Anda di halaman 1dari 11

Page 1 of 11

STANDARD OPERATING PROCEDURE / PROSEDUR KERJA STANDARD

PEKERJAAN : Geological Mapping

DEPARTMENT : Exploration
CC. : SECTION : Exploration
TEAM ANALYS : Name :
Jabatan :
Name : Name :
Name : Jabatan : Jabatan :
Jabatan : Name :
Date :
Jabatan :
Date : Name :
Jabatan :
Date :

Diperiksa oleh : Disetujui oleh :

Name : Name :
Jabatan : Jabatan :
Date : Date :
Page 2 of 11

Purpose / Tujuan
Standar prosedur, peraturan, persyaratan pelatihan, siapa yang bertanggung jawab, dan praktek kerja yang
yang aman dibawah ini adalah utamanya disusun untuk kepentingan mapping di hutan. Setiap personel yang
ditugaskan untuk melakukan mapping pada situasi seperti di atas harus berhati-hati terhadap potensi bahaya
yang mungkin terjadi pada situasi/kondisi itu. Adalah tanggung jawab bersama antara supervisor dan
karyawan pelaksana di lapangan untuk mengidentifikasi training/pelatihan yang diperlukan dan memastikan
semua yang akan melaksanakan mapping telah mengikuti training/pelatihan yang diperlukan tersebut.

Scope/ Ruang Lingkup

Standar ini berlaku untuk semua operasi PT. BSA

Alat Pelindung Diri

 Safety Helmet
 Safety Shoes
 Safety Glasses
 Safety Hand Gloves
 Safety Clothes (sebaiknya baju lengan panjang dan berwarna cemerlang, dapat
memantulkan sinar)
 Safety Vest (sebaiknya rompi/vest berwarna cemerlang dan dapat memantulkan sinar)

Peralatan

 Peta topografi/geologi daerah yang akan di mapping


 Palu geologi
 Kompas geologi
 GPS (Global Positioning System)
 Alat tulis menulis (buku catatan, pensil, pulpen, spidol anti air, stabilo, pensil warna)
 Radio Komunikasi dua arah
 Arloji
 Ransel/Backpack
 Loupe
 Pen magnet
 Scratcher
 Magnetometer (Alat pengukur magnetic susceptibility)
 Kamera
 Pita ukur/rol meter (1m atau lebih)
 Map Holder
 Kantong sample
Page 3 of 11

 Pita berwarna
 Senter dan battery cadangan (Untuk berjaga-jaga jika kemalaman di hutan)
 First Aid Kit
 Survival Kit
 Parang (Untuk berjaga-jaga dari binatang buas dan serangga berbahaya dan kegunaan
lain)
 Korek api
 Rain coat (jas hujan)
 Tenda kecil (jika aktivitas mapping diperkirakan akan lama dan ada kemungkinan
menginap di hutan)
 Bekal makanan/minum secukupnya

Procedure / Prosedur

A. Peraturan
Hal-hal yang disebut di bawah ini adalah kebijaksanaan PT.BSA, dan pada beberapa hal, itu adalah hukum
yang berlaku. Semua karyawan yang akan melakukan mapping haruslah mengikuti persyaratan berikut ini :
1. Menginformasikan/diketahui/diizinkan oleh atasan atau setidak-tidaknya diketahui oleh rekan kerja
mengenai :
 Kemana rencana mapping akan dilakukan
 Bagaimana rencana rute yang akan ditempuh
 Kapan perkiraan waktu akan kembali dari mapping
2. Tidak melakukan mapping seorang diri. Kecuali diyakinkan bahwa jika berpencar, dilakukan pada
jarak yang tidak jauh, dan selalu saling berhubungan dengan radio komunikasi 2 arah.
3. Membawa dan menggunakan semua alat pelindung diri yang disyaratkan untuk kebutuhan mapping.
4. Tidak boleh merokok ketika berada disekitar semak/hutan yang mudah/rawan terbakar. Ini bukan
hanya tindakan tidak aman, tetapi juga merupakan tindakan ilegal menurut aturan perlindungan hutan
terhadap bahaya kebakaran.

B. Training
Tidak ada training/pelatihan formal tentang hal ini sekarang. Karyawan baru secara rutin memperoleh
pengetahuan/pelatihan dengan bekerja bersama karyawan lapangan yang telah berpengalaman.
Pelatihan P3K adalah keharusan. Semua karyawan yang bekerja di lapangan disyaratkan untuk memenuhi
standard minimum P3K. Kualifikasi P3K harus diperbaharui setiap 3 tahun. Tingkat minimum pelatihan P3K
bervariasi untuk setiap situasi dan yursidiksi operasional. Seorang supervisor haruslah meyakinkan bahwa
semua karyawan yang bekerja di bagian yang dibawahinya telah memperoleh pelatihan P3K dengan
persyaratan paling minimum yang ditetapkan.

