Anda di halaman 1dari 6

Secara patologi stroke dibedakan menjadi sebagai berikut:

1) Stroke Iskemik

Sekitar 80% sampai 85% stroke adalah stroke iskemik, yang terjadi akibat obstruksi atau
bekuan di satu atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Klasifikasi stroke iskemik
berdasarkan waktunya terdiri atas:

1. Transient Ischaemic Attack (TIA): defisit neurologis membaik dalam waktu kurang
dari 30 menit.
2. Reversible Ischaemic Neurological Deficit (RIND): defisit neurologis membaik
kurang dari 1 minggu.
3. Stroke In Evolution (SIE)/Progressing Stroke.
4. Completed Stroke.

Beberapa penyebab stroke iskemik meliputi:

 Trombosis

Aterosklerosis (tersering); Vaskulitis: arteritis temporalis, poliarteritis nodosa;


Robeknya arteri: karotis, vertebralis (spontan atau traumatik); Gangguan darah:
polisitemia, hemoglobinopati (penyakit sel sabit).

 Embolisme

Sumber di jantung: fibrilasi atrium (tersering), infark miokardium, penyakit


jantung rematik, penyakit katup jantung, katup prostetik, kardiomiopati iskemik;
Sumber tromboemboli aterosklerotik di arteri: bifurkasio karotis komunis, arteri
vertebralis distal; Keadaan hiperkoagulasi: kontrasepsi oral, karsinoma.

 Vasokonstriksi
 Vasospasme serebrum setelah PSA (Perdarahan Subarakhnoid).

Terdapat empat subtipe dasar pada stroke iskemik berdasarkan penyebab:


lakunar, thrombosis pembuluh besar dengan aliran pelan, embolik dan kriptogenik.
2) Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila lesi vaskular intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Beberapa penyebab
perdarahan intraserebrum: perdarahan intraserebrum hipertensif; perdarahan subarakhnoid
(PSA) pada ruptura aneurisma sakular (Berry), ruptura malformasi arteriovena (MAV),
trauma; penyalahgunaan kokain, amfetamin; perdarahan akibat tumor otak; infark hemoragik;
penyakit perdarahan sistemik termasuk terapi antikoagulan.

Penatalaksanaan

A. Stroke Hemoragik
1. Pengelolaan umum
a. Breathing
Jalan nafas harus terbuka lega, hisap lendir dan slem untuk mencegah
kekurang oksigen dengan segala akibat buruknya. Dijaga agar oksigenasi dan
ventilasi baik, agar tidak terjadi aspirasi (gigi palsu dibuka).
b. Blood
 Tekanan darah pada tahap awal tidak boleh segera diturunkan, karena dapat
memperburuk keadaan, kecuali pada tekanan darah sistolik > 220 mmHg dan
atau diastolik > 120 mmHg (stroke iskemik), sistolik > 180 mmHg dan atau
diastolik > 100 mmHg (stroke hemoragik). Penurunan tekanan darah
maksimal 20 %.
 Obat-obat yang dapat dipergunakan Nicardipin (0,5 – 6 mcg/kg/menit infus
kontinyu), Diltiazem (5 – 40mg/Kg/menit drip), nitroprusid (0,25 –
10 mg/Kg/menit infus kontinyu), nitrogliserin (5 – 10 mg/menit infus
kontinyu), labetolol 20 –80 mg IV bolus tiap 10 menit, kaptopril 6,25 – 25 mg
oral / sub lingual.
c. Brain
 Bila didapatkan kenaikan tekanan intra kranial dengan tanda nyeri kepala,
muntah proyektil dan bradikardi relatif harus di berantas, obat yang biasa
dipakai adalah manitol 20% 1 - 1,5 gr/kgBB dilanjutkan dengan 6 x 100 cc
(0,5 gr/Kg BB), dalam 15 – 20 menit dengan pemantauan osmolalitas antara
300 – 320 mOsm, keuntungan lain penggunaan manitol penghancur radikal
bebas.
 Peningkatan suhu tubuh dan kejang juga harus diatasi.

d. Bladder
 Hindari infeksi saluran kemih bila terjadi retensio urine sebaiknya dipasang
kateter intermitten. Bila terjadi inkontinensia urine, pada laki laki pasang
kondom kateter, pada wanita pasang kateter.

e. Bowel
 Kebutuhan cairan dan kalori perlu diperhatikan, hindari obstipasi, Jaga supaya
defekasi teratur, pasang NGT bila didapatkan kesulitan menelan makanan.
Kekurangan albumin perlu diperhatikan karena dapat memperberat edema
otak.
Pengelolaan Intracerebral Bleeding
 Pemberian anti perdarahan : Epsilon aminocaproat 30 - 36 gr/hari, Asam
Traneksamat 6 x 1 gr. Evaluasi status koagulasi seperti pemberian protamin 1
mg pada pasien yang mendapatkan heparin 100 mg & 10 mg vitamin K
intravena pada pasien yang mendapat warfarin dengan prothrombine time
memanjang.
 Untuk mengurangi kerusakan jaringan iskemik disekeliling hematom dapat
diberikan obat-obat yang mempunyai sifat neuropriteksi.

