Anda di halaman 1dari 2

Quiz 1 : Pengantar BIM Mata Kuliah : Permodelan Informasi

Bangunan (BIM)
Nama : Peter Maretto
Kampus : Palembang
NIM :03061282025023
1. Apa yang membuat BIM menjadi sangat diperlukan dalam kegiatan desain dan konstruksi ?
BIM merupakan sistem atau teknologi yang bisa mengontrol beberapa informasi
bangunan dimulai dari proses desain, konstruksi, dan maintenance yang terintegrasi dalam satu
model 3 dimensi. Dengan penggunaan BIM ini, satu atau lebih model virtual bangunan yang di
buat secara akurat bisa dibangun dengan virtual. Dengan penggunaan BIM memungkinkan
pemakainya untuk melakukan simulasi analisis dan control bangunan yang jauh lebih baik
daripada sistem manual. Ketika tahap perancangan suatu bangunan dengan BIM sudah
rampung, maka seluruh data yang dibutuhkan untuk kegiatan konstruksi, fabrikasi, dan
pengadaan bisa siap digunakan, dan pembangunan suatu bangunan akan lebih terkontrol.
Selain pada tahapan desain, BIM juga sangat diperlukan saat bangunan sedang dalam
proses bangunan. Dengan penggunaan BIM, Arsitek dan Tim Konstruksi bisa menguji
kelayakan bangun dan kekuatan bangunan nantinya melalui proses CLASH DETECTION,
karena di dalam BIM ada sistem ataupun aplikasi pihak ke tiga yang bisa mensimulasikan
keadaan nyata jika bangunan tersebut jadi. Ketika BIM diaplikasikan dengan baik dalam proses
pembentukkan suatu bangunan, maka desain dan konstruksi yang awalnya berdiri sendiri, bisa
dikerjakan secara bersama, dan diperkirakan kekuatannya juga secara bersamaan.
Dalam Proses desain dan konstruksi juga banyak perhitungan lain, terutama dana.
Dengan pemanfaatan BIM pada pendirian bangunan, maka RAB juga akan ikut tersimulasi,
karena dalam pengerjaannya, BIM akan membaca luasan dan kebutuhan bahan dan lalu
dihitung untuk menyesuaikan budget dari bangunan tersebut.
Sebagai Perancang bangunan juga tentunya harus menyajikan sebuah gambaran desain
kepada klien, kontraktor, ataupun pihak lain yang terkait dalam pembangunan. Melalui BIM,
seorang perancang bangunan bisa dengan mudah menunjukkan dan mempresentasikan hasil
kerjanya kepada banyak orang dan langsung mudah dimengerti oleh pihak lain tersebut.

2. Apa yang dimaksud Maturity Level pada BIM?


Teknologi BIM merupakan metode kerja kolaboratif berdasarkan generasi dan
pertukaran data dan pertukaran informasi diantara para pemangku jabatan yang terlibat dalam
suatu proyek. Di dalam sistem kerja tersebut terdapat suatu standar kedewasaan BIM, dimana
hal tersebut mencakup berbagai aspek, yaitu multi dimensional, struktur modular dan grafis,
sistem multipleks aplikasi terdistribusi, dukungan berbagai jenis data, mendukung tautan
hypertext berbagai Bahasa, ketersediaan, skalbilitas, dapat diatur secara dinamis, dan secara
persisten.
Ada berbagai Level BIM yang terjadi dalam suatu proyek:
 Level 0, dimana suatu
proyek tidak
menggunakan
kolaborasi dan
memanfaatkan Teknik
penyusunan CAD 2d
berbasis kertas.
 Level 1, dimana dalam
suatu proyek sudah
mulai mengaplikasikan
3d untuk digunakan
dalam tahap
konseptual, dan 2d
untuk dokumentasi
persetujuan dan informasi produk
 Level 2, dimana dalam suatu proyek, setiap pemangku jabatan bekerja dengan sistem
dan lingkungannya sendiri, namun model atau objek dikolaborasikan
 Level 3 atau sering disebut OPEN BIM, dimana dalam suatu proyek pengguna BIM
sudah bisa berkoordinasi dengan pihak lain melalui layanan terpadu berbasis cloud.
selain itu BIM sudah bisa dijadikan sebagai Managing proyek yang berkolaborasi
dengan berbagai pihak. Setiap pemangku jabatan/ berbagai disiplin ilmu bisa
mengerjakan dan bekoordinasi dalam satu objek yang sama.

3. Jelaskan tentang Kolaborasi didalam BIM!


BIM bukan merupakan satu
sistem software yang tetap, namun
sebuah proses untuk menghasilkan
dan menyimpan dukungan data dan
informasi sebuah bangunan dari
mulai tahap desain konseptual,
desain detail, fabrikasi, konstruksi,
sampai operasi dan maintenance, dan
bahkan sampai tahap demolisi, sesuai
dengan siklus umur bangunan.
Di BIM, tim proyek bekerja
sama untuk bertukar data,
berkolaborasi dalam merampingkan proses pengembangan/konstruksi, dan pada akhirnya
menghasilkan proyek yang sukses. Model 3D dapat diedit secara terpisah (standalone) oleh
masing-masing disiplin ilmu dan kemudian digabungkan menjadi model gabungan. Model
dapat diubah untuk memenuhi kebutuhan tim proyek, untuk menambah, mengekstrak,
memperbarui, atau mengubah informasi.
Untuk tercapainya bangunan yang ideal, para pemangku kepentingan harus
berkolaborasi dan bekerja sama dengan tujuan yang sama, namun juga metodologi dan struktur
yang sama. Prosedur ini dapat didukung oleh protokol umum atau pedoman, yang
memungkinkan para stakeholder untuk mendefinisikan aturan proses kolaborasi BIM.
Kolaborasi terkait dengan koordinasi pengembangan model baik dengan sesama
disiplin, ataupun antar disiplin harus dilakukan dengan beberapa tahan koordinasi agar bisa
dilakukan pengembangan desain secara bersamaan, yakni:
 Penyamaan ELEMEN KONTROL seperti origin point, orientasi, setting out, grid, dan level.
Elemen tersebut ditetapkan oleh tim arsitektural yang diikuti oleh tim proyek lainnya. Hal
ini bertujuan untuk menyamakan persepsi setiap orang dalam satu tim
 Berbagai model dari setiap disiplin harus memenuhi kualitas model dalam tingkat minimum,
selalu konsistensi, dan memudahkan untuk koordinasi melalui tahapan PENGECEKKAN
DALAM MASING-MASING DISIPLIN seperti tidak ada overlap, tidak ada clash, dll
 KOORDINASI ANTAR DISIPLIN merupakan langkah yang kritis dalam tahapan
pembangunan serta idealnya harus diselesaikan dalam tahap desain. Beberapa kolaborasi
yang mungkin terjadi yakni, Koordinasi Arsitektural-Struktural, Koordinasi Arsitektural dan
MEP, Koordinasi Struktural-MEP, dan Koordinasi Arsitektural-Struktural-MEP

Anda mungkin juga menyukai