Anda di halaman 1dari 7

1.

PERBANDINGAN EFISIENSI WAKTU, BIAYA, DAN SUMBER DAYA MANUSIA


ANTARA METODE BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM) DAN
KONVENSIONAL (STUDI KASUS: PERENCANAAN GEDUNG 20 LANTAI)

Abstrak : Perkembangan dunia konstruksi yang meningkat pesat di Indonesia menimbul-


kan kebutuhan akan teknologi pendukung yang lebih efisien dan efektif.
Perkembangan teknologi pada bidang konstruksi menghasilkan sebuah sistem
yang dikenal dengan nama Building Information Modelling (BIM). Sebelum
BIM telah dikenal AutoCAD, SAP, Ms.Project yang sering digunakan untuk
perencanaan proyek. Penggunaan aplikasi tersebut membutuhkan lebih banyak
waktu dikarenakan antar aplikasi tersebut tidak dapat terintegrasi satu
samalain. Hal ini berpengaruh terhadap biaya dan SDM yang dibutuhkan dalam
penggunaan aplikasi tersebut untuk perencanaan proyek bila dibandingkan
dengan menggunakan BIM, karena biaya, SDM, dan waktu yang dibutuhkan
akan lebih banyak. BIM mendorong pertukaran model 3D antar disiplin ilmu
yang berbeda, sehingga proses pertukaran informasi menjadi lebih cepat dan
berpengaruh terhadap proses suatu konstruksi. Saat ini di Indonesia sendiri
masih banyak pelaku konstruksi Indonesia yang belum menggunakan, bahkan
belum mengerti mengenai BIM, padahal sebenarnya BIM memiliki banyak
keunggulan dibanding metode konvensional atau yang sudah biasa digunakan.
Untuk mengetahui keunggulan metode BIM dibandingkan dengan metode
konvensional maka dilakukanlah penelitian ini. Metode yang digunakan untuk
penelitian ini yaitu kuesioner, wawancara dan studi kasus, sehingga dapat
diketahui pengetahuan mengenai kinerja BIM. Dengan studi kasus
perencanaan gedung 20 lantai dilakukan perbandingan efisiensi kinerja antara
metode konvensional dengan konsep BIM dalam kebutuhan waktu, SDM dan
biaya untuk perencanaan proyek.Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa penggunaan aplikasi dengan konsep BIM dapat mempercepat waktu
perencanaan proyek sebesar ±50%, BIM mengurangi kebutuhan SDM sebesar
26,66%, dan menghemat pengeluaran biaya personil sebesar 52,25%
dibandingkan dengan menggunakan aplikasi konvensional.

2. STUDI DESAIN PEKERJAAN STRUKTUR PEMBANGUNAN GEDUNG P1 & P2


UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA BERBASIS TEKNOLOGI
BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)

Abstrak : Perkembangan dunia konstruksi yang ada di Indonesia begitu pesat, sejalan
dengan banyaknya gedung high rise yang dibangun. Teknologi Building
Informatian Modeling (BIM) didunia sudah sangat berkembang dinegara –
negara maju, di Indonesia masih belum banyak yang mengaplikasikannya.
Pada Studi Desain Pekerjaan Struktur Pembangunan Gedung P1 & P2
Universitas Kristen Petra Surabaya Berbasis Teknologi Building Information
Modeling (BIM) dengan menggunakan 2 software Autodesk Revit dengan
TEKLA Structure, perlu adanya invetarisasi keuntungan - keuntungan yang
dihasilkan dari teknologi tersebut dan juga perlu adanya evaluasi selama proses
pengerjaannya sehingga dapat diketahui permasalahannya serta cara
mengatasinya . Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari teknologi
Building Information Modeling (BIM) dengan menggunakan 2 software
Autodesk Revit dengan TEKLA Structure dan akan didapatkan keuntungan
serta hasil evaluasi dari program tersebut. Dalam proses pengerjaannya
menggunakan metode menggabungkan 2 software Autodesk Revit dengan
TEKLA Structure dengan bantuan format IFC (Industry Foundation Classes).
Hasil yang diperoleh berupa pemodelan 3D yang sangat bermanfaat dalam
proses pelaksanaan dilapangan dan juga bisa jadi bahan diskusi pada team
proyek untuk menentukan metode kerja dilapangan yang akan dipakai

