelaksanaan pekerjaan tersebut, sebenarnya telah dibuat oleh


kontraktor yang bersangkutan pada waktu membuat ataupun mengajukan
penawaran pekerjaan. Dengan demikian ’CM’ tersebut telah teruji saat
melakukan klarifikasi atas dokumen tendernya terutama construction
methodnya, namun demikian tidak tertutup kemungkinan bahwa pada waktu
menjelang pelaksanaan atau pada waktu pelaksanaan pekerjaan, CM perlu
atau harus dirubah.

Metode pelaksanaan yang ditampilkan dan diterapkan merupakan cerminan


dari profesionalitas dari tim pelaksana proyek, yaitu manajer proyek dan
perusahaan yang bersangkutan. Karena itu dalampenilaian untuk
menentukan pemenang tender, penyajian metode pelaksanaan mempunyai
bobot penilaian yang tinggi. Yang diperhatikan bukan rendahnya nilai
penawaran harga, meskipun kita akui bahwa rendahnya nilai penawaran
merupakan jalan untuk memperoleh peluang ditunjuk menjadi pemenang
tender/ pelelangan.

Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan terdiri dari:


 Project plan
 Denah fasilitas proyek(jalan kerja, bangunan fasilitas dan lain-lain)
 Lokasi pekerjaan
 Jarak angkut
 Komposisi alat (singkat/produktivitas alatnya)
 Kata-kata singkat (bukan kalimat panjang), dan jelas mengenai urutan
pelaksanaan
 Sket atau gambar bantu penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
 Uraian pelaksanaan pekerjaan.
 Urutan pelaksanaan seluruh pekerjaan dalam rangka penyelesaian
proyek (urutan secara global)
 Urutan pelaksanaan per pekerjaan atau per kelompok pekerjaan yang
perlu penjelasan lebih detail. Biasanya yang ditampilkan adalah
pekerjaan penting atau pekerjaan yang jarang ada, atau pekerjaan
yang mempunyai nilai besar, pekerjaan dominan (volume kerja besar).
Pekerjaan ringan atau umum dilaksanakan biasanya cukup diberi
uraian singkat mengenai cara pelaksanaannya saja tanpa perhitungan
kebutuhan alat dan tanpa gambar/sket penjelasan cara pelaksanaan
pekerjaan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

 Perhitungan kebutuhan peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan


peralatan konstruksi dan jadwal kebutuhan peralatan
 Perhitungan kebutuhan tenaga kerja dan jadwal kebutuhan tenaga kerja
(tukang dan pekerja)
 Perhitungan kebutuhan material dan jadwal kebutuhan material
 Dokumen lainnya sebagai penjelasan dan pendukung perhitungan dan
kelengkapan yang diperlukan

1.3.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Yang Baik

 Memenuhi syarat teknis


 Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan lengkap dan jelas
memenuhi informasi yang dibutuhkan
 Bisa dilaksanakan dan efektif
 Aman untuk dilaksanakan
- Terhadap bangunan yang akan dibangun
- Terhadap para pekerja yang melaksanakan pekerjaan yang
bersangkutan
- Terhadap bangunan lainnya
- Terhadap lingkungan sekitarnya
 Memenuhi standar tertentu yang ditetapkan atau disetujui tenaga
teknik yang berkompeten pada proyek tersebut, misalnya memenuhi
tonase tertentu, memenuhi mutu tegangan ijin tertentu dan telah
memenuhi hasil testing tertentu.
 Memenuhi syarat ekonomis
 Biaya murah
 wajar dan efisien
 Memenuhi pertimbangan non teknis lainya
 Dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi proyek dan disetujui oleh
lingkungan setempat
 Rekomendasi dan policy dari pemilik proyek
 Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan apabila hal itu
merupakan alternatif pelaksanaan pelaksanan yang istimewa dan
riskan
 Merupakan alternatif terbaik dari beberapa alternatif yang telah
diperhitungkan dan dipertimbangkan. Masalah metode pelaksanaan
pekerjaan banyak sekali variasinya, sebab tidak ada keputusan
’engineering’ yang sama persis dari dua ahli teknik. Jadi pilihan yang

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 1: Pendahuluan

terbaik yang merupakan tanggungjawab manajemen dengan tetap


mempertimbangkan engineering economies.
 Manfaat positif construction method
 Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas
penyelesaian pekerjaan.
 Merupakan acuan/ dasar pola pelaksanaan pekerjaan danmenjadi
satu kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan di proyek.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 1-8


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

BAB II
PENGUKURAN DAN PEMATOKAN

2.1 UMUM
Pekerjaan konstruksi hakekatnya adalah pekerjaan untuk mewujudkan suatu
bangun bangunan seperti gedung, jalan, jembatan, bendung, saluran irigasi dan
lain-lain pada suatu lokasi berdasarkan gambar yang telah ditentukan.

Bila kita datang ke lokasi dimana bangunan tersebut akan dibangun, lokasi tersebut
dapat berupa tanah kosong (dalam arti belum ada bangunan), tetapi bisa juga di
lokasi itu tersebut sudah ada bangunan lainnya baik dikiri maupun di kanannya.

Lokasi dimana bangunan itu harus dibangun kadang-kadang letaknya terpencil di


puncak gunung atau ditengah-tengah hutan. Contoh bangunan gedung, irigasi, jalan
penghubung ke daerah terpencil, jalan rintisan dan lain-lain.

Pekerjaan pengukuran dan pematokan mempunyai peran yang penting. Kesalahan


pada pekerjaan pengukuran dan pematokan dapat berakibat fatal apalagi dalam
pekerjaan jembatan. Salah mengukur atau menetapkan patok dapat mengakibatkan
pekerjaan tidak berfungsi. Dalam hal ini seperti ini kontraktor akan rugi besar,
karena harus membongkar dan memperbaikinya.
Pekerjaan pengukuran dan pematokan pada pekerjaan konstruksi hakekatnya
pekerjaan memindahkan titik-titik pada gambar ke lapangan. Di samping itu di
lapangan tidak mudah untuk membuat satu titik, membuat sudut, siku-siku atau
membuat garis sejajar seperti di atas kertas.

Tujuan pengukuran dan pematokan pada pekerjaan konstruksi adalah untuk


mengetahui atau menetapkan posisi satu titik-titik lain terhadap titik tetap.
Titik-titik tetap dan titik lainnya yang telah ditetapkan ditandai dengan patok-patok.
Dengan telah adanya titik-titik tersebut maka dapat diperoleh bentuk profil/ relief dari
permukaan tanah dimana akan didirikan bangunan.

2.2 PEMATOKAN UITSET/ SETTING OUT


Pekerjaan pematokan atau uitzet / setting out adalah pekerjaan
menetapkan/menentukan lokasi bangunan di lapangan. Patok-patok ini sangat
penting untuk pelaksanaan pekerjaan sebenarnya, oleh karenanya penempatan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

patok-patok tersebut harus dilaksanakan dengan ketelitian dan ketepatan yang


tinggi.

2.2.1 Uitzet As (Centre Line)


As bangunan dan tata ruang diukur dan ditandai (uitzet) dengan patok-patok
dan yang perlu diperhatikan oleh pelaksana lapangan adalah sebagai
berikut:
1. As pada umumnya ditunjukkan dengan paku 25 mm yang ditancapkan
pada patok kayu dan disisakan 5 mm untuk supaya tidak menjadi
bengkok akibat benturan atau gangguan lainnya.
2. As untuk suatu konstruksi yang waktu pelaksanaannya cukup lama,
harus ditandai dengan patok kayu yang dilindungi dengan beton. Harus
diperhatikan agar patok tersebut tidak berpindah/berubah sewaktu
pengecoran beton.

Beton di cor sekeliling patok,


Batang baja

Gb. 2.1 Patok Tetap

3. As untuk konstruksi berskala besar misalnya bendung dan jembatan,


harus diukur (uitset) permanen dengan tanda as dibuat dari pelat
kuningan berukuan 100x100x5 mm yang dipasang pada bagian atas
balok beton.
4. Patok harus dikelilingi dengan pagar pengaman untuk melindungi dari
kerusakan yang tidak disengaja oleh gangguan truk, mesin pemindah
tanah manusia dan hewan.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Warna :
Biru untuk patok
Merah dan Putih
untuk pagar
Pengaman

Gb. 2.2 Pagar Pengaman Patok

5. Patok atau tugu beton yang menandai titik referensi harus sering
diperiksa, karena bisa rusak di tempat pekerjaan yang sempit/sesak.
Mengganti satu patok adalah mudah, tetapi jika tidak segera
dilaksanakan dan menunggu sampai beberapa patok rusak atau hilang,
akan menghadapi saat krisis karena sebagian besar titik kontrol telah
hilang dan pekerjaan terpaksa harus dihentikan untuk memasang
kembali patok tersebut.

2.2.2 Uitzet sumbu (koordinat)


Semua ukuran pekerjaan harus dihubungkan terhadap dua sumbu yaitu
sumbu x dan y. Apabila gambar tidak menunjukkan sumbu-sumbu tersebut,
maka harus dipilih dengan cara yang logis.
As pada pekerjaan jalan, saluran dan bangunan pada umumnya digunakan
sebagai sumbu utama dengan sumbu pembantu lainnya apabila diperlukan
biasanya tegak lurus terhadap sumbu utama dan dapat juga bersudut
runcing.
Titik potong dan arah sumbu menjadi dasar untuk pekerjaan dan uitset.
Patok-patok dipasang di tempat yang menunjukkan kedua ujung sumbu.
Tanda-tanda ini harus dipasang kuat dan selalu dapat dilihat selama masa
pelaksanaan. Patok-patok atau jalan dipasang ditempat yang menunjukkan
kedua ujung sumbu. Patok-patok penunjuk ini harus ditempatkan diluar batas
pekerjaan, sehingga tidak terganggu dan menghindarkan perlunya
penempatan ulang.

2.2.3 Uitset Garis Kisi-kisi (Grid Lines)


Untuk konstruksi atau bangunan yang besar, harus dibuat uitset garis kisi-
kisi berdasarkan as yang ditunjukkan dalam gambar.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan uitset
kisi-kisi :
1. Pada proyek-proyek besar patok-patok referensi yang terdapat dalam
gambar pada umumnya mempunyai koordinat yang telah dikaitkan pada
sistem jaringan triangulasi.
2. Apabila tidak ditunjukkan patok-patok yang menandai as pada gambar
kontrak, pelaksana lapangan harus membuat kisi-kisi yang diperlukan.
3. Pada proyek-proyek yang kecil, garis tengah suatu jalan, ujung pagar
halaman atau bangunan-bangunan atau garis-garis yang berhubungan
dengan benda tetap diatas tanah dapat digunakan sebagai as.
4. Untuk proyek besar, sedikitnya harus dibuat 3 buah patok referensi, bila
dibutuhkan untuk memenuhi kondisi sebagai as.
5. Patok-patok uitset kisi-kisi harus tahan lama, karena akan selalu
dibutuhkan selama masa kontrak pekerjaan.
6. Patok-patok sementara dapat berupa paku pada patok kayu
7. Patok-patok yang sifatnya lebih permanen harus dari paku baja atau
pelat dengan tanda yang ditanam dalam beton.
8. Dasar beton harus kokoh dan sebaiknya dasarnya digali dalam tanah
dan di cor sampai pada elevasi patok atau permukaan paku.
9. Dibuat pagar pengaman mengelilingi patok untuk mencegah kerusakan
10. Dari patok-patok uitset kisi-kisi tertentu, sudut-sudut dan jarak-jarak
dapat diambil terhadap benda-benda yang ada dan diperiksa untuk
memastikan kebenaran tempatnya sehubungan dengan tempat
pekerjaan.

Gb. 2.3 Garis kisi-kisi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

2.2.4 Uitset Untuk Timbunan dan Galian


Dalam pelaksanaan uitset timbunan dan galian ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
1. Memberi tanda patok pada as untuk tiap interval 20 m.
2. Disebelah luar dari patok tersebut dan tegak lurus pada as,
dipancangkan patok lain.
3. Apabila sulit menempatkan patok karena keadaan tanah, patok tersebut
ditempatkan lebih dekat pada as sedemikian rupa, lalu dipasang paku
pada titik perpotongan talud dan patok tersebut.

an
bun
r i tim
k hi r da
an a
i ri ng
K em

Paku yang ditancapkan

Gb. 2.4 Tanda Kemiringan Akhir Timbunan dengan paku

4. Menggunakan kayu untuk menetapkan profil permukaan untuk timbunan


dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Profil kayu didirikan setelah
bahan timbunan cukup untuk bisa memancang bagian atas patok kayu.

Paku dipakukan disisi ketinggian


akhir dari timbunan

profi l
K ayu

Gb. 2.5 Tanda Kemiringan akhir timbunan dengan kayu

5. Setelah semua patok sisi dipancang, maka patok as dapat dibongkar


6. Patok-patok batas lebar kemudian diikat pada patok petunjuk yang
dipasang di luar batas, sehingga tidak terganggu dan untuk
menghindarkan keharusan penempatan ulang.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

7. Dalam hal timbunan yang besar dan pembangunannya akan memakan


waktu beberapa tahun, dibuat patok-patok beton dengan jarak tertentu
diluar patok-patok batas lebar, sehingga patok-patok dapat dipasang
ulang secara teliti pada waktu diperlukan untuk membentuk talud.
8. Cara semacam itu dapat digunakan sama untuk pekerjaan galian, hanya
bedanya bahwa patok batas lebar harus dibuat di luar tempat munculnya
talud dari tanah.

12 m
+ 13.000
Patok
+ 1.000

Gb. 2.6 Patok Batas Timbunan

Patok
+ 11.000

+ 3.000
½
lud
Ta
12 m

Gb. 2.7 Patok Batas Galian

2.2.5 Uitset Untuk Pemasangan Batu dan Bangunan


Cara yang baik sebelum memulai pekerjaan uitset adalah membuat skets
uitset terlebih dahulu untuk tiap-tiap konstruksi yang akan dilaksanakan.
1. Detail-detail yang harus dicantumkan pada skets tersebut adalah sebagai
berikut :
a. As
b. Uitset sumbu (koordinat) atau garis kisi-kisi
c. Titik referensi
d. Elevasi referensi sementara
e. Ukuran konstruksi keseluruhan termasuk gailan
f. Bentuk dan ukuran berbagai komponen / bagian konstruksi
g. Urutan-urutan melakukan uitset

2. Hal-hal yang penting untuk diingat pada waktu menyiapkan skets :


a. Skets harus jelas dan sebanding dengan skala
b. Skets harus digambar tangan atau dapat digunakan penggaris

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

c. Skets dibuat sebesar mungkin memenuhi lembaran kertas.


d. Jika konstruksi luas, skets dapat melebihi satu lembaran kertas,
maka sebanyak mungkin titik-titik dipindahkan kedalam lembaran
kertas berikutnya untuk meneruskan ukurannya.
e. Bagian-bagian yang rumit harus dibuat skets tersendiri dengan skala
lebih besar.

3. Persiapan Sebelum Uitset


Dimisalkan bahwa as telah lengkap dan elevasi referensi sementara
telah dibuat sebelum pemasangan patok-patok dari tiap-tiap bagian
bangunan dan garis-garis konstruksinya di pasang pada lokasi
pekerjaan.
Maka hal yang penting yang harus diperhatikan untuk uitset suatu
konstruksi adalah :
a. Pada semua titik penting atau referensi, mula-mula sebuah patok
harus dipancang dan ditancapkan sebuah paku pada patok tesebut
sebagai tanda letak titik yang tepat.
b. Tergantung dari besarnya dan sifatnya, konstruksi, posisinya harus
tepat dari garis kisi-kisi dan patok-patok. Hubungan dengan as dan
lain-lain dapat diperoleh dengan menggunakan :
1) Waterpass 3) Mistar segitiga
2) Teodolit (untuk uitset yang cermat) 4) Pita ukur baja

4. Titik Uitset Tetap


Biasanya garis-garis uitset dan patok sering terganggu pada waktu
mengerjakan galian dan konstruksi. Maka perlu ada titik yang tetap
dibuat agak jauh dari titik aslinya, sehingga tidak terganggu oleh mesin-
mesin atau para pekerja dan lain-lainnya. Selama pekerjaan
berlangsung, uitset dapat diulang berkali-kali dan hal ini dilakukan
dengan mengukur dari titik-titik tetap.
Titik tetap pada papan acuan konstruksi/bouwplank lazimnya dipasang
dengan cara seperti berikut :
a. Bouwplank dibuat dari papan kayu mendatar ukuran 10cm x 2cm
(panjang sesuai keperluan). Ditopang dengan tiang-tiang tegak
(ukuran 5 x 5 cm).
b. Bouwplank dipasang 2 sampai 3 m diluar batas konstruksi jika
penggalian dilakukan dengan mesin dan 1,0 sampai 1,5 m dari lokasi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

diluar batas konstruksi jika penggalian oleh tenaga kerja. Hal ini
dimaksudkan agar bouwplank tidak rusak/terganggu.
c. Uitset yang penting diberi tanda pada papan horizontal dengan paku
atau irisan gergaji
d. Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi terkontrol ini
ditulis pada papan horizontal tersebut.
e. Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan jenis dan
ukuran konstruksi pada bouwplank.

Gb. 2.8 Papan Acuan Bangunan (bouwplank)

5. Uitset Galian untuk Bangunan


Apabila patok uitset telah dipasang dan diperiksa, maka ditarik benang
melalui patok-patok untuk menunjukkan garis konstruksi yang penting.
Garis-garis as ditandai dengan menaburkan bubuk kapur atau pasir
kering pada tali benang, sehingga terbentuk garis-garis lurus pada tanah.
Benang dilepas dan penggalian dapat dilaksanakan. Benang dapat
dipasang kembali untuk memeriksa penggalian selama pekerjaan
berlangsung.
Garis sumbu dapat dialihkan lebih rendah dengan bantuan unting-unting
atau water pass.
Untuk garis konstruksi yang tetap dapat dipasang paku baja sebagai titik
tetap dan ditarik tali benang.
Kedalaman galian harus di uitset dengan cermat dari elevasi referensi
sementara terdekat.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-8


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Gb. 2.9 Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Profil

Gb. 2.10 Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Papan Acuan (bouwplank)

Dua macam teknik yang umum digunakan untuk uitset kedalaman


penggalian adalah :
a. Papan Bidik
Papan bidik digunakan untuk memeriksa pekerjan penggalian, sama
seperti pada pekerjaan timbunan.

b. Patok-patok Elevasi
Patok elevasi pada umumnya dipasang dengan menggunakan alat
sipat datar dan diikat pada elevasi referensi sementara yang
ditetapkan/disetujui. Patok-patok elevasi dipancang ke tanah atau
dipasang pada konstruksinya sendiri untuk menunjukkan elevasi
tahapan konstruksi.
Ketinggian yang tepat ditunjukkan pada bagian as patok atau pada
paku diatas patok tersebut.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-9


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Metode yang digunakan untuk mengalihkan elevasi dari patok uitset


tergantung dari pada jenis konstruksi dan harus selalu diperiksa
kembali dengan alat sipat datar secara cermat.
Untuk konstruksi kecil, pekerja yang berpengalaman akan dapat memindahkan
elevasi dengan slang plastik dari patok.

6. Ketepatan Uitset
Harus diperhatikan benar-benar pada ketepatan uitset atau pembuatan
alat-alat bantu tersebut diatas. Suatu kesalahan dalam hal ini akan
terlihat pada hasil pekerjaan.

2.2.6 Uitset untuk Konstruksi Beton


Konstruksi beton memerlukan pengawasan yang lebih ketat daripada
pekerjaan lain. Pada konstruksi beton diizinkan toleransi minimal atau sama
sekali tidak ada toleransi. Dan sangat penting agar ukuran dan elevasi
benar-benar tepat. Perbaikan kesalahan pada konstruksi beton
mengakibatkan pembengkakan biaya yang tidak sedikit dan akan membuang
waktu.

2.3 PENGKLAPINGAN
Pengkaplingan tanah adalah membagi luas tanah yang akan dipakai untuk
pemukiman, menjadi beberapa petak tanah atau pekarangan. Tentu saja dalam
membagi petak-petak tanah ini perlu diperhatikan adanya sarana umum seperti
jalan, saluran air, taman dan sebagainya.

2.3.1 Pengukuran Situasi


Sebelum membuat rencana pengkaplingan, daerah yang akan dijadikan
tempat pemukiman harus diukur terlebih dahulu untuk mengetahui batas-
batasnya, luasnya, topografinya maupun detail lainnya yang diperlukan untuk
kemudian digambarkan petanya.
1. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan ada beberapa macam, tergantung luas daerah
dan keperluannya. Jika daerahnya kecil cukup menggunakan alat ukur
sederhana. Tetapi jika daerahnya cukup luas, harus menggunakan alat
ukur optis. Hal ini untuk memudahkan pekerjaan dan hasil yang lebih
teliti.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-10


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Adapun alat ukur yang biasa dipergunakan adalah :


a. Pesawat theodolit dengan kelengkapannya
b. Pesawat waterpass atau pesawat penyipat datar (PPD) dengan
kelengkapannya
c. Pita ukur panjang 30 m, 50 m atau 100 m.
d. Rol meter panjang 3 m atau 5 m.

2. Cara Pengukuran
Jika daerahnya cukup luas pengukuran yang perlu dikerjakan adalah :
a. Kerangka peta yang diukur dengan cara poligon
b. Batas-batas tanah atau daerah
c. Detail situasi

3. Langkah kerja pengukuran


a. Buat sket lapangan yang Jelas
b. Tentukan titik ikat pengukuran Po yang diketahui koordinat dan
ketinggiannya (jika tidak ada dapat ditentukan sendiri)
c. Pasang patok kerangka P1 dan gambar dalam skets lapangan
d. Pasang pesawat pada titik Po kemudian pasang kompas theodolit
pada pesawat
e. Arahkan teropong ke utara magnit, kemudian kunci gerak
mendatarnya
f. Stel bacaan sudut mendatarnya pada posisi 0 0’ 0’’, kemudian kunci
piringan bacaan sudut mendatarnya.
g. Buka pengunci gerak mendatar teropong dan arahkan teropong ke
titik P1 kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai azimut awal
di Po lalu ukur jaraknya Po ke P1
h. Pasang patok kerangka P2 dan gambar dalam sket lapangan
i. Pasang pesawat pada titik P1, lalu arahkan teropong pada titik Po
kemudian baca dan catat sudut datarnya sebagai bacaan ke
belakang.
j. Putar teropong searah jarum jam ke titik P2 kemudian baca dan catat
sudut datarnya sebagai bacaan ke muka lalu ukur jaraknya P1 ke P2.
k. Pasang titik-titik detail a, b, c yang diperlukan dan gambar dalam sket
lapangan kemudian dengan cara yang sama baca dan catat sudut
datarnya lalu ukur jaraknya.
l. Ukur sudut datar dan jaraknya pada titik-titik kerangka poligon dan
detail lainnya dengan cara yang sama seperti tersebut diatas.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-11


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Apabila daerahnya tidak rata, perlu diukur ketinggian titik-titiknya untuk


menggambarkan keadaan topografinya.

Gb. 2.11 Sket untuk Pengukuran

2.3.2 Perhitungan Data Hasil Pengukuran


Hasil pengukuran sudut datar dan jarak titik-titik kerangka maupun detail
adalah sebagai berikut :

Tabel 1 : Hasil Pengukuran Sudut Datar dan Titik-titik kerangka


No. Sudut Jarak
TTK β D Azimut awal
P0 69,354 αP0 = 50 47’ 34,07”
P1 3310 46’ 52,8“ 68,154
a 1990 55’ 1,77“ 29,964
b 2940 55’ 49” 13,892
c 3410 12’ 45,3” 40,025
P2 1040 28’ 56,6” 86,833
a 3090 57’ 5,15” 19,925
b 540 25’ 52,58” 9,434
c 980 0’ 18,42” 36,168
P3 1070 15’ 12,2” 61,814
a 1330 15’ 16,9” 29,411
b 2160 0’ 57,48” 17,000
P4 860 2’ 45,3” 64,281
a 1230 57’ 15,7” 23,345
b 2040 22’ 48,5” 18,028
c 3310 30’ 39,8” 24,352
P5
a 2020 43’ 0,05” 17,000
b 3330 36’ 24” 27,857

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-12


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

2.3.3 Penggambaran Peta


Setelah koordinat titik-titik yang diukur didapat kemudian digambarkan peta
situasinya dengan langkah kerja penggambaran seperti berikut :
1. Siapkan kertas millimeter
2. Gambarkan sumbu x dan sumbu y dengan skala pada kertas illimeter
dengan terlebih dahulu menghitung selisih jarak x maksimum dengan x
minimum dan y maksimum dengan y minimum.
3. Gambarkan koordinat titik-titik kerangka poligon, kemudian hubungkan
titik-titiknya.
4. Gambarkan koordinat titik-titik detailnya
5. Hubungkan titik-titik batas lokasi pengukuran dengan mencocokkan sket
lapangan
6. Gambarkan rencana pengaplingan pada peta situasi.

Gb. 2.12 Peta Situasi

2.3.4 Stake Out / Pematokan


Pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan patok-patok di lapangan dengan
letak titik-titik yang ada dalam gambar rencana.
Sebelum pematokan dilaksanakan perlu dihitung terlebih dahulu berapa
besar sudut arahnya (β) dan jarak dari titik-titik patok yang sudah ada di
lapangan.
Contoh :

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-13


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

Misalkan akan memasang patok pada titik A (lihat gambar pada peta situasi)
Patok titik Po dan P1 diketahui di lapangan
Koordinat titik Po = (100;100)
Koordinat titik P1 = (107;169)
Koordinat titik A dapat dibaca / dilihat pada peta rencana pengaplingan ;
hasilnya A = (119;153).

1. Perhitungan Sudut Arah Po P1 A (β)


Sudut jurusan Po-P1 = 50 47’ 34,07”
Sudut jurusan P1-A dapat dihitung

x x A  xP1 119  107  12


Tan  ( P1  A)    
y y A yP1 153  167  14

xa  xP1
 ( P1  A)  Arc tan
y A  yP1
 12
Arc Tan  0,857142857
 14
 ( P1  A)  400 36' 4,66"

Karena terletak pada kwadran II, maka :


Sudut jurusan P1-A=1800-400 36’ 4,66“
P1  A  139 0 23' 55,3"
Sudut arah PoP1 A (β) = sudut jurusan (P1-A)-sudut
Jurusan (Po-P1) + 1800.
= (1390 23’ 55,3” - 50 47’ 34,7”) + 1800
maka ditambah 1800
β = 1330 36’ 21,11”+1800 36’ 21,2”

2. Perhitungan Jarak
Jarak P1-A dapat dihitung sebagai berikut :
a. Rumus Pitagoras

Jarak P1-A =    y2

= 12 2  14 2

= 144  196
= 18,439 m

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-14


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 2: Pengukuran dan Pematokan

b. Dengan mesin hitung / kalkulator :

Jarak P1-A =  x INV R-P y

12 INV R-P 14 =

= 18,439 m

3. Langkah Kerja Pematokan


a. Pasang pesawat theodolit diatas titik P1, kemudian distel
b. Putar pesawat searah jarum jam ke titik Po
c. Stel sudut datarnya pada bacaan 00 0’ 0”, kemudian kunci piringan
sudut mendatarnya
d. Buka pengunci gerak mendatar teropong, kemudian putar searah
jarum jam sampai mendapatkan bacaan sudut mendatar sebesar
3130 36’ 21,2” lalu kunci gerak mendatarnya
e. Ukur jarak dari P1 kearah bidikan teropong sepanjang 18,439 m,
kemudian pasang patoknya (patok titik A)
f. Untuk titik-titik yang lain dapat dikerjakan dengan cara yang sama
seperti tersebut diatas
U

0 36’
313 21,2

P1
18
,4
39

Po

Gb. 2.13 Langkah Kerja Pematokan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 2-15


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

BAB III
PEMBUKAAN TANAH

3.1 PEMBUKAAN LAHAN


3.1.1 Pembersihan Semak dan Pohon
1. Pembersihan Semak
Semak dan belukar ditebang (dibabat) oleh manusia atau oleh bulldozer.
Penebangan dengan bulldozer lebih menguntungkan jika semak dan
belukarnya lebat dan banyak pohon-pohon kecil. Semak yang telah
ditebang biasanya dibakar.

