PELATIHAN
KEPALA PROYEK
BANGUNAN GEDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 UMUM
Modul ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan tahapan dan metode
konstruksi (metode pelaksanaan konstruksi) untuk pekerjaan Bangunan Gedung,
yang sering dipakai pada pelaksanaan pekerjaan Bangunan Gedung .
Modul ini berisi prosedur dan pedoman yang perlu diikuti dan dikembangkan dalam
pelaksanaan pembangunan gedung. Penggunaan metode konstruksi atau metode
pelaksanaan yang sesuai akan menyakinkan bahwa pelaksanaan pekerjaan akan
terselesaikan dalam batas waktu dan dana yang tersedia serta mutu yang tercantum
di dalam spesifikasi. Peningkatan mutu proses pelaksanaan pekerjaan akan
mengurangi pekerjaan perbaikan atau rework yang jelas menambah biaya dan waktu
penyelesaiannya.
Metode konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik-teknik
pelaksanan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen
konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat
mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya
metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan
antara persyarataan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis dan ekonomis yang
ada dilapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.
Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka
gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi.
dalam bentuk bagan diberikan pada Gambar 1.1. konsep metode pelaksanaan
mencakup pemilihan dan penetapan yang berkaitan dengan keseluruhan segi
pekerjaan termasuk pemilihan dan penetapan sarana dan prasarana yang bersifat
sementara sekalipun.
Gambar 1.1
Pada tahap persiapan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan
prasarana yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan
rencana persiapan fisik dilapangan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan proyek
menjadi lebih lancar.
Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar atau
pedoman untuk kesuksesan pelaksanaan dilapangan demi tercapainya pengendalian
biaya, mutu dan waktu sesuai target yang direncanakan
Untuk menyusun metode konstruksi yang lengkap diperlukan data dan analisa
kebutuhan sumber daya tenaga kerja, bahan yang akan dipakai dan paling
penting adalah daftar kebutuhan peralatan.
BAB II
PENGUKURAN DAN PEMATOKAN
2.1 UMUM
Pekerjaan konstruksi hakekatnya adalah pekerjaan untuk mewujudkan suatu
bangun bangunan seperti gedung, jalan, jembatan, bendung, saluran irigasi dan
lain-lain pada suatu lokasi berdasarkan gambar yang telah ditentukan.
Bila kita datang ke lokasi dimana bangunan tersebut akan dibangun, lokasi tersebut
dapat berupa tanah kosong (dalam arti belum ada bangunan), tetapi bisa juga di
lokasi itu tersebut sudah ada bangunan lainnya baik dikiri maupun di kanannya.
Warna :
Biru untuk patok
Merah dan Putih
untuk pagar
Pengaman
5. Patok atau tugu beton yang menandai titik referensi harus sering
diperiksa, karena bisa rusak di tempat pekerjaan yang sempit/sesak.
Mengganti satu patok adalah mudah, tetapi jika tidak segera
dilaksanakan dan menunggu sampai beberapa patok rusak atau hilang,
akan menghadapi saat krisis karena sebagian besar titik kontrol telah
hilang dan pekerjaan terpaksa harus dihentikan untuk memasang
kembali patok tersebut.
Berikut ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan uitset
kisi-kisi :
1. Pada proyek-proyek besar patok-patok referensi yang terdapat dalam
gambar pada umumnya mempunyai koordinat yang telah dikaitkan pada
sistem jaringan triangulasi.
2. Apabila tidak ditunjukkan patok-patok yang menandai as pada gambar
kontrak, pelaksana lapangan harus membuat kisi-kisi yang diperlukan.
3. Pada proyek-proyek yang kecil, garis tengah suatu jalan, ujung pagar
halaman atau bangunan-bangunan atau garis-garis yang berhubungan
dengan benda tetap diatas tanah dapat digunakan sebagai as.
4. Untuk proyek besar, sedikitnya harus dibuat 3 buah patok referensi, bila
dibutuhkan untuk memenuhi kondisi sebagai as.
5. Patok-patok uitset kisi-kisi harus tahan lama, karena akan selalu
dibutuhkan selama masa kontrak pekerjaan.
6. Patok-patok sementara dapat berupa paku pada patok kayu
7. Patok-patok yang sifatnya lebih permanen harus dari paku baja atau
pelat dengan tanda yang ditanam dalam beton.
8. Dasar beton harus kokoh dan sebaiknya dasarnya digali dalam tanah
dan di cor sampai pada elevasi patok atau permukaan paku.
9. Dibuat pagar pengaman mengelilingi patok untuk mencegah kerusakan
10. Dari patok-patok uitset kisi-kisi tertentu, sudut-sudut dan jarak-jarak
dapat diambil terhadap benda-benda yang ada dan diperiksa untuk
memastikan kebenaran tempatnya sehubungan dengan tempat
pekerjaan.
an
bun
r i tim
k hi r da
an a
i ri ng
K em
profi l
K ayu
12 m
+ 13.000
Patok
+ 1.000
Patok
+ 11.000
+ 3.000
½
lud
Ta
12 m
diluar batas konstruksi jika penggalian oleh tenaga kerja. Hal ini
dimaksudkan agar bouwplank tidak rusak/terganggu.
c. Uitset yang penting diberi tanda pada papan horizontal dengan paku
atau irisan gergaji
d. Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi terkontrol ini
ditulis pada papan horizontal tersebut.
e. Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan jenis dan
ukuran konstruksi pada bouwplank.
Gb. 2.10 Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Papan Acuan (bouwplank)
b. Patok-patok Elevasi
Patok elevasi pada umumnya dipasang dengan menggunakan alat
sipat datar dan diikat pada elevasi referensi sementara yang
ditetapkan/disetujui. Patok-patok elevasi dipancang ke tanah atau
dipasang pada konstruksinya sendiri untuk menunjukkan elevasi
tahapan konstruksi.
Ketinggian yang tepat ditunjukkan pada bagian as patok atau pada
paku diatas patok tersebut.
6. Ketepatan Uitset
Harus diperhatikan benar-benar pada ketepatan uitset atau pembuatan
alat-alat bantu tersebut diatas. Suatu kesalahan dalam hal ini akan
terlihat pada hasil pekerjaan.
2.3 PENGKLAPINGAN
Pengkaplingan tanah adalah membagi luas tanah yang akan dipakai untuk
pemukiman, menjadi beberapa petak tanah atau pekarangan. Tentu saja dalam
membagi petak-petak tanah ini perlu diperhatikan adanya sarana umum seperti
jalan, saluran air, taman dan sebagainya.
2. Cara Pengukuran
Jika daerahnya cukup luas pengukuran yang perlu dikerjakan adalah :
a. Kerangka peta yang diukur dengan cara poligon
b. Batas-batas tanah atau daerah
c. Detail situasi
Misalkan akan memasang patok pada titik A (lihat gambar pada peta situasi)
Patok titik Po dan P1 diketahui di lapangan
Koordinat titik Po = (100;100)
Koordinat titik P1 = (107;169)
Koordinat titik A dapat dibaca / dilihat pada peta rencana pengaplingan ;
hasilnya A = (119;153).
xa xP1
( P1 A) Arc tan
y A yP1
12
Arc Tan 0,857142857
14
( P1 A) 400 36' 4,66"
2. Perhitungan Jarak
Jarak P1-A dapat dihitung sebagai berikut :
a. Rumus Pitagoras
Jarak P1-A = y2
= 12 2 14 2
= 144 196
= 18,439 m
12 INV R-P 14 =
= 18,439 m
0 36’
313 21,2
”
P1
18
,4
39
Po
BAB III
PEMBUKAAN TANAH
3. Penebangan Pohon
a. Penebangan dengan tenaga manusia
Penebangan pohon dengan tenaga manusia dilakukan dengan cara
seperti diperlihatkan pada gambar
Pada dasarnya menarik garis kontur adalah menentukan titik-titik pada peta
yang mempunyai ketinggian sama. Ketinggian suatu titik diukur dari permukaan
laut.
2. Peta Topography
Dari hasil pengukuran didapatkan peta topography yaitu peta contour yang
menggambarkan tinggi rendahnya permukaan tanah. Pada pekerjaan tanah,
peta ini dibutuhkan untuk menduga beberapa besar tanah yang harus
dipindahkan dan diurus sehingga didapatkan ketinggian permukaan yang
diinginkan.
