Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi saat ini, menuntut para pemberi pelayanan kesehatan agar memberikan
pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, pemingkatan mutu kualitas layanan merupakan salah satu aspek yang sangat
penting.Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang mempunyai pungsi
rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang professional dan berkualitas. Sejalan dengan
upaya tersebut, agar para tenaga kesehatan dirumah sakit dapat memberikan pelayanan prima
bagi para pasiennya, diperlukan adanya suatu pedoman pelayanan kesehatan yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam setiap tindakan yang dilakukan.
Pelayanan anastesi pada hakekatnya harus bias memberikan tindakan medis yang aman,
efektif, berprikemanusiaan, berdasarkan ilmu kedokteran mutaahir dan teknologi tepat guna
dengan mendaya gunakan sumber daya manusia yang berkompeten dan professional dalam
menggunakan peralatan dan obat-obatan yang sesuai standar, pedoman dan petunjuk profesi
anestesiologi dan therafi intensif Indonesia.
Pelayanan anesthesia dirumah sakit antara lain meliputi pelayanan anesthesia/analgesia di
kamar bedah dan diluar kamar bedah, pelayanan kedokteran perioperative, penanggulangan
nyeri akut dan kronis, resusitasi jantung paru dan otak, pelayanan kegawatdaruratan dan
terapi intensif. Jenis pelayanan yang diberikan oleh setiap rumah sakit akan berbeda,
tergantung dari fasilitas, sarana, dan sumber daya yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Oleh
sebab itu dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan anastesi dirumah sakit, disusunlah
Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan therapy intensif d RSU Ridhoka Salma
Cikarang Barat Bekasi.

B. Tujuan
1. Memberikan pelayanan anastesia, analgesia dan sedasi secara berprikemanusiaan dan
memuaskan bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis atau trauma yang
menyebabkan rasa nyeri, kecemasan dan stress psikis lain.
2. Menunjang fungsi vital tubuh terutama jalan nafas, pernafasan, kardiovaskuler dan
kesadaran pasien yang mengalami gangguan atau ancaman nyawa karena menjalani
pembedahan, prosedur medis, trauma, atau penyakit lain.
3. Melakukan reanimasi/resusitasi (basic, advanced, pronologed life support), pada
kegawatan mengancam nyawa dimanapu pasien berada ( ruang gawat darurat, kamar
bedah, ruang pulih, ruang terapi intensif / ICU dan lain-lain.)
4. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan metabolism tubuh pasien yang
mengalami gangguan atau ancamannyawa pada pembedahan, prosedur medis, trauma
atau penyakit lain.
5. Menanggulangi masalah nyeri akut dirumah sakit (nyeri akibat pembedahan, trauma,
maupun nyeri persalinan )
6. Menanggulangi masaslah nyeri kronik dan nyeri membandel (nyeri kanker dan penyakit
kronik)
7. Memberikan terapi pernafasan.
BAB II
PENGERTIAN

Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan :


1. Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter specilalist anestesiologi dalam kerjasama tim meliputi penilaian pra operatif (pra
anastesia), intra anaestesia dan pasca anaestesia serta pelayanan lain sesuai bidang
anestesiologi antara lain terapi ntensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri.
2. Tim pengelola pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tim yang dipimpin oleh
dokter specialist anastesiologi dengan anggota dokter lain dan perawat anastesia dan
/atau perawat.
3. Dokter specialis anestesiologi adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
program studi dokter specialis anastesiologi di institusi pendidikanyang diakui atau
lulusan luar negri dan yang telah mendapat Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin
Praktek (SIP)
4. Kolaborasi adalah tindakan yang dilakukan perawat anastesi dan perawat dalam ruang
lingkup medis dalm melaksanakan instruksi dokter.
5. Kewewnangan klinik adalah proses kredensial pada tenaga kesehatanyang dilakukan di
dalam rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan medis tertentu sesuai peraturan
internal rumah sakit.
6. Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu, berdasarkan
standar kompetensi, standar pelayanan kedokteran dan pedoamn nasional yang
disusun, ditetapkan oleh rumah sakit sesuai kemampuan rumah sakit dengan
memperhatikan sumber daya manusian, sarana dan prasarana serta peralatan yang
tersedia.
7. Pelayanan pra-anastesia adalah penilaian untuk menentukan status medis pra anastesia
dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang memperoleh tindakan
anastesia.
8. Pelayanan intra anastesia adalah pelayanan anastesia yang dilakukan selama tindakan
anastesia meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara continue.
9. Pelayanan pasca anastesia adalah pelayanan pada pasien pasca anastesia sampai pasien
pulih dari tindakan anesthesia.
BAB III
PENGATURAN MANAGEMENT

Kebijakan Layanan Anstesia dan Sedasi ( sedang dan dalam ) meliputi : Layanan anastesia dan
sedasi di RS. Ridhoka Salma Cikarang Barat Bekasi, berdasarkan standard an pedoman
pelayanan anestesiologi Indonesia tahun 2008, dan PERMENKES RI No
529/MENKES/PER/III/2011 tentang pedoman penyelenggaraan pelayanan anastesilogi dan
terapi intensif di Rumah Sakit.