C. Tanggung Jawab

1. Supervisor
Ketika menetapkan/menugaskan karyawan untuk melakukan mapping di hutan, seorang supervisor
harus meyakinkan bahwa
 Karyawan tersebut mampu/kompeten untuk melakukan mapping
 Karyawan tersebut telah memiliki kualifikasi P3K yang terbaru dan telah memenuhi
persyaratan minimum yang dibutuhkan mengenai P3K.
 Peralatan dan bahan P3K dan survival kit disediakan
 Peralatan safety yang diperlukan disediakan dan diyakinkan untuk digunakan
 Semua instruksi kepada karyawan dipastikan dapat dilakukan dengan aman.
Page 4 of 11

 Yakinkan karyawan untuk berhati-hati dan menyadari potensi bahaya yang mungkin saja
terjadi.
 Lokasi, rute mapping, perkiraan waktu kembali/pulang diketahui oleh atasan, dan informasi
serta peta tentang hal ini disimpan dibasecamp/kantor.
 Mapping tidak akan memakan waktu terlalu lama yang bisa mengakibatkan kelelahan pada
karyawan.
 Mapping seorang diri tidak diperbolehkan, kecuali pada kondisi tertentu. Misalnya mapping
dilakukan dalam jarak yang dekat, dan semua karyawan harus tetap mengaktifkan radio
komunikasi supaya bisa saling berhubungan.

2. Karyawan
Ketika melakukan mapping di lapangan, karyawan haruslah memastikan bahwa :
 Pakaian dan peralatan yang digunakan sesuai dengan kondisi lapangan dan cuaca yang
mungkin terjadi.
 Pelatihan P3K yang pernah diperoleh telah memenuhi standar minimum yang dibutuhkan
 Alat/bahan P3K dan survival kit dibawa
 Peralatan safety lain yang juga dibutuhkan, dibawa dan digunakan dengan benar
 Membawa kompas, arloji dan peta daerah yang akan dimapping
 Lokasi, rute mapping, perkiraan waktu kembali/pulang diketahui oleh atasan, dan informasi
serta peta tentang hal ini disimpan dibasecamp
 Rute mapping dan perkiraan waktu kembali/pulang diketahui
 Bersikap hati-hati untuk keselamatan diri dan rekan satu tim
 Menghindari bersikap lalai dan bertindak teledor
 Tidak berpencar dengan rekan satu tim,kecuali pada jarak yang dekat dan selalu
berhubungan dengan radio komunikasi dua arah.

1. D. Melakukan Pekerjaan dengan Aman

Potensi bahaya yang paling mungkin ketika melakukan mapping adalah :

1. Tersesat atau hilang


2. Terjatuh, Tergelincir, Terpeleset, Cedera Anggota Tubuh karena Menggunakan Peralatan secara
Tidak Aman
3. Serangan Hyperthermia
4. Kelelahan
5. Petir
6. Bahaya binatang liar (ular, babi hutan, anoa, monyet)
7. Serangga berbahaya (lebah, tawon penyegat, nyamuk, kutu)
8. Kondisi air jelek

1. Tersesat atau hilang

a. Pencegahan
Cara terbaik untuk tidak tersesat atau hilang adalah mencegahnya secara dini.
 Rencanakan rute perjalanan/mapping dengan hati-hati dan sebaik-baiknya, kemudian tetap
konsisten/teguh pada rencana rute tersebut.
 Membawa kompas dan peta topography atau foto udara yang paling baik tentang daerah tersebut, dan
tahu persis cara menggunakannya.
 Selalu melakukan navigasi ketika dalam perjalanan/mapping. Pada saat melakukan pemetaan dengan
kompas dan langkah, harus selalu memperhatikan dan berhati-hati terhadap arah dan jarak yang telah
dan akan ditempuh untuk mengetahui posisi pada saat itu.
 Hindarkan godaan untuk tidak melakukan navigasi, karena menganggap bahwa sasaran akan dicapai
dengan mudah.
Page 5 of 11