3. APLIKASI BUILDING INFORMATION MODELING (BIM) DALAM


PERANCANGAN BANGUNAN BETON BERTULANG 4 LANTAI

Abstrak : Building Information Modeling (BIM) adalah teknologi dimana suatu model
bangunan virtual dibuat secara digital menyimpan geometri dan data yang
dibutuhkan dalam aktivitas membangun, fabrikasi, dan lainnya untuk
merealisasi sebuah bangunan. BIM memfasilitasi proses desain dan konstruksi
yang lebih terintegrasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan
pengeluaran yang lebih terkendali. Di luar negeri, BIM sudah
diimplementasikan mulai dari perancangan sampai dengan pembangunan,
sedangkan di Indonesia, penggunaan BIM masih sangat minim. Tujuan
penelitian dalam Tugas Akhir ini adalah merancang bangunan 4 lantai dengan
menggunakan perangkat lunak Revit untuk pemodelan dan penggambaran
serta Robot untuk analisis desain. Hasil dari penelitian menunjukkan
penggunaan aplikasi berbasis BIM dalam merancang sebuah bangunan dapat
mempermudah proses analisis desain. Pembuatan model arsitektur dapat
sekaligus digunakan untuk pemodelan analisis struktur yang dapat digunakan
yang dapat digunakan untuk menganalisis gaya dalam dan kebutuhan
penulangan. Setelah melalui proses yang terintegrasi, model akhir yang dibuat
memiliki semua informasi dari denah arsitektur, struktur, penulangan dengan
output volume secara otomatis.
4. PENERAPAN BUILDING INFORMATION MODELLING (BIM) TERHADAP
PEMELIHARAAN FASILITAS GEDUNG : STUDI KASUS GEDUNG PPAG TAHAP
PERTAMA

Abstrak : Perkembangan teknologi pada bidang konstruksi menghasilkan sebuah sistem


yang dikenal dengan nama Building Information Modelling (BIM). Saat ini,
pengarsipan data pemeliharaan lebih mengandalkan dokumen berbasis kertas
dan dilakukan oleh tenaga manusia. Data manajemen pemelibaraan gedung
seringkali terse bar melalui berbagai jenis sumber data Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kinerja manajemen pemeliharaan fasilitas perlu
mengintegrasikan dan mengelola informasi dengan menggunakan Building
Information Modelling (BIM). Saat ini masih banyak pihak konstruksi
Indonesia yang belum menggunakan sistem informasi pemeliharaan fasilitas
berbasis BIM, sementara itu BIM memiliki banyak keunggulan dibandingkan
dengan sistem informasi berbasis kertas. Untuk mengetahui perbedaannya,
maka sistem informasi pemeliharaan fasilitas berbasis BIM akan dibandingkan
dengan sistem informasi pemeliharaan fasilitas berbasis kertas. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu wawancara, studi kasus, pembuatan dan
pengelolahan sistem informasi berbasis BIM Pembuatan dan pengelolaan
sistem informasi pemelibaraan fasilitas berbasis BIM menggunakan dua
perangkat lunak yakni Autodesk Revit dan Autodesk BIM 360 Ops. Dengan
studi kasus gedung PPAG I dilakukan perbandingan berdasarkan sebelas aspek
sistem informasi antara sistem informasi eksisting gedung dengan sistem
informasi berbasis BIM Penelitian ini menghasilkan kesimpulan dari sebelas
aspek pembanding, sistem informasi pemeliharaan fasilitas berbasis BIM lebih
unggul terhadap sepuluh aspek dibandingkan dengan sistem informasi
pemeliharaan fasilitas berbasis kertas.