Gambar 3.1. Penumpukan semak dengan menggunakan bulldozer

2. Pembersihan Semak Belukar Lebat


Urutan pembersihan semak lebat dengan bulldozer adalah seperti
berikut : Bulldozer maju dan membersihkan semak sedikit demi sedikit.
Asisten operator berjalan disekitar bulldozer untuk memeriksa apakah
ada lubang disamping, kiri dan kanan atau di depan bulldozer lubang
dielakkan bulldozer.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

Gambar 3.2. Pembersihan semak lebat dengan bulldozer

3. Penebangan Pohon
a. Penebangan dengan tenaga manusia
Penebangan pohon dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara
seperti diperlihatkan pada gambar

Gambar 3.3. Penebangan pohon dengan tenaga manusia

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

Hal-hal yang dapat terjadi pada waktu menebang pohon, pohon


patah sendiri dibeberapa tempat.

Gambar 3.4. Pohon patan pada beberapa tempat

b. Penebangan dengan bulldozer


Untuk penebangan pohin bulldozer karena dilengkapi blade khusus
(blade).

4. Pencabutan tunggul dan akar-akarnya


Pencabutan tunggul dan akarnya bisa dilakukan dengan backot, shavel
dozer atau rantai dengan cara seperti diperlihatkan pada gambar.

Gambar 3.5. Pencabutan tunggul dan akarnya dengan backhoe

5. Penyingkiran Batu Besar


Batu-batu besar disingkirkan dengan cara dorong oleh bulldozer.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

3.2 PENYIAPAN DAN PERATAAN TANAH


3.2.1 Persiapan Perataan Tanah
1. Pengertian Kontur

Gambar 3.6 Penyingkiran batu besar dengan bulldozer

Pada dasarnya menarik garis kontur adalah menentukan titik-titik pada peta
yang mempunyai ketinggian sama. Ketinggian suatu titik diukur dari permukaan
laut.

2. Peta Topography
Dari hasil pengukuran didapatkan peta topography yaitu peta contour yang
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan tanah. Pada pekerjaan tanah,
peta ini dibutuhkan untuk menduga beberapa besar tanah yang harus
dipindahkan dan diurus sehingga didapatkan ketinggian permukaan yang
diinginkan.

Gambar 3.7 Peta Topography

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

3. Perhitungan Volume Tanah Gali dan Urug


a. Volume dari titik-titik pengukuran

Gambar 3.8 Volume Penggalian

Volume tinggi rata-rata x luas


Contoh : Tinggi rata-rata = (1.0 + 3.0 + 2.0 + 2.0) : 4 = 4.0 m
Grid Station Tinggi di atas 90.0 m Banyak dipakai Hasil
A 10 1 10
B 30 2 30
C 40 1 40
D 20 2 40
E 20 4 80
F 30 2 60
G 30 1 30
H 10 2 20
I 20 1 20
Jumlah 16 360
Tinggi rata-rata penggalian = 360 : 16 m = 22.5 m

Tabel 3.1 Tinggi rata-rata Penggalian

b. Volume dari kontur

Gambar 3.9 Volume Kontur

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

Volume tanah antara ketinggian 110 s/d 130 adalah


2h
Volume = (A1 + 4A2 + A3)
6

Volume tanah antara ketinggian 130 s/d 150 adalah


2h
Volume = (A3+ 4A4+ A5)
6

Volume tanah antara ketinggian 110 s/d 150 adalah


2h
Volume = (A3+ 4A4+ A5)
6

2h
+ (A3+ 4A4+ A5)
6

h
= [(A1+ 4A5+ 2A3)
3

+ 4(A2+ 4A4)]

4. Pematokan Untuk Penggalian

Gambar 3.10 Petunjuk ukuran untuk galian memanjang

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

Gambar 3.11 Pematokan untuk galian

3.2.2 Perataan Tanah dengan Bulldozer


1. Perataan tanah (Permukaan miring)

Gambar 3.12 Perataan Tanah (Permukaan miring)

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

2. Perataan Tanah (teras)

Gambar 3.13 Perataan Tanah (Teras)

3. Perataan Tanah Bukit

Gambar 3.14 Perataan Tanah Bukit

4. Perataan Tanah Miring

Gambar 3.15 Perataan Tanah Miring

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-8


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

3.3 PEKERJAAN GALIAN


Pekerjaan galian tanah pada pekerjaan konstruksi pada umumnya meliputi galian
lubang pondasi, parit, saluran, kolam, dan basement gedung bertingkat.
Pelaksanaan pekerjaan bisa dilakukan secara manual ataupun masinal. Alat ini
tergantung kepada besar/luasnya proyek.
Berikut adalah pelaksanaan penggalian secara masinal :

3.3.1 Penggalian Parit Dengan Menggunakan Backhoe

Gambar 3.16 Penggalian parit denagn back hoe

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-9


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

3.3.2 Penggalian Saluran Dengan Camshell

Gambar 3.17 Penggalian Saluran dengan Camshell

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-10


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

3.3.3 Penggalian untuk Basement Dengan Back Hoe

Gambar 3.18 Penggalian untuk basement gedung bertingkat dengan back hoe

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-11


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

3.4 STABILITAS LERENG


3.4.1 Tanah Longsor
Tanah longsor biasanya terjadi pad lereng-lereng bukit (alam atau buatan)
akibat gerusan air terhadap butir tanah.
Gambar berikut menunjukan bermacam-macam bidang galian yang
mengakibatkan tanah longsor.

Gambar 3.19 Bidang gelincir pada lereng

Untuk mencegah terjadinya tanah longsor pada lereng perlu dilakukan


stabilitas lereng dengan cara :
1. Membuat lereng lebih dasar yaitu mengurangi sudut kemiringan
2. Memperkecil ketinggian lereng
3. Membuat tanah timbunan pada kaki lereng

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-12


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 3: Pembukaan Tanah

4. Dengan mengurangi tegangan air pori didalam lereng


5. Dengan memasang tiang atau dengan membuat dinding penahan.

3.4.2 Cara Menstabilkan Lereng

Gambar 3.20 Stabilisan lereng dengan membuat tanah timbunan pada kaki lereng

Gambar 3.21 Stabilisan lereng dengan mengurangi tegangan air pori

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 3-13


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

BAB IV
PEKERJAAN PONDASI

4.1 UMUM
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pondasi bangunan gedung, pertama kali
yang harus dipahami adalah tata letak pondasi yang tertuang dalam gambar teknik
atau gambar kerja. Terutama posisi dan jarak atau ukuran tata ruang tidak boleh
terjadi kekeliruan dalam membacanya, karena kekeliruan membaca tata letak,
ukuran dan jarak akan diikuti kekeliruan/ membuat bowplank/ papan acuan profil
pembuat pondasi dan beruntun sampai bias terjadi kekeliruan struktur bangunan
diatasnya.
Selain tata letak pondasi yang tertuang dalam gambar teknik, perlu di mengerti jenis
dan bentuk pondasi yang direncanakan.
Adapun jenis-jenis pondasi menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro MSc, dalam
bukunya, Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, berdasarkan
kedalaman letaknya dibagi menjadi dua yaitu :
- Pondasi Dangkal, dan
- Pondasi Dalam

4.2 PONDASI DANGKAL


Jenis pondasi ini, pada umumnya adalah pondasi yang dasarnya menopang pada
tanah dasar tidak terlalu dalam dari permukaan tanah asli dan masih dapat kerjakan
dengan alat sederhana oleh tenaga manusia.
Berdasarkan bentuk pondasi dangkal dibedakan menjadi empat macam yaitu :
a. Pondasi menerus
b. Pondasi setempat
c. Pondasi gabungan
d. Pondasi plat

Keterangan :
a. Pondasi menerus
Pondasi menerus dipasang di bawah seluruh panjang dinding bangunan dengan
lebar dasar sama besar. Pondasi ini dipakai kalau kedalaman tanah baik antara
0,80 – 1,20 dari permukaan tanah asli.
Bahan untuk pondasi dapat dipakai pasangan batu kali dengan perekat keras 1
semen : 5 pasir.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Untuk tanah labil atau tanah lembek, pondasi dapat dibuat dari beton bertulang
atau kombinasi beton dengan pasangan batu kali. Diatas pondasi menerus harus
dipasang balok sloof sebagai perangkai kaki beton.
Pada pondasi menerus, seluruh beban bangunan diratakan lebih dahulu
sepanjang balok sloof, baru kemudian dilimpah ke pondasi di bawahnya secara
merata.

b. Pondasi setempat
Bila kedalaman tanah baik lebih dari 1,20 m dari permukaan tanah asli akan
sangat mahal bila menggunakan pondasi menerus, karena tanah yang baru
digali dengan volumenya sangat banyak dan kebutuhan bahan pasangan
menjadi bertambah.
Untuk lebih menghemat biaya pondasi dapat dipakai pondasi setempat. Pondasi
setempat dipasang di bawah kolom-kolom utama pendukung bangunan. Seluruh
beban bangunan dilimpahkan ke kolom-kolom utama dan diteruskan ke pondasi
dibawahnya, jadi meneruskan ke pondasi setempat.
Pondasi setempat mempunyai kedalaman 1,50 m – 4,00 m. Tanah yang digali
dalam hanya dibawah kolom-kolom portal pendukung utama bangunan, sedang
di bawah balok sloof cukup digali sampai kedalaman 0,60 m – 0,80 m.

1. Pondasi Bentuk dinding (Wall Footing)


Pondasi telapak merupakan pondasi yang umum dan biasanya beban yang
diterima relatif kecil. Panjang dinding bawah 2x yang di atas dan alasanya
terbuat dari beton slab (concrete slab) atau campuran lainnya :

Gambar 4.1 Pondasi bentuk dinding (Wall Footing)

Kelemahan dari pondasi bentuk dinding (wall footing) ialah kemungkinan


pecah pada kedua ujung bagian bawah karena reaksi-reaksi yang terjadi,
oleh karena itu bentuk ini jarang dipakai untuk bangunan-bangunan besar.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Gambar 4.2 Pengaruh reaksi tanah pada alas pondasi

Gambar 4.3 Macam pondasi bentuk dinding (wall footing)

A = Bentuk umur
B = Modifikasi dari bentuk A
C = Bentuk untuk tanah liat (clay) yang sangat lunal

Gambar 4.4 Penulangan pondasi bentuk dinding (wall footing)

Gambar 4.5 Pondasi bentuk dinding dengan peletakan yang lebar

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Gambar 4.6 Pondasi bentuk dinding dengan peletakan yang lebar sekali

2. Pondasi setempat (Isolated footing)


Pondasi setempat dipakai apabila kolom dpasang diatasnya, kakinya bisa
berbentuk slab atau bertingkat (stepped) atau salah satunya membentuk
sudut (slope). Beban yang diterima pondasi jenis ini bisa lebih besar.

Gambar 4.7 Pondasi umum pondasi setempat

3. Pondasi Kombinasi (Conbined footing)


Pondasi kombinasi biasanya dipakai apabila ada 2 atau 3 kolom yang akan
dipasang sekaligus. Bentuk dari kaki disesuaikan dengan peletakan beban di
atasnya sehingga keseimbangan akan lebih tercapai.

Gambar 4.8 Pondasi Kombinasi.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

4. Pondasi Kontilever (Contilever footing)


Pondasi kontilever mempunya kaki eksentris untuk kolom luar dan kaki
konsentris untuk kolom dalam dan dihubungkan dengan sebuah sloof atau
batang kontilever. Pondasi jenis ini dipakai apabila tidak dimungkinkan untuk
membuat pondasi tepat di bawah kolom karena ruangan atau hal-hal lain.
(Pembebanan yang eksentris). Beban dari kolom luar diimbangi oleh beban
kolom dalam.

Gambar 4.9 Pondasi Kantilever

5. Pondasi Menerus
Beberapa kolom dipasang sebaris pada slab. Pondasi ini sangat baik untuk
menahan goncangan gempa, kadang-kadang dipakai balik tambahan
diantara colomm untuk menambah kestabilan.

Gambar 4.10 Pondasi Menerus.

6. Pondasi Busur terbalik


Digunakan untuk pondasi jembatan, resevoar tangki-tangki dan lain-lain,
terutama untuk tanah-tanah yang lunak dengan kedalaman pondasi yang
rendah.

Gambar 4.11 Pondasi busur terbalik.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

7. Pondasi Grill (Grillage Foundation)


Pondasi jenis ini dipakai untuk memindahkan beban struktur yang besar
dengan daya dukung yang kecil (low bearing capasity)

Gambar 4.12 Pondasi Grill

8. Pondasi Melebar (Ralf Foundation )


Pondasi melebar menggunakan kaki dengan slab yang menerus dan dipakai
apabila daya dukung tanah kecil.
Dalam keadaan terpasang kakinya sangat besar sehingga ruangan yang
tersedia harus di perhitungkan.

Gambar 4.13 Pondasi Melebar

Pondasi jenis ini gunakan antara lain untuk :


a. Memberikan pembesaran daerah kerja dari pondasi terutama untuk daya
dukung tanah yang rendah
b. Untuk menahan effek dari cara angkat hidrostatis

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

9. Pondasi Tangga (Stepped Foundation)


Pondasi jenis ini dipergunakan apabila tanahnya tidak rata. Bagian yang
saling tindih (overlab) antara 2 lapisan kira-kira sama dengan tinggi slab.

Gambar 4.14 Pondasi Tangga

4.3 PONDASI DALAM


Pondasi dalam biasanya mempunyai kedalaman lebih dari 6.00 m dari permukaan
tanah asli. Dapat dibuat dua cara yaitu :
1. Pondasi tiang pancang
2. Pondasi sumuran

4.3.1 Pondasi Tiang Pancang


A. Pengertian, Klasifikasi dan Bahan Tiang Pancang
1. Pengertian
Tiang pancang (piles) adalah elemen yang di tancapkan ke dalam
tanah secara tegak lurus atau menyudut untuk memindahkan beban
ke tanah

2. Klasifikasi
Tiang pancang (piles) bisa diklasifikasikan menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tidak diperuntukkan menhanan beban (non-load
bearing piles), terdiri dari tiang-tiang baja tipis (steel sheet piles)
tiang-tiang beton tipis (concrete sheet piles), tiang kayu lapis
(timber sheet piles).
b. Tiang yang diperuntukkan menahan beban baik tiang yang
bersifat memikul beban secara langsung (bearing poles) maupun
memikulkan beban melalui pengesekan dengan dengan tanah
(friction piles).

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Tiang jenis ini bisa dalam bentuk :


1) Tiang besi cor (cast iron piles)
2) Tiang komposit (composite piles)
3) Tiang pasir (sand piles)
4) Tiang kayu (Timber piles)
5) Tiang besi (steel piles)
6) Tiang besi tempa (wrought iron piles)
7) Tiang beton (comment concrete piles)

Yang dikelompokkan menjadi :


a) Tiang beton cor di pabrik (pre cast piles)
b) Tiang beton cor di tempat (cast in site piles)
Tiang beton cor di tempat (cast in site piles) terdiri dari tiang yang
dicor tanpa menggunakan pipa (dinding) penahan (casing piles)
seperti :
- Simplex piles
- Frankie piles
- Pedestal piles
- Pressure piles
- Vibro piles
- Under ream piles

Tiang yang dicor dengan menggunakan pipa dinding penahan


dikenal dengan istilah-istilah :
- Raymond piles
- Monotube piles
- Mac arthur piles
- Button-button piles
- Cobipbeumatic mandral piles
- BSP base driven piles
- Swage piles

3. Bahan Tiang Pancang (piles)


Sesuai dengan jenisnya, bahan tiang pancang terdiri dari :
a. Besi Cor (Cast Iron)
b. Beton (Cement Concrete)
c. Tanah
d. Baja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-8


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

e. Besi kasar (Wrought Iron)


f. Campuran

4. Macam-macam ujung Batang Pancang


Pemilihan ujung batang oancang tergantung pada macam tanah dan
kondisi bangunan.

Gambar 4.15 Bentuk ujung tiang pancang pada umumnya

Gambar 4.16 Ujung batang pancang besi (metal)

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-9


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Ujung jenis ini mengakibatkan akan bergeser pada arah tertentu


akibat bentuk kaki yang tidak sentris.

B. Bentuk dan Cara mengerjakan


1. Pondasi tiang strauss

Gambar 4.17 Tahap pengerjaan pondasi tiang staruss

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-10


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

2. Tiang Pondasi Sekrup dari Besi Cor

Gambar 4.18 Bentuk tiang pondasi sekerup

Diameter dalam 20 – 40 cm dan tebal dinding = 20 – 30 mm.


panjang pipa + 4 meter. Untuk menanamnya tidak dipergunakan
palu karena bahan ini (besi cor) getas (brittle). Menanamkannya ke
dalam tanah adalah dengan cara memutar (menyekrupkan).

3. Tiang Pondasi Simplex :

Gambar 4.19 Bentuk tiang pondasi simplex

Pipa baja ditanam ke dalam tanah dengan membuat mata pada


ujung pipa, setelah itu campuran beton dituangkan ke dalam pipa.
Setelah beton mengeras cetakan diangkat.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-11


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

4. Tiang Pondasi Frankie

Gambar 4.20 Bentuk tiang pondasi Frankie

Kekurangan :
a. Pemacangan pipa (tiang)
b. Pengecoran beton dalam pipa
c. Pemadatan beton dalam pipa dan pengangkatan pipa
d. Tiang pondasi yang sudah mati

Diameter dan Beban

Nominal shaft Diameter Nominal Working load


(mm) (m) (kN) (tons)
330 – 355 13 – 14 350 35
355 – 381 14 – 15 500 50
406 – 457 16 – 18 700 70
457 – 508 18 – 20 900 90
508 – 559 20 – 22 1100 110
584 – 635 23 – 25 1400 140

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-12


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

5. Tiang Pondasi Terpadat (Pedestal piles)


Tiang pondasi yang didapatkan dari pemadatan beton adalah inti.

Gambar 4.21 Bentuk tiang pondasi terpadat (Pedestal piles)

6. Tiang Pondasi tekan (Pressure Piles)


Pemadatan dilakukan dengan mempergunakan tekanan udara,
cetakan (casting) pada akhir proses diangkat kembali.

Gambar 4.22 Bentuk tiang pondasi tekan (Pressure Piles)

Gambar 4.23 Tahap pengerjaan tiang pondasi tekan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-13


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Keterangan :
Pelubangan dilakukan dengan boring, dan mempergunakan tekanan
udara pada pemadatan campuran semen dan batuan

7. Tiang Pondasi Goyang (Swage Piles)

Gambar 4.24 Tahap pengerjaan pondasi goyang

8. Tiang Pondasi Pasir (Sand Piles)


Pondasi termasuk kedalam tiang pondasi beton pra-cor, yang
menggunakan sistem penulangan sehingga beban yang diterimanya
bisa lebih besar. Batu-batuan dan semen dipadatkan dengan
mempergunakan penggetar (vibrator)

Gambar 4.25 Bentuk tiang pondasi pasir

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-14


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

9. Tiang Pondasi Getar (Vibro Piles)

Gambar 4.26 Tahap pembuatan tiang pondasi getar


Keterangan :
a. Pemancangan pipa untuk mengecor beton menjadi tiang
b. Penuangan beton dalam pipa tiang
c. Pencabutan pipa dengan penggetar

Diameter dan Beban Tiang Pondasi Getar


Nominal shaft Nominal maximum working
Diameter load
(mm) (m) (kN) (tons)
330 – 355 13 – 14 350 35
355 – 381 14 – 15 500 50
406 – 457 16 – 18 700 70
457 – 508 18 – 20 900 90
508 – 559 20 – 22 1100 110
584 – 635 23 – 25 1400 140

10. Tiang Pondasi “Underream“


Pondasi jenis ini utamanya dibuat untuk mencegah pergerakan
lateral tanah yang dapat menyebabkan bangunan ambruk, biasanya
dipakai untuk pondasi-pondasi menara, tiang-tiang transmisi listrik,
dan bangunan yang tinggi lainnya, dan juga biasanya dipakai untuk
tanah-tanah yang mengandung air yang tinggi (sandy or Clayey
soils).

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-15


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Gambar 4.27 Bentuk Pondasi “Underream”

11. Tiang Pondasi Mac Arthur

Gambar 4.28 Tahap pembuatan tiang pondasi Mac Arthur

Cetakan dari baja dimasukkan ke tanah dengan inti didalamnya lalu


inti tersebut di tarik dan dipasang cangkang bergelombang
(corrugated shell), shell tersebut diisi dengan beton, sehingga
dihasilkan seperti gambar diatas.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-16


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

12. Tiang Pondasi Bentuk Kancing (Button Botton Pile)

Gambar 4.29 Tahap pembuatan tiang pondasi bentuk kancing

Bentuk yang agak membesar pada ujung diperlukan untuk


mendapatkan lubang yang agak besar apabila ditanam proses
pemasukkan semen dan batuan hampir sama dengan Mac Arthur
Pile.

13. Composite
Pondasi Composit menggunakan macam-macam material. Biasanya
digunakan kombinasi antara batu dan kayu, karena memiliki
keuntungan antara lain :
a. Murah
b. Mudah membuatnya

Gambar 4.30 Bentuk pondasi Composite

14. Tiang Pondasi Beton Tipis (Concrete Sheet Piles)


Penampang segiempat selalu dipakai untuk “bulkhead, dinding
pemisah” dinding atas, dinding pemisah, yang terlihat pada gambar
adalah penyambungan antara satu tiang pondasi dengan tiang
pondasi lainnya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-17


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Gambar 4.31 Sambungan tiang pondasi besar tipis

15. Tiang Pondasi Kayu Tipis (Timber Sheet Piles)


Tiang pondasi jenis ini sangat berguna untuk pekerjaan-pekerjaan
sementara (temporary work) seperti untuk menumpu dan lain-lain,
metode-metode penyambungan diperlukan apabila tiang agak
panjang dan pemakaian metode penyambungan ini ditentukan oleh
kondisi dan situasi pekerjaan.

Gambar 4.32 Sambungan tiang pondasi kayu tipis

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-18


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

16. Gaya Friksi Negative

Gambar 4.33 Gaya Friksi

Daya dukung tanah bisa turun karena periode waktu yang lama, arah
gaya friksi negatif adalah ke bawah dan gaya ini tidak boleh terjadi
karena bisa menyebabkan rusaknya suatu bangunan,

17. Caissons
Biasanya pondasi Caissons dibuat untuk bangunan air dengan
beban yang tidak terlalu besar.
Kegunaan pondasi ini adalah :
a. Untuk menahan gaya-gaya yang permanen seperti struktur pada
bagian atas angin, gempa dan lain-lain
b. Menahan gaya-gaya luar seperti tekanan air pada waktu
mengapung

Gambar 4.34 Bentuk pondasi Caissons

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-19


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

C. Konstruksi Sambungan Balok, kolom dengan Pondasi Tiang


Pancang

Gambar 4.35 Konstruksi Balok dukung ini diatas pondasi tiang pancang

Gambar 4.36 Konstruksi sambungan kolom dengan tiang pondasi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-20


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 4: Pekerjaan Pondasi

Gambar 4.37 Konstruksi pondasi di atas tiang pondasi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 4-21


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

BAB V
PEKERJAAN STRUKTUR, CETAKAN DAN PERANCAH

5.1 STRUKTUR DAN PEMBEBANANNYA


1. Pengertian pekerjaan struktur
Pekerjaan struktur pada bangunan adalah pekerjaan rangka bangunan yang
mendapat atau memikul beban berada di atas pekerjaan pondasi dengan bentuk
komponen berupa kolom, balok, joint balok dan kolom, lantai plat beton,
kerangka atap serta tangga.
Struktur bangunan untuk bangunan bertingkat sederhana (bertingkat rendah)
umumnya berupa Struktur Rangka Portal yang terdiri dari kolom dan balok yang
merupakan rangkaian yang menjadi satu kesatuan yang kuat.

Gb. 5.1 Struktur Rangka Beton

Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya
letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai.
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom
harus dilakukan pada lapoi lantai, agar pada satu lajur kolom mempunyai
kekakuan yang sama.

Gb. 5.2 Perubahan Dimensi Kolom

Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima


seluruh beban dari palat-lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung.
Hubungan balok dan kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang
dapat menahan Momen, Gaya Vertikal dan Gaya Horisontal. Untuk menambah
kekakuan balok, dibagian pangkal pada pertemuan dengan kolom, boleh
ditambah tebal .

Gb. 5.3 Penebalan balok pada pertemuan dengan kolom

Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap


beban-beban sebagai berikut:
Beban-Mati, dinyatakan dengan lambang : M
Beban-Hidup, dinyatakan dengan lambang : H
Beban-Angin, dinyatakan dengan lambang : A
Beban-Gempa, dinyatakan dengan lambang : G
Beban-Khusus, dinyatakan dengan lambang : K

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

2. Kombinasi Pembebanan

Pembebanan Tetap : M+H


Pembebanan Sementara : (M + H) + A dipilih pengaruh mana yang
lebih besar
atau : (M + H) + G
Pembebanan Khusus : (M + H) + K
atau : (M + H) + A + K
atau : (M + H) + G + K

Untuk merencanakan dan menghitung kekuatan suatu konstruksi bangunan


dipakai pembebanan tetap yang terberat. Setelah diperoleh ukuran dari
konstruksi portalnya berdasarkan tegangan ijin bahan (σb), langkah-langkah
selanjutnya adalah mengadakan hitungan kontrol terhadap beban sementara
atau beban khusus, dipilih pengaruh mana yang lebih membahayakan
konstruksi. Apabila pada hitungan kontrol ternyata konstruksi tidak aman
terhadap beban sementara, maka ukuran konstruksi tersebut harus diperbesar
lagi. Jadi suatu konstruksi bangunan harus aman dan mampu mendukung
beban tetap, beban sementara dan beban khusus.