 Hindarkan godaan untuk tidak melakukan navigasi, ketika memutuskan untuk mengikuti jalan setapak
atau jalan logging kayu yang belum terplot dipeta. Ini bisa menyebabkan secara perlahan mengubah arah
dan menyesatkan perjalanan/mapping.
 Mengetahui standar nasional/internasional tentang cara memberi tanda minta pertolongan darurat, dan
mampu melakukannya.

b. Prosedur Gawat darurat


Walaupun semua cara pencegahan tersesat atau hilang telah dilakukan, kemungkinan tersesat atau hilang
masih saja bisa terjadi. Tersesat atau hilang harus dikategorikan sebagai siatuasi gawat darurat. Jika telah
disampaikan kepada atasan, atau orang yang berwenang lainnya mengenai rencana rute, perkiraan waktu
kapan akan kembali/pulang, maka pencarian ketika terjadi ada yang tersesat atau hilang, akan cepat
dilakukan. Pencarian akan berhasil lebih cepat apabila orang yang tersesat atau hilang mengikuti prosedur
dibawah ini :
 Tidak panik. Panik adalah musuh terbesar pada kondisi seperti ini. Panik akan menyebabkan terkurasnya
banyak energi dan bisa mengakibatkan situasi yang lebih serius. Sebab suatu cedera kecil bisa dengan
segera berkembang menjadi situasi yang lebih serius jika terus-menerus panik dan tidak dapat
menguasai diri. Segeralah duduk dengan tenang dan diskusikan dengan rekan satu tim atau kalau hanya
seorang diri, tenangkan diri dan diskusilah dengan diri sendiri. Apabila mapping ini sebelumnya
direncanakan dan disiapkan dengan baik, inilah saatnya untuk merasakan manfaat emergency kit.
 Jangan mengembara (pergi ke mana-mana, ke arah yang tidak jelas). Makin dekat lokasi yang
diharapkan anda berada disitu, makin kecil area yang harus ditelusuri untuk mencari anda. Dan ini tentu
saja mempermudah pencarian. Lebih khusus lagi, jangan pernah pergi kemana-mana, ke arah yang tidak
jelas apabila kondisi sudah menjelang atau telah malam hari.
 Bersabarlah. Sebab tergantung dari tingkat keterpencilan lokasi dimana anda tersesat atau hilang.
Dalam kondisi normal, akan membutuhkan satu hari atau lebih untuk mengorganisasikan program
pencarian yang komprehensif.
 Buatlah diri anda mudah terlihat, sebab salah satu teknik pencarian melalui pengamatan dari udara.
Posisikanlah diri anda di tempat terbuka. Sebab adalah tidak mungkin untuk melihat ke bawah dengan
jelas jika terhalang pepohonan atau batu-batuan. Bawalah pakaian yang dapat memantulkan sinar atau
gunakanlah rompi yang berwarna cemerlang dan dapat memantulkan sinar. Jika anda melihat atau
mendengar pesawat udara, buatlah tanda (tanda keadaan gawat darurat internasional), berputar-putarlah
di sekitar area yang terbuka supaya mudah terlihat dari udara, pantulkanlah cahaya dari cermin dan
nyalakan api sebagai tanda. (jangan menggunakan tanda dengan menyalakan api pada saat bahaya
kebakaran mungkin terjadi, misalnya musim kering atau dekat semak-semak).
 Buatlah diri anda merasa nyaman, cari lokasi dimana anda bisa terlihat dari udara, dan buatlah
tempat/lokasi itu seperti shelter (tempat berteduh). Tempat berteduh seperti ini akan membantu anda
menghemat dan mengembalikan energi, melindungi dari bahaya, juga mengurangi peluang terjadinya
panik.
 Ingatlah, bahwa sesorang biasanya bisa tetap bertahan hidup selama 30 hari tanpa makan dan bertahan
selama 3 hari tanpa minum pada kondisi hutan

2. Terpeleset, Tergelincir, Terjatuh dan Cedera Anggota Tubuh Karena


Menggunakan Peralatan Secara Tidak Aman

Cedera karena tergelincir, terpeleset, terjatuh atau karena menggunakan peralatan secara tidak aman adalah
bahaya terbesar yang dihadapi oleh setiap orang yang melakukan mapping. Hal-hal/cedera yang mungkin
biasa saja jika terjadi di sekitar rumah atau ditempat lain selain di hutan, bisa menjadi cedera yang bersifat
serius di lokasi yang terpencil. Cedera yang paling sering terjadi ketika melakukan mapping adalah terjatuh
(terpeleset, tergelincir, terjatuh). Yang kedua paling sering adalah cedera yang diakibatkan oleh cara
penggunaan yang tidak aman dari peralatan pribadi, misalnya : kapak, palu, pisau, dsb.

