Anda di halaman 1dari 76

Filosofi Naif Kehidupan

Dunia Cyber
Onno W. Purbo
dirangkum dari www.opensource.telkomspeedy.com
( http://opensource.telkomspeedy.com/wiki/index.php/Filosofi_Naif_Kehidupan_Dunia_Cyber#Internet_Infr
astruktur_Dunia_Cyber )

bukuLIAT
@2016
e-book ini banyak memuat kristalisasi pemikiran dari belasan tahun pengalaman di lapangan dalam
memberdayakan masyarakat Indonesia secara mandiri & swadaya khususnya dalam bidang teknologi
informasi dan Internet.

e-book ini agak berbeda dengan buku Onno W. Purbo sebelumnya yang umumnya lebih sarat nuansa
teknologi. e-book ini lebih sarat nuansa filosofis, nilai-nilai dari budaya yang berkembang di
atas infrastruktur Internet. Bagi mereka yang suka pada hal yang sifatnya religius, proses mencari arti
kehidupan dan Allah menjadi sesuatu yang sangat menarik dengan adanya infrastruktur Internet.

Dalam e-book ini, nilai-nilai filosofis, ketuhanan akan lebih dominan di bahas. Jangan heran jika dalam
banyak hal ternyata kebenaran Allah akan menampakan wujudnya, hal ini di mungkinkan karena justru
di infrastruktur informasi & internet yang dapat dengan mudah mendobrak struktur & birokrasi yang
dibangun manusia.

Akhir kata, Onno W. Purbo memohon maaf sebesar-besarnya, jika apa yang di ungkapkan dalam buku ini
ternyata akan mengusik banyak hal yang sifatnya fundamental. Semua ini terjadi karena adanya
pergeseran-pergeseran paradigma sosial budaya masyarakat dengan adanya infrastruktur dunia cyber.

Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui lebih dalam filosofi & nilai-nilai ketuhanan
yang berkembang di dunia cyber.

CATATAN: Versi awal buku Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber pernah di terbitkan oleh Republika sekitar
tahun 2002. Sayangnya, royalti buku tersebut tidak pernah diberikan oleh Republika kepada Onno W.
Purbo (nasib). Tulisan ini merupakan revisi dari buku tersebut.
Contents

•1 Internet Infrastruktur Dunia Cyber


•2 Sekelumit Gaya Hidup Dunia Cyber
•3 Kekuatan Komunitas Indonesia di Dunia Cyber
•4 Pandangan Naif Tentang Pergeseran Paradigma
•5 Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber
•6 Konsekuensi Infrastruktur Cyber Dalam Proses Pendidikan dan Pemandaian
•7 Konsekuensi Infrsatruktur Cyber Dalam Kehidupan Bernegara
•8 Hacker Sub-Kultur Dunia Cyber
•9 Dunia pun Belajar Pada Kita, Bangsa Indonesia
•10 Penutup
•11 Pranala Menarik
Internet Infrastruktur Dunia Cyber
•Arah Aplikasi Infrastruktur Internet
•Sekilas Tentang Infrastruktur Telekomunikasi
•Sekelumit Tentang Infrastruktur Jaringan Komputer
•Contoh Aplikasi Sederhana Jaringan Komputer Internet
•Aplikasi Internet Mengeffisienkan Proses Transaksi
•Aplikasi Internet Untuk Perputaran Pengetahuan Dan Informasi
•Organisasi Buku

Sekelumit Gaya Hidup Dunia Cyber


•Kerja tanpa kantor? Siapa takut
•Pengalaman bekerja SOHO di dunia cyber

Kekuatan Komunitas Indonesia di Dunia Cyber


•Internet Untuk Komunitas Dunia Cyber
•Konsep Dasar Pembangunan Komunitas Cyber
•Konsep Dasar Mailing List Tempat Diskusi Dunia Cyber
•Contoh Infrastruktur Mailing List Sederhana
•Sejarah Komunitas Indonesia Berbasis Mailing List Internet
•Komunitas Indonesia di Yahoogroups.com
•Profil Beberapa Komunitas yang Menonjol atau Menarik
•Teknik Mengevaluasi Komunitas di Yahoogroups.com
•Beberapa Rangkuman Tentang Komunitas Cyber Indonesia

Pandangan Naif Tentang Pergeseran Paradigma


•Perbedaan Cara Berfikir Dunia Biasa vs. Dunia Cyber
•Tiada Tuhan di Dunia Cyber?

Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber


•Model Sederhana Filosofi Arsitektur Dunia Cyber?
•The Platform
•Struktur Masyarakat
•Model Perputaran Pengetahuan Sebagai Basis Struktur Masyarakat
•Pertanyaan Filosofis
•Mencari Jawaban
•Rangkuman Filosofi Naif Dunia Cyber

Konsekuensi Infrastruktur Cyber Dalam Proses Pendidikan dan


Pemandaian
•Mempertanyakan Dasar Paradigma Pendidikan
•Aliran Kanan vs. Aliran Kiri & Aliran Tuhan
•Sekelumit pengalaman kasat mata
•Siklus Pemurnian Pengetahuan
•Kurikulum vs. Nyantri
•Infrastruktur Internet Sebagai Alat Bantu
•Teknologi Internet untuk Sekolah & Pendidikan
•Mailing List Yahoogroups.com
•Perpustakaan Digital
•Platform e-learning
•OpenUSS

Konsekuensi Infrsatruktur Cyber Dalam Kehidupan Bernegara


•Transparansi Dialog Bangsa Menuju Demokratisasi
•Konsekuensi Mekanisme Struktur Masyarakat berbasis Internet
•Sisi Ekstrim Konsekuensi Internet di Indonesia
•Strategi Perang Informasi

Hacker Sub-Kultur Dunia Cyber


•Hirarki Hacker
•Sombong Sumber Kehancuran
•Hacker Menolong Industri
•Etika Hacker
•Aturan Main Hacker
•Bagaimana proses hacking dilakukan?
[edit]Dunia pun Belajar Pada Kita, Bangsa Indonesia
•Kiprah bangsa Indonesia dalam Teknologi Informasi
•Anton Raharja Membangun Internet Telepon Rakyat
•Gun (e-goen) Antenna Wajan wajanbolic e-goen
•Strategi Membangun Kekuatan Bangsa Indonesia Berbasis Pengetahuan
•Arsitektur Infrastruktur Berbasis Internet (IP) Secara Umum
•Contoh Kekuatan IT Indonesia: Komunitas WARNET
•Pemikiran Strategi Realistis IP Based Infrastruktur di Indonesia
•Pembentukan Demand
•Jaringan Lokal
•Penyelenggara Infrastruktur
•Pengembangan Industri Manufacturing Lokal

Indonesia mungkin miskin. Pengalaman di lapangan menunjukan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa
yang bodoh. Massa Indonesia sangat besar, kita dapat menjadi negara terkuat di kawasan Asia Tenggara
jika kita cukup jeli dalam memanfaatkan kekuatan anak bangsa dalam memandaikan massa Indonesia.

“Dunia-pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia”

Penutup
•Penutup
Internet Infrastruktur Dunia Cyber

Arah Aplikasi Infrastruktur Internet

Sebelum membahas lebih lanjut tentang dunia cyber, ada baiknya kita menyimak
bentuk infrastruktur dunia cyber yang mendukung berbagai interaksi di atasnya. Pada gambar saya
mencoba menggambarkan model yang naif dari infrastruktur dunia cyber.

Secara umum akan ada dua (2) aplikasi utama yang akan berdampak pada masyarakat pengguna /
masyarakat cyber, yaitu, (1) aplikasi yang bersifat transaksi, dan proses-nya dibuat menjadi lebih effisien
oleh teknologi informasi, dan (2) aplikasi yang lebih fokus pada effektifitas penyebaran / sirkulasi
pengetahuan dan informasi yang lebih berdampak pada pengembangan pengetahuan seseorang /
institusi.
Jelas bahwa ada dua (2) arah jalur aplikasi Internet secara umum dapat di identifikasi dengan tujuan yang
sangat jelas, yaitu:

1.Membuat EFFISIEN proses / sistem prosedur / transaksi yang dilakukan di Internet.


2.Membuat seseorang / sebuah institusi / sebuah perusahaan menjadi EFFEKTIF dan dapat PEMIMPIN di
bidangnya.

Sekilas Tentang Infrastruktur Telekomunikasi

Pada tingkat yang paling rendah, infrastruktur dunia cyber dibangun di atas jaringan fisik (physical
infrastructure) yang dapat berupa peralatan sederhana sepertikabel telepon dengan modem-nya;
maupun yang kompleks, seperti, sambungan leased line yang beroperasi 24 jam,
jaringan satelit menggunakan teknologi VSAT, kabel serat optik, kabel TV, jaringan
telekomunikasi Integrated System Digital Network (ISDN), modem ADSL (Asymetric Digital Subscriber
Line) yang biasanya di operasikan oleh operator telekomunikasi besar seperti PT. Telekomunikasi
Indonesia, PT. Indosat, PT. Satelindo dll.

Tentunya tidak semua infrastruktur tersebut harus di operasikan oleh perusahaan telekomunikasi besar,
banyak infrastruktur pendukung Internet yang dapat di operasikan oleh perusahaan kecil di internal
perusahaan bahkan di rumah-rumah secara pribadi, contoh infrastruktur kelas rakyat ini adalah jaringan
komputer lokal(Local Area Network / LAN) menggunakan ethernet pada kecepatan 100Mbps, atau
jaringan wireless LAN pada kecepatan 11-54Mbps pada frekuensi 2.4GHz dan 5.8GHz yang sering
digunakan untuk mem-bypass infrastruktur telekomunikasi Telkom.

Beberapa perangkat seperti penggunaan WiFi 2-11Mbps maupun Internet Satelit memungkinkan kita
untuk memberikan akses telekomunikasi & informasi yang murah bagi masyarakat; bahkan jika cukup jeli
maka akses tersebut dapat di nikmati oleh masyarakat dengan biaya Rp. 10-30.000 / bulan / orang.
Teknik yang memungkinkan akses Internet murah di masyarakat antara lain adalah RT/RW-
net dan Wajanbolic e-goen. Karena teknologi semakin murah, dan semakin mudah di operasikan (user
friendly), tidak heran jika perkembangan infrastruktur telekomunikasi rakyat ini semakin merajalela yang
pada suatu saat akan sulit di bendung oleh pemerintah, yang selama ini sangat suka membendung dan
menyita peralatan ini dari rakyat yang mengoperasikannya.

Sekelumit Tentang Infrastruktur Jaringan Komputer

Di atas infrastruktur telekomunikasi fisik, kita dapat mengoperasikan sambungan / hubungan


antar komputer menggunakan keluarga protokol Internet yang oleh orang teknik dikenal dengan
sebutan TCP/IP. Keluarga protokol Internet berfungsi untuk mengatur komunikasi antara
berbagai komputer dalam jaringan. Pada lapisan ini dikenal berbagai teknik yang biasanya hanya di
mengerti oleh teknisi Internet seperti teknik routing yang mengatur route paket, domain name
system(DNS) yang mengatur penamaan mesin supaya mudah dikenal oleh pengguna Internet, e-
mail untuk mengirim surat elektronik, Web untuk mengakses informasi. Bentuk dari semua perangkat di
lapisan ini adalah perangkat lunak, sebagian perangkat sudah ada (built-in) dalam sistem operasi baik itu
Microsoft Windows maupunUNIX (seperti Linux & FreeBSD). Biasanya servis TCP/IP yang menjadi dasar
dari jaringan komputer Internet sudah menjadi bagian dari sistem operasi; yang perlu dilakukan hanyalah
men-set servis TCP/IP tersebut supaya bisa beroperasi dengan baik jaringan komputer Internet tersebut.

Pada lapisan infrastruktur Internet, kita mengenal beberapa servis / jasa yang biasa di berikan kepada
masyarakat seperti Internet Service Provider (ISP), maupun jasa menjual kembali akan
akses Internet dari ISP adalah Warung Internet (warnet). Servis yang agak kontroversial di tingkat ini
adalah Voice over Internet Protocol(VoIP) yang memungkinkan kita melakukan SLJJ & SLI dengan pulsa
lokal dan Internet saja. Peralatan untuk melakukan komunikasi VoIP sangat mudah dan murah untuk di
operasikan, tidak heran jika hal ini menyebabkan pemerintah & operator telekomunikasi konvensional
kebakaran jenggot.

Contoh Aplikasi Sederhana Jaringan Komputer Internet

Setelah ada jaminan bahwa antar komputer dalam jaringan dapat berkomunikasi secara reliable
menggunakan keluarga protokol Internet. Maka kita dapat menjalankan berbagai aplikasi di atas
jaringan Internet. Salah satu aplikasi paling sederhana yang berdampak sangat luas terhadap pembentuk
komunitas danmasyarakat Internet adalah sarana berdiskusi secara masal menggunakan e-mail.

e-mail merupakan alat yang paling sederhana & paling murah untuk berpartisipasi di Internet. E-
mail bahkan jauh lebih murah dibandingkan akses Web. Bagi veteranInternet, umumnya akses e-
mail menjadi lebih penting dibandingkan akses Web karena dengan e-mail kita bisa berinterkasi langsung
dengan teman-teman di seluruh dunia dan membangun komunitas & masyarakat yang sangat penting
artinya bagi pergerakan masyarakat Internet di seluruh dunia. Seperti di jelaskan di atas bahwa akses e-
mail bisa di peroleh seharga Rp 1000 / bulan s/d Rp. 10.000 / semester di sekolah-sekolah atau di pusat-
pusat massa seperti di warnet.

Dengan bermodalkan akses e-mail yang murah ini maka komunitas diskusi di Internet dapat di bangun
dengan mudah. Mailing list digunakan sebagai sarana utama tempat diskusi menggunakan e-
mail di Internet. Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana. Seorang
pengguna cukup mengirimkan sebuah e-mail ke satu alamat e-mail. Kemudian oleh komputer server yang
menjalankan program mailing list, mail tersebut akan di sebarkan ke semua anggotamailing list yang
tergabung / berlangganan ke alamat e-mail tersebut.

Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan
melalui e-mail ke mailing list tempat berkumpul para hacker, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-
dua orang hacker mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi
dari masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat (mungkin diperlukan beberapa
jam).

Mailing list beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita bayangkan bersama apa yang
terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti: Jika seseorang secara terus menerus
secara serius dalam selang waktu yang lama (beberapa bulan bahkan tahun) - dapat diharapkan orang
tersebut akan menjadi "ahli" dalam bidang yang didiskusikan tersebut. Dalam bahasa yang
sederhana, mailing list merupakan sebuah media sangat effektif untuk proses pendidikan jika di simaki
dalam jangka waktu yang lama.

Jelas disini bahwa mailing list merupakan media yang lebih bersifat interaktif & pro-aktif di bandingkan
dengan Web yang biasa ada di Internet. Sifat ini menjadi kunci utama untuk memperkuat image &
eksistensi seseorang / perusahaan di Internet secara keseluruhan.

Salah satu pangkalan utama dari berbagai diskusi di mailing list Internet di dunia adalah
Yahoogroups.com, yang berada di http://groups.yahoo.com. Ada puluhan ribu tempat diskusi orang
Indonesia yang berpangkalan di yahoogroups.com. Sekitar 2000+ merupakan tempat diskusi yang
bermassa besar di atas seratus, beberapa bahkan beranggotakan lebih dari 10000 orang. Sangat di
sarankan bagi pembaca yang serius ingin berinteraksi dengan rekan-rekan dengan minat yang sama
untuk menggunakan sarana mailing list ini.

Belakangan, tampaknya Forum diskusi di Web juga mulai menjadi ajang pertemuan dan diskusi yang
ramai di Internet. Salah satu yang paling banyak anggotanya dan sangat aktif adalah http://kaskus.us.

Aplikasi Internet Mengeffisienkan Proses Transaksi


Dalam konteks effisiensi biasanya kita bergelut untuk mempercepat proses pemutaran dari:

•perputaran barang.
•perputaran uang.
•perputaran informasi.
Dalam old economy biasanya yang diputar secara cepat terutama adalah barang & uang saja. Sedangkan
pada new economy, percepatan jika dilakukan pada informasi. Pada tingkat institusi / perusahaan,
tentunya keberadaan MIS (Management Information Sistem) maupun ERP (Enterprise Resources Planning)
menjadi sangat vital untuk dapat memutarkan informasi secara cepat tadi. Di balik semua proses
percepatan tersebut, teknologi pendukungnya sebetulnya yang itu-itu juga, seperti teknologi database,
teknologi web, e-mail, chatting dsb.

Jika ERP & MIS telah beroperasi dengan baik di internal institusi / perusahaan, e-Commerce menjadi
sangat mungkin dan sangat feasible. E-commerce sebetulnya hanyalah menjadi perpanjangan
tangan ERP & MIS yang kita miliki untuk dapat bertransaksi dengan institusi / perusahaan lain secara
effisien. Tentunya isu yang ada di e-commerce akan berbeda dengan isu yang ada di ERP & MIS yang
sifatnya lebih internal.

Pada dunia perdagangan, proses effisiensi perdagangan mengarah pada konsep e-commerce. Tentunya
selain effisiensi proses perdagangan, ada dua (2) isu yang mendasar yang akan menjadi dasar kerja e-
commerce, yaitu:

•Kepercayaan / trust.
•Mekanisme Pembayaran.
Isu kepercayaan (trust) menjadi demikian penting jauh lebih penting dibandingkan isu effisiensi prosedur
yang biasanya mendominasi ERP & MIS. Salah satu kunci strategis dalam pembangunan e-
commerce adalah keberadaan certificate authority (CA) & registration authority (RA). Dalam bahasa
sederhana, CA & RAmerupakan lembaga pemberi KTP (Kartu Tanda Penduduk), yang menjamin kredibilitas
seseorang atau sebuah perusahaan. Pada hari ini, CA & RA yang di akui oleh seluruh dunia terdapat di
negara barat, artinya kita yang berada di negara berkembang sebetulnya telah di jajah oleh negara barat
dalam autoritas pemberian kepercayaan (trust).

Tentunya effisiensi proses tidak hanya berkembang di dunia perdagangan, kita melihat perkembangan
yang cukup drastis di pelayanan pemerintah kepada masyarakat di negara maju, di negara tetangga kita
seperti Singapore & Malaysia. Mereka mengembangkan e-government untuk memberikan layanan kepada
masyarakat. Pada akhirnya masyarakat tidak perlu lagi bersusah payah mendatangi banyak meja untuk
memperoleh ijin usaha, KTP, SIM, Passport, cukup melalui satu pintu semua jasa dapat diberikan dalam
hitungan menit atau maksimum jam.

Sialnya, e-government di Indonesia tampaknya lagi-lagi menjadi incaran para pengejar proyek dan
utangan ke luar negeri. Yang kemudian harus dibayar oleh pajak dari masyarakat. Sedih memang melihat
kelakuan para aparat & birokrat di pemerintahan yang lebih mementingkan perut sendiri.

Aplikasi Internet Untuk Perputaran Pengetahuan Dan Informasi

Selain mengeffisienkan proses, seperti yang di contohkan dalam e-commerce dalam proses
perdagangan, e-government dalam dunia pemerintahan. Salah satu aplikasi yang paling strategis dari
infrastruktur dunia cyber adalah kemampuannya untuk melakukan percepatan sirkulasi informasi dan
pengetahuan.Dalam aplikasi ini, Internet lebih di arahkan agar menjadikan seseorang / institusi /
perusahaan menjadi pemimpin di bidangnya, pada dasarnya Internet berusaha membantu untuk
memudahkan kita mengolah isi kepala kita masing-masing supaya lebih pandai.
Berbeda dengan dunia nyata, dalam dunia Internet dikenal adanya knowledgable leader - pemimpin
di Internet biasanya orang yang pandai, tidak harus merupakan orang yang mempunyai kekuasaan /
power / kekayaan. Di old economy memang pemimpin di tentukan oleh orang yang memiliki kekuasaan /
power / kekayaan maka tidak heran kalau banyak pemimpin dimasa lalu mempunyai ikatan yang cukup
kuat dengan pihak tentara. Di new economy atau k-economy, pemimpin biasanya adalah orang pandai.

Untuk mengarah pada kepemimpinan di k-economy (knowledge economy) yang perlu di putar secara
cepat adalah informasi & pengetahuan. Hanya orang / institusi / perusahaan yang mampu memutar
informasi & pengetahuan secara cepat yang akan mampu menjadi pemimpin di k-economy. Pada tingkat
yang sederhana biasanya yang diputar secara cepat hanyalah informasi, kita kemudian mengenal media
online yang pada dasarnya memutar informasi secara cepat. Beberapa pemimpin media online di
Indonesia yang kita kenal adalah kompas.com & detik.com. Kompas agak bias karena mempunyai nama
besar di media cetaknya, detik.com yang menarik karena telah berhasil membuktikan keberhasilannya
hanya bertumpu pada media online saja di dunia cyber. Perpustaran informasi terasa cepat, dari yang
biasanya 24 jam atau hari untuk memperoleh berita / informasi menjadi jam, menit & detik saja.

Pada tingkat yang lebih tinggi dari informasi kita mengenal teknik-tenik knowledge management (KM)
disini kita mulai bermain-main dengan pengetahuan. Bermain di pengetahuan tentunya mempunyai
prasyarat yang lebih ketat daripada bermain-main dengan perpustaran informasi. Keberhasilan bermain di
pengetahuan akan memberikan nilai yang jauh lebih besar dari pada bermain di Informasi. Managemen
pengetahuan supaya perputaran pengetahuan menjadi cepat akan sangat terasa membantu dalam
menjamin kepemimpinan di k-economy. Pengetahuan implisit, pengetahuan eksplisit maupun
pengetahuan potensial harus dapat di manage dengan baik. Salah satu contoh terbaik dari knowledge
management ini ada di digital library ITB yang pada awalnya di tahun 2000-an dikembangkan oleh team
yang dipimpin oleh Ismail Fahmi di digilib@itb.ac.id dengan alamat URL http://digital.lib.itb.ac.id.

Konsep-konsep lain yang juga berkembang adalah konsep pendidikan jarak jauh, konsep belajar mandiri
melalui Internet, konsep kepakaran yang terdistribusi dll. Pada tingkat yang lebih lanjut, kita akan
mengenal k-commerce (knowledge commerce) yang hanya mungkin dilakukan & di menangkan jika
institusi / perusahaan tersebut mempunyai knowledge management yang baik.

Organisasi Buku

Dengan adanya beberapa pergeseran paradigma yang disebabkan oleh banyaknya proses percepatan
yang terjadi, jangan heran jika banyak filosofy yang di anut dalam dunia lama ternyata tidak banyak
berlaku di dunia maya. Buku ini akan banyak memfokuskan pada aspek filosofy dari dunia cyber.

Sebelum membahas terlalu mendalam tentang filosofi kehidupan di dunia cyber, pada Bab 1 di terangkan
tentang infrastruktur internet pembentuk dunia cyber, baik dari sisi infrastruktur telekomunikasinya,
infrastruktur jaringan komputer, termasuk beberapa contoh aplikasi jaringan yang mengeffisienkan proses
transaksi maupun mempercepat proses perputaran pengetahuan.

Gaya hidup di dunia cyber akan diterangkan pada Bab 2, pengalaman pribadi Onno W. Purbo bekerja
pada Small Office Home Office (SOHO), bahkan tanpa kantor sama sekali di dunia cyber akan menjadi
sorotan utama.

Evaluasi kekuatan komunitas Indonesia di dunia cyber akan dibahas pada Bab 3. Beberapa konsep dasar
pembangunan komunitas cyber yang berbasis tempat diskusi mailing list beserta sejarahnya
di Internet akan di terangkan. Hasil studi tentang komunitas Indonesia di yahoogroups.com akan di bahas
dan menjadi basis untuk melihat kekuatan komunitas Indonesia di dunia cyber.

Pola fikir dunia lama tampaknya banyak membatasi kita dalam melihat dunia cyber, hal ini akan di
ketengahkan pada Bab 4 yang lebih memfokuskan pada pandangan naif tentang pergeseran paradigma
berfikir dunia cyber. Contoh ekstrim yang di ketengahkan adalah tentang pendapat bahwa tiada tuhan di
dunia cyber.

Filosofi kehidupan dunia cyber akan di bahas pada Bab 5. Pembahasan akan melihat platform tempat kita
berpijak yang ternyata dapat mengubah struktur masyarakat dunia cyber. Proses percepatan perputaran
informasi dan pengetahuan akan nampak sebagai dasar utama berbagai perubahan paradigma yang ada.
Jawaban filosofy mendasarnya sebetulnya dapat di peroleh dari Al Qur’an.

Konsekuensi infrastruktur cyber terhadap proses pendidikan dan pemandaian umat akan di bahas pada
Bab 6, yang berusaha menjawab beberapa pertanyaan mendasar tentang paradigma pendidikan.
Beberapa contoh infrastruktur internet khsususnya hasil karya bangsa Indonesia sebagai alat bantu
proses pendidikan dan pemandaian akan di bahas pada Bab 6.

Bagian yang cukup sensitif dari filosofi kehidupan dunia cyber adalah mempertanyakan beberapa hal
mendasar tentang essensi kehidupan bernegara. Hal ini akan di bahas pada Bab 7, masalah transparansi
dialog bangsa menuju demokratisasi beserta konsekuensi mekanisme kehidupan bernegara pada
masyarakat berbasis internet akan di bahas. Pada akhirnya di terangkan pula pola dan strategi perang
informasi di dunia cyber.

Budaya bawah tanah yang paling menarik di dunia cyber adalah dunia para hacker. Dunia ini akan di
bahas secara garis besar pada Bab 8. Strata masyarakat hackerakan di ketengahkan beserta etika dan
aturan main pada hacker. Akan tampak nyata sekali dari pembahasan yang ada bahwa para hacker tidak
mempercayaipenguasa (otoritas), mereka hanya akan menghormati seseorang yang mempunyai
kemampuan yang tinggi. Di akhir Bab 8, akan di bahas proses hacking dilakukan, tentunya pembahasan
akan cukup teknis untuk dapat dimengerti dengan mudah oleh orang awam.

Bab 9 merupakan penutup yang akan merangkum secara garis besar filosofi naif kehidupan dunia cyber.
Sekelumit Gaya Hidup Dunia Cyber

Kerja tanpa kantor? Siapa takut

Bagi sebagian orang, peralatan komputer dan infrastruktur Internet hanyalah sebatas alat bantu
pekerjaan sehari-hari-nya. Memang betul, bagi sebagian orang ini, sebetulnya gaya hidup mereka tidak
berbeda jauh dengan kebanyakan orang yang ada pada saat ini.

Akan tetapi, pada sisi ekstrim, peralatan komputer dan infrastruktur Internet dapat mengubah gaya
hidup, budaya, pola kerja seseorang atau bahkan organisasi. Perubahan gaya hidup, dan pola kerja
merupakan beberapa hal yang secara kasat mata akan terlihat dengan mudah. Pada bagian ini,
perubahan gaya hidup yang kasat mata akan di ketengahkan. Beberapa perubahan tersebut, tampaknya
hampir tidak dapat di mengerti oleh sebagian orang yang masih menggunakan paradigma lama dalam
kesehariannya.

Kerja tanpa kantor? Siapa takut


Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh sebagian besar orang tua kita bahwa pada hari ini dan
kemungkinan besar dimasa mendatang bahwa bekerja tidak identik dengan berkantor. Pada tempo
doeloe, bekerja di kantoran, bekerja di sebuah institusi atau perusahaan ternama mungkin terkesan
sangat bergengsi dan menjadi kelas elit tersendiri pada generasi eyang, tante, oom & para orang tua kita.
Kalau kita bekerja sendiri, di rumah – wah bisa repot urusan dengan mertua & orang tua. Di cap orang tak
berguna lah, tidak terpakai dll …

Sialnya, pada hari ini, para orang tua tampaknya harus gigit jari & menerima kenyataan bahwa justru
semakin banyak dan semakin bergengsi pekerjaan-pekerjaan yang tidak mempunyai pekerjaan eh kantor.
Mengapa? Karena pada akhirnya yang di tuntut dari seorang profesional bukan absensi kantor-nya
melainkan target / hasil / pencapaian objektif. Kecuali di lembaga pemerintahan, absensi tampaknya
masih menjadi paradigma berkarya – yah selamat bertugaslah untuk rekan-rekanPegawai Negeri
Sipil (PNS).

Mungkin karena saya berada di dunia Internet, dalam banyak kesempatan saya ketemu banyak
profesional dengan mobilitas tinggi, kalaupun mempunyai kantor sering kali meninggalkan kantor-nya –
bahkan sangat lumrah jika pekerjaannya dikerjakan di rumah atau sambil ngobrol dan minum kopi di café
bersama mitra-mitra-nya. Leisure, hobby, kebebasan dan mengerjakan apa yang mereka sukai sangat
dominan di diri para profesional tersebut. Apakah ini mirip dengan pola / budaya seniman? Entahlah, tapi
tampaknya memang demikian adanya.

Bukan hal yang aneh jika kita melihat teman-teman profesional ini seakan tidak terikat pada satu kantor
yang tetap. Pekerjaan kontrakan dan servis yang mengandalkan profesionalitas dan keahlian yang sangat
spesifik menjadi sangat dominan diantara para profesional. Tampaknya, keahlian dan kesukaan pada hal-
hal yang sangat spesifik menjadi andalan para profesional yang umumnya masih muda antara usia 27-40-
an tahun.

Penghasilan jangan di tanya … Rp. 5-10 juta merupakan pendapatan kotor minimal diantara profesional
ini. Jelas jauh lebih baik daripada fresh graduate yang umumnya Rp. 750.000 / bulan dari pekerjaan tetap
di kantoran itu. Memang masih sedikit para profesional yang bekerja betul-betul bebas dan sangat mobile
seperti dijelaskan disini, tapi kecenderungan ke arah itu sangat menonjol terutama di rekan-rekan muda
usia sekitar 30-an. Menjadi terbaik adalah dambaan dalam suasana kompetisi yang sehat. Pengakuan
dilakukan secara langsung oleh komunitas, bahkan bukan hal yang luar biasa jika terekspose oleh media
massa – karena mereka memang terbaik tanpa mekanisme KKN murni kompetisi & fight.

Laptop, palmtop, notebook, netbook, personal digital assistance (PDA), handphone menjadi peralatan
yang sangat lumrah bagi para profesional tersebut. Yah, minimal akses ke WARNET yang didukung
dengan handphone menjadi ciri khas para rekan muda tersebut. Komunikasi yang intens menjadi ciri khas
dari para profesional ini, e-mail traffic di berbagai mailing list yang diselingi oleh banyak
berita SMS berseliweran di layar telepon genggam menjadi bagian integral kehidupan mereka. Bahkan
sebagian besar berkas pekerjaan-pun banyak di kirim dalam bentuk attachment di e-mail. Memang
kadang sebagian merupakan canda tawa diantara mereka, tapi itulah bagian dari ke akraban kehidupan
di dunia tanpa batas yang banyak di nikmati terutama oleh profesional muda maupun mahasiswa / siswa.

Pada tingkat yang lebih serius, jangan kaget jika di kereta api, ruang tunggu airport, pesawat terbang
melihat para profesional asik men-tik keyboard Nokia 9230 atau bekerja secara online pada BlackBerry.

