Anda di halaman 1dari 45

Materi Riset Teknologi

Informasi
(Nirwana)

1
BAB I
PEMOGRAMAN LINEAR

1.1 Formulasi Model Program Linier


Masalah keputusan yang sering dihadapi analis adalah alokasi optimum sumberdaya langka.
Sumberdaya dapat berupa uang, tenaga kerja, bahan mentah, kapasitas mesin, waktu, ruang atau
teknologi. Tugas analis adalah mencapai hasil terbaik yang mungkin dengan keterbatasan sumber daya
itu. Hasil yang dinginkan mungkin ditunjukkan sebagai maksimasi dari beberapa ukuran profit,
penjualan dan kesejahteraan, atau minimisasi pada biaya, waktu dan jarak.

Setelah masalah di identifikasikan, tujuan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah formulasi model
matematika yang meliputi tiga tahap seperti berikut :
1. Tentukan variable yang tidak diketahui (Variabel keputusan) dan nyatakan dalam symbol
matematika.
2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai suatu hubungan linier (bukan perkalian)
dari variable keputusan.
3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau
pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variable keputusan yang
mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah itu.

1.2 Masalah Maksimisasi


Maksimisasi dapat berupa memaksimalkan keuntungan atau hasil.
Contoh:
PT LAQUNATEKSTIL memiliki sebuah pabrik yang akan memproduksi 2 jenis produk, yaitu
kain sutera dan kain wol. Untuk memproduksi kedua produk diperlukan bahan baku benang
sutera, bahan baku benang wol dan tenaga kerja. Maksimum penyediaan benang sutera adalah
60 kg per hari, benang wol 30 kg per hari dan tenaga kerja 40 jam per hari. Kebutuhan setiap unit
produk akan bahan baku dan jam tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel berikut:

Jenis bahan baku Kg bahan baku & Jam tenaga kerja Maksimum
dan tenaga kerja Kain sutera Kain wol penyediaan
Benang sutera 2 3 60 kg
Benang wol - 2 30 kg
Tenaga kerja 2 1 40 jam
Kedua jenis produk memberikan keuntungan sebesar Rp 40 juta untuk kain sutera dan Rp 30
juta untuk kain wol. Masalahnya adalah bagaimana menentukan jumlah unit setiap jenis produk
yang akan diproduksi setiap hari agar keuntungan yang diperoleh bisa maksimal.
Langkah-langkah:
1) Tentukan variabel
X1=kain sutera
X2=kain wol
2) Fungsi tujuan
Zmax= 40X1 + 30X2
3) Fungsi kendala / batasan
1. 2X1 + 3X2 ≤ 60 (benang sutera)
2
2. 2X2 ≤ 30 (benang wol)
3. 2X1 + X2 ≤ 40 (tenaga kerja)
4) Membuat grafik
1. 2X1 + 3 X2 = 60
X1=0, X2 =60/3 = 20
X2=0, X1= 60/2 = 30
2. 2X2 ≤ 30
X2=15
3. 2X1 + X2 ≤ 40
X1=0, X2 = 40
X2=0, X1= 40/2 = 20

Cara mendapatkan solusi optimal adalah dengan mencari nilai Z setiap titik ekstrim.
Titik A
X1=0, X2=0
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 0 + 30 . 0 = 0
Titik B
X1=20, X2=0
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 20 + 30 . 0 = 800
Titik C
Mencari titik potong (1) dan (3)
2X1 + 3X2 = 60
2X1 + X2 = 40 -
2X2 =20 X2=10
Masukkan X2 ke kendala (1)
2X1 + 3X2 = 60
2X1 + 3 . 10 = 60
2X1 + 30 = 60
2X1 = 30 X1 = 15
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
3
40X1 + 30X2 = 40 . 15 + 30 . 10 = 600 + 300 = 900 (optimal)
Titik D
2X2 = 30
X2 = 15
masukkan X2 ke kendala (1)
2X1 + 3 . 15 = 60
2X1 + 45 = 60
2X1 = 15 X1 = 7,5
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 7,5 + 30 . 15 = 300 + 450 = 750
Titik E
X2 = 15
X1 = 0
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 0 + 30 .15 = 450
Kesimpulan :
untuk memperoleh keuntungan optimal, maka X1 = 15 dan X2 = 10 dengan
keuntungan sebesar Rp 900 juta.