2h
+ (A3+ 4A4+ A5)
6
h
= [(A1+ 4A5+ 2A3)
3
+ 4(A2+ 4A4)]
Gambar 3.18 Penggalian untuk basement gedung bertingkat dengan back hoe
Gambar 3.20 Stabilisan lereng dengan membuat tanah timbunan pada kaki lereng
BAB IV
PEKERJAAN PONDASI
4.1 UMUM
Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan pondasi bangunan gedung, pertama kali
yang harus dipahami adalah tata letak pondasi yang tertuang dalam gambar teknik
atau gambar kerja. Terutama posisi dan jarak atau ukuran tata ruang tidak boleh
terjadi kekeliruan dalam membacanya, karena kekeliruan membaca tata letak,
ukuran dan jarak akan diikuti kekeliruan/ membuat bowplank/ papan acuan profil
pembuat pondasi dan beruntun sampai bias terjadi kekeliruan struktur bangunan
diatasnya.
Selain tata letak pondasi yang tertuang dalam gambar teknik, perlu di mengerti jenis
dan bentuk pondasi yang direncanakan.
Adapun jenis-jenis pondasi menurut Ir. Ign. Benny Puspantoro MSc, dalam
bukunya, Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, berdasarkan
kedalaman letaknya dibagi menjadi dua yaitu :
- Pondasi Dangkal, dan
- Pondasi Dalam
Keterangan :
a. Pondasi menerus
Pondasi menerus dipasang di bawah seluruh panjang dinding bangunan dengan
lebar dasar sama besar. Pondasi ini dipakai kalau kedalaman tanah baik antara
0,80 – 1,20 dari permukaan tanah asli.
Bahan untuk pondasi dapat dipakai pasangan batu kali dengan perekat keras 1
semen : 5 pasir.
Untuk tanah labil atau tanah lembek, pondasi dapat dibuat dari beton bertulang
atau kombinasi beton dengan pasangan batu kali. Diatas pondasi menerus harus
dipasang balok sloof sebagai perangkai kaki beton.
Pada pondasi menerus, seluruh beban bangunan diratakan lebih dahulu
sepanjang balok sloof, baru kemudian dilimpah ke pondasi di bawahnya secara
merata.
b. Pondasi setempat
Bila kedalaman tanah baik lebih dari 1,20 m dari permukaan tanah asli akan
sangat mahal bila menggunakan pondasi menerus, karena tanah yang baru
digali dengan volumenya sangat banyak dan kebutuhan bahan pasangan
menjadi bertambah.
Untuk lebih menghemat biaya pondasi dapat dipakai pondasi setempat. Pondasi
setempat dipasang di bawah kolom-kolom utama pendukung bangunan. Seluruh
beban bangunan dilimpahkan ke kolom-kolom utama dan diteruskan ke pondasi
dibawahnya, jadi meneruskan ke pondasi setempat.
Pondasi setempat mempunyai kedalaman 1,50 m – 4,00 m. Tanah yang digali
dalam hanya dibawah kolom-kolom portal pendukung utama bangunan, sedang
di bawah balok sloof cukup digali sampai kedalaman 0,60 m – 0,80 m.
A = Bentuk umur
B = Modifikasi dari bentuk A
C = Bentuk untuk tanah liat (clay) yang sangat lunal
Gambar 4.6 Pondasi bentuk dinding dengan peletakan yang lebar sekali
5. Pondasi Menerus
Beberapa kolom dipasang sebaris pada slab. Pondasi ini sangat baik untuk
menahan goncangan gempa, kadang-kadang dipakai balik tambahan
diantara colomm untuk menambah kestabilan.
2. Klasifikasi
Tiang pancang (piles) bisa diklasifikasikan menjadi dua golongan :
a. Tiang yang tidak diperuntukkan menhanan beban (non-load
bearing piles), terdiri dari tiang-tiang baja tipis (steel sheet piles)
tiang-tiang beton tipis (concrete sheet piles), tiang kayu lapis
(timber sheet piles).
b. Tiang yang diperuntukkan menahan beban baik tiang yang
bersifat memikul beban secara langsung (bearing poles) maupun
memikulkan beban melalui pengesekan dengan dengan tanah
(friction piles).
Kekurangan :
a. Pemacangan pipa (tiang)
b. Pengecoran beton dalam pipa
c. Pemadatan beton dalam pipa dan pengangkatan pipa
d. Tiang pondasi yang sudah mati
Keterangan :
Pelubangan dilakukan dengan boring, dan mempergunakan tekanan
udara pada pemadatan campuran semen dan batuan
13. Composite
Pondasi Composit menggunakan macam-macam material. Biasanya
digunakan kombinasi antara batu dan kayu, karena memiliki
keuntungan antara lain :
a. Murah
b. Mudah membuatnya
Daya dukung tanah bisa turun karena periode waktu yang lama, arah
gaya friksi negatif adalah ke bawah dan gaya ini tidak boleh terjadi
karena bisa menyebabkan rusaknya suatu bangunan,
17. Caissons
Biasanya pondasi Caissons dibuat untuk bangunan air dengan
beban yang tidak terlalu besar.
Kegunaan pondasi ini adalah :
a. Untuk menahan gaya-gaya yang permanen seperti struktur pada
bagian atas angin, gempa dan lain-lain
b. Menahan gaya-gaya luar seperti tekanan air pada waktu
mengapung
Gambar 4.35 Konstruksi Balok dukung ini diatas pondasi tiang pancang
BAB V
PEKERJAAN STRUKTUR, CETAKAN DAN PERANCAH
Kolom portal harus dibuat menerus dari lantai bawah sampai lantai atas, artinya
letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus
dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai.
Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan
yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil. Perubahan dimensi kolom
harus dilakukan pada lapoi lantai, agar pada satu lajur kolom mempunyai
kekakuan yang sama.
2. Kombinasi Pembebanan
3. Pengertian Beban
a. Beban-mati adalah berat dari semua bagian bangunan yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), serta alat
atau mesin yang merupakan bagian tak terpisahkan dari rangka
bangunannya.
b. Beban-hidup adalah berat beban dari penghuni dan atau barang-barang
yang dapat berpindah, yang bukan merupakan bagian dari bangunan. Pada
atap, beban-hidup termasuk air hujan yang tergenang.
c. Beban-angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya,
karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang).
d. Beban-gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka
bangunan akibat adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan
suatu analisa dinamik.
e. Beban-khusus adalah beban kerja yang berasal dari: adanya selisih, suhu,
penurunan pondasi, susut bahan, gaya rem dari kran, getaran mesin berat.
Rangka portal untuk bangunan bertingkat rendah, umumnya dibuat dari bahan
konstruksi beton bertulang. Bahan beton merupakan konstruksi yang kuat
menahan gaya desak, sedang tulang baja mampu menahan gaya tarik, jadi
bahan beton bertulang juga merupakan konstruksi tahan gempa, tahan api,
merupakan bahan yang kuat dan awet yang tidak perlu perawatan dan dapat
berumur panjang.
b. Pasir
Pasil merupakan agregat halus sebagai bahan tambahan untuk
pembuatan beton.
Penggunaan pasir untuk beton harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
1. Pasir harus mempunyai tekanan hancur yang lebih besar
daripada tekanan hancur semen yang telah menjadi keras.
2. Tidak mengandung Lumpur lebih dari 5% ditentukan terhadap
berat kering.
3. Tidak mengandung bahan-bahan organis.
4. Butiran pasir mempunyai diameter antara 0 mm – 5 mm dan
memenuhi analisa saringan (P.B.I. 1971).
d. Air
Air yang digunakan adalah air bersih yang tidak mengandung minyak,
kotoran organis, atau/dan bahan-bahan lain yang merusak beton/atau
baja.
2. Campuran Beton
a. Perbandingan Campuran Beton
Untuk konstruksi digunakan bermacam-macam campuran beton
dengan bermacam-macam perbandingan adukan.
Sifat beton yang dihasilkan harus sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan; misalnya untuk bangunan tempat air, maka harus
dipilih adukan yang memberi jaminan bahwa dinding tidak bocor.
Beberapa contoh adukan untuk pekerjaan struktur dengan angka
perbandingan antara semen: pasir : kerikil seperti terlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 5.2: Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum
Jumlah semen Nilai faktor
Minimum per m3 air semen
beton (kg) maksimum
Beton di dalam ruang bangunan :
a. Keadaan keliling non korosif 275 0,60
b. Keadaan keliling korosif disebabkan
oleh kondensor uap-uap langsung 325 0,52
1. Cara pengujian
Alat yang dipakai adalah kerucut terpancung dengan diameter
atas 10 cm, diameter bawah 20 cm dan tinggi 30 cm, diletakkan di
atas bidang alat yang rata yang tidak menyerap air misalnya : plat
seng kerucut ini diisikan dalam tiga lapis yang kira-kira sama
tebalnya dan setiap lapis ditusuk-tusuk 10 kali dengan tongkat
baja dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm dengan ujung
yang dibulatkan setelah bidang atasnya disipat rata, dibiarkan
selama ½ menit.
5. Pengerjaan Beton
a. Pengadukan
1. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk,
kecuali untuk beton mutu B0.