Unified messaging antara SMS, e-mail menjadi teknologi pemicu, teknologi unified messaging sudah
sangat terasa saat ini – integrasi antara berita SMS ke e-maildapat menjadi saling terkait & sangat
membantu para eksekutif & profesional mobile untuk bermanouver di dunia informasi.

Yah itulah kantor mereka, itulah gaya bekerja mereka, gaya hidup sebagian profesional muda yang sangat
mobile pada hari ini. Bukan mustahil jumlah mereka akan semakin banyak di masa mendatang. Investasi
peralatan US$400-1000 menjadi ter-justified dengan pendapatan kotor minimal mereka yang antara
US$500-1000 / bulan.

Kapankah anda mampu melakukan hal tersebut? Jelas bukan pada saat anda
memiliki laptop, palmtop, netbook atau HP – hal tersebut akan terjadi dengan sendiri-nya pada saat anda
memiliki skill keahlian yang sangat spesifik dan diakui ke-profesionalisme-annya oleh komunitas.
Umumnya bekas mahasiswa saya mampu mencapai tahapan tersebut dalam waktu 2-4 tahun, jika
dipupuk dengan benar & baik di masa sekolah di perguruan tinggi & SMU.

Harus di akui bahwa biasanya ada ketakutan mendasar pada sebagian besar orang untuk mengadopsi
gaya hidup dunia cyber yang tidak bertumpu pada konsep lama dalam bekerja yang biasanya bertumpu
pada pekerjaan perkantoran / atau menjadi pegawai tetap di sebuah instansi / perusahaan. Ketakutan
bahwa tidak ada penghasilan tetap, ketakutan tidak ada pengakuan status oleh masyarakat dll. Akan
tetapi jika kita lihat filosofi mendasarnya sebetulnya sangat sederhana, yaitu:

“Rizki dan pahala hanya tergantung pada tingkat / jumlah amal dan ibadah”

yang kita lakukan, apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan. Bahkan biasanya rizki yang diperoleh jauh
lebih melimpah rasanya di bandingkan apa yang kita berikan pada saat beramal.

Pengalaman bekerja SOHO di dunia cyber

Sebuah paradigma yang mungkin sulit untuk di hayati bagi sebagian besar profesional di Indonesia.
Seorang profesional bidang teknologi informasi (IT) bekerja di rumah, tanpa memiliki perusahaan, tanpa
bekerja di perusahaan apapun, juga tidak menjadi konsultan manapun, dan tanpa bekerja pada siapapun
– benar-benar sendiri saja. Saya adalah salah satu dari orang tersebut.

Terus terang, saya biasanya bingung jika datang atau menelepon ke sebuah tempat atau kantor, si
penerima tamu biasanya akan bertanya, “anda dari mana?”, atau “anda dari perusahaan mana?”, atau
mengisi daftar absen dalam sebuah meeting di situ ada kolom PERUSAHAAN / INSTITUSI nah lho bingung
isinya apa? Kalaupun dipaksakan biasanya saya tulis, pengangguran atau pensiunan PNS. Bahkan
beberapa waktu yang lalu rekan wartawan dari Jawa Pos sempat kebingungan tidak habis pikir, setelah
saya nyatakan bahwa saya bukan seorang eksekutif & tidak kerja di kantoran.

Apa yang saya lakukan termasuk kategori Small Office Home Office (SOHO) yang dimungkinkan karena
adanya sambungan internet yang memungkinkan aliran informasi yang cepat. SOHO - Small Office Home
Office - merupakan trend yang sangat normal di negara maju. Apakah yang menyebabkan
sebuah SOHO bisa survive? Memang harus diakui tidak semua jenis usaha dapat di lakukan secara SOHO,
usaha yang sifatnya fisik & perdagangan biasanya membutuhkan struktur yang lebih kompleks tidak bisa
dilakukan secara SOHO.

Melalui infrastruktur Internet, sangat memungkinkan adanya aliran informasi & pengetahuan bersifat
interaktif yang sangat cepat. Aliran cepat ini menjadikan kita sebagai pelaku didalam-nya tidak perlu
membuat struktur perusahaan yang sifatnya rigid, kaku dan vertikal, akan tetapi berubah menjadi tapi
struktur yang sangat horizontal dan sangat fluid, sangat dinamis – bahkan sering kali sebuah badan
usaha / entitas cukup di representasikan oleh satu orang saja dengan sebuah laptop /komputer yang
tersambung ke Internet. Melalui teknologi informasi, interaksi yang cepat & intens dengan berbagai mitra
sehingga pola win-win yang saling menguntungkan antara berbagai entitas terjadi dengan sendiri-nya jika
ada hal yang diperlukan untuk dikerjakan secara bersama. Bentuk kemitraan / networking menjadi sangat
penting, kerjasama antar orang menjadi dominan sekali. Tidak heran, struktur organisasi menjadi tidak
relevan, bahkan menjadi sangat fluid, dinamis dan sangat sejajar / horizontal, pola kemitraan dan
networking yang menjadi sangat dominan.

Dalam dunia informasi, survival sebuah badan / orang hanya mungkin dilakukan jika kita bisa
mengkonsentrasikan diri pada fungsi kita dalam masyarakat & berusaha agar kita bermanfaat bagi
sebanyak mungkin komponen masyarakat. Fungsi kita yang sangat fokus dan spesifik misalnya hanya
sebagai guru dengan murid sebanyak mungkin, atau sebagai ahli bidang tertentu saja.

Yang paling berat dalam bekerja pada Small Office Home Office (SOHO) adalah membentuk image dan
karakter (kita) seseorang dalam masyarakat cyber, sukur-sukur dalam masyarakat banyak. Proses
pembentukan karakter kita biasanya sejalan dengan proses pembangunan jaringan kemitraan maupun
proses pemberdayaan masyarakat / komunitas sekitar kita. Cara paling sederhana dalam membangun
karakter kita, adalah dengan, memberdayakan masyarakat banyak, mengajari masyarakat banyak yang
pada akhirnya membangun kemitraan dan membuat / menjaga image. Pola “marketing” diri secara halus
dilakukan melalui proses tulis menulis diawali dari yang sangat sederhana menjawab e-mail di mailing list,
membuat artikel pendek hingga membuat buku. SOHO hanya dapat hidup jika masyarakat banyak yang
terkait dengan usaha SOHO tersebut juga hidup.

Dari pengalaman selama ini, tidak banyak sebetulnya kunci keberhasilan untuk dapat survive dengan ber-
SOHO, beberapa diantara-nya yang sangat menentukan adalah:

• Fokus dan berdedikasi pada bidang yang kita minati, tidak menjadi seseorang yang generalis dan
berpindah-pindah bidang.
• Ikhlas dalam membagi pengetahuan dan informasi yang kita miliki kepada sebanyak mungkin orang.
• Berteman dan bermitra dengan sebanyak mungkin kawan.
Rasanya tiga (3) hal di atas yang tampaknya menjadi kunci utama keberhasilan kita dapat survive dalam
ber-SOHO.

Tentunya agar dapat dengan baik melakukan proses pembagian pengetahuan dan berteman dengan
sebanyak mungkin orang di dunia cyber, pengetahuan tentang profil masyarakat dunia cyber menjadi
sangat penting. Pengetahuan tentang masyarakat cyber akan menentukan pola terbaik untuk melalukan
kerjasama, penetrasi, menset image tentang diri kita, dan masih banyak lagi.
Kekuatan Komunitas Indonesia di Dunia Cyber

Internet Untuk Komunitas Dunia Cyber

Pengetahuan tentang profil dan karakteristik komunitas Indonesia di dunia cyber akan sangat strategis
untuk banyak hal. Sebagai gambaran, dari analisis konten komunitas dunia cyber, kita dapat dengan
mudah mengidentifikasi konsentrasi massa, pemimpin massa, pergerakan massa, teknik terbaik untuk
melakukan penetrasi ke dalam massa, mengetahui selera dan kesukaan masyarakat Indonesia khususnya
pengguna Internet, bagi redaksi media massa akan memudahkan penentuan arah media yang mereka
kelola, jenis konten seperti apa yang yang mempunyai komunitas yang besar, pola penyampaian
informasi seperti apa yang di sukai oleh masyarakat dan masih banyak lagi. Jenis usaha dan topik apa
yang paling menarik bagi masyarakat Internet Indonesia? Semua dapat di jawab dengan mudah dari
analisis konten komunitas dunia cyber di Internet.

Ada beberapa kelebihan konten komunitas dunia cyber dari konten media cetak, pada komunitas dunia
cyber konten di bangun dan di hasilkan langsung oleh masyarakat atau pembaca sendiri. Pada media
cetak, konten lebih banyak di buat oleh dewan redaksi melalui berbagai cara untuk memperoleh konten-
nya, sehingga belum tentu 100% merepresentasikan kesukaan masyarakat pembacanya.

Akan diperlihatkan bahwa komunitas cyber ternyata terbentuk dalam forum diskusi dan silaturahmi antar
warga dunia cyber. Aplikasi surat elektronik (e-mail) merupakan fasilitas utama yang digunakan untuk
membangun komunitas yang mempunyai kekuatan besar.

Berawal dari forum diskusi e-mail indonesians@janus.berkeley.edu di tahun 1987-88-an, komunitas


Indonesia di Internet saat ini berjumlah puluhan ribu dengan massa ratusan ribu terkonsentrasi
di http://groups.yahoo.com dikenal sebagai yahoogroups.com. Menarik untuk di simak bahwa sebagian
besar komunitas menggunakan fasilitas Internet untuk menimba ilmu dan bertukar informasi bisnis dan
usaha. Topik politik bukanlah hal yang diminati oleh sebagian besar komunitas cyber ini, walaupun harus
di akui bahwa ternyata orang yang suka berdiskusi tentang politik termasuk orang yang paling banyak
“bicara” di Internet. Partai Keadilan (PK) teridentifikasi paling aktif menggunakan media Internet untuk
menggerakan massanya. Tidak seperti gembar gembor media massa, pornografi ternyata menempati
rangking paling bawah dalam banyak hal di aktifitas komunitas cyber.

Tulisan ini berusaha memperhatikan aktifitas komunitas cyber Indonesia di Internet yang pada tahun 2001
berjumlah lebih dari 49.000 buah dan terkonsentrasi pada lebih dari 1000 forum diskusi dengan anggota
lebih dari 100 orang.

[edit]Internet Untuk Komunitas Dunia Cyber


Internet sering di asosiasikan dengan Web, yang merupakan situs di dunia cyber tempat informasi
diletakan dan dapat di akses oleh pengguna Internet. Sifat Webbiasanya pasif dan menunggu pengunjung
mendatangi situs Web untuk mengambil informasi yang dibutuhkan. Pada saat akses Web, pengunjung
berinteraksi dengan server Web dan basis data di belakangnya. Terus terang, pola interaksi demikian
sangat tidak manusiawi bagi sebagian besar pengguna Internet.

Dalam berbagai survey Internet yang dapat dilihat


di http://dir.yahoo.com/Computers_and_Internet/Internet/Statistics_and_Demographics/Surveys/, maupun
dalam berbagai kesempatan diskusi dan seminar, ternyata aplikasi utama yang digunakan
pengguna Internet adalah untuk berkomunikasi dan bersilaturahmi antar pengguna Internet, bukan
sekedar akses Web. Dalam survey yang dilakukan oleh GVU (http://www.gvu.gatech.edu/user_surveys/)
terlihat bahwa 84% responden memilih e-mail sebagai aplikasi penting Internet di atas Web. Berinteraksi,
bersilaturahmi antar manusia merupakan hal yang sangat manusiawi dan sangat dimudahkan dengan
menggunakan fasilitas Internet surat elektronik (e-mail) dan chatting.
Sayangnya, chatting di Internet mengharuskan kedua belah pihak online pada waktu yang bersamaan
untuk dapat ber-chatting. Hal ini menyebabkan chatting tidak populer, survey di GVU memperlihatkan
bahwa chatting hanya di minati oleh 22% responden.
Berbeda dengan chatting, e-mail memungkinkan kita berkomunikasi tanpa harus online pada saat yang
bersamaan. Seperti hal-nya surat biasa, e-mail dapat dibaca oleh si penerima kapan saja jika si penerima
ingin membacanya. Oleh karenanya tidak mengherankan jika e-mail lebih banyak digunakan oleh para
pengguna veteran Internet.

Dengan teknik e-mail yang baik, seperti di terangkan di buku Onno W. Purbo yang berjudul “Teknologi
Warung Internet”, servis e-mail dapat diberikan kepada pelanggan Warung Internet (WARNET) dengan
biaya Rp. 20-30.000 / bulan / pelanggan. Bahkan untuk sekolah atau lembaga pendidikan, akses e-
mail bagi para siswa atau mahasiswa dapat diperoleh dengan biaya per bulan yang sangat rendah.
Sebagai contoh, di SMKN 6 Jogyakarta, para siswa dapat mengakses e-maildengan biaya Rp. 5000 /
bulan / siswa. Di SMKN 1 Ciamis, para siswa dapat mengakses e-mail dengan biaya Rp. 1000 / bulan /
siswa. Di Universitas Parahyangan Bandung, para mahasiswa dapat mengakses Internet 24 jam dengan
biaya Rp. 4300 / bulan / mahasiswa. Jelas bahwa akses e-mail jauh lebih murah daripada
mengakses Web & chatting yang umumnya sekitar Rp. 3000-5000 / jam di berbagai WARNET. Yang perlu
digaris bawahi, dengan teknik yang di jelaskan di atas pembangun infrastruktur Internet swadaya
masyarakat menjadi sangat dimungkinkan – tanpa bantuan Pemerintah, Bank Dunia, ADB dan IMF.

Dengan murahnya biaya akses e-mail, pembangunan komunitas cyber berbasis e-mail menjadi sangat
menarik untuk membangun masyarakat madani berbasis pengetahuan di Indonesia.

Konsep Dasar Pembangunan Komunitas Cyber

Bagaimana mungkin sebuah komunitas cyber di bangun? Ternyata jawabannya terdapat dalam buku Prof.
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan, Balai Pusataka,
1999. Terus terang dari pengalaman Onno W. Purbo selama lima belas (15) tahun-an berkelana
di Internet, apa yang diterangkan Pak Sarlito di buku Psikologi Sosial bagi dunia nyata ternyata tidak
berbeda jauh dengan apa yang terjadi dalam pembentukan berbagai komunitas cyber di Internet.

Netiket (etika di Internet) berupa kesepakatan etiket (hukum tidak tertulis) yang perlu di hormati oleh
setiap individu yang berinteraksi di Internet. Jika ada individu yang melanggar norma, maka anggota
komunitas yang lain biasanya akan mengingatkan individu tersebut untuk tidak mengulangi di lain
waktu. Netiket ini yang kemudian menjadi koridor pengikat antar pengguna Internet dalam berinteraksi.
Contoh sebuah Netiket dapat dilihat dihttp://groups.yahoo.com/local/guidelines.html, antara lain melarang
pengguna Internet untuk mengganggu, mengancam pengguna lain, melanggar hak cipta, mengirimkan
iklan sembarangan, mengirimkan spam, mengirim berita yang merusak nama baik, dan banyak lagi.

Proses pembentukan komunitas biasa memakan waktu cukup lama, antara 1-2 tahun. Biasanya berawal
dari kelompok kecil beberapa individu yang berinteraksi akan sebuah hal yang menarik bagi mereka.
Anggota forum diskusi dapat bertambah dengan dibuka keanggotaan untuk publik. Dinamika kelompok
menjadi sangat menarik pada forum diskusi yang sifatnya terbuka, tidak di moderatori, dan tidak
berpanutan pada seseorang atau sekelompok kecil elit.

Proses seleksi alam terjadi dalam komunitas, topik diskusi akan bergeser ke hal-hal yang akan
menguntungkan sebagian besar komunitas. Menarik untuk diperhatikan bahwa dalam komunitas yang
besar, seperti asosiasi-warnet@yahoogroups.com, itcenter@yahoogroups.com, akan tampak beberapa
pimpinan natural hasil seleksi alam yang akan mendorong gerakan kelompok secara keseluruhan. Para
pemimpin komunitas cyber biasanya juga merupakan pemimpin sesungguhnya di dunia nyata. Memang
berbeda dengan karakter pemimpin negara ini, pemimpin di dunia cyber biasanya di hormati karena
kepiawaian (knowledgable leader) dan kebijakannya; bukan karena kekuasaannya.

Dalam komunitas yang besar, biasanya aktiftas cyber juga akan mendorong terbentuknya berbagai
aktifitas di dunia nyata yang dapat berupa usaha bersama, seminar atau workshop. Tidak terlalu
mengherankan jika di komunitas seperti asosiasi-warnet@yahoogroups.com akan mendorong
terselenggaranya berbagai seminar, workshop di berbagai kota di Indonesia dengan frekuensi yang
lumayan tinggi, sekitar 1-2 seminar setiap minggu. Dari sisi dunia usaha, keberadaan komunitas besar di
dunia cyber sangat menarik karena secara langsung berhubungan dengan proses pengembangan pasar
dan kebutuhan; ada kebutuhan (demand) akan mendorong usaha penyedia (supply).

Pada akhirnya dalam komuinitas-komunitas cyber yang besar dan berdiskusi secara positif akan terjadi
sebuah proses bola salju menggelinding semakin lama semakin besar, yang akan menguntungkan semua
partisipan yang terlibat di dalamnya menuju sebuah tujuan bersama yang baik. Menarik untuk di simak
bahwa bangunan yang menjadi pijakan komunitas cyber ini hanyalah sebuah platform berbentuk forum
diskusi yang berbasis surat elektronik atau lebih di kenal sebagai e-mail.

Perlu di catat bahwa semua aktifitas cyber ini terjadi secara swadaya dan swadana masyarakat, tanpa
keikut sertaan pemerintah sama sekali. Apalagi memperoleh uang dari utangan Bank Dunia, ADB, IMF.
Jadi, masih diperlukankah pemerintah Indonesia?

Konsep Dasar Mailing List Tempat Diskusi Dunia Cyber

Penggunaan e-mail untuk forum diskusi kelompok yang besar di kenal dengan teknik atau aplikasi mailing
list. Mailing list menjadi aplikasi dasar utama dalam pembentukan berbagai komunitas cyber.

Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang pengguna cukup
mengirimkan sebuah e-mail ke sebuah alamat e-mail mailing list untuk kemudian di sebarkan ke semua
anggota mailing list yang tergabung atau berlangganan ke alamat e-mail tersebut.

Bayangkan bagi seorang yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan
melalui e-mail ke mailing list tempat berkumpul para hacker, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-
dua orang hacker mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi
dari masalah yang dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat mungkin hanya diperlukan
menunggu dalam waktu beberapa jam sebelum salah seorang hacker tersebut memberikan jawabannya.

Mailing list di Internet beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita banyangkan bersama apa
yang terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti:

• Jika seseorang secara serius terus menerus dalam selang waktu lama (beberapa bulan bahkan tahun)
aktif berdiskusi - dapat diharapkan orang tersebut akan menjadi "ahli" dalam bidang yang didiskusikan
tersebut. Dalam dunia pendidikan, proses diskusi merupakan media yang paling effektif untuk melakukan
transfer pengetahuan implisit dari kepala masing-masing partisipan.
• Dalam dunia usaha, pembangunan wajah (image) perusahaan menjadi sangat penting artinya untuk
menangkap pasar. Proses marketing dan public relation (PR) sebuah perusahaan atau produk pada
dasarnya merupakan sebuah proses pendidikan kepada para pelanggan atau klien. Konsep marketing
yang umumnya di anut saat ini lebih banyak bergantung pada media non-interaktif dengan sedikit
seminar / workshop. Dengan adanya mailing list proses marketing dilakukan secara interaktif & terus-
menerus tanpa henti selama 24 jam sepanjang tahun. Dapat dibayangkan bahwa dengan konsistensi
marketing seperti itu dapat diharapkan wajah (image) dan eksistensi perusahaan akan menjadi lebih kuat
dimata klien-nya. Tentunya nanti bagian marketing usaha atau produk tersebut harus secara selektif
memilih untuk aktif di mailing list tertentu yang sesuai dengan produk yang dipasarkan.
Jelas bahwa mailing list merupakan media yang lebih bersifat interaktif & pro-aktif di bandingkan
dengan Web maupun media cetak. Sifat ini menjadi kunci utama untuk memperkuat wajah (image) dan
eksistensi seseorang atau perusahaan di Internet secara keseluruhan. Konsekuensinya, seseorang atau
perusahaan yang akan menggunakan mailing list sebagai media interaksi dengan komunitas
Internet harus mau berinteraksi dan merespond secara cepat menggunakan e-mail, karena semua
pengguna e-mail di Internet berharap agar respond dapat dilakukan secara cepat. Untuk itu dibutuhkan
orang atau staff yang ulet dan konsisten untuk menjawab berbagai pertanyaan. Dalam berbagai forum
diskusi dunia cyber, jangan kaget jika kita memperoleh jawaban langsung dari Chief Executive
Officer (CEO) atau Chief Information Officer (CIO).

Contoh Infrastruktur Mailing List Sederhana


Di tahun 1995-1997 pada saat egroups.com, yang dikemudian hari dikenal sebagi yahoogroups.com,
belum aktif digunakan seperti saat ini, ITB telah memberikan fasilitas forum diskusi gratis
bagi masyarakat Internet di Indonesia. Pada hari ini, infrastruktur tersebut masih di gunakan akan tetapi
lebih banyak untuk keperluan internal di ITB. Keberadaan mailing list sangat membantu bagi proses
pendidikan di ITB & Indonesia khususnya untuk membuka wawasan para mahasiswa tentang dunia nyata
diluar kampus.

Pada tahun 1995-1997-an, ITB memberikan servis sekitar 200-an mailing list gratis dengan anggota
ribuan orang yang berinteraksi setiap hari. Secara fisik, aktifitas ini di layani oleh dua (2)
buah komputer Pentium II yang bekerja berdampingan. Pada komputer tersebut di aktifkan program
majordomo yang berfungsi sebagai kontrol untuk mailing list.

Bayangkan bagaimana bentuk infrastruktur yang harus di siapkan untuk melayani lebih dari 40.000
komunitas cyber Indonesia dengan jumlah massa ratusan ribu manusia. Pada hari ini, sebagian besar
komunitas cyber Indonesia yang ada di http://groups.yahoo.com atau lebih dikenal sebagai
yahoogroups.com. Gilanya, semua fasilitas dapat di akses secara gratis, tanpa membayar sepeserpun.

Sejarah Komunitas Indonesia Berbasis Mailing List Internet

Berawal sekitar tahun 1987-1988, pada waktu itu Internet masih belum terbentuk seperti sekarang ini,
sekelompok kecil mahasiswa Indonesia di Berkeley, Amerika Serikat membentuk mailing list indonesia
yang pertama dengan alamat e-mail indonesians@janus.berkeley.edu. Persatuan komunitas pelajar
dan mahasiswa Indonesia di luar negeri terbentuk dengan adanya fasilitas diskusi cyber ini. Awal diskusi
sangat membangun dan berjiwa nasionalis.

Seperti hal-nya kejadian di Ambon pada hari ini, pada tahun 1989-an terjadi diskusi SARA yang lumayan
hebat dan terjadi awal perpecahan di Indonesians@janus.berkeley.edu menjadi kelompok-kelompok
diskusi yang lebih kecil. Pihak Islam banyak di motori oleh rekan-rekan di isnet (Islamic Network) dengan
berbagai mailing list-nya, seperti,

• is-lam@isnet.org - diskusi tentang Islam.


• dialog@isnet.org - diskusi tentang muslim dan non-muslim.
• hikmah@isnet.org - pertanyaan & jawaban tentang kristen oleh ISNET.
tentunya rekan-rekan Kristen tidak ketinggalan dengan kelompoknya, seperti,

• paroki@paroki.org - untuk umat Katolik Indonesia.


• paroki_asia@wave.ec.t.kanazawa-u.ac.jp - untuk umat Katolik Indonesia yang berada di wilayah asia
pasifik.
• iccn@dbs.informatik.uni-muenchen.de - Indonesian Christian Computer Network.
Di samping kelompok keagamaan, juga banyak terbentuk mailing list Indonesia yang sifatnya keilmuan
seperti,

• pau-mikro@ee.umanitoba.ca - kemudian hari menjadi mailing list para hacker Indonesia.


• ids@listserv.syr.edu - jaringan kajian pembangunan Indonesia,
Dengan adanya Internet di Indonesia berawal pada tahun 1993-1994-an dan kepulangan para mahasiswa
yang belajar di luar negeri ke Indonesia, mailing listIndonesia secara bertahap terbentuk di Indonesia.
Pada tahun 1995-1997, dua (2) buah Pentium II di ITB yang merupakan sumbangan Alumni ITB telah
menyumbangkan banyak jasanya untuk pembentukan awal komunitas cyber Indonesia sehingga
mencapai jumlah ratusan mailing list.

Keberadaan dan arsip banyak mailing list Indoensia di masa lalu, dulu dapat dilihat
di http://www.umanitoba.ca/indonesian/milis.html atauhttp://www.airland.com/id/komputer/milis.html.
Semoga pada hari ini sebagian masih dapat terselamatkan di berbagai mesin pencari (search engine),
seperti,http://www.yahoo.com atau http://www.google.com.
Sebagian besar mailing list di atas telah menjadi sejarah. Pada hari ini, forum komunitas cyber Indonesia
lebih banyak bertumpu pada fasilitas gratis yang di berikan oleh yahoogroups.com yang dapat di akses
pada http://groups.yahoo.com.

Usaha cukup keras tampaknya sedang dilakukan oleh Telkom khususnya Divisi Multimedia yang
membawahi TelkomNet. Rekan-rekan di TelkomNet telah membangun sebuah server yang cukup besar
untuk menampung forum-forum diskusi cyber di Indonesia yang bisa digunakan secara gratis. Fasilitas ini
berlokasi di http://www.plasagroups.com atau http://groups.plasa.com. Memang pada saat ini, fasilitas
yang di sediakan masuk belum sebanyak dan belum sepopuler yahoogroups.com. Tapi lumayan untuk
menjadi alternatif penghematan trafik ke luar negeri.

Komunitas Indonesia di Yahoogroups.com

Keberadaan fasilitas forum diskusi gratis Internet menjadi motor utama terbentuknya komunitas
cyber Indonesia di Internet. Salah satu tempat mangkal gratis paling menarik adalah egroups.com (tahun
1998-an) yang kemudian berubah nama menjadi yahoogroups.com (tahun 2000). Kemudahan fasilitas
pembuatan forum diskusie-mail oleh pengguna biasa, disertai fasilitas manajemen maupun pengarsipan
yang baik menjadikan yahoogroups.com basis utama komunitas dunia cyber.

Kebetulan sekali semua informasi tentang nama, keterangan dan gambaran umum forum diskusi, jumlah
anggota, dan kondisi lalu lintas diskusi semuanya tercatat dengan baik di yahoogroups.com. Informasi
tersebut dapat dengan mudah di akses dengan fasilitas pencarian yang ada di yahoogroups.com. Hanya
saja proses pengambilan datanya harus dilakukan secara manual sehingga membutuhkan waktu yang
lama. Pada saat penelitian dilakukan di akhir tahun 2001, teridentifikasi sekitar 49.000 komunitas
cyber Indonesia yang berpangkalan di yahoogroups.com. Sebuah kekuatan komunitas yang sangat besar
yang terkonsentrasi di dunia cyber.

Selama lebih dari satu bulan dengan akses Internet 24 jam di rumah, penulis berhasil mengevaluasi lebih
dari 25.000 (52.1%) komunitas. Untuk memudahkan pembahasan, hanya komunitas yang besar dengan
massa lebih dari 100 orang akan di analisis secara mendalam.

Dengan menekan tombol “Start a New Group” dan mengisikan beberapa informasi sebuah komunitas
cyber akan terbentuk. Memang untuk membuat forum diskusi di yahoogroups.com sangat mudah,
konsekuensinya tidak semua komunitas berhasil berkembang menjadi komunitas yang besar. Hanya
sedikit dari puluhan ribu komunitas tersebut yang akhirnya berkembang dengan anggota lebih dari
seratus orang. Dari sekian banyak komunitas yang di evaluasi, hanya 1170 (4.5%) komunitas berhasil
mempunyai massa lebih dari seratus orang. Beberapa di antaranya mempunyai masa lebih dari 8000
orang.
Agak sulit mengidentifikasi nuansa dan kategori masing-masing komunitas. Topik diskusi komunitas yang
bernuansa sosial kadang berbau politik bahkan terkadang religius. Komunitas yang membicarakan
keilmuan kadang terjadi pergeseran topik ke arah usaha dan bisnis bahkan bukan mustahil timpang tindih
dengan masalah politik. Dengan segala keterbatasan yang ada, pembagian nuansa (kategori) komunitas
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

• Politik – topik sekitar partai, konflik diberbagai daerah, undang-undang.


• Sosial – topik sekitar silaturahmi alumni, keluarga, anak jalanan, ilmu sosial.
• Religius – topik sekitar dakwah, ikatan keagamaan.
• Ilmu – topik sekitar tutorial, fisika, farmasi, programming, teknik.
• Hobby – topik sekitar otomotif, terjun payung, penggunaan handphone, game, tenaga dalam.
• Ekonomi – topik sekitar keilmuan ekonomi.
• Bisnis – topik sekitar export import, lowongan pekerjaan, usaha sampingan.
• Pornografi – topik sekitar foto, bugil, selingkuh, cerita seru.
Dari komunitas bermassa lebih dari 100 orang yang berjumlah 1170 buah, jumlah forum diskusi
bernuansa sosial mendominasi sebesar 27.7%, sebagian besar merupakan wadah silaturahmi antar
alumni, warga atau keluarga. Disusul oleh forum diskusi tempat belajar dan menimba ilmu sebesar
20.9%, yang di dominasi oleh forum diskusi berbagai teknik komputer. Jumlah komunitas yang bernuansa
usaha dan bisnis sebesar 14.9%, terutama di dominasi oleh mailing list yang berkaitan dengan export
import dan berbagai lowongan pekerjaan. Eksistensi komunitas untuk menimba ilmu dan usaha akan
lebih terlihat dominan pada saat kita menganalisis jumlah pesan yang berseliweran di komunitas
tersebut. Hal ini sangat logis karena kebutuhan manusia untuk survive dalam dalam kehidupannya sangat
tergantung pada ketrampilan dan celah usaha yang dapat di perolehnya.

Komunitas selanjutnya yang tidak terlalu besar, teridentifikasi bernuasa hobby dan kesukaan sebesar
9.0%, religius 12.6%, politik 7.4%, pornografi 6.2%, dan keilmuan ekonomi 1.2%. Beberapa hal menarik
untuk di simak, tidak seperti gembar gembor banyak media massa ternyata pornografi bukanlah
majoritas aktifitas di komunitas Indonesia di dunia cyber. Bahkan jika kita tela’ah lebih dalam akan terlihat
bahwa komunitas yang bernuansa pornografi ternyata sangat pasif. Selanjutnya, isu politik bukanlah
konsumsi yang menarik bagi sebagian besar komunitas cyber Indonesia di Internet. Walaupun dalam
analisis yang lebih mendalam harus di akui bahwa komunitas politik adalah komunitas yang termasuk
paling banyak “bicara” diantara mereka.