1 .3 Masalah Minimisasi
Minimisasi dapat berupa meminimumkan biaya produksi. Solusi optimal tercapai pada saat garis
fungsi tujuan menyinggung daerah fasible yang terdekat dengan titik origin.
Contoh :
Perusahaan makanan ROYAL merencanakan untuk membuat dua jenis makanan yaitu Royal Bee
dan Royal Jelly. Kedua jenis makanan tersebut mengandung vitamin dan protein. Royal Bee
paling sedikit diproduksi 2 unit dan Royal Jelly paling sedikit diproduksi 1 unit. Tabel berikut
menunjukkan jumlah vitamin dan protein dalam setiap jenis makanan:

Jenis makanan Vitamin Protein Biaya per unit


(unit) (unit) (ribu rupiah)
Royal Bee 2 2 100
Royal Jelly 1 3 80
minimum kebutuhan 8 12

Bagaimana menentukan kombinasi kedua jenis makanan agar meminimumkan biaya produksi.
Langkah – langkah:
1. Tentukan variabel
X1 = Royal Bee
X2 = Royal Jelly
2. Fungsi tujuan
Zmin = 100X1 + 80X2
3. Fungsi kendala
1) 2X1 + X2 ≥ 8 (vitamin)
2) 2X1 + 3X2 ≥ 12 (protein)
3) X1 ≥ 2

4
4) X2 ≥1
4. Membuat grafik
1) 2X1 + X2 = 8
X1 = 0, X2 = 8
X2 = 0, X1 = 4
2) 2X1 + 3X2 = 12
X1 = 0, X2 = 4
X2 = 0, X1 = 6
3) X1 = 2
4) X2 = 1