2. Mesin pengaduk untuk membuat kelas III harus terlebih dahulu
oleh pengawas ahli sebelum dipakai.
3. Selama pengadukan kekentalan beton harus dikontrol besarnya
slump untuk mengetahui jumlah air pencampur yang telah
diberikan.
4. Waktu pengadukan tergantung pada :
a. Kapasitas drum pengaduk
b. Banyaknya adukan
c. Jenis dan susunan butir agregat yang dipakai
d. Slump dari beton bersangkutan.
Waktu minimum yang harus diperhatikan adalah paling sedikit
1,5 menit setelah semua bahan masuk ke drum pengaduk.
5. Pengadukan yang baik akan menghasilkan adukan yang
mempunyai susunan dan warna yang merata.
6. Setiap kegagalan pengadukan (misalnya terlalu encer, ada
bahan-bahan asing) akan berakibat beton tidak dapat dipakai.
c. Siar Pelaksanaan
1. Siar-siar pelaksanaan harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak banyak mengurangi kekuatan konstruksi.
Penempatan siar pelaksanaan harus disetujui oleh pengawas
ahli.
2. Antara pengecoran balok atau pelat dengan pengakhiran
pengecoran kolom harus ada waktu yang cukup (untuk
memberikan kesempatan kepada beton dari kolom mengeras).
3. Balok, pertebalan miring dari balok dan kepala-kepala kolom
harus dianggap sebagai bagian dari sistem lantai atau harus di
cor secara menolit dengan itu.
4. Peletakan siar pelaksanaan pada pelat dan balok kira-kira di
tengah-tengah bentang. Apabila ditengah balok tentang terdapat
pertemuan atau persilangan dengan balok lain, maka siar
pelaksanaan ditempatkan sejauh 2 (dua) kali lebar balok dari
pertemuan atau persilangan itu.
Perhatikan :
Pemberhentian pengecoran harus sejajar tulang pokok
Perhatikan :
tempat pemberhentian :
- Berjarak (1/5 – 1/7 x panjang bentang)
- Membuat sudut 450.
d. Perawatan Beton
1. Untuk mencegah pengeringan bidang-bidang beton, selama
paling sedikit dua minggu beton harus dibasahi terus menerus,
antara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah.
Pada pelat-pelat atap pembasahan terus menerus ini harus
dilakukan dengan merendamnya (menggenanginya) dengan air.
Pada hari-hari pertama sesudah selesai pengecoran, proses
pengerasan tidak boleh diganggu. Sangat dilarang untuk
mempergunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai
tempat penimbunan bahan-bahan atau sebagai jalan untuk
mengangkut bahan-bahan yang berat.
2. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan udara
luar pemanasan atau proses-proses lain untuk mempersingkat
waktu pengerasan dapat dipakai cara-cara ini harus disetujui
terlebih dahulu oleh pengawas ahli.
Perhatikan ukuran-ukurannya.
Kait siku hanya untuk pelat.
3. Sambungan tulangan
a. Sambungan tulangan harus dilaksanakan menurut gambar-gambar
rencana dan atau uraian atau seperti yang disetujui oleh pengawas
ahli. Sambungan tulangan hanya dapat dilaksanakan sebagai
4. Letak pembesian
a. Pemasangan tulangan pada balok lantai
c. Balok Luiffal
Balok luifel dipasang pada bangunan yang jarak tembok diatas pintu
terlalu tinggi hingga kemungkinan akan membasahi pintu. Dipasang
menjorok keluar.
Gb. 5.32 Tulangan pokok yang dipasang dalam 2 arah lx dan ly.
Didalam tabel 11 untuk semua jenis lantai harus terdapat penutup beton
pada tulangan pokok setebal minimum 2 cm untuk ketahanan 4 jam dan
minimum 2 cm untuk ketahanan 4 jam dan minimum 1 cm untuk
ketahanan yang kurang dari 4 jam.
b. Pengawasan Pengecoran
Selama pengecoran hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan harus dilaksanakan tanpa
berhenti sampai mencapai siar-siar pelaksanaan / tempat
perhentian cor yang sudah ditetapkan.
2. Khusus pada pengecoran kolom beton, tinggi jatuh tidak boleh
melebihi 2,00 m. Untuk pengecoran yang cukup tinggi alas tempat
penuangan / dasar kolom diberi dulu adukan semen + pasir
secukupnya untuk mencegah terjadinya segresi dari agregat kasar
di dalam beton
3. Pemisahan antara agregat kasar dengan adukan (semen + pasir)
sehingga timbul sarang-sarang kerikil dan rongga-rongga udara
harus dicegah. Kemungkinan terjadinya pemisahan antara lain
disebabkan :
a. Terbentuknya adukan pada sisi acuan atau dasar penuangan
yang keras sewaktu adukan di cor.
b. Adukan tidak dipadatkan dengan alat penggetar atau
c. Penggunaan jarum penggetar secara salah
4. Pemadatan adukan dapat dilakukan dengan cara mencocok
adukan atau memukul cetakan, namun dianjurkan penggunaan
alat-alat mekanis (alat penggetar). Khusus untuk pekerjaan beton
mutu tinggi, penggunaan alat penggetar diwajibkan.
Dalam hal penggunaan alat penggetar, nilai slump dari beton harus
disesuaikan dengan ketentuan, pada umumnya tidak boleh lebih
dari 12, 5 cm.
5. Pengecoran balok
a. Penulangan balok diperiksa apakah dirakit dan dipasok atau dilaksanakan
setempat.
b. Periksa diameter dan jumlah serta mutu baja tulangan yang digunakan
apakah sesuai spesifikasi dan gambar.
c. Periksa penulangan pada hubungan balok dan kolom serta pelat lantai
beton apakah sesuai gambar dan spesifikasi.
d. Periksa apakah tulangan tidak menghalangi pengecoran beton dan
masuknya alat pengecor beton.
e. Periksa apakah metoda cetakan dan acuan sudah disetujui oleh
perencana/ ahli konstruksi.
f. Periksa apakah digunakan beton ready mix dan (mintakan sertifikat mutu),
apakah mutu beton sesuai dengan spesifikasi. Jika dengan ready mix
untuk diminta sertifikat mutunya.
g. Apakah pada permukaan beton lama diberi bahan kimia dan atau air
semen sebelum diadakan pengecoran lanjutan setelah pengecoran
terpaksa dihentikan satu hari.
h. Periksa apakah setelah pengecoran balok, beton dalam keadaan terawat
terus menerus selama minimum tujuh hari.
9. Shaft untuk keperluan instalasi listrik, pipa air bersih, air buangan
sampah
Ruangan khusus yaitu disebut shaft dipergunakan untuk keperluan instalasi
listrik, tempat berkumpulnya pipa air bersih, air buangan, gas dan tempat
pembuangan sampah dimana bentuk ruangan tersebut berupa ruangan
khusus dan menerus dari lantai bawah hingga atas serta mempunyai pintu
tersendiri.
Syarat ruangan shaft harus sedemikian rupa, sehingga dindingnya kedap
terhadap bau, kedap terhadap air. Minimum dinding dari beton dengan mutu
beton K.175 dengan tebal selimut beton minimum 2,0 cm (dalam K.175
dengan tebal selimut beton minimum 2,0 cm (dalam PBI 1971, disebutkan
hanya 1,50 cm), dilebihkan 0,50 cm demi keamanan terhadap kebocoran dan
yang terpenting pelaksanan pengawasan terhadap kebocoran dan yang
terpenting pelaksanaan pengawasan lebih ditekankan sehingga hasil
pengecoran dan permukaan beton hasilnya baik serta rapi dengan ketebalan
selimut beton sesuai hal diatas.
Gb. 5.37 Penempatan pada dinding beton yang tipis melalui lubang di acuan
Gb. 5.39 Bila pemisahan belum dihilangkan dalam pengisian ember-ember cor
Keterangan :
(a) panel dengan papan, (b) panel dengan penutup bahan tahan air, (c)
klem, (d) klem dengan sambungan,(e) detail dari pengencang panel
untuk di klem.
(a) panel utama, (b) panel pojok, (c) batang penahan, (d) rangkaian
pengencang, (e) tiang siku, (f) pegas
1. Jarak Tumpuan
Jarang tumpuan kayu bekisting
L = jarang sumbu tumpuan dalam cm
D = tebal papan/ balok bekisting dalam cm
H = tebal / tinggi beton yang akan dibuat / dicor dalam cm.