a. Pencegahan
 Selalu menggunakan sepatu yang cocok untuk kondisi yang akan dihadapi. Sepatu haruslah dapat
mencegah masuknya air (tahan air) pada kondisi dingin dan basah.
 Hindari rute yang memiliki kemiringan dengan kondisi basah atau berlumut. Atau kalau tidak bisa,
lewatilah tempat itu dengan cara ekstra hati-hati dan kewaspadaan tinggi
Page 6 of 11

 Apabila melewati daerah yang tidak jelas, bisa menyebabkan kematian kalau jatuh, kondisi semak
belukar, dan sebagainya lakukanlah dengan ekstra hati-hati dan kewaspadaan tinggi.
 Apabila melewati daerah yang telah mengalami penebangan, lakukan dengan ekstra hati-hati dan penuh
kewaspadaan. Sebab batang kayu/pohon yang kecil, tajam dan rapuh ujungnya bisa menyebabkan
cedera serius jika kita terjatuh di tempat seperti itu.
 Jangan berjalan di sekitar kayu log yang telah ditebang, karena ada kemungkinan ada kayu yang masih
belum benar-benar roboh, dan ketika kita lewat kayu tersebut jatuh menimpa kita. Atau mungkin juga ada
batang kayu yang ketika terinjak akan terpelanting ke atas dan mengenai kita.
 Hindari atau jika terpaksa lakukan dengan ekstra hati-hati dan kewaspadaan tinggi ketika melalui lereng
yang terjal dan berbahaya.
 Selalu jalan dengan kecepatan yang sesuai dengan kondisi lapangan. Jangan pernah berlari-lari!!
 Selalu meyakinkan semua peralatan pribadi dalam kondisi baik
 Bawa dan simpanlah semua peralatan pribadi dengan aman dengan menggunakan pelindung yang
sesuai.
 Selalu gunakan peralatan pribadi dengan cara yang baik, benar dan aman. Jika perlu, ambillah
training/pelatihan khusus tentang hal itu.
 Gunakan perlatan pribadi sesuai dengan tujuan dan kegunaan alat tersebut
 Gunakan selalu alat pelindung diri yang sesuai dengan kondisi/keadaan
 Selalu membawa alat dan bahan P3K dan Emergency Survival kit

a. Prosedur Gawat Darurat


Cedera yang paling umum terjadi ketika melakukan mapping adalah luka memar, luka gores, terpotong,
keseleo dan patah tulang punggung. Semua cedera di atas haruslah diperlakukan dan ditindaklanjuti secepat
mungkin sesuai standar P3K. Orang yang cedera harus dilindungi dari terserang shock, dan jika perlu, segera
dibawa ke tenaga medis profesional untuk memperoleh perawatan yang dibutuhkan.

3. Serangan Hyperthermia

a. Pencegahan Hyperthermia

Ada 3 jenis serangan penyakit hyperthermia yang bisa terjadi secara tiba-tiba. 1. Kejang panas, 2. Kelelahan
karena panas, 3. Kena panas yang terlampau kuat.
Menderita kejang panas dan kelelahan karena panas terjadi karena dehidrasi dan kehabisan unsur garam
akibat keluarnya keringat yang berlebihan.(keluar keringat itu sendiri berguna untuk menurunkan suhu
internal tubuh).
Menderita heat stroke (kena panas yang terlampau kuat) ditandai dengan terjadinya suhu tubuh tiba2
meningkat mencapai 41C (105F) yang dapat menyebabkan kematian apabila tidak segera diberi
pertolongan medis. Ada beberapa cara untuk mencegah/mengurangi serangan hyperthermia.
 Pentingnya melakukan mapping dalam suatu tim adalah lipat dua kali pentingnya pada saat kondisi
cuaca panas. Gejala hyperthermia seringkali tidak dapat dikenali atau diketahui oleh si penderita. Akan
tetapi dapat terbaca dengan jelas oleh rekan kerja yang telah mengatahui tanda-tandanya.
 Minumlah dalam jumlah banyak. Jangan mengandalkan perasaan haus, untuk mengetahui kapan anda
butuh air minum atau berapa banyak yang harus diminum. Minumlah dalam jumlah yang banyak sebelum
anda mulai bekerja, dan setiap 20 menit selama mapping, sebaiknya minum. Jangan minum susu, jus
buah yang tidak encer atau alkohol. Minum alkohol malah akan menyebabkan tubuh anda kekurangan
cairan. Berhati-hatilah apabila ingin meminum air yang ada di lokasi tersebut. Kecuali anda merasa yakin
degan kualitasnya.
 Tingkatkanlah kadar garam tubuh anda secara perlahan. Kadar garam yang cukup biasanya sudah
terdapat dalam makanan siap saji, tetapi jika anda sangat berkeringat, minuman penambah kadar garam
tubuh seperi gatorade, dianjurkan untuk diminum. Tablet salut garam tidak dianjurkan kecuali atas
petunjuk dokter.
 Gunakanlah pakaian dari bahan yang ringan, dan usahakan supaya tidak terlalu banyak bagian tubuh
yang terbuka dan tidak tertutupi pakaian.
Page 7 of 11