3. Pengertian Beban
a. Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat
atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka
bangunannya.
b. Beban-hidup adalah berat beban dari penghuni dan atau barang-barang
yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada
atap, beban-hidup termasuk air hujan yang tergenang.
c. Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya,
karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang).
d. Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka
bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan
suatu analisa dinamik.
e. Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih, suhu,
penurunan pondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan
konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat
menahan gaya desak, sedang tulang baja mampu menahan gaya tarik, jadi
bahan beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api,
merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang.

5.2 JENIS PEKERJAAN STRUKTUR


Pekerjaan Struktur dibedakan menurut jenis bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat struktur portal bangunan bertingkat antara lain:
1. Pekerjaan Struktur Baja
Pekerjaan Struktur Baja yaitu dimana komponen-komponennya yang terdiri dari
kolom, balok, lantai dan tangga semuanya dari bahan baja dan dibuat secara
fabrikasi.
Dimana untuk pekerjaan bangunan bertingkat di Indonesia saat ini belum pernah
dilaksanakan mengingat biaya pembangunannya mahal, peralatan berat yang
digunakan cukup banyak dan sistem pelaksanaan pekerjaan memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi dengan tenaga kerja yang ahli di bidang pekerjaan baja.

2. Pekerjaan Struktur komposit


Pekerjaan Struktur Komposit dimana komponen kolom, balok dan tangga
memakai bahan baja sedang lantainya memakai bahan beton bertulang.
Di Indonesia pekerjaan bangunan bertingkat rendah/ sederhana dengan sistem
ini belum dapat dilaksanakan mengingat biayanya cukup mahal, peralatan yang
dipakai cukup banyak dan sistem pelaksanaan pekerjaan memerlukan tingkat
ketelitian yang tinggi terutama pada sambungan-sambungan (joint).

3. Pekerjaan struktur Beton


Pekerjaan Struktur Beton yaitu dimana komponen-komponennya yang terdiri
kolom, balok, lantai, tangga semuanya dibuat dari bahan beton bertulang dan
dicetak di tempat serta merupakan satu kesatuan dalam suatu sistem struktur
yang seimbang (stabil).

Keuntungan Struktur Beton dalam pembuatan bangunan bertingkat antara lain:


a. Bahan relatif murah dibanding baja dan precast
b. Pengerjaannya mudah
c. Bisa dibentuk sesuau dengan desain
d. Teknik konstruksi secara konvensional

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

5.3 PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN


5.3.1 Pelaksanaan Pekerjaan Beton
1. Bahan-bahan beton
a. Semen
Semen merupakan bahan yang terpenting untuk membuat beton.
Semen merupakan bahan yang dapat menjadi keras bila diberi air.
Dengan demikian maka semen menjadi bahan yang mempersatukan
butir-butir pasir dan kerikil menjadi satu kelompok.
Semen yang akan digunakan sebagai bahan pembuat beton
bertulang disyaratkan memenuhi ketentuan yang tercantum dalam
NI-8.

b. Pasir
Pasil merupakan agregat halus sebagai bahan tambahan untuk
pembuatan beton.
Penggunaan pasir untuk beton harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Pasir harus mempunyai tekanan hancur yang lebih besar
daripada tekanan hancur semen yang telah menjadi keras.
2. Tidak mengandung Lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap
berat kering.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organis.
4. Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 mm – 5 mm dan
memenuhi analisa saringan (P.B.I. 1971).

c. Kerikil dan Batu Pecah


Kerikil dan batu pecah meruapakan agregat kasar sebagai bahan
tambahan untuk pembuat beton.
Penggunaan kerikil dan batu pecah untuk beton harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
1. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori dengan besar butir lebih dari 5 mm.
2. Tidak mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap
berat kering.
3. Tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat-
zat yang reaktif alkali.
4. Besar butir beraneka ragam dan memenuhi analisa saringan (PBI
1971).

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

d. Air
Air yang digunakan adalah air bersih yang tidak mengandung minyak,
kotoran organis, atau/dan bahan-bahan lain yang merusak beton/atau
baja.

2. Campuran Beton
a. Perbandingan Campuran Beton
Untuk konstruksi digunakan bermacam-macam campuran beton
dengan bermacam-macam perbandingan adukan.
Sifat beton yang dihasilkan harus sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan; misalnya untuk bangunan tempat air, maka harus
dipilih adukan yang memberi jaminan bahwa dinding tidak bocor.
Beberapa contoh adukan untuk pekerjaan struktur dengan angka
perbandingan antara semen: pasir : kerikil seperti terlihat pada tabel
di bawah ini.

Tabel 5.1: Perbandingan campuran beton


Konsistensi Kg. Tekanan Cocok untuk
Perbandingan Air Slump Angka
No. dilihat dengan Semen hancur pekerjaan
Semen W (cm) Meleleh
mata per m3 Kg/cm3 macam

I. 0.65 7.0 45 Beton 305 245 Konstruksi beton


II. 0.70 12.3 49 Kental 301 215 tulang dengan
III. 0.75 15.8 51 Beton Encer 292 180 besi renggang

IV. 0.80 17.3 57 Beton 292 160 Bertulang


V. 0.85 19.2 60 Cair 308 155 dengan besi
VI. 0.90 20.0 59 302 140 biasa dan kolom

VII. 0.95 21.0 58 Beton 306 125 Untuk dinding


VIII 1.00 22.5 60 Amat 305 110 beton yang tipis
IX. 1.10 22.0 59 Cair 302 80 tidak dapat
dipakai untuk
konstruksi

b. Kekentalan Adukan Beton


Kekentalan (Konsistensi) adukan beton dipenuhi oleh banyak air.
Konsistensi ini penting untuk mengerjakan beton, dan atas dasar ini
beton dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam :
1. Beton-kering, mengandung 8 @ 9% air per m3 campuran kering
semen-pasir-kerikil.
2. Beton agak encer, mengandung 9 @ 11% air per m3 semen-
pasir-kerikil.
3. Beton encer, mengandung 11 @ hingga 14% per m3 campuran
kering semen-pasir-kerikil.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Banyaknya air adukan mempengaruhi kualitas beton.


Tekanan hancur beton tergantung pada angka perbandingan air
semen (water-cement factor) WFC.

Banyaknya air (kg )


WFC 
Banyaknya semen (kg )

WFC = Water Cemen Factor

Tabel di bawah ini memberikan angka-angka tentang jumlah semen


minimum dan nilai faktor semen maksimum.

Tabel 5.2: Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum
Jumlah semen Nilai faktor
Minimum per m3 air semen
beton (kg) maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
oleh kondensor uap-uap langsung 325 0,52

Beton di luar ruang bangunan :


a. Tidak terlindung dari hujan 325 0,60
b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung 275 0,60

Beton yang masuk ke dalam tanah :


a. Mengalami keadaan basah 325 0,55
b. Mendapat pengaruh sulfat alkali dari
tanah atau air tanah 375 0,52

Beton yang kontinu berhubungan dengan


air
a. Air tawar 275 0,57
b. Air laut 375 0,52

c. Mutu pelaksanan dan kekuatan tekan beton karekteristik


1. Beton adalah suatu bahan konstruksi yang mempunyau sifat
kekuatan tekan yang khas, yaitu apabila diperiksa dengan
sejumlah benda-benda uji, nilainya akan menyebar sekitar suatu
nilai rata-rata tertentu. Penyebaran dari nilai-nilai hasil
pemeriksan tersebut, jadi ukuran dari mutu pelaksanaanya,
adalah deviasi standar.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Berbagai-bagai mutu pelaksanaan pada berbagai-bagai isi


pekerjaan dicantumkan dalam tabel di bawah ini ( PB I – 1971).

Tabel 5.3: Mutu Pelaksanaan Diukur dengan Deviasi Standar


Isi Pekerjaan Divisi Standar s (kg/cm2)

Sebutan Jumlah Beton Baik Sekali Baik Dapat


(m3) Diterima
Kecil < 1000 45 < s < 55 55 < s < 65 65 < s < 85
Sedang 1000 – 3000 35 < s < 45 45 < s < 55 55 < s < 75
Besar > 3000 25 < s < 35 35 < s < 45 45 < s < 65

2. Dengan menganggap nilai-nilai dari hasil pemeriksaan benda uji


menyebar normal (mengikuti lingkungan dari gause), maka
kekuatan tekan beton karakteristik σ1bm dengan 5% kemungkinan
adanya kekuatan yang tidak memenuhi syarat-syarat dalam pasal
4.1. ayat 1 (PB I – 1971), ditentukan oleh rumus : σ1bk = σ1bm –
1,64.S
Dimana σ1bk = kekuatan tekan beton karakteristik (kg/cm2)
σ1bm = kekuatan tekan beton rata-rata (kg/cm2)
S = deviasi standar

3. Kemuatan beton dinyatakan dengan kekuatan tekan karakteristik


σ1bk.
Yang dimaksud dengan kekuatan tekan karekateristik ialah
kekuatan tekan, dimana dari sejumlah besar hasil-hasil
pemeriksaan benda uji, kemungkinan adanya kekuatan tekan
yang kurang dari itu terbatas sampai 5% saja. Kekuatan tekan
beton tersebut di atas diperoleh dari pemeriksaan benda uji kubus
yang berisi 15 cm pada umur 28 hari.
Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai umur
terhadap beton yang berumur 28 hari, dapat diambil menurut
tabel 8.

4. Beton untuk konstruksi beton bertulang dibagi dalam mutu dan


kelas seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-8


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Tabel 5.4 : Kelas dan Mutu Beton


Pengawas terhadap
σbm Mutu agregat kekuatan
σbk
Kelas Mutu dg.s = 46 Tujuan tekan
(kg/cm2)
(kg/cm2)
Ringan Tanpa
Non Ringan Tanpa
I B0
strukturil
B1 Strukturil Sedang Tanpa
K125 125 200 Strukturil Ketat Kontinu
II
K175 175 250 Strukturil Ketat Kontinu
K225 225 300 Strukturil Ketat Kontinu
III K>225>225 > 300 Strukturil Ketat Kontinu

3. Pemeriksaan Mutu Beton


a. Pengujian Kekuatan Adukan Beton
Kekuatan adukan beton dapat diperiksa dengan pengujian slump.
Adukan beton untuk keperluan pengujian slump ini harus diambil
langsung dari mesin pengaduk dengan menggunakan ember atau
alat lain yang tidak menyerap air.

Gb. 5.4 Kerucut Abrams

1. Cara pengujian
Alat yang dipakai adalah kerucut terpancung dengan diameter
atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm, diletakkan di
atas bidang alat yang rata yang tidak menyerap air misalnya : plat
seng kerucut ini diisikan dalam tiga lapis yang kira-kira sama
tebalnya dan setiap lapis ditusuk-tusuk 10 kali dengan tongkat
baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung
yang dibulatkan setelah bidang atasnya disipat rata, dibiarkan
selama ½ menit.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-9


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Segera setelah itu penurunan puncak kerucut terhadap tingginya


semula diukur. Hasil pengukuran ini dibuat slump dan merupakan
ukuran dari kekentalan adukan beton tersebut.
Senantiasa encer adukan beton, maka nilai slumpun bertambah
besar.

2. Untuk mencegah penggunaan adukan beton yang terlalu kental


atau terlalu encer, dianjurkan untuk menggunakan nilai-nilai
slump yang terletak dalam batas-batas yang ditunjukkan dalam
table di bawah ini.

Tabel 5.5 : Nilai-nilai slump untuk berbagai-bagai Pekerjaan Beton


SLUMP (cm)
URAIAN
Maksimum Minimum
- Dinding, pelat pondasi dan pondasi
telapak bertulang 12,5 5,0
- Pondasi telapak bertulang, kaison dan
konstruksi di bawah tanah 9,0 2,5
- Pelat, balok, kolom dan dinding 15,0 7,5
- Pengerasan jalan 7,5 5,0
- Pembetonan masal 7,5 2,5

b. Pengujian Kekuatan Tekan Beton


Cara pengujian dengan memakai alat test tekan kubus beton.

Tabel 5.6 : Perbandingan kekuatan tekan beton pada berbagai-bagai


Umur
Umur Beton 3 7 14 21 28 90 395
Semen Portland Biasa 0,40 0,65 0,83 0,95 1 1,20 1,35
Semen Portland dengan 0,55 0,75 0,90 0,95 1 1,15 1,20
kekuatan awal yang tinggi

4. Perubahan-perubahan Bentuk dalam Beton


Beton yang diberikan tekanan dalam waktu pendek akan mengalami
perpendekan Mattis. Beton „muda“ yang baru beberapa hari di cor, akan
mengalami perpendekan, dikarenakan proses pengerasan, dimana beton
mengeluarkan panas dan kelebihan air menguap, sehingga sel massa
yang mengelilingi batu-batu koral akan mengerut dan beton akan menjadi
pendek.
Perpendekan ini disebut penyusutan. Kalau tekanan dalam beton
berlangsung lama, maka beton akan mengalami perpendekan plastis
(crup).

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-10


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

a. Penyusutan Beton (shrinkage)


Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan beton
adalah :
1. Faktor air semen (W.C.F)
2. Banyaknya semen tiap 1 m3 beton
3. Nilai mortel :
Berat butir (0  7 mm)
NO 
Berat butir seluruhnya
4. Ukuran-ukuran dari konstruksi
5. Kelembaban udara

b. Perpendekan Plastis Beton (crup)


Apabila beton ditekan untuk waktu yang lama, maka disamping
perubahan bentuk plastis terjadi pula perpendekan plastis (crup) yang
berlangsung sampai bertahun-tahun.

5. Pengerjaan Beton
a. Pengadukan
1. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk,
kecuali untuk beton mutu B0.
2. Mesin pengaduk untuk membuat kelas III harus terlebih dahulu
oleh pengawas ahli sebelum dipakai.
3. Selama pengadukan kekentalan beton harus dikontrol besarnya
slump untuk mengetahui jumlah air pencampur yang telah
diberikan.
4. Waktu pengadukan tergantung pada :
a. Kapasitas drum pengaduk
b. Banyaknya adukan
c. Jenis dan susunan butir agregat yang dipakai
d. Slump dari beton bersangkutan.
Waktu minimum yang harus diperhatikan adalah paling sedikit
1,5 menit setelah semua bahan masuk ke drum pengaduk.
5. Pengadukan yang baik akan menghasilkan adukan yang
mempunyai susunan dan warna yang merata.
6. Setiap kegagalan pengadukan (misalnya terlalu encer, ada
bahan-bahan asing) akan berakibat beton tidak dapat dipakai.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-11


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

b. Pengecoran dan Pemadatan


1. Persiapan sebelum mengecor
a. Bersihkan semua peralatan pengaduk dan pengangkut
b. Bersihkan ruang-ruang yang akan di cor
c. Basahi cetakan-cetakan dan pasangan-pasangan yang akan
berhubungan dengan beton sampai jenuh.
d. Bidang-bidang beton lama yang akan dibersihkan, selanjutnya
berikan air sampai jenuh.
e. Air harus dibuang dari semua ruang-ruang yang akan diisi
beton, kecuali hal ini tidak perlu dilakukan.
2. Beberapa aturan yang harus diperhatikan
a. Beton harus di cor sedekat-dekatnya ke tujuan yang terakhir
untuk mencegah pemisahan bahan-bahan akibat pemindahan
adukan di dalam cetakan.
b. Sejak pengecoran dimulai harus dilanjutkan tanpa berhenti
sampai mencapai siar-siar pelaksanaan yang ditetapkan
c. Pemadatan dilakukan selama pengecoran
d. Pemadatan dapat dilakukan dengan :
- Menumbuk-numbuk
- Dianjurkan untuk memakai alat-alat pemadat mekanis
(alat penggetar)
- Untuk beton kelas III pemakaian alat penggetar adalah
wajib
e. Dalam hal menggunakan alat penggetar, maka slump dari
beton harus diperhatikan. Pada umumnya tidak boleh
digunakan slump yang lebih dari 12,5 cm.
f. Dalam hal pemadatan dengan alat-alat penggetar harus
memperhatikan hal-hal berikut :
 Jarum penggetar masuk ke dalam adukan harus vertikal,
tetapi dalam keadaan khusus boleh miring sampai 450 C.
 Selama penggetaran, jarum tidak boleh digetarkan ke arah
horizontal (menyababkan pemisahan bahan-bahan).
 Harus dijaga agar jarum tidak mengenai :
- cetakan
- tulangan
- beton yang telah mengeras

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-12


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

 Lapisan yang digetarkan tidak boleh melebihi tebal


panjang jarum dan umumnya tidak boleh lebih dari 30 s/d
50 cm. Untuk itu pengecoran beton untuk konstruksi yang
tebal harus dilakukan lapis demi lapis sehingga dapat
pemadatan yang merata.
 penarikan jarum penggetar dapat dilakukan setelah
adukan mulai nampak mengkilap di sekitar jarum (setelah
30 detik). Penarikan jarum penggetar tidak boleh
dilakukan terlalu cepat.
 Jarak antara pemasukan jarum harus dipilih, sehingga
daerah-daerah pengaruhnya saling menutupi.

c. Siar Pelaksanaan
1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan konstruksi.
Penempatan siar pelaksanaan harus disetujui oleh pengawas
ahli.
2. Antara pengecoran balok atau pelat dengan pengakhiran
pengecoran kolom harus ada waktu yang cukup (untuk
memberikan kesempatan kepada beton dari kolom mengeras).
3. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom
harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai atau harus di
cor secara menolit dengan itu.
4. Peletakan siar pelaksanaan pada pelat dan balok kira-kira di
tengah-tengah bentang. Apabila ditengah balok tentang terdapat
pertemuan atau persilangan dengan balok lain, maka siar
pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 (dua) kali lebar balok dari
pertemuan atau persilangan itu.

Gb. 5.5 Siar pelaksanaan pada pengecoran pelat diatas 2 tumpuan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-13


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Perhatikan :
Pemberhentian pengecoran harus sejajar tulang pokok

Gb. 5.6 Siar pelaksanaan pada pengecoran pelat


yang terdiri dari beberapa petak

Perhatikan :
tempat pemberhentian :
- Berjarak (1/5 – 1/7 x panjang bentang)
- Membuat sudut 450.

Gb. 5.7 Siar pelaksanaan pengecoran balok

Perhatikan jarak pemberhentian


Pengecoran (1/5 – 1/7 x panjang bentang)

5.8 Siar pelaksanaan pada pengecoran kolom

Perhatikan tempat-tempat pemberhentian.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-14


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.9 Pengecoran pada bidang yang menaik

Gb. 5.10 Penuangan beton

Dinding penahan (tidak boleh lebih tinggi dari 1,5 m)


Sudut tanjakan (tidaklebih dari 50-100).

d. Perawatan Beton
1. Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama
paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus,
antara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah.
Pada pelat-pelat atap pembasahan terus menerus ini harus
dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu. Sangat dilarang untuk
mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai
tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan-bahan yang berat.
2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara
luar pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat
waktu pengerasan dapat dipakai cara-cara ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh pengawas ahli.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-15


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

5.3.2 Pelaksanaan Pekerjaan Tulangan


1. Macam baja tulangan

Gb. 5.11 Batang Baja Polos

Gb. 5.12 Batang baja yang diprofilkan

Gb. 5.13 Batang yang dipilin

Gb. 5.14 Batang yang dipilin 2 (dua) kali

Gb. 5.15 Baja silang dan baja TOR

Gb. 5.16 Baja Johnson

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-16


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

2. Pemotongan dan pembengkokan baja tulangan


a. Peralatan yang untuk memotong digunakan biasanya berupa :
- gunting potong,
- gunting parallel,
- mesin potong dan
- gergaji
b. Persyaratan ukuran kait dan bengkokan

Gb. 2.14 Kait penuh

Gb. 5.17 Kait penuh

Perhatikan perbedaan diameter batang


D = Diameter batang polos
dp = Diameter batang yang diprofilkan

Gb. 5.18 Kait siku (900)

Perhatikan ukuran-ukurannya.
Kait siku hanya untuk pelat.

Gb. 5.19 Kait miring

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-17


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Perhatikan perbedaan diameter batang


D = Diameter batang polos
Dp = Diameter batang yang diprofilkan

Gb. 5.20 Kait miring pada sengkang

Perhatikan ketetapan penekukan untuk memperoleh tulangan yang


kokoh (rigid).

Gb. 4.21 Pembengkokan tulangan

Ketelitian bentuk sangat penting. Perhatikan perbedaan diameter d dan


dp.
Bila bahan kait adalah baja dengan titik Yield yang tinggi (high yield –
point) dan baja dengan proses pengerjaan dingin (cold-worked), maka
ukuran-ukuran dasar hendaknya diambil sebagai berikut :
E < 6 D, H < 11 D, B < 5,5 D
dan radius tidak boleh < 3D.

3. Sambungan tulangan
a. Sambungan tulangan harus dilaksanakan menurut gambar-gambar
rencana dan atau uraian atau seperti yang disetujui oleh pengawas
ahli. Sambungan tulangan hanya dapat dilaksanakan sebagai

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-18


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

sambungan lewatan menurut 8.12, 8.13, 8.14 atau sebagai


sambungan las menurut pasal 8.15 (PBI 1971).
b. Sambungan lewatan tidak boleh dipakai pada batang tulangan
dengan diameter (diameter pengenal) lebih dari 30 mm.
c. Batang-batang tulangan yang disambung dengan sambungan
lewatan, dimana batang-batangnya tidak saling bersentuhan, tidak
boleh mempunyai jarak antaraPKP lebih dari seperlima panjang lewat
yang diperlukan atau 15 cm.
d. Pada sambungan lewatan, jarak bersih antara pasangan-pasangan
batang yang disambung harus memenuhi pasal 8.16 (PBI 1971).
e. Penyambungan batang tulangan sedapat mungkin harus berselang-
selang juga penempatan sambungan ditempat-tempat dengan
tegangan maksimum sedapat mungkin harus dihindarkan.

4. Letak pembesian
a. Pemasangan tulangan pada balok lantai

Gb. 5.22 Pembebanan pada Balok Lantai

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-19


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

b. Pemasangan dan Peletakkan Balok Latei

Gb. 5.23 Balok Latei diatas Pintu

Gb. 5.24 Penulangan balok Latei

Dibuat untuk diletakkan diatas pintu dengan lebar + 2 m terutama


apabila tembok diatasnya cukup tinggi.

Gb. 5.25 Tulangan dengan sengkang spiral

Tulangan dengan penyetabil sengkang spiral juga dipergunakan


untuk menahan momen puntir pada beton.

Gb. 5.26 Tulangan dengan Balok Prismatic

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-20


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Tulangan untuk balok prismatik dipergunakan untuk latei luiffal yang


menjorok keluar agar dimensi luiffal tidak terlalu besar.

Gb. 5.27 Peletakkan balok Latei dalam sistem Bata

c. Balok Luiffal

Gb. 5.28 Penulangan balok luifell

Balok luifel dipasang pada bangunan yang jarak tembok diatas pintu
terlalu tinggi hingga kemungkinan akan membasahi pintu. Dipasang
menjorok keluar.

Tulangan tambahan yang dipasang membujur sekeliling pada jarak


yang sama gunanya untuk menahan tegangan puntir.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-21


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

d. Pemasangan tulangan pada tangga

Gb. 5.29 Penulangan tangga

Bila pembebanan pada tangga dianggap sama dengan pembebanan


pada patok (terdistribusi merata).

Gb. 5.30 Penulangan tangga

Bila pembebanan pada tangga dianggap sama dengan pembebanan


pada lantai (terdistribusi merata).

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-22


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

e. Pemasangan Tulangan pada pelat

Gb. 5.31 Sistim pelat pada bentang lx = ly

Gb. 5.32 Tulangan pokok yang dipasang dalam 2 arah lx dan ly.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-23


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.33 Tulangan plat beton dengan


sistem tulangan pokok dan tulangan pembagi

5. Syarat Ketebalan Selimut Beton

Tabel 5.6: Panjang lewat minimum sambungan lewatan tulangan tekan


Panjang Lewatan Minimum Untuk
Batang yang diprofilkan
Kelas Beton
Batang polos dengan mutu
U ≤ 32 U < 32
Kelas II 50 d 28 dp 32 dp
Kelas III 40 d 20 dp 24 dp

Tabel 5.7: Tabel Penutup Beton Minimum


Tebal Penutup Beton Minimum (cm)
Bagian Konstruksi
Di dalam Di luar Tidak terlihat
Pelat dan selaput 1,0 1,5 2,0
Dinding dan keeping 1,5 2,0 2,5
Balok 2,0 2,5 3,0
Kolom 2,5 3,0 3,5

Tabel 5.8: Beberapa lapis pelindung yang dapat memperpanjang


ketahanan dalam kebakaran kira-kira 2 jam
Jenis Lapis Pelindung Tebal (cm)

- Beton vermikulit, dipasang pada 2,5


cetakan sebelum beton dicor
- Plesteran gips vermikulit 2,2
- Asbes dengan bahan perekat yang
disemprotkan pada permukaan beton 1,9

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-24


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Apabila ketahanan dalam kebakaran tidak dihitung berdasarkan karekteristik


pembakaran dan kecepatan pemanasan tulang pokok yang didapat dari
hasil-hasil percobaan, maka ketentuan-ketentuan yang diberikan berikut ini
dapat dijadikan petunjuk untuk memperkirakan ketahanan dalam kebakaran
dari berbagai bagian konstruksi.

Tabel 5.9 : Ketahanan dalam kebakaran balok beton bertulang


Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan
Jenis
dalam kebakaran selama :
Lantai
4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam
Lantai monolit,
Lantai pra cetak 15 15 12,5 12,5 10 9
Berbentuk U dan T
Lantai blok
Berongga, lantai
12,5 10 9 9 8 7
pracetak berbentuk
kotak atau L

Didalam tabel 11 untuk semua jenis lantai harus terdapat penutup beton
pada tulangan pokok setebal minimum 2 cm untuk ketahanan 4 jam dan
minimum 2 cm untuk ketahanan 4 jam dan minimum 1 cm untuk
ketahanan yang kurang dari 4 jam.

Tabel 5.10 : Ketahanan dalam kebakaran batok beton bertulang


Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan
Lapis pelindung
dalam kebakaran selama :
tambahan
4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam
Tidak ada 6 5 5 3,5 2,5 ½
Plesteran gips
vermikulit setebal 2 1 1 1 1 1
1,2 cm

Tabel 5.11 : Ketahanan dalam kebakaran dinding beton bertulang


Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan
Lapis pelindung
dalam kebakaran selama :
tambahan
4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam
Tidak ada 18 18 10 10 7,5 7,5
Plesteran gips
vermikulit setebal
18 18 10 7,5 7,5 6,5
1,2 cm pada kedua
bidang permukaan
Plesteran gips
vermikulit setebal
12,5 10 7,5 7,5 7,5 6,5
1,2 cm pada kedua
bidang permukaan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-25


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Tabel 5.12 : Ketahaan dalam kebakaran kolom beton bertulang yang


menjadi satu kesatuan dengan dinding pemisah
Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan
Lapis pelindung
dalam kebakaran selama :
tambahan
4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam
Tidak ada 18 18 10 10 7,5 7,5
Plesteran gips
vermikulit setebal
15 10 10 7,5 7,5 7,5
1,2 cm pada kedua
bidang permukaan

Tabel 5.13 : Ketahanan dalam Kebakaran kolom beton bertulang


Tebal total minimum lantai dalam cm untuk ketahanan
Lapis pelindung
dalam kebakaran selama :
tambahan
4 jam 3 jam 2 jam 1 ½ jam 1 jam ½ jam
Tidak ada 45 40 30 25 20 15
Plesteran gips
vermikulit setebal 30 28 23 20 15 13
1,2 cm

5.3.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan Pekerjaan Beton


1. Pekerjaan Persiapan
a. Periksa apakah gambar kerja, secara rinci dan detail telah ada dan
disahkan oleh perencana / ahli konstruksi
b. Periksa apakah sudah tersedia perhitungan perencanaan struktur beton
c. Bilamana pelaksanaan secara prefab perlu diperiksa, apakah urutan
pelaksanaan dan letak bagan-bagian struktur sesuai dalam sistem
bangunan telah diserahkan dan disahkan oleh pemegang Hak Sistem yang
bersangkutan
d. Periksa apakah metode kerja secara teknis dalam pelaksanaan pekerjaan
struktur beton telah diserahkan dan disahkan perencana / ahli konstruksi.