A. Ketua SMF
1. Tugas :
- Mengkoordinir dan memantau kegiatan pelayanan medis sesuai dengan standar
pelayanan profesi
- Melaksanakan tugas administrasi
2. Tanggung Jawab
- Mengembangkan, menerapkan dan menjaga kebijakan serta prosedur
- Melakukan pengawasan administrative
- Menjalankan program pengendalian mutu dan keselamatan pelayanan anastesi
yang dilakukan.
- Merekomendasikan sumber dari luar untuk layanan anestesi
- Memantau dan mengkaji semua layanan anastesi
- Menetapkan kompetensi, pelatihan dan pendidikan bagi staff medis anastesi
untuk pengembangan dan peningkatan pelayanan anastesi
B. Koordinator Pelayanan Anastesi Bedah Sentral
1. Tugas :
- Sebagai koordinator dalam melaksanakan pelayanan anastesi dan terapi intensif
di instalasi bedah sentral sesuai dengan protap dan kaidah waspada dasa netra
- Sebagai koordinator dalam mengevaluasi setiap pelayanan anestesi dan terapi
intensif di instalasi bedah sentral yang telah dilakukan, kendala yang timbul,
kesesuaian antara rencana dengan kenyataan.
2. Tanggung jawab
- Sebagai koordinator dalam memberikan informasi (informed consent) kepada
pasien dan keluarga sebelum dilakukan prosedur anastesi.
- Sebagai koordinator dalam melakukan prosedur pelayanan anastesi pada pasien
di instalasi bedah RS.Ridhoka Salma Cikarang Barat Bekasi.
- Sebagai koordinator dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelayanan anastesi yang dilakukan di instalasi bedah.
- Sebagi koordinator dalam pengisian formulir dokumen medis sesuai petunjuk
pengisian yang berlaku di RS.Ridhoka Salma Cikarang Barat Bekasi secara jelas,
lengkap dan benar, sehingga dapat dipertanggung jawabkan sebagai bukti
otentik dari pelayanan medis yang di lekukan terhadap pasien di instalasi bedah.
- Mengajukan usul dan saran untuk kemajuan SMF kepada Direktur lewat Ketua
SMF.
C. Koordinator Pelayanan ICU
1. Tugas :
- Sebagai koordinator dalam melaksanakan pelayanan Intensive Care Unit RS.
Ridhoka Salma Cikarang Barat Bekasi sesuai dengan protap dan kaidah yang adda
di RS.Ridhoka Salma Cikarang Barat Bekasi.
- Koordinator dalam mengevaluasi setiap pelayanan Intensive Care Unit yang telah
dilakukan, kendala yang timbul, keseuaian antara rencana dengan kenyataan.
2. Tanggung Jawab :
- Sebagai koordinator dalam memberikan nformasi (informed consent) kepada
pasien dan keluarga sebelum dilakukan prosedur Intensive Care Unit.
- Sebagi koordinator dalam melaporkan dan mempertanggung jawabkan
pelayanan yang dilakukan di Intensive Care Unit Rs Ridhoka Salma Cikarang barat
Bekasi.
- Sebagai koordinator dlam pengisian formulir dokumen medis sesuai petunjuk
pengisian yang berlaku di RS Ridhoka Salma Cikarang Barat bekasi secra jelas,
lengkap dan benar, sehingga dapat dipertanggung jawabkan sebagai bukti
otentik dari pelayanan medis yang dilakukan terhadap pasien di Intensive Care
Unit.
- Mengajukan usul dan saran untuk kemajuan SMF kepada Direktur lewat Ketua
SMF.
BAB IV
PELAYANAN SEDASI

A. Kebijakan sedasi meliputi :


1. Definisi layanan sedasi sedang dan dalam
Layanan sedasi sedang adalah pemberian obat-obatan yang menyebabkan
penurunan kesadaran tetapi berespon terhadap rangsangan verbal dan rangsangan
taktil ringan, jalan nafas ventilasi masih terjaga dengan baik dan fungsi
kardiovaskuler masih terjaga dengan baik. Obat-obatan yang dipakai adalah obat-
obatan yang berefek sedatif
Layanan sedasi dalam adalah pemberian obat-obatan yang menyebabkan
penurunan kesadaran dimana pasien sulit dibangunkan tetapi masih bias berespon
terhadap rangsangan nyeri berulang, jalan nafas dan fungsi ventilasi spontan
mungkin terganggu, sehingga memerlukan bantuan untuk mempertahankan
kelapangan jalan nafas dan mempertahankan ventilasi yang adequate, funsi
kardiovaskuler biasanya masih terjaga dengan baik. Obat-obatan yang dipakai
adalah obat-obatan yang berefek sedative.
2. Layanan sedasi diberikan pada pasien paediatrik dan pasien dewasa pada kasus-
kasus : endoskopi, kuretage, radiodiagnostik, radioterapi, colonoscopy,
bronkhoskopi jika diperlukan dan tindakan kedokteran lain yang memerlukan
tinddakan sedasi.
3. Pelaksana pelayanan sedasi yaitu : dokter specialis anastesiologi
4. Layanan sedasi yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan layanan sedasi dan
disiplin terkait serta sesuai dengan bentuk layanan sedasi yang dimiliki oleh bagian
anastesiologi dan therapi intensif Rs Ridhoka Salma cikarang barat bekasi.
5. Setaip layanan sedasi sedang dan dalam harus melalui proses penerimaan, penilaian,
perencanaan, dan persiapan.
6. Setiap layanan sedasi sedang dan dalam yang dilakukan oleh specialis anestesi
sebagai DPJP dan peserta didik harus melalui proses komunikasi dan pemberian
informasi serta mendapat persetujuan sedasi dari pasien atau keluarga pasien.
7. Layanan sedasi harus dilakukan pemantauan selama pra sedaasi, durante sedasi dan
pasca sedasi
a) Pada saat prasedasi dilakukan pemantauan terhadap tensi, nadi, RR, saturasi dan
dilakukan penilaian nyeri ( direkam sebelum sedasi pada catatan sedasi )
b) Pada durante sedasi dilakukan pemantauan terhadap tensi, nadi, RR dan saturasi
setiap 5 menit, dilakukan penilaian nyeri serta dilakukan penilaina kedalaman
sedasi (direkam dalam catatan sedasi )
8. Setiap memberikan pelayanan sedasi harus dipastikan alat : monitor EKG, Oksimetri,
tabung oksigen dan perlengkapannya, suction dan perlengkapannya trolley
emergency ada obat nalokson.
9. Penatalaksanaan jika pasien mengalami syock karena pemberian sedasi dilakukan
penatalaksanaan dengan langka-langkah pengelolaan pasien syock.
10. Setiap layanan sedasi harus didokumentasikan didalam rekam medis, dicatat dalam
catatan sedasi.
11. Kepala bidang pelayanan medic agar memmantau palaksanaan layanan dan
melaporkan hasil kegiatannya kepada direktur medic dan keperawatan RS.Ridhoka
Salma Cikarang Barat Bekasi.

