Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN TEKNOLOGI BIM (BUILDING INFORMATION MODELLING)

PADA PROYEK-PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA


Oleh : Tubagus Naufal Dzaki (21010113130151)

Selayang Pandang Manajemen Konstruksi


Negara kepulaan seperti Indonesia mempunyai pekerjaan rumah
sekaligus potensi yang lebih dalam pemerataan pembangunan infrastruktur.
Distribusi barang-barang pokok sampai dengan akses informasi mesti
ditopang oleh arus transportasi yang memadai. Ketika sudah tersedia
berbagai moda untuk menghubungkan kebutuhan setiap daerah, pemerintah
juga harus memikirkan problem & solution yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi daerahnya. Human resource atau sumber daya manusia
yang berpendidikan di setiap daerah juga menjadi pertimbangan tersendiri
dalam hal pembangunan.
Berbagai aspek yang mesti menjadi pertimbangan dalam membangun
infrastruktur tersebut, menuntut para praktisi konstruksi untuk bekerja
secara efektif, efisien, terstruktur dan sistematis. Dibutuhkan
pengorganisasian yang matang untuk mengatur semua aspek agar tujuan
pembangunan infrastruktur tercapai dengan budget yang dapat diakomodir
oleh para stakeholder. Dalam ilmu teknik sipil, ada cabang keilmuan yang
khusus megatur hal-hal mengenai perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengendalian dalam proyek konstruksi, yaitu Manajemen
Konstruksi atau jika di jurusan teknik sipil Undip dinamakan Perencanaan,
Pengendalian dan Manajemen Proyek. George J.Ritz (1994) dalam Total
Construction Project Management menyebutkan filosofi Manajemen
Konstruksi dapat dinyatakan dalam 3 kata : Plan, Organize, and Control atau
Perencanaan, Pengorganisasian dan Pengendalian. Di Jurusan Teknik sipil FT
Undip, manajemen konstruksi melingkupi:
1.
2.
3.
4.

Perencanaan Proyek
Pengendalian Proyek
Organisasi Proyek
Project Procurement

Seiring berjalanya waktu, proyek konstruksi semakin kompleks untuk dimanage (Alshawi dan Ingirige, 2003). Salah satu kendalanya adalah
hubungan timbal balik antara pihak-pihak yang terkait dalam proyek
konstruksi, seperti owner, financing, konsultan, kontraktor, sub-kontraktor

bahkan sampai pekerja teknis di lapangan. Metode dan sistem pengendalian


proyek konstruksi telah berkembang menjadi banyak versi. Menurut Mark
Lauden Crosley, AIA (1988) dalam The Architects Guide To Computer-Aided
Design, disebutkan bahwa kemampuan untuk mengantisipasi berbagai
tekanan dari fast-track design, dimana desain terus berlangsung selama
konstruksi. Selama ini, kendala yang sering dihindarkan yaitu perubahanperubahan selama konstruksi. Kesalahan yang sering ditemui adalah pada
gambar kerja, dikarenakan pada pelaksanaan di lapangan ada
ketidaksinambungan antara satu aspek dengan aspek lainya, misalnya ada
elemen struktural seperti kolom atau bracing yang tumpang tindih dengan
jalur piping (perpipaan), kelistrikan dan lain-lain. Padahal, kesalahan pada
gambar kerja bisa dibilang sudah terlambat dikarenakan penggambaran
secara manual membutuhkan biaya yang mahal.
Fenomena tersebut semakin jelas dengan munculnya berbagai
masalah pada tahap desain. Pola pengorganisasian secara tradisional yang
selama ini dikembangkan dengan cara membagi-bagi fungsi kepada anggota
tim (building team). Bila terjadi perubahan pada desain, anggota tim harus
membuat gambar yang berbeda, sesuai dengan bidang pelayanannya.
Hasilnya, beberapa bagian dari produk gambar dan spesifikasi antara
bagian-bagian gambar tidak dapat dipertahankan konsistensinya.
Teknologi Komputer dalam Konstruksi
Sistem CAD (Computer Aided Design) merupakan sebagai salah satu
program yang dipergunakan untuk merancang dan menggambar, telah
menunjukkan kemampuan yang lebih, bila dibandingkan dengan manual
sistem, seperti; kecepatan akses drawing elektronik yang dapat saling
dipertukarkan pada sesama anggota tim, tingkat akurasi dan konsistensi
gambar hasil rancangan. Produk-produk CAD telah lumrah digunakan dalam
dunia konstruksi, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi. Pada
ranah praktisi, dalam hal ini proyek konstruksi, teknologi modelling software
umumnya digunakan oleh para drafter di pihak konsultan.

Gambar 1. Hasil Gambar CAD


(Sumber: siarchives.si.edu)
Gambar-gambar dan dokumen perencanaan konstruksi lainya dibuat
pada tahap Engineering. Selanjutnya, dokumen tersebut akan diajukan pada
kontraktor-kotraktor yang menyediakan jasa konstruksi. Dewasa ini, sudah
banyak pula dikembangkan teknologi informasi dalam proses procurement,
salah satunya adalah E-Procurement. Dian Herdiana (2013) dalam blognya
menyebutkan bahwa E-procurement merupakan sebuah istilah dari
pengadaan (procurement) atau pembelian secara elektronik, ia merupakan
bagian dari e-bisnis dan digunakan untuk mendesain proses pengadaan
berbasis internet yang dioptimalkan dalam sebuah perusahaan. Eprocurement tidak hanya terkait dengan proses pembelian itu saja tetapi
juga meliputi negosiasi-negosiasi elektronik dan pengambilan keputusan atas
kontrak-kontrak dengan pemasok. Proses pembelian disederhanakan dengan
penanganan elektronik untuk tugas-tugas yang berhubungan dengan
operasional.