Mari kita tela’ah lebih lanjut kemampuan masing-masing komunitas dalam mengumpulan massa. Dari
hasil rekapitulasi yang ada, di 1170 forum diskusi tersebut terkonsentrasi massa sebesar 425.478 orang.
Massa sebesar 400.000-an ini relatif kecil, di bandingkan klaim bahwa ada empat (4) juta pengguna
Internet di Indonesia yang di sodorkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (Bisnis
Indonesia, 2 Januari 2002). Secara harfiah dapat di artikan bahwa, sebagian besar pengguna Internet di
Indonesia tidak tahu atau belum tahu cara berintegrasi dengan komunitas cyber melalui mailing list.

Menarik untuk di simak bahwa distribusi massa tidak sama dengan distribusi forum diskusi tempat
mereka berdiskusi. Massa besar ternyata terkonsentrasi pada forum yang bernuansa silaturahmi dan
keilmuan, masing-masing dengan 19.4% dan 19.1%. Disusul forum bisnis sebesar 15.5% dari total jumlah
massa. Ke tiga urutan ini tampaknya sangat mencerminkan karakteristik konten komunitas Indonesia di
Internet. Bersilaturahmi, berlajar dan berusaha untuk survive dalam kehidupan merupakan jalan yang
ditempuh oleh sebagian komunitas Indonesia di Internet. Yang mengejutkan, forum berbau pornografi
ternyata mampu menaikan peringkatnya dengan konsentrasi massa 14.1%. Sebuah kenaikan yang cukup
drastis dengan jumlah forum diskusi yang hanya 6.2% dari total forum diskusi yang ada. Artinya jumlah
rata-rata massa yang terkonsentrasi dalamsetiap forum pornografi cukup besar di bandingkan dengan
forum-forum non-pornografi. Secara psichologis, hal ini menunjukan bahwa cukup banyak manusia
Indonesia yang berharap untuk memperoleh hiburan dari forum bernuansa pornografi ini. Akan tetapi
tampaknya mereka harus lebih banyak gigit, hal ini akan tampak lebih jelas dalam berbagai analisis
selanjutnya.

Forum diskusi bernuansa religius menempati urutan selanjutnya dengan konsentrasi massa 12.7%, di
lanjutkan oleh forum tentang hobby dan kesukaan dengan massa 11.1%, di susul oleh massa politik yang
hanya 7.1% dan terakhir ilmu ekonomi yang hanya 0.9%. Terlihat sekali bahwa tidak banyak sebetulnya
orang Indonesia yang suka berdiskusi tentang masalah-masalah politik. Mungkin sebagian besar orang
Indonesia sudah lelah dengan topik politik yang tiada ujungnya. Walaupun demikian, yang cukup
menonjol dari berbagai forum politik di yahoogroups.com adalah Partai Keadilan (PK). Tercatat paling tidak
ada lima (5) mailing list Partai Keadian (PK) yang cukup besar, di samping cukup banyak mailing list PK
yang lebih kecil, dengan total massa sekitar seribu orang yang berdiskusi setiap hari melalui Internet.
tampaknya PK merupakan partai yang cukup serius dalam menggunakan Internet sebagai basis media
konsolidasinya.

Sejauh ini kita telah melihat peta forum diskusi serta distribusi massanya, pergeseran distribusi terjadi
diantara berbagai topik yang dibicarakan. Akan lebih menarik lagi jika kita lihat kondisi lalu lintas diskusi
dalam masing-masing nuansa diskusi. Dari catatan lalu lintas diskusi di 1170 mailing list Indonesia
dengan anggota lebih dari seratus orang, tercatat bahwa pesan yang berseliweran selama tahun 2001
berjumlah 1.477.255 buah pesan. Jika rata-rata besar pesan sekitar 8000 huruf, maka beban yang harus
di tanggung infrastruktur Internet Indonesia untuk memfasilitasi diskusi komunitas Indonesia di Internet
adalah sekitar 2.2Mbps. Sebuah angka yang sangat tinggi untuk sebuah infrastruktur Internet.

Mari kita analisis persentase distribusi pesan pada masing-masing kelompok diskusi. Cukup mengejutkan
bahwa ternyata jumlah pesan di forum bernuansa pornografi hanya sekitar 42.000 pesan (2.9%) selama
tahun 2001. Jika masing-masing pesan membawa gambar dengan rata-rata besarnya 30.000 byte, sialnya
forum diskusi pornografi akan membebani 31.2% dari infrastruktur Internet Indonesia yang harus
dialokasikan untuk memfasilitasi forum komunitas ini. Jadi walaupun pornografi di Internet kecil, ternyata
sangat menghabiskan devisa dan mengganggu infrastruktur Internet Indonesia yang harusnya dapat
digunakan untuk hal yang lebih positif.

Pesan yang berseliweran ternyata sangat di dominasi oleh pesan-pesan untuk bersilaturahmi (21.9%).
Barangkali hal ini sangat mencerminkan sifat natural dari bangsa Indonesia. Disusul oleh diskusi tentang
keilmuan (19%), bisnis dan usaha (16.3%). Pesan yang berseliweran tentang agama hanya sekitar
(12.6%) sedang diskusi tentang kesukaan atau hobby (15.8%). Bagaimana diskusi politik? Ternyata hanya
mampu menghasilkan 10.8% dari jumlah pesan yang berkeliaran.

Diskusi politik memang hanya sedikit sekali (10.8%) dari total pesan yang berseliweran. Akan tetapi jika
kita analisis lebih dalam tingkat ke aktifkan partisipan diskusi hasil sebaliknya yang akan terjadi. Tingkat
ke aktifan diskusi dapat diukur secara sederhana dengan membagi jumlah rata-rata pesan per bulan
dengan jumlah anggota mailing list, hasilnya partisipan diskusi politik menduduki rangking pertama
dalam hal banyak bicara dengan rata-rata 5.2 pesan / bulan / orang. Jadi walaupun jumlah mailing list
politik sedikit (7.4%), dengan jumlah peminat yang sedikit (7.1%), dan produksi pesan yang sedikit
(10.8%), ternyata tingkat kemauan orang politik untuk berdebat dan berbicara menduduki rangking
pertama dari semua kategori forum diskusi.

Kedudukan diskusi politik disusul oleh diskusi tentang hal kesukaan atau hobby dengan rata-rata pesan
4.9 pesan / bulan / orang. Hal ini menunjukan bahwa orang sangat suka sekali untuk berdiskusi akan hal-
hal yang berkaitan tentang hobby dan kesukaan. Saya perhatikan secara sepintas, forum diskusi hobby
yang cukup hot adalah tentang otomotif dan game. Diskusi silaturahmi, keagamaan, keilmuan dan usaha
berada pada posisi yang hampir sama dengan rata-rata sekitar 3.5 pesan / orang / bulan. Pornografi sama
sekali tidak signifikan dengan kurang dari satu pesan / orang / bulan.

Profil Beberapa Komunitas yang Menonjol atau Menarik

Di tahun 2001, ada lima (5) mailing list paling banyak menghasilkan pesan e-mail selama tahun 2001,
adalah, ahli (tentang hobby, 57540 pesan), proletar (tentang politik, 44871 pesan), mailplus (tentang
teknik komputer, 37517 pesan), penyair (hobby sastra, 23001 pesan), export-product-indonesia (bisnis,
21723 pesan). Yang agak mengagumkan dan mengherankan adalah mailing list ahli, dengan jumlah
anggota hanya 204 orang mampu berinteraksi dengan sedemikian banyak e-mail.Mailing list hobby dan
politik memang merupakan mailing list dengan jumlah pengguna tidak terlalu banyak tapi mampu
berinteraksi sangat intensif.

Enam (6) mailing list dengan anggota terbanyak ceritadewi (tentang pornografi, 9280 orang),
melayucyber (untuk bersilaturahmi, 8123 orang), indonesia-2001 (tentang politik, 7916 orang), daarut-
tauhiid (tentang keagamaan, 6391 orang), cetivasi (tentang hobby, 6152 orang), dan photo-bugils
(tentang pornografi, 6047 orang). Ceritadewi, indonesia-2001 dan cetivasi mempunyai trafik yang rendah
sekitar 10 mail / bulan. Sedangkan melayucyber dan daarut-tauhiid mempunyai trafik yang sedang
sekitar 150 mail / bulan. Dari ke enam (6) mailing list ini, photo-bugils menduduki rangking teratas dari
sisi trafik e-mail yang mendekati 800 mail / bulan sebuah trafik yang besar sekali bagi para penggemar
pornografi.

Enam (6) mailing list dengan partisipasi anggota yang paling aktif, adalah, ahli (tentang hobby, 24 mail /
bulan / anggota), export-product-indonesia (tentang bisnis, 17 mail / bulan / anggota), imigran (tentang
hal yang berkaitan dengan masalah sosial, 6 mail / bulan / anggota), feui95 (untuk bersilaturahmi, 6 mail /
bulan / anggota), sttifxi (untuk bersilaturahmi, 6 mail / bulan / anggota), KembaraHutanGunung (tentang
hobby, 5 mail / bulan / anggota). Mungkin terlihat sedikit hanya 5-17 mail / bulan / anggota, tapi
bayangkan mailing list ahli yang anggota hanya sekitar 204 orang, jika setiap orang mengirimkan e-mail
24 buah per bulan, berarti setiap orang akan menerima mail dalam jumlah mendekati 5000 buah per
bulan atau beberapa ratus buah per hari. Sebuah jumlah yang memabukan bagi yang belum biasa
berkomunikasi setiap hari menggunakan e-mail. Tingkat keaktifan ini juga memperlihatkan tingkat
keakraban antar anggota komunitas tersebut selain kepiawaian masing-masing anggota dalam materi
yang di diskusikan, karena tidak banyak orang yang suka menerima e-mail dalam jumlah besar jika tidak
akrab satu dengan lainnya.

Mailing list termuda dengan massa di atas 100 orang yang terdeteksi adalah politik-indonesia (politik) dan
Film-Kristen (agama) yang di didirikan pertengahan bulan desember 2001. Massa ke duanya masih sekitar
107 orang, trafik e-mail ke keduanya masih rendah jadi masih mungkin untuk tenggelam dan mati di
perjalanannya.

Lima (5) mailing list tertua dengan massa di atas 100 orang, adalah net-trade (346 orang, tentang bisnis,
terbentuk 1 Mei 1998), labs-feusakti (125 orang, tentang ilmu pengetahuan, terbentuk 28 April 1998),
indosexxx (3722 orang, tentang pornografi, terbentuk 14 April 1998), reformed (100 orang, tentang
keagamaan, terbentuk 13 April1998) dan yang tertua adalah trade (155 orang, tentang bisnis, terbentuk
9 April 1998). Umumnya trafik e-mail mereka sedang-sedang saja, sekitar 50-80 e-mail / bulan, hanya
net-trade yang menunjukan trafik yang cukup tinggi mendekati 600 mail / bulan. Suatu prestasi yang
lumayan sulit untuk dapat bertahan sedemikian lama.

Dalam dunia politik ada beberapa hal yang menarik. Ideologi sosialis dan marxist Indonesia paling tidak
terdeteksi berada dalam sembilan (9) buah mailing list. Beberapa mempunyai massa cukup besar,
seperti, sosialista (149 orang), pemudasosialis (75 orang), sosialisgroup (92 orang), dan yang terbesar
adalah indo-marxist (618 orang). Trafik diskusi mereka relatif rendah hanya 1-5 e-mail per bulan
menunjukan ketidak aktifan diskusi ideologi sosialis.

Partai Keadilan (PK) teridentifikasi sebagai partai yang paling aktif menggunakan Internet untuk
menggerakan massanya, umum-nya mailing list partai keadilan cukup mudah di identifikasi karena
menggunakan awalan pk di awal nama mailing list-nya, seperti, partai-keadilan (534 orang), PK_Linkbisnis
(528 orang), pk-bandung (167 orang), pkjaksel (114 orang), pk-pesanggrahan (107 orang)., dan yang
terbesar adalah pk-info (1064 orang). Umumnya trafik e-mail umumnya sedang sekitar 50-100 mail per
bulan, hanya partai-keadilan yang mempunyai trafik mail sangat tinggi hampir mendekati 1000 e-mail per
bulan menunjukan keaktifan gerakan partai keadilan (PK) secara umum di dunia cyber di bandingkan
partai-partai lainnya yang masih bertumpu pada paradigma lama.

Setelah konsentrasi massa dan topik teridentifikasi, bagian yang paling seru adalah mengidentifikasi
siapa saja pemain kunci atau pimpinannya, serta pola pergerakan dan penetrasi ke dalam komunitas. Hal
ini lebih sulit di lakukan dalam waktu yang singkat dengan sekian banyak komunitas Indonesia di Internet.

Pengalaman penulis selama aktif di berbagai mailing list di Internet selama lebih dari 10 tahun, ada
beberapa hal yang dapat teridentifikasi khususnya dari komunitas teknologi komputer dan internet, yang
sering dikenal dengan kata telematika atau di singkat IT. Ada beberapa orang yang menjadi pemimpin
dan umumnya menjadi selebriti di masyarakat tersebut. Beberapa pimpinan nasional di komunitas
teknologi informasi yang dapat teridentifikasi, seperti, Michael Sunggiardi, Hidayat Tjokro, Mas
Wigrantoro, Heru Nugroho, Made Wiryana, Wayan Wicaksana, Yohanes Sumaryo, Andi, Donny BU, Bona
Simanjuntak dan Gatot HP. Perdebatan, diskusi, tukar pikiran antar pimpinan komunitas teknologi
informasi dapat dengan mudah di deteksi di beberapa mailing list Indonesia, terutama genetika. Tidak
mengherankan bila para reporter dan wartawan IT dari berbagai media massa banyak berpangkalan di
genetika untuk melihat langsung pertempuran yang terjadi. Selain pimpinan nasional, ada pula pimpinan
yang bersifat lokal, di sebuah daerah atau kota, misalnya, Umar Tjokroaminoto (Medan), Adi Nugroho
(Makassar), Penjor (Jogyakarta), Didin (Malang), dan Sanjaya Kosasih (Samarinda). Mereka adalah orang-
orang yang sangat eksplit bergerak memimpin massa yang ada untuk kebaikan massa komunitasnya.
Beberapa orang, berhasil di ekspose dengan cukup hebat oleh media massa dan menjadi selebriti di
masyarakat awam, seperti, Roy Suryo. Tentunya tidak ada keharusan seorang selebriti untuk menjadi
pimpinan, maupun sebaliknya.

Ciri yang menarik dari para pimpinan adalah insiatif mereka untuk bergerak, mengadakan kegiatan,
memberikan sesuatu ke masyarakat banyak yang lebih daripada umumnya anggota biasa dalam sebuah
komunitas. Menarik untuk di simak bahwa ternyata kebanyakan pimpinan justru bukan orang pemerintah,
bukan birokrat. Mereka adalah rakyat biasa, pengusaha biasa di dunia nyata. Mereka di segani karena
kepiawaiannya, keahliannya, kebijakannya dalam bidang yang mereka tekuni. Berbeda sekali dengan
para “pimpinan” dunia nyata, di pemerintahan, yang kebanyakan birokrat karir yang mempunyai massa
mengambang. Sejauh pengalaman penulis menggembara di dunia cyber, sangat jarang sekali “pimpinan”
pemerintah maupun wakil rakyat yang mau berinteraksi, berdiskusi langsung dengan rakyatnya di dunia
cyber. Para pimpinan dunia cyber biasanya berani membela komunitasnya dan berada di garis depan
dengan konsekuensi sering kali berhadapan langsung dengan lembaga, instansi, badan usaha yang
gerakannya tidak menguntungkan bagi komunitas IT Indonesia. Contoh nyata, di awal januari 2002
beberapa rekan terpaksa berhadapan langsung melawan kebijakan pemerintah yang melindungi operator
telekomunikasi, khususnya dalam hal jasa internet telepon. Tentunya masih banyak hal lain yang
menyebabkan pertempuran berjalan terus antara pemerintah yang tidak transparan dengan masyarakat
cyber yang sangat transparan.

Kegiatan komunitas di dunia nyata (bukan maya) biasanya banyak terjadi di sekitar pada pimpinan di
dunia cyber. Kegiatan ini dapat berupa seminar, workshop, panel diskusi, talk-show radio dan TV, maupun
berbagai liputan media massa. Keberadaan massa komunitas cyber yang besar sangat menguntungkan
banyak pihak, banyak seminar dan berbagai acara berjalan dengan biaya sponsor dari berbagai vendor
karena mereka di untungkan oleh keberadanya massa komunitas cyber. Para vendor dengan rela
menyediakan sponsor, karena proses edukasi merupakan bagian integral dari proses pembentukan
demand yang sangat strategis artinya bagi omset penjualan para vendor. Pada akhirnya semua menjadi
proses yang saling menguntung bagi semua pihak. Pola untuk mengadakan kegiatan di sekitar para
pimpinan akhirnya menjadi pola yang sangat standar untuk melakukan penetrasi ke dalam massa sebuah
komunitas.

Teknik Mengevaluasi Komunitas di Yahoogroups.com

Proses pencarian data yang perlu dilakukan sebetulnya tidak sukar, bahkan amat sangat sederhana.
Kebetulan sekali, yahoogroups menyedia banyak sekali fasilitas untuk memonitor aktifitas sebuah forum
diskusi melalui e-mail yang mereka sediakan untuk masyarakat pengguna Internet secara gratis.
Walaupun mudah, kita membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperoleh semua data tersebut
karena jumlah forum yang harus di analisis sekitar 50.000 buah, dengan sekitar 1000-2000 mailing
list dengan konsentrasi massa yang besar di atas 100 orang. Saya membutuhkan waktu sekitar satu
bulan penuh dengan akses Internet 24 jam di rumah untuk mengevaluasi 50% dari total mailing
list tersebut.

Pertama, pada saat kita masuk ke situs http://groups.yahoo.com pada halaman mukanya tertera fasilitas
mencari (search). Kita cukup menggunakan fasilitas search ini untuk mencari mailing list Indonesia di
yahoogroups. Trik sederhana yang harus dilakukan adalah memasukan beberapa kata kunci (keyword)
yang kemungkinan besar akan digunakan oleh mailing list Indonesia. Dalam proses evaluasi yang saya
lakukan, saya mencoba memasukan 118 kata kunci. Dari 118 kata kunci yang di coba dimasukan tidak
semua memberikan cukup banyak mailing list Indonesia, sepuluh (10) kata kunci yang akan memberikan
banyakmailing list Indonesia di Internet adalah indonesia, informasi, komunikasi, diskusi, jakarta, teknik,
keluarga, bandung, komunitas, sekolah. Dari ke sepuluh kata kunci ini kita akan memperoleh sekitar
20.000 mailing list, yang merupakan bahan yang cukup banyak untuk mengevaluasi karakteristik
masyarakat internet indonesia.

Kedua, seperti tampak pada gambar akan diperlihatkan hasil pencarian database berdasarkan kata
kunciyang kita masukan. Daftar mailing list yang akan dikeluarkan biasanya hanya sepuluh (10) mailing
list per halaman Web, yang berisi informasi nama mailing list, deskrisi singkat mailing list, jumlah anggota
dan sifat mailing list. Dari sini kita dapat menganalisis jumlah massa dan topik yang di bahas. Proses ini
akan berjalan cukup lama karena hanya sepuluh (10) mailing list yang akan keluar setiap kali kita melihat
halaman. Bayangkan kita perlu melihat puluhan ribu mailing list. Untuk memudahkan proses evaluasi,
saya hanya memperhatikan mailing list dengan anggota lebih dari 100 orang.

Ketiga, melakukan evaluasi mendalam dari masing-masing mailing list. Caranya sangat sederhana, kita
cukup meng-klik nama mailing list dari daftar mailing list hasil pencarian keyword. Jika nama mailing list
di klik maka akan tampak informasi lebih detail dari mailing list tersebut, seperti, deskripsi lengkap
mailing list, jumlah anggota, tanggal pendirian, jumlah e-mail yang dikirim setiap bulan, kadang-kadang
beberapa e-mailterakhir diperlihatkan. Untuk mailing list yang terbuka untuk publik, kita dapat membaca
e-mail yang di kirimkan oleh anggota mailing list tanpa perlu berlangganan mailing list. Dari berbagai
informasi ini, kita dapat mengevaluasi banyak hal, seperti tingkat keaktifan anggota, apakah topik ini
sangat diminati oleh anggotanya, siapa saja pemimpin dalam komunitas tersebut dll.

Pada gambar diperlihatkan profil mailing list ahli@yahoogroups.com yang merupakan tempat berdiskusi
para penggemar anime hentai Indonesia. Walaupun anggotanya tidak banyak hanya sekitar 200-an
orang, tapi trafik e-mail yang mereka hasilkan amat tinggi sekitar 60.000 mail pada tahun 2001 lalu yang
merupakan rekor mailing list dengan trafik paling tinggi. Kelompok ini merupakan kelompok hobby, yang
tampak dari beberapa mailing list lainnya bahwa kelompok hobby merupakan kelompok yang anggotanya
sangat aktif berdiskusi.

Beberapa Rangkuman Tentang Komunitas Cyber Indonesia

Identifikasi topik, pusat konsentrasi massa, pimpinan massa, pola pergerakan massa, pola penetrasi
massa menjadi bagian integral akan pengetahuan profil dan karakteristik komunitas cyber Indonesia
di Internet yang sangat strategis untuk berbagai hal. Platform yang digunakan komunitas
Internet hanyalah sebuah mailing listyang berbasis e-mail yang sangat mudah dibentuk. Dengan adanya
platform yang mudah dibentuk, pengembangan komunitas lebih banyak bertumpu kepada kepemimpinan
internal dan aktifitas komunitas.

Platform untuk bersilaturahmi, keilmuan dan dunia usaha sangat mendominasi komunitas Indonesia
di Internet. Sebagian besar komunitas cyber Indonesia di Internetsangat suka untuk bersilaturahmi antar
keluarga, antar alumni dan teman. Akan tetapi, untuk menjamin hari depan komunitas keilmuan dan
dunia bisnis menjadi tumpuan banyak orang.

Dari jumlah komunitas, jumlah pesan, maupun keaktifan komunitasnya, pornografi di Internet bukanlah
hal yang signifikan yang dapat di besar-besarkan. Sialnya, pornografi justru yang paling banyak
menghabiskan bandwidth saluran Internet Indonesia karena pengiriman gambar-gambar-nya.

Politik bukanlah topik yang menarik bagi sebagian besar komunitas cyber Indonesia di Internet, walaupun
harus di akui bahwa partisipan dalam komunitas diskusi politik termasuk orang-orang yang paling banyak
dan sangat suka bicara.

Seluruh proses maupun platform yang di bentuk oleh massa digital ini merupakan swadaya masyarakat
tanpa utangan Bank Dunia, IMF dan ADB, yang dipimpin oleh orang-orang yang rela meluangkan waktu
dan mengorbankan sedikit yang mereka miliki untuk orang banyak.

Yang mengharukan, praktis para pimpinan dunia cyber praktis tidak ada yang berasal dari kalangan
pemerintahan dan birokrat. Mereka adalah pemimpin yang betul-betul berada di tengah-tengah
komunitas-nya bergerak dan menggerakan secara aktif komunitasnya untuk menuju pada kondisi yang
lebih baik lagi. Pemimpin informal ini pada akhirnya menjadi panutan banyak komunitas dunia cyber
lainnya. Nuansa kebersamaan, dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat menjadi sangat terasa.

Pertanyaannya, apakah pemerintah masih diperlukan?


Pandangan Naif Tentang Pergeseran Paradigma

Perbedaan Cara Berfikir Dunia Biasa vs. Dunia Cyber

Bagi kita yang telah lama berada di dunia cyber mungkin akan lebih mudah untuk mengerti tentang
filosofi dunia cyber. Tantangan yang lebih berat sebetulnya lebih banyak terjadi pada mereka yang belum
berada di dunia cyber, atau yang tidak biasa berada di dunia cyber, untuk mengerti filosofy dunia cyber.

Sebelum kita memasuki pembahasan tentang filosofy dunia cyber, ada baiknya kita melihat bagaimana
pandangan orang awam tentang dunia cyber? Apa kata mereka yang belum aktif di dunia cyber, maupun
yang baru saja aktif di dunia cyber, tentang dunia cyber.

Terus terang, pandangan teman-teman ini ternyata cukup menarik, bahkan terkadang mengejutkan. Pada
sisi yang normal, pola fikir yang ada sering kali masih terbelenggu pada dimensi ruang, dimensi waktu,
dimensi struktur, dimensi birokrasi yang dibuat manusia pada budaya yang lama. Pada sisi ekstrim yang
cukup mengejutkan, sebagian bahkan mengklaim ketiadaan Tuhan di dunia cyber.

[edit]Perbedaan Cara Berfikir Dunia Biasa vs. Dunia Cyber


Di akhir November 2000, saya mendapat kesempatan untuk terlibat dalam pertemuan / perbincangan di
antara teman-teman di Mall Ambasador di bilangan Casablanca Jakarta. Sebagian besar dari teman-
teman ini adalah pemilik toko / outlet di Mall Ambasador. Cerita menjadi menarik karena pada saat ini
ternyata Mall Ambasador sedang menarik kabel Local Area Network (LAN) ke seluruh kompleks Mall
Ambasador yang terhubung langsung ke Internet 24 jam pada kecepatan 2Mbps. Ide nekad-nya adalah
semua toko / tenant di Mall Ambasador jadi bisa mengakses Internet 24 jam tanpa perlu berlangganan
kepada ISP, tanpa perlu menarik kabel telepon tambahan pada kecepatan yang relatif tinggi 2Mbps; di
tambah fasilitas situs Web yang gratis untuk setiap toko, bahkan manajemen menawarkan
training Internet gratis dan juga pembuatan Web sederhana yang gratis bagi si pemilik toko / tenant yang
tertarik untuk berpartisipasi. Lebih gila lagi, ternyata perkiraan biaya langganan setiap toko / bulan hanya
sekitar Rp. 200.000 / bulan / toko untuk beroperasi 24 jamdengan semua kemudahan cyber tersebut.

Terlepas dari hal-hal yang menarik dari sisi Internet, ternyata dalam diskusi bersama teman-teman Mall
Ambasador ini mencuat beberapa hal yang menarik karena ternyata banyak pola fikir, budaya, aspek
sosial yang mungkin akan sangat terpengaruh dengan adanya penambahan infrastruktur Internet di
sebuah Mall. Beberapa contoh pertanyaan yang menggelitik hati kecil saya adalah:

•Dengan adanya Internet maka kemungkinan pengunjung mall ambasador akan berkurang? Padahal
selama ini sebuah Mall umumnya di nilai dari jumlah pengunjung & jumlah mobil yang datang ke Mall
tersebut.
•Apa yang bisa dibantu oleh Internet terhadap restoran? Padahal umumnya orang datang ke restoran
untuk bersantap makan?
•Apakah kita harus standby 24 jam di depan komputer untuk menjawab pertanyaan orang yang masuk
ke Web masing-masing toko?
•Apakah kita bisa mengetahui berapa orang yang memasuki situs Web masing-masing toko?
Beberapa pertanyaan di atas merupakan contoh pertanyaan yang dikeluarkan oleh beberapa teman di
Mall Ambasador tsb. Pertanyaan tersebut tampaknya merupakan pertanyaan yang cukup solid yang
sering kali ditanyakan dalam beberapa kesempatan yang memperlihatkan adanya pola bisnis / pola fikir
yang berbeda antara dunia konvensional dan dunia cyber.

Memang pada pola yang sederhana, kita biasanya melihat dunia cyber / Internet sebagai media
tambahan di samping fasilitas komunikasi kita yang lainnya seperti telepon & fax. Dalam pola yang
sederhana, Internet dapat dilihat sebagai extension saja dari telepon & fax – sedangkan usaha tetap
dijalankan seperti sediakala. Dengan adanya extension tersebut maka customer base yang tadinya hanya
bergantung pada 2 jenis transaksi saja yaitu orang yang datang langsung ke Mall dan yang datang
melalui telepon / fax sekarang menjadi bertambah dengan orang / transaksi yang datang melalui Internet.

Tampaknya dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan, ada kecenderungan bahwa teman-teman ini
merasakan keperluan akan perubaha pola usaha, pola sosial yang disebabkan dengan adanya Internet.
Sebagai gambaran:

•Internet merupakan dunia yang tidak dibatasi dimensi-dimensi fisik & waktu, keharusan untuk
datang ke Mall untuk berbelanja menjadi tidak relevan – artinya toko yang ada di Mall selain melayani
pengunjung Mall nantinya dengan senang hati melayani juga pengunjung yang datang melalui Internet.
Pada beberapa kondisi, yang terjadi adalah jumlah kunjungan sebetulnya menjadi meningkat, jumlah
pesanan (order) menjadi meningkat - akan tetapi yang jelas omset secara keseluruhan belum tentu
menurun bahkan mungkin akan meningkat.
•Pola usaha / pola bisnis perlu di kaji ulang, dengan adanya Internet interaksi tidak lagi dilakukan
secara fisik terhadap pengunjung yang datang tapi sekarang merambah ke pengunjung / transaksi yang
datang tidak secara fisik ke Mall. Jelas bahwa pola delivery barang yang tadinya langsung diberikan
kepada pengunjung yang datang, sebagian mungkin perlu dikirim melalui biro jasa pengiriman barang.
•Yang juga sering salah dalam persepsi adalah melihat pemasangan Web sebagai satu-satunya alat
komunikasi yang dapat dipakai di Internet. Web mungkin cukup ampuh untuk menyebarkan informasi
secara mudah dan murah. Akan tetapi agar kita juga dikenal di masyarakat Internet, ada baiknya kita
aktif dalam berdiskusi di berbagai forum diskusi Internet. Keaktifan tersebut selain untuk
memperkenalkan eksistensi kita, juga menaikan image bahwa kita cukup ahli dan terbaik dalam bidang
yang kita geluti.
•Orang awam sering kali berfikir bahwa dia harus standby 24 jam untuk menjawab e-mail / berinteraksi
dengan orang di Internet, padahal komputer memungkinkan agar tidak perlu standby dihadapan
komputer secara terus menerus untuk berinteraksi dengan e-mail. Pekerjaan menjawab / membaca e-
mail cukup dilakukan secara rutin 1-2 kali se hari di waktu-waktu yang senggang saja.
•Berbeda dengan media biasa yang sering kali sulit untuk memperoleh statistik pengunjung, user-nya
dalam dunia elektronik segala sesuatu-nya biasanya di catat secara automatis oleh komputer. Statistik
dari berbagai hal dapat dengan mudah diperoleh. Jika kita cukup pandai menarik keanggotaan
maka kita akan dapat dengan mudah melihat profile pelanggan toko kita seperti berapa persen yang
pelajar, profesional, ibu rumah tangga, tingkat penghasilannya, tingkat pendidikannnya dll. Semua itu
pada akhirnya akan sangat membantu kita dalam menentukan arah perkembangan servis yang ingin kita
berikan kepada masyarakat.
Semua ini hanya sebagian kecil dari beberapa paradigma yang mungkin berubah dengan adanya
sambungan Internet berkecepatan tinggi 2Mbps kedalam sebuah Mall seperti Mall Ambassador di
bilangan Casablanca Jakarta. Biasanya kita yang masih berada di dunia konvensional sering kali
melakukan kesalahan karena pola fikir yang ada masih terbelenggu dengan batasan-batasan fisik, ruang,
waktu yang biasa ada di dunia konvensional yang sering kali tidak berlaku dalam dunia cyber.