B. Pedoman pra sedasi


1. Kebijakan :
Persiapan pra sedasi harus dikerjakan oleh dokter specialis anastesi
2. Prosedur :
a. Dokter operator membuat konsulan / permintaan ke dokter specialis anastesi
b. Dokter specialis anastesi melakukan kunjungan ruangan dan melakukan
pemeriksaan fisik, darah rutin dan pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan
(laboratorium, foto thorak, EKG dan lain-lain) dan konsultasi ke dokter specialis
lain atas indikasi.
c. Membuat kesimpulan berupa diagnosis anastesi yang meliputi : identitas pasien,
jenis tindakan, indikasi tindakan dan tehnik sedasi yang akan diberikan serta
status fisik berdasarkan ASA.
d. Melakukan informed consent
e. Mengintruksikan kepada perawat diruang rawat inap agar :
1) Memuasakan pasien 4-6 jam pre sedasi sesuai status pasien.
2) Memasang infus pemeliharaan semenjak pasien dipuasakan.
3) Menghapus cosmetic serta melepas semua protese dan perhiasan pasien.
4) Memberikan obat-obatan premedikasi sesuai perintah dokter
f. 30 menit sebelum tinddakan, pasien diantara ke kamar tindakan, serah terima
dari perawat ruangan kepada perawat kamar tindakan disertai dengan status
pasien, usahakeperawatan yang sedang dikerjakan obat dan perlengkapan
sedasi. Persiapan dikamar tindakan meliputi monitor, alat dan obat yang akan
dipakai, alat dan obat emergensi
g. Persiapan dikamar tindakan meliputi monitor, alat dan obat yang akan dipakai,
alat dan obat emergensi.
C. Pedoman sedasi sedang dan dalam.
1. Kebijakan
Persiapan pra anastesi harus dikerjakan oleh dokter specialis anastesi secara
professional dan sesuai dengan standar pelayanan medis segera setelah ada
permintaan dari dokter specialist terkait.

2. Prosedur :
a. Dokter yang berkepentingan membuat konsulan/permintaan kebagian
anastesiologi dan terapi intensif.
b. Dokter specialis anastesi melakukan pemeriksaan terhadap pasien dan
menentukan persiapan yang diperlukan untuk sedasi sedang seperti pemeriksaan
penunjang dan peralatan monitoring dan mempersiapkan obat-obatan dan alat.
c. Membuat kesimpulan berupa diagnosis anastesi yang meliputi : identitas pasien,
jenis tindakan, indikasi tindakan dan tehnik sedasi yang akan diberikan serta
status fisik berdasarkan ASA.
d. Melakukan informed consent
e. Menginstruksikan perawat ruangan agar :
1) Memuasakan pasien pre sedasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Cair : air putih, jus buah tanpa bulir, minuman berkabonasi, the, kopi
hitam puasa minimal 2 jam
b) ASI puasa minimal 4 jam
c) Susu formula puasa minimal 6 jam
d) Susu non human, karena susu non human mirip dengan makanan padat
dalam waktu pengosonganlambung; jumlah yang dikonsumsi harus
dipertimbangkan saat menentukan jangka waktu puasa yang sesuai,
memasang infus pemeliharaan semenjak pasien dipuasakan. Puasa
minimal 6 jam
e) Makanan ringan terdiri dari roti panggang dan air putih. Makanan yang
termasuk dalam makanan gorengan / berlemak / daging dapat
memperpanjang waktu pengosongan lambung; baik jumlah maupun
jenis makanan yang dikonsumsi, keduanya harus dipertimbangkan saat
menetukan jangka waqktu puasa minimal 6 jam.
2) Menghapus kosmetik serta melepas semua protese dan perhiasan pasien.
3) Memasang label.
4) Memberikan obat0obatan sesuai dengan instruksi.
f. 30 menit sebelum operasi, pasien diantar ke ruang tindakan, serah terima dari
perawat ruangan kepada perawat ruang tindakan diesertai dengan status pasien,
usaha keperawatan yang sedang dikerjakan, obat dan perlengkapan anastesi.
g. Persiapan dikamar tindakan meliputi monitor, alat dan obat yang akan dipakai,
alat dan obat emergensi.