Pengelolaan Subarachnoid Bleeding


 Bed rest total selama 3 minggu dengan suasana yang tenang, pada pasien yang
sadar, penggunaan morphin 15 mg IM pada umumnya diperlukan untuk
menghilangkan nyeri kepala pada pasien sadar.
 Vasospasme terjadi pada 30% pasien, dapat diberikan Calcium Channel
Blockers dengan dosis 60 – 90 mg oral tiap 4 jam selama 21 hari atau 15 – 30
mg/kg/jam selama 7 hari, kemudian dilanjutkan per oral 360 mg /hari selama
14 hari.
Neuroprotektor
 CDP-Choline, dosis 500 – 2.000 mg sehari selama 14 hari menunjukkan
penurunan angka kematian dan kecacatan yang bermakna. Therapeutic
Windows 2 – 14 hari.
 Piracetam, dosis bolus 12 gr IV dilanjutkan 4 x 3 gr iv sampai hari ke empat,
hari ke lima dilanjutkan 3 x 4 gr peroral sampai minggu ke empat, minggu ke
lima sampai minggu ke 12 diberikan 2 x 2,4 gr per oral,. Therapeutic
Windows 7 – 12 jam.
 Cerebrolisin, suatu protein otak bebas lemak dengan khasiat anti calpain,
penghambat caspase dan sebagai neurotropik dosis 30 – 50 cc selama 21 hari
menunjukkan perbaikan fungsi motorik yang bermakna.

Prosedur Operasi
 Menurunkan TIK : pada pasien dengan GCS < 8
 Perdarahan Intraventikular
 Evakuasi Hematom
 Jumlah Perdarahan lebih dari 30 %.

B. Stroke Non Hemoragik


1. Non Medikamentosa
 Letakan Kepala Pada posisi 30 derajat. Kepala dan dada pada satu bidang
 Ubah posisi tidur setiap 2 jam
 Mobilisasi dimulai bertahap setelah hemodinamik stabil
 Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan  O2 1-2 lpm
 Stabilisasi Hemodinamik
a. Pasang Jalur IV dengan cairan isotonic, kristaloid atau koloid 1500-2000
ml
 Pemasangan DC dan NGT sesuai indikasi
 Nutrisi enteral diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral diberikan setelah hasil tes
fungsi menelan baik.
 Gangguan menelan atau kesadaran menurun nutrisi diberikan lewat pipa
nasogastrik.
 Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi
o Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
o Lemak 20-35 %;
o Protein 20-30%.

2. Medikamendtosa
 Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% dalam
24 jam pertama setelah awitan apabila TDS >220 mmHg atau TDD >120
mmHg.
 Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta (labetalol
dan esmolol), penyekat kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena,
digunakan dalam upaya diatas.
 Sasaran kadar glukosa darah = 80-180 mg/dl (90-110 untuk intensive care unit
ICU)
 Standart drip insulin 100 U/100 ml 0,9% NaCl via infus (IU/1ml). Infus
insulin harus dihentikan bila penderita makan dan menerima dosis pertama
dari insulin subkutan
 Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan pelan selama 3 menit, maksimal
100 mg perhari; dilanjutkan pemberian antikonvulsan peroral (fenitoin,
karbamazepin).
 Jika kejang muncul setelah 2 minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka
panjang.
 Pemberian IV RTPA Dosis 0,9 mg/KgBB (maksimum 90 mg), 10% dari dosis
total diberikan sebagai bolus inisial, dan sisanya diberikan sebagai infus
selama 60 menit, terapi tersebut harus diberikan dalam rentang waktu 3 jam
dari onset
 Bila terdapat nyeri kepala berat, hipertensi akut, mual, atau muntah, hentikan
infus (bila rTPA sedang dimasukkan) dan lakukan CT Scan segera
 Pemberian Aspirin dengan dosis awal 325 mg dalam 24 sampai 48 jam setelah
awitan stroke dianjurkan untuk setiap stroke iskemik akut contohnya
Clopidogrel 1x75mg.
 Citicolin : 200-600 mg/hari PO atau 250-500mg/hari IM/IV sampai max 1
g/hari
 Piracetam : max 12g/hari

Anda mungkin juga menyukai