Tabel 5.14 : Jarak tumpuan (L), tebal papan (d) dan tebal beton (h) dalam cm
L
h d=2 2,5 3 3,5 4 5 6 7 8 10 12
8 76 95 114 133 152 190 228 226 304 380 45
10 70 88 105 123 141 176 211 246 281 351 42
12 66 83 100 116 133 166 199 233 265 332 33
15 62 77 92 108 123 153 185 216 246 307 37
20 56 70 84 98 112 140 168 196 223 29 33
30 49 61 74 86 98 122 147 171 195 244 29
40 44 56 67 78 89 111 133 155 177 222 26
50 41 52 62 72 83 103 124 144 165 206 24
60 - 49 58 68 77 97 117 136 155 194 23
70 - 48 55 64 74 92 111 129 147 184 22
80 - 46 53 61 71 88 106 124 140 176 12
90 - 44 51 60 68 85 102 119 136 170 20
100 - 42 49 57 66 82 98 115 131 164 19
Gb. 5.48 Cetakan kolom dengan perkuatan tiang, klem dan shot
Untuk menjaga agar cetakan kolom tetap berdiri tegak perlu dibuat tiang
tegak yang ditanam / dipancang cukup dalam dan yang dijadikan pendukung
utama.
Gb. 5.51 Cetakan kolom pengikat klem baja yang dapat diatur
Cetakan ini terdiri dari empat bagian yang sama. Ukuran cetakan dapat
diatur dengan mengubah penempatan baji (kunci) pada klem dan
merubah lapisan papan.
Papan bekisting diberi sirip untuk tempat sabuk baja. Sabuk baja
disambungkan seperti pada pengepakan.
4. Cetakan dinding
Selain dibuat di tempat kayu cetakan dinding juga bisa dipersiapkan lebih
dulu. Panel kayu bisa digunakan dengan rangka kayu atau logam.
Dengan membentuknya mejadi panel-panel maka cetakan ini bisa
digunakan berkali-kali. Panel ini bisa disambungkan dengan yang lainnya
dengan menggunakan baut.
Pada beton yang sedang dipasang jangkar (anker) sebagai tempat berpegang
cetakan untuk pengerjaan selanjutnya (bagian atasnya).
(a) Jangkar cetakan terdiri atas : kawat melingkar, baut, benda konis dan
cincin penutup.
(b) 1. Baut diambil dari sistem jangkar dengan meninggalkan kawat dan
lubang
2. Jangkar atas dijadikan pendukung untuk pembetonan selanjutnya.
3. Jangkar baru
Paneldan pemandu
dinaikkan untuk posisi baru
Panel kayu
Pengikat Pembe-
pada tonan
Posisi pertama
yang
Pengikat sama
seperti 1
Baja
Penumbuk kayu
Keterangan :
a. Jangkar cetakan terdiri atas : kawat, baut, benda konis dan cincin penutup
b. 1. Baut dilepas dan lubang ditutup
2. Jangkar atas dijadikan tempat pegangan cetakan untuk pembetonan
selanjutnya
3. Jangkar baru
Gb. 5.61 Potongan cetakan mendaki untuk dua sisi pada keadaan khusus
Pengunci pasak
Lubang untuk
memasukkan batang
jika dibutuhkan
Batang pengoperasian
untuk memutar ulir
Lubang untuk
menyambung
Mempergunakan baut
6. Cetakan tangga
5.5.1 Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam Pekerjaan Cetakan / Acuan
1. Cetakan yang dibuat harus menghasilkan bentuk akhir dari beton yang
mempunyai bentuk dan kedudukan yang sesuai dengan yang ditunjuk
oleh gambar rencana dan syarat-syarat uraian pekerjaan.
2. Cetakan harus terbuat dari bahan-bahan yang baik yaitu tidak cacat dan
tidak mudah meresap air serta memenuhi persyaratan konstruksi.
3. Cetakan harus cukup rapat untuk menghindarkan kebocoran adukan
beton ataupun air semen.
4. Konstruksi cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya untuk
menjamin bentuk dan kedudukan yang tetap serta cukup menahan
getaran-getaran yang diakibatkan alat vibrator.
5. Konstruksi cetakan harus direncanakan atau dibuat sedemikian rupa
sehingga mudah dibongkar atau dibuka dari beton dengan tidak
menimbulkan kerusakan pada beton maupun perancah.
6. Pada cetakan beton, balok dinding dan lantai harus dibersihkan dari
kotoran bekas bahan potongan cetakan, serbuk gergajian, potongan
kawat pengikat dan lain-lainnya yang dapat mengganggu proses
pembetonan.
7. Lendutan maximum dua penyokong / penyangga cetakan tidak boleh
lebih sepertiga ratus bentangan atau dalam keadaan apapun tidak boleh
melendut lebih dari 3 mm ( 1/300 ℓ atau 3 mm).
8. Bila menggunakan exentral vibrator, maka sebelumnya harus diadakan
persiapan seperti misalnya memakai bantalan karet antara acuan dan
perancah.
9. Bagian dalam cetakan yang diberi bahan minyak, gemuk atau bahan lain
dengan maksud untuk mempermudah membuka/membongkar cetakan
atau untuk menghindarkan dinding cetakan menyerap air adukan beton,
bahan tersebut tidak boleh mempengaruhi mutu beton/besi dan tidak
menyebabkan warna kotor berlainan pada permukaan beton yang
dicetak.
10. Untuk cetakan dari baja hendaknya diperhatikan agar baut-baut yang
dipergunakan terpelihara dengan baik, agar supaya pada saat
melepaskannya tidak menimbulkan kesulitan atau getaran beton
sehingga menyebabkan kerusakan / geseran pada beton.
BAB VI
PENGETAHUAN DAN PENGERJAAN TEKNIK ARSITEKTUR
6.1 UMUM
Pada jaman purba, manusia purba (primitif) mula-mula tinggal dalam gua-gua atau
berteduh sebagai tempat perlindungan dari bahan-bahan yang ada disekitarnya.
Tetapi kadang-kadang bahan-bahan tersebut hanya cukup kuat sampai 3 bulan
saja.
Pada saat itu manusia mendirikan tempat berteduh atau bertempat tinggal dalam
gua-gua semata-mata hanya untuk melindungi diri bersama keluarganya dari
gangguan hewan dan cuaca atau dapat dikatakan gangguan dari luar naik yang
terlihat maupun yang tidak terlihat.
Pada abad sekarang pengertian akan bangunan sudah mulai berubah lagi sesuai
dengan perkembangan dan kebutuhan, sehingga fungsi bangunan bukan hanya
sekedar untuk melindungi diri dari bahaya hewan dan cuaca tetapi sebagai tempat
melakukan berbagai macam kegiatan baik yang bersifat umum maupun perorangan.
Bangunan untuk kegiatan yang bersifat umum biasanya dalam bentuk bangunan
gedung perkantoran, rumah sakit, hotel dan sejenisnya. Sedangkan bangunan untuk
kegiatan perorangan dalam bentuk rumah tinggal yang bertempat sebagai rumah
tinggal yang berfungsi sebagai :
Agar dalam seni arsitektur dapat terwujud dengan baik, maka harus dipenuhi
aspek-aspek yang dapat mempengaruhinya yaitu : bentuk (form) dan
kesatuan (unity), keseimbangan (balans), proporsi, aksen, harmonis,
ekspresi dan gaya / lagam.
Gb. 6.2 Bagian yang lebih tinggi mendominan bagian yang rendah
Deretan garis yang berselang dan bentuk lain dari suatu gambar yang
dapat dengan lebih tegas untuk mendapatkan letak titik keseimbangan.
Pada deretan garis, titik keseimbangannya terletak pada garis silang.
Pada gambar lainnya, titik keseimbangannya terletak pada tumpuan yaitu
dapat berupa tempat masuk, pintu atau dapat juga dengan cara memberi
tanda khusus yang berbentuk lain misalnya pada silang guna
mempertegas.
6.2.5 Ritme
Ritme dalam suatu bangunan dihasilkan dari pengulangan suatu pola
tertentu, warna, bentuk dalam jumlah tertentu. Pengulangan terjadi akibat
dari suatu satuan yang mempunyai karakter yang kuat.
Contoh :
Adanya suatu kelompok jendela yang diletakkan dengan jarak yang sama,
deretan kolom yang mempunyai bentuk dan ukuaran yang sama, ornamen-
ornamen yang diulang-ulang. Kesemuanya tadi menciptakan suatu nada
dari ritme sebagai keseluruhan dari bangunan tersebut.
Kita dapat juga melihat ritme yang jelas pada gedung bertingkat pada
tampak dengan adanya pengulangan pada jendela-jendela yang
mempunyai ukuran modul tertentu.
Dan juga kita tidak memperoleh sesuatu yang membosankan maka dibuat
suatu bentuk dengan corak atau penonjolan yang lain.