2. Pekerjaan Penyiapan Bahan


a. Untuk pelaksanaan secara prefab, maka periksa apakah pemasokan
bahan prefab dengan mutu dalam spesifikasi dan apakah sertifikasi mutu
pabrik juga ada.
b. Untuk pelaksanaan beton cor setempat, maka diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Semen
a. Sebaiknya menggunakan satu merk semen
b. Semen yang telah mengeras sebagian tidak diperkenankan untuk
dipakai sebagai bahan campuran.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-26


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

c. Tempat penyimpanan semen harus diusahakan sedemikian rupa


sehingga semen bebas dari kelembaban untuk menghindarkan
cepatnya semen mengeras.
2. Pasir
Pasir yang digunakan baik pasir alami maupun pasir buatan
haruslahyang besih dan bebas dari bahan-bahan organis, lumpur dan
sejenisnya yang dapat mengganggu proses pengikatan semen.
3. Batu pecah (agregat kasar)
a. Bentuk batu pecah (agregat) tidak pipih
b. Batu pecah alami (koral) atau batu pecah buatan yang digunakan
harus bersih, keras serta mempunyai gradasi
c. Tempat penyimpanan / penimbunan pasir dan batu pecah harus
dipisahkan satu dengan yang lain sehingga dapat dijamin bahwa
kedua jenis bahan tersebut tidak tercampur untuk mendapatkan
adukan dengan komposisi bahan yang tepat.
4. Air
a. Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak
mengandung minyak, garam dan bahan-bahan organis atau
bahan-bahan yang dapat merusak beton dan baja tulangan.
b. Bila ada keragu-raguan mengenai air, harus dilakukan percobaan
dengan membandingkan kekuatan tekan adukan semen dan pasir
dengan air itu dan dengan air suling (destilasi). Air dapat dipakai
kalau kekuatan tekananya pada umurnya 7 dan 28 hari paling
sedikit 90% dari kekuatan dengan air suling.
5. Baja tulangan
a. Mutu baja yang digunakan harus sesuai dengan spesifikasi dan
disertai sertifikat mutu atau hasil pengujian
b. Untuk dilakukan pengujian atas baja yang mutunya diragukan
c. Baja tulangan yang akan digunakan harus bersih dari minyak dan
bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat antara besi
dengan adukan beton.
d. Secara visual baja tidak berkarat

3. Pekerjaan Pengecoran Beton


a. Pengawasan Pengadukan
1. Komposisi adukan dan kekentalan adukan sesuai dengan spesifikasi
(lihat table 8, nilai-nilai slump untuk pekerjaan beton di halaman 17).

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-27


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

2. Pengadukan harus dengan mesin pengaduk dan mesin pengaduk


untuk beton mutu tinggi dan dilengkapi dengan alat yang dapat
mengukur dengan tepat jumlah cairan pencampur.
3. Lama pengadukan paling sedikit 2 menit setelah semua bahan
dimasukkan kedalam alat pengaduk dan setelah selesai pengadukan,
adukan harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata. Bila
adukan diberi campuran tambahan / additives seperti zat-zat kimia
untuk kedap air dan sebagainya maka lama pengadukan harus
disesuaikan dengan spesifikasi teknik produsen bahan tambahan
tersebut.

b. Pengawasan Pengecoran
Selama pengecoran hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan harus dilaksanakan tanpa
berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan / tempat
perhentian cor yang sudah ditetapkan.
2. Khusus pada pengecoran kolom beton, tinggi jatuh tidak boleh
melebihi 2,00 m. Untuk pengecoran yang cukup tinggi alas tempat
penuangan / dasar kolom diberi dulu adukan semen + pasir
secukupnya untuk mencegah terjadinya segresi dari agregat kasar
di dalam beton
3. Pemisahan antara agregat kasar dengan adukan (semen + pasir)
sehingga timbul sarang-sarang kerikil dan rongga-rongga udara
harus dicegah. Kemungkinan terjadinya pemisahan antara lain
disebabkan :
a. Terbentuknya adukan pada sisi acuan atau dasar penuangan
yang keras sewaktu adukan di cor.
b. Adukan tidak dipadatkan dengan alat penggetar atau
c. Penggunaan jarum penggetar secara salah
4. Pemadatan adukan dapat dilakukan dengan cara mencocok
adukan atau memukul cetakan, namun dianjurkan penggunaan
alat-alat mekanis (alat penggetar). Khusus untuk pekerjaan beton
mutu tinggi, penggunaan alat penggetar diwajibkan.
Dalam hal penggunaan alat penggetar, nilai slump dari beton harus
disesuaikan dengan ketentuan, pada umumnya tidak boleh lebih
dari 12, 5 cm.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-28


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

c. Pengawasan Perawatan Beton


Permukaan beton yang tidak terlindung acuan harus segera dilindungi
terhadap kemungkinan kerusakan / cacat karena cuaca (air hujan).
Pada hari-hari pertama setelah pengecora, proses pengerasan beton
sama sekali tidak boleh diganggu, yaitu misalnya dengan
mempergunakan sebagai tempat penimbunan bahan atau jalan untuk
mengangkut bahan-bahan berat.
Perawatan dibutuhkan untuk mempertahankan kadar air yang cukup
didalam beton serta beton yang stabil untuk memungkinkan terjadinya
persenyawaan kimiawi dalam beton selama proses pengerasannya (hasil
terbaik tercapai antara 15,6-26,7 derajat celcius sedangkan masa-masa
paling kritis ialah 7 hari pertama seteah pengecoran).
Lama waktu perawatan bisa antara 14-20 hari.
Ada 5 (lima) sistem perawatan, yaitu :
1. Dengan air
Slab beton digenangi air sekurang-kurangnya setinggi + 5 cm.
Tanggul tanah bisa dibuat sekeliling slab untuk mempertahankan
genanganair tersebut. Selain dengan genangan bisa dengan
penyemprotan namun cara ini kurang menjamin kemerataan curing
sehingga akan lebih mudah timbul retak-retak.
2. Dengan karung basah
Terutama untuk bagian-bagian yang miring, vertikal dan lain-lain.
Karung basah tersebut harus melapisi seluruh bagian dan terus
menerus disirami.
3. Dengan kertas kedap air
Dapat dipakai sebagai penutup untuk mencegah evaporasi. Kertas
harus menutup seluruh permukaan dan diplester pada ujung-
ujungnya agar suatu kesatuan yang menerus.
Lapisan pasir basah ditaruh diatasnya untuk menajan agar kertas
tersebut tidak lepas sekaligus untuk mengontrol suhu.
4. Dengan plastik
Lapisan plastik ringan bisa dipakai sebagai penutup. Plastik berwarna
susu / putih lebih baik karena akan memantulkan cahaya matahari
sehingga menurunkan suhu di siang hari.
Sambungan antara lapisan plastik tersebut harus disatukan dengan
pemanasan atau lem plastik.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-29


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

5. Dengan bahan tambahan pembentuk membrane


Bahan tambahan cair disemprotkan di atas beton (dengan tangan
atau alat semprot) sehingga membentuk suatu lapisan membrane
tipis secara menyeluruh di atas muka beton tersebut.
Lapisan membrane tersebut bisa bening atau berwarna. Membrane
yang bening biasanya dipakai dimana tampak dari muka beton itu
dipentingkan.
Di tempat-tempat berudara panas pemakaian membrane yang
berwarna hitam harus dicegah karena ia akan menyerap panas
matahari, sebaliknya yang berwarna putih dapat menurunkan suhu
sampai sebesar 8,3 derajat celcius.
Pemilihan macam bahan tambahan harus dipertimbangkan benar
karena ada beberapa bahan tambahan yang menghalangi proses
penyatuan cat dengan muka beton dan ada yang merupakan zat
dengan muka beton dan ada yang merupakan zat dasar yang kurang
bagus bagi lem penutup lantai.
Contoh campuran bahan tambahan :
a. vinyl emulsion 0,4-0,61/m2, dengan
b. asphalt emulsion + 0,61/m2.

4. Pengecoran Poer, Balok Sloof, Lantai Dasar


a. Untuk pekerjaan poer pada posisi pondasi tiang beton, periksa apakah
ujung penulangan utama dari tiang beton penopang, menembus jaringan-
jaringan tulangan poer.
b. Sebelum membuat lantai kerja, periksa dulu apakah tanah perlu diurug
setiap lapis 20 cm dan dipadatkan.
c. Periksa juga apakah telah disiapkan lantai kerja beton (1:3:5) untuk
pekerjaan lantai dasar diatas lapisan tanah dalam lapisan pasir urug pada
kedalaman dimana elevasi lantai dasar ditetapkan sesuai gambar rinci dan
spesifikasi.
d. Periksa juga apakah telah disiapkan penulangan komponen balok slof
dengan ukuran diameter tulangan, jumlah tulangan dan jarak sengkang
sesuai gambar dan spesifikasi.
e. Periksa juga apakah telah disiapkan tulangan utama dan tulangan pembagi
pada pelat lantai dasar diatas lapisan lantai kerja tersebut, sesuai gambar
dan spesifikasi.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-30


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

f. Periksa letak dan apakah antara tulangan termasuk pada daerah


overlapping sambungan tulangan apakah tidak menyulitkan proses
pengecoran dan penggunaan alat penggetar beton.
g. Periksa apakah untuk pekerjaan poer, balok, sloof dan lantai dasar telah
disiapkan cetakan dan acuan, sesuai gambar rinci dan spesifikasi
h. Periksa apakah digunakan beton ready-mix dan apakah mutu beton sesuai
dengan spesifikasi. Jika dari ready mix dimintakan sertifikat mutu.
i. Periksa apakah pengecoran poer dilakukan terlebih dahulu
j. Periksa apakah metode dan tinggi pengecoran sudah disetujui Perencana /
Ahli Konstruksi
k. Periksa apakah tulangan tidak menghambat jatuhnya adukan pengecoran
dan tidak menghalangi alat penggetar beton mencapai titik-titik paling
ujung.
l. Periksa apakah setelah pengecoran kolom beton diupayakan dalam
keadaan terawat terus menerus selama minimum tujuh hari.

5. Pengecoran balok
a. Penulangan balok diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau dilaksanakan
setempat.
b. Periksa diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang digunakan
apakah sesuai spesifikasi dan gambar.
c. Periksa penulangan pada hubungan balok dan kolom serta pelat lantai
beton apakah sesuai gambar dan spesifikasi.
d. Periksa apakah tulangan tidak menghalangi pengecoran beton dan
masuknya alat pengecor beton.
e. Periksa apakah metoda cetakan dan acuan sudah disetujui oleh
perencana/ ahli konstruksi.
f. Periksa apakah digunakan beton ready mix dan (mintakan sertifikat mutu),
apakah mutu beton sesuai dengan spesifikasi. Jika dengan ready mix
untuk diminta sertifikat mutunya.
g. Apakah pada permukaan beton lama diberi bahan kimia dan atau air
semen sebelum diadakan pengecoran lanjutan setelah pengecoran
terpaksa dihentikan satu hari.
h. Periksa apakah setelah pengecoran balok, beton dalam keadaan terawat
terus menerus selama minimum tujuh hari.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-31


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

6. Pengecoran Lantai Tingkat I atau Lebih


a. Penulangan lantai diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau dilaksanakan
setempat.
b. Periksa diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang digunakan
apakah sesuai spesifikasi dan gambar.
c. Periksa penulangan pada hubungan pelat lantai dan kolom balok, apakah
sesuai gambar dan spesifikasi.
d. Periksa apakah letak tulangan tidak menghalangi pengecoran beton dan
masuknya alat penggetar beton.
e. Periksa metoda cetakan dan acuannya, apakah sudah disetujui oleh
perencana / ahli konstruksi.
f. Periksa apakah digunakan beton readymix dan apabila dengan ready mix
untuk dimintakan sertifikat mutu. Apakah mutu beton sesuai spesifikasi.
g. Apakah pada permukaan beton lama diberi bahan kimia, sebelum
diadakan pengecoran lanjutan setelah pengecoran terpaksa dihentikan
satu hari.
h. Periksa apakah setelah pengecoran lantai, beton diupayakan dalam
perawatan terus menerus selama minimum tujuh hari.

7. Pada struktur sistem dinding pemikul geser (shear wall)


Pada struktur dengan sistem dinding pemikul geser ini, maka dinding secara
keseluruhan dari bawah sampai ke atas sebagai bagian struktur yang letaknya
vertikal yang harus memikul beban/gaya yang bekerja pada bangunan
terutama yang arahnya horizontal seperti beban angin dan beban gempa.
Dinding yang terletak dengan keadaan bidang dindingnya sejajar dengan arah
gaya horizontal tersebut yang akan berfungsi sebagai dinding pemikul. Oleh
karena itu dinding harus diberi tulangan yang cukup kuat untuk memikul
beban/gaya yang arah vertikal dan arah horizontal tersebut. Pekerjaan dinding
geser dapat dilakukan dengan beton cor setempat atau beton prefab.

a. Dinding geser prefab/ pre cast


1. Periksa apakah sertifikat komponen dinding precast beton sesuai
gambar dan spesifikasi.
2. Periksa apakah ukuran tebal panjang dan lebar sesuai gambar dan
spesifikasi.
3. Periksa apakah pasokan komponen dinding tidak retak, pecah atau
cacat lainnya.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-32


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

4. Periksa apakah metoda pengangkutan, pengangkatan dan


penempatan pada posisi dinding sudah disahkan perencana/ahli
konstruksi.
5. Periksa apakah alat / mesin pemasangan sudah lengkap dan cocok
untuk pekerjaan yang bersangkutan.
6. Periksa apakah pekerjaan penyambungan hubungan antara satu
dinding dengan dinding lainnya (termasuk dinding penyekat) dan
dengan lantai disetujui perencana / ahli konstruksi.
7. Periksa apakah konstruksi tersebut dari tipe interlocking atau
dilaksanakan dengan prinsip pengangkeran sesuai gambar dan
spesifikasi.
8. Periksa apakah untuk masing-masing dinding diberi tanda yang
cocok sesuai tempat/posisinya pada bagian bangunan yang
bersangkutan.

b. Dinding geser cor setempat


1. Penulangan dinding diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau
dilaksanakan setempat
2. Periksa apakah diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang
digunakan sesuai dengan gambar dan spesifikasi
3. Periksa apakah penulangan pada hubungan dinding dan pelat lantai
sesuai dengan gambar dan spesifikasi
4. Periksa apakah letak tulangan tidak menghalangi pengecoran beton
dan masuknya alat penggetar beton
5. Periksa apakah cetakan dan acuannya sudah disetujui oleh
perencana / ahli konstruksi
6. Periksa apakah digunakan beton ready-mix dan bila dengan ready
mix untuk dimintakan sertifikat mutunya. Apakah mutu beton sesuai
dengan spesifikasi
7. Periksa apakah pada permukaan beton lama diberi air semen dan
atau bahan kimia sebelum diadakan pengecoran lanjutan setelah
terpaksa dihentikan satu hari.
8. Periksa apakah setelah pengecoran dinding, beton dalam perawatan
terus menerus selama minimum tujuh hari

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-33


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

8. Penempatan sporing pada beton struktur


Penempatan sporing pada beton struktur harus diperhitungkan sehingga tidak
mengurangi kekuatan dari beton struktur, dimana penempatan sporing yang
berupa pipa dipergunakan untuk tempat instalasi listrik, instalasi telepon,
instalasi pipa air bersih, instalasi pipa air kotor dan instalasi pipa gas.
Dan pada tempat-tempat tertentu terdapat lubang kontrol terutama pada
sambungan-sambungan antara pipa horizontal dan vertikal dimana pada
tempat tersebut sering mengalami kemacetan atau penyumbatan akibat
bentuk pipa disambungkan elbow.

9. Shaft untuk keperluan instalasi listrik, pipa air bersih, air buangan
sampah
Ruangan khusus yaitu disebut shaft dipergunakan untuk keperluan instalasi
listrik, tempat berkumpulnya pipa air bersih, air buangan, gas dan tempat
pembuangan sampah dimana bentuk ruangan tersebut berupa ruangan
khusus dan menerus dari lantai bawah hingga atas serta mempunyai pintu
tersendiri.
Syarat ruangan shaft harus sedemikian rupa, sehingga dindingnya kedap
terhadap bau, kedap terhadap air. Minimum dinding dari beton dengan mutu
beton K.175 dengan tebal selimut beton minimum 2,0 cm (dalam K.175
dengan tebal selimut beton minimum 2,0 cm (dalam PBI 1971, disebutkan
hanya 1,50 cm), dilebihkan 0,50 cm demi keamanan terhadap kebocoran dan
yang terpenting pelaksanan pengawasan terhadap kebocoran dan yang
terpenting pelaksanaan pengawasan lebih ditekankan sehingga hasil
pengecoran dan permukaan beton hasilnya baik serta rapi dengan ketebalan
selimut beton sesuai hal diatas.

D. Gambar Contoh Pekerjaan Pengecoran Beton

Gb. 5.31 : Penempatan beton di atas acuan yang sempit

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-34


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Betul (kiri) : Pemisahan dapat dihindarkan dengan pengecoran


melalui „hopper“ masuk ke corong cor. Dengan cara ini
besi dan acuan akan tetapbersih ditutup oleh beton.
Salah (kanan) : Membiarkan beton yang dituang darigerobak / corong
menubruk acuan dan memantulkan pada besi dan
acuan akan menimbulkan pemisahan agregat dan
rongga-rongga „sarang lebah“ disebelah bawah.

Gb. 5.35 : Bila beton harus di cor di tempat yang miring

Betul (kiri) : Mulailah mengecor dari bagian rendah sehingga


pemadatan dapat ditambah oleh beban dari beton yang
baru ditambahkan.
Salah (kanan) : Bila beton mulai ditempatkan di bagian atas kemiringan
beton yang diatas tersebut cenderung mengurai,
terutama bila digetar di bawah, karena getaran
menyebabkan ia mengalir ke bawah dan menghilangkan
dukungan beton bagian atas tersebut.

Gb. 5.36 Penggetaran yang teratur dari masing-masing lapisan cor

Betul (kiri) : Penetrasi vertical dari alat penggetar beberapa inci ke


dalam lapisan beton yang sebelumnya (yang tentunya
belum kaku) pada jarak-jarak yang sistematis dan teratur
cukup menjamin penyatuan kedua lapisan beton.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-35


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Salah (kanan) : Penetrasi yang acak-acakan dan tidak terarah pada


bermacam sudut dengan kedalaman yang kurang, tidak
menjamin penyatuan yang baik dari kedua lapisan.

Gb. 5.37 Penempatan pada dinding beton yang tipis melalui lubang di acuan

Betul (kiri) : Jatuhkan beton lurus kebawah ke penampungan luar di


bawah tiap lubang acuan sehingga beton akan terhenti
dan mengalir secara lancar ke dalam acuan tanpa
timbulnya pemisahan (agregat) pada beton.
Salah (kanan) : Memungkinkan beton yang mengalir secara cepat ke
dalam acuan menyudut (miring) akhirnya akan
menimbulkan pemisahan (agregat) pada beton.

Gambar 5.38 Penempatan slab beton dari gerobak cor

Betul (kiri) : Tuangkan beton menghadap ke coran-coran beton yang


sebelumnya
Salah (kanan) : Penuangan beton mengarah keluar dari cor-coran beton
yang sebelumnya dapat menimbulkan pemisahan pada
beton.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-36


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.39 Bila pemisahan belum dihilangkan dalam pengisian ember-ember cor

Betul (kiri) : Ember harus diarahkan sedemikian sehingga koral jatuh


pada beton, dimana ia akan mudah dipersatukan
dengan masa beton.
Salah (kanan) : Penuangan yang menyebabkan koral-koral lepas jatuh
pada permukaan acuan atau lantai kerja menyebabkan
terjadinya pengelompokkan-pengelompokkan batu koral
(rock pockets) pada beton.

Gb. 5.40 Penempatan beton dipermukaan yang landai / miring

Betul (kiri) : Adanya papan penahan diujung corong mencegah


terjadinya pemisahan dan beton berada ditempatnya
pada permukan yang miring tersebut.
Salah (kanan) : Penuangan beton secara bebas diujung corong / bak
pemisahan ke atas permukaan yang miring
menimbulkan pemisahan dari koral yang lalu
mengumpul diujung bawah. Faktor kecepatan dari
benda cor cenderung mendorong beton kebagian
bawah.

5.4 PELAKSANAAN PENGAWASAN PEKERJAAN BEKISTING


Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang sifatnya sementara untuk membuat
mencetak beton dan terdiri dari dua bagian utama yaitu acuan / cetakan yakni suatu
konstruksi yang dibuat untuk mencetak beton dan penyangga / perancah yakni

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-37


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

konstruksi penyangga atau pendukung cetakan yang terdiri dari tiang-tiang


penyangga dan balok-balok silang.

5.4.1 Persyaratan Bahan Cetakan dan Peralatan Pembantu


Cetakan menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan
batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh gambar rencana
untuk itu cetakan harus memenuhi persyaratan seperti berikut :
1. Persyaratan Cetakan
a. Memenuhi suatu syarat konstruksi
b. Murah dan kuat
c. Tidak meresap air
d. Mudah dibongkar
e. Tidak bocor
f. Bersih dari kotoran yang dapat mengganggu proses pembetonan
2. Bahan Utama Cetakan
a. Kayu (papan, triplex, multiplex)
b. Besi
c. Fiber glass (terutama untuk bentuk-bentuk khusus)
3. Peralatan Pembantu Pembuatan Cetakan
a. Tikar, anyaman bambu, kertas-kertas semen sebagai alas cetakan /
bekisting, plastik
b. Cat meni, paselin atau stempet agar cetakan / bekisting tidak melekat
c. Paku, bout dan klemp besi
4. Bentuk-bentuk standar cetakan / bekisting yang dapat dipakai ulang

Gb. 5.41 Panel-panel kayu dengan rangka baja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-38


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Keterangan :
(a) panel dengan papan, (b) panel dengan penutup bahan tahan air, (c)
klem, (d) klem dengan sambungan,(e) detail dari pengencang panel
untuk di klem.

1. Rangka baja 8. Penguat silang


2. Ujung rangka 9. Kayu
3. Papan penutup 10. Baji
4. Lubang sambungan 11. Pelat penyambung
5. Lubang untuk batang tarik 12. Kait penegang
6. Bahan tahan air 13. Penutup
7. Rangka penguat

Gb. 5.42 Panel-panel cetakan dari baja/logam

(a) panel utama, (b) panel pojok, (c) batang penahan, (d) rangkaian
pengencang, (e) tiang siku, (f) pegas

5. Pedoman Umum Pembuatan Cetakan

Gb. 4.43 Jarak tumpuan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-39


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

1. Jarak Tumpuan
Jarang tumpuan kayu bekisting
L = jarang sumbu tumpuan dalam cm
D = tebal papan/ balok bekisting dalam cm
H = tebal / tinggi beton yang akan dibuat / dicor dalam cm.

Tabel 5.14 : Jarak tumpuan (L), tebal papan (d) dan tebal beton (h) dalam cm
L
h d=2 2,5 3 3,5 4 5 6 7 8 10 12
8 76 95 114 133 152 190 228 226 304 380 45
10 70 88 105 123 141 176 211 246 281 351 42
12 66 83 100 116 133 166 199 233 265 332 33
15 62 77 92 108 123 153 185 216 246 307 37
20 56 70 84 98 112 140 168 196 223 29 33
30 49 61 74 86 98 122 147 171 195 244 29
40 44 56 67 78 89 111 133 155 177 222 26
50 41 52 62 72 83 103 124 144 165 206 24
60 - 49 58 68 77 97 117 136 155 194 23
70 - 48 55 64 74 92 111 129 147 184 22
80 - 46 53 61 71 88 106 124 140 176 12
90 - 44 51 60 68 85 102 119 136 170 20
100 - 42 49 57 66 82 98 115 131 164 19

2. Cara Menyambung Papan untuk panel

Gb. 4.44 Sambungan papan untuk panel dengan klem penguat

3. Cara Menyambung Papan untuk Sudut

Gb. 5.45 Sambungan papan untuk sudut dengan paku

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-40


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

4. Merakit Papan Cetakan Dinding dengan Kawat

Gb. 5.46 Papan cetakan dinding dengan penyirat kawat

5. Merakit Papan Cetakan dengan Baut

Gb. 5.47 Papan cetakan dinding dengan penguat baut

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-41


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

6. Cara Menghindari Kerusakan pada bagian sudut


Sudut beton dibuat tidak siku (lihat gambar) agar tidak mudah pecah.

Gb. 5.48 Papan cetakan sudut

5.4.2 Cetakan Kolom dan Dinding


1. Cara mendirikan cetakan kolom

Gb. 5.48 Cetakan kolom dengan perkuatan tiang, klem dan shot

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-42


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Untuk menjaga agar cetakan kolom tetap berdiri tegak perlu dibuat tiang
tegak yang ditanam / dipancang cukup dalam dan yang dijadikan pendukung
utama.

2. Meletakkan pengikat Cetakan

Gb. 4.49 Cetakan kolom dengan yokes

Pada cetakan kolom dengan yokes, maka yoke pengikat dipasang


sedemikian rupa sehingga makin ke bawah rapat, sesuai dengan
tekanan pada dinding cetakan kolom yang makin ke bawah makin besar.

3. Cetakan kolom segi empat

Gb. 5.50 Cetakan kolom dengan pengikat baut

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-43


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Lapisan papan (yang bersinggungan dengan beton) menempel pada


yoke. Baut menghubungkan dua yoke (batang pengikat).

Gb. 5.51 Cetakan kolom pengikat klem baja yang dapat diatur

Cetakan ini terdiri dari empat bagian yang sama. Ukuran cetakan dapat
diatur dengan mengubah penempatan baji (kunci) pada klem dan
merubah lapisan papan.

Gb. 5.52 Cetakan kolom dengan pengikat sabuk baja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-44


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Papan bekisting diberi sirip untuk tempat sabuk baja. Sabuk baja
disambungkan seperti pada pengepakan.