D. Pedoman pasca sedasi


1. Kebijakan
Ruang pulih sadar dikelola oleh dokter specialis anastesi

2. Prosedur :
a. Serah terima pasien pasca tindakan sedasi disertai laporan sedasi lengkap
dengan instruksi dari dokter specialis anastesi, oabat, cairan infus / darah dan
lain-lain.
b. Pasien diposisikan miring / terlentang / lateral sesuai dengan instruksi.
c. Pasang monitor, ukur tanda vital tiap 5 menit, catat produksi urine bila terpasang
cateter.
d. Pertahankan jalan nafas.
e. Beri O2 : 2 ltr/mnt sesuai dengan intruksi dokter specialist anastesi
f. Pastikan infus/transfuse berfungsi dengan baik.
g. Lakukan penilaian dengan standar aldrete score untuk pasien pasca sedasi.
h. Nilai aldrete score ≥ 8, pasien dikembalikan ke ruang rawat inap.
i. Nilai aldrete ≤ 8 pasien di rujuk keruang intensif.
j. Sebelum merujuk ke ruang intensif atau mengembalikan pasien ke ruang rawat
inap, perawat ruang pulih sadar (RR) harus memberitahu perawat ruang intensif
/ ruangan melalui telepon. Serah terima pasien dari petugas ruang RR ke petugas
intensif / ruangan diertai rekam medic beserta instruksi dokter spesialis anastesi
dan dokter bedah, obat-obatan, infus/darah dan hal-hal yang perlu
diimformasikan.
BAB V
PELAYANAN PRA ANESTESI, PRA INDUKSI,
LABORAT DAN PENUNJANG LAIN

A. Pedoman pra anastesi


1. Kebijakan
Persiapan pra anastesi harus dikerjakan oleh dokter specialis anastesi

2. Prosedur :
a. Dokter operator membuat konsulan / permintaan ke dokter specialis anastesi
b. Dokter specialis anastesi melakukan kunjungan ruangan dan melakukan
pemeriksaan fisik, darah rutin dan pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan
(laboratorium, foto thorak, EKG dan lain-lain) dan konsultasi ke dokter specialis
lain atas indikasi.
c. Membuat kesimpulan berupa diagnosis anastesi yang meliputi : identitas
pasien, jenis tindakan, indikasi tindakan dan tehnik anastesi yang akan
diberikan serta status fisik berdasarkan ASA.
d. Melakukan informed consent
e. Mengintruksikan kepada perawat diruang rawat inap agar :
1) Memuasakan pasien 4-6 jam pre anastesi sesuai status pasien.
2) Memasang infus pemeliharaan semenjak pasien dipuasakan.
3) Menghapus cosmetic serta melepas semua protese dan perhiasan pasien.
4) Memberikan obat-obatan premedikasi sesuai perintah dokter
f. 30 menit sebelum tinddakan, pasien diantara ke kamar tindakan, serah terima
dari perawat ruangan kepada perawat kamar tindakan disertai dengan status
pasien, usahakeperawatan yang sedang dikerjakan obat dan perlengkapan
sedasi. Persiapan dikamar tindakan meliputi monitor, alat dan obat yang akan
dipakai, alat dan obat emergensi
g. Persiapan dikamar operasi meliputi : mesin anastesi, monitor, alat dan obat
yang akan dipakai, alat dan obat emergensi.

B. Pedoman pelayanan pra induksi


1. Kebijakan :
a. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anastesi dan sedasi harus melalui
proses penilaian pra induksi.
b. DPJP anastesiologi dan peserta didik yang sudah dinyatakan kompeten
melakukan penilaian pra induksi.
c. Penilaian pra induksi dilakukan sesaat sebelum dilakukan induksi dikamar bedah.
d. Penilaian pra induksi berfokus pada stabilisasi kondisi fisiologis pasien
dankesiapan menjalani anastesia.
e. Pada pembedahan kedaruratan, kunjungan pra anastesia, dan penilaian pra
induksi dapat dilakukan bersamaan dengan persiapan pembedahan pasien.
f. Penilaian pra induksi harus tercatat didalam status anastesia.
2. Prosedur :
a. Penilaian pra induksi dilakukan dikamar operasi atau ruang tindakan.
b. Penilaian pra induksi dilakukan oleh DPJP anastesiologi
c. Penilaian pra induksi dilakukan sesaat sebelum induksi.
d. Sebelum melakukan penilaian pra induksi bersamaan dengan proses sign in DPJP
meninjau kembali data-data yang dianggap penting.
e. Pengecekan persiapan anastesia sesuai daftar tilik kesesiapan anastesia.
f. Dilakukan penialaian tanda vital pra induksi seperti :
1) Tingkat kesadaran pasien
2) Tekanan darah
3) Frekwensi nadi
4) Frekwensi pernafasan
5) Potensi jalan nafas
6) Suhu
g. Pemberian pre medikasi
h. Diberikan oksigenisasi melalui sungkup muka.
i. Evaluasi kembali efek dari pemberian obat premedikasi terhadap fisiologi,
respon, dan jalan nafas pasien.
j. Dilakukan proses dokumentasi terhadap seluruh proses penilaian pra induksi
kedalam status anastesia.
k. Hasil penilaian pra induksi menjadi dasar bagi pengelolaan anastesi selanjutnya.