6.2.7 Harmonis
Harmonis merupakan ungkapan dari hasil bentuk dan struktur yang
diperlihatkan secara detail sehingga nampak wajar apa yang dimaksudkan
dari sifat-sifat bahan yang dipakai. Sebagai contoh pada struktur bangunan
yang menggunakan rangka baja menyatakan kelangsingan dari bangunan
tersebut. Dan sebaliknya bila menggunakan konstruksi batu yang bersifat
masif menyatakan bahwa bangunan tersebut kokoh dan mantap.
Hubungan antara bentuk, struktur dan sifat bahan yang dipakai untuk
dijadikan satu menjadi bentuk karya yang harmonis merupakan persoalan
yang sulit. Untuk itulah seorang perancang / pencipta benar-benar dituntut
kejujurannya dalam mengungkapkan hasilnya berdasarkan sifat bahan
yang dipergunakan guna mendapatkan nilai-nilai yang terkandung dalam
arsitektur. Jadi tidak hanya sekedar menggunakan bahan yang murah
ataupun mahal harganya dalam merencanakan bentuk dan struktur
bangunan.
6.2.8 Ekspressi
Ekspressi sangat erat kaitannya dengan unsur harmonis dan langgamnya,
karena dalam mengekspresikan sesuatu hal biasanya berdasarkan pada
jiwa manusia dalam usahanya mencari nilai-nilai keindahan. Dan ini dapat
kita rasakan bahwa dari tahun ke tahun seseorang mempelajari,
menyelidiki, membuat benda selalu didasarkan atas usahanya guna
mencapai kemajuan bagi masyarakat.
Mengapa ada kaitannya dengan langgamnya/gaya? Langgam/gaya adalah
merupakan nilai arsitektur yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja karena
menyangkut unsur dari sejarah manusia. Berdasarkan sejarah kehidupan
manusia dari abad satu dengan yang lain selalu mengalami perubahan
sehingga langgam / gaya yang diciptakan akan berbeda sesuai masanya.
Gaya dalam arsitektur lebih banyak diartikan suatu corak, sifat atau bentuk
yang biasanya dibatasi berdasarkan :
Kalau kita amati dari kata-kata tersebut ternyata mempunyai arti sendiri-
sendiri, tetapi pemakaian pada biro-biro konsultan biasanya digabung
menjadi satu yaitu biro Perencanaan dan Perancangan karena mempunyai
makna yang menjadi satu kesatuan yang sulit dipisahkan.
Pengertian tersebut adalah bahwa dalam perencanaan tentu ada
perancangan / penggambaran dan sebaliknya dalam perancangan tentu
didasari atas perencanaan. Untuk itulah dalam pembahasan materi nanti
jangan terlalu dipermasalahkan pengertian tersebut agar tidak
membingungkan diri sendiri.
Dalam merencanakan sesuatu apapun pada umumnya selalu didasari atas
beberapa hal yang terkait, demikian juga halnya kalau kita merencanakan
suatu bangunan rumah tinggal.
Pada pokoknya syarat yang harus dipenuhi dalam perencanaan bangunan
gedung adalah :
1. Fungsional
Merupakan unsur utama karena bila suatu bangunan tidak sesuai
dengan fungsi / tujuan maka seakan-akan penghuni mendapatkan
perlakukan yang tidak wajar atau merasa tidak nyaman. Penampilanj dan
karakter (ciri khas) antara bangunan satu dengan lainnya akan berbeda.
Contoh yang sangat sederhana adalah antara bangunan rumah tinggal
dan bangunan kantor akan berbeda.
Hal yang menyangkut fungsi ini, seperti yang dijelaskan oleh Horatio
Greennough dalam bukunya yang berjudul Form and Function
mengemukakan adanya hubungan yang erat antara bentuk dan fungsi
dengan alam sekitar. Ada teori juga yang dikemukakan yaitu Form Follow
Function yang berarti bentuk mengikuti fungsi.
Dari prinsip tersebut membawa ketentuan :
a. Bentuk akan berubah bila fungsinya berubah
b. Fungsi baru tidak mungkin diikuti bentuk lama.
2. Struktural
Struktural disini pada prinsipnya membahas tentang kekuatan suatu
banguan yaitu hendaknya bangunan stabil, kuat dan kokoh dalam arti
tidak mudah roboh karena pengaruh dari dalam maupun pengaruh luar.
Adapun pemakaian struktur bergantung pada perancang sendiri dan
pemberi tugas.
3. Estetika
Estetika adalah menyangkut seni arsitektur yaitu berupa keindahan dari
suatu eksterior dan interior sehingga penghuninya merasakan adanya
kenyamanan dan ketenteraman.
Ketiga unsur fungsional, strukutural dan estetika tersebut tidak dapat berdiri
sendiri-sendiri, akan tetapi saling berhubungan satu sama lainnya. Sehingga
bilamana unsur fungsional, struktural dan bentuk daripada bangunan sudah
tepat, unsur estetika baru dipikirkan atau disesuaikan.
Disamping ketiga unsur tersebut masih perlu tambahan lagi tentang syarat
diperhitungkan. Ekonomis diartikan sebagai suatu unsur dari segi moral
dalam diri perncipta yang dinyatakan dalam kegiatan / pekerjaan dengan
usaha minimal guna mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan demikian perencanaan yang baik harus mampu mewujudkan suatu
bangunan yang fungsional dengan tidak meninggalkan segi strukural dan
estetika, walaupun bahan yang dipakai sebagai struktur dan bahan finishing
harganya relatif murah.
2. Analisis
Tujuan analisis data dari hasil survei adalah untuk menampung segala
aktivitas yang sesuai dengan persyaratan fungsi masing-masing aktivitas
agar terwujud dalam rancangan (gambar) bangunan.
Konsep dari hasil analisis dapat berupa beberapa alternatif yang ditinjau
dari beberapa segi yang menguntungkan dan merugikan. Hal ini dapat
dilaksanakan sebagai dasar untuk menetapkan alternatif menguntungkan
jika ditinjau segala komplek atau menyeluruh dalam memenuhi
persyaratan kegiatan-kegiatan dan kondisi lingkungan yang ada.
3. Konsep Perencanaan
Setelah menganalisis semua unsur-unsur rancangan yang
mempengaruhi suatu bangunan, kemudian dilanjutkan dengan
penentuan alternantif yang baik dan inilah yang merupakan konsep dari
suatu perencanaan yang akan dituangkan dalam rancangan (disain).
Adapun isi konsep perencanaan tersebut antara lain meliputi :
a. Penggunaan tanah (peruntukan tanah), yaitu meliputi keadaan site,
prosentase yang digunakan untuk bangunan sekitar + 40% luas
bangunan dan + 60% luas tanah (kapling) yang tidak dibangun.
Tetapi juga tergantung dari persatuan pemerintah daerah setempat.
b. Site plan, yaitu meliputi pengelompokan masa bangunan (pengaturan
masa bangunan). Ini berguna untuk pemanfaatan pencapaian tujuan
pelayanan bangunan tersebut.
c. Gubahan masa, yaitu meliputi pengaturan tata letak bangunan
berdasarkan fungsinya, sehingga memudahkan pengaturan sirkulasi
ataupun dapat memanfaatkan penggunaan tanah untuk maksud lain.
Perencanaan struktur meliputi pondasi, lantai, balok dan kolom.
d. Pemakaian struktur bangunan tergantung pada perencanaan
bangunan yang dikehendaki, sedangkan dalam struktur bangunan
biasanya dikelompokkan dalam 3 macam kelompok utama, yaitu :
1. Bangunan dengan struktur masif yaitu dindingnya merupakan
pemikul beban utama atau disebut bangunan dengan struktur
bearing wall.
2. Bangunan dengan struktur kerangka yaitu kolom merupakan
penyangga dan penyalur gaya ke tanah sehingga dindingnya
hanya berfungsi sebagai penyekat atau pembatas ruang.
Sedangkan kerangka sendiri merupakan susunan majemuk dari
kolom dan balok dalam usaha untuk mencapai kekokohan.
3. Bangunan dengan struktur modern, bentuk strukturnya sudah lain
daripada dua hal diatas dan pendekatannya banyak unsur dari
analisis matematis walaupun juga tetap berdasarkan alam sekitar.
Kesederhanaan suatu bentuk struktur hanya dapat mencerminkan
murahnya daripada dua hal di atas dan pendekatannya banyak unsur
dari analisis matematis walapun juga tetap berdasarkan alam sekitar.
4. Rancangan (design)
Rancangan ini merupakan implementasi dari suatu konsep yang telah
matang yang ditujukan dalam gambar rencana atau gambar bestek. Dan
gambar bestek merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
bersamaan dengan peraturan administrasi dan teknis pelaksanaan.
Pada hakekatnya rancangan merupakan rincian dari proses pelaksanaan
pembangunan yang dituangkan pada kertas berupa gambar persyaratan
teknis dan umum (administratif).