Tiada Tuhan di Dunia Cyber?

Dalam sebuah seminar sehari tentang "Internet dalam Perspektif Kebudayaan" yang diselenggarakan oleh
Pusat Penelitian Kebudayaan dan Perubahan Sosial (PPKPS) Centre for Cultural Studies and Social
Change, Universitas Gajah Mada (UGM) di Jogyakarta pertengahan Mei 2001, tampaknya pandangan
sebagian pengamat sosial, pengguna awal Internet & kebanyakan orang - melihat bahwa Tiada Tuhan
di dunia cyber. Sebuah pandangan yang cukup mengejutkan bagi saya pribadi yang sudah
menggunakan e-mail dan cikal bakal Internet sejak tahun 1985-86.
• 1 Persepsi Awam
• 2 Kenyataan Hidup
• 3 LA ILAHA ILLALLAH
• 4 Fungsi Manusia
• 5 Pranala Menarik

Persepsi Awam
Ternyata, Internet terlihat oleh sebagian orang, pengguna, pengamat sosial sebagai dunia tanpa batas,
dunia tanpa aturan, dunia kebebasan. Bahkan lebih ekstrim lagi, sebagian peserta bahkan tampaknya
meyakini sepenuh hatinya bahwa Tiada Tuhan di Dunia Cyber. Apakah memang demikian adanya?

Kebanyakan orang awam / pemula di Internet melihat bahwa banyak logika dunia nyata yang terbalik jika
kita berada di Internet. Sesuatu yang tidak sopan, yang kasar, yang porno, yang tidak pantas - menjadi
sesuatu yang lumrah & sepertinya harus di penuhi dengan sepenuh hati di Internet. Sebuah situs
porno bahkan bisa di hujat habis-habisan oleh penggunanya karena kurang porno. Tidak ada tuntutan
secara hukum bagi seseorang yang melakukan tindakan asusila di ruang publik Internet. Sudah menjadi
rahasia umum bahwa banyak orang di Indonesia yang mencuri menggunakan kartu kredit curian
di Internet. Gosip, memojokan orang lain, surat kaleng, menjadi hal yang sangat biasa di Internet. Aparat
terlihat impoten menghadapi kejahatan di dunia cyber, tidak ada UU, PP, KUHP, yang dapat memojokan
pelaku tindak tidak baik ini ke meja hijau - adakah meja hijau di Internet? Adakah cyberlaw? Tampaknya di
tahun 2001 masih belum Ada. (CATATAN: 25 Maret tahun 2008, telah di ratifikasi oleh DPR UU ITE yang
merupakan salah satu Cyberlaw Indonesia).

Kenyataan Hidup
Saya kebetulan menghidupi keluarga saya di dunia cyber, tanpa memiliki pekerjaan tetap sama sekali di
dunia biasa / nyata. Sehari-hari dirumah saja, dan meluangkan banyak waktu untuk bereksperimen dan
menulis. Kenyataannya, tidak mungkin bagi saya untuk melakukan hal-hal yang tidak sopan, porno dsb.
Pada saat hal yang tidak baik dilakukan, maka kepercayaan (trust) masyarakat akan hilang & secara
otomatis masyarakat akan mengisolasi, memencilkan orang yang melakukan hal yang tidak baik tadi.
Rizki akan hilang di sebabkan oleh kesalahan yang dilakukan. Sialnya, kesalahan, tindakan tidak baik
sekecil apapun jika dilakukan di dunia cyber akan dengan sangat mudah tersebar - proses pengadilan
rakyat akan terjadi secara alamiah terhadap pembuat kesalahan. Disini memang tidak menggunakan
hukum tertulis, melainkan hukum tidak tertulis, hukum adat, konsensus yang dibangun antar umat. Sekali
lancung ke ujian, seumur hidup tidak dipercaya - sangat tepat untuk menggambarkan kondisi yang ada.

Hal di atas sering tidak di sadari oleh rekan-rekan yang melakukan pencurian kartu kredit, pelanggaran
susila di Internet. Mereka sering berfikir bahwa tidak ada hukum tertulis & aparat penegak hukum yang
dapat menangkap mereka. Kenyataannya, ada hukum tidak tertulis, hukum adat yang akan menghukum
antar sesama masyarakat yang melakukan hal yang tidak baik.

Sebaliknya yang akan terjadi jika kita berbuat baik, beramal soleh kepada sesama umat, proses amal
tersebut dapat menjadi sangat effisien dengan menggunakan teknologi internet. Dengan biaya yang
sangat murah sekali kita dapat menyebarkan ilmu pengetahuan yang ada pada diri kita ke sebanyak
mungkin orang secara effisien dengan cara meng-attach-nya & mengirimkannya melalui e-mail. Saya
sendiri dulu mengeluarkan biaya Rp. 40-60.000 / bulan untuk membayar akses Internet menggunakan
telepon dengan beban 600 surat setiap harinya. Sebagian besar adalah diskusi yang dilakukan melalui
mailing list Internet. Dengan biaya serendah itu semua pengetahuan yang ada di kepala dicoba untuk di
sebarkan, di interaksikan dengan rekan-rekan yang ada. Tidak mahal untuk berbuat baik di Internet.

Alhamdullillah, reward, balasan yang diperoleh dari perbuatan baik yang biayanya tidak mahal tersebut
biasanya jauh lebih besar daripada apa yang kita keluarkan. Sebagai seorang pensiunan PNS, seorang
bekas dosen ITB yang tidak bekerja dimana-mana, tidak memberikan konsultasi, tidakmengajar lagi
kecuali menulis & memberikan ceramah saja. Masih dapat hidup cukup lah untuk makan tiga kali sehari.
Disini tampaknya sang Pencipta manusia menampakan hidayah-nya di dunia cyber. Allah SWT maha adil
& tidak pernah akan salah menghitung akan amal ibadah yang kita lakukan.
Konsekuensi di atas juga sebetulnya banyak berpengaruh pada berbagai aspek sosial budaya manusia.
Contoh isu hak cipta & hak paten, bagi pekerja seni, peneliti,programmer - copyright adalah salah satu
mekanisme proteksi berbasis hukum tertulis atas sebuah karya. Hak ekonomi di jamin secara hukum
tertulis, seseorang yang menjiplak, membajak akan dikenai sanksi pidana. Masalahnya bagi pekerja seni,
peneliti & programmer yang masih kecil, belum beken - sulit & mahal sekali bagi mereka untuk mengikuti
liku-liku jalur distribusi kaset, CD, software. Cara yang paling murah adalah menyebarkan hasil karyanya
secara langsung di Internet secara gratis, [[copyleft digunakan. Hukum tidak tertulis, hukum
adat, konsensus masyarakat Internet yang digunakan untuk memproteksi agar hak ekonomis si pekerja
seni, peneliti, programmer tetap terjaga. Kita mengenal Linux, Rapidshare dll yang menganut
paham copyleft tersebut. Paham ini memungkinkan rakyat kecil bisa hidup & eksis dalam dunia ini tanpa
perlu modal yang terlalu besar, akan tetapi memperoleh reward yang lumayan untuk tetap survive.

Semua ini dimungkinkan karena platform tempat kita berada bergeser dari platform yang informasi-nya
lambat di dunia nyata ke platform Internet yang memungkinkan kita mengirimkan hasil karya, informasi &
pengetahuan secara seketika. Berbagai paradigma dunia nyata menjadi dipertanyakan, platform akan
mengarah membentuk sebuah masyarakat yang tidak berkelas, masyarakat yang sederajat, sejajar,
setiap orang tidak lebih & tidak kurang dari yang lain kembali kepada fitrahnya sebagai manusia di muka
bumi untuk beramal secara horizontal antar sesama umat & beribadah secara vertikal kepada
penciptanya.

LA ILAHA ILLALLAH
Tiada Tuhan selain Allah - yang didengungkan di dunia nyata, juga berlaku dengan baik di dunia cyber.
Bahkan berbagai struktur, birokrasi, kekuasaan menjadi luluh rata, di naifkan oleh infrastruktur dunia
cyber yang pada akhirnya mengembalikan manusia kepada fitrahnya. Manusia sebagai khalifah Allah di
muka bumi, manusia yang sejajar antar sesama-nya, mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tidak
ada yang lebih tinggi, tidak ada yang lebih rendah satu dengan lainnya.

Fungsi Manusia
Fungsi manusia menjadi sangat sederhana, yaitu, beramal soleh kepada sesama manusia (sifatnya
horizontal), dan beribadah kepada Allah semata (sifatnya vertikal). Bukan beribadah kepada pada Boss,
pada para pejabat, pada para pemimpin manusia, pada harta dan kekayaan. Nilai seseorang lebih banyak
di tentukan oleh manfaat seseorang tersebut kepada sesama umat lainnya.
Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber

Model Sederhana Filosofi Arsitektur Dunia Cyber?

Semua orang mengetahui bahwa saya bukan ahli sosial, budaya & hukum. Dengan keterbatasan yang
ada, perkenankan saya mencoba membahas dari sudut pandang sederhana seorang engineer (orang
teknik) tentang aspek sosial, budaya & hukum dunia maya. Jika ternyata ada kesalahan, saya memohon
maaf sebesar-besarnya karena memang keahlian saya yang sebetulnya bukan pada bidang ini.

[edit]Model Sederhana Filosofi Arsitektur Dunia Cyber?

Dari hasil berguru ke banyak orang di Internet maupun di dunia nyata. Dari sudut pandang saya yang
sederhana, tampaknya filosofi sosial, budaya & hukum di dunia maya sebetulnya dapat di gambarkan
dengan amat sangat sederhana. Mudah-mudahan saya tidak salah.

Secara naif, filosofi arsitektur sosial, budaya & hukum di dunia maya tampaknya dapat digambarkan
secara sederhana dalam bentuk seperti di samping. Ada tiga (3) pilar utama yang membangun dunia
yang saya bayangkan, dan ke tiganya berjalan di atas platform yang kita bangun. Adapun ke tiga (3) pilar
yang dimaksud:

• Norma, Nilai, Value, Norm, Iman, Taqwa - yang sifatnya vertikal antara manusia dengan penciptanya.
• Hukum tertulis (written law), undang-undang, PP, KEPMEN, KEPDIRJEN - yang sifatnya horizontal &
bertumpu pada aparat penegak hukum & pengadilan sebagai lembaga yang menjamin ditegakannya
kebenaran.
• Hukum tidak tertulis, konsensus, hukum adat - yang sifatnya juga horizontal akan tetapi tidak
mengandalkan pengadilan & aparat untuk menegakan kebenaran & keadilan tetapi menggunakan
"People's Power".
Dalam bahasa yang sederhana, jika kita kembalikan pada fungsi manusia hidup di dunia, sebetulnya dua
(2) pilar horizontal merepresentasikan hubungan antara manusia (An Na’as), dan sebuah pilar vertikal
mepresentasikan hubungan manusia dengan penciptanya (Allah).

Ketiga pilar tersebut berjalan di atas sebuah platform. Platform ini menjadi menarik untuk dibahas karena
perubahan dinamika platform tersebut ternyata akan sangat mempengaruhi dominasi diantara ke tiga (3)
pilar di atas.
Platform tempat pilar-pilar tersebut dalam analisanya ternyata sangat sensitif terhadap kecepatan
pergerakan informasi & pengetahuan di dalamnya. Bahkan pada sisi ekstrim dimana informasi &
pengetahuan bergerak dengan sangat cepat & effisien bukan mustahil kita kembali ke masa lalu dimana
hanya konsensus (hukum tidak tertulis) dan keimanan / taqwa (hukum Allah SWT) yang akan mengatur
sosial & budaya manusia.

The Platform

Platform adalah tempat kita berpijak, berkarya dan berinteraksi. Platform tersebut akan berubah dari
waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi yang ada di awalnya
cenderung akan mempercepat proses transportasi fisik yang berlanjut dengan percepatan transfer
informasi yang menstimulasi percepatan transfer ilmu pengetahuan.

Pada masa lalu, ribuan tahun yang lalu, peradaban manusia masih sangat primitif, pada saat itu teknologi
dikembangkan untuk mempermudah dan memperbaiki hidup manusia. Panah, senjata, bangunan rumah
di bangun untuk menjamin rasa aman bagi manusia di dalamnya dari gangguan-gangguan yang sifatnya
fisik. Peninggalan sejarah berupa benteng, bangunan tua menjadi lambang ke jayaan masa lalu umat
manusia. Rasa aman memang di tumbuhkan dengan adanya platform fisik yang memagari umat dari
lingkungannya yang ganas. Pertikaian diselesaikan secara fisik, berperang, angkatan bersenjata menjadi
sebuah andalan. Kepiawaian dalam mengunakan senjata & sarana fisik untuk menang dalam
pertempuran menjadi idaman bagi setiap insan. Nuansa power dan kekuasaan menjadi sangat dominan.

Di kemudian hari fenomena fisik ini merepresentasikan dirinya menjadi dinding-dinding tebal yang sulit di
tembus, kerahasiaan, birokrasi yang bekerja atas dasar mekanisme perwakilan yang dilegitimasi oleh
undang-undang. Tatanan & struktur komando yang sangat kerucut bentuknya menjadi model aplikasi
birokrasi yang menjamin terlaksananya hukum & pemerintahan. Rasanya pada hari ini, ciri ini masih
cukup sarat melekat di benak para birokrat, politikus di Indonesia.

Di sisi fungsional, perdagangan & niaga menjadi ciri lanjutan dari manusia dalam proses budayanya.
Effisiensi dan kecepatan menjadi penting untuk memenangkan perdagangan. Pertumbuhan pabrik &
industri menjadi ciri khas proses effisiensi dan kecepatan ini. Percepatan pergerakan barang secara fisik
menjadi idaman banyak umat, teknologi transportasi & mekanik menjadi dominan bagi perkembangan
budaya perdagangan & niaga. Ekonomi bertumpu pada rantai supply komoditas & dagangan.

Di masa lalu biasanya nuansa kekuasaan dan power bermain berdampingan dengan proses perdagangan.
Sialnya sebagian paradigma masa lalu masih melekat pada sebagian birokrat kita, kadang tindakan
represif di halalkan untuk mengumpulkan kekayaan dan kekuasaan bagi sekelompok elit yang sepertinya
memperoleh legitimasi untuk melakukan apa saja mengatas namakan rakyat.

Secara perlahan, dengan semakin tersebarnya informasi dan terjadinya peningkatan kepandaian umat.
Mekanisme dan proses pendidikan menjadi kunci utama dalam proses penyebaran dan pemandaian umat.
Umat akan berfikir, akan menggunakan otaknya dan umat tidak akan begitu saja mengikuti perintah &
tatanan birokrasi yang dibentuk. Kreatifitas, kebebasan berfikir dan kritik menjadi lebih terbuka terhadap
sistem yang ada untuk kepentingan umat. Tekanan untuk perbaikan sistem menjadi nyata dipicu dengan
semakin transparan-nya sistem kepada umat. Secara alamiah & perlahan terjadi proses pengikisan
terhadap nuansa kekuasaan & power yang di dominasi oleh sekelompok kecil elit.

Sialnya perkembangan teknologi tidak berhenti pada proses effisiensi transportasi fisik saja.
Perkembangan teknologi informasi, internet dan elektronika ternyata mampu mentransportasi tulisan,
informasi & pengetahuan dalam kecepatan mili detik dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi ini.
Platform tempat kita berpijak telah berubah bentuk secara significan, dinding, meja, kursi, birokrasi,
kekuasaan, power menjadi tidak relevan dalam platform non-fisik yang baru ini. Platform ini dibangun
mengunakan program ( code), server, port, resource locator yang sulit di imajinasikan dalam dunia fisik
yang biasa kita kenal selama ribuan tahun belakangan. Dengan keberadaan platform yang lain ini yang
dapat mengeffisienkan proses transportasi informasi & pengetahuan tentunya tingkat dominasi ke tiga (3)
pilar kembali bergeser.
Struktur Masyarakat

Versi sederhana penjelasan dapat di baca-baca di Filosofy Cyberlaw Sederhana.

Ada tiga (3) pilar, yaitu,

• Norma vertikal
• Hukum Tertulis
• Konsensus
tampaknya mendominasi bentuk struktur yang dibangun di masyarakat. Ketiga-nya secara sederhana
membangun kepercayaan (trust) di masyarakat yang menjadi dasar bagi anggota-nya untuk berinteraksi
satu dengan lainnya. Tentunya pola kepercayaan yang digunakan sangat beragam, terkadang
kepercayaan (trust) tersebut merepresentasikan diri-nya dalam bentuk ketakutan karena tindakan represif
penguasa yang harusnya bisa dipercaya. Dominasi pilar horizontal (hukum tertulis & hukum tidak tertulis /
konsensus) akan sangat beragam effek-nya. Dalam penjelasan nanti akan terlihat pergeseran pilar &
struktur yang disebabkan oleh percepatan transfer informasi & pengetahuan.

Dari ketiga (3) pilar tersebut, memang pilar horizontal yang mengatur hubungan masyarakat (umat) yang
akan banyak terpengaruh oleh tingkat pengetahuan & mental masyarakat. Saya pribadi masih percaya
bahwa masih ada satu (1) pilar norma, nilai, value, iman, taqwa yang sifatnya vertikal ke Allah SWT yang
sifatnya tetap dan sebetulnya tidak tergoyahkan oleh kondisi platform maupun tingkat penguasaan
pengetahuan di umat. Saya masih percaya bahwa hukum yang telah diberlakukan oleh pencipta manusia
Allah SWT untuk umatnya sifatnya abadi. Mari kita lihat perkembangan platform tersebut.

Pada masa lalu, dimana transportasi fisik sukar dilakukan dan berjalan sangat lambat, transfer informasi
dan pengetahuan menjadi sangat lambat. Pada beberapa kondisi, proses transfer informasi dan
pengetahuan memang sengaja dibuat lambat. Pada tahapan ini, umat umumnya tidak terlalu pandai,
tingkat penguasaan pengetahuan kurang. Akibatnya, jalur komando & perintah menjadi sangat dominan,
karena memang sulit mengandalkan aparat yang berada di bawah untuk mengambil keputusan sendiri
dengan keterbatasan pengetahuan yang dimilikinya. Sadar atau tidak, pada akhirnya struktur masyarakat
terbentuk mengandalkan struktur kekuasaan & kekuatan (power), tampuk pimpinan berada di atas
seringkali menentukan banyak hal sedang aparat dibawahnya menjalankan perintah dan kemauan dari
elit pimpinan yang ada di atasnya. Baginda raja, wedana dsb membentuk sebuah struktur komando yang
bersifat kerucut untuk menjamin berlaku dengan baiknya law & oder di antara umat. Dominasi hukum
tertulis yang dibuat oleh elit penguasa negeri menjadi sangat tinggi. Segala sesuatu, jika mungkin hingga
hal sekecil-kecilnya di atur menggunakan hukum tertulis dengan tingkat punishment yang jelas & menjadi
acuan kehidupan sehari-hari umat. Reward? Hmmm kadang kala tidak jelas, sudah untung umat diberikan
hak hidup dan berusaha di negeri tersebut.

Dengan semakin tersebarnya pengetahuan melalui sistem pendidikan yang ada, tingkat sosial & budaya
berkembang. Umat tidak bisa lagi menerima perlakuan represif semena-mena di atur oleh elit tirani
penguasa yang berlindung dibalik konstitusi, hukum tertulis. Mekanisme feedback / umpan balik dibangun
secara perlahan untuk mengontrol kerja dari sekelompok elit tirani penguasa. Memang sulit sekali untuk
membangun mekanisme umpan balik ini, apalagi dengan sekian banyaknya umat - mekanisme-
mekanisme perwakilan berbasis partai, ideologi, golongan disahkan untuk mewakili suara umat. Proses
pencarian legitimasi menjadi seni tersendiri. Semua harus diatur dengan baik agar adil karena platform
yang digunakan masih lambat dalam menyalurkan informasi & pengetahuan. Kompromi politik, konsensus
menjadi alternatif menarik dalam mekanisme kontrol untuk mencapai berbagai kesepakatan antara elit
penguasa dengan perwakilan umat. Tampak bahwa bentuk-betuk konsensus, kompromi, hukum tidak
tertulis menampakan wujudnya dengan semakin transparan informasi & pengetahuan ke sebagian besar
umat.

Apa yang akan terjadi dengan semakin cepat dan effisiennya transfer informasi & pengetahuan di
platform yang kita gunakan? Gilanya, di tahun 2001-an, semua proses ternyata membutuhkan biaya yang
sangat murah - bayangkan SMKN6 Yogyakarta hanya membutuhkan Rp. 5000 / bulan / siswa untuk
mengakses platformInternet. SMKN1 Ciamis hanya membutuhkan Rp. 1000 / bulan / siswa untuk
komunikasi e-mail di platform Internet. Jadi jelas hubungan komunikasi antar umat menjadi sangat cepat,
sangat effisien dengan biaya yang sangat murah. Konsekuensinya, kepandaian tidak hanya diperoleh dari
institusi pendidikan yang rigid yang dikontrol secara struktural oleh DIKNAS. Siswa & mahasiswa dapat
dengan mudah menjadi pandai melalui berbagai interaksinya dengan masyarakat maya, melalui forum
interaksif dua (2) arah seperti mailing list di Internet.

Pada platform dengan kemampuan transfer informasi yang cepat, kemampuan untuk berdiskusi,
berargumentasi dengan baik, merepesentasikan sebuah konsep / pendapat kepada umum secara tertulis
menjadi penting. Substansi informasi & pengetahuan yang mendominasi transaksi di platform Internet,
seseorang akan dihormati terutama dari isi, kualitas, substansi informasi yang dia kirimkan melalui
Internet. Penampilan fisik, jas, dasi, kendaraan mewah, rumah mewah, kantor yang bergengsi menjadi
dipertanyakan kebutuhannya. Penghargaan kepada seseorang akan lebih bertumpu kepada pengetahuan
yang dimiliki-nya yang disertai dengan kemampuan menyampaikan informasi & pengetahuan kepada
sesama umat.

Komunikasi yang cepat dengan mudah menembus berbagai struktur & birokrasi yang biasanya dibangun
oleh struktur masyarakat lama yang berbasis pada platform informasi yang lambat. Umat dengan mudah
berkomunikasi satu dengan lainnnya, komunitas akan dibentuk oleh forum-forum silaturahmi, diskusi,
interaksi antar umat. Umat dapat dengan mudah berkomunikasi dengan "wakil"-nya di dunia
konvensional maupun dengan elit penguasa kalau saja para "wakil" & elit penguasa mau membuka
dirinya.

Dengan semakin effisien-nya komunikasi antar umat - sering kali kita yang aktif di Internet akhirnya akan
bingung sendiri, apakah kita masih memerlukan mekanisme perwakilan? Platform informasi yang cepat
memungkinkan sekali bagi setiap orang untuk menyuarakan pendapatnya, isi hatinya tanpa perlu
mekanisme distribusi / perwakilan. Konsep one man one vote dapat dilaksanakan oleh seluruh komunitas
di Internet secara demokratis yang murni (bukan perwakilan). Eksistensi konsep DPR & MPR menjadi
dipertanyakan. Masih relevankan konsep MPR, DPR di platform informasi yang cepat? Kenyataannya
dengan platform informasi yang cepat akan mensejajarkan umat satu sama lain, setiap orang tidak lebih
tinggi tidak lebih rendah dengan lainnya, persamaan hak menjadi nyata sekali.

Jangan kaget jika kita jelajahi lebih lanjut berbagai konsekuensi yang akan ditimbulkan dengan mengubah
platform tempat kita berpijak ke platform dengan kecepatan transfer pengetahuan dan informasi yang
demikian cepat bukan mustahil akan mengubah dominasi hukum tertulis, bahkan bukan tidak mungkin
akan menghilangkan sama sekali hukum tertulis. Transparansi ekstrim bukan mustahil pada akhirnya
membuat proses konsensus & hukum adat menjadi sangat dominan. Eksposure setiap tindak kejahatan ke
segenap umat secara transparan ekstrim bukan mustahil akan menekan tindak kejahatan lainnya. Akan
lebih baik lagi, jika pada ahkirnya proses transparansi ini akan mengubah paradigma umat dan
mendekatkan diri pada Khaliq-nya sehingga pada norma, nilai, value, iman & taqwa yang vertikal menjadi
tonggak yang kokoh di hati umatnya.

Keimanan menjadi tolok ukur yang sangat penting pada pilar vertikal yang ada. Kepada apa kita beriman?
Uang? Kekayaan? Kekuasaan? Kecantikan? ….. atau pada Allah SWT? Tentunya akan berbeda effek-nya
kepada pilar horizontal yang ada jika keimanan ini masih dipengaruhi oleh aspek duniawi dengan jika kita
ikhlas & berserah diri kepada Allah SWT semata.

Pada tahapan tertinggi dari pilar vertikal ini, manusia harusnya kembali kepada fitrah-nya di muka bumi
sebagai khalifah yang secara horizontal beramal kepada sesama umat, secara vertikal beribadah kepada-
Nya. Rizki harusnya disesuaikan dengan amal yang dilakukan, sedang tingkat ibadah akan menentukan
pahala yang akan diperolehnya. Sederhana untuk dikatakan, amat sulit untuk dilakukan.

Model Perputaran Pengetahuan Sebagai Basis Struktur Masyarakat

Dari berbagai penjelasan sebelumnya tampak jelas bahwa kecepatan perputaran informasi &
pengetahuan menjadi kunci dalam berbagai perubahan paradigma yang ada. Mudah-mudahan pemikiran
yang kami coba tuangkan dalam tulisan ini tidak terlalu kontroversial dalam dunia pendidikan di
Indonesia. Karena beberapa hal konvensional seperti HAKI, hak cipta, hak paten, badan akreditasi menjadi
dipertanyakan di platform informasi yang cepat. Saya mohon maaf sebelumnya.

Dalam sebuah sistem pendidikan & perguruan tinggi untuk transformasi umat menuju "knowledge based
society", saya pikir perlu kerangka Knowledge Management(KM) yang tepat untuk mengembangkan core
competence & local content yang sustainable & mandiri. Manajemen tacit knowledge / implicit)
knowledge, explicit knowledge maupun potential knowledge melalui mekanisme collaboration, digital
library maupun kemampuan analysis menjadi penting untuk di implementasikan dengan dukungan
standar operasi perguruan tinggi bersinergi dengan media digital. Salah satu filosofi mendasar KM di
antara knowledge worker adalah:

"Knowledge is power. Share it and it will multiply"

Kesalahan umum yang sering dilakukan, paling tidak di Indonesia adalah berpegang pada prinsip
“Knowledge is power” saja (selesai di situ saja). Tetapi tidak diteruskan pada bagian ke dua-nya, yaitu
“Share it and it will multiply”. Kekuatan sebenarnya dari Knowledge hanya akan terlihat pada saat kita
share knowledge tersebut, bukan pada saat kita menyimpan knowledge tersebut agar tidak di curi orang
lain.

Filosofy di atas tampaknya sangat berat dilakukan bagi orang yang masih berpijak pada paradigma lama
& platform informasi yang lambat. Umumnya mereka berfikir masih pada hak cipta, paten, HAKI sebagai
proteksi knowledge & ide. Aparat penegak hukum & piranti pengadilan digunakan untuk memproteksi
pengetahuan & ide yang dikembangkan. Sangat wajar karena hukum tertulis yang digunakan sebagai
batu pijakannya.

Apa jadinya jika hukum adat, konsensus, hukum tidak tertulis yang digunakan sebagai pijakannya?
Siapakah yang akan memproteksi ide & pengetahuan tersebut? Pengadilan & aparat penegak hukum jelas
tidak bisa digunakan - yah … mungkinkah umat itu sendiri yang akan memproteksi?

Pertanyaan dapat terus berkembang misalnya … tujuan apa yang ingin dicapai mengacu pada nilai-nilai
yang dipegang oleh stake holder pengetahuan / pendidikan tersebut. Berapa besar impact yang
ditimbulkan sebuah konsep / pengetahuan kepada umat? Bagaimana proses pengakuan
(acknowledgement) sebuah siklus penelitian / pengetahuan? Seberapa effektif share knowledge yang
dilakukan oleh penelitian kepada stake holder?

Pertanyaan Filosofis

Dalam proses mencari … sering Onno W. Purbo merenung sendiri:

• Mengapa, untuk apa manusia hidup?


• Apa yang menjadi kunci survive, dasar kehidupan?
• Kemampuan berfikir, nalar tampaknya menjadikan manusia lain dibandingkan mahluk lainnya?
• Untuk apa kita Menimba ilmu? Berusaha menjadi pandai?
• Mengapa penelitian & menimba ilmu perlu dilakukan? Apakah haya untuk KUM? Untuk naik pangkat?
Untuk memperoleh kedudukan yang lebih baik? Untuk memperoleh gaji yang lebih besar?
• Mengapa menulis paper? Apakah hanya untuk KUM atau kenaikan pangkat?
• Mengapa menulis buku? Apakah untuk kuliah? Apakah untuk menaikan KUM?
• Siapa yang harusnya menikmati hasil penelitian kita? Hasil analisa & sintesa pengetahuan yang
dilakukan?
• Kepada siapa kita harus pertanggung jawabkan hasil penelitian? Hasil analisa & sintesa pengetahuan?
Pertanyaan ini tampaknya menggelitik pilar yang dibangun dalam interaksi horizontal kepada umat.
Apakah kita akan bertumpu pada pranata tertulis? Atau konsensus? Jawaban filosofis-nya tampaknya
terdapat pada pilar vertikal.
Mencari Jawaban

Proses pencarian jawaban terus berlanjut hingga detik saya mencoba menulis naskah ini. Sebagian
jawaban tampaknya mulai tampak di hadapan mata. Salah satu jawaban filosofis mendasarnya mungkin
ada pada:

Sebutlah! dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan,


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Sebutlah! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Al Alaq:1-
5

Kebetulan Al Alaq:1-5 merupakan lima (5) ayat pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW di
gua Hira. Tentunya ada filosofi yang sangat mendasar sekali mengapa justru ke lima (5) ayat ini yang
diturunkan pertama kali. Mengapa bukan Al Fatihah? Entah lah … Mari kita telaah lebih jauh ke lima (5)
ayat di atas. Yang jelas nuansa pengetahuan tampak sangat dominan dalam Al Alaq:1-5.

"Iqra! Iqra!" begitulah malaikat Jibril meminta Nabi Muhammad SAW untuk membaca (sebagian
menafsirkannya sebagai menyebut). Jelas-jelas Nabi saat itu buta huruf tidak bisa membaca & menulis …
mengapa justru Bacalah! Bacalah! adalah kata pertama yang diturunkan oleh Allah SAW? Mengapa bukan
kata lainnya yang diturunkan pertama kali?

"Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah."

Dia telah menciptakan manusia dari sesuatu yang nyaris tidak ada apa-apanya. Demikian juga dengan
segala sesuatu yang ada di alam, termasuk virus, bakteri, atom, dll maupun yang besar-besar seperti
gunung, lautan, planet, dll. ada karena Allah SWT berkehendak dan menciptakan semua itu.

"Sebutlah! dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,"

Dengan kemurahan Allah SWT juga, manusia menjadi tahu dari apa yang tidak manusia ketahui karena:

"Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."