C. Pedoman pemeriksaaan laborat dan penunjang lainnya


Pedoman untuk pemeriksaan rutin penunjang pra anastesi dapat dilihat pada table
berikut :
1. Anak 0 – 18 tahun
Pemeriksaan Rekomendasi Penjelasan
Darah Tepi YA Pemeriksaaan darah tepi lengkap rutin (HB, HT,
Leukosit, hitung jenis, trombosit) dilakukan pada
anak usia < 5 tahun, sedangkan untuk anak > 5
tahun dilakukan atas indikasi, yaitu pada pasien
yang diduga menderita anemia, pasien dengan
penyakit jatung, ginjal, saluran nafas atau infeksi,
serta tergantung jenis dan derajat prosedur
operasi.
Kimia Darah TIDAK Pemeriksaaan kimia darah dilakukan bila terdapat
resiko kelainan ginjal, hati, endokrin, terapi
perioperative dan pemakaian obat alternative.
Hemostasis YA Pemeriksaaan hemostasis dilakukan pada pasien
dengan riwayat atau kondisi klinis mengarah pada
kelainan koagulasi, akan menjalani operasi yang
dapat menimbulkan kelainan koagulasi (seperti
caldiopulmonary by pass), ketika dibutuhkan
hemostasis yang adekuat (seperti tonsilektomi)
dan kemungkinan perdarahan pasca bedah
(seperti operasi saraf)
Urinalisis TIDAK Pemeriksaan rutin dilakukan pada operasi yang
melibatkan manipulasi saluran kemih dan pasien
dengan gejala infeksi saluran kemih
Foto Thoraks TIDAK Hanya dilakukan atas indikasi
EKG TIDAK Hanya dilakukan atas indikasi
Fungsi Paru TIDAK Hanya dilakukan atas indikasi

2. Dewasa > 18 tahun


Pemeriksaaan Rekomendasi Penjelasan
Darah Tepi TIDAK Pemeriksaaan darah tepi lengkap dilakukan pada
pasien dengan penyakit hati, diduga menedrita
anemia karena sebab apapun (perdarahan,
defisiensi,dll) dan kelainan darah lainnya, serta
tergantung jenis dan derajat prosedur operasi
Kimia Darah TIDAK Pemeriksaaan kimia darah hanya dilakukan pada
pasien usia lanjut, adanya kelainan endokrin,
kelainan fungsi hati dan ginjal, pemakaian obat
tertentu atau pengobatan alternative
Hemostasis TIDAK Pemeriksaan hemostasis dilakukan pada pasien
dengan riwayat kelainan koagulasi, atau riwayat
terbaru yang mengarah pada kelainan koagulasi,
atau sedang memakai obat anti koagulan, pasien
yang memerlukan anti koagulan pasca bedah,
pasien yang memiliki kelainan hati dan ginjal
Urinalisis TIDAK Pemeriksaan rutin dilakukan pada operasi yang
melibatkan manipulasi saluran kemih dan pasien
dengan gejala infeksi saluran kemih
Foto Thoraks TIDAK Pemeriksaan foto thoraks dilakukan pada pasien
usia >60 tahun, pasien dengan tanda dan gejala
penyakit kardiopulmonal, infeksi saluran nafas,
riwayat merokok
Ekg Tidak Pemeriksaaan EKG dilakukan Pada pasien dengan
Diabetes MElitus, hipertensi, riwayat nyeri dada,
gagal jantung kongestif, riwayat merokok, penyakit
vaskuler perifer, dan obesitas, yang tidak memiliki
hasil EKG dalam 1 tahun terakhir tanpa
memperhatikan usia.
Selain itu EKG juga dilakukan pada pasien dengan
gejala kardio vaskuler periodic atau tanda dan
gejala penyakit jantung tidak stabil, dan semua
pasien denganusia > 40 tahun
Fungsi Paru TIDAK Pemeriksaan spirometri dilakukan pada pasien
dengan riwayat merokok atau dipsneu yang akan
menjalani operasi by pass coroner atau
abdomenbagian atas, pasien dengan dipsneu
atanpa sebab atau gejala paru yang akan menjalani
operasi leher dan kepala, orhtopedi, atau
abdomen bawah, semua pasien yang akan
menjalani reseksi paru dan semua pasien usia
lanjut

D. Pedoman Puasa Sebelum Menjalani Prosedur Anastesi


Jenis Makanan Periode Puasa Minimal
Cairan bening / jernih 2 jam
Air sus ibu (ASI) 4 jam
Susu Formula untuk bayi 6 jam
Susu sapi 6 jam
Makanan ringan 6 jam
BAB VI