5. Pelaksanaan Pembangunan
Pelaksanaan pembangunan merupakan perwujudan dari gambar
perencanaan ke bentuk sesungguhnya pada suatu lokasi yang telah
ditentukan.
Untuk mewujudkannya perlu juga mengikuti pedoman pembangunan
yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yaitu tentang
„Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan“.
Adapun uraian dari pedoman tersebut garis besarnya adalah :
Setiap pembangunan rumah tinggal harus dimungkinkan penghuninya
dapat hidup dan menjalankan kegiatan sehari-hari dengan sehat dan
layak. Dan biasanya pedoman teknik ini, perhitugan besarnya untuk
perencanan bangunan rumah tinggal sederhana penghuni 5 (lima) orang.
Jarak Bangunan
Jarak bangunan rumah tinggal satu sama lainnya harus didasarkan atas
ketentuan :
1. Bahaya kebakaran
2. Ventilasi
3. Cahaya matahari
4. Sirkulasi manusia
Bila bangunan tidak sampai batas persil maka :
- Untuk luas persil kurang dari 900 m2.
Manusia merupakan salah satu mahluk hidup didunia yang mempunyai akal
serta pikiran yang tinggi. Oleh karena itu hal-hal yang menyangkut dengan
manusia harus mendapatkan perhatian benar dan mendetail. Lain halnya
bila bangunan tersebut untuk benda mati atau hewan akan berbeda faktor-
faktor yang mempengaruhinya.
1. Penghuni
Faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tinggal bagi penghuni atau
manusia antara lain :
a. Adat istiadat
Adat istiadat daerah berbeda sehingga bentuk rumah dan susunan
kemungkinan akan berbeda pula.
b. Keinginan dan kebutuhan
Keinginan penghuni juga akan mempengaruhi dalam konsep
perencanaan.
c. Taraf hidup dan pendidikan
Antara keluarga satu dengan lainnya, taraf hidupnya akan berbeda
sehingga dalam merencanakan rumah disesuaikan dengan
kemampuan. Bahkan perbedaan tingkat pendidikannya akan
berpengaruh juga.
d. Susunan dan hubungan keluarga
Ada satu keluarga yang terdiri dari bapak, ibu, 1 (satu) anak
perempuan, 2 (dua) anak laki-laki, 1 (satu) pembantu dengan
tingkatan umur yang berbeda, tetapi ada pula keluarga yang
susunannya lain.
e. Mata pencaharian
Sebagai guru, pegawai swasta, pedagang dan lain sebagainya.
f. Kegiatan
Kegiatan perorangan misalnya membaca, berkebun dan
penyelesaian pekerjaan dari kantor atau kegiatan sosial.
Kegiatan bersama misalnya santai bersama keluarga, ngobrol,
nonton TV dan sebagainya.
2. Analisis Site
a. Pendekatan (approach)
Untuk daerah umum (public) karena dikehendaki pencapaianya
cepat, maka sebaiknya diletakkan paling depan. Tetapi kalau
mempunyai maksud lain misalnya untuk menunjukkan taman, dapat
juga diletakkan sesuai rencana.
Antara pintu utama (main entrance) dan pintu samping (side
entrance) dipisahkan untuk menghindari persilangan (cross) antara
lintasan ruang keluarga (living) dengan lintasan ruang service.
b. Matahari
Pengaruh matahari disini terutama bagaimana memasukkan atau
memanfaatkan sinar matahari pagi hari kedalam ruang bangunan
tanpa halangan.
c. Kebisingan
Ruang bagian mana yang peletakkannya perlu ketenangan. Biasanya
ruang yang perlu ketenangan diletakkan pada bagian belakang.
f. Sirkulasi
Sirkulasi ini merupakan penetapan lalu lintas yang terdapat dalam
gubahan masa bangunan tersebut maupun dalam ruangan. Misalnya
bagaimana kalau seseorang akan ke ruang keluarga ataupun ingin
langsug ke dapur, ke belakang, orang tersebut harus lewat pintu yang
mana?
Side
Main Entrance
Entrance
JALAN
3. Studi Ruang
Studi ruang ini dipakai untuk menetapkan luas bangunan yang
dikehendaki sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Dan
faktor-faktor yang mempengaruhi luas bangunan antara lain adalah :
a. Luas ruangan
Luas ruangan ditentukan oleh :
1. Banyaknya perabot
2. Banyaknya penghuni
3. Sirkulasi (ruang gerak penghuni)
Untuk sirkulasi biasanya ditambah 20% dari luas ruangan (untuk
ruang gerak kecil). Bila ruang lebih luas, maka ditambah 30%.
Kadang-kadang luasnya tergantung atau disesuaikan dengan fungsi
ruangan tersebut.
b. Banyaknya ruangan
Sebagaimana kita telah pahami bahwa syarat utama sebuah rumah
tinggal harus cukup sinar matahari pagi yang masuk, pergantian
udara yang bersih, tempat beristirahat, ruang untuk gerak dan
sebagainya.
Kesemua hal diatas dimaksudkan supaya setiap penghuni rumah
dapat merasa senang tinggal dalam rumah. Untuk itu banyaknya
ruang tergantung kebutuhan dan luas daripada tanah yang dimiliki.
STANDARDS
RUANG TIDUR
STANDARDS
RUANG TIDUR
BAB VII
PEKERJAAN MEKANIKAL DAN ELEKTRIKAL
7.1 UMUM
Aktivitas penghuni pada bangunan bertingkat sangat tergantung dengan fasilitas
gedungnya, jadi sebuah bangunan bertingkat yang sudah jadi struktur rangkanya
belum dapat dikatakan berfungsi dengan layak, jika fasilitasnya belum lengkap.
Sebagai contoh : penghuni di lantai atas yang membutuhkan air untuk mandi akan
sangat repot bila harus membawa air dari bawah ke atas. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, sebuah bangunan gedung masih membutuhkan pekerjaan pelengkap
yang termasuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal.
1. Listrik
Fungsi utama listrik adalah untuk penerangan di dalam rumah, sedangkan fungsi
lainnya adalah untuk memberi nyawa kepada alat-alat elektronik dan mesin agar
dapat bekerja yang pada zaman modern ini sumber sangat mewarnai kehidupan
manusia.
Sumber listrik umumnya diambil dari PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan
pekerjaan jaringan listrik di dalam rumah harus dilaksanakan oleh orang yang
telah mempunyai lisensi (PAS) dari PLN.
2. Penangkal Petir
Sebuah benda yang lebih tinggi dibanding benda-benda disekitarnya akan lebih
besar kemungkinan disambar petir.
Untuk melindungi bangunan dan penghuninya dari sambaran petir yang
dipasang pada bagian atap tertinggi.
Pemasangan instalasi penangkal petir ini juga dilaksanakan oleh instalasi listrik
yang telah mendapat rekomendasi dari PLN.
3. Pompa Air
Alat ini berfungsi untuk menaikkan air ke atas/bak penampung yang dipasang
lebih tinggi dari ketinggian lantai tingkat, agar air nantinya dapat mengalir ke
semua lantai tingkat.
Setiap pompa mempunyai spesifikasi dan kekuatan yang berbeda. Untuk
memilih pompa, harus diukur lebih dahulu kedalaman air yang akan dihisap dan
ketinggian bak penampung yang akan disuplai.
17
8
6
18
15
11
9
12
16 13
10
17
Pada jenis ini banyak dipergunakan kipas udara jenis daun banyak,
dengan penghisapan tunggal untuk unit berkapasitas kecil atau
penghisapan ganda untuk unit berkapasitas besar. Koil udara terbuat
dari beberapa pipa tembaga dengan sirip alumunium dari jenis
expansi langusng dengan refrigeran *5 R-12, R-22 atau R-500.
selama proses pendinginan, air yang ada dalam udara mengembun
pada koil pendingin dan dialirkan keluar melalui panci penampung.
kipas
udara Pendingin
Motor kipas udara (evaporator)
Pipa refrigeran
Pipa Kapilar
Pengering
Kompresor
Kondensor
Air pendingin
Panci penampung
Ruang
plenum
Jenis (dalam)
ruangan
Saluran udara
Udara luar
Jenis
luar-ruangan
Udara luar
Udara kotor
dapat diisap
Petunjuk pemasangan :
1. Bagi unit yang diletakkan di atas lantai, haruslah dibuat agar
lantai benar-benar rata dan kuat. Jika lantai tidak kuat dan kaku
Pelatihan General Superintendent of Building Construction (GSBC) 7-8
Modul GSBC-09: Tahapan dan Metoda Kerja Pelaksanaan Pekerjaan Gedung Bab 7: Pekerjaan Mekanikal
dan Elektrikal
Pasak kayu
Gb. 7.6 Pembuatan kerangka alas dari kayu untuk penyegar udara jenis paket
1. Rel pengarah
2. Palang
3. Penghalang belakang
4. Penggantung
Kerangka kayu
Penggantung
Celah di bagian bawah
ditutup untuk mencegah Ditutup rapat
masuknya air hujan
Kerangka
kayu Paking Poliuretan
vinil lunak
Dikauk (caulked)
pada sisi
Dikauk kiri dan sisi kanan
Poliuretan
(caulked) lunak
Gb. 7.8 Cara merapatkan celah antara dinding dan penyegar udara ruangan jenis
jendela
Petunjuk pemasangan
1. Instalasi bagian dalam ruangan
a. Ruangan yang disegarkan hendaknya diperiksa untuk mengetahui
apakah terdapat tirai, lukisan dan perhiasan lainnya.