Manusia pada dasarnya tidak tahu apa-apa, tapi dibuat tahu oleh Allah SWT, karena Allah SWT "Pemilik
segala Pengetahuan". Melalui "kalam" (tulisan) kita dibuat tahu. Ini artinya luas, bisa "tulisan, ucapan,
alam dll..".

Konsekuensi dari fakta di atas sebetulnya cukup menggelisahkan bagi sebagian umat manusia. Jelas
bahwa pengetahuan secara hakiki sebetulnya dimiliki oleh Allah SWT bukan oleh manusia. Dengan fakta
demikian apakah masih relevan penggunaan hukum tertulis untuk memproteksi pengetahuan?
Seperti HAKI, hak cipta, hak paten, hak ekonomis dll. yang banyak berkembang dalam platform informasi
yang lambat. Apakah hukum tertulis disini justru kontradiktif dengan fakta / kenyataan yang ada & bukan
mustahil jika nantinya secara alamiah justru akan terkikis?

Menarik untuk dicermati perkembangan movement penggunaan copyleft bahkan copy wrong melalui
mekanisme GNU Public License (GPL) dll. Yang banyak digunakan di Internet Semua berkembang dalam
platform informasi & knowledge yang cepat. Jelas disini pilar yang digunakan bukan lagi hukum tertulis
melainkan konsensus, hukum adat umat / komunitas. Proteksi tampaknya dilakukan secara alamiah
berbasis hukum tidak tertulis dalam komunitas itu sendiri.
Yang jelas dari Al Alaq:1-5, tampaknya membaca, proses belajar mengajar, mencari pengetahuan, dan
menyebarkan pengetahuan merupakan kunci utama bagi manusia untuk menjalankan fungsinya di atas
permukaan bumi.

Saya yakin bahwa masih banyak hal yang perlu digali untuk memperoleh pemahaman lebih dalam, akan
tetapi penjelasan sekilas yang tampaknya cukup global telah menampakan bentuknya justru dari pilar
vertikal. Seni-nya barangkali bagaimana mengeffisienkan proses amal soleh, ibadah & sedekah agar
cakupan manfaatnya menjadi sangat besar dan sebanyak mungkin orang (umat) merasakannya.

Rangkuman Filosofi Naif Dunia Cyber

Kepercayaan (trust) tampaknya menjadi kunci dari ketiga (3) pilar yang membangun sosial budaya dan
hukum diantara umat. Dua (2) pilar horizontal mengatur hubungan antar umat manusia, yang satu lebih
bertumpu pada struktur kelembagaan buatan manusia, sedang lainnya lebih berpegang pada hukum adat
dan konsensus. Pada tingkat lanjut tampaknya pilar vertikal ke imanan yang harusnya mendominasi
seluruh pilar yang ada.

Pada dasarnya umat manusia sederajat, tidak ada yang lebih tinggi tidak ada yang lebih rendah. Tingkat
pengetahuan merupakan hal yang paling mendasar yang seharuskan akan membedakan seseorang
dengan orang lainnya. Proses membaca, belajar mengajar, mencari pengetahuan dan menyebarkan
pengetahuan merupakan basis utama survival sebuah umat.

Tampaknya platform informasi yang cepat memungkinkan effisiensi distribusi informasi & pengetahuan –
secara sederhana, proses amal sadaqah menjadi lebih effisien. Fitrah manusia sebagai khalifah di muka
bumi memang berkewajiban untuk beribadah kepada penciptanya Allah SWT (secara vertikal) dan
beramal soleh kepada sesama umat (horizontal). Alhamdullillah, teknologi informasi memungkinkan
effisiensi proses amal, ibadah dan sedekah agar bermanfaat bagi sebanyak mungkin umat.

Filosofy Cyberlaw Sederhana

Sumber: Onno W. Purbo

kalau saya sebenernya gampang aja .. saya jadi ingat kuliah umum yang saya dengarkan dari Lawrence
"Larry" Lessig sekarang ada di School of Law Stanford University ... beliau adalah pemikir & professor
bidang Cyberlaw silahkan dicari-cari di google / wikipedia ttg dia

Intinya sederhana aja, pilar hukum ada 3 buah

1. written law (hukum tertulis, UU, PP, KEPMEN, PERMEN)


2. unwritten law (konsensus masyarakat, hukum adat, hukum tidak tertulis)
3. hukum dari pembuat manusia :) .. contoh Al-Qur'an.

Hukum no. 3 sifatnya multak tidak bisa di ganggu gugat. Kalau rapor anda merah, anda masuk neraka.
Kalau rapor anda biru, anda masuk surga.

Pemerintah biasanya ingin bermain dengan hukum no 1 konsekuensi yang ditanggung sangat dahsyat ..
karena melewati proses kesepakatan, proses law enforcement yang lambat & sering salah
implementasi :)... bisa sih, cuma kita lihat sendiri prosesnya penuh pejuangan .. memang itu karakteristik
hukum tertulis ..

sementara masyarakat internet sudah terbiasa dengan hukum no 2 unwritten law, nettiquete, hukum
adat, etika .. ini lebih berpegang pada konsensus masyarakat lebih bertumpu pada kesadaran masing-
masing pengguna hukum akan di lakukan oleh masyarakat Internet bukan oleh pengadilan atau polisi
contoh seorang pakar habis di hujat di Internet karena menyamakan hacker dengan blogger :) ..

Kalau mau main secara aman bisa melihat secara jeli campuran antara hukum 1 & hukum 2 tentunya
dengan rambu-rambu hukum 3.

karena masyarakat Internet rata-rata masyarakat terpelajar, sebenernya bermain dengan hukum 2 & 3
pun relatif aman :) ..

coba renungkan

written law vs unwritten law


UU,PP,PERMEN vs Etika, hukum adat
copy right vs copy wrong, copy left, GPL
akreditasi vs pengakuan masyarakat
sertifikasi vs pengakuan masyarakat

dll ...

Pada akhirnya, pilihan kembali pada anda semua :))) .. saya sendiri sudah bertahun-tahun hidup hanya
di Internet, tanpa struktur, tanpa badan, tanpa jabatan, tanpa pekerjaan tetap, tanpa apa-apa,
nganggur .. mengandalkan hukum no 2 & 3 ... itu yang membuat saya survive dari sisi written law melihat
saya sebagai pengangguran :)) .. dari sisi unwritten law akan sangat berbeda melihatnya :)) ..
Konsekuensi Infrastruktur Cyber Dalam Proses Pendidikan dan
Pemandaian

Mempertanyakan Dasar Paradigma Pendidikan

Berdasarkan pengalaman selama beberapa tahun menggembara sebagai bekas Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan bekas dosen di ITB, tanpa terikat pada satu struktur apapun, tidak menerima pekerjaan
konsultan, tidak menerima proyek, tidak menerima jabatan apapun.

Akhirnya saya melihat sebuah kesimpulan sederhana tentang kehidupan ini. Salah satu kalimat favorit
saya yang menjadi fondasi pembentukan sumber daya manusia adalah:

“Nilai (value) seseorang, tergantung manfaat seseorang pada umat manusia”

Tampaknya bukan kekayaan, bukan materi, bukan jabatan, bukan pangkat, bukan kekuasaan, bukan
gengsi, bukan kesuksesan, bukan jumlah piala, bukan kepandaian, bukan nilai A, bukan rangking, bukan
peringkat yang pada akhirnya akan mendasari nilai (value) seseorang.

Semakin banyak umat manusia yang merasakan manfaat dari seseorang, semakin tinggi nilai (value)
seseorang tersebut. Tidak ada harganya seorang yang pandai atau kaya, tapi tidak bermanfaat bagi
orang lain.

Filosofy mendasar yang kedua dalam kaitannya dengan e-learning dan pendidikan, adalah,

“Berusaha menjadi produsen pengetahuan”

“Knowledge is power, share it and it will multiply”

terus terang, saya amat sangat kecewa sekali dengan sistem pendidikan di Indonesia, yang terus terang
saya nilai sama sekali tidak mengarahkan peserta didik maupun guru / dosennya menjadi produsen
pengetahuan dan berusaha membagi pengetahuan kepada sesama, bahkan sebagian ditutupi oleh HAKI.
Sistem pendidikan di Indonesia hanya baik untuk membentuk konsumen informasi, dan pekerja yang baik
– tapi bukan produsen pengetahuan.

Saya yakin pendapat saya di atas akan banyak menimbulkan perdebatan yang mendasar dan sangat
filosofis. Semua filosofy & dasar-dasar yang saya tuangkan di bawah ini bertumpu pada nilai filosofis yang
saya kemukakan di atas.

[edit]Mempertanyakan Dasar Paradigma Pendidikan


Sebelum kita mulai membahas berbagai hal tentang e-learning & pendidikan, ada baiknya kita bertanya
pada diri kita masing-masing,

• apakah objektif pendidikan yang kita harapkan?


• Apakah kita menginginkan siswa / mahasiswa yang pandai menghafal?
• Apakah kita menginginkan siswa / mahasiswa yang menguasai materi?
• Apakah kita menginginkan siswa / mahasiswa yang menurut pada guru?
• Apakah kita menginginkan siswa / mahasiswa yang tidak tawuran?
• Pertanyaan mendasarnya adalah - apakah definisi pandai?
• Atau kita menginginkan siswa yang kreatif? siswa yang innovatif? Siswa yang bertanggung jawab?
Pemimpin? Leader? Dan siswa yang tahu apa yang dia suka, dan dia suka apa yang dia suka.
Dalam tulisan ini akan di bahas kerangka filosofis yang mendasari sistem pendidikan dan akan dilanjutkan
dengan pembahasan beberapa contoh implementasi praktis.

Aliran Kanan vs. Aliran Kiri & Aliran Tuhan

Secara naif, filosofi arsitektur sosial, budaya & hukum di dunia maya tampaknya dapat digambarkan
secara sederhana dalam bentuk tiga (3) pilar utama yang membangun di atas sebuah infrastruktur atau
platform.

Adapun ke tiga (3) pilar yang dimaksud, adalah:

• Norma, Nilai, Value, Norm, Iman, Taqwa - yang sifatnya vertikal antara manusia dengan penciptanya.
• Hukum tertulis (written law), undang-undang, PP, KEPMEN, KEPDIRJEN - yang sifatnya horizontal &
bertumpu pada aparat penegak hukum & pengadilan sebagai lembaga yang menjamin ditegakannya
kebenaran.
• Hukum tidak tertulis, konsensus, hukum adat - yang sifatnya juga horizontal akan tetapi tidak
mengandalkan pengadilan & aparat untuk menegakan kebenaran & keadilan tetapi menggunakan
"People's Power".
Ke tiga (3) pilar tersebut berjalan di platform dimana kita berada. Platform ini menjadi menarik untuk
dibahas karena perubahan dinamika platform tersebut ternyata akan sangat mempengaruhi dominasi
diantara ke tiga (3) pilar di atas. Pergerakan ini pada akhirnya akan menimbulkan banyak pertentangan
filosofis, yang sangat nyata dalam dunia pendidikan, beberapa pertentangan tersebut adalah:

• Apakah kita akan menganut pola pengajaran teaching based yang berpusat pada guru? atau learning
based dimana guru hanya berfungsi fasilitator?
• Apakah kita akan membentuk siswa / mahasiswa sebagai konsumen informasi & pengetahuan? atau aktif
sebagai produsen pengetahuan?
• Apakah kita akan menjaga pengetahuan yang kita miliki menggunakan copyright, HAKI & hak paten? Atau
menggunakan konsensus masyarakat berbasis copyleft, copywrong dan public domain?
• Apakah kita percayakan penilaian institusi pendidikan kepada Badan Akreditasi Nasional (BAN)? Atau
langsung kepada pengakuan dari masyarakat?
• Apakah kita mengejar ijazah, serifikat, KUM? Atau bertumpu langsung pada pengakuan masyarakat?
• Apakah kita yakin dengan pendidikan formal yang standar, rigid, terstruktur, diseragamkan berbasis pada
kurikulum nasional untuk membentuk karakter manusia yang berbeda-beda? Atau bertumpu pada
pendidikan informal, nyantri, tanpa kurikulum?
Hal-hal di atas perlu dipikirkan secara matang jika kita ingin menyelenggarakan e-learning, pendidikan
berbasis komputer. Komputer (platform) akan mengubah platform yang kita gunakan untuk berinteraksi
dari platform biasa yang dibatasi tembok, dinding dimana informasi dan pengetahuan berjalan sangat
lambat. Menjadi platform lain dimana informasi dan pengetahuan berjalan sangat cepat dan pada
akhirnya mengubah banyak paradigma berfikir yang mungkin belum pernah terfikirkan sebelumnya oleh
mereka yang terbiasa di platform dengan informasi yang lambat.

Terus terang, saya telah secara penuh sejak bulan Februari 2000 lebih dari sembilan (9)
tahun' melepaskan diri dari platform bangunan, dinding & birokrasi. Saya berada pada platform Internet,
konsensus, pengakuan masyarakat , nyantri menjadi sangat nyata di platform ini.

Pada akhirnya, nilai dan karakter manusia menjadi tujuan akhir dari platform pendidikan apapun namanya
(termasuk e-learning). Pada tahapan tertinggi dari pilar vertikal ini, manusia harusnya kembali kepada
fitrah-nya di muka bumi sebagai khalifah yang secara horizontal beramal kepada sesama umat, secara
vertikal beribadah kepada-Nya. Rizki harusnya disesuaikan dengan amal yang dilakukan, sedang tingkat
ibadah akan menentukan pahala yang akan diperolehnya. Sederhana untuk dikatakan, amat sulit untuk
dilakukan.

Sekelumit pengalaman kasat mata

Mari kita melihat beberapa hal dari pengalaman pribadi Onno W. Purbo di tahun 1993-2000 yang kasat
mata. Onno W. Purbo selama di ITB bersama mahasiswa-nya praktis berkecimpung / memfokuskan diri di
dunia Internet. Secara informal bersama rekan-rekan yang lain di tahun 1994 membangun kelompok
informal Organisasi Tanpa Bentuk (OTB) di ITB dengan nama - Computer Network Research Group (CNRG)
- cnrg@itb.ac.id - yang kemudian menjadi salah satu pendorong jaringan Internet pendidikan AI3
ai3@itb.ac.id - di Indonesia yang mengkaitkan 25+ lembaga pendidikan di Indonesia. Sempalan
kelompok CNRG yang di awalnya di Pimpin oleh Ismail Fahmi di awal tahun 1999 mulai aktif
mengembangkan knowledge management di Perpustakaan Pusat ITB yang kemudian berkembang
menjadi cikal bakal Knowledge Management Research Group (KMRG) - lagi-lagi OTB - dari team Digital
Library - digilib@itb.ac.id Perpustakaan Pusat ITB (library@itb.ac.id) dengan hasilnya Digital
Library & Library Network di http://digital.lib.itb.ac.id yang mengkaitkan 20+ perpustakaan di seluruh
Indonesia. Yang dikemudian hari berkembang menjadi Indonesia Digital Library Network (IDLN) yang
dimotori rekan-rekan seperti Ismail Fahmi (ismail@itb.ac.id). Sebagian besar kegiatan pembangunan ini
dilakukan secara mandiri & swadana - dan praktis tidak melibatkan langsung Bank dunia / IMF / ADB
dalam pendanaan-nya. Hal ini paling tidak mengurangi rasa berdosa kepada rakyat.

Apakah CNRG melakukan penelitian "serius"? yang pasti dana penelitian "serius" yang besar yang pernah
di ambil melalui Lembaga Penelitian ITB hanya RUT II di tahun 1994 yang besarnya Rp. 100 juta.
Selebihnya praktis kami tidak mengambil penelitian "serius" melalui LP kecuali beberapa "proyek" yang
melalui pintu-pintuITB.

Dalam kata sederhana - sebetulnya LP / ITB akan kesulitan memonitor kegiatan penelitian yang
dilakukan CNRG / KMRG ITB karena praktis sejak tahun 1995 tidak melakukan penelitian dengan dana
melalui LP ITB. Evaluasi & monitoring oleh lembaga pemerintah sering kali dilakukan dengan melakukan
intervensi pada cash flow, jika kita tidak bergantung sama sekali pada cash flow lembaga lain &
meletakan stake holder pada masyarakat global maka lembaga tersebut praktis tidak dapat
memonitoring & mengevaluasinya.

Terus terangnya, penelitian di CNRG ITB berjalan terus & dilakukan secara swadana & swadaya rekan-
rekan di CNRG yang merupakan peneliti-peneliti muda di ITB(mereka bukan staff dosen dan juga bukan
mahasiswa). Ngoprek dengan dana sendiri yang dikumpulkan dari kiri-kanan - terutama melalui proses
sosialisasi / transfer teknologi internet - pada saat membangun jaringan pendidikan AI3 tersebut. Filosofi
swadana semaksimal mungkin dipegang di CNRG & KMRG ITB - dengan konsekuensi yang di
tanggung ITB adalah tidak dapat di monitor dan di evaluasinya penelitian & performance yang ada
di CNRG & KMRG ITB ini.

Setelah berjalan beberapa tahun, sekedar memberikan gambaran beberapa / sekelumit hasil
kelompok CNRG / KMRG ITB ini:
• Total buku yang sudah diterbitkan melebihi 30 buah judul yang bisa dengan mudah diperoleh di Gramedia
seharga Rp, 15-20.000 / buku.
• Presentasi di berbagai seminar / workshop / conference rata-rata 1-3 / minggu.
• Tulisan / artikel di majalah / koran rata-rata sekitar 3-5 / minggu.
• Total tulisan sejak tahun 1994-an yang jumlah-nya ribuan.
• Talk-show di berbagai stasiun radio rata-rata 1-2 / bulan.
• Penyebaran CD-ROM berisi ribuan artikel dan beberapa buku yang gratis didukung rekan-
rekan APKOMINDO.
Belum lagi kalau dihitung aktifitas beberapa anggota CNRG / KMRG di berbagai aktifitas tingkat nasional /
internasional, seperti:

• Forum Rektor
• Komisi Regulasi Telekomunikasi.
• Regulasi Internet di Indonesia.
• Pimpinan Editor Naskah Nusantara 21 (National Information Infrastructure).
• Asia Pacific Advanced Network
• Asia Pacific Networking Group - dll.
Proses siklus perputaran knowledge sangat cepat sekali, apalagi dengan didukung teknologi
informasi seperti Internet - platform kolaborasi untuk transfer tacit knowledge, digital library untuk
management explicit knowledge dan kemampuan analisis dalam mengolah raw data menjadi knowledge
menjadi terasa sebagai sebuah kesatuan terpadu dibantu teknologi informasi yang berfokus pada
konsep knowledge management.

Siklus Pemurnian Pengetahuan

Dengan adanya teknologi informasi seperti Internet, proses siklus perputaran knowledge menjadi sangat
cepat sekali. Platform kolaborasi untuk transfer tacit knowledge, digital library untuk management explicit
knowledge dan kemampuan analisis dalam mengolah raw data menjadi knowledge menjadi terasa
sebagai sebuah kesatuan terpadu dibantu teknologi informasi yang berfokus pada konsep knowledge
management.

Untuk mengingatkan kita semua, saya masih berpendapat bahwa sebaiknya sebuah sistem pendidikan
yang baik mengarahkan kita semua untuk menjadi produsen dari pengetahuan itu sendiri. Bukan hanya
menjadi konsumen informasi dan pekerja yang baik saja.

Pada gambar digambarkan siklus pemurnian pengetahuan secara sederhana. Seseorang dalam prosesnya
menganalisa dan mensintesa pengetahuan dari berbagai masukan yang dia peroleh kemudian di
lemparkan kepada sebuah sistem yang akan mendistribusikan pengetahuan tersebut kepada khalayak
ramai. Sistem pendistribusian ini dapat berupa penerbitan buku, artikel di jurnal, majalah, koran,
perpusatakaan digital, CD-ROM dll. Umpan balik berupa kritik, saran maupun reward akan diperoleh baik
dari lembaga dewa yang menjadi perantara masyarakat, peer review maupun langsung dari masyarakat.
Berbasis kepada umpan balik yang diperoleh, pemurnian pengetahuan kemudian dilakukan dengan
menjalani siklus tersebut berkali-kali hingga pengetahuan yang dihasilkan semakin hari semakin baik.
Proses siklus menjadi demikian cepat jika dibantu dengan infrastruktur teknologi informasi yang sangat
effisien.

Proteksi pengetahuan seperti HAKI, hak cipta, paten dan akreditasi bukan mustahil justru pada akhirnya
akan menghambat percepatan siklus pengetahuan dalam platform informasi yang demikian cepat.
Kelambatan dalam memutar siklus pengetahuan tersebut pada akhirnya harus diterima dengan
konsekuensi kerugian intangible justru di sisi si peneliti maupun stake holder umat itu sendiri.

Dari pengalaman pribadi Onno W. Purbo, semasa masih menjadi dosen di ITB, moral dari cerita ini antara
lain - sangat mudah sekali untuk mengecohkan ITB yang berpegang pada paradigma lama dalam
monitoring, evaluasi & kenaikan pangkat yang menggunakan ITB sebagai perantara stake holder -
sekelompok manusia di ITB yang mempunyai pengetahuan dan skill di bantu teknologi informasi, Internet
& penguasaan konsep knowledge management dan konsep pendukung seperti information economics,
information warfare & psychological warfare dapat melakukan manouver di tingkat nasional &
internasional. Salah satu kuncinya ada pada pada peletakan posisi stake holder penelitian / pengetahuan
& misi yang di emban-nya langsung pada masyarakat global bukan lembaga monitoring & evaluasi
perantara seperti LP, LAPI, LPM, Jurusan, Fakultas dll.

Peletakan stake holder langsung pada masyarakat global justru ternyata berdampak sangat besar bagi
kelompok-kelompok yang fluid, sebagai contoh di ITB ada kelompok Computer Network Resarch
Group (CNRG) dan Knowledge Management Research Group (KMRG) sehingga pengakuan /
acknowledgement justru dari khalayak ramai di luar ITB baik nasional maupun internasional.

Konsep yang sama akan terjadi juga jika kita tarik konsep ini ke Lembaga dewa yang dibentuk
oleh DIKNAS seperti Badan Akreditasi Nasional (BAN). Benarkah ada orang / lembaga yang cukup sakti di
negara ini yang dapat menentukan secara adil, bijak dan baik tentang kualitas sebuah program / institusi
seperti yang tercantum dalam hukum tertulis di dunia pendidikan Indonesia. Apakah kita yakin 100%
bahwa sebuah program study yang terakreditasi A oleh BAN mempunyai kualitas sangat baik? Apakah
umat di Indonesia tidak pandai sehingga tidak bisa menilai kualitas sebuah lembaga / program jika
transparansi informasi dilakukan dengan baik di platform informasi yang cepat?

Secara konseptual pengakuan masyarakat menjadi sangat feasible, sialnya, sebagian besar bangsa
Indonesia masih mendewakan gelar, ijazah, akreditasi yang diberikan berbagai lembaga dewa yang ada
di Indonesia. Akhirnya gelar aspal, asal gelar, ijazah aspal menjadi tujuan utamanya. Sayang sekali
memang.

Kurikulum vs. Nyantri

Mari kita lanjutkan diskusi siklus pengetahuan ini dengan proses belajar mengajar. Terus terang, saya
melihat sistem yang di anut oleh sistem pendidikan di Indonesia sangat baik untuk membentuk manusia
yang menurut pada guru-nya, pandai menghafal, pandai menyelesaikan soal, pandai pada bidang-nya,
dan mereka adalah pekerja yang baik.

Sebagai seorang profesional, sistem pendidikan formal di Indonesia tampaknya berhasil baik untuk
menghasilkan seorang skilled workers, ahli analisis, dan pekerja yang bertumpu pada sebuah standar
prosedur baku. Coba membebani lulusan ini untuk melakukan hal yang diluar jalur, melakukan disain
rancang bangun yang baru, berfikir alternatif, kejelian melihat celah. Sangat sukar mengharapkan
seorang profesional hasil didikan Indonesia untuk berfikir diluar jalur standar. Hanya segelintir lulusan
yang mampu melakukan hal-hal diluar standar.

Untuk mempersulit masalah sebagai seorang manusia, sistem pendidikan di Indonesia tampaknya gagal
untuk membentuk softskill yang kukuh pada diri seseorang. Sistem pendidikan formal tampaknya gagal
membentuk softskill pada diri seseorang seperti pembentukan karakter, kepemimpinan, leadership,
attitude, kreatifitas, innovatif. Biasanya softskill ini terbentuk pada mereka yang aktif dalam berbagai
kegiatan ekstrakurikuler dan aktifitas informal lainnya. Softskill ini sifatnya how-to, learning by doing
sehingga amat sangat sulit untuk diajarkan secara teori di kelas.
Pertanyaan mendasarnya, mungkinkah kita menyatukan sistem pendidikan formal dan informal menjadi
sebuah sinergi dalam pembentukan manusia seutuhnya?

Terus terang, pengalaman saya melakukan berdialog, berinteraksi, berdiskusi melalui banyak mailing list
di Internet dengan ratusan mungkin ribuan mahasiswa dan siswa dari berbagai pelosok Indonesia,
tampaknya pola nyantri (santri) seperti yang dilakukan di pesantren atau perguruan silat jaman dahulu
menjadi sebuah alternatif yang menarik untuk pembentukan manusia secara utuh. Pembentukan manusia
yang di customize untuk setiap manusia, berbeda satu manusia dengan manusia lainnya.

Proses yang dilakukan bukanlah teaching based, karena memang saya bukan superman yang tahu
segalanya. Proses pembentukan manusia dilakukan secara learning based, saya dan para “santri” belajar
bersama diantara kami. Tidak ada yang lebih pandai, tidak ada yang lebih bodoh, masing-masing
manusia mempunyai kekuatannya masing-masing.

Saya pribadi selalu mendorong para “santri” ini untuk menjadi produsen pengetahuan karena hanya
dengan menjadi produsen pengetahuan, seseorang akan menjadi konsumen pengetahuan yang baik,
mampu menganalisa dan mensintesa masalah. Tentunya proses pembentukan manusia belumlah lengkap
jika para “santri” ini tidak secara aktif masuk ke dalam siklus pemurnian pengetahuan, menyebarkan
pengetahuannya kepada masyarakat, aktif berinteraksi dan menerima masukan / umpan balik.

Keaktifan seseorang dalam mempublikasi hasil produksi pengetahuannya dan berinteraksi dengan
masyarakat pada akhirnya akan memperluas manfaat orang tersebut pada anggota masyarakat,
komunitas dan umat manusia lainnya. Akibatnya, pengakuan akan keahlian seseorang akhirnya datang
secara langsung dari masyarakat, bukan dari ijazah, bukan dari sertifikat, bukan dari gelar yang di
pegang oleh seseorang tersebut.

Dengan teknologi informasi, proses pembentukan manusia melalui aktifitas dalam siklus pemurnian
pengetahuan menjadi sebuah hal yang sangat mudah, murah dan sangat mungkin dilakukan di Indonesia.
Secara praktis, alat bantu yang digunakan adalah komputer & Internet. Kita banyak bertumpu pada e-
mail & mailing list untuk melakukan transfer tacit knowledge, dan Web untuk melakukan transfer explisit
knowledge. Biaya yang dibutuhkan dapat ditekan beberapa ribu rupiah per bulan per orang dengan
bantuan keberadaan warung Internet.

Apakah mekanisme ini merupakan e-learning? Entahlah, saya masih berfikir bahwa hal ini merupakan
konsekuensi dari perubahan paradigma yang berbasis pada transformasi teknologi informasi.

Saya tidak akan memaksakan sistem pendidikan yang bernaung di bawah DIKNAS untuk mengadopsi
secara keseluruhan dan mempertentangkan mekanisme yang cukup revolusioner ini. Saya masih
berpegang pada pendapat,

“Either lead or follow but please don’t block the road for those who would move forward”.

Infrastruktur Internet Sebagai Alat Bantu

Untuk mengeffisienkan proses pengiriman, pengemasan informasi dan pengetahuan, pada hari ini kita
sangat dibantu oleh keberadaan dan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat.

Perlu dicatat bahwa infrastruktur Internet hanyalah alat bantu untuk mengeffisienkan proses pengiriman
dan pengemasan informasi. Komputer, Internet, dan e-learning bukanlah tujuan akhir. Sialnya,
keberadaan alat bantu komputer dan Internet, tidak akan mengubah banyak sistem pendidikan di
Indonesia – kecuali jika ada perubahan paradigma yang mendasar, perubahan budaya yang mendasar
yang mendorong kita semua untuk aktif sebagai produsen pengetahuan dan aktif berpartisipasi dalam
siklus pemurnian pengetahuan.

Pada bagian ini akan dibahas sedikit tentang infrastruktur internet pendukung kegiatan e-learning. Ada
beberapa aplikasi utama yang tersedia secara gratis di Internet dan kemungkinan besar akan dapat
membantu mengembangkan kegiatan e-learning di Indonesia, yaitu:
•Mailing list, tempat diskusi di Internet untuk melakukan transfer / interaksi dari tacit (implicit)
knowledge.
•Perpustakaan Digital, tempat manajemen dari explicit knowledge.
•Perangkat pendukung administrasi akademis di dunia pendidikan, baik itu sekolah maupun
universitas. Contoh-nya adalah Moodle dan Open University Support System (OpenUSS).

Teknologi Internet untuk Sekolah & Pendidikan

Bagaimana dengan dunia pendidikan? Jika saja kita di dunia pendidikan diijinkan untuk membangun
infrastruktur Internet-nya sendiri. Jika saja alokasi dana tidak di korup, tidak di alokasikan untuk hal yang
tidak-tidak. Jika saja para pejabat, pemimpin, rektor, kepala sekolah, ketua yayasan, mengerti arti
keberadaan infrastruktur Internet.

Pada dasarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun infrastruktur Internet di dunia pendidikan
adalah sekitar Rp. 5000 / siswa / bulan. Bahkan untuk perguruan tinggi, biaya tersebut dapat di tekan
menjadi amat sangat murah dengan akses kecepatan tinggi 11Mbps. Investasi
peralatan komputer, jaringan lokal, server umumnya dapat kembali dalam waktu 1-2 tahun saja. Jadi
seluruh proses adalah swadaya masyarakat kampus, tidak perlu tergantung pada dana utangan dari ADB,
IMF, Bank Dunia. Detail bisnis plan untuk investasi dan pengembalian modal infrastruktur Internet bagi
dunia pendidikan dalam diperoleh secara gratis di,

• http://www.bogor.net/idkf
• http://opensource.telkomspeedy.com/speedyorari/
atau langsung kepada penulis di onno@indo.net.id.

Walaupun secara finansial & teknologi sangat memungkinkan, ada dua (2) hal yang sangat menghambat
perkembangan keberadaan Infrastruktur Internet untuk dunia pendidikan, yaitu:

• Pimpinan yang lambat berfikir, dan lambat bereaksi terhadap perkembangan. Biasanya
pimpinan tipe ini, takut atau tidak mau bergerak sebelum ada perintah dari DIKNAS.
• Keberadaan teknisi, ahli yang mengerti menginstalasi, mengoperasikan dan memelihara infrastruktur
Internet.
Khusus untuk point yang ke dua, sebetulnya kalau saja mau membaca-baca (Iqra) berbagai buku
komputer yang ada di Gramedia sebetulnya tidak terlalu sukar untuk memperoleh keahlian yang
dibutuhkan. Alternatif lain, jika telah terkait ke Internet, pengembangan keilmuan dapat dilakukan dengan
cara aktif berpartisipasi dalam banyak mailing list yang membahas masalah Internet & keilmuan.