PELAYANAN INTRA ANESTESI

A. PEDOMAN GENERAL ANASTESI


1. Kebijakan
Pelaksanaan anastesi umum harus dikerjakan oleh dokter specialist anastesi

2. Prosedur :
a. Persiapan di ruang rawat inap sesuai protap, ditambah dengan pemeriksaan
specific lain serta konsultasi dokter spesialis tertentu bila ada indikasi.
b. Serah terima pasien dari perawat R.Inap ke perawat OK disertai dengan catatan
medic / asuhan keperawatan (Askep), informed consent, obat/infus dan lainnya.
c. Persiapan mesin anastesi, alat monitor, laryngoscope, tang magill, pipa
endotrakea, orofaringeal/nasoparingeal airway, mesin penghisap lender, oba-
obatan anestesi dan obat-obatan emergensi.
d. Terlentangkan pasien diatas meja operasi, pasang monitor ukur tanda vital,
lakukan pemeriksaan fisik ulang dan ajak pasien berdoa
e. Lakukan pre oksigenisasi dengan O2 4-6 ltr/menit lewat sungkup muka
f. Induksi dengan obat intra vena atau agen inhalasi yang sesuai dosis dan kondisi
klinis pasien.
g. Intubasi oro/nasotrakeal dengan atau tanpa pasilitas pelumpuh otot sesuai dosis
dan kondisi klinis pasien.
h. Pemeliharaan anastesi dengan O2 dengan atau tanpa N2O disertai agen
intravena atau agen inhalasi terpilih. Napas spontan atau nafas kendali dengan
fasilitas pelumpuh otot.
i. Monitor tanda vital tiap 5 menit, cek posisi ET dan kedalaman anastesi secara
berkala, monitor balans cairan.
j. Menjelang akhir operasi usahakan pasien napas spontan dengan atau tanpa obat
penawar, matikan N2O dan agent inhalasi, beri O2 100%
k. Nafas adekuat, yakin patensi jalan napas baik, bias dilakukan ekstubasi pipa
endotrakeal baik pasien sadar penuh ataupun pasien masih teranestesi dalam
tergantung kondisi klinis pasien.
l. Beri ventilasi dengan O2 6-8ltr/menit lewat sungkup muka, transfer pasien ke
ruang pulih sadar (RR) dalam posisi mantap.
m. Pencatatan dan pelaporan
n. Di ruang RR dirawat dengan posisi mantap, diselimuti hangat, beri O 2 sesuai
instruksi, monitor kesadaran dan tanda vital tiap 5-10 menit dengan
menggonakan kriteria aldrete score.
o. Untuk pasien dewasa bila aldrete score ≥ 8 atau pada pasien anak bila stewart
score ≥ 5 dengan nilai respirasi 0, pasien dikembalikan ke ruang rawat inap.
p. Bila aldrete score tetap < 8 atau stewart score <5, pasien dirujuk ke ruang
intensif.

B. PEDOMAN REGIONAL ANASTESI


1. Pedoman anastesi spinal
a. Kebijakan
Anastesi regional hanya boleh dikerjakan oleh dokter spesialis anastesi yang
memenuhi standar professional, pengerjaannya harus mengacu asas septik /
aseptic
b. Prosedur :
1) Persiapan di ruang rawat inap seprti halnya persiapan untuk anastesi umum
2) Serah terima pasien dari perawat R.rawat inap ke perawat kamar operasi
disertai dengan catatan medic, askep, informed consent, obat /cairan infus
dan lainnya.
3) Persiapan alat dan obat anastesi umum, mesin anastesi, monitor serta
alat/obat emergensi
4) Persiapan kit anastesi spinal yang berisi : doek steril, kassa steril, sarung
tangan steril, bethadien, alcohol 70%, jarum spinal sesuai dengan ukuran,
spuit injeksi, obat anastesi local terpilih.
5) Terlentangkan pasien di meja operasi, pasang monitor ukur tanda vital,
lakukan pemeriksaan fisik ulang.
6) Berikan preload cairan RL 15 cc/kg BB cepat bila perlu
7) Atur posisi pasien duduk atau miring ke kiri atau kanan.
8) Disinfeksi daerah lumbo sacral dengan bethadien dan alcohol.
9) Pasang duk steril.
10) Insersi jarum spinal pada daerah lumbal yang diinginkan.
11) Setelah terasa masuk ke ruang subaracnoid, lepas mandarin yakinkan LCS
keluar dengan lancar.
12) Masukan obat anstesi local terpilih dengan atau tanpa ajuvan.
13) Selama penyuntikan, sesekali lakuka aspirasi untuk memastikan bahwa posisi
jarum masih di ruang sub arachnoid.
14) Terlentangkan pasien, atur posisi semi powler dengan bantal
15) Beri O2 : 2 ltr/mnt
16) Lakukan test ketingian level blok
17) Monitor tanda vital tiap 2 menit untuk 20 menit pertama, lalu tiap 5 menit
untuk selanjutnya.
18) Antisipasi efek samping yang timbul
19) Pencatatan dan pelaporan, di ruang RR pasien dirawat denagn posisi semi
powler, beri O2 2-3 ltr/mnt, monitor tanda vital tiap 5 menit, monitor blok
syaraf dengan bromage score.
20) Tanda vital stabil bromage score ≤2, taka da efek samping lain pasien pindah
ke ruang rawat inap, kondisi sebaliknya pasien rujuk ke ruang intensif.

