BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Terapi oksigen adalah tindakan yang digunakan untuk mengatasi hipoksia
mengurangi kerja napas. Pada dasarnya, terapi oksigen digunakan untuk membuat
akan menyebabkan disfungsi organ. Terapi oksigen dapat memperbaiki keluaran dan
B. Sistem Respirasi
Sistem pernapasan mengatur pengantaran oksigen yang kuat dan eliminasi
CO2 dari dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan normal asam dan basa
atau tidaknya gangguan pada dinding dada, otot pernafasan, jalan napas dan paru,
system saraf pusat dan perifer, dan endokrin, jika terdapat gangguan dapat saja terjadi
C. Fisiologi
Proses fisiologi pernafasan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke dalam
jaringan-jaringan, dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagi menjadi tiga
dalam dan ke luar paru. Stadium kedua, transportasi, yang harus ditinjau dari
beberapa aspek.3
Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara
Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah. Respirasi sel atau
a) Ventilasi
Udara bergerak masuk dan keluar paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Rangka
besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.
bila paru mengembang pada waktu inspirasi. Pada saat yang sama tekanan
4
intrapulmonal atau tekanan jalan nafas menurun sampai sekitar 2 mmHg dari 0
mmHg pada waktu mulai inspirasi. Selisih tekanan antara jalan nafas dan
atmosfer menyebabkan udara mengalir ke dalam paru sampai tekanan jalan nafas
elastisitas dinding dada dan paru. Pada waktu otot interkostalis internus relaksasi,
rangka iga turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks,
menekan iga ke bawah dan ke dalam pada waktu ekspirasi kuat dan aktif, batuk,
muntah, atau defekasi. Selain itu, otot-otot abdomen dapat berkontraksi sehingga
jalan nafas dan atmosfer menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari
paru sampai tekanan jalan nafas dan atmosfer menjadi sama kembali pada akhir
ekspirasi. Teka nan intrapleura selalu berada dibawah tekanan atmosfer selama
siklus pernafasan.4
yang efektif :4
5
Volume semenit atau ventilasi semenit (VE) adalah volume udara yang
Volume tidal (VT) adalah banyaknya udara yang diinspirasi atau diekspirasi
pada setiap pernafasan. VT sekitar 8-12 cc/kgBB dan jauh meningkat pada
Ruang mati fisiologis (VD) adalah volume udara inspirasi yang tidak
tertukar dengan udara paru; udara ini dapat dianggap sebagai ventilasi yang
terbuang sia-sia. Ruang mati fisiologis terdiri dari ruang mati anatomis
(volume udara dalam saluran nafas penghantar, yaitu sekitar 1 ml per pon
berat badan), ruang mati alveolar (alveolus mengalami ventilasi tapi tidak
melebihi 30% sampai 40% pada orang yang sehat. Perbandingan ini
ventilasi mekanik.
6
Ventilasi alveolar (VA) adalah volume udara segar yang masuk ke dalam
alveolus setiap menit, yang mengadakan pertukaran dengan darah paru. Ini
menggunakan rumus :
yang dimiliki oleh paru dan toraks. Didefinisikan sebagai perubahan volume
per unit perubahan dalam tekanan dalam keadaan statis. Komplians total
(daya kembang paru dan toraks) atau komplians paru saja dapat ditentukan.
sekitar 0,2 liter/ cm H2O sedangkan komplians total besarnya sekitar 0,1
liter/ cm H2O.
b) Transportasi- Difusi
melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0.5 µm).
kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan parsial O2 (PO2) dalam atmosfer pada permukaan
laut sekitar 159 mmHg (21% dari 760 mmHg). Namun, pada waktu O2 sampai di
7
trakea, tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 149 mmHg
karena dihangatkan dan dilembabkan oleh jalan nafas (760-47 x 0,21 = 149).4
Tekanan parsial uap air pada suhu tubuh adalah 47 mmHg. Tekanan
parsial O2 yang diinspirasi akan menurun kira-kira 103 mmHg pada saat
mencapai alveoli karena tercampur dengan udara dalam ruang mati anatomik
pada saluran jalan nafas. Ruang mati anatomik ini dalam keadaan normal
mempunyai volume sekitar 1 ml udara per pound berat badan ideal. Hanya udara
bersih yang mencapai alveolus yang merupakan ventilasi efektif. Tekanan parsial
mmHg.4
PO2 kapiler lebih rendah daripada tekanan dalam alveolus (PAO2 = 103
antara darah (46 mmHg) dan PaCO2 (40 mmHg) yang lebih rendah 6 mmHg
atmosfer, yang konsentrasinya mendekati nol. Kendati selisih CO2 antara darah
dan alveolus amat kecil namun tetap memadai, karena dapat berdifusi melintasi
O2 di kapiler darah paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total
waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru normal
fibrosis paru), sawar darah dan udara dapat menebal dan difusi dapat melambat
ketika waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung
membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru dan perfusi (aliran darah)
dalam kapiler. Dengan perkataan lain, ventilasi dan perfusi unit pulmonar harus
sesuai. Pada orang normal dengan posisi tegak dan dalam keadaan istirahat, ventilasi
aliran darah di basis paru lebih besar daripada di bagian apeks, disebabkan pengaruh
gaya tarik bumi. Namun, ventilasinya cukup merata. Nilai rata-rata rasio antara
V/Q = 0,8
Nilai diatas didapatkan melalui rasio rata-rata laju ventilasi alveolar normal
menimbulkan pirau yang besar (tidak terdapat ventilasi tapi perfusi normal, sehingga
9
perfusi terbuang sia-sia, V/Q kurang dari 0,8) atau menimbulkan penyakit pada ruang
mati (ventilasi normal, akan tetapi tanpa perfusi, V/Q lebih dari 0,8).5
fisik larut dalam plasma atau secara kimia berikatan dengan Hb sebagai
nonlinear dengan tekanan parsial O2 dalam darah arteri (PaO2), yang ditentukan oleh
jumlah O2 yang secara fisik larut dalam plasma darah. Selanjutnya, jumlah O2 yang
secara fisik larut dalam plasma mempunyai hubungan langsung dengan tekanan
Jumlah O2 juga bergantung pada daya larut O2 dalam plasma. Hanya sekitar
1% dari jumlah O2 total yang ditranspor dengan cara ini. Cara transport seperti ini
sekalipun. Sebagian besar O2 diangkut oleh Hb yang terdapat dalam sel darah merah.
Dalam keadaan tertentu (misalnya :keracunan karbon monoksida atau hemolisis masif
dengan insufisiensi Hb), O2 yang cukup untuk mempertahankan hidup dapat diangkut
dalam bentuk larutan fisik dengan memberikan pasien O2 bertekanan lebih tinggi dari
darah laki-laki dewasa sekitar 15 g per 100 ml sehingga 100 ml darah dapat
mengangkut 20,1 ml O2(15 x 1,34) bila O2 jenuh (SaO2) adalah 100%. Tetapi sedikit
10
menjadi jenuh.4
Pada tingkat jaringan, O2 akan melepaskan diri dari Hb ke dalam plasma dan
berdifusi dari plasma ke sel-sel jaringan tubuh untuk memenuhi kebutuhan jaringan
75% Hb masih berikatan dengan O2 pada waktu Hb kembali ke paru dalam bentuk
darah vena campuran. Jadi hanya sekitar 25% O2 dalam darah arteri yang digunakan
untuk keperluan jaringan. Hb yang telah melepaskan O2 pada tingkat jaringan disebut
darah vena, sedangkan HbO2 berwarna merah terang dan menyebabkan warna
memadai pada keadaan gagak napas. Hipoksia adalah kekurangan oksigen dalam
oksigenasi jaringan yang tidak memadai akibat pasokan oksigen yang rendah (DO2)
atau konsumsi oksigen yang meningkat (VO2). Hipoksia jaringan terjadi melalui
aliran oksigen karena adanya kegagalan transport tanpa adanya hipoksemia arteri, dan
berubah dari aerobic menjadi anaerobic untuk menyediakan energi yang cukup untuk
1) Hipoksia stagnan, ditandai dengan adanya penurunan aliran darah, tetapi PaO2
arteri normal. PO2 arteri berhubungan dengan jumlah oksigen terlarut dalam
plasma darah, bukan besarnya oksigen yang terikat pada hemoglobin. Kondisi
ini dapat terjadi akibat kegagalan jantung atau overdosis obat vasodilator,
seperti nitrogliserin.
darah, tetapi PO2 arteri dapat normal. Hipoksia anemia dapat timbul akibat
12
hydrogen, yang memblokir penggunaan oksigen pada tingkat sel. PO2 arteri
4) Hipoksemia arteri terjadi ketika ada gangguan oksigenasi darah dan PO2 arteri
rendah.