Solusi optimal tercapai pada titik B (terdekat dengan titik origin), yaitu persilangan garis kendala
(1) dan (2).
2X1 + X2 = 8
2X1 + 3X2 = 12 -
-2X2 = -4 X2 = 2
masukkan X2 ke kendala (1)
2X1 + X2 = 8
2X1 + 2 = 8
2 X1 = 6 X1 = 3
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z min = 100X1 + 80X2 = 100 . 3 + 80 . 2 = 300 + 160 = 460
Kesimpulan :
Untuk meminimumkan biaya produksi, maka X1 = 3 dan X2 = 2 dengan biaya produksi 460 ribu
rupiah.
SOAL LATIHAN
1. Maksimumkan Z = 3X1 + 5X2
Kendala :
1) 2X1 ≤ 8
2) 3X2 ≤ 15
3) 6X1 + 5X2 ≤ 30
X1≥ 0 , X2 ≥ 0
2. Minimumkan Z = 5 X1 + 2X2
Kendala:
1) 6X1 + X2 ≥ 6
2) 4X1 + 3X2 ≥ 2
3) X1 + 2X2 ≥ 4 , X1 ≥ 0
5
BAB II
METODE SIMPLEKS
2.1 Pengantar
Salah satu teknik penentuan solusi optimal yang digunakan dalam pemrograman linier adalah
metode simpleks. Penentuan solusi optimal menggunakan metode simpleks didasarkan pada teknik
eleminasi Gauss Jordan. Penentuan solusi optimal dilakukan dengan memeriksa titik ekstrim satu per
satu dengan cara perhitungan iteratif. Sehingga penentuan solusi optimal dengan simpleks dilakukan
tahap demi tahap yang disebut dengan iterasi. Iterasi ke-i hanya tergantung dari iterasi sebelumnya (i-
1).
Ada beberapa istilah yang sangat sering digunakan dalam metode simpleks, diantaranya :
1. Iterasi adalah tahapan perhitungan dimana nilai dalam perhitungan itu tergantung dari nilai
tabel sebelumnya.
2. Variabel non basis adalah variabel yang nilainya diatur menjadi nol pada sembarang iterasi.
Dalam terminologi umum, jumlah variabel non basis selalu sama dengan derajat bebas dalam
sistem persamaan.
3. Variabel basis merupakan variabel yang nilainya bukan nol pada sembarang iterasi. Pada
solusi awal, variabel basis merupakan variabel slack (jika fungsi kendala merupakan
pertidaksamaan ≤ ) atau variabel buatan (jika fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan ≥
atau =). Secara umum, jumlah variabel basis selalu sama dengan jumlah fungsi pembatas
(tanpa fungsi non negatif).
4. Solusi atau nilai kanan merupakan nilai sumber daya pembatas yang masih tersedia. Pada
solusi awal, nilai kanan atau solusi sama dengan jumlah sumber daya pembatas awal yang ada,
karena aktivitas belum dilaksanakan.
5. Variabel slack adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik kendala untuk
mengkonversikan pertidaksamaan ≤ menjadi persamaan (=). Penambahan variabel ini terjadi
pada tahap inisialisasi. Pada solusi awal, variabel slack akan berfungsi sebagai variabel basis.
6. Variabel surplus adalah variabel yang dikurangkan dari model matematik kendala untuk
mengkonversikan pertidaksamaan ≥ menjadi persamaan (=). Penambahan ini terjadi pada
tahap inisialisasi. Pada solusi awal, variabel surplus tidak dapat berfungsi sebagai variabel
basis.
7. Variabel buatan adalah variabel yang ditambahkan ke model matematik kendala dengan
bentuk ≥ atau = untuk difungsikan sebagai variabel basis awal. Penambahan variabel ini terjadi
pada tahap inisialisasi. Variabel ini harus bernilai 0 pada solusi optimal, karena kenyataannya
variabel ini tidak ada. Variabel hanya ada di atas kertas.
8. Kolom pivot (kolom kerja) adalah kolom yang memuat variabel masuk. Koefisien pada
kolom ini akn menjadi pembagi nilai kanan untuk menentukan baris pivot (baris kerja).
9. Baris pivot (baris kerja) adalah salah satu baris dari antara variabel basis yang memuat
variabel keluar.
10. Elemen pivot (elemen kerja) adalah elemen yang terletak pada perpotongan kolom dan baris
pivot. Elemen pivot akan menjadi dasar perhitungan untuk tabel simpleks berikutnya.
11. Variabel masuk adalah variabel yang terpilih untuk menjadi variabel basis pada iterasi
berikutnya. Variabel masuk dipilih satu dari antara variabel non basis pada setiap iterasi.
Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai positif.

6
12. Variabel keluar adalah variabel yang keluar dari variabel basis pada iterasi berikutnya dan
digantikan oleh variabel masuk. Variabel keluar dipilih satu dari antara variabel basis pada
setiap iterasi. Variabel ini pada iterasi berikutnya akan bernilai nol.