b. Prosedur Gawat Darurat Hyperthermia

i. Kejang panas
 Kondisi tubuh yang kekurangan/kehabisan kadar garam karena keringat yang sangat banyak
 Gejala dan tanda : Kejang/kram pada otot ketika bekerja, gejala lain : napas pendek-pendek, muntah-
muntah, merasa pusing
 Perlakuan/perawatan : Pindahkan ke tempat yang bernaung atau istirahatkan di tempat yang bernaung.
Minum air yang mengandung sedikit kadar garam.

ii. Kelelahan karena panas


 Kondisi hyperthermia tingkat sedang yang disebabkan oleh rasa tegang atau shock pada sistem sirkulasi
udara tubuh, yang diakibatkan oleh temperatur atau kelembaban yang tinggi. Akibatnya terjadi kehilangan
cairan tubuh melalui keringat yang berlebihan. Dan hal ini bisa terjadi walaupun tidak terkena langsung
sinar matahari.
 Tanda dan gejala : ada banyak gejala dari tingkat sedang sampai gejala hebat. Gejala itu antara lain sakit
kepala, kedinginan (menggigil), keringat dingin, kulit lembab, merasa pusing, denyut nadi lemah,
penglihatan samar-samar, tidak enak badan, lemas, kewaspadaan berkurang, merasa kejang-kejang.
Korban bisa terus-menerus mengigau atau pingsan.
 Perlakuan/perawatan : sama dengan yang mengalami penyakit kejang panas. Istirahatkan di tempat
bernaung. Beri air minum yang biasa, atau air yang bekadar garam sedang, Kalau korban dalam keadaan
tidak sadar, dinginkan/kompres dengan air sampai si korban sadar kemabli.
 Pada kondisi/gejala tingkat sedang sampai hebat, pertolongan dari tenaga medis profesional diperlukan.
Sediakan/lakukan perawatan P3K seperti diatas, dan setelah itu segera dibawa ke petugas medis.

iii. Kena panas yang terlampau kuat


 Terjadi kerusakan sirkulasi darah di otak. Kondisi seperti ini sangat serius dan mungkin berkibat fatal. Hal
ini bisa terjadi kalau mengalami/terkena/berhubungan langsung dengan sinar matarhari yang terlampau
kuat dalam waktu lama.
 Tanda dan gejala : Kulit kering dan panas, wajah seperti terbakar/bergejolak dan merasa sangat gerah,
akan tetapi keringat sangat sedikit atau bahakan tidak ada. Denyut nadi menjadi lebih kencang dan kuat.
Si korban bisa menjadi apatis atau malah agresif, sakit kepala hebat, seringkali diikuti dengan muntah-
muntah. Si korban akan mengalami hyperventilate seiring dengan peningkatan gejala yang dialaminya.
Apabila temperatur tubuh meningkat, bisa mengakibatkan mata menjadi gelap, kejang dan tidak sadarkan
diri/pingsan. Pada kondisi suhu tubuh mencapai 41C (105C), perawatan/penanganan harus segera
dilakukan tanpa penundaan. Keterlambatan penanganan dapat mengakibatkan kerusakan otak atau
bahkan kematian.
 Perlakuan/Perawatan : Baringkan korban di tempat yang teduh dengan kepala dan bahu sedikit lebih
tinggi dari anggota tubuh lainnya. Baringkan dengan posisi miring (posisi istirahat) jika dalam keadaan
tidak sadar. Lepaskan baju luar, dan dinginkan/kompres tubuhnya dengan air dan dikipas-kipas,
khususnya pada bagian kepala, leher dan area sekitar dada. Jangan juga terlalu banyak memercikkan air
ke tubuh korban ketika berusaha mendinginkan suhu tubuhnya, sebab itu bisa menjadi seperti
“mengepel” si korban. Apabila si korban sudah sadar kembali (siuman), beri dia minum. Ketika suhu
tubuhnya telah normal kembali, ganti pakaian si korban, tetap dijaga dalam kondisi hangat supaya
mencegah dia menjadi kedinginan. Adalah sangat berbahaya apabila dilakukan pendinginan suhu tubuh
dengan membenamkan/mencelupkan tubuh si korban dengan air dalam jumlah banyak sesaat setalah
mengalami gejala penyakit ini. Akan tetapi dalam kasus yang sangat ekstrim/luar biasa, di mana terdapat
resiko kematian dan kerusakan otak, cara ini dapat digunakan setelah proses pendinginan suhu tubuh
mulai memperlihatkan efeknya. Secara perlahan-lahan masukkan/turunkan tubuh si korban ke dalam air,
pertama-tama kaki si korban, Lakukan pemijatan untuk memperlancar/meningkatkan aliran darah dan
mengurangi panas dari dalam tubuh. Segera pindahkan/angkat/keluarkan korban dari air segera setalah
suhu tubuhnya telah kembali stabil.
Page 8 of 11