lamanya hipoksia (akut atau kronik), kondisi kesehatan individu, dan biasanya timbul
atau paru-paru dan dapat mengakibatakan kegagalan fungsi paru-paru, Pada gagal
napas, oksigen dalam darah menjadi sangat rendah dan atau CO2 menjadi sangat
13
tinggi. Penyebab gagal napas adalah pertukaran oksigen dan CO2 antara darah dan
alveoli paru (proses yang disebut “pertukaran gas”) terganggu, atau pergerakan udara
masuk dan keluar dari paru-paru (yang disebut “ventilasi”) terganggu. Ada tiga cara
Tipe IV atau gagal napas akibat hipoperfusi otot-otot pernapasan akibat syok
Tujuan terapi oksigen pada gagal napas adalah untuk mencapai dan
mempertahankan pertukaran gas yang memadai dan perbaikan penyebab gagal napas.
Pada gagal napas tipe I, konsentrasi tinggi oksigen diberikan untuk memperbaiki
hipoksemia. Sejak awal harus ditentukan apakah hipoksemia dapat diperbaiki dengan
terapi oksigen saja atau juga dibutuhkan intervensi yang lebih invasive misalnya
bantuan ventilasi mekanik. Demikian pula dipertimbangkan ada atau tidak adanya
hiperkapnia dan riwayat penyakit paru-paru kronik. Pasien dengan Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) yang tidak membaik dengan terapi oksigen, tentunya
dibutuhkan ventilasi mekanik Positive End Expiratory Pressure (PEEP). Pada gagal
napas tipe II dengan paru-paru normal sebelumnya, tetapi ventilasi alveolar tidak
memadai maka pada pasien ini bantuan ventilasi diperlukan. Pada pasien dengan
riwayat penyakit PPOK eksaserbasi akut, terapi oksigen diberikan secara hati-hati.
Ventilasi mekanik dapat mungkin harus dihindari pada pasien dengan PPOK, karena
oxygen theraphy) atau terapi oksigen jangka panjang (Long term oxygen theraphy).6
Angina
Gambar 2. Indikasi Terapi Oksigen6
Alat oksigen arus rendah diantaranya kanul nasal, topeng oksigen, reservoir
yang digunakan secara luas. Kanul nasal terdiri dari sepasang tube dengan
dihubungkan secara langsung ke oxygen flow meter. Alat ini dapat menjadi
membran menjadi kering. Kanul nasal merupakan pilihan bagi pasien yang
o Simple oxygen mask dapat menyediakan 40-60% FiO2, dengan aliran 5-10
L/m. aliran dapat dipertahankan 5 L/m atau lebih dengan tujuan mencegah
Penggunaan alat ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan iritasi kulit
penuh pada inspirasi. Sistem ini mengalirkan oksigen 6-10L/m dan dapat
sama dengan parsial rebreathing mask kecuali alat ini memiliki serangkai
katup ‘one-way’. Satu katup diletakkan diantara kantung dan masker untuk
mencegah udara ekspirasi kembali kedalam kantung. Untuk itu perlu aliran
berhasil bagi pasien hipoksemia yang refrakter. Dari hasil studi, dengan
20
mata, tidak ada bunyi gaduh, dan tidak ada iritasi muka/hidung. Rata-rata
Komplikasi lain diantaranya infeksi stoma, dan mucus ball yang dapat
mengakibatkan fatal.7
Alat oksigen arus tinggi diantaranya venture mask dan reservoir nebulizer
blenders. Alat venturi mask menggunakan prinsip jet mixing (efek Bernoulli). Jet
mixing mask, mask dengan arus tinggi, bermanfaat untuk mengirimkan secara
akurat konsentrasi oksigen rendah (24-35%). Pada pasien dengan PPOK dan
gagal nafas tipe II, bernafas dengan mask ini mengurangi resiko retensi CO2, dan
tersebut.
Sistem arus tinggi ini dapat mengirimkan sampai 40L/menit oksigen melalui
Dua indikasi klinis untuk penggunaan oksigen dengan arus tinggi adalah
pasien dengan hipoksia yang memerlukan pengendalian FiO2, dan pasien hipoksia
rendah dan pasien diobservasi secara ketat untuk menilai adanya retensi CO2.7
neonatus, terjadi karena pemberian terapi oksigen yang tidak tepat. Semua
terapi oksigen pada bayi baru lahir harus dimonitor secara berkelanjutan.7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
lama, dapat diberikan pada pasien dengan hipoksemia akut maupun kronik.
DAFTAR PUSTAKA