5. ANALISIS INVENTARISASI PEMODELAN KOMPONEN SUPERSTRUCTURES


JEMBATAN CIKUJANG MENGGUNAKAN BIM TEKLA STRUCTURES

Abstrak : Pemodelan adalah rencana yang menjelaskan suatu objek, sistem, konsep
berupa idealisasi. Pemodelan pada konstruksi dilakukan pada fase perencanaan
sehingga dihasilkan DED dan As Built Drawing. Inventarisasi merupakan
proses pengelolaan terhadap barang dan material agar dapat tersususun dan
terorganisasi (Basri 2004). Inventarisasi terhadap konstruksi merupakan hal
utama dalam melakukan pengelolaan terutama pada konstruksi milik negara
seperti jalan dan jembatan karena sangat mempengaruhi pembiayaan
infrastruktur. Inventarisasi yang dilakukan terhadap konstruksi yaitu dengan
mengkaji pemodelan komponen struktural secara rinci. Dalam penelitian ini
dilakukan inventarisasi terhadap penggunaan komponen struktur bagian atas
(superstructures) jembatan Cikujang di Kabupaten Tasikmalaya menggunakan
aplikasi Tekla Structures yang berbasis BIM (Building Information Modeling).
Tujuan penelitian ini yaitu melakukan pemodelan dan inventarisasi untuk
mendapatkan suatu BIM superstructures jembatan Cikujang dengan metode
PID atau pengelolaan proyek terintegrasi. Hal ini dilakukan karena belum ada
informasi pemodelan komponen superstructures jembatan Cikujang yang rinci.
Hasil yang diperoleh yaitu berupa BIM pemodelan 3D dan detail komponen
superstructures yang rinci, dan total penggunaan komponen superstructures
mencapai 618 unit terinventarisasi. Efisiensi penggunaan material komponen
berdasarkan jenisnya disajikan dalam bentuk persentase. Material baja
merupakan material terbanyak, yaitu mencapai 87.540%. Dengan inventarisasi
dan penyajian BIM diperoleh informasi superstructures jembatan Cikujang
yang detail dan proporsional.

6. ESTIMASI KUANTITAS KONSTRUKSI DENGAN METODA BUILDING


INFORMATION MODELING (BIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG
(STUDI KASUS: GEDUNG MANHATTAN – MEDAN, INDONESIA)

Abstrak : Estimasi kuantitas pada pekerjaan proyek konstruksi adalah proses yang
berkelanjutan dan sangat tergantung pada tahapan perkembangan bentuk
design dan penyajian dokumentasi data dari proyek konstruksi yang
bersangkutan. Umumnya nilai estimasi kuantitas pra-konstruksi berbeda
dengan nilai biaya konstruksi pada proses pelaksanaan konstruksi. Hal ini
selalu menjadi masalah buat para pelaku dunia konstruksi terlebih untuk proyek
yang tidak ada antisipasi terhadap ketidakpastian kuantitas. Sistem Building
Information Modeling (BIM) digunakan untuk menjawab permasalahan ini.
Sebagai studi kasus adalah gedung Manhattan yang memiliki luas area lebih
dari 115.000 m2 dan memiliki bentuk kontrak remeasurement. Pengumpulan
data existing estimasi kuantitas (volume struktur beton dan luas dinding
arsitektur condominium) mulai dari tahapan preliminary, tender, klarifikasi-
01, klarifikasi-02 atau kontrak dilakukan untuk dibandingkan dengan sistem
model BIM untuk mengetahui selisih kuantitas saat ini. Sebagai validasi data,
dilakukan uji statistik non-parametrik Wilcoxon Sign Rank Test berpasangan
untuk mengukur signifikansi perubahan nyata antara dua kelompok data
berpasangan yaitu antara setiap data estimasi kuantitas existing dengan data
hasil dari pemodelan format BIM. Hasilnya adalah ada korelasi yang kuat dan
memberikan perubahan yang signifikan dengan menerapkan sistem BIM.
Selisih perbandingan data BIM dengan perhitungan definitif yang telah
terbangun adalah 0,47%. Dengan hasil ini membuktikan bahwa model BIM
merupakan representasi dari fisik proyek terbangun. Untuk perbandingan data
BIM dengan data existing terbesar ada pada tahapan preliminary yang
mencapai minus 74,41% artinya adanya potensi pengurangan kuantitas
sedangkan perbandingan dengan kondisi kontrak kerja terbesar adalah 11,24%.
Artinya akan ada penambahan kuantitas.
7. PERENCANAAN PENJADWALAN DAN PEMODELAN GEDUNG ISDB
INTEGRATED LABORATORY FOR NATURAL SCIENCE AND FOOD
TECHNOLOGYUNIVERSITAS JEMBER DENGAN MENGGUNAKAN METODE
BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)