Gb. 5.53 Cetakan kolom bukan segi empat

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-45


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.54 Cetakan kolom bersegi banyak

Gb. 5.55 Bekisting kolom bulat

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-46


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Cetakan kolom silindres dengan menggunakan sabuk baja.


Makin ke bawah makin lebar sabuknya.

Variasi lain dari cetakan menggunakan pengikat baut.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-47


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

4. Cetakan dinding

Gb. 5.56 Cetakan dinding dibuat di lokasi kerja

Gb. 5.57 Panel kayu lapis

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-48


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Selain dibuat di tempat kayu cetakan dinding juga bisa dipersiapkan lebih
dulu. Panel kayu bisa digunakan dengan rangka kayu atau logam.
Dengan membentuknya mejadi panel-panel maka cetakan ini bisa
digunakan berkali-kali. Panel ini bisa disambungkan dengan yang lainnya
dengan menggunakan baut.

Gb. 5.58 Cetakan satu sisi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-49


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.59 Cetakan mendaki (climbing formwork) satu sisi

Pada beton yang sedang dipasang jangkar (anker) sebagai tempat berpegang
cetakan untuk pengerjaan selanjutnya (bagian atasnya).

(a) Jangkar cetakan terdiri atas : kawat melingkar, baut, benda konis dan
cincin penutup.
(b) 1. Baut diambil dari sistem jangkar dengan meninggalkan kawat dan
lubang
2. Jangkar atas dijadikan pendukung untuk pembetonan selanjutnya.
3. Jangkar baru

Gb. 3.21 Detail jangkar cetakan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-50


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Paneldan pemandu
dinaikkan untuk posisi baru

Panel dinaikkan untuk


posisi baru
Pemandu ganda

Panel kayu
Pengikat Pembe-
pada tonan
Posisi pertama
yang
Pengikat sama
seperti 1

Baja
Penumbuk kayu

Gb. 5.60 Cetakan mendaki (climbing formwork) untuk dua sisi

Gb. 5.61 Detail jangkar untuk dua sisi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-51


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Keterangan :
a. Jangkar cetakan terdiri atas : kawat, baut, benda konis dan cincin penutup
b. 1. Baut dilepas dan lubang ditutup
2. Jangkar atas dijadikan tempat pegangan cetakan untuk pembetonan
selanjutnya
3. Jangkar baru

Gb. 5.61 Potongan cetakan mendaki untuk dua sisi pada keadaan khusus

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-52


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 4.62 Cetakan geser

Plafform (tempat kerja) dapat dinaikkan dengan adanya dongkrak.

1. Cetakan untuk dinding tangki

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-53


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

2. Cetakan untuk dasar tangki

Gb. 4.63 Cetakan untuk dinding melengkung

5. Cetakan Balok Melintang dan Lantai

Gb. 4.64 Cetakan dari kayu

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-54


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.65 Pandangan Stereometris Cetakan lantai dan kolom

Tali untuk mencegah


lolosnya pasak

Pengunci pasak

Lubang untuk
memasukkan batang
jika dibutuhkan

Batang pengoperasian
untuk memutar ulir

Lubang untuk
menyambung

Gb. 5.66 Penyangga cetakan dari metal (penyangga teleskopik)

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-55


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Tinggi penyangga bisa diatur dengan menempatkan batang pengunci dan


memutar ulir.
Penyangga ini juga bisa disambungkan dengan penyangga dengan baut.

Gb. 5.67 Rangka dari logam berkekuatan tinggi

Gb. 5.68 Macam Kepala Penyangga

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-56


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Menggunakan batang penguat samping

Mempergunakan baut

Mempergunakan batang penguat


samping dan baut

Mempergunakan pengatur (klem) baja

Gb. 5.69 Cetakan balok melintang

Gb. 5.70 Cetakan lantai dengan balok baja

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-57


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

Gb. 5.71 Cetakan untuk Balok yang saling berpotongan

6. Cetakan tangga

Gb. 5.72 Cetakan tangga (streometris)

Gb. 5.73 Potongan cetakan tangga

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-58


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

5.5 PEKERJAAN CETAKAN DAN PERANCAH

5.5.1 Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam Pekerjaan Cetakan / Acuan
1. Cetakan yang dibuat harus menghasilkan bentuk akhir dari beton yang
mempunyai bentuk dan kedudukan yang sesuai dengan yang ditunjuk
oleh gambar rencana dan syarat-syarat uraian pekerjaan.
2. Cetakan harus terbuat dari bahan-bahan yang baik yaitu tidak cacat dan
tidak mudah meresap air serta memenuhi persyaratan konstruksi.
3. Cetakan harus cukup rapat untuk menghindarkan kebocoran adukan
beton ataupun air semen.
4. Konstruksi cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya untuk
menjamin bentuk dan kedudukan yang tetap serta cukup menahan
getaran-getaran yang diakibatkan alat vibrator.
5. Konstruksi cetakan harus direncanakan atau dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibongkar atau dibuka dari beton dengan tidak
menimbulkan kerusakan pada beton maupun perancah.
6. Pada cetakan beton, balok dinding dan lantai harus dibersihkan dari
kotoran bekas bahan potongan cetakan, serbuk gergajian, potongan
kawat pengikat dan lain-lainnya yang dapat mengganggu proses
pembetonan.
7. Lendutan maximum dua penyokong / penyangga cetakan tidak boleh
lebih sepertiga ratus bentangan atau dalam keadaan apapun tidak boleh
melendut lebih dari 3 mm (  1/300 ℓ atau   3 mm).
8. Bila menggunakan exentral vibrator, maka sebelumnya harus diadakan
persiapan seperti misalnya memakai bantalan karet antara acuan dan
perancah.
9. Bagian dalam cetakan yang diberi bahan minyak, gemuk atau bahan lain
dengan maksud untuk mempermudah membuka/membongkar cetakan
atau untuk menghindarkan dinding cetakan menyerap air adukan beton,
bahan tersebut tidak boleh mempengaruhi mutu beton/besi dan tidak
menyebabkan warna kotor berlainan pada permukaan beton yang
dicetak.
10. Untuk cetakan dari baja hendaknya diperhatikan agar baut-baut yang
dipergunakan terpelihara dengan baik, agar supaya pada saat
melepaskannya tidak menimbulkan kesulitan atau getaran beton
sehingga menyebabkan kerusakan / geseran pada beton.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-59


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

5.5.2 Pekerjaan Perancah


1. Tiang-tiang penyangga cetakan beton harus terdiri dari bahan kayu yang
tidak mudah lapuk sebaiknya dari baja.
2. Tiang penyangga cetakan beton harus tetap kokoh dan tidak berubah
kedudukannya akibat pembebanan saat pelaksanaan beton dan
pembebanan rencana yang ditanggungnya.
3. Tiang penyangga cetakan beton harus terdiri di atas bantalan alat yang
kokoh, terhindar dari bahaya pemuaian, penggerusan atau pergeseran.
4. Tiang penyangga cetakan beton harus terhindar dari bahaya patah,
khususnya tiang acuan dari bahan kayu tidak boleh mempunyai lebih dari
satu sambungan yang tidak disokong kearah samping.
5. Tiang penyangga cetakan beton harus mudah distel
6. Pembongkaran harus sesuai prosedur

5.5.3 Pada Pembongkaran Acuan Beton


1. Cetakan dan konstruksi cetakan hanya boleh dibongkar apabila bagian
konstruksi yang di cor telah mencapai kekuatan yang kokoh untuk
memikul berat sendiri serta beton pelaksanaan yang bekerja padanya.
2. Kekuatan beton harus ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji
dan perhitungan-perhitungannya yang dapat dipertanggungjawabkan.
3. Apabila dalam menentukan saat pembongkaran dan acuan tanpa dibuat
benda uji, maka jika tidak ditentukan lain, cetakan dan konstruksi cetakan
baru boleh dibongkar setelah berumur 3 minggu.
4. Dan apabila ada jaminan bahwa setelah cetakan dan konstruksi cetakan
terbongkar, beban yang bekerja pada bagian konstruksi beton tidak akan
melampaui 50% dari beban rencana total, maka pembongkaran cetakan
dan konstruksi cetakan dapat dilakukan setelah berumur 2 minggu.
5. Jika tidak ditentukan lain diadakan persyaratan teknis yang bagian
samping dari cetakan dinding, kolom maupun bagian samping dari balok
boleh dibongkar setelah berumur 3 hari.
6. Pada bagian-bagian konstruksi, bilamana akibat pembongkaran cetakan
dan konstruksi cetakan akan bekerja beton-beton yang lebih berat dari
jumlah beban rencana sehingga akan terjadi keadaan yang lebih
berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka cetakan dan
konstruksi cetakan dari bagian konstruksi beton, tidak boleh dibongkar
selama keadaan beban-beban tersebut tetap berlangsung.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-60


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 5: Pekerjaan Struktur,
Cetakan dan Perancah

7. Pembongkaran cetakan dan konstruksi cetakan dari bagian konstruksi


yang berlangsung akan memikul praktis seluruh beton rencana seperti
atap beton harus dilakukan dengan hati-hati.
8. Cetakan balok lntai baru boleh dibongkar jika cemua cetakan kolom
sebagai pendukung gaya telah dibongkar, hasil cetakan berongga dan
tidak terjadi sarang kerikil.
9. Apabila dibagian konstruksi beton yang dibongkar cetakannya dan
ternyata berongga, harus diperbaiki dengan penuh keahlian sehingga
menjadi bagian beton yang utuh dengan mutu beton tidak berubah
sedikitpun.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 5-61


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

BAB VI
PENGETAHUAN DAN PENGERJAAN TEKNIK ARSITEKTUR

6.1 UMUM
Pada jaman purba, manusia purba (primitif) mula-mula tinggal dalam gua-gua atau
berteduh sebagai tempat perlindungan dari bahan-bahan yang ada disekitarnya.
Tetapi kadang-kadang bahan-bahan tersebut hanya cukup kuat sampai 3 bulan
saja.
Pada saat itu manusia mendirikan tempat berteduh atau bertempat tinggal dalam
gua-gua semata-mata hanya untuk melindungi diri bersama keluarganya dari
gangguan hewan dan cuaca atau dapat dikatakan gangguan dari luar naik yang
terlihat maupun yang tidak terlihat.

Kemudian setelah masanya berlalu atau pada tahun-tahun berikutnya manusia


purba (primitif) mulai meninggalkan gua-gua dan mulai membangun suatu tempat
yang baru dan sudah mulai berbeda dengan masa yang terdahulu. Ini tidak lain
karena manusia tambah berkembang dalam kehidupan sehari-harinya yaitu mulai
memikirkan keperluan bahan dan alat-alat guna mengelola bahan tersebut agar
tercapai keinginan yang dikehendaki sesuai masa itu.

Dan sebagai akibat perkembangan ini, pikiran-pikiran manusia mulai mencoba


menguasai sifat-sifat bahan yang ada disekelilingnya antara lain :
- Menciptakan alat-alat yang dapat mengerjakan atau mengolah bahan-bahan
- Makin baik alat-alat perkakas yang digunakan makin sempurna juga hasilnya
- Sifat bahan akan dapat menentukan jenis konstruksinya disamping akan dapat
juga menentukan bentuk benda yang dibuatnya, sehingga dapat menentukan
cirri arsitekturnya.

Pada abad sekarang pengertian akan bangunan sudah mulai berubah lagi sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan, sehingga fungsi bangunan bukan hanya
sekedar untuk melindungi diri dari bahaya hewan dan cuaca tetapi sebagai tempat
melakukan berbagai macam kegiatan baik yang bersifat umum maupun perorangan.
Bangunan untuk kegiatan yang bersifat umum biasanya dalam bentuk bangunan
gedung perkantoran, rumah sakit, hotel dan sejenisnya. Sedangkan bangunan untuk
kegiatan perorangan dalam bentuk rumah tinggal yang bertempat sebagai rumah
tinggal yang berfungsi sebagai :

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

- Tempat istirahat rekreasi keluarga


- Tempat menikmati untuk kehidupan yang nyaman
- Untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat (prestise)
- Pembinaan keluarga

6.2 SENI ARSITEKTUR


6.2.1 Estetika
Dalam penyelenggaraan suatu bangunan mulai dari perencanaan sampai
menjadi wujud bangunan tak akan lepas dari salah satu persoalan tentang
aspek arsitektur yaitu berupa aspek seni. Seni yang berkaitan dengan
bangunan disebut seni arsitektur yaitu merupakan keindahan suatu
bangunan sehingga manusia yang menikmatinya akan merasa ada
kepuasan dalam jiwanya.
Perasaan-perasaan keindahan yang dimiliki oleh setiap orang akan dapat
timbul bila syarat-syarat bentuk dipenuhi. Untuk itu perasaan atau jiwanya
perlu selalu digugah secara terus menerus. Sedangkan agar seseorang
dapat menilai dan menghargai seni arsitektur, maka perlu menyelami dasar-
dasar dan syarat-syarat bentuk dalam kaitannya dengan keindahan.
Estetika dapat digolongkan menjadi tiga yaitu formil, ekspressionis dan
psikologis.
1. Estetika Formil adalah keindahan yang didapat dari bagian luar yang
menyangkut persoalan tentang bentuk dan warna.
Plato menyatakan bahwa keindahan pada pokoknya dicapai dari
hubungan-hubungan bentuk yang sederhana.
2. Estetika Ekspressionis adalah keindahan yang tidak selalu terjelma dari
bentuknya saja tetapi lebih ditekankan pada apa maksudnya atau
ekspresinya.
3. Estetika Psikologis adalah suatu keindahan yang didasarkan atas 3
aspek :
a. Keindahan adalah ritme yang sederhana dan mudah.
b. Keindahan adalah akibat dari emosi yang hanya dapat diperlihatkan
secara psikoanalitis
c. Keindahan adalah akibat dari rasa kepuasan dari sipenglihat sendiri
terhadap obyek yang dilihatnya.
Dengan demikian arsitektur adalah merupakan ilmu pengetahuan dan seni
yang saling berhubungan satu sama lain, karena yang dipersoalkan bertitik
tolak dari aspek-aspek keindahan, kekuatan, keawetan dan efisiensi.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Agar dalam seni arsitektur dapat terwujud dengan baik, maka harus dipenuhi
aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya yaitu : bentuk (form) dan
kesatuan (unity), keseimbangan (balans), proporsi, aksen, harmonis,
ekspresi dan gaya / lagam.

6.2.2 Bentuk dan Kesatuan dalam Arsitektur


Menurut Pythagoras dan Aristoteles menyatakan bahwa keindahan adalah
karakter dari suatu obyek. Obyek ini dapat terdiri dari macam-macam elemen
yang mengahasilkan suatu efek kesatuan terhadap sensasi dari ayng
mengalaminya atau melihatnya.
Kesatuan adalah nilai dari suatu obyek yang diwujudkan secara organik dan
pasti. Sifat dari pada kesatuan (unity) ini harus dipunyai oleh setiap
bangunan baik itu merupakan perwujudan dari kelompok suatu elemen atau
berdiri sendiri agar unsur keindahan menjadi sempurna.
Dalam arsitektur sangat banyak unsur-unsur / bagian-bagian yang beraneka
ragam corak / warna yang tidak bisa kita tinggalkan begitu saja dan harus
mendapatkan suatu kesatuan.
Apabila kita sepinyas lalu saja akan sulit terjadi untuk mendapatkan
kesatuan tetapi kemungkinan selalu dapat terjadi. Untuk itu suatu bangunan
yang baik harus dapat memperlihatkan kesatuan dari denahnya, tampak
potongan dan detail-detailnya sehingga semua kesatuan yang terjadi dapat
membentuk suatu komposisi yang harmonis.
Sebagai gambaran untuk mendapatkan kesatuan dari bentuk elemen
tertentu dapat diwujudkan sebagai berikut :
1. Paling sederhana dengan menggunakan bentuk geometris murni.
Dengan kesederhanaan bentuk geomtris akan memberikan kesan yang
mudah ditangkap oleh kita dan mudah pula memberikan kesatuan.
Misalnya bentuk-bentuk piramida kubus, bola, kerucut memiliki suatu
kesatuan yang baik karena berdiri sendiri (satu ragam). Tetapi bila dalam
bangunan mempunyai bentuk geomtris yang berlainan, maka untuk
mendapatkan kesatuan yang diinginkan harus dapat menguasai bentuk
geometris sekelilingnya.

Gb. 6.1 Bentuk-bentuk geomtris

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

2. Dengan jalan mengkoordinasi dari bagian-bagian yang kurang penting


(minor, sekunder) terhadap bagian-bagian yang diangap penting (mayor,
primair).

Contoh berikut adalah bagian A mendominasi bagian B dengan


pengertian bahwa bagian samping didominir oleh bagian yang lebih lebar
(dilihat dari sisi bidang dindingnya).
Demikian halnya untuk hubungan antara bagian yang rendah dan tinggi
akan memudahkan untuk mendapatkan unsur kesatuan. Yang berarti
bagian yang mendatar (horizontal) akan mudah didominasi oleh bagian
yang tinggi (vertical) dan ini diwujudkan dengan banyaknya bangunan
gereja dan katedral di kota-kota Eropa. Tetapi untuk kota-kota besar
didunia sekarang sudah mulai kabur karena banyaknya bangunan yang
tinggi-tinggi.

Gb. 6.2 Bagian yang lebih tinggi mendominan bagian yang rendah

Persoalan yang paling berat adalah bagaimana memadukan berbagai


bentuk atau macam-macam satuan yang berbeda-beda menjadi satu
kesatuan sehingga merupakan suatu pernyataan yang dapat mewakili
seluruh bentuk tadi. Dan agar dapat tercapai biasanya dengan
menggunakan proporsi yang tepat sekaligus dapat juga nilai estetikanya.

6.2.3 Faktor-faktor dalam Komposisi


Agar komposisi dalam arsitektur suatu bangunan menghasilkan daya tarik
yang maksimal, maka perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu :
1. Proporsi
Suatu bangunan yang mempunyai proporsi yang baik menyebabkan
bangunan tersebut menjadi bermutu (memiliki mutu) dan dapat
memberikan suatu impresi yang menyenangkan bagi manusia. Dan
proporsi ini dapat dicapai dengan adanya suatu skala.
Skala dalam arsitektur adalah nilai-nilai dari konsepsi-konsepsi yang
ditangkan oleh orang yang melihatnya dari ukuran yang sesungguhnya.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Skala dikatakan baik apabila dengan segera dapat memberikan atau


menampakan suatu struktur yang sesungguhnya setelah melihat pada
bangunan dengan demikian banyak elemen-elemen yang digunakan
untuk menunjukkan proporsi suatu bangunan.
Misalnya dengan memakai sarana patung, tinggi bangunan yang
ditunjukkan dengan menggunakan banyak tangga sebagai penunjuk
skala.
Mengingat pentingnya proporsi suatu bangunan, maka skala dapat
digunakan sebagai :
a. Skala sebagai alat
Misalnya pada suatu bangunan kecil menghendaki agar supaya
dapat terlihat besar dengan jalan membuat jendela-jendela yang
cukup besar. Demikian halnya bila ingin kelihatan lebih kecil jendela-
jendela dibuat kecil pula. Hal ini dapat terjadi karena hanya
merupakan tipuan pandangan saja, walaupun kenyataannya tetap
seperti semula.
b. Skala dibuat berdasarkan keliling
Untuk menghindari pemandangan yang membosankan karena
bentuknya yang monoton, maka dibuatlah jendela-jendela dengan
ukuran besar dan kecil.
c. Skala dan Manusia
Dalam suatu perencanaan harus bertitik tolak dari manusia karena
manusia disini yang akan menempati sehingga manusia dapat
merasakan bila masuk suatu bangunan. Sebagai contoh bila masik
suatu bangunan masjid atau gereja akan terasa bahwa manusia itu
akan kelihatan menjadi kecil.
d. Skala sebagai pembesaran
Dengan adanya kemajuan teknologi manusia memerlukan suatu
ruangan yang luas, misalnya sebagai bangunan garasi kapal terbang
(hanggar).
Bangunan-bangunan mempunyai bermacam-macam skala
berdasarkan kegunaannya antara lain apa yang disebut dengan :
1. Skala heroik, dipergunakan pada bangunan yang bersifat
monumental dan megah
2. Skala intim, dipergunakan pada bangunan-bangunan yang kecil
yaitu bangunan rumah tingal, restoran karena mempunyai ukuran
yang relatif minimum.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

6.2.4 Keseimbangan (balance)


Setiap bangunan hendaknya dapat menciptakan suatu rencananya yang
seimbang dengan jalan melalui garis-garis imajinatif yang diekspresikan
pada setiap bagian-bagian bangunan. Dasar ini merupakan dasar
keindahan baik secara psikologis maupun asosiatif.
Suatu bangunan dapat dikatakan mempunyai keseimbangan yang baik
apabila penglihatan kita dalam memandang suatu bangunan dapat
berjalan dengan lancar melalui permukaan bidangnya dari sudut yang satu
ke sudut lainnya tanpa halangan atau sesuatu hal yang dapat mengganggu
kita saat melihat bangunan tersebut. Setelah itu dapat dirasakan bahwa
penglihatan mata kita akan kembali tertuju pada garis keseimbangan
(balans) tadi. Dengan terjadinya balans tercapailah suatu perasaan
equilibrium yang menyenangkan.
Keseimbangan (balans) dalam arsitektur dapat berbentuk simetris maupun
tidak simetris (asimetris).
Contoh :
Deretan garis vertikal juga memiliki keseimbangan, tetapi
keseimbangannya tidak jelas. Ini tidak lain karena deretan garisnya
monoton disamping jumlah deretan banyak dengan jarak antara garis
sama dan tingginyapun sama pula sehingga untuk menentukan titik
keseimbangannya sangat sulit.

Gb. 6.3 Deretan baris memiliki keseimbangan

Deretan garis yang berselang dan bentuk lain dari suatu gambar yang
dapat dengan lebih tegas untuk mendapatkan letak titik keseimbangan.
Pada deretan garis, titik keseimbangannya terletak pada garis silang.
Pada gambar lainnya, titik keseimbangannya terletak pada tumpuan yaitu
dapat berupa tempat masuk, pintu atau dapat juga dengan cara memberi
tanda khusus yang berbentuk lain misalnya pada silang guna
mempertegas.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Gb. 6.4 Keseimbangan pada titik

Bangunan-bangunan yang mempunyai sifat agung biasanya berbentuk


simetris (masjid, candi Borobudur).
Sering kita mengatakan bahwa bangunan yang berbentuk simetris kurang
baik karena mempunyai sifat statis dan bersifat dinamis untuk bangunan
tidak simetris (asimetris). Tetapi pada kenyataannya bahwa tidak semua
bangunan yang berbentuk simetris tidak baik, malahan pada bangunan-
bangunan tertentu bahwa simetris sangat mutlak dipakai karena untuk sifat
keagungannya, misalnya gedung pemerintah, monumen.

6.2.5 Ritme
Ritme dalam suatu bangunan dihasilkan dari pengulangan suatu pola
tertentu, warna, bentuk dalam jumlah tertentu. Pengulangan terjadi akibat
dari suatu satuan yang mempunyai karakter yang kuat.
Contoh :
Adanya suatu kelompok jendela yang diletakkan dengan jarak yang sama,
deretan kolom yang mempunyai bentuk dan ukuaran yang sama, ornamen-
ornamen yang diulang-ulang. Kesemuanya tadi menciptakan suatu nada
dari ritme sebagai keseluruhan dari bangunan tersebut.
Kita dapat juga melihat ritme yang jelas pada gedung bertingkat pada
tampak dengan adanya pengulangan pada jendela-jendela yang
mempunyai ukuran modul tertentu.
Dan juga kita tidak memperoleh sesuatu yang membosankan maka dibuat
suatu bentuk dengan corak atau penonjolan yang lain.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Gb. 6.5 Ritme pada gedung bertingkat

6.2.6 Klimaks / aksen


Klimaks / aksen diartikan sebagai suatu penekanan pada bagian tertentu
yang dianggap penting, sehingga bagian tadi dibuat lebih menarik dari
bagian lain. Dan sebagainya aksen ini sangat erat kaitannya dengan unsur
keseimbangan, karena begitu melihat dari satu sisi kesisi lain arah
pandangan kita kembali lagi ke bagian tertentu yaitu aksennya.
Arsitektur merupakan karya perencanaan dari bangunan secara
menyeluruh maka pengambilan klimaksnya tidak hanya berdasarkan pada
tampaknya saja. Yang terpenting penempatan titik klimaks itulah orang
dapat merasakan keindahan dan kemegahan bangunan tersebut. Dan
kadang-kadang pada bangunan tadi mempunyai beberapa klimaks yang
perlu ditonjolkan untuk menarik perhatian orang.
Bentuk atau teknis pemberian aksen pada bangunan baik interior maupun
eksterior dapat diwujudkan berupa pintu masuk diberi hiasan, warna
ataupun penonjolan secara khusus. Dapat juga aksen ditegaskan dengan
adanya permukaan yang kasar dan atau komposisi warna yang harmonis.
Dan sering kita lihat didalam masjid, gereja ada mimbar dan podium dalam
gedung pertunjukkan, itulah sebagai tempat perhatian orang banyak
tertuju.
Pada prinsipnya pemberian aksen arahnya pada :
a. Aksen vertikal penegasan arah vertical dapat berupa kolom.
b. Aksen horizontal yaitu penegasan arah horizontal dapat berupa
lisplang.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-8


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Gb. 6.6 Aksen vertikal

6.2.7 Harmonis
Harmonis merupakan ungkapan dari hasil bentuk dan struktur yang
diperlihatkan secara detail sehingga nampak wajar apa yang dimaksudkan
dari sifat-sifat bahan yang dipakai. Sebagai contoh pada struktur bangunan
yang menggunakan rangka baja menyatakan kelangsingan dari bangunan
tersebut. Dan sebaliknya bila menggunakan konstruksi batu yang bersifat
masif menyatakan bahwa bangunan tersebut kokoh dan mantap.
Hubungan antara bentuk, struktur dan sifat bahan yang dipakai untuk
dijadikan satu menjadi bentuk karya yang harmonis merupakan persoalan
yang sulit. Untuk itulah seorang perancang / pencipta benar-benar dituntut
kejujurannya dalam mengungkapkan hasilnya berdasarkan sifat bahan
yang dipergunakan guna mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam
arsitektur. Jadi tidak hanya sekedar menggunakan bahan yang murah
ataupun mahal harganya dalam merencanakan bentuk dan struktur
bangunan.