Mailing List Yahoogroups.com

e-mail merupakan alat yang paling sederhana & paling murah untuk berpartisipasi di Internet. E-
mail bahkan jauh lebih murah dibandingkan akses Web. Bagi veteranInternet, umumnya akses e-
mail menjadi lebih penting dibandingkan akses Web karena dengan e-mail kita bisa berinterkasi langsung
dengan teman-teman di seluruh dunia dan membangun komunitas & masyarakat yang sangat penting
artinya bagi pergerakan masyarakat Internet di seluruh dunia. Seperti di jelaskan di atas bahwa akses e-
mail bisa di peroleh seharga Rp 1000 / bulan s/d Rp. 10.000 / semester di sekolah-sekolah atau di pusat-
pusat massa seperti di warnet.

Dengan bermodalkan akses e-mail yang murah ini maka komunitas diskusi di Internet dapat di bangun
dengan mudah. Mailing list digunakan sebagai dasar utama tempat diskusi menggunakan e-
mail di Internet. Pada dasarnya mailing list bekerja dengan konsep yang sangat sederhana, seorang
pengguna cukup mengirimkan E-mail ke satu alamat E-mail untuk kemudian di sebarkan ke semua
member mailing list yang tergabung / berlangganan ke alamat E-mail tersebut. Bayangkan bagi seorang
yang sedang kesulitan masalah komputer kemudian mengirimkan pertanyaan melalui E-mail ke mailing
list tempat berkumpul para hackers, dapat diharapkan bahwa kemungkinan satu-dua orang hackers
mengetahui jawaban dari permasalahan yang dihadapi. Akhirnya dengan segera solusi dari masalah yang
dihadapi dapat dipecahkan dalam waktu yang singkat (mungkin diperlukan beberapa jam).

Mailing list beroperasi 24 jam tanpa henti sepanjang tahun, mari kita bayangkan bersama apa yang
terjadi jika kita melakukan diskusi secara terus menerus tanpa henti. Jika seseorang secara terus menerus
secara serius dalam selang waktu yang lama (beberapa bulan bahkan tahun) - dapat diharapkan orang
tersebut akan menjadi “ahli” dalam bidang yang didiskusikan tersebut. Artinya mailing list merupakan
sebuah media effektif untuk proses pendidikan khususnya untuk melakukan transfer tacit knowledge.

Salah satu tempat mailing list gratisan di Internet yang sangat favorit di antara semua
pengguna Internet di Indonesia adalah Yahoogroups.com. Yahoogroups.com dapat di akses
melalui Web padahttp://groups.yahoo.com atau melalui e-mail ke alamat-mailinglist@yahoogroups.com.

Di akhir tahun 2001, Onno W. Purbo sempat mengevaluasi 30195 (60.5%) dari total 49913 mailing
listIndonesia di Yahoogroups.com. Dari sekian banyak mailing list yang ada ternyata hanya ada 1247
(4.2%)mailing list yang beranggotakan cukup banyak (di atas 100). Ternyata sebagian besar (28.1%)
memang digunakan untuk bersilaturahmi antar teman, alumni, keluarga. Kegiatan belajar menduduki
peringkat kedua (20.6%), di susul oleh diskusi masalah usaha & bisnis (15.4%). Terlihat jelas bahwa
sebetulnya kegiatan belajar mengajar merupakan aktifitas yang lumayan favorit di dunia Internet yang
dijalankan secara informal melalui mailing list.

Perpustakaan Digital

Salah satu alat yang paling sederhana untuk memanage pengetahuan adalah perpustakaan digital.
Sebuah perpustakaan digital, secara sederhana terdiri dari sebuah server Web yang menjalankan aplikasi
untuk memanaje dokumen.

Program server Web yang banyak digunakan adalah apache, yang merupakan program public domain
yangn dapat diperoleh secara gratis di Internet. Untuk melakukan manajemen dokumen / buku elektronik
biasanya diperlukan program basis data. Umumnya digunakan program basis data MySQL yang lagi-lagi
dapat diperoleh secara gratis di Internet. Sebetulnya bagi
pengguna Linux baik apache maupun MySQL biasanya sudah tersedia secara gratis di CD distribusi Linux.

Tinggal yang perlu di sediakan adalah program untuk berinteraksi antara pengguna, pustakawan dengan
mesin web dan basis data di belakangnya. Software perpustakaan open source yang mulai banyak
digunakan di Indonesia belakangan ini adalah Senayan yang di kembangkan oleh para pustakawan
di DIKNAS.Source code Senayan dapat di ambil dari http://senayan.diknas.go.id. Senayan antara lain
digunakan di,
1.Perpustakaan Departeman Pendidikan Nasional http://perpustakaan.diknas.go.id/
2.Perpustakaan Teknik Geologi UGM http://geologi.ugm.ac.id/lib/
3.Perpustakaan SMA 1 Pare Kediri http://elibrary.sman1pare.sch.id/
4.Perpustakaan Universitas Surakarta http://pustaka.unsa.ac.id/
Pada masa lalu dan tampaknya belakangan juga masih di kembangkan adalah Ganesha Digital
Library (GDL) yang dikembangkan oleh Knowledge Management Research Group (KMRG)
di ITB kmrg@kmrg.itb.ac.id. Program ini mampu untuk membangun sebuah perpustakaan digital yang
berisi koleksi digital, maupun untuk membangun jaringan antar perpustakaan membentuk sebuah
knowledge infrastructure. Perlu dicatat disini bahwa perpustakaan digital ini tidak hanya untuk institusi,
sekolah, universitas, atau kantor saja, tapi juga untuk perorangan.

Yang agak revolusioner dari Ganesha Digital Library (GDL) ini adalah program yang mereka kembangkan
di lepaskan secara gratis (cuma-cuma) ke public domain sehingga semua orang dapat mengcopy
program-nya termasuk source code-nya. Biasanya dapat di check melalui situs mereka
di http://digilib.itb.ac.id. Belakangan tampaknya situs ini tidak terlalu aktif.

Platform e-learning

Tulisan singkat ini akan me-review beberapa aplikasi Content Manajemen System (CMS) yang mungkin
akan dapat membantu pembuatan server lokal di sekolah-sekolah.

[edit]Software Content Management System


Situs favorite saya untuk memperoleh tool / software aplikasi yang dibutuhkan untuk membangun
Content Management System (CMS) adalah situs Open Source CMS http://www.opensourcecms.com.
Beberapa ciri khas menarik dari situs Open Source CMS, software / tool yang ditawarkan semua open
source jadi dapat diambil gratis, termasuk source code-nya, rata-rata dalam di operasikan di Linux &
Windows. Walaupun dalam kenyataannya agak relatif lebih sukar di operasikan di Windows. Situs Open
Source CMS juga memungkinkan kita untuk mencoba demo masing-masing software CMS secara live /
online. Jadi kita dapat mengevaluasi terlebih dulu apakah tool / aplikasi tersebut cocok dengan yang kita
butuhkan atau tidak, sehingga tidak salah dalam mengambil / mendownload nantinya.

Karena sifatnya open source, umumnya tool CMS ini berbasis Web. Umumnya bukan berupa program
yang masif yang di jalankan di sistem operasi. Tapi lebih berupa PHP Script yang di install di halaman
Web. Oleh karena itu keberadaan Web server menjadi penting adanya.

Secara umum aplikasi dari CMS dapat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu, Portal, Blogs, e-commerce,
Groupware, Forum, e-learning, Image gallery, Wiki, Lite, & Knowledge management. Fokus dari masing-
masing kategori adalah sebagai berikut,

• Portal - tool ini memudahkan kita untuk memanaje berita, artikel, tulisan, mengumpulkan pendapat
(polling). Contoh sebuah portal adalah detik.com.
• Blogs - merupakan tool yang cukup populer khususnya untuk diary virtual seseorang. Walaupun tentunya
bisa digunakan untuk apa saja, misalnya mengemukakan pendapat, menceritakan pengalaman,
mengemukakan sebuah pemikiran, dll. Yang menarik dari blog, memungkinkan untuk saling link atau
saling mendukung satu sama lain hingga akhirnya dapat menjadi alternatif sumber informasi di Internet
yang sifatnya sangat perorangan & bebas.
• Groupware - merupakan kumpulan tool yang dapat digunakan untuk kerjasama kelompok, misalnya setup
agenda rapat, kalender kelompok dll.
• Forum - adalah tool tempat diskusi, dimana kita dapat berdiskusi melalui Web.
• E-Learning - adalah tool untuk memfasilitasi proses belajar mengajar di sekolah / kampus melalui Web,
• Image Galleries - adalah tool album foto di Web.
• Wikis - adalah tool untuk membangun naskah secara kolaboratif, hingga dapat menjadi ensiklopedia di
Internet.
Ciri khas software-software ini sama, rata-rata semua berbasis Web sehingga sangat mudah
pengelolaannya di sebuah corporate tidak perlu menginstall apapun di sisi pengguna. Semua software
dan data tersimpan di server Web, sehingga lebih mudah manajemen & maintenance-nya.

Daftar panjang program CMS open source dapat di lihat di http://www.opensourcecms.com. Ada banyak
aplikasi yang di kembangkan pada masing-masing kategori. Kategori Portals (CMS) merupakan kategori
yang mempunyai paling banyak aplikasi open source-nya seperti BitWeaver, CivicSpace, Clever Copy,
CMS Made Simple, Contenido, DEV, Dragonfly CMS, Drupal, e107, EcwCMS, Exponent, eZ Publish,
Fundament, Geeklog, Jaws, JetBox, Joomla, Jupiter, Mambo, MDPro, MODx, Netious, OneCMS, Ovidentia,
Papoo, PHP-Fusion, PHP-Nuke, phpComasy, phpSlash, phpWebSite, PHPX, PLUME CMS, Postnuke, Props,
SPIP, Tiki CMS/Groupware, toendaCMS, Typo3, Website Baker, Xaraya, XOOPS, dan YACS!. Beberapa yang
terbaik dan sering digunakan oleh adalah Drupal, Joomla dan Mambo.

Pada kategori Blog, aplikasi yang ada antara lain adalah b2evolution, bBlog, BirdBlog, BLOG:CMS, Blur6ex,
boastMachine, Dotclear, Loudblog, Nucleus CMS, Pixelpost, sBlog, Serendipity, Simplog, Textpattern,
TruBlog, Wheatblog, dan WordPress. Yang termasu cukup simpel dan mudah digunakan adalah WordPress.

Untuk kategori Forum diskusi melalui web, aplikasi yang ada antara lain adalah FUDForum, miniBB, MyBB,
Phorum, phpBB, PunBB, SMF, UNB, UseBB, Vanilla, W-Agora, dan XMB.

Bagi mereka yang ingin membuka toko di Internet, aplikasi dalam kategori e-commerce akan membantu.
Beberapa diantaranya adalah osc2nuke, osCommerce, phpShop, dan Zen Cart. Mungkin yang sering
dipakai adalah osCommerce dan Zen Cart.

Untuk aplikasi Groupware, aplikasi yang ada antara lain adalah ACollab, dotProject, eGroupWare,
NetOffice, dan phpGroupWare.

Untuk aplikasi e-Learning ada beberapa software yang menarik yaitu ATutor, Dokeos, Interact, Moodle,
dan Site@School. Software favorit untuk e-learning adalah Moodle.

Untuk menyimpan foto / Image Galleries ada beberapa aplikasi seperti Coppermine, DAlbum, Gallery,
Gallery 2, LinPHA, MG2, Plogger, Singapore, Snipe Gallery, SPGM, WEBalbum, dan yappa-ng.

Untuk membangun Ensiklopedia atau di kenal sebagai Wiki, aplikasi yang ada antara lain adalah
DokuWiki, ErfurtWiki, MediaWiki, phpWiki, PmWiki, QwikiWiki, UniWakka, WackoWiki, Wikepage, WikkaWiki,
dan WikkiTikkiTavi. Aplikasi yang sering digunakan adalah TikiWiki.

Bagi mereka yang menginnginkan CMS yang sederhana, ada beberapa software CMS sederhana seperti
AngelineCMS Lite, CuteNews, Etomite, EyeOS, GuppY, Limbo, Pivot, ReloadCMS, SAPID, sNews, dan TML.
Beberapa software CMS seperti KnowledgeTree, Owl, phpmychat, SugarCRM, Webcalendar menjadi
menarik misalnya untuk membangun perpustakaan atau dokumen manajemen.

[edit]Teknik Instalasi Open Source CMS


Instalasi perangkat open source CMS ini biasanya tidak terlalu sulit. Beberapa tahapan sederhana yang
perlu dilalui. Persiapan software yang perlu di install sebelum menginstalasi software CMS,

1. Install Linux.
2. Install Web server yang di lengkapi kemampuan untuk PHP.
3. Install database server, salah satu yang sering digunakan adalah MySQL.
Pada saat proses instalasi software CMS biasanya yang di perlukan adalah

1. Membuat database di software database MySQL, di sertai username dan password untuk mengaksesnya.
2. Buka software CMS di folder tempat file Web, biasanya di /var/www/html.
3. Software CMS dapat diakses melalui http://localhost atau http://ip-address-mesin-anda.
Selesai sudah proses instalasi software CMS.
Biasanya pada saat pertama kali masuk ke Web CMS, kita diberi menu untuk mengkonfigurasi awal
dari CMS tersebut. Biasanya semua tabel akan di sisikan secara automatis oleh CMS, dan kita di minta
untuk menset username dan password administrator dari CMS tersebut. Selesai sudah proses konfigurasi
dan instalasi awal dari CMS.

Selanjutnya adalah mengunakan CMS tersebut. Biasanya tidak terlalu sulit untuk
menggunakan CMS tersebut karena rata-rata sudah amat sangat di bantu oleh menu-menu pembantu.

OpenUSS

Sisi lain dunia pendidikan, atau e-learning adalah masalah administrasi akademis. Seperti alokasi waktu
pengajar, jadwal, nilai dll. Untuk itu biasanya kita membutuhkan banyak alat bantu yang dapat
mengeffisienkan administrasi, dan proses interaksi belajar mengajar.

Salah satu perangkat lunak yang mungkin membantu mengeffisienkan proses belajar adalah OpenUSS
(Open University Support System) yang dikembangkan di Jerman. Tampaknya OpenUSS di motori oleh
orang Indonesia yang sedang belajar di Jerman, terlihat dari nama-nya di e-mail address salah satu
pembuatnya adalah dewanto@uni-muenster.de.

OpenUSS pada dasarnya berusaha mengkaitkan antara sekolah, swasta (perusahaan), universitas, dan
komunitas berbasis Internet dengan menggunakan berbagai infrastruktur telekomunikasi yang ada.

Untuk melakukan proses-nya pengguna dapat mengakses teknologi OpenUSS menggunakan berbagai
media komunikasi yang ada baik handphone, LAN yang terkait pada Internet.

Pada dasarnya ada dua (2) fasilitas utama, yaitu, komponen dasar, seperti pengajar, mahasiswa, asisten,
semesteran, mata kuliah, registrasi mahasiswa, dan fasilitas pengembangan (extension), seperti quiz,
chat, diskusi, akses web, kuliah, daftar link untuk referensi dll.

Bagi mereka yang ingin melihat OpenUSS in action, dapat dilakukan melalui Internet melalui
Web http://www.openuss.de. Terlihat dari domain yang digunakan bahwa openuss di kembangkan di
Jerman.

Pada platform OpenUSS.de kita dapat memperoleh beberapa fasilitas untuk melakukan interaksi e-
learning. Bagi pengguna serius, ada baiknya untuk meregistrasi diri-nya pada www.openuss.de ini dan
memperoleh account untuk dapat login dan menggunakan fasilitas yang ada.

Seperti hal-nya perangkat lunak open source lainnya, OpenUSS tersedia beserta source code-nya dan
dapat di ambil melalui Web padahttp://sourceforge.net/projects/openuss/. Tersedia lengkap source code
untuk developer, program untuk pengguna biasa, beserta manual-nya baik untuk developer maupun
pengguna biasa. Memang harus di akui file source code OpenUSS cukup besar sekitar 25-30Mbyte
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengambilnya dari Internet. Program tersebut
tampaknya di bangun berbasis teknologi Java.
Konsekuensi Infrsatruktur Cyber Dalam Kehidupan Bernegara

Transparansi Dialog Bangsa Menuju Demokratisasi

Salah satu hal mendasar yang terjadi dengan adanya teknologi informasi, setiap orang akan memiliki hak
yang sama dalam waktu serentak. Bayangkan, jika infrastruktur cyber telah menyebar secara merata ke
setiap orang di Indonesia, maupun dunia, konsekuensi yang harus di tanggung cukup dahsyat –
mekanisme perwakilan, mekanisme partai, mekanisme pemilu menjadi usang, dan harus di tinggalkan
jauh-jauh. Gilanya, tidak perlu lagi adanya mekanisme proses perwakilan dalam menyuarakan
pendapatnya.

Jangan kaget jika saya pribadi tidak percaya dengan mekanisme perwakilan, kepartaian, pemilu yang ada
di Indonesia saat ini, apalagi dengan banyaknya manipulasi politik & money politik.

[edit]Transparansi Dialog Bangsa Menuju Demokratisasi


Secara teknologi terus terang tidak ada yang terlalu baru dalam tulisan ini. Saya hanya mencoba
menjahit / merakit beberapa teknologi yang sebetulnya sudah dikenal oleh rekan-rekan media dengan
tujuan utama mempercepat proses interaksi / alih informasi / alih pengetahuan di dalam bangsa
Indonesia ini. Proses dialektika akan menjadi lebih cepat dengan percepatan platform interaksi internal
bangsa untuk menjadikan-nya ke tingkat yang lebih baik. Dalam bahasa sederhananya sebetulnya
dimungkinkan membangun sebuah sistem Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tandingan berbasis
media informasi yang memungkinkan fasilitasi ekspresi anak bangsa bahkan jika perlu tanpa melalui
wakil-wakil-nya dan juga tidak seperti sekarang ini yang terkadang harus berhadapan dengan PHH dalam
proses penyampaian aspirasinya.

Karena mekanisme perwakilan menjadi usang, mungkin lebih tepat di sebut Majelis Rakyat (MR) maupun
Dewan Rakyat (DR) melalui teknologi informasi.

Filosofi dan pemilihan program / fokus substansi isi yang baik akan menjadi kunci sukses dari sistem yang
dikembangkan. Filosofi yang mendasari model sistem yang ingin di usulkan ambil dari knowledge
management yang pada dasarnya berusaha untuk mengatur tiga (3) tipe pengetahuan, yaitu, tacit
(implicit) knowledge, explicit knowledge dan potensial knowledge.

Knowledge management harus dapat memfasilitasi ke tiga tipe pengetahuan ini. Tacit knowledge di
fasilitasi melalui fasilitas diskusi, kerjasama, talkshow. Explicit knowledge di fasilitasi melalui database
server, web, digital library. Potential knowledge di fasilitasi melalui kerjasama dengan lembaga yang
mampu melakukan analysis yang mendalam. Berbeda dengan masyarakat tradisional atau masyarakat
yang berada dibawah nuansa represif penguasa - dalam knowledge based society, informasi /
pengetahuan pada dasarnya tidak mungkin dipegang / dikuasai oleh hanya satu orang / kelompok saja.
Masing-masing kelompok / anak bangsa pasti memiliki pengetahuan sekecil apapun – konsep ini dikenal
sebagai distributed knowledge. Aksi represif hanya akan terjadi pada saat dalam masyarakat terjadi gap-
gap informasi dan gap pengetahuan.

Fasilitasi agar tacit knowledge / implicit knowledge bangsa dapat di manfaatkan semaksimal mungkin
maka proses dialog interaktif yang effisien menjadi sangat penting. Dialog interaktif memungkinkan
transfer tacit knowledge antar anak bangsa yang pada akhirnya meningkatkan pemahaman / perspektif
dan tingkat pendidikan bangsa secara keseluruhan. Kenaikan pemahanan perspektif secara total melalui
proses dialog interaktif pada akhirnya memicu demokratisasi di Indonesia.

Berbeda dengan filosofi yang banyak mendasari berbagai media massa yang digunakan saat ini, yaitu
umumnya proses transmisi informasi harus dilakukan secara sinkron dan lebih satu arah (asimetrik).
Media baru memungkinkan terjadi arus informasi yang tidak sinkron (asinkron) dan lebih simetrik dengan
memperlebar selebar-lebarnya fasilitas umpan balik yang ada. Kemampuan transmisi informasi sinkron
berbarengan dengan pelebaran media umpan balik menjadi kunci keberhasilan proses dialog interaktif
internal bangsa menuju tahap demokratisasinya.

Model umum sistem yang di usulkan merupakan sebuah sistem umpan balik dengan platform knowledge /
informasi sebagai pusat-nya. Knowledge Platform dibangun dalam distributed Internet based knowledge
servers. Tidak harus berpusat di badan pemerintah malahan sebaiknya dapat tersebar di berbagai media
dengan metoda transaksi yang di sepakati. Informasi / knowledge tersebut terkait dalam jaringan News
Network merupakan kesepakatan jaringan pertukaran informasi yang sifatnya reciprocal antar berbagai
media informasi (elektronik, cetak, web). Mekanisme umpan balik (feedback) di bangun oleh masyarakat
melalui infrastruktur informasi yang dimiliki apakah itu FAX, telepon, surat, e-mail,IRC dll. Hal ini
memungkinkan adanya polling pendapat masyarakat & melihat secara transparant aspirasi yang ada. Jika
SLJJ / SLI dirasakan mahal, teknologi Internet Telepon dapat menjadi solusi. Karena knowledge
infrastructure dibangun secara elektronik maka akses terhadap knowledge infrastructur yang ada –
harusnya dapat dengan mudah dilakukan secara elektronik oleh berbagai lembaga baik itu MPR, DPR,
Lembaga Pemerintah Lainnya, maupun lembaga-lembaga lain.

Cara paling sederhana yang mungkin dilakukan adalah fasilitasi diskusi / sarasehan yang di dukung
diskusi virtual yang berkelanjutan secara masif. Secara teknologi proses fasilitasi ini dapat secara
sederhana dibangun melalui berbagai mailing list elektronik di Internet. Sebagai contoh. di awal tahun
2000-an, ada 200+ mailing listdi server ITB dengan berbagai diskusinya. Yang perlu kita bina adalah
bagaimana supaya secara substantif fasilitasi yang dilakukan akan banyak bermanfaat, artinya kita perlu
mengajak para informal leader yang banyak di Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai diskusi
/ sarasehan yang di adakah pada fokus-fokus group diskusi yang dibangun. Keberadaan platform
informasi yang cepat akan menyebabkan struktur bangsa menjadi lebih datar (flat). Artinya setiap anak
bangsa mempunyai hak yang sama dalam menerima informasi dan memberikan pendapat. Fasilitasi
terhadap persamaan hak tersebut menjadi sangat penting dan memicu proses pen-datar-an struktur
bangsa. Pada sisi ekstrim pada saat struktur bangsa telah betul-betul datar – tidak perlu lagi adanya
proses perwakilan dalam bermusyawarah, setiap anak bangsa memiliki satu suara yang sah.

Pada masa transisi teknologi dimana hanya sebagian anak bangsa yang terkait ke media informasi cepat,
kita dapat memodifikasi talk-show di media elektronik yang merupakan program standar yang berkaitan
dengan fasilitasi aspirasi publik. Sebuah acara talk-show di media elektronik TV / Radio dapat dibuat
asinkron & lebih memfasilitasi aspirasi publik dengan dibantu media asinkron seperti Internet dengan
skenario tambahan, seperti, sebelum acara talk-show dimulai – bahan bacaan / perdebatan dapat jauh-
jauh hari di lemparkan ke masyarakat melalui media Web / cetak agar masyarakat dapat membaca
konsep masing-masing pemrasaran dan dapat mengajukan pertanyaan melalui media umpan balik yang
dimilikinya. Semua interaksi dapat di catat dalam server untuk catatan pada acara talk-show. Pada saat
acara talk-show – Secara life para pembicara on-line melalui media elektronik & Web / Internet. Interaksi
melalui media umpan balik dapat dilakukan secara life baik itu IRC & telepon. Sesudah acara talk-show –
Karena waktu yang sangat singkat hasil / rekaman talk-show dapat di simpan dalam Web untuk di retrieve
secara asinkron melalui media Internet. Diskusi dapat terus berlanjut dalam media diskusi virtual. Contoh
talk-show yang terintegrasi seperti ini pernah di lakukan di Indonesia, pada saat ITB memilih ketua ikatan
alumni-nya, pada saat itu proses mimbar bebas yang di siarkan secara langsung melalui NetShow di
Internet di barengi interaksi lokal di mimbar maupun di Internet melalui IRC & e-mail.
Untuk menambah nilai pengetahuan yang dihasilkan proses analisis harus dimasukan ke dalam proses
secara keseluruhan. Seluruh rekaman hasil diskusi, talk-show dll haruslah di eksposisi ke dunia pendidikan
tinggi sebagai bahan mentah dalam analisis yang lebih mendalam di pandang dari berbagai sudut
pandang. Kerjasama dengan berbagai peneliti di berbagai perguruan tinggi akan menjadi kunci
keberhasilan dalam mentransformasi potensial knowledge yang ada menjadi pengetahuan yang berguna.
Digital Library di perguruan tinggi yang sudah berjalan saat ini yang dikaitkan kedalam infrastructur
pengetahuan yang dibangun menjadi kunci sukses percepatan peningkatan nilai pengetahuan yang
dihasilkan.

Semua yang dituliskan di sini sebetulnya telah berjalan dengan baik, hanya umumnya masih bersifat
terpisah satu dengan yang lain sehingga perlu kesepakatan semua pihak untuk bekerjasama yang saling
menguntungkan untuk membangun media dialog interaktif bangsa – yang bukan tidak mungkin menjadi
sebuah Majelis Rakyat (MR) virtual.

Konsekuensi Mekanisme Struktur Masyarakat berbasis Internet

Jika anda telah biasa berdiskusi di mailing list di Internet, mungkin akan sangat terasa sebuah budaya
yang mungkin jarang terjadi di dunia biasa. Dalam forum diskusi di Internet akan sangat terasa bahwa:

• Informasi menjadi lebih terbuka.


• Kecenderungan untuk menutup-nutupi pengetahuan yang dimiliki menjadi berkurang – karena hanya
orang yang rela memberikan pengetahuan kepada khalayak banyak yang akan dipandang oleh yang lain.
Rasa kekeluargaan sangat lah erat, kira-kira mirip dengan jaman breaker di tahun 70-80-an.

• Seseorang akan di akui keberadaannya karena kontribusi & bantuan-nya ke masyarakat banyak. Bottom-
line-nya hanya amal & ibadah seseorang kepada masyarakat banyak yang akan menentukan
penghargaan kepada seseorang.
• Seseorang tidak akan dihargai di Internet hanya karena jabatannya di dunia nyata. Tidak perduli apakah
itu menteri atau presiden. Hal ini sudah kejadian di mailing list telematika@yahoogroups.com dimana
seorang menteri kabinet GusDur mengundurkan diri dari diskusi di Internet.
Dari penjelasan sepintas ini sebetulnya dapat di ambil inti filosofi masyarakat internet yang berbasis
interaksi dua (2) arah, sebagai:

• Setiap orang mempunyai kesempatan & hak yang sama dengan berpartisipasi dengan dunia informasi.
Dalam bahasa politiknya di Internet hanya mengenal “one man one vote” – tidak dikenal pola-pola
perwakilan seperti yang ada di dunia nyata. Hal ini kejadian dalam pembentukan Asosiasi Warung
Internet (AWARI).
• Masyarakat Internet dibentuk bukan oleh tatanan struktur & jabatan, tapi oleh fungsi, kepakaran,
kontribusi dari para anggota masyarakatnya. Hal ini tampak jelas dalam berbagai diskusi di mailing list.
• Struktur & jabatan di dunia nyata tidak berpengaruh apa-apa di Internet, setiap orang adalah sama &
sejajar di Internet, tidak lebih tidak kurang.
Sisi Ekstrim Konsekuensi Internet di Indonesia

Jika saja semua program pemberdayaan masyarakat Indonesia yang dilakukan oleh para
sukarelawan AWARI, KPLI, APJII, JII berhasil dengan baik. Di tahun 200x kita melihat 200 juta bangsa
Indonesia ada di Internet – apa yang akan terjadi dengan bangsa ini? Beberapa hal yang akan menarik
untuk di simak:

• Bangsa Indonesia saat itu pasti tidak lagi berjuang menggunakan otot-nya tapi lebih bertumpu pada otak-
nya. Bukan mustahil tawuran, penodongan, pemerkosaan dll akan berkurang banyak.
• GNP & GDP Indonesia akan meningkat tajam. Nilai tambah yang besar akan tumbuh dengan sendirinya
dari added value yang diberikan oleh massa berpengetahuan tinggi ini.
• “one man one vote” – fungsi “P” di DPR & MPR menjadi dipertanyakan? Jadi apakah kita masih
memerlukan DPR & MPR? Mekanisme kepartaian menjadi dipertanyakan? Masih perlukah itu semua?
Apakah tidak lebih mengkotak-kotakan bangsa ini?

Siapkah bangsa ini untuk pola yang amat sangat transparan ini? Bayangkan:

• Jika seseorang pejabat / lembaga melakukan kesalahan sekecil apapun, maka kritikan akan langsung
dapat secara bertubi-tubi dalam media yang terbuka di Internet.
• Jika ada pejabat yang kurang mampu & kurang tanggap, maka dengan sangat mudah di audit oleh
masyarakat banyak dari cara menanggapi masalah-nya di depan umum.
• Mampukah para petinggi melakukan debat di publik? Yang membutuhkan kemampuan, intelektualitas
yang tinggi. Publik Internet berbeda dengan publik biasanya karena orang di Internet umumnya orang
yang berpendidikan tidak bisa sembarangan di kelabuhi.
• Sangat mudah membeberkan sebuah perkara ke masyarakat dengan men-scan semua bukti dan di
hosting di situs Web atau di forward ke semua mailing list. Masyarakat akhirnya yang akan menjadi
hakim, masyarakat Internet akan menentukan siapa yang benar & yang salah. Di tahun 2000-2001-an,
hal ini telah terjadi & saya lakukan pada kasus pelanggaran hak azasi manusia yang menimpa istri saya
oleh kantor-nya Natural Resources Management Program (NRM) yang biayai oleh USAID (Amerika Serikat).

Pada sisi yang lebih positif:

• Transparansi ilmu pengetahuan menjadi lebih mudah & murah. Akhirnya masyarakat dapat membangun
sendiri dengan swadaya masyarakat & mandiri. Utangan ke Bank Dunia, ADB & IMF menjadi tidak relevan.
• Konsep pemberdayaan masyarakat & community based development menjadi sangat dominan. Akan
dipertanyakan pola-pola lama dalam pembangunan di Indonesia seperti pilot project & proyek top-
down yang memposisikan pemerintah sebagai player pembangunan Indonesia bukan fasilitator dengan
konsekuensi banyaknya KKN & kegagalan dalam kelanjutan proyek untuk bisa mandiri.
Strategi Perang Informasi

Sun Tzu seorang pemikir Cina ribuan tahun yang lalu dalam bukunya The Art of War menulis,

". . . attaining one hundred victories in one hundred battles is not the pinnacle of excellence.
Subjugating the enemy's army without fighting is the true pinnacle of excellence."