2. Pedoman Anastesi Epidural


a. Kebijakan
Anastesi regional hanya boleh dikerjakan oleh dokter spesialis anastesi yang
memenuhi standar professional, pengerjaannya harus mengacu asas septik /
aseptic

b. Prosedur :
1) Persiapan di ruang rawat inap seprti halnya persiapan untuk anastesi umum
2) Serah terima pasien dari perawat R.rawat inap ke perawat kamar operasi
disertai dengan catatan medic, askep, informed consent, obat /cairan infus
dan lainnya.
3) Persiapan alat dan obat anastesi umum, mesin anastesi, monitor serta
alat/obat emergensi
4) Persiapan kit anastesi spinal yang berisi : doek steril, kassa steril, sarung
tangan steril, bethadien, alcohol 70%, jarum spinal sesuai dengan ukuran,
spuit injeksi, obat anastesi local terpilih.
5) Terlentangkan pasien di meja operasi, pasang monitor ukur tanda vital,
lakukan pemeriksaan fisik ulang.
6) Berikan preload cairan RL 15 cc/kg BB cepat bila perlu
7) Atur posisi pasien duduk atau miring ke kiri atau kanan.
8) Disinfeksi daerah lumbo sacral dengan bethadien dan alcohol.
9) Pasang duk steril.
10) Insersi jarum epidural pada daerah vertebrae yang diinginkan.
11) Setelah terasa masuk ke rongga epidural, (ditandai dengan “loss of
resistance”)
12) Insersi catheter (jika ingin menggunakan kontinous epidural), dilakukan tes
dengan lidocain + adrenalin sesuai dosis. Jika tidak menggunakan cateter,
maka obat anastesi local langsung dimasukan.
13) Lakukan fiksasi kateter epidural dengan plester yang sesuai
14) Masukan obat anstesi local terpilih dengan atau tanpa ajuvan.
15) Terlentangkan pasien, atur posisi semi powler dengan bantal
16) Beri O2 : 2 ltr/mnt
17) Lakukan test ketingian level blok
18) Monitor tanda vital tiap 2 menit untuk 20 menit pertama, lalu tiap 5 menit
untuk selanjutnya.
19) Antisipasi efek samping yang timbul
20) Pencatatan dan pelaporan, di ruang RR pasien dirawat denagn posisi semi
powler, beri O2 2-3 ltr/mnt, monitor tanda vital tiap 5 menit, monitor blok
syaraf dengan bromage score.
21) Tanda vital stabil bromage score ≤2, taka da efek samping lain pasien pindah
ke ruang rawat inap, kondisi sebaliknya pasien rujuk ke ruang intensif.
22) Penggunaan kontinus epidural dapat dilakukan dengan berbagai cara (syringe
pump, syringe injector, penyuntikan intermiten) sesuai kondisi pasien, selama
waktu yang diperlukan. Disertai pemantauan tanda-tanda vital secara berkala.
23) Setelah penggunaan analgetik epidural dianggap cukup, kateter epidural
dicabut dengan peralatan steril, maksimal 1 minggu setelah pemasangan.

C. PEDOMAN BLOK SARAF TEPI


a. Kebijakan
Anastesi regional hanya boleh dikerjakan oleh dokter spesialis anastesi yang
memenuhi standar professional, pengerjaannya harus mengacu asas septik / aseptic

b. Prosedur :
1) Persiapan di ruang rawat inap seprti halnya persiapan untuk anastesi umum
2) Serah terima pasien dari perawat R.rawat inap ke perawat kamar operasi disertai
dengan catatan medic, askep, informed consent, obat /cairan infus dan lainnya.
3) Persiapan alat dan obat anastesi umum, mesin anastesi, monitor serta alat/obat
emergensi
4) Persiapan kit anastesi spinal yang berisi : doek steril, kassa steril, sarung tangan
steril, bethadien, alcohol 70%, jarum spinal sesuai dengan ukuran, spuit injeksi,
obat anastesi local terpilih.
5) Terlentangkan pasien di meja operasi, pasang monitor ukur tanda vital, lakukan
pemeriksaan fisik ulang.
6) Beri O2 : 2 ltr/mnt
7) Berikan sedasi bila perlu.
8) Atur posisi pasien sesuai blok yang akan dilakukan.
9) Disinfeksi daerah yang akan di blok dengan bethadien dan alkohol
10) Pasang duk steril.
11) Tentuakan marker dari region yang akan diblok.
12) Insersi nerve stimulator sampai mendapat kedutan yang diinginkan.
13) Pastikan tidak masuk intravena. Masukan obat anastesi local terpilih dengan
atau tanpa ajuvan sesuai dosis.
14) Laukan test motoric dan sensorik region yang diinginkan
15) Monitor tanda vital tiap 2 menit untuk 20 menit pertama, lalu tiap 5 menit untuk
selanjutnya.
16) Antisipasi efek samping yang timbul
17) Pencatatan dan pelaporan.
18) Di ruang RR pasien dirawat denagn posisi semi supine, beri O2 2ltr/mnt, monitor
tanda vital tiap 5 menit.
19) Tanda vital stabil, tidak ada efek samping lain pasien pindah ke ruang rawat inap,
kondisi sebaliknya pasien rujuk ke ruang intensif.
BAB VII

PELAYANAN PASCA ANASTESI

1. Kebijakan
Ruang pulih sadar (RR) dikelola oleh dokter spesialis anastesi dan perawat yang telah
mendapat pelatihan khusus.