b. Bagian penyegar udara yang menonjol ke dalam ruangan hendaknya
diatur sedemikian rupa, sehingga pemasukan udara segar dan
pengisapan udara ruangan tidak terhalang.
c. Jarak antara lantai dan alas penyegar udara sebaiknya 1 meter, supaya
diperoleh distribusi temperatur yang baik tetapi juga untuk
memungkinkan pengaturan dan perawatan mesin.
d. Jika penyegar dipasang terlalu dekat dari langit-langit, pendinginan atau
pemanasan. Selain itu juga sukar pengaturan dan perawatannya.
e. Di samping itu hendaknya diperhatikan agar sirkulasi udara segar dapat
berlangsung lancar, yaitu dengan cara mengurangi hambatan oleh
barang-barang yang ada di dalam ruangan
f. Penyegar udara hendaknya dipasang dengan kokoh pada dinding dan
jangan sampai menimbulkan getaran pada jendela.
g. Hendaknya diusahakan agar air hujan tidak masuk ruangan
7.3.3 Pompa
Pompa adalah mesin yang berfungsi mengalirkan cairan melalui pipa dari
satu tempat ke tempat yang lain. Spesifikasi pompa dinyatakan dengan
jumlah cairan dapat dialirkan per satuan waktu dan tinggi energi angkat.
Faktor tersebut terakhir menyatakan kemampuan pompa untuk menaikkan
fluida dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang lebih tinggi, serta untuk
mengatasi tahanan aliran dalam pipa. Seperti terlihat pada gambar 2.9,
pompa memberikan energi kinetik dan energi tekanan pada cairan. Jenis
pompa seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.10, banyak digunakan untuk
mengalirkan air.
Arah putaran
impeler Impeler
Impeler
Masuk
Impeler
Difusor Difusor
Keluar
Gb. 7.10 Beberapa jenis pompa
Gb. 7.12 Tabung Pemadam Bahan Kimia (Foam) dan Carbondioksida (CO2)
2. Sprinklers
Penggunaan sprinklers adalah salah satu alternatif yang sangat
menguntungkan karena sprinklers merupakan pemadam kebarakan yang
bekerja secara otomatis tidak memerlukan keterlibatan penghuni,
terutama untuk bangunan yang mempunyai resiko kebakaran tinggi dan
jarang terawasi seperti bangunan bertingkat banyak / rumah susun
tempat parkir bawah tanah, gudang atau pertokoan. Instalasi sprinklers
terdiri dari pipa-pipa yang dialiri air dan dipasang di atas langit-langit
dengan kapasitas semburan normal 3 m2. Pada kondisi normal air tidak
menetes karena tertahan oleh bola gelas. Bola gelas akan pecah jika
temperatur ruang naik berkisar antara 680 C sampai 1800C dan air akan
menyembur pelat deflector yang kemudian menyemprotkan air pada area
kurang lebih 10 m2.
Pipa untuk instalasi sprinklers harus mempunyai ukuran minimum
diameter 2,5 cm yang dapat melayani 18 buah sprinklers.
3. Alarm
Untuk mengingatkan bahaya kebakaran kepada seluruh penghuni
gedung biasanya alarm sebagai tanda sedang terjadi kebakaran
sehingga penghuni bisa bersiap-siap dan keluar meninggalkan gedung.
Alarm sederhana dioperasikan secara manual yakni dengan cara
memecahkan kaca dan menekan tombolnya sehingga akan terdengar
bunyi alarm.
Ada juga alarm yang dioperasikan oleh detector asap yang dipasang
pada tempat-tempat melalui kontrol secara terpusat, jika terdapat asap
pada suatu ruangan detector secara otomatis akan mengakibatkan alarm
berbunyi.
1,5 meter per menit. Jika menggunakan 2 meter per menit dan 2,8 m
untuk kecepatan lift 2,5 meter per menit.
Bagian atas sumuran pun harus dilebihkan minimum 4 m – 4-6 m
untuk kecepatan lift 1,5 meter per menit, 5,5 dan 5,8 m untuk lift
dengan mesin tanpa roda gigi.
Ukuran sumuran tergantung pada ukuran dan bentuk kabin lift serta
jenis pintunya. Jika dalam sumuran dipasang dua buah lift atau lebih,
maka harus diberi jarak 10 cm di antara kedua kabin untuk
pengantar. Bagian dalam sumuran harus benar-benar halus dan rata.
Tetapi pada bagian depan pintu akan terjadi tonjolan untuk landasan
pintu.
d. Pintu
Pintu lift dibuat dari rangka besi ringan dan tahan api. Bergerak buka
tutup, geser ke samping secara otomatis.
Penggantung pintu umumnya dilengkapi rol plastik dengan bantalan
peluru sehingga tidak berisik. Semua pintu dilengkapi kunci otomatis
yang bisa dibuka oleh operator pada keadaan darurat.
e. Kabin Lift
Kabin lift dari rangka besi siku dan besi C yang dipasang sebagai
dasar pengantar dan rel pengaman. Ada dua jenis rel pengaman,
yakni rel pengaman jenis permanen (dead grip). Untuk lift dengan
kecepatan rendah atau sedang dan rel pengaman jenis pasak
(wedge clamp) untuk lift dengan kecepatan tinggi.
Kabin dapat juga dibuat dari bahan kayu atau pelat besi dengan
rangka yang ringan. berdasarkan pertimbangan dekoratif finishing
dinding dalam bentuk pelat besi yang divernekel, permukaan dinding
serat kayu dan sejenisnya.
jangan sampai kabel baru yang ada harus dibongkar untuk diganti
dengan kabel baru yang ada harus di bongkar untuk diganti dengan
kabel baru yang lebih besar. Jadi dalam mengatasi kemungkinan
tersebut pada saat perencanaan dilakukan pemilihan kabel, switch,
ruang fuse, transformator dan lain-lain yang berkemampuan lebih
tinggi dari pembebanan maksimum saat itu.
Misalnya dilebihkan 20%, 40%, 60% tergantung kondisi lokasi beban
dan rencana pengembangannya.
b. Saklar
Dilihat dari kemampuan arusnya terdapat saklar pisau, saklar pisah,
sekitar beban saklar pisah, sekitar beban saklar motor, pemutus
(circuit breaker). Dilihat dari cara kerjanya, terdapat saklar tangan
(manual), saklar magnit (magnetic contractor), motor circuit breaker.
Dilihat dari media pemutusanarus (bunga apinya), air c.b (udara), oil
c.b (minyak), sfg c.b vacuum c,b dan lain-lain.
Saklar terdapat dalam bermacam-macam bentuk dan sebutan
dengan tambahan kemampuan dengan bermacam-macam pula
selain fungsi membuka dan menutup :
1. Pengamanan beban lebih (over load)
Secara otomatis membuka breaker apabila arus yang lewat
melebihi batasnya bekerja dengan waktu tunda berdasarkan
pengaman element thermisnya. Pengaturan pembukaan
otomatisnya dilakukan oleh bimetal yang mempunyai karekteristik
waktu putus ampere tertentu.
Arus start atau arus lebih lain yang sesaat tidak akan
menjatuhkan circuit breaker. Karekteristik ini tidak bisa dicapai
oleh sikring.
Contoh : penggunaan pada motor protection circuit breaker, panel
distribusi beban daya dan penerangan.
Tabel 7.1.
Dengan over curent (b) dan electromegnetik shock circuit
release (s) front drive, Manual.
Over current Magnetic Breaking
Type
Adjustment Release Cap. 380 V
MEbs
A KA KA
1000 500-1000 -4 50
1250 750-1250 4-8 50
1600 900-1600 4-8 50
1605 1000-1900 6-12 65
2000 1000-2000 6-12 80
2500 1500-2500 6-12 80
2505 1900-2900 6-12 80
Tabel 7.2.
Three phase Protective Circuit breaker dengan over current,
electromagnetic shoct circuit under voltage release, front
drive Manual.
Over current Magnetic Breaking
Type Harga
Adjustment Release Cap. 380 V
MEbsr Rp.