6.2.8 Ekspressi
Ekspressi sangat erat kaitannya dengan unsur harmonis dan langgamnya,
karena dalam mengekspresikan sesuatu hal biasanya berdasarkan pada
jiwa manusia dalam usahanya mencari nilai-nilai keindahan. Dan ini dapat
kita rasakan bahwa dari tahun ke tahun seseorang mempelajari,
menyelidiki, membuat benda selalu didasarkan atas usahanya guna
mencapai kemajuan bagi masyarakat.
Mengapa ada kaitannya dengan langgamnya/gaya? Langgam/gaya adalah
merupakan nilai arsitektur yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja karena
menyangkut unsur dari sejarah manusia. Berdasarkan sejarah kehidupan
manusia dari abad satu dengan yang lain selalu mengalami perubahan
sehingga langgam / gaya yang diciptakan akan berbeda sesuai masanya.
Gaya dalam arsitektur lebih banyak diartikan suatu corak, sifat atau bentuk
yang biasanya dibatasi berdasarkan :

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-9


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

a. Periode dan negara asal


b. Bentuk / corak dari bendanya
Dengan demikian dalam mengekspresikan nilai yang terkandung dalam
arsitektur pada suatu bangunan tidak hanya dinilai dari bentuk dan
keindahannya tetapu gaya apa sebenarnya yang dipakai, apakah
mengikuti abad yang lalu atau abad sekarang.

6.3 Fungsi Arsitektur Dalam Rumah Tangga


6.3.1 Unsur Pokok dalam Perencanaan
Sebelum membahas tentang perencanaan bangunan rumah tinggal lebih
baik kita mengenal dahulu pengertian kata-kata tentang rancangan dan
rencana.
Rancangan = design
Merancang = me desain atau to design
Perancang = designer
Perancangan kota = urban design
Rencana = plan
Merencana = to plan
Perencana = planner
Perencanaan kota = city planning

Kalau kita amati dari kata-kata tersebut ternyata mempunyai arti sendiri-
sendiri, tetapi pemakaian pada biro-biro konsultan biasanya digabung
menjadi satu yaitu biro Perencanaan dan Perancangan karena mempunyai
makna yang menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan.
Pengertian tersebut adalah bahwa dalam perencanaan tentu ada
perancangan / penggambaran dan sebaliknya dalam perancangan tentu
didasari atas perencanaan. Untuk itulah dalam pembahasan materi nanti
jangan terlalu dipermasalahkan pengertian tersebut agar tidak
membingungkan diri sendiri.
Dalam merencanakan sesuatu apapun pada umumnya selalu didasari atas
beberapa hal yang terkait, demikian juga halnya kalau kita merencanakan
suatu bangunan rumah tinggal.
Pada pokoknya syarat yang harus dipenuhi dalam perencanaan bangunan
gedung adalah :

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-10


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

1. Fungsional
Merupakan unsur utama karena bila suatu bangunan tidak sesuai
dengan fungsi / tujuan maka seakan-akan penghuni mendapatkan
perlakukan yang tidak wajar atau merasa tidak nyaman. Penampilanj dan
karakter (ciri khas) antara bangunan satu dengan lainnya akan berbeda.
Contoh yang sangat sederhana adalah antara bangunan rumah tinggal
dan bangunan kantor akan berbeda.
Hal yang menyangkut fungsi ini, seperti yang dijelaskan oleh Horatio
Greennough dalam bukunya yang berjudul Form and Function
mengemukakan adanya hubungan yang erat antara bentuk dan fungsi
dengan alam sekitar. Ada teori juga yang dikemukakan yaitu Form Follow
Function yang berarti bentuk mengikuti fungsi.
Dari prinsip tersebut membawa ketentuan :
a. Bentuk akan berubah bila fungsinya berubah
b. Fungsi baru tidak mungkin diikuti bentuk lama.
2. Struktural
Struktural disini pada prinsipnya membahas tentang kekuatan suatu
banguan yaitu hendaknya bangunan stabil, kuat dan kokoh dalam arti
tidak mudah roboh karena pengaruh dari dalam maupun pengaruh luar.
Adapun pemakaian struktur bergantung pada perancang sendiri dan
pemberi tugas.
3. Estetika
Estetika adalah menyangkut seni arsitektur yaitu berupa keindahan dari
suatu eksterior dan interior sehingga penghuninya merasakan adanya
kenyamanan dan ketenteraman.

Ketiga unsur fungsional, strukutural dan estetika tersebut tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri, akan tetapi saling berhubungan satu sama lainnya. Sehingga
bilamana unsur fungsional, struktural dan bentuk daripada bangunan sudah
tepat, unsur estetika baru dipikirkan atau disesuaikan.
Disamping ketiga unsur tersebut masih perlu tambahan lagi tentang syarat
diperhitungkan. Ekonomis diartikan sebagai suatu unsur dari segi moral
dalam diri perncipta yang dinyatakan dalam kegiatan / pekerjaan dengan
usaha minimal guna mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan demikian perencanaan yang baik harus mampu mewujudkan suatu
bangunan yang fungsional dengan tidak meninggalkan segi strukural dan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-11


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

estetika, walaupun bahan yang dipakai sebagai struktur dan bahan finishing
harganya relatif murah.

6.3.2 Proses Perencanaan


Proses perencanaan merupakan urutan langkah suatu kegiatan yang
didalamnya terdapat suatu usaha pemecahan masalah. Adapun urutan
dalam perencanaan sebagai berikut :
Survei –- analisis –- konsep –- design –- pelaksanaan
1. Survei
Sebelum melakukan survei, kita harus mengetahui terlebih dahulu siapa
yang memberi tugas, perorangan, pemerintah atau perusahaan karena
hasilnya perancangan yang memakai adalah pemberi tugas.
Survei meliputi, fungsi bangunan, aktivitas bangunan yang akan dibuat,
berapa orang jumlah penghuninya, peralatan apa yang akan dipakai
dalam ruang pada bangunan tersebut dan berapa dana yang disediakan
dalam pembangunannya. Perancang harus mampu merumuskan
persyaratan umum dalam mendirikan suatu bangunan di daerah yang
akan dibangun.
Setelah selesai perumusan, perancang mengadakan survei melalui
pendekatan langsung ataupun tidak langsung ketempat yang akan
didirikan bangunan. Cara yang dilakukan dapat dengan melalui
pengukuran langsung lokasi, foto perbatasan lingkungan, penyelidikan
tanah serta arah pandangan yang baik dan sebagainya. Data yang telah
didapat sangat berguna sebagai tindak lanjut seterusnya. Kadang-
kadang dalam survei tidak cukup hanya sekali, tetapi perlu diulang
dianalisis ternyata perlu tambahan data lainnya sebagai pelengkap dalam
perencanaan.

2. Analisis
Tujuan analisis data dari hasil survei adalah untuk menampung segala
aktivitas yang sesuai dengan persyaratan fungsi masing-masing aktivitas
agar terwujud dalam rancangan (gambar) bangunan.
Konsep dari hasil analisis dapat berupa beberapa alternatif yang ditinjau
dari beberapa segi yang menguntungkan dan merugikan. Hal ini dapat
dilaksanakan sebagai dasar untuk menetapkan alternatif menguntungkan
jika ditinjau segala komplek atau menyeluruh dalam memenuhi
persyaratan kegiatan-kegiatan dan kondisi lingkungan yang ada.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-12


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Program analisis meliputi :


a. Analisis Sistem Tapak, yaitu bagaimana memperoleh peruntukan site
dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari tapak.
Adapun yang mempengaruhi dalam perencanaan tapak bangunan
adalah :
1. Peta tapak (site)
2. Iklim sekitar / daerah tapak
3. Orientasi matahari
4. Arah padangan (view)
5. Sistem Utilitas
6. Keadaan bangunan sekitar
7. dan sebagainya
b. Analisis sistem guna yaitu mengenai hubungan fungsi setiap
kegiatan, analisis hubungan ruang maupun diagram hubungan ruang.
c. Alternatif pemilihan lokasi
1. Orientasi bangunan
2. Mudah pencapaian
3. Pengaruh sinar matahari dan arah angin
4. Denah kontur, karena akan menentukan besar penggalian dan
penimbunan tanah dapat pula sebagai dasar penyesuaian bentuk
bangunan dan peletakan permukaan lantai utama.
5. Arah pengaliran air kotor
d. Sirkulasi
Usahakan sirkulasi yang terjadi jangan sampai menyilang baik
didalam bangunan maupun diluar bangunan, karena akan
memboroskan luas ruangan atau bangunan. Unsur sirkulasi yang
dimaksud disini adalah manusia, barang, kendaraan, ruang utama
atau ruang pendukung.
e. Utilitas
Sistem utilitas yang dimaksud adalah kaitannya dengan perencanaan
bangunan rumah tinggal yaitu :
1. Sistem pengadaan air minum dari PAM atau dari sumber lain.
2. Sistem penerangan buatan dari PLN atau diesel generator
3. Sistem komunikasi antar ruang atau hubungan dari rumah keluar
yaitu telepon dan interkom.
4. Sistem pembuangan air hujan dan air kotor dengan
peresapannya.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-13


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

3. Konsep Perencanaan
Setelah menganalisis semua unsur-unsur rancangan yang
mempengaruhi suatu bangunan, kemudian dilanjutkan dengan
penentuan alternantif yang baik dan inilah yang merupakan konsep dari
suatu perencanaan yang akan dituangkan dalam rancangan (disain).
Adapun isi konsep perencanaan tersebut antara lain meliputi :
a. Penggunaan tanah (peruntukan tanah), yaitu meliputi keadaan site,
prosentase yang digunakan untuk bangunan sekitar + 40% luas
bangunan dan + 60% luas tanah (kapling) yang tidak dibangun.
Tetapi juga tergantung dari persatuan pemerintah daerah setempat.
b. Site plan, yaitu meliputi pengelompokan masa bangunan (pengaturan
masa bangunan). Ini berguna untuk pemanfaatan pencapaian tujuan
pelayanan bangunan tersebut.
c. Gubahan masa, yaitu meliputi pengaturan tata letak bangunan
berdasarkan fungsinya, sehingga memudahkan pengaturan sirkulasi
ataupun dapat memanfaatkan penggunaan tanah untuk maksud lain.
Perencanaan struktur meliputi pondasi, lantai, balok dan kolom.
d. Pemakaian struktur bangunan tergantung pada perencanaan
bangunan yang dikehendaki, sedangkan dalam struktur bangunan
biasanya dikelompokkan dalam 3 macam kelompok utama, yaitu :
1. Bangunan dengan struktur masif yaitu dindingnya merupakan
pemikul beban utama atau disebut bangunan dengan struktur
bearing wall.
2. Bangunan dengan struktur kerangka yaitu kolom merupakan
penyangga dan penyalur gaya ke tanah sehingga dindingnya
hanya berfungsi sebagai penyekat atau pembatas ruang.
Sedangkan kerangka sendiri merupakan susunan majemuk dari
kolom dan balok dalam usaha untuk mencapai kekokohan.
3. Bangunan dengan struktur modern, bentuk strukturnya sudah lain
daripada dua hal diatas dan pendekatannya banyak unsur dari
analisis matematis walaupun juga tetap berdasarkan alam sekitar.
Kesederhanaan suatu bentuk struktur hanya dapat mencerminkan
murahnya daripada dua hal di atas dan pendekatannya banyak unsur
dari analisis matematis walapun juga tetap berdasarkan alam sekitar.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-14


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

4. Rancangan (design)
Rancangan ini merupakan implementasi dari suatu konsep yang telah
matang yang ditujukan dalam gambar rencana atau gambar bestek. Dan
gambar bestek merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
bersamaan dengan peraturan administrasi dan teknis pelaksanaan.
Pada hakekatnya rancangan merupakan rincian dari proses pelaksanaan
pembangunan yang dituangkan pada kertas berupa gambar persyaratan
teknis dan umum (administratif).

5. Pelaksanaan Pembangunan
Pelaksanaan pembangunan merupakan perwujudan dari gambar
perencanaan ke bentuk sesungguhnya pada suatu lokasi yang telah
ditentukan.
Untuk mewujudkannya perlu juga mengikuti pedoman pembangunan
yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yaitu tentang
„Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan“.
Adapun uraian dari pedoman tersebut garis besarnya adalah :
Setiap pembangunan rumah tinggal harus dimungkinkan penghuninya
dapat hidup dan menjalankan kegiatan sehari-hari dengan sehat dan
layak. Dan biasanya pedoman teknik ini, perhitugan besarnya untuk
perencanan bangunan rumah tinggal sederhana penghuni 5 (lima) orang.
Jarak Bangunan
Jarak bangunan rumah tinggal satu sama lainnya harus didasarkan atas
ketentuan :
1. Bahaya kebakaran
2. Ventilasi
3. Cahaya matahari
4. Sirkulasi manusia
Bila bangunan tidak sampai batas persil maka :
- Untuk luas persil kurang dari 900 m2.

6.3.3 Konsep Perancangan Rumah Tinggal


Seperti yang telah diuraikan diawali modul ini bahwa fungsi rumah tinggal
tidak hanya sekedar untuk melindungi diri dari bahaya hewan dan cuaca,
tetapi sebagai :
- Tempat istirahat atau rekreasi keluarga
- Tempat menikmati untuk kehidupan yang nyaman

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-15


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

- Untuk menunjukkan tingkat sosial dalam masyarakat (prestise)


- Pembinaan keluarga

Manusia merupakan salah satu mahluk hidup didunia yang mempunyai akal
serta pikiran yang tinggi. Oleh karena itu hal-hal yang menyangkut dengan
manusia harus mendapatkan perhatian benar dan mendetail. Lain halnya
bila bangunan tersebut untuk benda mati atau hewan akan berbeda faktor-
faktor yang mempengaruhinya.

1. Penghuni
Faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tinggal bagi penghuni atau
manusia antara lain :
a. Adat istiadat
Adat istiadat daerah berbeda sehingga bentuk rumah dan susunan
kemungkinan akan berbeda pula.
b. Keinginan dan kebutuhan
Keinginan penghuni juga akan mempengaruhi dalam konsep
perencanaan.
c. Taraf hidup dan pendidikan
Antara keluarga satu dengan lainnya, taraf hidupnya akan berbeda
sehingga dalam merencanakan rumah disesuaikan dengan
kemampuan. Bahkan perbedaan tingkat pendidikannya akan
berpengaruh juga.
d. Susunan dan hubungan keluarga
Ada satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, 1 (satu) anak
perempuan, 2 (dua) anak laki-laki, 1 (satu) pembantu dengan
tingkatan umur yang berbeda, tetapi ada pula keluarga yang
susunannya lain.
e. Mata pencaharian
Sebagai guru, pegawai swasta, pedagang dan lain sebagainya.
f. Kegiatan
Kegiatan perorangan misalnya membaca, berkebun dan
penyelesaian pekerjaan dari kantor atau kegiatan sosial.
Kegiatan bersama misalnya santai bersama keluarga, ngobrol,
nonton TV dan sebagainya.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-16


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

2. Analisis Site
a. Pendekatan (approach)
Untuk daerah umum (public) karena dikehendaki pencapaianya
cepat, maka sebaiknya diletakkan paling depan. Tetapi kalau
mempunyai maksud lain misalnya untuk menunjukkan taman, dapat
juga diletakkan sesuai rencana.
Antara pintu utama (main entrance) dan pintu samping (side
entrance) dipisahkan untuk menghindari persilangan (cross) antara
lintasan ruang keluarga (living) dengan lintasan ruang service.

Gb. 6.7 Posisi pintu utama

b. Matahari
Pengaruh matahari disini terutama bagaimana memasukkan atau
memanfaatkan sinar matahari pagi hari kedalam ruang bangunan
tanpa halangan.

Gb. 6.8 Posisi bangunan terhadap matahari

c. Kebisingan
Ruang bagian mana yang peletakkannya perlu ketenangan. Biasanya
ruang yang perlu ketenangan diletakkan pada bagian belakang.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-17


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

Gb. 6.9 Posisi bangunan terhadap kebisingan

d. Orientasi / pandangan / view


Dalam menentukan peletakkan ruangan harus memperhatikan arah
pandangan / view yang paling baik sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan. Misalnya arah pandangan ke jalan merupakan yang
paling baik untuk ruang tamu dan arah ke taman untuk ruang duduk /
keluarga.

Gb. 6.9 Posisi bangunan terhadap orientasi pandangan


e. Zoning
1. Zone pribadi / private terletak di timur
2. Zone umum/ public terletak di selatan
3. Zone semi umum / semi publik terletak di utara
4. Zone pelayanan / operative terletak di barat
Kemudian kotak yang tertera notasi a, b, c dan d dicoba dianalisis ke
dalam site yang telah ditentukan, sehingga akan mendapatkan
gambaran awal tentang letak daripada ruang-ruang yang diperlukan.

Gb. 6.10 Pengaturan ruang berdasarkan zoning

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-18


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

f. Sirkulasi
Sirkulasi ini merupakan penetapan lalu lintas yang terdapat dalam
gubahan masa bangunan tersebut maupun dalam ruangan. Misalnya
bagaimana kalau seseorang akan ke ruang keluarga ataupun ingin
langsug ke dapur, ke belakang, orang tersebut harus lewat pintu yang
mana?

Side
Main Entrance
Entrance

JALAN

Gb. 6.11 Posisi bangunan terhadap sirkulasi lalu lintas

3. Studi Ruang
Studi ruang ini dipakai untuk menetapkan luas bangunan yang
dikehendaki sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Dan
faktor-faktor yang mempengaruhi luas bangunan antara lain adalah :
a. Luas ruangan
Luas ruangan ditentukan oleh :
1. Banyaknya perabot
2. Banyaknya penghuni
3. Sirkulasi (ruang gerak penghuni)
Untuk sirkulasi biasanya ditambah 20% dari luas ruangan (untuk
ruang gerak kecil). Bila ruang lebih luas, maka ditambah 30%.
Kadang-kadang luasnya tergantung atau disesuaikan dengan fungsi
ruangan tersebut.
b. Banyaknya ruangan
Sebagaimana kita telah pahami bahwa syarat utama sebuah rumah
tinggal harus cukup sinar matahari pagi yang masuk, pergantian
udara yang bersih, tempat beristirahat, ruang untuk gerak dan
sebagainya.
Kesemua hal diatas dimaksudkan supaya setiap penghuni rumah
dapat merasa senang tinggal dalam rumah. Untuk itu banyaknya
ruang tergantung kebutuhan dan luas daripada tanah yang dimiliki.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-19


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

c. Tata letak ruangan


Tata letak ruang dalam suatu bangunan atau rumah tinggal harus
diatur sedemikian rupa sehingga lalu lintas dalalm ruangan lancar,
kebebasan dan kenyamanan penghuni terjamin.
Untuk itu, pengaturannya hendaknya berdasarkan kelompok daerah
umum (public area), daerah pribadi (private area), daerah semi umum
(semi public area) dan daerah pelayanan (service area). Dengan
pengaturan berdasarkan kelompok maka fungsi daripada ruangan
tidak terjadi hubungan yang kurang harmonis karena adanya
campuran yang fungsinya berbeda.
d. Penghuni
Penghuni sangat berpengaruh dalam menetapkan besar kecilnya
suatu ruang ataupun macam ruangan yang diperlukan, sehingga
akan dapat menentukan besar kecilnya bangunan tersebut. Dan
untuk idealmya biasanya juga dipengaruhi oleh macam kegiatan
daripada setiap penghuni.

4. Sistematika Hubungan Ruang


Untuk menentukan tata letak ruang dalam bangunan rumah tinggal, perlu
terlebih dahulu mencari hubungan antara ruang yang diperlukan. Dengan
adanya diagram ini akan memudahkan pengaturan tata letak ruang-
ruang yang perlu berdekatan dan atau sebaliknya. Ini diperlukan agar
pemakaian ruangan dapat efisien bagi penghuninya.

Gb. 6.12 Sistematika Hubungan ruang

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-20


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

5. Struktur Organisasi Ruang


Setelah melalui tahap hubungan ruang maka diterjemahkan lagi agar
lebih jelas dengan pengorganisasian ruang, sehingga prosedur atau alur
lalu lintas mulai masuk ruang dalam bangunan akan terlihat lebih mudah
dipahami.

Gb. 6.12 Struktur Organisasi Ruang

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-21


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

STANDARDS
RUANG TIDUR

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-22


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 6: Pengetahuan dan Pengerjaan
Teknik Arsitektur

STANDARDS
RUANG TIDUR

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 6-23


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

BAB VII
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL

7.1 UMUM
Aktivitas penghuni pada bangunan bertingkat sangat tergantung dengan fasilitas
gedungnya, jadi sebuah bangunan bertingkat yang sudah jadi struktur rangkanya
belum dapat dikatakan berfungsi dengan layak, jika fasilitasnya belum lengkap.
Sebagai contoh : penghuni di lantai atas yang membutuhkan air untuk mandi akan
sangat repot bila harus membawa air dari bawah ke atas. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, sebuah bangunan gedung masih membutuhkan pekerjaan pelengkap
yang termasuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal.

7.2 LINGKUP PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL


Lingkup pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada bangunan bertingkat seperti
halnya bangunan susun meliputi pekerjaan pemasangan instalasi listrik, instalasi
penangkal petir, pemasangan pompa air berikut instalasinya, pemasangan alat
pemadam kebakaran serta alat komunikasi dan air conditioner (AC).

1. Listrik
Fungsi utama listrik adalah untuk penerangan di dalam rumah, sedangkan fungsi
lainnya adalah untuk memberi nyawa kepada alat-alat elektronik dan mesin agar
dapat bekerja yang pada zaman modern ini sumber sangat mewarnai kehidupan
manusia.
Sumber listrik umumnya diambil dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan
pekerjaan jaringan listrik di dalam rumah harus dilaksanakan oleh orang yang
telah mempunyai lisensi (PAS) dari PLN.

2. Penangkal Petir
Sebuah benda yang lebih tinggi dibanding benda-benda disekitarnya akan lebih
besar kemungkinan disambar petir.
Untuk melindungi bangunan dan penghuninya dari sambaran petir yang
dipasang pada bagian atap tertinggi.
Pemasangan instalasi penangkal petir ini juga dilaksanakan oleh instalasi listrik
yang telah mendapat rekomendasi dari PLN.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

3. Pompa Air
Alat ini berfungsi untuk menaikkan air ke atas/bak penampung yang dipasang
lebih tinggi dari ketinggian lantai tingkat, agar air nantinya dapat mengalir ke
semua lantai tingkat.
Setiap pompa mempunyai spesifikasi dan kekuatan yang berbeda. Untuk
memilih pompa, harus diukur lebih dahulu kedalaman air yang akan dihisap dan
ketinggian bak penampung yang akan disuplai.

4. Alat Pemadam Kebakaran


Pada bangunan bertingkat, alat pemadam kebakaran mutlak harus disediakan,
karena kebakaran sangat sulit diduga kapan datangnya dan bagaimana proses
terjadinya, terutama bila kebakaran terjadi dilantai bawah, maka penghuni di
lantai atas akan sangat sulit menyelamatkan diri.
Pada bangunan bertingkat rendah (4 lantai atau kurang), persyaratan alat
pemadam kebakaran yang dianjurkan adalah “Sprin kler“, yaitu alat pemadam
kebakaran dengan semprotan air yang dipasang pada plafon.
Untuk bangunan bertingkat rendah (4 lantai atau kurang), persyaratan alat
pemadam kebakaran yang dianjurkan adalah „Sprin Kler“, yaitu alat pemadam
dengan semprotan air yang dipasang pada plafon.
Untuk bangunan umum sebaiknya juga harus dipasang „Fire Hydrant“ yaitu pipa
yang dapat menyemprotkan air bertekanan. Panjang selang pipa harus dapat
mencapai ke sudut ruangan yang terjauh. Bak air untuk „fire hydrant“ harus
dibuat terpisah dengan bak air untuk kebutuhan hidup penghuni, agar bila terjadi
kebakaran airnya tidak kosong karena sudah terpakai.

5. Alat Komunikasi dan AC


Pelengkap gedung lainnya yang menunjang aktivitas penghuni, antara lain
telepon atau intercon, yaitu alat komunikasi antara ruang di dalam gedung
maupun komunikasi dengan pihak di luar gedung dan air conditioner (AC) yaitu
alat untuk menyejukkan dan memberikan udara segar di dalam ruangan.
Untuk bangunan rumah susun, biasanya pihak pengembang tidak melengkapi
dengan fasilitas ini, mengingat rumah susun diperumuskan bagi masyarakat
berpenghasilan rendah. Bangunan rumah susun bila dilengkapi dengan fasilitas
AC dan telepon akan menambah komponen biaya sehingga harga jual akan
bertambah tinggi / mahal.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

7.3 PEKERJAAN MEKANIKAL


7.3.1 Penyegar Udara (AC)
1. Jenis Penyegar Udara
a. Penyegar Udara Paket
Penyegar udara jenis paket terdiri dari peralatan penyegar dan
refrigerator yang terletak dalam satu rumah. Gambar 2.1
menunjukkan sebuah konstruksi, dimana komponen penyegar udara
yang terdiri dari kipas udara, koil udara, saringan udara dan
penampung terletak di bagian atas dari rumah. Dengan demikian
udara yang terinduksi melalui lubang masuk dan akan mencapai
temperatur dan kelembaban yang diinginkan. Selanjutnya udara
tersebut ditekan masuk kedalam ruang plenum yang ada di bagian
atas kipas udara, kemudian masuk ke dalam ruangan. Dalam
keadaan di mana satu penyegar udara paket harus melayani
beberapa ruangan, maka udara dimasukkan ke dalam ruangan
melalui expansi langsung (DX coil), dimana refrigerator cair dari
konsensor diuapkan sehingga udara yang mengalir melalui koil udara
tersebut menjadi dingin dan kering.
Penyegar uadara jenis paket semula ditujukan untuk pendinginan,
tetapi dapat juga dipergunakan untuk pemanasan apabila dilengkapi
dengan koil pemanas yang bekerja dengan uap atau air panas atau
dengan pemanas listrik.
Di bagian bawah dari penyegar udara terdapat mesin pendingin yang
terdiri dari komporesor, kondensor, pengontrol otomatik dan
peralatan listrik. Kompresor yang dipakai dapat berupa kompresor
torak atau kompresor putar. Motor listrik yang dipakai berdaya sekitar
7.5 KW dan biasanya dari jenis hermetik, dimana motor dan
kompresor terbungkus dalam satu rumah. Dalam hal ini dapat dipakai
kondensor dengan pendinginan udara atau pendinginan air. Jika
dipakai kondensor pendinginan air, kondensor biasanya diletakkan di
dalam unit. Sedangkan kondensor pendinginan udara kondensor
biasanya diletakkan di luar unit tersebut ; pipa refrigeran
menghubungkan kondensor dengan mesin penyegar udara. Gambar
2.2 menunjukkan sistem pipa dari jenis penyegar udara paket dengan
pendinginan air.
Penyegar udara jenis paket berkapasitas antara 3 sampai 10 TR (Ton
Refrigeran) dan dirancang untuk memberikan kenyamanan normal

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

maupun untuk keperluan industri atau keperluan lain, dimana dapat


diperoleh udara bertemperatur dan berkelembaban rendah. Penyegar
udara dari jenis pompa kalor tersedia untuk keperluan pendinginan
maupun untuk pemanasan.
2
1
5
4
14

17
8
6
18

15
11
9
12
16 13
10

17

1. Ruang plenum 10. Kondensor


2. Gril pengeluaran 11. Pipa kapilar
3. Lubang masuk pembantu 12. Saklar tekanan / tekanan tinggi
4. Kipas udara 13. Kotak saklar elektromagnetik
5. Motor kipas udara 14. Panel kontrol
6. Pendingin 15. Pipa flexibel
7. Pemanas 16. Saringan pengering
8. Saringan udara 17. Karet peredam getaran
9. Kompresor 18. Pengukur tekanan campuran

Gb. 7.1 Penyegar udara jenis paket

Pada jenis ini banyak dipergunakan kipas udara jenis daun banyak,
dengan penghisapan tunggal untuk unit berkapasitas kecil atau
penghisapan ganda untuk unit berkapasitas besar. Koil udara terbuat
dari beberapa pipa tembaga dengan sirip alumunium dari jenis
expansi langusng dengan refrigeran *5 R-12, R-22 atau R-500.
selama proses pendinginan, air yang ada dalam udara mengembun
pada koil pendingin dan dialirkan keluar melalui panci penampung.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

kipas
udara Pendingin
Motor kipas udara (evaporator)

Distribusi Panci penampung

Pipa refrigeran
Pipa Kapilar
Pengering
Kompresor
Kondensor
Air pendingin
Panci penampung

Gb. 7.2 Sistem pipa dari penyegar udara paket

Penyegar udara paket yang dirakit di pabrik, sebenarnya tidak cocok


untuk penyegaran udara sepanjang tahun karena tinggi biaya
perawatannya disamping itu, efisiensi kipas udara dan kompresor
relatif rendah. Namun, jenis ini banyak dipergunakan dalam berbagai
gedung terutama karena harga awalnya yang rendah.