2. Prosedur :
a. Serah terima pasien pasca bedah anastesi disertai laporan anastesi lengkap dengan
instruksi dan dari dokter spesialis anastesi, obat, cairan infus / darah dan lain-lain.
b. Pasien diposisikan miring / terlentang/ lateral sesuai intruksi
c. Pasang monitor, ukur tanda vital tiap 5-10 menit, catat produksi urine.
d. Pertahankan jalan nafas
e. Beri O2 : 2ltr/mnt sesuai instruksi dokter spesialis anastesi.
f. Pastikan infus/tranfusi, DC, drain, NGT dll berfungsi dengan baik.
g. Lakukan penilaian dengan standar aldrete score untuk pasien pasca anastesi umum dan
Bromage score untuk pasien pasca anastesi regional.
h. Bila aldrete score ≥ 8, stewart score ≥ 5 atau bromage score ≤ 2 pasien dikembalikan ke
ruang rawat inap.
i. Nilai aldrete score < 8 atau nilai stewart score <5 atau tetap respirasi 0, pasien dirujuk ke
ruang intensif.
j. Sebelum merujuk keruang intensif atau mengebalikan pasien ke ruang rawat inap,
perawat ruang RR harus memberi tahu perawat ruang intensif / ruangan lewat telepon.
k. Serah terima pasien dari petugas RR ke perawat ruang intensif/ruangan disertai dengan
rekam medic beserta intruksi dokter specialis anastesi dan dokter specialis bedah, obat-
obatan, infus/darah dan hal-hal yang perlu diinformasikan.

3. Kriteria Pemulihan Pasca Anstesi


a. Aldrete Score (Dewasa)
Sirkulasi Tekanan sistolik 20 % dari pra anastesi Skor 2
Tekanan sistolik 20-50% dari pra anastesi Skor 1
Tekanan sistolik >50% dari pra anastesi Skor 0
Kesadaran Sadar Penuh Skor 2
Bangun jika dipanggil Skor 1
Belum respon Skor 0
Respirasi Mampu bernafas dan batuk Skor 2
Sesak atau bernafas dengan periode apnoe Skor 1
Apnoe Skor 0
Warna kulit Hangat, kulit kering, warna merah muda Skor 2
Pucat, dingin Skor 1
Sianosis Skor 0
Ektremitas Mampu menggerakan 4 ektremitas Skor 2
Mampu menggerakan 2 ektremitas Skor 1
Mampu menggerakan 0 ektremitas Skor 0
Bila score ≥ 8 tanpa nilai 0, dapat dipindah ke ruangan
b. Steward score ( anak-anak)
Kesadaran Sadar penuh Skor 2
Bangun jika dipanggil Skor 1
Belum respon Skor 0
Respirasi Batuk / menangis Skor 2
Berusaha bernafas Skor 1
Perlu bantuan bernafas Skor 0
Aktivitas motoric Gerakan beraturan Skor 2
Gerakan tanpa tujuan Skor 1
Tidak bergerak Skor 0
Bila score ≤ 5 dapat pindah ke ruangan

c. Bromage Score ( blok perifer )


Aktivitas motoric Gerakan penuh tungkai Skor 0
Tak mampu ekstensi tungkai Skor 1
Tak mampu plexi lutut Skor 2
Tak mampu fleksi pergelangan kaki Skor 3
Bila score ≤ 2 dapat pindah ke ruangan
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Anestesiologi dan terapi intensif di rumah sakit ini
hendaknya dijadikan acuan bagi rumah sakit dalam pengelolaan, penyelenggaraan dan
penyusunan standar prosedur operasional pelayanan anastesiologi dan terapi intensif di
masing-masing rumah sakit.

Dibutuhkan dukungan dari semua pihak terutama pimpinan rumah sakit agar mutu pelayanan
anastesiologi dan keselamatan pasien dapat senantiasa ditingkatkan dan dipertahankan sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang anastesiologi.
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat dan Ridhonya
Pedoman Pelayanan Bedah dan Anestesi Rumah Sakit Ridhoka Salma dapat terselesaikan.

Pedoman Pelayanan Bedah dan Anestesi ini di buat sebagai acuan bagi rumah sakit dalam
pengelolaan, penyelenggaraan dan penyusunan standar prosedur opersional pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif di RS Ridhoka Salma.

Terima kasih kepada seluruh Tim Pokja PAB yang telah membantu dalam penyelesaian
penyusunan Pedoman Pelayanan Bedah dan Anestesi ini, Semoga Tuhan Yang Maha Esa
membalas budi baik semua dan sukses selalu.

Bekasi, 18 Januari 2016


Rumah Sakit Ridhoka Salma

Zaenal Mutaqin, Amd.Kep


Pokja PAB
DAFTAR ISI

Kata pengantar ………………………………………………………………........... i

Daftar isi …………………………………………………………………………… ii

Surat Keputusan Direktur Utama ………………………………………………….. iii

I. PENDAHULIAN ………………………………………..……………………. 1

A. Latar Belakang ……………………………………………………………. 1

B. Tujuan ……………..………………………………………………………. 1

II. PENGERTIAN …………………………………………...……………………... 3

III. PENGATURAN MENAJEMEN ……………..………………………………. .. 4

IV. PELAYANAN SEDASI ……………………………....……………………….. 6

V. PELAYANAN PRA ANESTESI, PRA INDUKSI ……………………………..10

VI. PELAYANAN INTRA ANESTESI ……………………………………………14

A. Pedoman general anestesi ………………………………………………….14

B. Pedoman Regional Anestesi ..…………………………………………….. 15

C. Pedoman blok saraf tepi ……………………………………………………17

VII. PELAYANAN PASCA ANESTESI ……………… ……………………………19

VIII. PENUTUP ………………………………………………………………………..21


PEDOMAN
PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI
RUMAH SAKIT RIDHOKA SALMA

Rumah Sakit Ridhoka Salma


Jl.Raya Imam Bonjol No.7, Kalijaya Cikarang Barat –Bekasi
Telp. : (021) 89116527, Fax. : (021) 89116528

Anda mungkin juga menyukai