Abstrak : Perencanaan Penjadwalan Dan Pemodelan Gedung ISDB Integrated Laboratory


For Natural Science And Food Technology Universitas Jember Dengan
Menggunakan Metode Building Information Modeling (BIM). Universitas
Jember sedang membangun 11 gedung terletak di kampusubung dan 6 gedung
di kampus utama Universitas Jember yang salah satunya adalah gedung
Integrated Laboratory for Natural Science and Food Technology. Banyaknya
pembangunan proyek gedung dan kompleksnya pekerjaan pada setiap gedung
maka memerlukan manajemen proyek untuk mempermudah danmeminimalisir
kesalahan pada proses pembangunan. Kinerja manajemen proyek konstruksi
yang terintegrasi dengan model bangunan dapat digambarkan melaluikonsep
Building Information Modeling (BIM). Penggunaan BIM dapat mempermudah
proses pengerjaan pada perencanaan. Gedung IsDB Integrated Laboratory for
Natural Science and Food Technology Universitas Jember memiliki
kompleksitas pekerjaan yang cukup banyak, maka pada penelitian ini
akandimodelkan dengan konsep Building Information Modeling (BIM) dengan
menggunakan program bantu Revit Architecture untuk medapatkan
volumepekerjaan beserta biaya serta menganalisis penjadwalan menggunakan
MicrosoftProject. Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data
sekunder, berupa: BoQ, Shop Drawing/forcon, serta AHSP Kab. Jember. Bill
of Quantity (BoQ) digunakan untuk mengetahui uraian pekerjaan yang akan
digunakan untuk pemodelan Revit Architecture. Shop drawing/forcon
digunakan sebagai acuan gambar untuk pemodelan Revit Architecture. AHSP
yang digunakan dalam penelitian ini adalah AHSP Kota Jember yang
digunakan untuk mengetahui koefisien para pekerja untuk memodelkan
penjadwalannya. Pengolahan data dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap
pemodelan gedung dan tahap pemodelan penjadwalan. Pemodelan gedung
dilakukan dengan menggunakan program bantu Revit Architecture. Pemodelan
gedung dibagi menjadi 2 tahap pemodelan, yaitu pemodelan struktur bawah
dan struktur atas. Output utama dari pemodelan gedung menggunakan Revit
Architecture adalah volume pada setiap pekerjaan. Volume hasil pemodelan
Revit Architecture akan dikalikan dengan harga pada AHSP proyek sehingga
didapat BoQ baru hasil pemodelan Revit Architecture. Pemodelan penjadwalan
dilakukan dengan mencari produktivitas dan total durasi pekerjaan
menggunakan program bantu Microsoft Project dengan dasar perhitungan
volume dari pemodelan Revit Architecture.
8. KAJIAN POTENSI BANGUNAN BUILDING INFORMATION MODELING (BIM)
DALAM MERENCANAKAN GEDUNG DI INDONESIA

Abstrak : Perkembangan Building Information Modeling (BIM) di Indonesia sampai saat


ini masih sangat terbatas, karenamasih belum tersosialisasi dengan baik. BIM
merupakan suatu proses perencanaan yang bersifat virtual serta berlandaskan
pada teknologi, dimana seluruh informasi yang dibuat dalam model
perencanaan tersebut telah terintegrasi dengan baik secara digital. Salah satu
software yang telah mengadopsi BIM di dalam perencanaan konstruksi
adalahAutodesk Revit. Autodesk Revit dapat digunakan dalam pembuatan
gambar rencana proyek, pengelolaan proyek, pengendalian proyek, serta
penghitungan kuantitas dan dan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Tugas akhir
ini bertujuan untuk mengkaji potensi penggunaan BIM dalam perencanaan
konstruksi di Indonesia, khususnya dalam hal perhitungan RAB. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa perhitungan RAB dengan
menggunakan BIM sekitar 10% lebih rendah jika dibandingkan dengan
perhitungan secara manual/konvensional. Dalam perhitungan volume secara
manual/konvensional seringkali digunakan asumsi-asumsi yang bertujuan
untuk memudahkan perhitungan, tetapi dapat meningkatkan volume pekerjaan.
Sebagai contoh, perhitungan luas lantai dengan asumsi dari as ke as dinding
tanpa dikurangi tebal dinding itu sendiri, luas dinding bata yang tidak
memperhitungkan volume kolom/balok, dsb. Sedangkan pada BIM, sistem
perhitungan volume sangatlah akurat serta benar-benar sesuai dengan
pemodelan pada gambar perencanaan.