A KA KA
Tabel 7.3.
Three phase protective circuit breaker dengan shock circuit
release (S) tanpa bimetal dan casing pakai Motor Drive 220 v,
50 Hz dan Shun trip (a) 220 V.
Breaking
Rated Magnetic
Type Cap. 380 No. Kode Harga
Current Release
MEbsr V3 E1.EL2.58 Rp.
A KA
KA
c. Sikring
Bentuk fisik sikring ada bermacam-macam untuk tegangan rendah
dibedakan ada dua macam sikring : sikring ulir ada : 6 6A, 10, 16, 20,
35, 50, 60, 80 maksimum 100 A (sudah jarang).
1. Sikring ulir (diazed fuse)
Daya pemutusannya rendah, maka hanya dipakai di daerah yang
jauh dari generator/gardu listrik. Bila dipakai dekat generator,
mungkin selain putus, rumah sikringnya dapat meletus dan bunga
api akan terbang ke mana-mana. Arus korslet dekat generator
jauh lebih besar dari bila korslet terjadi pada lokasi yang jauh dari
generator.
2. Sikring patron (HRC fuse)
Rating arus sikring HRC dan seri rumah sikringnya (fuse base)
adalah : (lihat tabel).
3. Terdapat jenis-jenis sikring khusus yang lain misalnya sikring
untuk trhyristor (ultra high speed).
d. Kabel
Kabel merupakan material instalasi terpenting. Dikenal beberapa
jenis kabel yang lazim dipakai di Indonesia antara lain :
1. Type kabel NYA : Thermoplastic Insulated Single CoreCable.
Kabel satu ini berisolasi thermoplastic. Temperature maksimum
700 C untuk pemasangan daerah kering. Bila akan digunakan
pada daerah lembab dan basah harus dipergunakan pipa plastik /
paralon.
3. Type kabel NYY : Low tension insulated and PVC sheated power
cables.
Kabel berisolasi plastic dan isolasi PVC serta mempunyai lapisan
pelindung luar. Dapat dipasang secara ditanam langsung tanpa
pipa. Selain tahan terhadap kebakaran adanya lapisan PVC
memberi ketahan terhadap beberapa macam zat kimia seperti
coustic soda konsentrasi 10 %, asam sulfat 30% HCL 10%,
minyak dan lain-lain (head and moisture resistant insulated with
PVC jacket over the armour).
4. Type kabel NYFGbY : Insulated and PVC sheate, flat steel wire
and steel tape armored power cables.
Isolasi thermoplastic & PVC dengan lapisan kawat baja serta pita
baja yang dililitkan pada sepanjang permukaan kabel dapat
digunakan didalam air ditanam langsung dalam tanah. Seperti
NYY hanya mempunyai ketahanan mekanis lebih besar oleh
adanya pelindung pita baja.
Arus kabel harus lebih kecil dari arus maksimum yang boleh
mengaliri kabel tersebut sedangkan batas tepatnya tergantung pada
seberapa besar faktor pendinginan kabel, cara pemasangan, jumlah
kabel dan lain-lain. Kabel diruang mesin bertemperatur ruang 320 C
jelas mempunyai batas arus lebih rendah daripada bila kabel
dipendam dalam tanah di daerah teduh.
Kabel yang dipasang sendirian tentu akan mempunyai kapasitas arus
lebih tinggi dari kabel dengan ukuran yang sama yang dipasang
bertumpuk atau berkelompok.
d. Conduit
Conduit adalah saluran tempat kabel-kabel dilakukan.
Guna conduite adalah untuk melindungi kabel.
Conduit dapat berupa pipa galvanized, pipa gas, pipa plastic (pralon) buis
beton.
e. Panel
Suatu cabinet (box) sebagai pusat distribusi listrik yang dilengkapi
dengan pengaman.
f. Pentahanan
Suatu usaha untuk mengamankan alat-alat listrik jiak terjadi gangguan
ketanah pada alat-alat listrik (korsluiting), berupa pemasangan kabel
konduktor ke elektroda yang ditanam di tanah.
PT. TELKOM
P.A.B.X
DAFTAR PUSTAKA
2. mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.
8. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.
9. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996
10. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001
11. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta
12. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005
RANGKUMAN
Bab 1
1. Metoda pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh
perencanaan menjadi bentuk fisik dan akan mencerminkan profesionalisme
kontraktor.
2. Rencana pelaksanaan proyek :
1. Organisasi proyek dan job description
2. Jadwal pelaksanaan proyek dan jadwal pengadaan sumber daya
3. Rencana mutu kontrak
4. Metode konstruksi (construction method)
5. Survei lapangan
6. Mobilisasi dan site plan
7. Rencana anggaran pelaksanaan (RAP) dan cash flow
8. Rencana K3 proyek
9. Rencana kelola lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan (RPL)
3. Kebutuhan sumber daya
Site plan
Kebutuhan sumber daya per item pekerjaan
- tenaga kerja
- peralatan
- material
Rencana anggaran pelaksana
Tahapan pekerjaan
Bab 2
1. Kesalahan pada pekerjaan pengukuran dan pematokan berakibat :
FATAL
- Produk Tidak Berfungsi sebagaimana mestinya
- Kontribusi harus dibongkar dan dibangun kembali
2. Tujuan Pengukuran dan pematokan untuk menetapkan posisi satu titik dan titik lain
terhadap titik tetap
Pekerjaan pematokan atau uitzet/ setting out harus dilaksanakan dengan :
Teliti, akurat dan ketepatan yang tinggi
3. Pematokan Uitzet
Setting out – As (Central Line0
Setting out – sumbu
Setting out – garis kisi-kisi
Setting out untuk timbunan dan galian
Setting out untuk pondasi dan pasangan batu
Dan lain-lain
4. Pengkaplingan dilakukan dengan :
Pengukuran situasi
Perhitungan data
Penggambaran peta
Pematokan
Bab 3
1. Pekerjaan pembukaan lahan
Pembersihan semak dan pohon
Penyingkiran batu dan pembongkaran
Penyiapan dan perataan tanah
Penggalian dan penimbunan
Stabilitas lereng
Bab 4
1. Pekerjaan pondasi bentuk dan jenisnya
Pondasi dangkal
Pondasi dalam
Pondasi Dangkal
Pondasi menerus
Pondasi setempat
Pondasi gabungan
Pondasi plat
2. Pondasi Dalam antara lain :
Pondasi tiang pancang
Pengertian :
Suatu bentuk batang yang ditancapkan kedalam tanah secara tegak lurus atau
menyudut untuk memindahkan beban ke tanah
Bab 5
1. Pengertian pekerjaan struktur adalah :
Pekerjaan rangka bangunan yang berada diatas pekerjaan pondasi dengan bentuk
komponen berupa kolom, balok, lantai, dinding, plat beton, tangga dan kerangka atap
2. Pembebanan pada pekerjaan konstruksi terdiri dari :
Beban mati
Beban hidup / bergerak
Beban angin
Beban gempa
Beban khusus
3. Jenis Pekerjaan Struktur
Struktur baja
Struktur komposit
Struktur beton
Struktur pasangan dinding/ tembok
Struktur lantai dan tangga
4. Pekerjaan Struktur Beton
Bahan beton
Campuran beton
Pemeriksaan mutu beton
Perubahan bentuk beton
Bab 6
1. Bangunan gedung dapat dikategorikan :
Bangunan umum
Bangunan rumah tinggal / perorangan semuanya itu Memerlukan arsitektur
Bab 7
1. Bangunan Gedung belum dapat dikatakan berfungsi dengan layak, jika fasilitasnya
belum lengkap
Biarpun strukturnya sudah jadi
2. Fasilitas bangunan gedung salah satunya antara lain :
Mekanikal dan elektrikal
Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal :
Listrik
Pompa air
Penangkal petir
Pemadam kebakaran
Alat komunikasi
Penyegar udara
Dan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
2. mahendra Sultan Syah, Ir. Manajemen Proyek – Kiat Sukses Mengelola Proyek PT.
Gramedia Pusaka Utama, Jakarta Januari 2004.
8. Fandy Ciptono & Anastasia Diana, Total Quality manajemen, Penerbit Andi Offset
Yogyakarta 1995.
9. Bill Creech, The Five Pillars of TQM (Lima Pilar TQM) Binarupa Aksara, 1996
10. Soeharto, Iman, Manajemen Proyek, Jilid 2 PT. Gelora Aksara Pratama, 2001
11. Puspantoro, Benny, Ir, Ing, MSc Konstruksi Bangunan Bertingkat Rendah, Penerbit
Universitas Atmajaya Yogyakarta
12. Jimmy S. Juwana, Ir, MSAE, Sistem Bangunan Tinggi, Penerbit Erlangga 2005