Dalam bahasa sederhana bisa diartikan, tidak ada yang istimewa dalam memenangkan ratusan
pertempuran di ratusan medan perang. Tetapi - mengalahkan musuh tanpa melepaskan peluru &
bersimbah darah – itu baru istimewa! Hanya segelintir manusia yang mampu melakukan hal ini dengan
baik di seluruh dunia.

Dalam teknik pertempuran konvensional misalnya di TNI maupun gerilyawan Taliban, bertumpu pada
kemampuan manuver pasukan, serbu (serang / strike), proteksi (bertahan) di dukung oleh logistik.
Pertempuran sangat bersifat fisik. Kegagalan dapat berkonsekuensi kematian & kehancuran.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, lini pertempuran akan bergeser ke lini informasi. Bombardir
informasi akan membuat image yang tertanam di kawasan lawan & melemahkan posisi lawan. Teknik ini
sering dikenal sebagai information imperalism dalam strategi perang informasi. Ingat proses kekalahan
Indonesia diTimor Leste? Xanana yang dulu mendekam di penjara Indonesia, sekarang menjadi presiden
di Timor Leste – hmm itu sangat memalukan sebetulnya dari sisi strategi keseluruhan Indonesia. Sebelum
pertempuran fisik yang sesungguhnya, dalam waktu yang cukup lama kita di bombardir informasi yang
pada dasarnya membuat image bahwa Indonesia adalah tidak lebih daripada penjajah di Timor Leste.
Teknik counter-will dalam perang informasi banyak dimainkan secara cantik oleh pihak barat melalui
berbagai media massa (CNN dll), termasuk berbagai mailing list Internet yang menyebar secara sangat
effisien ke semua orang yang bisa akses informasi. Habibie salah perhitungan dan berani melakukan jajak
pendapat bagi rakyat Timor Leste.

Hal yang sama dengan Timor Leste akan dengan mudah terjadi di banyak tempat di Indonesia, di Aceh,
Papua, Ambon & Kalimantan. Secara internasional isu besar seperti Oshama bin Laden, Taliban, Iraq dll
hanya mungkin di menangkan jika pihak tertekan dapat bermain secara cantik di dunia informasi &
bermain dengan image.

Sialnya pihak Amerika dan negara barat pandai sekali memainkan strateginya di bidang perang informasi.
Perang informasi yang mereka lakukan lebih bersifat psychological warfare (perang psychologi). Yang
dapat berlangsung beberapa tahun sebelum perang fisik dilakukan (itupun jika dibutuhkan), jika ternyata
musuh dapat di taklukan tanpa perlu melakukan perang fisik ya tidak perlu lah perang fisik dilakukan.
Apalagi banyak negara barat berada di belakang Timor Leste & membuat image “takut” pada negara
Indonesia untuk jangan melawan & macem-macem. Teknik ini di kenal sebagai counterforces di strategi /
teknik perang informasi. Contoh real yang ada di depan mata adalah kasus Timor Leste, tidak banyak
perang fisik yang terjadi pada saat pengambil alihan Timor Leste oleh pihak barat dengan bendera PBB.
Belum lagi dalam kasus Taliban, hanya dengan media & opini, Oshama bin Laden menjadi orang paling
bersalah tanpa ada keputusan pengadilan internasional memutuskan dia bersalah

Lini perang informasi ternyata sangat lebar sekali, intinya hanya mereka yang mampu memproduksi
informasi & pengetahuan dalam jumlah besar di segala media / lini yang akan dengan mudah
mengalahkan pihak lawan. Pendudukan / penjajahan / serangan tidak lagi secara fisik tetapi secara
psychologi / pola pandang / mental. Contoh sederhana saja, anak-anak Indonesia akan dengan bangga-
nya makan di McDonnald, KFC atau mendengarkan musik rock, ke disko di bandingkan dengan jaipongan.
ABG & banyak orang akan dengan senang hati menonton The Corrs & mungkin membayar lebih mahal
daripada Krisdayanti & Ikke Nurjanah. Perlakukan para Satpam terhadap orang bule yang berpakaian
celana pendek, T-shirt kucel, sandal jepit akan sangat berbeda sekali dengan orang pribumi melayu
dengan pakaian yang sama. Paling menyebalkan kalau kita ke kedutaan Amerika Serikat, Satpam US
Embassy ini sepertinya lebih bule daripada bule & benar-benar melecehkan orang Indonesia yang mau
meminta Visa US padahal harus bayar mahal pula. Dari pola sederhana ini saja sudah terlihat sekali
bahwa sebuah image sudah tertanam baik-baik di benak orang melayu ini bahwa pribumi melayu inferior
dibandingkan bule. Mereka yang bekerja untuk bule (seperti Satpam di US Embassy) merasa jauh lebih
superior daripada melayu yang lain. Kondisi / teknik ini di kenal sebagai Kulturkampf dalam perang
informasi.

Pada tingkat yang lebih tinggi & perlu pengusaan seni perang informasi yang sangat halus dapat di cuplik
dari surat James Madison ke W.T. Barry tanggal 4 Agustus 1822 yang berbunyi:

"A popular Government, without popular information or the means of acquiring it, is but a
Prologue to a Farce or a Tragedy; or perhaps both. Knowledge will forever govern ignorance;
And a people who mean to be their own Governors, must arm themselves with the power
which knowledge gives."

Artinya pengetahuan & penyebaran informasi menjadi penting sekali bagi seseorang maupun pemerintah
untuk survive, menang & tetap berada di atas serta populer diantara yang di perintah-nya (bisa PNS
maupun rakyat). Kedewasaan, kelengkapan dalam berargumentasi, berdebat & transparansi dalam
kebijakan akan sangat tercermin dari tingkat penguasaan pengetahuan manusia yang berada di lembaga
pemerintahan. Sialnya di Indonesia pemerintah lebih banyak mengandalkan mekanisme kekuasaan,
perijinan, palak memalak, sogok menyodok, gusur mengusur daripada bertumpu pada kemampuan
pengetahuan SDM-nya. Yah wajar saja jika pemerintah kita menjadi tidak populer.

Kunci keberhasilan dalam melakukan manouver & perang informasi sebetulnya tidak banyak. Keberadaan
massa sumber daya manusia berkualitas yang mampu memproduksi pengetahuan & menyebarkannya di
masyarakat melalui berbagai channel yang dapat mereka akses akan menjadi kunci utamanya. Strategi di
dunia pendidikan untuk memperoleh massa SDM berkualitas menjadi sangat critical sekali dalam
keberhasilan perang informasi. Tentunya keberadaan sebanyak mungkin channel untuk menyebarkan
informasi menjadi telak. Dengan keadaan Indonesia saat ini, konsep media lokal, community
broadcasting, community media yang sifatnya swadaya masyarakat menjadi penting artinya untuk
ketahanan nasional secara keseluruhan.

Dalam dunia cyber, proses ketahanan nasional tidak lagi bertumpu pada aparat fisik berbasis ideologi
nasional seperti jaman Suharto dengan BP7 & P4-nya; tetapi bergeser pada keberadaan massa SDM
berkualitas yang di fasilitasi oleh platform media informasi untuk melakukan manouver informasi &
pengetahuan secara cepat.

Satu hal yang akan sangat menentukan dari masa depan kehidupan bernegara adalah pada tingkat
pimpinan dunia cyber. Kepemimpinan di dunia cyber tidak lagi dapat menggunakan paradigma-
paradigma lama. Seseorang yang kuat, dan sakti tidak cukup untuk dapat menjadi pemimpin masa
datang yang banyak bertumpu pada masyarakat pengetahuan. Seorang pemimpin dimasa datang
haruslah merupakan knowledge leader, berpengetahuan dan mempunyai integritas, dan karakter yang
solid. Proses pencapaian tingkat tertinggi dari tampuk pimpinan biasanya dilakukan melalui proses seleksi
alamiah yang sangat ketat yang berbasis pada konsensus masyarakat cyber, bukan pada mekanisme
perwakilan melalui partai politik yang banyak di manipulasi.
Hacker Sub-Kultur Dunia Cyber

Hirarki Hacker

Banyak artikel / tulisan di media tentang ‘hacker’, tapi tidak banyak yang membahas tentang budaya,
etika, aturan yang mengatur komunitas misterius ini. Sebuah masyarakat yang hanya ada & dikenal
diantara underground (demikian istilah mereka). Tulisan ini di sadur dari beberapa bahan di Internet
underground seperti tulisan Gilbert Alaverdian akan mencoba membahas hal-hal ini, agar masyarakat
umum dapat mengerti sedikit tentang sub-culture di dunia underground.

Di media & stereotype masyarakat tentang hacker adalah orang yang jahat dan suka merusak. Padahal
arti sebetulnya hacker adalah tidak seperti yang dibayangkan banyak orang. Stereotype ABG 15 tahun,
yang duduk di belakang komputer berjam-jam, masuk ke sistem dan men-delete atau menghancurkan
apa saja yang bisa mereka hancurkan – “anak” ini dikenal sebagai cracker bukan sebagai hacker. Cracker
ini yang sering anda dengar di berita / media, mematikan situs web, menghapus data dan membuat
kekacauan kemanapun mereka pergi.

Di dunia elektronik bawah tanah (underground) nama jarang digunakan. Orang biasanya menggunakan
nama alias, callsign atau nama samaran. Hal ini memungkinkan kita bisa menyamarkan identitas, dan di
kenali sesama underground. Beberapa nama populer diantara hacker Indonesia bisa dikenali seperti hC,
cbug, litherr, fwerd, d_ajax, r3dshadow, cwarrior, ladybug, chiko, gelo, BigDaddy, the_rumput_kering dsb..

Apakah perbedaan mendasar antara cracker & hacker? Di http://www.whatis.com, cracker di definisikan
sebagai

“seseorang yang masuk ke sistem orang lain, biasanya di jaringan komputer, membypass password atau
lisensi program komputer, atau secara sengaja melawankeamanan komputer. Cracker dapat
mengerjakan hal ini untuk keuntungan, maksud jahat, atau karena sebab lainnya karena ada tantangan.
Beberapa proses pembobolan dilakukan untuk menunjukan kelemahan keamanan sistem”

Hacker menurut Eric Raymond di definisikan sebagai programmer yang pandai. Sebuah hack yang baik
adalah solusi yang cantik dalam masalah pemrograman dan “hacking” adalah proses pembuatan-nya.
Menurut Raymond ada lima (5) karakteristik yang menandakan seseorang adalah hacker, yaitu:

• Seseorang yang suka belajar detail dari bahasa pemrograman atau system.
• Seseorang yang melakukan pemrograman tidak cuma berteori saja.
• Seseorang yang bisa menghargai, menikmati hasil hacking orang lain.
• Seseorang yang dapat secara cepat belajar pemrogramman.
• Seseorang yang ahli dalam bahasa pemrograman tertentu atau sistem tertentu, seperti “UNIX hacker”.
Yang menarik, dalam dunia hacker ternyata terjadi strata / tingkatan / level yang diberikan oleh komunitas
hacker kepada seseorang karena kepiawaiannya, bukan karena umur atau senioritasnya. Proses yang
paling berat adalah untuk memperoleh pengakuan / derajat / acknowledgement diantara masyarakat
underground, seorang hacker harus mampu membuat program untuk meng-eksploit kelemahan sistem,
menulis tutorial (artikel) biasanya dalam format ASCII text biasa, aktif diskusi di mailing list / IRC channel
para hacker, membuat situs web dsb. Entah kenapa warna background situs web para hacker seringkali
berwarna hitam gelap, mungkin untuk memberikan kesan misterius. Proses memperoleh
acknowledgement / pengakuan, akan memakan waktu lama bulanan bahkan tahun, tergantung ke
piawaian hacker tersebut.
Contents
• 1 Hirarki Hacker
• 1.1 Elite
• 1.2 Semi Elite
• 1.3 Developed Kiddie
• 1.4 Script Kiddie
• 1.5 Lamer
• 2 Pranala Menarik

Hirarki Hacker
Mungkin agak terlalu kasar jika di sebut hirarki / tingkatan hacker; saya yakin istilah ini tidak sepenuhnya
bisa di terima oleh masyarakat hacker. Oleh karenanya saya meminta maaf sebelumnya. Secara umum
yang paling tinggi (suhu) hacker sering di sebut ‘Elite’; di Indonesia mungkin lebih sering di sebut ‘suhu’.
Sedangkan, di ujung lain derajat hacker dikenal ‘wanna-be’ hacker atau dikenal sebagai ‘Lamers’.

Elite
Juga dikenal sebagai 3l33t, 3l337, 31337 atau kombinasi dari itu; merupakan ujung tombak industri
keamanan jaringan. Mereka mengerti sistem operasi luar dalam, sanggup mengkonfigurasi &
menyambungkan jaringan secara global. Sanggup melakukan pemrogramman setiap harinya. Sebuah
anugrah yang sangat alami, mereka biasanya effisien & trampil, menggunakan pengetahuannya dengan
tepat. Mereka seperti siluman dapat memasuki sistem tanpa di ketahui, walaupun mereka tidak akan
menghancurkan data-data. Karena mereka selalu mengikuti peraturan yang ada. Salah satu suhu hacker
di Indonesia yang saya hormati & kagumi kebetulan bekas murid saya sendiri di Teknik Elektro ITB, beliau
relatif masih muda sekarang telah menjadi seorang penting di Telkomsel.

Semi Elite
Hacker ini biasanya lebih muda daripada Elite. Mereka juga mempunyai kemampuan & pengetahuan luas
tentang komputer. Mereka mengerti tentang sistem operasi (termasuk lubangnya). Biasanya dilengkapi
dengan sejumlah kecil program cukup untuk mengubah program eksploit. Banyak serangan yang
dipublikasi dilakukan oleh hacker kaliber ini, sialnya oleh para Elite mereka sering kali di kategorikan
Lamer.

Developed Kiddie
Sebutan ini terutama karena umur kelompok ini masih muda (ABG) & masih sekolah. Mereka membaca
tentang metoda hacking & caranya di berbagai kesempatan. Mereka mencoba berbagai sistem sampai
akhirnya berhasil & memproklamirkan kemenangan ke lainnya. Umumnya mereka masih
menggunakan Grafik User Interface (GUI) & baru belajar basic dari UNIX, tanpa mampu menemukan
lubang kelemahan baru di sistem operasi.

Script Kiddie
Seperti developed kiddie, Script Kiddie biasanya melakukan aktifitas di atas. Seperti juga Lamers, mereka
hanya mempunyai pengetahuan teknis networking yang sangat minimal. Biasanya tidak lepas dari GUI.
Hacking dilakukan menggunakan trojan untuk menakuti & menyusahkan hidup sebagian pengguna
Internet.

Lamer
Mereka adalah orang tanpa pengalaman & pengetahuan yang ingin menjadi hacker (wanna-be hacker).
Mereka biasanya membaca atau mendengar tentang hacker & ingin seperti itu. Penggunaan komputer
mereka terutama untuk main game, IRC, tukar menukar software prirate, mencuri kartu kredit. Biasanya
melakukan hacking menggunakan software trojan, nuke & DDoS. Biasanya menyombongkan diri melalui
IRC channel dsb. Karena banyak kekurangannya untuk mencapai elite, dalam perkembangannya mereka
hanya akan sampai level developed kiddie atau script kiddie saja.

Sombong Sumber Kehancuran


Sombong merupakan salah satu sebab utama seorang hacker tertangkap. Mereka menyombongkan diri &
memproklamirkan apa yang mereka capai untuk memperoleh pengakuan dari yang lain. Hacker lain,
karena pengetahuan-nya masih kurang, biasanya akan memilih target secara hati-hati, tanpa terlihat,
diam-diam seperti siluman di kegelapan malam. Setelah melalui banyak semedi & membaca banyak
buku-buku tentang kerja jaringan komputer, Request For Comment (RFC) diInternet &
mempraktekkan socket programming. Semua ini tidak pernah diajarkan di bangku sekolah maupun kuliah
manapun. Secara perlahan mereka akan naik hirarki mereka sesuai dengan kemampuannya, tanpa
menyombongkan dirinya – itulah para suhu dunia underground yang sebenarnya.

Hacker Menolong Industri

Umumnya pembuat software akan sangat berterima kasih akan masukan dari para hacker, karena dengan
adanya masukan ini software yang mereka buat menjadi semakin baik. Memang kadang eksploit yang
dihasilkan para hacker tidak langsung diperoleh si perusahaan software, tapi ditahan oleh komunitas
underground ini – sampai digunakan oleh lamers & membuat kekacauan.

Salah satu bentuk kontribuasi yang paling besar dari para hacker ini terutama di dunia open
source, Linux dsb. Salah satu mesin yang paling banyak memuatsoftware open source buatan relawan ini
adalah http://www.sourceforge.net. Di Indonesia kita telah mengembangkan mesin sejenis pada
alamathttp://sourceforge.telkomspeedy.com.

Etika Hacker

Proses memperoleh pengakuan di antara sesama hacker tidak lepas dari etika & aturan main dunia
underground. Etika ini yang akhirnya akan membedakan antarahacker & cracker, maupun hacker kelas
rendahan seperti Lamer & Script Kiddies. Salah satu etika yang berhasil di formulasikan dengan baik ada
di buku Hackers: Heroes of the Computer Revolution, yang ditulis oleh Steven Levy 1984, ada enam (6)
etika yang perlu di resapi seorang hacker:

1. Akses ke komputer – dan apapaun yang akan mengajarkan kepada anda bagaimana dunia ini berjalan /
bekerja – harus dilakukan tanpa batas & total. Selalu mengutamakan pengalaman lapangan!
2. Semua informasi harus bebas, tidak di sembunyikan. Etika ini yang menjadi dasar berbagai lisensi
yang sifatnya terbuka, open source, seperti GNU, GPL, Apache License dll.
3. Tidak pernah percaya autoritas – percaya pada desentralisasi.
4. Seorang hacker hanya di nilai dari kemampuan hackingnya, bukan kriteria buatan seperti gelar,
umur, posisi, kekayaan atau suku bangsa.
5. Seorang hacker membuat seni & keindahan di komputer.
6. Seorang hacker percaya bahwa komputer dapat mengubah hidup kita menjadi lebih baik.

Etika di atas sebetulnya cukup sangat berbeda dengan dunia nyata, salah satu konsekuensi yang paling
mendasar yang di anut oleh banyak hacker adalah,

"hacker tidak percaya pada otoritas (penguasa), dan mereka hanya menghormati seseorang
karena keahliannya."

Aturan Main Hacker


Gambaran umum aturan main yang perlu di ikuti seorang hacker seperti di jelaskan oleh
Scorpiohttp://packetstorm.securify.com/docs/hack/ethics/my.code.of.ethics.html, yaitu:

• Di atas segalanya, hormati pengetahuan & kebebasan informasi.


• Memberitahukan sistem administrator akan adanya pelanggaran keamanan / lubang di keamanan
yang anda lihat.
• Tidak mengambil keuntungan yang tidak fair dari hack.
• Tidak mendistribusikan & mengumpulkan software bajakan.
• Tidak pernah mengambil resiko yang bodoh – selalu mengetahui kemampuan sendiri.
• Selalu bersedia untuk secara terbuka / bebas / gratis memberitahukan & mengajarkan berbagai
informasi & metoda yang diperoleh.
• Tidak pernah meng-hack sebuah sistem untuk mencuri uang.
• Tidak pernah memberikan akses ke seseorang yang akan membuat kerusakan.
• Tidak pernah secara sengaja menghapus & merusak file di komputer yang dihack.
• Hormati mesin yang di hack, dan memperlakukan dia seperti mesin sendiri.

Jelas dari Etika & Aturan main Hacker di atas, terlihat jelas sangat tidak mungkin seorang hacker betulan
akan membuat kerusakan di komputer.

Bagaimana proses hacking dilakukan?

Ah ini bagian paling menarik dalam dunia underground. Sebagian istilah teknis akan banyak digunakan
pada bagian ini, saya mohon maaf sebelumnya. Ada bermacam-macam teknik hacking, yang paling
menyebalkan adalah jika terjadi Distributed Denial of Service (DDoS) yang
menyebabkan server / komputer yang kita gunakan menjadi macet / mati. Terlepas dari masalah
menyebalkan, secara umum ada empat (4) langkah sederhana yang biasanya dilakukan, yaitu:

1. Membuka akses ke situs.


2. Hacking root (superuser)
3. Menghilangkan jejak.
4. Membuat backdoor (jalan belakang), untuk masuk di kemudian hari.
Hmmm bagaimana secara singkat lebih jauh proses hacking ini dilakukan? Untuk dapat mengakses ke
dalam sebuah situs biasanya melalui beberapa proses terlebih dulu, seperti hal-nya dinas intelejen, kita
harus tahu persis segala sesuatu tentang perusahaan & situs yang akan kita masuki, rencana melarikan
diri kalau ada apa-apa dsb. Proses intelejen ini dilakukan dalam tiga (3) tahapan besar, yaitu,

• footprinting
• port scanning
• network enumeration
Footprinting untuk mengetahui seberapa besar scope / wilayah serangan bisa dilihat dari berbagai file
HTML perusahaan tsb, perintah whois, host, dig, nslookup pada Linux untuk melihat scope host yang perlu
di serang / di amankan. Scanning untuk melihat servis apa saja yang ada di mesin-mesin tersebut,
topologi jaringan dsb. bisa dilakukan menggunakan perintah ping, traceroute, nmap, strobe, udp_scan,
netcat di Linux & terakhir Cheops untuk melakukan network mapping. Enumeration sistem operasi yang
jalan di server target apakah Windows NT/2000 / Linux / Netware. Program seperti snmputil, enum,
dumpsec, showmount, rcpinfo, finger menjadi sangat “handy”.

Setelah proses intelejen dilakukan dengan baik proses serangan dapat mulai dikerjakan. Seperti kita tahu,
umumnya berbagai perusahaan / dotcommers akan menggunakan Internet untuk,

1. hosting web server.


2. komunikasi e-mail
3. memberikan akses web / internet kepada karyawan-nya.
Pemisahan jaringan Internet dan IntraNet umumnya dilakukan dengan menggunakan teknik / software
Firewall dan Proxy server. Detail sepuluh (10) besar serangan di Internet bisa dibaca
di http://www.sans.org/topten.html. Melihat kondisi penggunaan di atas, kelemahan sistem umumnya
dapat ditembus misalnya dengan menembus mailserver external / luar yang digunakan untuk
memudahkan akses ke mail keluar dari perusahaan. Selain itu, dengan menggunakan agressive-SNMP
scanner & program yang memaksa SNMP community string dapat mengubah sebuah router menjadi
bridge (jembatan) yang kemudian dapat digunakan untuk batu loncatan untuk masuk ke dalam jaringan
internal perusahaan (IntraNet).

Agar hacker terlindungi pada saat melakukan serangan, teknik cloacking (penyamaran) dilakukan dengan
cara melompat dari mesin yang sebelumnya telah di compromised (ditaklukan) melalui program telnet
atau rsh. Pada mesin perantara yang menggunakan Windows serangan dapat dilakukan dengan
melompat dari program Wingate / proxy server; dapat melalui unauthenticated SOCKproxy port 1080 atau
open Web proxy port 80, 81, 8000, 8080. Daftar WinGate server di maintain oleh CyberArmy
di http://www.cyberarmy.com/wingate/.

Langkah selanjutnya, hacker akan mengidentifikasi komponen jaringan yang dipercaya oleh sistem apa
saja. Komponen jaringan tersebut biasanya mesin administrator dan server yang biasanya dianggap
paling aman di jaringan. Start dengan check akses & eksport NFS ke berbagai direktori yang kritis
seperti /usr/bin, /etc dan /home. Eksploitasi mesin melalui kelemahan Common Gateway Interface (CGI),
dengan akses ke file /etc/hosts.allow.

Selanjutnya hacker harus mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa ditaklukan. Hacker
bisa menggunakan program di Linux seperti ADMhack, mscan, nmap dan banyak scanner kecil lainnya.
Program seperti 'ps' & 'netstat' di buat trojan (ingat cerita kuda troya? dalam cerita klasik yunani kuno)
untuk menyembunyikan proses scanning. Bagi hacker yang cukup advanced dapat menggunakan
aggressive-SNMP scanning untuk men-scan peralatan dengan SNMP.

Setelah hacker berhasil mengidentifikasi komponen jaringan yang lemah dan bisa ditaklukan, maka
hacker akan menjalankan program untuk menaklukkan program daemon yang lemah di server. Cara
paling sederhana menggunakan script kiddies yang tersedia di Internet
di http://www.technotronics.com /http://www.hackingexposed.com seperti cgiscan.c, phfscan.c dsb.
Program daemon adalah program di server yang biasanya berjalan di belakang layar (sebagai daemon /
setan). Keberhasilan menaklukan program daemon ini akan memungkinkan seorang Hacker untuk
memperoleh akses sebagai ‘root’ (administrator tertinggi di server).

Untuk menghilangkan jejak, seorang hacker biasanya melakukan operasi pembersihan 'clean-up‘
operation dengan cara membersihkan berbagai log file. Program seperti zap, wzap, wted, remove akan
membantu. Walaupun simpel text editor seperti vi dapat juga melakukan pekerjaan itu. Jangan lupa
menambahkan program 'backdooring' dengan cara Mengganti file .rhosts di /usr/bin untuk memudahkan
akses ke mesin yang di taklukan melalui rsh & csh. Selanjutnya seorang hacker dapat menggunakan
mesin yang sudah ditaklukkan untuk kepentingannya sendiri, tapi seorang hacker yang baik akan
memberitahukan sistem administrator tentang kelemahan sistemnya & tidak akan pernah menjalankan
perintah ‘rm –rf / &’.

Oleh karena itu semua mesin & router yang menjalankan misi kritis sebaiknya selalu diperiksa
keamanannya & di patch oleh software yang lebih baru. Backup menjadi penting sekali terutama pada
mesin-mesin yang menjalankan misi kritis supaya terselamatkan dari ulah cracker yang men-disable
sistem dengan,

# rm –rf / &

Cukup banyak situs di Internet yang bisa menjadi basis pengetahuan underground, beberapa diantara-
nya berbahasa Indonesia seperti,

• http://www.jasakom.com
• http://www.xnuxer.or.id
Referensi terbaik mungkin bisa dibaca di berbagai situs di luar negeri
seperti http://packetstormsecurity.com, http://www.hackingexposed.com,http://neworder.box.sk, http://ww
w.sans.org, http://www.rootshell.com.
Software Hacking Favorit
Salah satu software hacking paling favorit adalah Backtrack yang berupa LiveDVD yang dapat langsung
digunakan dari DVD yang kita burn tanpa perlu di install dikomputer. Tempat mengambil backtrack dapat
diambil dari situs http://www.backtrack-linux.org/
Dunia pun Belajar Pada Kita, Bangsa Indonesia

Kiprah bangsa Indonesia dalam Teknologi Informasi

Berbicara teknologi informasi dari sisi teknologi tidak akan ada habisnya bahkan cenderung pesimis dan
merasa tertinggal. Perangkat keras / prosesor, kita mengenal teknologi Dual Core, Quad Core dsb. Pada
teknologi telekomunikasi, kita mengenal fiber optik. WiFi, WiMAX, 3G, 4G, Next Generation
Network (NGN), Wajanbolic e-goen, VoIP Rakyat yang dua (2) terakhir buatan anak bangsa. Pada teknologi
sistem operasi, kita mengenal Windows dan turunannya dan pesaingnya dari Open Source Software yang
lebih terbuka untuk pengembangan di Indonesia, seperti, Ubuntu, Fedora, Pinux, Xnuxer yang dua (2)
terakhir buatan anak bangsa.

Fenomena teknologi informasi sebetulnya sangat sederhana. Teknologi selalu berusaha lebih cepat
mengirim data, cepat menghitung, lebih besar kapasitas penyimpanan, lebih banyak layanan. Yang
menarik dari fenomena teknologi, semua kelebihan di barengi dengan semakin murah harga, sederhana,
mudah di operasikan, kecil peralatan. Ke dua (2) sisi teknologi yang saling berlawanan akan hanya dapat
terjadi secara bersamaan, jika dan hanya jika, ada pasar / demand / kebutuhan yang besar akan jasa
berbasis teknologi informasi. Industri teknologi informasi berbeda dengan banyak teknologi lainnya, yang
dapat di drive oleh proyek pemerintah, pabrikan, manufaktur. Industri teknologi informasi lebih banyak di
drive oleh pasar yang besar, skala ekonomi yang besar karena harganya sangat retail (eceran). Jelas
bahwa keberhasilan pembangunan pasar / demand menjadi kunci utama keberhasilan industri teknologi
informasi di dalam negeri. Kebanyakan kebijakan dan regulasi teknologi informasi sekarang lebih condong
pada sisi supply tidak terlalu berpihak pada rakyat / sisi demand

Pertanyaan yang membuat orang tergelitik,

“Apa kiprah bangsa Indonesia dalam Teknologi Informasi?”


Jawaban singkatnya – Ada dan Banyak. Betul, banyak sekali kiprah bangsa Indonesia dalam bidang
teknologi informasi, beberapa diantaranya bahkan menjadi contoh dunia, seperti, Wajanbolic e-
goen, RT/RW-net, WARNET, VoIP Rakyat. Jangan kaget, tidak ada jaringan RT/RW-net di dunia yang sebesar
Indonesia. Tidak ada jaringan WARNET yang besar di dunia, selain di Indonesia sedemikian terorganisir
melalui Asosiasi WARNET Indonesia (AWARI). Solusi Internet dan telekomunikasi murah menggunakan
teknologi Wajanbolic e-goen & VoIP Rakyat hanya ada di Indonesia.

Tidak mengagetkan, banyak para aktifis teknologi informasi Indonesia di undang memberikan workshop
di luar negeri karena dunia-pun memerlukan solusi yang banyak di praktekan oleh para aktifis IT
Indonesia. Saya pribadi telah beberapa kali memberikan workshop di Bangkok mengenai Next Generation
Network / 4Gkarena MENKOMINFO Thailand tertarik untuk mentransformasikan Thailand
menuju NGN / 4G, kebetulan tidak banyak ahli yang mengerti tentang NGN & 4G di Thailand sehingga
mereka memerlukan untuk memperoleh ilmu praktis tentang instalasi & konfigurasi NGN dari aktifis
Indonesia yang telah lama berjuang di lapangan. Dokumentasi inisiatif rakyat Indonesia yang sangat
membumi, tidak tergantung pada utangan Bank Dunia, IMF, dapat di baca pada Sejarah Internet
Indonesia

Anton Raharja Membangun Internet Telepon Rakyat

Telekomunikasi mau tidak mau menjadi kebutuhan utama diberbagai sendi kehidupan di Indonesia.
Keberhasilan membangun infrastruktur telekomunikasi yang murah. berkualitas menjadi dambaan. Mimpi
ini bukan hanya mimpi rakyat Indonesia, tapi juga banyak rakyat negara berkembang di dunia. Semua
orang di dunia sebetulnya mencari solusi untuk berkomunikasi murah.