4. Kelelahan

Kelelahan terjadi ketika tubuh melakukan aktivitas yang melebihi kapabilitas fisik kita sendiri. Kondisi ini
hampir selalu terjadi karena memandang remeh tingkat kesulitan dan waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan mapping. Kondisi kelelahan akan sangat besar kemungkinannya membuat kita cedera dan
menurunkan kualitas pekerjaan/mapping yang dilakukan.

a. Pencegahan
 Rencanakan mapping dengan mempertimbangkan semua kondisi, bukan hanya jaraknya saja. Keadaan
lapangan/daerah, cuaca, personil tim, dan faktor apa saja yang mungkin berpengaruh hendaknya telah
dipikirkan/dipertimbangkan antisipasinya.
 Kecepatan langkah dan beban yang dibawa harus sesuai dengan kondisi dan kemampuan fisik.
 Kecepatan langkah dalam mapping jangan lebih cepat dari anggota tim yang paling lambat.

b. Prosedur Gawat Darurat


 Tanda dan gejala : Tubuh merasa sangat lelah, koordinasi gerak tubuh berkurang, kewaspadaan tubuh
menurun.
 Perawatan/Perlakuan : Berhenti dan istirahatlah. Sebaiknya di tempat yang teduh/bernaung dan aman
dari bahaya. Minum air dan makanlah makanan ringan yang mengandung energi tinggi. Jangan
melanjutkan perjalanan sebelum merasa segar kembali dan cukup beristirahat.

5. Petir
Terperangkap/mendapati kondisi petir adalah hal yang juga biasa dijumpai dalam mapping. Terkena serangan
petir dapat berakibat fatal. Oleh sebab itu, pencegahan-pencegahan tertentu berikut ini perlu diperhatikan.

a. Pencegahan
 Carilah tempat yang aman sebelum petir/badai tiba, seperti di dalam kendaraan atau bangunan.
 Menjauhlah dari sesuatu yang berukuran tinggi, misalnya pepohonan yang tinggi
 Jangan berdiri di dekat atau bergantung di benda yang terbuat dari logam
 Segera turun dari tempat ketinggian, misalnya bukit.
 Jangan berdiri di dalam air
 Pindah ke area yang lebih rendah, dan posisi tubuh sebaiknya membungkuk atau berjongkok
 Segera ke darat atau pantai apabila sedang berada diatas perahu atau kano.

b. Prosedur Gawat Darurat


Petir adalah sebuah peristiwa yang berhubungan dengan gejala kelistrikan.
 Tanda dan gejala : Korban biasanya terlihat seperti terpukau, terdiam dan langsung jatuh pingsan.
Korban mungkin mengalami efek terbakar, yang mana akan lebih berbahaya/dahsyat apabila si korban
memakai arloji, perhiasan, dan lain-lain yang terbuat dari logam. Pernafasan terhenti atau jantung
berhenti berdetak mungkin saja terjadi.
 Perawatan/penanganan : Periksa nafas dan denyut nadi korban. Lakukan pernafasan buatan atau
pemompaan jantung sesuai prosedur. Ketika korban telah sadar, lakukan penanganan untuk
menghilangkan rasa shock, dan segera setelah itu dibawa untuk memperoleh perawatan medis
secepatnya.