7.3.2 Penyegar Udara Kamar


1. Pendingin Udara
Penyegar udara dalam kamar adalah penyegar udara paket berukuran
kecil dengan kapasitas pendinginan antara 0,5 sampai 2 TR ; tersedia
dalam jenis lantai, langit-langit, jenis dinding dan jenis jendela.
Kondensor dengan pendinginan air dipakai pada instalasi yang besar,
tetapi dapat juga dipakai kondensor dengan pendinginan udara,
kondensor dengan pendinginan udara biasanya diletakkan di luar kamar,
terpisah dari unit tersebut. Kadang-kadang dipakai pula kondensor yang
dapat berfungsi sebagai evaporator pada musim dingin dan sebagai
pompa panas untuk pemanasan.
Gambar 2.3 menunjukkan konstruksi penyegar udara jenis jendela
dengan kompresor torak atau kompresor putar. Kipas udara daun banyak
dipasang di dalam kamar (di bagian evaporator), sedangkan kipas udara
propeler dipasang di bagian luar (di bagian pendinginan (evaporator))
dan kondensor terdiri dari pipa-pipa bersirip pelat alumunium.
Pengaturan temperatur kamar dapat dilakukan dengan menjalankan dan
menghentikan kerja kompresor, berdasarkan pengukuran temperatur
masuk. Penyegar udara ruangan yang biasanya berukuran kecil, mudah

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

dipasang dan dijalankan disamping itu, kapasitas pendinginannya cukup


besar.
Jenis ini banyak digunakan di rumah maupun di dalam gedung. Untuk
keperluan pemanasan, mesin ini dilengkapi dengan pemanas listrik dan
koil udara dengan uap atau air panas sebagai fluida kerjanya.
Penyegar udara ruangan dapat memadai penyegar udara sentral
berkapasitas besar jika dibandingkan dari segi biaya awalnya. Namun,
jenis tersebut pertama kurang baik jika dibandingkan dengan jenis yang
kedua, jika ditinjau dari segi distribusi udara. Penyaringan debu, ventilasi,
pengaturan temperatur dan pengaturan kelembaban udara serta
peredaman suara, khususnya dalam musim pancaroba.
Kipas udara
pendingin
Motor kipas udara (jenis daun banyak)
Kipas udara kondensor Paking
(jenis propeler) Gril pengeluaran
Pemasukan udara
Pendingin
Kondensor (evaporator)

Pipa Kapilar Udara kembali

Pengerinig Saringan udara

Pembuangan Dudukan karet


Udara
air embun Kompresor buang Damper udara buang

Luar ruangan Dalam ruangan

Gb. 7.3 Pendingin ruangan jenis jendela

2. Pemanasan Penyegar Udara


a. Pemasangan penyegar udara jenis paket
Tempat dimana penyegar udara hendak dipasang sebaiknya
memenuhi persyaratan tersebut di bawah ini dan disesuaikan dengan
keinginan pemakai. Lihat gambar 5.4 dan gambar 5.5.

Ruang
plenum
Jenis (dalam)
ruangan

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

Jenis dalam ruangan : Jenis ini diletakkan di tempat di dalam


ruangan sehingga dapat diperoleh sirkulasi udara dingin yang baik.
Ruangan plenum dapat dibuat dengan tiga lubang pemasukan udara
ke dalam ruangan. Penyegar udara berukuran besar dapat
memberikan distribusi arus udara yang tidak merata, oleh karena itu
sebaiknya digunakan saluran jet dengan jumlah lubang udara keluar
sesedikit mungkin.

Saluran udara

Udara luar

Jenis
luar-ruangan

Jenis luar ruangan : Apabila sebuah ruangan dan ruangan di


sebelahnya harus dilayani oleh sebuah penyegar udara saja, maka
ruangan plenum dihubungkan dan saluran pada langit-langit dari
ruangan sebelah. Sedangkan bagi ruangan di mana penyegar udara
tersebut dipasang, udara segar diberikan langsung dari ruang
plenum. Jadi ruangan sebelah harus dilengkapi dengan lubang udara
sehingga udara dapat mengalir kembali masuk ke dalam ruangan
dimana penyegar udara dipasang.

Udara luar

Jenis saluran udara untuk


tingkat pertama dan
tingkat kedua

Jenis saluran udara untuk melayani tingkat pertama dan tingkat


kedua : Apabila sebuah penyegar udara harus melayani beberapa
tingkat (misalnya tingkat pertama dan tingkat kedua), maka harus
dipasang saluran untuk mengalirkan udara segar ke setiap tingkat
tersebut. Aliran udara kembali akan terjadi melalui jalan tanga menuju
penyegar udara. Oleh karena itu, penyegar udara sebaiknya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-7


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

diletakkan dekat pada jalan tangga, untuk mempermudah dan


memperpendek lintasan udara kembali ke penyegar udara.

Jenis saluran udara


yang melayani
beberapa ruangan

Jenis saluran udara yang melayani beberapa ruangan : Apabila


sebuah penyegar harus melayani beberapa ruangan, udara segar
dapat dialirkan ke setiap ruangan melalui saluran udara dan
menempatkan penyegar udara di serambi. Dalam hal tersebut harus
diusahakan agar dapat diperoleh distribusi udara ke masing-masing
ruangan, sesuai dengan beban kalornya. Sedangkan pada dinding
serambi dari setiap ruangan tersebut harus mengalir kembali ke
dalam penyegar udara. Oleh karena itu kapasitas pendinginan dari
penyegar udara harus ditetapkan dengan memperhitungkan beban
kalor dalam serambi.

Saluran isap udara luar : Untuk mencegah pengotoran udara


ruangan, maka dimasukkan udara luar yang bersih. Hal tersebut
dilakukan dengan menggunakan saluran isap udara luar.

Gb. 7.4 Pemasangan penyegar udara

Udara kotor
dapat diisap

Gb. 7.5 Sirkulasi Udara

Petunjuk pemasangan :
1. Bagi unit yang diletakkan di atas lantai, haruslah dibuat agar
lantai benar-benar rata dan kuat. Jika lantai tidak kuat dan kaku
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-8
Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

untuk mendukung beban penyegar udara, maka akan terjadi


getaran dan gangguan bunyi.
2. Penyegar udara hendaknya diletakkan dekat dari terminal daya
listrik, sehingga tidak diperlukan kabel listrik yang panjang.
Demikian juga harus diusahakan agar kabel listrik yang
digunakan terpasang dengan rapi.
3. Tempat yang disediakan untuk penyegar udara hendaknya cukup
luas sehingga memudahkan pemeriksaan dan perawatannya.
4. Penyegar udara hendaknya dipasang di tempat yang bersih dan
tidak musah kemasukan udara luar yang kotor (misalnya udara di
sekitar dapur).
5. Letak penyegar udara dipilih di tempat yang tidak akan
menimbulkan gangguan bunyi.
6. Untuk ruangan yang mensyaratkan tingkat gangguan bunyi yang
rendah, penyegar udara dapat diletakkan di luar dan udara
disalurkan ke dalam ruangan melalui saluran udara. Jika tidak,
maka harus diusahakan agar gangguan bunyi dapat direndam
dengan sebaik-baiknya yaitu dengan menggunakan isolasi bunyi.
7. Penyegar udara hendaknya diletakkan diatas tempat dengan
lantai yang sedikit dimiringkan, supaya bebas dari genangan air.
8. Masalah pengangkutan komponen sistem penyegaran udara
harus pula diperhatikan. Oleh karena itu harus disurvai terlebih
dahulu jalan dan cara yang akan digunakan.
9. Posisi lubang udara dingin atau udara panas masuk ke dalam
ruangan hendaknya ditetapkan dengan seksama. Hal tersebut
dianggap penting supaya dapat diperoleh distribusi temperatur
udara ruangan yang uniform dan konstan. Jarak lemparan (throw)
arus udara dapat dihitung sesuai dengan besarnya kecepatan
udara dan bentuk lubang udara masuk ruangan. Kondisi yang
nyaman biasanya diperoleh dengan mengusahakan agar
kecepatan udara di dalam ruangan tidak lebih dari pada 0.3 m/s.
10. Penyegar udara dengan saluran udara hendaknya dirancang
dengan baik. Baik yang tajam akan menyebabkan kerugian gesek
yang besar. Oleh karena itu, saluran keluar hendaknya dirancang
dengan mempertimbangkan kecepatan udara dan jumlah
belokan. Demikian pula saluran isap udara segar hendaknya
dibuat dengan memperhitungkan posisi dan ukuran lubang isap.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-9


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

11. Bagi sistem yang menggunakan kondensor pendinginan air,


lokasi tempat pemasangannya ditetapkan dengan
mempertimbangkan instalasi pipa air pendingin yang diperlukan.
Jadi, hendaknya dipilih tempat sedekat mungkin dari sumber air
sehingga dapat digunakan pipa air pendingin yang lebih pendek.
12. Bagi sistem yang menggunakan kondensor pendinginan udara,
kondensor harus diletakkan di tempat dimana udara pendingin
dapat mengalir dengan leluasa dan tidak bersirkulasi. Jika udara
yang keluar dari kondensor mengalir kembali ke kondensor,
seperti yang dapat terjadi apabila kipas udara dipasang dekat dari
dinding atau gedung sebelah, maka prestasi penyegar udara
akan berkurang.
13. Penyegar udara tidak boleh dikenai radiasi matahari langsung
atau sumber kalor lainnya. Penyegar udara dengan pendinginan
udara tidak boleh bekerja di tempat yang dikenai radiasi matahari
langsung. Jadi dalam hal seperti itu penyegar udara harus
dilindungi atau diletakkan dibawah atap.
14. Penempatan penyegar udara hendaknya ditetapkan sehingga
tidak merusak keindahan dan keserasian ruangan dengan
dekorasi interior dan mebel yang ada.

Penampang F- Dicamfer (”chamfered”)

Dibuat celah untuk


menghindari retak
setelah dikeringkan
(contoh)
Pasak kayu

Pasak kayu

Gb. 7.6 Pembuatan kerangka alas dari kayu untuk penyegar udara jenis paket

Penyegar udara hendaknya dipasang di atas papan kayu sehingga


beban penyegar terbagi rata pada lantai. Alas kayu dibuat sebagai
berikut. Untuk memperbaiki sifat isolasi getarannya, lembaran gabus

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-10


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

setebal 15 mm atau lembaran bahan isolasi getaran lain yang cukup


tebal, dipasang dibawah alas kayu tersebut, seperti pada gambar 2.6.

b. Pemasangan Penyegar Udara Ruangan Jenis Jendela


Penyegar udara ruangan jenis jendela hendaknya dipasang pada jendela
atau dinding yang berhadapan dengan udara luar yang cukup kuat dan
tahan getaran. Pemilihan lokasinya akan mempengaruhi prestasi
pendinginan atau pemanasannya. Oleh karena itu, lokasi hendaknya
dipilih sesuai dengan keinginan pemakai. Penyiapan dan cara
pemasangan penyegar udara ruangan jenis jendela dapat dilihat pada
gambar 5.7 dan gambar 5.8.

1. Rel pengarah
2. Palang
3. Penghalang belakang
4. Penggantung

Kerangka kayu

Penggantung
Celah di bagian bawah
ditutup untuk mencegah Ditutup rapat
masuknya air hujan

Untuk jenis jendela


 Untuk digabung dengan kerangka kayu
 Sebaiknya kerangka kayu dan ambang jendela ditetapkan dengan pasak
Gb. 7.7 Penyiapan dan pemasangan penggantung bagi penyegar udara
jenis jendela

Kerangka
kayu Paking Poliuretan
vinil lunak

Dikauk (caulked)
pada sisi
Dikauk kiri dan sisi kanan
Poliuretan
(caulked) lunak
Gb. 7.8 Cara merapatkan celah antara dinding dan penyegar udara ruangan jenis
jendela

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-11


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

Petunjuk pemasangan
1. Instalasi bagian dalam ruangan
a. Ruangan yang disegarkan hendaknya diperiksa untuk mengetahui
apakah terdapat tirai, lukisan dan perhiasan lainnya.
b. Bagian penyegar udara yang menonjol ke dalam ruangan hendaknya
diatur sedemikian rupa, sehingga pemasukan udara segar dan
pengisapan udara ruangan tidak terhalang.
c. Jarak antara lantai dan alas penyegar udara sebaiknya 1 meter, supaya
diperoleh distribusi temperatur yang baik tetapi juga untuk
memungkinkan pengaturan dan perawatan mesin.
d. Jika penyegar dipasang terlalu dekat dari langit-langit, pendinginan atau
pemanasan. Selain itu juga sukar pengaturan dan perawatannya.
e. Di samping itu hendaknya diperhatikan agar sirkulasi udara segar dapat
berlangsung lancar, yaitu dengan cara mengurangi hambatan oleh
barang-barang yang ada di dalam ruangan
f. Penyegar udara hendaknya dipasang dengan kokoh pada dinding dan
jangan sampai menimbulkan getaran pada jendela.
g. Hendaknya diusahakan agar air hujan tidak masuk ruangan

2. Instalasi bagian luar ruangan


a. Instalasi bagian dalam maupun bagian luar ruangan hendaknya diperiksa
terhadap kemungkinan gangguan operasi dan perawatannya. Harus
diusahakan agar udara pendingin kondensor dapat mengalir dengan
lancar. Oleh karena itu, jarak antara bagian luar penyegar udara dengan
dinding atau benda lain diusahakan tidak kurang dari 500 mm. Lubang
samping dari penyegar udara hendaknya tidak tertutup oleh dinding atau
benda lain.
b. Hendaknya diingat bahwa apabila bagian luar dari penyegar udara
dikenai udara pantai, maka bagian tersebut akan dihadapkan pada
kemungkinan kerusakan karena korosi atau karat.
c. Apabila bagian luar dikenai angina kencang, hendaknya dilindungi
dengan menggunakan perisai yang dipasang sesuai dengan arah
datangnya angin.
d. Demikian juga harus dihindari pemasangan pada bagian di mana
terdapat banyak debu. Demikian juga hendaknya diusahakan agar udara
panas dari rumah ketel atau dapur tidak terisap.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-12


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

e. Jika permukaan pendingin kondensor menghadap ke barat dan dikenai


radiasi matahari langsung, hendaknya diberi pelindung atau diletakkan di
bawah atap.
f. Penyegar udara hendaknya tidak terpasang pada dinding di mana bagian
luarnya berada di dalam ruangan. Jika bagian luar penyegar udara
berada di selasar atau koridor, hendaknya diperiksa apakah terdapat
ventilasi yang baik.
g. Bagian luar penyegar udara hendaknya tidak menimbulkan gangguan
bunyi atau udara panas ke sekitarnya. Pembuangan air embun dari
udara hendaknya dapat dilaksanakan dengan baik.

7.3.3 Pompa
Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan cairan melalui pipa dari
satu tempat ke tempat yang lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan
jumlah cairan dapat dialirkan per satuan waktu dan tinggi energi angkat.
Faktor tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikkan
fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk
mengatasi tahanan aliran dalam pipa. Seperti terlihat pada gambar 2.9,
pompa memberikan energi kinetik dan energi tekanan pada cairan. Jenis
pompa seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.10, banyak digunakan untuk
mengalirkan air.

Arah air keluar


Impeler (berputar)
A
Difusor (tetap)

Gb. 7.9 Cara kerja pompa sentrifugal

Arah putaran
impeler Impeler
Impeler

Masuk

Impeler
Difusor Difusor
Keluar
Gb. 7.10 Beberapa jenis pompa

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-13


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

7.3.4 Perlengkapan Pemadam Kebakaran


Suatu bangunan tidaklah cukup hanya dilengkapi dengan pintu atau jalan
keluar untuk petugas pemadam kebarakan saja, tetapi juga perlu dilengkapi
dengan perlengkapan pemadam kebakaran sebagai penanggulangan awal
pada saat terjadi kebakaran sebelum petugas pemadam kebakaran sampai
di lokasi perlengkapan pemadam kebakaran yang sering menjadikan paket
dalam kontrak dan persyaratan teknis dalam suatu pembangunan gedung
adalah :
1. Tabung pemadam kebakaran
Tabung biasanya dibuat oleh pabrik dari bahan besi yang tahan terhadap
tekanan udara. Ada beberapa jenis bahan yang digunakan sebagai
bahan pengisi tabung yang umum digunakan adalah :
a. Tabung dengan bahan kimia yang dilarut dalam air pada tabung
bagian dalam, jika posisi tabung dibalik maka bahan kimia akan
bercampur dengan udara yang dipadatkan pada tabung bagian luar
dan ketika katup dibuka akan menyembur busa hasil proses kimia
yang akan memadamkan api.
Tabung pada pemadam dengan bahan kimia (form extingnisher)
cocok untuk memadamkan api akibat bahan bakar cair, karena busa
akan terapung di atas cairan dan memadamkan api.
b. Tabung dengan gas karbon dioksida (CO2) yang dipadatkan dan
diisikan ke dalam tabung, jika katup dibuka uap cair akan menyembur
keluar dengan cepat dan memadamkan api. Cairan tidak merusak
bahan-bahan yang disembur, sehinga sering digunakan untuk
memadamkan api pada kebakaran mesin-mesin, perpustakaan,
museum dan sejenisnya.
Satu tabung biasanya berisi 3 kg karbon dioksida atau setara dengan
3 ember air.

Gb. 7.12 Tabung Pemadam Bahan Kimia (Foam) dan Carbondioksida (CO2)

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-14


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

2. Sprinklers
Penggunaan sprinklers adalah salah satu alternatif yang sangat
menguntungkan karena sprinklers merupakan pemadam kebarakan yang
bekerja secara otomatis tidak memerlukan keterlibatan penghuni,
terutama untuk bangunan yang mempunyai resiko kebakaran tinggi dan
jarang terawasi seperti bangunan bertingkat banyak / rumah susun
tempat parkir bawah tanah, gudang atau pertokoan. Instalasi sprinklers
terdiri dari pipa-pipa yang dialiri air dan dipasang di atas langit-langit
dengan kapasitas semburan normal 3 m2. Pada kondisi normal air tidak
menetes karena tertahan oleh bola gelas. Bola gelas akan pecah jika
temperatur ruang naik berkisar antara 680 C sampai 1800C dan air akan
menyembur pelat deflector yang kemudian menyemprotkan air pada area
kurang lebih 10 m2.
Pipa untuk instalasi sprinklers harus mempunyai ukuran minimum
diameter 2,5 cm yang dapat melayani 18 buah sprinklers.

3. Alarm
Untuk mengingatkan bahaya kebakaran kepada seluruh penghuni
gedung biasanya alarm sebagai tanda sedang terjadi kebakaran
sehingga penghuni bisa bersiap-siap dan keluar meninggalkan gedung.
Alarm sederhana dioperasikan secara manual yakni dengan cara
memecahkan kaca dan menekan tombolnya sehingga akan terdengar
bunyi alarm.
Ada juga alarm yang dioperasikan oleh detector asap yang dipasang
pada tempat-tempat melalui kontrol secara terpusat, jika terdapat asap
pada suatu ruangan detector secara otomatis akan mengakibatkan alarm
berbunyi.

4. Hidran Pemadam Kebakaran


Pada lokasi bangunan yang jauh dari jalan raya biasanya diperlukan satu
atau lebih hidran untuk pemadam kebakaran. Hidran biasanya berukuran
diameter 65 cm dilengkapi dengan katup dan penyambung khusus untuk
pipa air.
Jika suplai air hanya satu arah, maka diperlukan pipa air dengan ukuran
diameter 10 cm dan bagian pipa air ke hidran perlu lebih besar lagi.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-15


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

7.3.5 Lift dan Escalator


Bangunan bertingkat banyak lebih dari lima lantai seperti : rumah susun,
hotel, perkantoran dan lainnya pada umumnya dilengkapi dengan fasilitas
untuk mempermudah dan mempercepat proses naik dan turun dari lantai
yang satu ke lantai lainnya selain tangga.
Fasilitas dimaksud bisa dalam bentuk :
1. Lift, yakni fasilitas naik dan turun yang bergerak secara vertikal yang
terdiri dari kabin (lift car) dan motor listrik sebagai penggerak. Kabin
dihubungkan dengan kabel baja yang bergerak naik dan turun akibat
putaran motor.
Kecepatan naik turun lift bervariasi antara 0,5 meter per menit dan 6-7
meter per menit untuk bangunan yang sangat tinggi. Untuk bangunan 6,7
atau 8 lantai biasanya kecepatan naik turun lift berkisar antara 1,2 – 1,5
meter per menit.
Bagian-bagian dari instalasi lift adalah :
b. Ruangan motor
Ruangan motor biasanya berada di bagian atas sementara lift (lift
well) dan ukurannya lebih luas dari ukuran sumuran lift itu sendiri.
Keuntungan ruangan motor di bagian atas adalah mudah
mendapatkan insulasi ruangan sehingga suara bising bisa dikurangi.
Kerugiannya adalah beban terhadap struktur menjadi bertambah
panjang kabel bertambah, biaya perawatan tinggi dan sulit untuk
mendapatkan ventilasi yang baik untuk mengurangi panas roda-roda
listrik.
Ukuran ruangan tergantung ukuran dari motor itu sendiri dan pabrik
biasanya mengeluarkan data luas untuk ruangan motor.
c. Sumuran lift dan ruang perlengkapan
Kabin lift diperkuat dengan empat buah tali baja, dua buah diikatkan
pada penggantung kabin, dua buah diikatkan pada penyeimbang.
Dua buah pengantar pada ujung penyeimbang kabin dipasang pada
dinding sumuran atau besi yang dipasang secara khusus. Bagian
bawah sumuran harus dilebihkan untuk landasan bagian bawah
kabin, dimana dipasang bantalan jenis pegas untuk lift dengan
kecepatan rendah dan sistem oil untuk lift dengan kecepatan tinggi.
Kedalaman bagianbawah ini bervariasi mulai dari 1 m untuk
kecepatan lift 0,5 meter per menit sampai 1,6 m untuk kecepatan lift

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-16


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

1,5 meter per menit. Jika menggunakan 2 meter per menit dan 2,8 m
untuk kecepatan lift 2,5 meter per menit.
Bagian atas sumuran pun harus dilebihkan minimum 4 m – 4-6 m
untuk kecepatan lift 1,5 meter per menit, 5,5 dan 5,8 m untuk lift
dengan mesin tanpa roda gigi.
Ukuran sumuran tergantung pada ukuran dan bentuk kabin lift serta
jenis pintunya. Jika dalam sumuran dipasang dua buah lift atau lebih,
maka harus diberi jarak 10 cm di antara kedua kabin untuk
pengantar. Bagian dalam sumuran harus benar-benar halus dan rata.
Tetapi pada bagian depan pintu akan terjadi tonjolan untuk landasan
pintu.
d. Pintu
Pintu lift dibuat dari rangka besi ringan dan tahan api. Bergerak buka
tutup, geser ke samping secara otomatis.
Penggantung pintu umumnya dilengkapi rol plastik dengan bantalan
peluru sehingga tidak berisik. Semua pintu dilengkapi kunci otomatis
yang bisa dibuka oleh operator pada keadaan darurat.
e. Kabin Lift
Kabin lift dari rangka besi siku dan besi C yang dipasang sebagai
dasar pengantar dan rel pengaman. Ada dua jenis rel pengaman,
yakni rel pengaman jenis permanen (dead grip). Untuk lift dengan
kecepatan rendah atau sedang dan rel pengaman jenis pasak
(wedge clamp) untuk lift dengan kecepatan tinggi.
Kabin dapat juga dibuat dari bahan kayu atau pelat besi dengan
rangka yang ringan. berdasarkan pertimbangan dekoratif finishing
dinding dalam bentuk pelat besi yang divernekel, permukaan dinding
serat kayu dan sejenisnya.

2. Tangga Berjalan (escalator)


Escalator dapat memuat penumpang lebih banyak dibanding dengan lift
tetapi memerlukan ruang yang lebih luas lagi. Eskalator lebih banyak
digunakan pada pusat-pusat perbelanjaan, kereta api atau ruang pamer.
Dalam kondisi penumpang sangat banyak mungkin bisa dipasang dua
atau tiga buah eskalator untuk turun dan naik dua tiga buah escalator
untuk turun dan naik pada satu lantai.
Kecepatan normal eskalator pada umumnya adalah 0,45 sampai 0,5
meter per menit.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-17


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

7.4 PEKERJAAN ELEKTRIKAL

7.4.1 Instalasi dan Distribusi Listrik


1. Syarat-syarat Instalasi Listrik
Sumber energi listrik berasal dari PLN / generator listrik sedangkan
peralatan listrik yang memerlukan energi listrik yang lazim disebut beban
listrik terletak secara tersebar tidak beraturan. Sarana yang
menyampaikan tenaga listrik dari sumber ke lokasi beban disebut sarana
instalasi dan distribusi tenaga listrik.