Kita, bangsa Indonesia, harus bersyukur karena sejak tahun 2004-an Anton Raharja dari VoIP
Rakyat dengan alamat situs,

http://www.voiprakyat.or.id

telah berhasil membangun & mengoperasikan sentral telepon VoIP berbasis teknologi
telekomunikasi Next Generation Network (NGN) dan 4G (bukan 3G), yang di akses gratis
di Internet Indonesia. Sebetulnya sentral telepon VoIP Rakyat merupakan salah satu yang terbesar di
kawasan Asia Tenggara untuk jaringan VoIPkomunitas.

Anton Raharja bahkan menyebar ilmu bersama Onno W. Purbo dengan rata-rata 2-3 demo / workshop /
minggu kepada rakyat Indonesia agar dapat membangun sendiri Telkom Rakyat-nya.
Teknologi NGN merupakan teknologi masa datang, operator telekomunikasi di Indonesia baru XL yang
berhasil mengimplementasikan.

VoIP Rakyat telah berhasil mengoperasikan dengan baik sejak tahun 2005 akhir. Sejak di operasikan, VoIP
rakyat melayani lebih dari 32.000 pelanggan, dan telah melayani lebih dari 137.000 panggilan dengan
total 210.000 menit SLJJ gratis artinya penghematan lebih dari Rp. 210.000.000,- tanpa perlu korupsi dan
mengemis pada Bank Dunia.

Gun (e-goen) Antenna Wajan wajanbolic e-goen

Pernahkan kita membayangkan akses Internet 24 jam tanpa henti, dengan membayar Rp. 50-150.000 /
bulan? Bayangkan, akses murah tersebut dapat dibangun dengan biaya investasi per pelanggannya
hanya Rp. 350.000 saja! Setara bahkan lebih murah daripada harga sebuah Handphone second.

Pak Gunadi dan Wajanbolic e-goen

Kita, bangsa Indonesia, harus berterima kasih pada Pak Gun yang merealisasikan mimpi tersebut dengan
ciptaannya yang di sebarkan secara gratis di Internet. Pak Gun (e-goen) dari Jogyakarta alumni
STEMBAYO. Informasi terakhir, beliau saat ini berlokasi di Purwakarta. Sejak 2005-awal 2006, sosok e-
goen dominan memberikan inspirasi bagi bangsa Indonesia untk mengembangkan antenna wajan & panci
di Indonesia. Antenna wajan yang kemudian dikenal sebagai wajanbolic e-goenmenjadi andalan utama
bagi mereka yang ingin membangun Internet murah dengan modal sekitar Rp. 300-350.000 saja.

Pak Gun aktif di mailing list indowli@yahoogroups.com dan mengajarkan anggota mailing list serta
menjalankan workshop-workshop tentang teknik membuat antenna murah menggunakan wajan, kaleng,
pipa pralon. Dengan peralatan yang sangat sederhana kita dapat membangun sambungan Internet yang
cukup jauh untuk menjangkau wilayah lebih dari 2-4 km. Pak Gun menyebarkan secara gratis foto-foto
wajanbolic, maupun antenna sederhana lainnya di
situshttp://pg.photos.yahoo.com/ph/gunpwk/my_photos. Wajanbolic e-goen pernah menjadi feature di
tayangan Republik BBM dan mendapatkan respons yang sangat luar biasa dengan 5000-an e-mail yang
masuk menanyakan hal tersebut.

Strategi Membangun Kekuatan Bangsa Indonesia


Berbasis Pengetahuan

“Untuk memajukan bangsa dan membangun masyarakat Indonesia yang baru, hanyalah
dengan memajukan pendidikan. Khususnya pendidikan di kalangan para pemuda dan
pemudinya. Pendidikan dan pengajaran adalah memegang peranan penting dalam
pembangun bangsa dan kemajuan umat manusia.”

Kata-kata dr. Wahidin, “Seri Pahlawan Kemerdekaan Nasional”, DEPEN.RI., Jilid I, 1967, Halaman 11

Sebuah kata bijak yang menjadi fondasi utama jika kita menginginkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang kuat dikawasan Asia Tenggara di era globalisasi yang sangat bertumpu pada kepandaian manusia-
nya, bukan kekuatan otot dan bedil.

Bagian ini berusaha mengangkat beberapa milestone realistis yang dapat di implementasi di Indonesia
dengan kekuatan yang ada di komunitas IT & rakyat Indonesia sekarang & saat ini juga, tanpa menunggu
investor asing, tanpa menunggu investasi dari operator. Fungsi pemerintah dalam skenario ini hanya dua
(2), yaitu:

1. Me-redirect & meng-approve Universal Service Obligation (USO) untuk demand creation, tapi tidak
mengumpulkan / mengalokasi / maupun membuat pilot project dari USO.
2. Membuka dan memperlebar koridor legal yang ada, agar arus inovasi & transaksi di masyarakat menjadi
lebih lancar.

Jadi pemerintah tidak perlu mengeluarkan uang se-peser-pun, hanya wisdom yang diharapkan dari
pemerintah. Tentunya dengan asumsi pemerintah mempunyai niat tulus membangun knowledge based
society pada rakyat Indonesia dan keberpihakan pada rakyat, bukan operator / investor.

Beberapa konsekuensi yang akan di peroleh adalah

Pengguna Internet Baru / Tahun 2.6 juta / tahun


Jumlah Sekolah Tersambung 46.000 sekolah
Siswa Melek Internet 17.5 juta siswa
Guru Melek IT / Internet 2.6 juta
Massa Internet Indonesia 15 juta + 17.5 juta + 2.6 juta / tahun
Belanja Bandwidth Rp. 500 Milyard / bulan
Belanja Bandwidth ~22Gbps
Output Manufacturing Local ~ Rp. 6 Milyard / bulan

Untuk memperoleh gambaran angka estimasi di atas, ada baiknya membaca tulisan tentang Analisis
Strategi ICT Indonesia.

Bedakah Indonesia dengan Dunia? Tidak! Seluruh dunia mencari solusi untuk memperkecil digital divide
tanpa utangan Bank Dunia, IMF dll. Keberhasilan metoda rakyat Indonesia membuat digital divide bridge,
dengan Wireless 2.4GHz, RT/RW-net, VoIP Rakyat, telah menjadi contoh bagi dunia. Keberhasilan kita
semua untuk memultiplikasi ini akan membuat pergerakan IP based infrastructure menjadi sangat
dahsyat

“Dunia-pun belajar pada kita, Bangsa Indonesia”.


Strategi pergerakan dalam masyarakat haruslah di dasari pada sebuah visi yang jelas dan sederhana. Visi
tersebut sebetulnya tertuangkan dalam Naskah Kerangka Konseptual Nusantara 21, Mei 1998, yang
sebetulnya sampai detik ini masih sangat relevan dengan pergerakan per-telekomunikasi-an di Indonesia.
Cuplikannya adalah,

“Menyediakan wahana berbasis teknologi telekomunikasi dan informatika nasional di dalam


proses transformasi bangsa Indonesia dari masyarakat tradisional (traditional society)
menjadi sebuah masyarakat yang berwawasan IPTEK dan berbasis pengetahuan (knowledge
based society).”

Nusantara-21 tidak di arahkan menjadi sebuah proyek besar / mercusuar pemerintah akan tetapi
menjadi gerakan masyarakat, oleh masyarakat, dengan dana masyarakat, yang di arahkan & diberikan
insentif melalui kebijakan & regulasi pemerintah.

Arsitektur Infrastruktur Berbasis Internet (IP) Secara


Umum

Untuk mengerti lebih dekat tentang infrastruktur masa datang sambil menurunkan strateginya, ada
baiknya melihat arsitektur jaringan telekomunikasi berbasisInternet yang secara umum terbagi dalam dua
(2) jenis jaringan,

• Infrastruktur Formal
• Infrastrktur Komunitas
Karakter infrastruktur komunitas

Murah, contoh, Rp. 150-200.000 / bulan / rumah unlimited 24 jam Internet.


Sharing, contoh, RT/RW-net & WARNET (tidak ada ketentuan pemerintah)
Mencuri, contoh, 5-5.8GHz, VSAT DVB, >20GHz, ISP Spanyol
Menggunakan celah regulasi, contoh, VoIP Rakyat & ENUM VoIP Rakyat
Kreatif, contoh, Wajanbolic e-goen.
Membangun industri dalam negeri – banyak industri antenna & radio 2.4GHz saat ini bermunculan di
Indonesia.
Konsekuensi tak terduga - Menjadi contoh bagi banyak negara berkembang di dunia. Beberapa aktifis
komunitas, seperti, Michael Sunggiardi, Onno W. Purbo, Basuki Suhardiman, Donny BU, dll. sering di
undang ke luar negeri untuk memberikan workshop & pencerahan di luar negeri.

Contoh Kekuatan IT Indonesia: Komunitas WARNET

Kekuatan WARNET, salah satu komponen infrastruktur berbasis IP di Indonesia, di kutip dari pendapat &
data Irwin Day Ketua AWARI, tanggal 12 Februari 2007 dimailing list AWARI yang beranggotakan 7.602
orang.

Asumsi Rata-Rata Kondisi WARNET Indonesia

Jumlah WARNET ~5000 WARNET


Jumlah Layar / WARNET ~20 layar
Rata-rata pemakaian bandwidth ~128Kbps / WARNET
Pekerja WARNET ~4 orang / WARNET
Gaji Per Pekerja Rp. 550.000,-
Harga Bandwidth 128Kbps Rp. 5.5 juta,-

Berdasarkan asumsi di atas maka:

Jumlah Layar 20 x 5000 100.000 layar


Total Bandwidth 128Kbps x 5000 640.000 Kbps = 640 Mbps
Jumlah Pekerja 4 x 5000 20.000 pekerja

Perputaran uang

Belanja Bandwidth Seluruh WARNET 5000 x Rp. 5.5 juta = Rp. 27.5 Milyard / bulan
Belajar Bandwidth per Tahun 12 x Rp. 27.5 Milyar = Rp. 330 Milyard / bulan
Gaji Pekerja WARNET 20.000 x Rp. 550.000 = Rp. 11 Milyard / bulan

Jelas, sektor real UKM kelas WARNET sebetulnya memutar uang dalam jumlah yang sangat besar dan
memberikan solusi real bagi rakyat, tanpa ada kebijakan pemerintah yang mengarahkannya.

Pemikiran Strategi Realistis IP Based Infrastruktur di


Indonesia

Beberapa kunci yang paling strategis adalah,

• Pembentukan Demand – pada dasarnya strategi membuat bangsa Indonesia melek IT.
• Jaringan Lokal Berbasis Komunitas – pada dasarnya memberdayakan infrastruktur RakyatNet, baik
itu, WARNET, RT/RW-net, backbone 5.8GHZ, VSAT DVB.
• Penyelenggaraan Infrastruktur – mempertanyakan ijin ISP, VoIP, Alokasi Nomor Telepon.
• Industri Manufacturing Indonesia – mempertanyakan hak cipta, Standard Nasional Indonesia, Type
Approval.
Tahapan Sederhana Strategi adalah sebagai berikut:

• Rakyat Indonesia di buka wawasan / edukasi oleh Jurnalis, Citizen Journalis, Penulis, Blogger.
• Rakyat Indonesia tertarik & menjadi demand bagi IP based Infrastruktur.
• Demand di tanggapi oleh Supply dari Infrastruktur Formal (ISP, NAP) maupun Infrastruktur Komunitas
(WARNET, RT/RW-net).
• Peralatan di supply oleh Industri manufaktur baik Internasional maupun manufaktur lokal yang
kemungkinan kebanyakan mensupply ke Industri Komunitas.

Fungsi Pemerintah adalah menjamin agar:

• Proses transaksi menjadi lancar.


• Pembangunan menjadi lebih mudah.
• Semua orang dapat melakukan apa yang di inginkan dengan mudah.

Pembentukan Demand

Internet & IT hanya akan maksimal berguna bagi mereka yang berpengetahuan & bekerja menggunakan
kemampuan pengetahuannya.

Solusi
•Kompensasi Universal Service Obligation (USO), tidak digratiskan, penyambungan sekolah-sekolah
ke Internet.
•Kompensasi USO untuk usaha pembentukan local content, mirroring, datacenter, Internet Exchange.
•Membantu DIKNAS dalam pembuatan kurikulum tingkat SMP, SMU, SMK untuk Internet masuk sekolah.
•Membantu DIKNAS dalam pemberdayaan guru-guru untuk melek IT.
•Bersama penerbit (seperti, Elexmedia, Andi, InfoKomputer) mensosialisasikan teknik menulis buku IT.
Impact Yang di harapkan
Jumlah Pengguna Baru 2.6 juta / bulan (intake SMP)
Jumlah Siswa Melek Internet 17.5 juta siswa
Jumlah buku IT / bulan ~30 judul
Pengakitan ke Internet 46.000 sekolah
Guru melek IT / Internet 2.6 juta
Jaringan Lokal

Teknologi pada hari ini semakin murah dan mudah. Tidak sukar untuk membangun
infrastruktur IT / telekomunikasi. Bahkan jaringan lokal tingkat RT/RW bahkan kota dengan jarak 20-30 km
dapat dibangun sendiri oleh komunitas. Kebutuhan bandwidth internasional tersedia dengan murah
melalui satelit. Sayangnya, regulasi tidak mengijinkan manusia Indonesia untuk mendeploy Infrastruktur
sendiri.

Solusi
•WARNET dan RT/RW-net di legalkan di tingkat KEPMEN / PP, tanpa ijin, cukup perjanjian dengan Upstream
Provider.
•Bebaskan 5.8GHz.
•Ijinkan 3.5GHz untuk terrestrial Wireless.
•Bebaskan Lisensi / Landing Right VSAT DVB, received Only.
•ORARI sebagai salah satu tulang pungggung pembelajaran teknologi 2.3GHz, 2.4GHz, 3.3-3.5GHz,
5.8GHz, 10GHz, 24GHz berdasarkan KEPMEN 49/2002.
Impact yang diharapkan
Pengguna Internet Indonesia 15 juta + 17.5 juta + 2.6 juta / tahun
Belanja Bandwidth Rp. 500 Milyard / bulan
Belanja Bandwidth ~22Gbps

Penyelenggara Infrastruktur

Telepon / komunikasi suara masih penting bagi rakyat Indonesia. VoIP telah terbukti memberikan solusi
bagi banyak corporate / perusahaan di Indonesia. Sayang, pengurusan ijin harus di Jakarta dan tidak ada
alokasi nomor telepon untuk rakyat.

Solusi
• Bebaskan Ijin ISP, legalkan di tingkat KEPMEN / PP.
• KEPMEN - Bebaskan VoIP On-Net Call.
• Alokasi blok Nomor E.164 untuk ENUM Rakyat Indonesia. Contoh
implementasi http://www.enum.voiprakyat.or.id
• Mensosialisasikan teknologi SIP dan 4G

Impact yang diharapkan


• On-Net call semua pengguna Internet menjadi berpotensi menggunakan Internet Telepon. Artinya, 15 juta
+ 17.5 juta + 2.6 juta / tahun.
• Pengguna Internet Telepon yang serius akan membutuhkan nomor E.164 / ENUM, misalnya, 10-20% dari
pengguna Internet Indonesia. Artinya, 10% x 15 juta + 17.5 juta + 2.6 juta / tahun – atau 3.2 juta +
260.000 / tahun.
Pengembangan Industri Manufacturing Lokal

Agar industri manufacturing lokal dapat berkembang, kita perlu,


• KEPMEN / PP – explisit keberpihakan pada Open Standard, Open Source & Open Hardware.
• Adopsi standard Internasional seperti, RFC, IEEE tidak perlu mengacu pada SNI jika belum ada.
• Berkoordinasi dengan Departemen Perindustrian masalah SNI & Pemberdayaan Industri
Manufakturing Lokal.
• Sekolah Menengah Kejuruan menjadi salah satu tulang punggung pembelajaran
teknologi Internet & VoIP SIP / 4G.
Impact Yang Diharapkan
Industri Manufakturing Peralatan WiFi & WiMAX akan tumbuh.
Harga Antenna ~ Rp. 50-100.000 / buah
Output Manufacturing Local ~ Rp. 6 Milyard / bulan
Penutup

Keberadaan teknologi informasi dan infrastruktur Internet memungkinkan proses transfer pengetahuan
dan informasi di mana saja di permukaan bumi menjadi sangat cepat. Keberadaan platform dengan
kemampuan transfer pengetahuan dan informasi yang sangat cepat ini ternyata akan mengubah
beberapa paradigma mendasar sosial budaya manusia.

Dimensi ruang, dimensi waktu, dimensi birokrasi, dimensi lainnya menjadi hancur luluh rata, umat
manusia menjadi lebih fluid, sederajat dan sejajar dengan sesama. Setiap manusia mempunyai hak,
kewajiban, dan kesempatan yang sama.

Perombakan dimensi ruang, dimensi waktu, birokrasi, pada akhirnya mempertanyakan keabsahan tatanan
hukum tertulis dalam dunia cyber. Hak cipta menjadi obsolete dan ketinggalan jaman, meman pada
dasarnya pengetahuan itu sendiri dimiliki oleh Allah SWT, seperti di terangkan pada Al Alaq:1-5.
Gerakan copyleftmenjadi jawaban bagi mereka yang menginginkan perputaran informasi dan
pengetahuan yang cepat bertumpu pada mekanisme people’s power dalam mengadili penjiplak, pencuri
dan sebagainya. Perputaran pengetahuan menjadi sangat cepat, kekuatan pengetahuan yang sebenarnya
terlihat nyata pada saat percepatan proses sharing pengetahuan terjadi – effek multiplikasi yang
menakjubkan dari pengetahuan menjadi kekuatan sebenarnya dari pengetahuan itu sendiri, yang hanya
dapat dilihat pada saat pengetahuan jalankan di atas platform dunia cyber.

Kepercayaan (trust) tetap menjadi tumpuan berbagai transaksi yang dilakukan di dunia cyber. Mekanisme
trust tidak lagi harus bertumpu pada badan akreditasi, ijazah, sertifikat, kartu penduduk, kartu keluarga
yang mengacu pada hukum tertulis – akan tetapi mekanisme trust lebih banyak bertumpu pada
pengakuan langsung dari masyarakat, dan kepercayaan umat.

Setiap orang / umat / rakyat akan memiliki hak yang sama dalam waktu serentak menjadi hal yang
sangat mendasar dengan adanya teknologi informasi. Konsekuensi yang harus di tanggung cukup
dahsyat, mekanisme perwakilan, mekanisme partai, mekanisme pemilu menjadi usang, dan harus di
tinggalkan jauh-jauh. Gila?! Tidak perlu lagi adanya mekanisme proses perwakilan bagi umat dalam
menyuarakan pendapatnya. Pemimpin umat adalah knowledge leader bukan seseorang yang berpangkat,
bersenjata, berkuasa, bukan pula seseorang yang kaya.

Kepemimpinan yang bertumpu pada tingkat keahlian tampak nyata pada budaya bawah tanah dari para
hacker yang merupakan siluman dalam dunia cyber. Parahacker tidak mempercayai autoritas penguasa
maupun pemerintah, mereka lebih menghormati seseorang yang mempunyai keahlian yang tinggi.
Keberadaan para hacker sendiri sangat membantu pengembangan teknologi pendukung dunia cyber,
karena para hacker yang setiap saat memperbaiki sistem yang ada untuk berevolusi menuju ke yang
lebih baik.

Biasanya ada ketakutan mendasar pada sebagian besar orang untuk mengadopsi gaya hidup dunia
cyber yang tidak bertumpu pada konsep lama dalam bekerja yang biasanya bertumpu pada pekerjaan
perkantoran / atau menjadi pegawai tetap di sebuah instansi / perusahaan. Ketakutan bahwa tidak ada
penghasilan tetap, ketakutan tidak ada pengakuan status oleh masyarakat dll. Akan tetapi jika kita lihat
filosofi mendasarnya sebetulnya sangat sederhana, yaitu rizki dan pahala hanya tergantung pada
tingkat / jumlah amal dan ibadah yang kita lakukan, apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan. Bahkan
biasanya rizki yang diperoleh jauh lebih melimpah rasanya di bandingkan apa yang kita berikan pada saat
beramal.

Pada akhirnya, nilai (value) seseorang lebih banyak di tentukan oleh manfaat seseorang tersebut untuk
umat manusia. Bukan harta kekayaan, bukan jabatan, bukan kekuasaan, bukan pangkat, bukan prestasi
yang akan menentukan value seseorang. Infrastruktur cyber memungkinkan azas manfaat seseorang
kepada umat dapat terlaksana dengan sangat effisien, sehingga hanya membutuhkan biaya yang sangat
rendah sekali. Insya Allah, rizki dan pahala pun akan seimbang (bahkan mungkin berlebih) dengan apa
yang kita lakukan.
Pranala Menarik
•Kreatifitas Seorang Muslim - Wawancara alhikmahonline.com Januari 2010
•Samaun Samadikun Yang Saya Kenal
•Society Audit Hasil Penelitian
•Filosofy Cyberlaw Sederhana April 2008
•Sertifikasi Pemasung Kreatifitas & Pembunuh Usaha Kecil April 2008
•Alternatif Jalur Menuju Pakar
•Analisis Strategi ICT Indonesia Januari 2007
•Route Untuk Mengalahkan Australia & Malaysia di Internet Maret 2004
•Filosofi Naif Aspek Sosial, Budaya & Hukum Dunia Maya April 2001
•Kaitan Pola Dunia Cyber & Dunia Nyata Agustus 2000.
•Cybercity, Silicon Valley vs. Cybermaya Maret 2000.
Onno Widodo Purbo (lahir di Bandung 17 Agustus 1962) adalah seorang tokoh (yang kemudian lebih
dikenal sebagai pakar di bidang) teknologi informasi asal Indonesia. Ayah Onno,Hasan Poerbo, adalah
seorang profesor di ITB bidang lingkungan hidup yang banyak memihak pada rakyat
kecil. Onno masuk ITB pada jurusanTeknik Elektro angkatan 1981. Enam tahun kemudian Onno lulus
dengan predikat wisudawan terbaik. Setelah itu Onno melanjutkan studi ke Kanada dengan beasiswa
dari PAU-ME. RT/RW-Net adalah salah satu dari sekian banyak gagasan yang Onno lontarkan yang
mengukir Sejarah Internet Indonesia. Ia juga aktif menulis dalam bidang teknologi informasi di berbagai
media, seminar, konferensi nasional maupun internasional terutama untuk memberdayakan masyarakat
Indonesia menuju masyarakat berbasis pengetahuan. Lebih dari 163 kota besar di 34 negara di kunjungi
dalam perjalanan hidup-nya. Onno percaya filosofy copyleft, banyak tulisannya dipublikasi secara gratis
di internet.

Keluarga
Ayah : Hasan Poerbo Ibu : Partini. Istri : Nurlina Noertam Purbo Anak : Ito, Reza, Atik, Derry, Dzaq, Zhafif.

Lebih detail dengan Keluarga Onno W. Purbo

Beberapa Cuplikan Pemikiran


•Pengalaman Dalam Mempersempit Digital Divide Gap
•Wawancara Majalah Sains Indonesia April 2016
•Wawancara Majalah Arsip Maret 2016
•Kotanya Dibuat Smart Tapi Warganya Tidak February 2016
•Komentar terhadap RUU Konvergensi Januari 2016
•Wawancara OpenBTS GATRA Januari 2016
•Strategic & Tactical Plan Cyber Campus Desember 2015
•Strategi Atas vs. Strategi Bawah November 2015
•Wawancara dari SMA Taruna Bakti November 2015
•Wawancara tentang OpenBTS Majalah Selular November 2015
•Wawancara tentang Regulasi Konvergensi PR2MEDIA Oktober 2015
•Wawancara tentang TIK untuk Sekolah September 2015
•Ancaman bagi Adware dan Iklan Intrusif Juni 2015
•Wawancara Intipesan Juni 2015
•Wawancara tentang Prostitusi Online Mei 2015
•Wawancara tentang UN Maret 2015
•PR MENKOMINFO Kabinet Jokowi Oktober 2014
•Pertanyaan Mengenai Teknologi Informasi pada Pendidikan Juli 2014
•2014/06/12 - Surat ke MENKO EKUIN tentang Kliring Payment Gateway
•Sistem Informasi Haji Jilid Dua Mei 2014
•2014/04/30 - Surat ke MENDIKNAS tentang Mata Pelajaran TIK
•Wawancara Penyadapan Maret 2014
•Calon Presiden 2014 dari Komunike Bersama Peduli Indonesia
•Wawancara Majalah Dewi: Tentang Pengembang Aplikasi Lokal Desember 2013
•Pemikiran Tentang Keamanan Dunia Cyber Indonesia November 2013
•Wawancara IT Club SMA Negeri 65 Jakarta November 2013
•Wawancara BISKOM: Pandanan OWP terhadap IT Indonesia Agustus 2013
•Yang Muda Yang Hebat di dunia Komputer Indonesia Agustus 2013
•Wawancara Cita Cinta: Handphone di Pesawat, Pompa Bensin & Rumah Sakit Juni 2013
•Kemerdekaan Sebuah Bangsa di jaman Globalisasi Modern Juni 2013
•Beberapa Catatan Strategis untuk Desa Mei 2013
•Wawancara Media Indonesia tentang Blogger Mei 2013
•Wawancara Cybercrime Mei 2013
•Panduan Kebangsaan: Teknologi Mei 2013
•Panduan Kebangsaan: Pendidikan dan Teknologi Informasi April 2013
•Beberapa Isu Critical Pendidikan & Teknologi Republik Indonesia April 2013
•Wawancara dengan requisitoire magazine tentang kasus IM2 Maret 2013
•Trend IT 2013 di Mahasiswa Januari 2013
•Apa itu Internet Desember 2012
•Wawancara tentang Early Adopter Agustus 2012
•Taktik Sederhana Membuat Internet Menjadi Murah Agustus 2012
•Wawancara tentang Hak Sosial dan Politik Melalui Media Sosial Agustus 2012
•Wawancara tentang Open Education Resource dari Komunika Tempo Agustus 2012
•Bahaya internet banking menggunakan WiFi hotspot publik Mei 2012
•Strategi Media Alternatif di Indonesia Maret 2012
•Wawancara Majalah Insinyur February 2012
•Beberapa Tips dan Tricks dari Google February 2012
•Wawancara Profil Majalah Komputek January 2012
•Saya Percaya Kita Bukan Bangsa Bodoh January 2012
•Kegagalan PLIK January 2012
•Siapa Bilang OpenBTS Ilegal? January 2012
•The Struggle in Building Free Internet Access and Free Telephone Infrastructure in Indonesia January 2012
•Pabrik HP BlackBerry atau semua sekalian pindahkan ke Indonesia? Desember 2011
•Marketing di Dua Dunia Perpustakaan November 2011
•Beberapa Tip Praktis Membuat Internet Menjadi Kuenceng September 2011
•Bersyukurlah Indonesia Miskin Agustus 2011
•Wawancara Majalah Paras tentang Media Sosial dan Wanita Juli 2011
•Wawancara Republika tentang Teknologi Informasi dan Islam Juli 2011
•Beberapa Pemikiran dan Tips Sederhana sekitar Innovasi Mei 2011
•Pengangguran yang Mencerdaskan Maret 2011
•Konsep Operator Telekomunikasi vs. ISP vs. Aplikasi di Internet Januari 2011
•Wawancara sekitar Blokir BlackBerry Januari 2011
•Wawancara Majalah Berkala ITB Januari 2011
•Tip Mengais Rejeki di Internet Januari 2011
•Hidup & Berkiprah Sebagai Penulis Desember 2010
•The Foundation of Cultural Change in Indonesia November 2010
•Membalik Aliran Devisa Melalui Open Source September 2010
•Indonesian Interesting Internet Facts in 2010
•Wawancara Interview Majalah MerPsy Agustus 2010
•Wawancara Interview Majalah LuarBiasa-majalah motivasi Agustus 2010
•BlackBerry vs Kedaulatan Republik Indonesia Agustus 2010
•The Foundation of Cultural Change in Indonesia April 2010
•Distro Solusi Untuk Pendidikan, UKM & Amatir Radio Maret 2010
•Tanggapan OWP terhadap Rancangan Peraturan Pemerintah untuk Konten Multimedia Februari 2010
•Dampak Negatif Situs Jejaring Sosial Februari 2010
•Internet Indonesia: Content Lokal & Dunia Usaha Berbasis Masyarakat Februari 2010
•KOMISI X DPR Menilai JARDIKNAS Januari 2010
•Kreatifitas Seorang Muslim - Wawancara alhikmahonline.com Januari 2010
•Open Source Pilihan Terbaik Untuk Bangsa Indonesia Januari 2010
•Women and Young Indonesian: Foundation of Cultural Change Januari 2010
•Belajar sambil bermain dengan Komputer September 2009
•Subtle Strategies in Unleashing Community's Inner Capacity September 2009.
•People's Power on The Liberation of 2.4GHz band September 2009.
•Samaun Samadikun Yang Saya Kenal
•Society Audit Hasil Penelitian
•Filosofy Cyberlaw Sederhana April 2008
•Sertifikasi Pemasung Kreatifitas & Pembunuh Usaha Kecil April 2008
•Alternatif Jalur Menuju Pakar
•Analisis Strategi ICT Indonesia Januari 2007
•Route Untuk Mengalahkan Australia & Malaysia di Internet Maret 2004
•Alternatif Strategi Industri IT Indonesia Maret 2004
•Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber 2001
•Filosofi Naif Aspek Sosial, Budaya & Hukum Dunia Maya April 2001
•Kaitan Pola Dunia Cyber & Dunia Nyata Agustus 2000.
•Cybercity, Silicon Valley vs. Cybermaya Maret 2000.
•Kerangka Kementerian Informasi 28 Maret 2000.
Resume singkat
•Mantan Pegawai Negeri Sipil, sejak Februari 2000.
•Mantan Dosen Institut Teknologi Bandung, sejak Februari 2000. Berdasarkan SK MENDIKNAS No.
533/K01.2/KP.04.2/SK/2000 tanggal 28 Februari 2000 tentang Pemberhentian dengan Hormat sebagai
Pegawai Negeri Sipil ditandatangani oleh Prof.Dr.Ir. Djoko Santoso M.Sc. a.n. MENDIKNAS.
•Penulis teknologi informasi.
•Di tahun 2011, mulai membantu Prof. Yohanes Surya untuk mendidik guru-guru khususnya untuk daerah
tertinggal melalui STKIP Surya.
Pendidikan
•1987 S1 Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Teknik Elektro. Judul tugas akhir "Perancangan dan
implementasi rangkaian RS232C 8 kanal dan program untuk praktikum" di bawah bimbingan Prof.
DR. Samaun Samadikun dan DR. Adang Suwandi
•1989 S2 (M.Eng) McMaster University, Kanada – Semikonduktor Laser. Judul thesis "Numerical models for
degenerate and heterostructure semiconductor diodes" di bawah bimbingan Prof. DR. D.T.Cassidy dan
Prof. DR. S.H. Chisholm.
•1993 S3 (Ph.D) Universitas Waterloo, Kanada – Teknologi Rangkaian Terintegrasi untuk Satelit. Judul
thesis "Studies on Polysilicon Emitter Transistors made on Zone-Melting-Recrystallized Silicon-on-
Insulator" di bawah bimbingan Prof. DR. C.R. Selvakumar.

Referensi lainnya
•Profil Onno W. Purbo di Facebook
•Halaman pengguna di Wikipedia bahasa Indonesia
•http://www.followfriday.com/followfriday/@onnowpurbo

Anda mungkin juga menyukai