6. Binatang Liar (ular, babi hutan, anoa, monyet, buaya)


Berjumpa dengan binatang liar (ular, babi hutan, anoa, monyet, buaya) ketika melakukan mapping adalah hal
yang biasa terjadi. Terlepas dari banyaknya perjumpaan dengan binatang liar (ular, babi hutan, anoa, monyet,
buaya), serangan dari binatang liar (ular, babi hutan, anoa, monyet) sebenarnya jarang terjadi. Bersikap hati-
hati pada binatang liar (ular, babi hutan, anoa, monyet, buaya) yang sedang sendiri saja atau apalagi yang
sedang bergerombol dengan anak-anaknya atau sedang masa birahi. Serangan atau gigitan dari binatang liar
(ular, babi hutan, anoa, monyet, buaya) adalah berbahaya karena mungkin mengandung racun/bisa,
menularkan rabies atau penyakit infeksi atau bahkan menimbulkan kematian Korban harus segera
memperoleh perawatan medis secepatnya. Hampir semua binatang yang menyerang, adalah hasil dari
keterkejutan antara keduanya, baik binatang maupun orang yang melakukan mapping ketika tiba-tiba
bertemu.
Page 9 of 11

a. Pencegahan
 Bersikap ribut, ramai ketika melakukan mapping. Ini bisa dilakukan dengan membawa semacam bel di
kantong atau pakaian, meniup peluit atau bersiul-siul atau cara lain yang membuat binatang yang ada di
sekitarnya mengetahui kedatangan/keberadaan kita.
 Jangan menggunakan sabun yang terlalu harum/wangi, parfum, deodoran, dan sebagainya yang
mungkin membuat binatang tertarik untuk mendekati kita.
 Cari dan ketahuilah informasi sebanyak-banyaknya tentang lokasi dan kebiasaan bermacam-macam
binatang yang menghuni daerah yang akan dimapping.
 Selalu memberi kesempatan bagi binatang untuk berlalu lebih dulu atau tidak merasa terganggu di area
teritorinya.
 Waspada terhadap tanda-tanda keberadaan binatang, jejak kaki, atau pun bekas kotorannya.
 Jangan pernah berusaha mendekati atau menangkap binatang liar (ular, babi hutan, anoa atau monyet),
sebab itu dapat membuat mereka merasa terancam, sehingga akan menyerang anda. Khusus untuk ular,
jangan pernah coba menangkapnya, karena kemungkinan ular tersebut adalah ular berbisa.
 Khusus untuk ular, pahami/pelajari jenis dan karakteristik ular daerah tersebut. Ular yang umum dijumpai
di Sulawesi dan halmahera adalah ular sawah, phyton, hijau, viper, hitam.
 Alat membela diri seperti parang adalah pilihan pelengkap terakhir.

a. Prosedur Gawat Darurat


 Jika serangan yang terjadi dalam jarak dekat atau masih berlangsung, parang dapat digunakan untuk
mempertahankan diri.
 Lakukanlah penanganan P3K yang sesuai terhadap luka atau cedera
 Semua gigitan dan goresan oleh binatang harus ditangani oleh dokter untuk mencegah infeksi dari
bisa/racun yang dibawa binatang tersebut, dan untuk mendeteksi kemungkinan rabies.
 Prosedur penanganan digigit ular harus dipahami secara baik (untuk detail mengenai hal ini dilampirkan
secara terpisah).
 Apabila digigit ular berbisa usahakanlah mengetahui jenis ular tersebut dan usahakan membunuh ular itu
untuk dibawa ke rumah sakit agar dapat dipilihkan anti venin yang tepat sesuai dengan jenis ular yang
menggigit.
 Apabila binatang itu diduga menularkan rabies, jika memungkinkan binatang itu harus segera dibunuh.
Jangan menyentuh bangkai binatang dengan tangan telanjang. Gunakan sarung tangan tebal, masukkan
dan bungkus dengan aman bangkai binatang itu dalam sebuah plastik bag yang sesuai. Jangan
menyentuh bagian luar dari sarung tangan setelah memegang bangkai binatang. Masukkan dan satukan
sarung tangan itu dengan bangkai binatang dalam palstic bag. Setelah itu, cuci tangan dan bagian lain
dari kulit yang terbuka dengan sabun dan air hangat. Kemudian sterilkan dengan menggunakan alkohol,
walaupun tadi anda menggunakan sarung tangan. Beritahu petugas suaka margasatwa yang berwenang
yang akan mengambil dan melakukan tes terhadap bangkai binatang itu.