Building Information Modelling


Teknologi yang ter-update dalam dunia konstruksi, terutama dalam
tahap engineering design adalah Building Information Modelling atau

seringkali disingkat BIM. Rayendra dan Soemardi (2014) dalam paper yang
disampaikan pada Simposium Nasional RAPI XIII - FT UMS, menyebutkan
bahwa BIM merupakan sebuah pendekatan untuk desain bangunan,
konstruksi, dan manajemen. Ruang lingkup BIM ini mendukung dari desain
proyek, jadwal, dan informasi-informasi lainnya secara terkoordinasi dengan
baik. Informasi yang ditawarkan oleh BIM dalam satu model tunggal, meliputi
visualisasi, deteksi benturan, fase konstruksi, dan bahan-bahan serta
pengujian model untuk diserahkan dari tim desain (arsitek, surveyor, insinyur
konsultasi, dan lain-lain) yang kemudian diserahkan kepada kontraktor dan
sub-kontraktor dan kemudian ke pemiliknya (owner). Benefit lain yang
didapatkan dari BIM yaitu antisipasi untuk mengurangi kehilangan informasi
yang terjadi ketika sebuah team baru mengambil alih proyek dan dalam
transfer informasi yang dibutuhkan dari proyek sebelumnya.

Gambar 2. Layanan Teknologi Software BIM


(Sumber: buildipedia.com)

Gambar 3. Visualisasi Elemen dalam Konstruksi oleh BIM


(Sumber: bsria.co.uk dan mcbainscooper.com)

Lebih lanjut Rayendra dan Soemardi menyebutkan, Model BIM sendiri


merupakan database yang berisi informasi bangunan dan terkait dengan
beberapa informasi dasar. Beberapa hal database dari informasi model yang
dapat digunakan adalah:
1. Dapat berintegrasi dengan aplikasi lain.
2. Membantu perhitungan, baik dari segi struktural (kekuatan setiap
elemen struktur) maupun segi pelaksanaan konstruksi (volume
bangunan, jumlah material yang dubutuhkan, dsb.)
3. Sebagai komunikasi, model BIM dirancang untuk memberikan
informasi secara cepat tentang bagian tertentu dari proyek, yang

kemudian dapat disampaikan pada anggota tim yang berbeda ketika


melanjutkan pekerjaan.
Dalam kesimpulanya, Rayendra dan Soemardi menyebutkan bahwa
dengan penggunaan teknologi BIM dalam perencanaan konstruksi,
pembuatan model dan simulasi dari fitur-fitur BIM serta pengelompokan
aspek BIM terhadap objek pada karakteristik logistik resources dan
prosesnya, maka teknologi BIM dapat diterapkan sebagai alat bantu
alternatif visual pada perencanaan logistik proyek konstruksi gedung.
Penerapan BIM di Indonesia
Dalam web Liputan6 Sekretaris Umum Ikatan Ahli Pracetak dan
Prategang Indonesia (IAPPI) Hari Nugraha mengatakan, industri infrastruktur
di Indonesia masih belum mempraktekan optimalisasi teknologi dalam
sistem kerjanya. "Hingga saat ini para ahli struktur bangunan dan lanskap di
Indonesia masih mengandalkan cara-cara manual dalam pekerjaannya.
Proses menggambar konstruksi, perkiraan spesifikasi, hingga proses suplai
kebutuhan masih dilakukan secara manual. Dengan BIM, semua itu bisa
dilakukan secara komputasi sehingga menghemat waktu, biaya, dan hasil
kerja presisi," jelas Hari di acara penandatanganan MoU Tekla dengan IAPPI,
di Jakarta, Rabu (21/8/2013) (http://tekno.liputan6.com/). Potensi BIM dalam
meningkatkan efisiensi dan efektifitas manajemen kontruksi, terutama dalam
proses engineering, seharusnya dapat dimanfaatkan secara lebih oleh
Indonesia. Sumber daya manusia terdidik, dalam hal ini para sarjana,
merupakan lahan potensial untuk pengembangan software BIM yang
nantinya dapat diterapkan ketika mereka lulus. Penandatanganan MoU Tekla
dengan beberapa Universitas negeri ternama telah dilakukan yaitu dengan
ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), Polban (Politeknik Negeri
Bandung), PNJ (Politekenik Negeri Jakarta) dan Undip (Universitas
Diponegoro) menjadi momentum inisiasi bagi pengembangan teknologi BIM
dalam dunia konstruksi.

Daftar Referensi
Rayendra, dkk. 2014. Studi Aplikasi Teknologi Building Information
Modeling Untuk Pra-Konstruksi , dipresentasikan dalam Simposium Nasional
RAPI XIII - FT UMS, Solo.
Bryde, dkk. 2012. The Project Benefits of Building Information
Modelling (BIM). Science Direct.
Adhi Maulana. 2013. Infrastrutur Indonesia Belum Optimalkan Teknologi ,
http://tekno.liputan6.com/read/670901/industri-infrastruktur-indonesia-belumoptimalkan-teknologi [diakses pada 8 September 2015 pukul 23.30 WIB]

Dian Herdiana. 2013. Manfaat E-Procurement,


http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2013/01/06/manfaat-e-procurement/ [diakses
pada 8 September 2015 pukul 23.30 WIB]

Anda mungkin juga menyukai