9. INVESTIGASI PEMAHAMAN DAN PENERAPAN KONSEP BUILDING


INFORMATION MODELING (BIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI
INFRASTRUKTUR DI INDONESIA

Abstrak : Teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah dikembangkan dan
menghasilkan Building Information Modeling (BIM) sebagai generasi
terbaru dari CAD. Building Information Modeling merupakan proses
membuat dan mengelola informasi dalam proyek konstruksi selama siklus
hidup proyek dengan model digital 3D dengan tujuan visualisasi, analisis
teknik, analisis konflik, estimasi biaya, serta tujuan lain. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman pelaku
konstruksi mengenai konsep BIM dan penerapannya pada proyek konstruksi
di bidang insfrastruktur di Indonesia, serta membandingkan dengan
pemahaman dan penerapan konsep BIM pada proyek konstruksi di bidang
High Rise Building dan di bidang minyak dan gas. Penelitian menggunakan
kuesioner yang disebar kepada 51 pelaku konstruksi yang mengerjakan
proyek infrastrktur yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 65% responden tidak mengetahui istilah BIM dan level kedewasaan
BIM. Hanya 2% dari responden yang mengetahui BIM dan level kedewasaan
BIM dengan tepat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 27% dari
proyek responden masih menerapkan level Pre-BIM dan 59% dari proyek
responden menerapkan BIM level 1. Sebanyak 24 dari 51 proyek belum
menerapkan konsep BIM yang optimal jika dikaitkan dengan siklus hidup
proyek. Untuk hasil perbandingan terhadap pemahaman dan penarapan
didapatkan bahwa pelaku konstruksi di bidang insfrastruktur paling banyak
yang belum memahami konsep BIM. BIM level 1 paling banyak diterapkan
pada proyek di bidang High Rise Building dan di bidang minyak dan gas.

10. INVESTIGASI PENERAPAN KONSEP BUILDING INFORMATION MODELLING


(BIM) PADA PROYEK KONSTRUKSI HIGH RISE BUILDING DI INDONESIA

Abstrak : Proyek konstruksi semakin kompleks dan sulit untuk ditangani. Kompleksitas
proyek konstruksi meningkatkan permasalahan yang terjadi dalam siklus hidup proyek.
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan
konsep Building Information Modelling (BIM). Building Information Modelling
merupakan proses membuat dan mengelola informasi dalam proyek konstruksi selama
siklus hidup proyek. Terdapat empat tingkat kedewasaan BIM yaitu; PreBIM, BIM level
1, BIM level 2, dan BIM level 3. Perbedaan pada setiap level kedewasaan BIM adalah
bentuk pekerjaan desain, informasi yang dimuat dalam model, dan kolaborasi antar
stakeholder.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman pelaku
konstruksi mengenai konsep BIM dan penerapannya pada proyek konstruksi gedung di
Indonesia. Pembatasan pada penelitian ini adalah penelitian hanya dilakukan pada proyek
gedung di Bandung dan Jakarta. Penelitian menggunakan kuesioner yang disebar kepada
30 pelaku konstruksi yang mengerjakan proyek gedung yang berbeda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebesar 63% responden tidak mengetahui istilah BIM dan level
kedewasaan BIM. Hanya 3% dari responden yang mengetahui BIM dan level kedewasaan
BIM dengan tepat. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa 90% dari proyek responden
masih menerapkan BIM level 1. Sebanyak 17 dari 30 proyek belum menerapkan level
kedewasaan BIM yang optimal jka dikaitkan dengan siklus hidup proyek.

Anda mungkin juga menyukai