7. Serangga Berbahaya
Bermacam-macam serangga dapat ditemui ketika melakukan mapping. Konsekuensinya, bisa berupa
gangguan-gangguan kecil yang biasa saja, membawa penyakit atau berpotensi menyebabkan kematian
karena reaksi alergi tubuh. Serangga yang paling umum dijumpai adalah nyamuk, lebah, tawon penyengat,
kutu, “blackflies” dan “deerflies”. Sengatan lebah atau tawon penyengat dapat berakibat fatal bagi penderita
alergi.

a. Pencegahan
 Semprotkan/gosokkan penolak nyamuk ke pakaian dan ke bagian tubuh yang terbuka. Gunakan
secukupnya, tetapi efektif.
 Gunakan pakaian yang loggar untuk melapisi T-shirt. Ini akan membantu menghindarkan dari gigitan
serangga melalui pakaian anda.
 Buatlah kondisi supaya bagian bawah celana dimasukkan ke dalam sepatu boot, kerah baju yang aman
dan menutupi bagian tubuh dengan baik, dan masukkan/rapikan pakaian ke dalam celana, supaya
mencegah masuknya serangga ke bagian dalam baju, khususnya kutu dan semut.
Page 10 of 11

 Untuk penderita alergi, harus selalu membawa obat anti alergi yang dibutuhkan. Tahu cara
menggunakannya, dan bisa megajarkan/menginstruksikan kepada rekan satu tim untuk membantu
menggunakannya.
 Apabila anda menduga bahwa anda mungkin alergi terhadap gigitan serangga, lakukanlah tes sebelum
berangkat ke lapangan melakukan mapping. Reaksi alergi dapat terjadi dengan cepat dan fatal. Jika
situasi seperti ini terjadi di lapangan, dan anda tidak meyiapkan diri sebelumnya dengan
persiapan/penanganan medis yang benar, anda bisa meninggal.

b. Prosedur Gawat Darurat


 Selalu bersihkan area yang digigit serangga dengan air sabun atau antiseptik yang sesuai untuk
mencegah infeksi dan mengurangi iritasi.
 Jika terjadi reaksi alergi, siapkan dan segera gunakan serum medis pelawan racun yang disiapkan tanpa
membuang-buang waktu. Jika kondisi alergi masih terus terjadi setelah diberi pelawan racun, segera
dibawa untuk memperoleh perawatan medis yang dibutuhkan.

8. Kualitas Air Jelek


Walaupun dibanyak area, masih banyak dijumpai sumber air lokal yang secara umum aman untuk
dikonsumsi manusia, akan tetapi banyak juga area yang tidak demikian. Air yang tidak murni, mungkin
mengandung bakteri berbahaya dan atau parasit. Atau mungkin juga ada daerah yang airnya telah
terkontaminasi polutan dari pabrik. Akibat paling sering dari kulaitas air yang jelek adalah penyakit diare dan
disentry. Air juga dapat terkontaminasi oleh kotoran dari binatang atau manusia. Gejala yang ditimbulkan
apabila terminum air yang terkontaminasi bakteri atau parasit atau kuman dari kotoran binatang atau manusia
adalah berupa diare atau muntah-muntah.

a. Pencegahan
 Konfirmasikan/tanyakan kepada petugas berwenang tentang kualitas air sungai dan danau di daerah
tersebut
 Jika anda ragu-ragu, anda harus membawa cadangan air didalam wadah yang aman dan bersih
 Didihkan semua air yang diambil dari sumber air setempat paling kurang selama 5 menit atau bisa juga
ditambahkan dengan tablet disinfektan
 Pastikan anda selalu mencuci tangan anda dengan benar secara keseluruhan setelah menggunakan
toilet
 Jangan pernah berenang di telaga/kolam air tergenang yang tidak jelas kualitas airnya

b. Prosedur Gawat Darurat


 Sediakan selalu alat dan bahan P3K untuk diare dan disentry
 Segera cari penanganan medis yang semestinya
Page 11 of 11

Work Flow / Urutan Kerja

Prepare Map
(Plot all geological information from
previous study / investigation)

Synchronise GPS Coordinate System and


Map Coordinate System

Plan Mapping route safely and effectively

Prepare and Pack all personal equipment


and mapping equipment, which are
needed. Confirm if all equipment run well

Inform your mapping plan to supervisor or your friend


in basecamp.
Give your detail plan Map for emergency use.

Use safety equipment


(safety shoes, safety helmet, safety hand
gloves, safety clothes dan safety vest)

Time, Weight and Speed Management

Plot mapping route and stop site,


compared with Mapping Plan

Mapping data Acquisition

Anda mungkin juga menyukai