Pelaksanaan pendistribusian tenaga listrik hendaknya memenuhi


persyaratan-persyaratan antara lain :
a. Kerugian Daya yang Paling Minimal
Pada kabel terdapat komponen tahanan R yang tertentu persatuan
panjangnya, makin panjang kabelnya makin besar tahanannya.
Selain itu terdapat juga komponen X.
Rugi daya pada kabel adalah 12R watt. Sedang rugi energi 12RH
watt-jam. Jam menunjukkan lamanya kabel itu dibebani arus sebesar
1 ampere.
L
Seperti diketahui R kabel 
A
A = luas penampang kabel
 = tahanan jenis kabel
L = panjang kabel
Makin besar luas penampang kabel, makin kecil daya hilangnya.

b. Kerugian Tegangan Jatuh Minimal


Telah diketahui bahwa kabel mengandung unsur R dan X, secara
singkat kabel ataupun penghantar lain mengandung impedansi Z.
Adanya arus I mengalir sepanjang kabel dengan impedansi totalnya
Z dari titik pengirim (misalnya busbar) ke titik beban (panel beban)
maka ada tegangan jatuh lz hingga :

Tegangan panel beban = tegangan busbar – tegangan jatuh pada


saluran
Karena adanya penurunan tegangan yang sampai dibeban dapat
membahayakan motor-motor induksi, lampu yang menyuram, alat

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-18


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

instrumen yang menjadi tidak teliti dan lain-lain, maka besarnya


penurunan tegangan yang terjadi dibatasi (pada daerah 2%-6%).
Cara menurunkan tegangan jatuh itu antara lain antara lain dengan
memperbesar penampang kabelnya.
Untuk pembebanan yang kapasitif (misalnya kapasitor) dengan
KVAR yang besar, tegangan jatuh akan negatif. Akibatnya tegangan
panel beban = tegangan busbar + tegangan jatuh saluran.
Harganya dapat mencapai 120% dan ini juga berbahaya bagi lampu
dan terutama bagi peralatan instrumentasi. Dalam situasi seperti ini
untuk menghentikan mesin-mesin produksi, terlebih dahulu kapasitor
harus di offkan, baru beban motor-motor.

c. Instalasi Aman Kemudahan Pekerjaan Pemeliharaan


Pada saat pemasangan instalasi sedemikian cara serta jenis material
yang dipergunakan hingga kemungkinan terjadinya konsluiting tipis
sekali. Kemungkinan adanya pembebanan lebih hilangkan dengan
perencanaan yang baik. Kemungkinan terhentinya supply listrik pada
suatu lokasi juga sangat diperkecil. Setiap gangguan yang terjadi
akan selalu dapat diisolir tidak mempengaruhi beban lainnya serta
dapat cepat diatasi.
Pelayanan terus menerus tanpa ada pemutusan sangat dipentingkan
karena adanya pemutusan daya listrik berakibat keurgian produksi
yang besar.

d. Instalasi yang Ekonomis


Tanpa mengabaikan faktor-faktor yang lain, selalu diusahakan
pemakaian bahan material, sistim distribusi, ongkos operasi,
peralatan-peralatan pembantu yang lebih murah. Misalnya untuk
pengamanan kabel supply ke panel penerangan biasa, cukup dengan
sikring (fuse) saja. Untuk instalasi daerah perkantoran yang bersih
dan kering, tidak perlu digunakan kabel yang tahan api, tahan asam
dan lain-lain yang memang lebih kuat tiadk perlu sekuat itu.

e. Dapat Menampung Kemungkinan Penambahan Beban


Maksudnya adalah apabila pada suatu waktu akan dipasangkan
suatu tambahan beban, dapat diambilkan daya listrik dari setiap /
sembarang tempat sekitar lokasi beban itu yang sesuai. Atau juga

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-19


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

jangan sampai kabel baru yang ada harus dibongkar untuk diganti
dengan kabel baru yang ada harus di bongkar untuk diganti dengan
kabel baru yang lebih besar. Jadi dalam mengatasi kemungkinan
tersebut pada saat perencanaan dilakukan pemilihan kabel, switch,
ruang fuse, transformator dan lain-lain yang berkemampuan lebih
tinggi dari pembebanan maksimum saat itu.
Misalnya dilebihkan 20%, 40%, 60% tergantung kondisi lokasi beban
dan rencana pengembangannya.

f. Gambar Instalasi yang Lengkap


Gambar instalasi harus mengandung angka-angka catatan daya
trafo, ukuran kabel dan seterusnya sampai dengan jumlah macam
lokasi dari beban yang ada. Ini untuk memudahkan operasi serta
penanganan gangguan yang ada.

2. Komponen Instalasi Listrik


a. Material Bantu instalasi
Termasuk dalam bagian ini adalah pipa-pipa instalasi kabel pipa GIP,
steel conduit, junction box, socket tanpa ulir dengan ulir T, elbow,
lock nut dan lain-lain.

b. Saklar
Dilihat dari kemampuan arusnya terdapat saklar pisau, saklar pisah,
sekitar beban saklar pisah, sekitar beban saklar motor, pemutus
(circuit breaker). Dilihat dari cara kerjanya, terdapat saklar tangan
(manual), saklar magnit (magnetic contractor), motor circuit breaker.
Dilihat dari media pemutusanarus (bunga apinya), air c.b (udara), oil
c.b (minyak), sfg c.b vacuum c,b dan lain-lain.
Saklar terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan sebutan
dengan tambahan kemampuan dengan bermacam-macam pula
selain fungsi membuka dan menutup :
1. Pengamanan beban lebih (over load)
Secara otomatis membuka breaker apabila arus yang lewat
melebihi batasnya bekerja dengan waktu tunda berdasarkan
pengaman element thermisnya. Pengaturan pembukaan
otomatisnya dilakukan oleh bimetal yang mempunyai karekteristik
waktu putus ampere tertentu.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-20


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

Arus start atau arus lebih lain yang sesaat tidak akan
menjatuhkan circuit breaker. Karekteristik ini tidak bisa dicapai
oleh sikring.
Contoh : penggunaan pada motor protection circuit breaker, panel
distribusi beban daya dan penerangan.

2. Pengamanan Hubung Singkat


Circuit breaker mempunyai pengaman arus hubung singkat pada
setiap kutubnya. Adanya arus hubung singkat pada salah satu
kutub akan membuat terbukanya kesemua kutub. Pengerjaan
pembukaan dilakukan secara elektromagenetik.sesuatu kunci
(pasak) akan dilepas bila arus melebihi setting hingga seperti ini
dapat pula dicapai dengan kombinasi saklar beban dan sikring.
Besarnya arus hubung singkat yang dapat diputus secarabaik
oleh circuit breaker adalah terbatas disebut ka breaking capacity.
Di industri, banyak digunakan diluar CB dengan pengaman beban
lebih dan hubung singkat sekaligus.

3. Pengaman Tegangan Kurang


Fungsi dari pengaman ini adalah mencegah beroperasinya suatu
motor atau beban yang lain bila tegangan input kurangdari satu
harga setting tegangan. Cara penggunaannya adalah bahwa CB
itu tidak dapat menutup meskipun posisi sudah pada keadaan
„On“ bila tegangan listrik kurang. Dengan mekanisme ini maka
beban motor akan terhindar dari bekerja pada kondisi tegangan
kurang.
Kurangnya tegangan masuk pada suatu motor akan membuat
terjadinya over load / over current pada motor itu.
Apabila motor sedang beroperasi (CB menutup) lalu tiba-tiba
tegangan menurun, otomatis CB akan membuka.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-21


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

Tabel 7.1.
Dengan over curent (b) dan electromegnetik shock circuit
release (s) front drive, Manual.
Over current Magnetic Breaking
Type
Adjustment Release Cap. 380 V
MEbs
A KA KA

1000 500-1000 -4 50
1250 750-1250 4-8 50
1600 900-1600 4-8 50
1605 1000-1900 6-12 65
2000 1000-2000 6-12 80
2500 1500-2500 6-12 80
2505 1900-2900 6-12 80

Tabel 7.2.
Three phase Protective Circuit breaker dengan over current,
electromagnetic shoct circuit under voltage release, front
drive Manual.
Over current Magnetic Breaking
Type Harga
Adjustment Release Cap. 380 V
MEbsr Rp.
A KA KA

3200 3200 8-16 -


3205 3900 10-20 -

Tabel 7.3.
Three phase protective circuit breaker dengan shock circuit
release (S) tanpa bimetal dan casing pakai Motor Drive 220 v,
50 Hz dan Shun trip (a) 220 V.

Breaking
Rated Magnetic
Type Cap. 380 No. Kode Harga
Current Release
MEbsr V3 E1.EL2.58 Rp.
A KA
KA

3200 3200 8-16 80 01 -


3205 3900 10-20 80 11 -

4. Pengaman terhadap adanya bocor isolasi (earth leakage CB)


Bila terdeteksi adanya arus bocor akibat rusaknya isolasi
tegangan maka EICB ini akan membuka secara otomatis.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-22


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

c. Sikring
Bentuk fisik sikring ada bermacam-macam untuk tegangan rendah
dibedakan ada dua macam sikring : sikring ulir ada : 6 6A, 10, 16, 20,
35, 50, 60, 80 maksimum 100 A (sudah jarang).
1. Sikring ulir (diazed fuse)
Daya pemutusannya rendah, maka hanya dipakai di daerah yang
jauh dari generator/gardu listrik. Bila dipakai dekat generator,
mungkin selain putus, rumah sikringnya dapat meletus dan bunga
api akan terbang ke mana-mana. Arus korslet dekat generator
jauh lebih besar dari bila korslet terjadi pada lokasi yang jauh dari
generator.
2. Sikring patron (HRC fuse)
Rating arus sikring HRC dan seri rumah sikringnya (fuse base)
adalah : (lihat tabel).
3. Terdapat jenis-jenis sikring khusus yang lain misalnya sikring
untuk trhyristor (ultra high speed).

Tabel 7.4 : daftar ukuran arus untuk sikring HRC


Rumah sikring Element sikring

Size “0” Mulai dari 6 A, 10, .. 125, 160, A


Size “0” 60A …. 160 A
Size “1” 50, 63, …, 224, 250 A
Size “2” 250, 300, 355, 400 A
Size “3” 425, 500, 630, A
Size “4” 630, 800, 1000,1250, 1500 A

HRC fuse merupakan jenis sikring dengan kapasitas hubung tingkat


tinggi. Bila diperlukan sikring 1800 a, dilakukan pemasangan sikring
2x900 A.

d. Kabel
Kabel merupakan material instalasi terpenting. Dikenal beberapa
jenis kabel yang lazim dipakai di Indonesia antara lain :
1. Type kabel NYA : Thermoplastic Insulated Single CoreCable.
Kabel satu ini berisolasi thermoplastic. Temperature maksimum
700 C untuk pemasangan daerah kering. Bila akan digunakan
pada daerah lembab dan basah harus dipergunakan pipa plastik /
paralon.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-23


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

2. Kabel type NYM : Thermoplastic insultaed and sheated cables


Kabel berisolasi thermoplastic mempunyai lapisan pelindung luar
temperatur maksimum 700 C. Ketahanannya lebihtingi dari jenis
NYA. Dapat dipasang pada daerah yang lembab atau basah di
tempat terbuka diatas tanah. Pemasangan didalam tanah harus
menggunakan pipa konduit (heat and moisture resistent
insulated).

3. Type kabel NYY : Low tension insulated and PVC sheated power
cables.
Kabel berisolasi plastic dan isolasi PVC serta mempunyai lapisan
pelindung luar. Dapat dipasang secara ditanam langsung tanpa
pipa. Selain tahan terhadap kebakaran adanya lapisan PVC
memberi ketahan terhadap beberapa macam zat kimia seperti
coustic soda konsentrasi 10 %, asam sulfat 30% HCL 10%,
minyak dan lain-lain (head and moisture resistant insulated with
PVC jacket over the armour).

4. Type kabel NYFGbY : Insulated and PVC sheate, flat steel wire
and steel tape armored power cables.
Isolasi thermoplastic & PVC dengan lapisan kawat baja serta pita
baja yang dililitkan pada sepanjang permukaan kabel dapat
digunakan didalam air ditanam langsung dalam tanah. Seperti
NYY hanya mempunyai ketahanan mekanis lebih besar oleh
adanya pelindung pita baja.

Ukuran kabel dinyatakan dengan luas penampangnya. Indonesia


menggunakan ukuran mm, USA ukuran AWG. Kabeldengan luas
penampang tertentu mempunyai batas maksimum dilewati arus.
Apabila ini dilewati, pemasangan yang terjadi akan lebih dari normal
yang mungkin akan merusak isolasi kabel. Pencegahannya
kemungkinan ini dilakukan dengan memasang fuse atau pembatas
arus kerja lain pada saluran kabel tersebut.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-24


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

Tabel 7.5. Ekivalensi penampang kabel


MCM/AWG mm2 MCM/AWG mm2
750 203 4 21
500 165 5 17
350 140 6 13
250 116 7 11
0000 (4/0) 107 8 8
000 (3/0) 885 9 7
00 (3/0) 67 10 5
0 (3/0) 53 11 4,5
2 43 12 3,3
3 34 13 2,6
27 14 2

Arus kabel harus lebih kecil dari arus maksimum yang boleh
mengaliri kabel tersebut sedangkan batas tepatnya tergantung pada
seberapa besar faktor pendinginan kabel, cara pemasangan, jumlah
kabel dan lain-lain. Kabel diruang mesin bertemperatur ruang 320 C
jelas mempunyai batas arus lebih rendah daripada bila kabel
dipendam dalam tanah di daerah teduh.
Kabel yang dipasang sendirian tentu akan mempunyai kapasitas arus
lebih tinggi dari kabel dengan ukuran yang sama yang dipasang
bertumpuk atau berkelompok.

Tabel 7.6. Kemampuan arus dari kabel-kabel


Penampang Kabel Tegangan Rendah
Konduktor mm2 1 inti 2 inti 3-4 inti
120 450 315 250
150 510 360 290
185 575 405 330
240 670 470 385
300 760 530 430
400 910 635

Tabel berdasarkan kenaikan temperatur maksimum 2500 C. Untuk


pemasangan langsung ditanah yang kering atau didalam pipa, maka
kemampuan arus dikurangi 20%, juga bila pemasangannya di atas
tanah didalam tanah yang basah, tetapi pada 1 saluran kabel ada 3
sampai 4 kabel berjajar, untuk pengamannya sikring yang dipasang
harus mempunyai arus kerja maksimum dibawah batas arus kabel
yang bersangkutan. Sebagai contoh, kabel nyy 4x35 mm2
mempunyai kemampuan arus 115A. Sikring untuk kabel tersebut
adalah 100A.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-25


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

Demikian kabel dalam pemakaiannya banyak faktor yang harus


diperhitungkan baik pada pemeliharaan ukurannya, typenya maupun
cara konstruksinya. Faktor lain yang kadang kata lebih menentukan
pada pemilihan ukuran kabel adalah besarnya tegangan jatuh yang
terjadi kabel pada keadaan beban penuh. Tegangan jatuh maksimum
biasa diambil antara 2% sampai 5% tegangan nominal dan
tergantung pada faktor-faktor.
- panjangnya saluran
- besarnya pembebanan dan jenis beban
- ukuran penampang kabel
Tabel 7.7. Tabel batas tegangan jatuh
Beban Tegangan jatuh maksimum
Penerangan 5-7 %
Motor 2-4 %
Instrument 1-2 %

Khusus untuk beban motor-motor, tegangan masuk motor yang


terlalu kecil akan membahayakan motor oleh naiknya arus yang
diperlukan motor untuk memutar beban yang sama. Selanjutnya
sehubungan dengan kemampuan arus dari kabel atas batasan
temperatur kerja serta kemudahan instalasidan keamanan kabel
maka jumlah dalam suatu pipa konduit adalah terbatas. Tabel 7.4 ini
memberikan petunju, seberapa banyak kabel yang boleh ada dalam
pipa pelindungnya.
Tabel 7.8. Jumlah maksimum dalam pipa konduit
Untuk pipa Pipa
Pipa Pischel
Pipa Union Pipa Bregmen pada dalam
dalam m
tembok tembok
4x1 3x1.5
5/8 ¾ 14 3x1.5 2x2.5
2x2.5
2x4
4x2.5 4x2.5
¾ 1 18 3x4 3x4
2x6 3x4
4x6 2x6
3x10 4x6
1 1¼ 26 2x16 3x10
4x6
3x16 3x10
1¼ 1½ 2x25 2x16
4x25 4x25
1½ 1¾ 37 3x35 3x35
2x50 2x50
4x70 4x70
3x95 3x95
2 2 2x12

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-26


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

7.4.2 Instalasi Penangkal Petir


a. Instalasi penangkal petir di gedung-gedung menggunakan „Lightning
Preventor“ yaitu suatu zat radio aktif yang dipasang pada menara-
menara setinggi 20 meter diantara gedung-gedung.
Dilengkapi dengan BC draad 50 mm2 untuk pertahanan setiap frame /
rangka dari gudang ditanahkan melalui 6 buah elektroda
pentahananpada kolom besi.
b. Instalasi penangkal petir untuk kantor-kantor dan menara lampu sorot
menggunakan sistim yang lama yaitu berupa tiang-tiang tembaga yang
ditanahkan pada tempat-tempat tertentu, untuk pemasangan tiang-tiang
maupun tembaga-tembaga konduktor 50 mm2 sampai ke elektroda
pentahanan banyak berhubungan/koordinasi dengan pekerjaan
pembetonan/ tembok.

7.4.3 Istilah-istilah yang umum dipakai


a. Fixture :
Adalah fitting lampu lengkap dengan armaturnya termasuk lampu dan
assessorisnya.
Contoh :
Fixture lampu gedung terdiri dari :
a. Fitting
b. Strater
c. Ballast
d. Frame (termasuk reflector)
b. Armature
Frame dari fiture dimana segala aksesoris lampu terletak.
c. Titik cahaya
Yang disebut 1 (satu) titik cahaya adalah terdiri dari fitting, kabel-kabel,
pipa-pipa, schakelar dalam satu rangkaian tersebut dapat menyala. Stop
kontakpun disebut titik cahaya.

d. Conduit
Conduit adalah saluran tempat kabel-kabel dilakukan.
Guna conduite adalah untuk melindungi kabel.
Conduit dapat berupa pipa galvanized, pipa gas, pipa plastic (pralon) buis
beton.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-27


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

e. Panel
Suatu cabinet (box) sebagai pusat distribusi listrik yang dilengkapi
dengan pengaman.
f. Pentahanan
Suatu usaha untuk mengamankan alat-alat listrik jiak terjadi gangguan
ketanah pada alat-alat listrik (korsluiting), berupa pemasangan kabel
konduktor ke elektroda yang ditanam di tanah.

7.4.4 Intalasi Telepon

PT. TELKOM

M.D.F Cable Ke pesawat


Main Distribution Terminal Telepon di
Frame Box Seluruh
kompleks

P.A.B.X

Skema diatas menunjukkan sistem instalasi telepon.


Instaslasi telepon dalam bangunan yaitu : kabel, pipa, pesawat-pesawat
telepon, kabel terminal, dan lain-lain.
Sedangkan instalasi telepon diluar bangunan yaitu : trench untuk kabel
telepon dan terminal box, serta instalasi kabelnya.
Pada bangunan rumah susun yang direncanakan dilengkapi dilengkapi
dengan fasilitas telepon untuk tiap rumahnya, biasanya pada struktur
bangunan tersebut disediakan kolom khusus untuk penempatan kawat-kawat
saluran telepon.
Dalam pemasangan instalasi telepon, kawat untuk sambungan telepon harus
dilewatkan dalam saluran-saluran yang sudah tersedia.
Hal ini dimaksudkan disamping untuk memudahkan dalam perawatan juga
untuk kerapian instalasi.

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-28


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal

DAFTAR PUSTAKA

1. Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius Yogyakarta,


1996

2. mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.

3. Proyek Monitoring Pelaksanaan Irigasi, Balai Irigasi, Metode Pengawasan Mutu


Irigasi PP 03, Bekasi Agustus 1989.

4. Waskita Karya PT, Manual Mutu 2000

5. Waskita Karya PT, Manual Perencanaan dan Pengendalian Proyek 1999.

6. Keputusan Menteri KIMPRASWIL Nomer : 362/KPTS/M/2004, tentang : Sistem


Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

7. Vincent Gaspersz, Statiscal Process Contral (Penerapan teknik – Teknik Statistikal


Dalam Manajemen Bisnis Total).

8. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.

9. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996

10. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001

11. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta

12. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-29


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Rangkuman

RANGKUMAN

Bab 1
1. Metoda pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh
perencanaan menjadi bentuk fisik dan akan mencerminkan profesionalisme
kontraktor.
2. Rencana pelaksanaan proyek :
1. Organisasi proyek dan job description
2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya
3. Rencana mutu kontrak
4. Metode konstruksi (construction method)
5. Survei lapangan
6. Mobilisasi dan site plan
7. Rencana anggaran pelaksanaan (RAP) dan cash flow
8. Rencana K3 proyek
9. Rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL)
3. Kebutuhan sumber daya
 Site plan
 Kebutuhan sumber daya per item pekerjaan
- tenaga kerja
- peralatan
- material
 Rencana anggaran pelaksana
 Tahapan pekerjaan

Bab 2
1. Kesalahan pada pekerjaan pengukuran dan pematokan berakibat :
FATAL
- Produk Tidak Berfungsi sebagaimana mestinya
- Kontribusi harus dibongkar dan dibangun kembali
2. Tujuan Pengukuran dan pematokan untuk menetapkan posisi satu titik dan titik lain
terhadap titik tetap
Pekerjaan pematokan atau uitzet/ setting out harus dilaksanakan dengan :
Teliti, akurat dan ketepatan yang tinggi

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-1


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Rangkuman

3. Pematokan Uitzet
 Setting out – As (Central Line0
 Setting out – sumbu
 Setting out – garis kisi-kisi
 Setting out untuk timbunan dan galian
 Setting out untuk pondasi dan pasangan batu
 Dan lain-lain
4. Pengkaplingan dilakukan dengan :
 Pengukuran situasi
 Perhitungan data
 Penggambaran peta
 Pematokan

Bab 3
1. Pekerjaan pembukaan lahan
 Pembersihan semak dan pohon
 Penyingkiran batu dan pembongkaran
 Penyiapan dan perataan tanah
 Penggalian dan penimbunan
 Stabilitas lereng

Bab 4
1. Pekerjaan pondasi bentuk dan jenisnya
 Pondasi dangkal
 Pondasi dalam
Pondasi Dangkal
 Pondasi menerus
 Pondasi setempat
 Pondasi gabungan
 Pondasi plat
2. Pondasi Dalam antara lain :
 Pondasi tiang pancang
Pengertian :
Suatu bentuk batang yang ditancapkan kedalam tanah secara tegak lurus atau
menyudut untuk memindahkan beban ke tanah

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-2


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Rangkuman

Jenis tiang pancang :


1. Tiang besi cor
2. Tiang komposit
3. Tiang pasir
4. Tiang kayu
5. Tiang Besi
6. Tiang beton (pabrikan atau cor ditempat)
3. Bentuk dan cara pengerjaannya :
1. Tiang pondasi straus
2. Tiang pondasi sekrup dari besi cor
3. Tiang pondasi simplex
4. Tiang pondasi frankie
5. Tiang pondasi pedestal
6. Tiang pondasi tekan
7. Tiang pondasi goyang

Bab 5
1. Pengertian pekerjaan struktur adalah :
Pekerjaan rangka bangunan yang berada diatas pekerjaan pondasi dengan bentuk
komponen berupa kolom, balok, lantai, dinding, plat beton, tangga dan kerangka atap
2. Pembebanan pada pekerjaan konstruksi terdiri dari :
 Beban mati
 Beban hidup / bergerak
 Beban angin
 Beban gempa
 Beban khusus
3. Jenis Pekerjaan Struktur
 Struktur baja
 Struktur komposit
 Struktur beton
 Struktur pasangan dinding/ tembok
 Struktur lantai dan tangga
4. Pekerjaan Struktur Beton
 Bahan beton
 Campuran beton
 Pemeriksaan mutu beton
 Perubahan bentuk beton

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-3


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Rangkuman

 Pelaksanaan pengerjaan beton


Pelaksanaan Pekerjaan Penulangan Beton
 Mengenal baja tulangan
 Pemotongan dan pembengkokan
 Sambungan tulangan
 Pemasangan/ perangkaian pembesian/ penulangan beton
5. Pengawasan pekerjaan beton
 Pekerjaan persiapan
 Pekerjaan penyiapan bahan
 Pekerjaan pembesian
 Pekerjaan pengecoran
 Pekerjaan perawatan
6. Pedoman Umum Cetakan (bekisting)
 Jarak tumpuan
 Penyambungan papan untuk panel
 Penyambungan papan untuk sudut
 Merakit papan cetakan dengan kawat baut mur
 Menghindari kerusakan
Cetakan kolom dan dinding :
 Cara mendirikan cetakan kolom
 Cetakan tangga
 Cetakan kolom segi empat
 Cetakan kolom bukan segi empat
 Cetakan dinding
 Cetakan balok dan lantai
7. Tentang Perancah (scaffolding)
 Tiang penyangga cetakan beton
 Tiang penyangga harus berdiri diatas bantalan yang kokoh terhindar dari
pemuaian, pengerusan atau pergeseran
 Tiang penyangga harus mudah disetel dan dibongkar
 Pembongkaran perancah harus sesuai prosedur

Bab 6
1. Bangunan gedung dapat dikategorikan :
 Bangunan umum
 Bangunan rumah tinggal / perorangan semuanya itu Memerlukan arsitektur

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-4


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Rangkuman

2. Bangunan rumah tinggal/ perorangan berfungsi :


 Tempat istirahat
 Tempat kehidupan/ kenyamanan
 Tempat untuk menunjukan tingkat sosial
 Pembinaan keluarga
3. Seni bangunan sering disebut seni arsitektur merupakan :
Keindahan suatu bangunan sehingga manusia yang menikmatinya akan merasa ada
kepuasan dalam jiwanya
4. Syarat-syarat Keindahan
 Estetika formil
 Estetika ekspressionis
 Estetika psikologis
Diwujudkan / dipenuhi melalui aspek-aspek :
 Bentuk (form)
 Kesatuan (unity)
 Keseimbangan (balance)
 Aksen/ harmonis/ ekspresi dan gaya
5. Untuk mendapatkan kesatuan dari bentuk :
 Bentuk kesatuan geometri murni
 Mengintegrasikan dan sinkronisasi bagian minor / sekunder dengan mayor /
prmier
Paling dominan :
Memadukan berbagai bentuk/ macam-macam satuan yang berbeda-beda menjadi
satu kesatuan yang merupakan pernyataan yang dapat mewakili dan menciptakan
“Nilai Estetika”.

Bab 7
1. Bangunan Gedung belum dapat dikatakan berfungsi dengan layak, jika fasilitasnya
belum lengkap
 Biarpun strukturnya sudah jadi
2. Fasilitas bangunan gedung salah satunya antara lain :
 Mekanikal dan elektrikal
Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal :
 Listrik
 Pompa air
 Penangkal petir
 Pemadam kebakaran

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-5


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Rangkuman

 Alat komunikasi
 Penyegar udara
 Dan lainnya

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) R-6


Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Istimawan Dipohusodo, Manajemen Proyek dan Konstruksi, Kanisius Yogyakarta,


1996

2. mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.

3. Proyek Monitoring Pelaksanaan Irigasi, Balai Irigasi, Metode Pengawasan Mutu


Irigasi PP 03, Bekasi Agustus 1989.

4. Waskita Karya PT, Manual Mutu 2000

5. Waskita Karya PT, Manual Perencanaan dan Pengendalian Proyek 1999.

6. Keputusan Menteri KIMPRASWIL Nomer : 362/KPTS/M/2004, tentang : Sistem


Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah.

7. Vincent Gaspersz, Statiscal Process Contral (Penerapan teknik – Teknik Statistikal


Dalam Manajemen Bisnis Total).

8. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.

9. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996

10. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001

11. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta

12. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005

Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) DP-1

Anda mungkin juga menyukai