2.2 BENTUK BAKU


Sebelum melakukan perhitungan iteratif untuk menentukan solusi optimal, pertama sekali
bentuk umum pemrograman linier dirubah ke dalam bentuk baku terlebih dahulu. Bentuk baku dalam
metode simpleks tidak hanya mengubah persamaan kendala ke dalam bentuk sama dengan, tetapi
setiap fungsi kendala harus diwakili oleh satu variabel basis awal. Variabel basis awal menunjukkan
status sumber daya pada kondisi sebelum ada aktivitas yang dilakukan. Dengan kata lain, variabel
keputusan semuanya masih bernilai nol. Dengan demikian, meskipun fungsi kendala pada bentuk
umum pemrograman linier sudah dalam bentuk persamaan, fungsi kendala tersebut masih harus tetap
berubah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat bentuk baku, yaitu :
1. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≤ dalam bentuk umum, dirubah menjadi persamaan (=)
dengan menambahkan satu variabel slack.
2. Fungsi kendala dengan pertidaksamaan ≥ dalam bentuk umum, dirubah menjadi persamaan (=)
dengan mengurangkan satu variabel surplus.
3. Fungsi kendala dengan persamaan dalam bentuk umum, ditambahkan satu artificial variabel
(variabel buatan).
Perhatikan kasus A berikut :
Fungsi tujuan : minimumkan z = 2 x1 + 5.5 x2
Kendala :
x1 + x2 = 90
0.001 x1 + 0.002 x2 ≤ 0.9
0.09 x1 + 0.6 x2 ≥ 27
0.02 x1 + 0.06 x2 ≤ 4.5
x1, x2 ≥ 0
Bentuk di atas adalah bentuk umum pemrograman liniernya. Kedalam bentuk baku, model matematik
tersebut akan berubah menjadi :
Fungsi tujuan : minimumkan z = 2 x1 + 5.5 x2
Kendala :
x1 + x2 + s1 = 90
0.001 x1 + 0.002 x2 + s2 = 0.9
0.09 x1 + 0.6 x2 – s3 + s4 = 27
0.02 x1 + 0.06 x2 + s5 = 4.5
x1, x2 , s1, s2, s3, s4, s5 ≥ 0
Fungsi kendala pertama mendapatkan variable buatan (s1), karena bentuk umumnya sudah
menggunakan bentuk persamaan. Fungsi kendala kedua dan keempat mendapatkan variabel slack (s2
dan s5) karena bentuk umumnya menggunakan pertidaksamaan ≤, sedangkan fungsi kendala ketiga
mendapatkan variabel surplus (s3) dan variabel buatan (s4) karena bentuk umumnya menggunakan
pertidaksamaan ≥.
Perhatikan pula kasus B berikut ini :
Maksimumkan z = 2x1 + 3x2
Kendala :
7
10 x1 + 5 x2 ≤ 600
6 x1 + 20 x2 ≤ 600
8 x1 + 15 x2 ≤ 600
x1, x2 ≥
Bentuk di atas juga merupakan bentuk umum. Perubahan ke dalam bentuk baku hanya membutuhkan
variabel slack, karena semua fungsi kendala menggunakan bentuk pertidaksamaan ≤ dalam bentuk
umumnya. Maka bentuk bakunya adalah sebagai berikut :
Maksimumkan z = 2x1 + 3x2 + 0s1 + 0s2 + 0s3
Kendala :
10 x1 + 5 x2 + s1 = 600
6 x1 + 20 x2 + s2 = 600
8 x1 + 15 x2 + s3 = 600
x1, x2 , s1 , s2 , s3 ≥ 0
s1 , s2 , s3 merupakan variable slack.

2.3 PEMBENTUKAN TABEL SIMPLEKS


Dalam perhitungan iterative, kita akan bekerja menggunakan tabel. Bentuk baku yang sudah diperoleh,
harus dibuat ke dalam bentuk tabel.
Semua variabel yang bukan variabel basis mempunyai solusi (nilai kanan) sama dengan nol dan
koefisien variabel basis pada baris tujuan harus sama dengan 0. Oleh karena itu kita harus
membedakan pembentukan tabel awal berdasarkan variabel basis awal. Gunakan kasus B di atas, maka
tabel awal simpleksnya adalah :
VB X1 X2 S1 S2 S3 Solusi
Z -2 -3 0 0 0 0
S1 10 5 1 0 0 600
S2 6 20 0 1 0 600
S3 8 15 0 0 1 600

2.4 LANGKAH-LANGKAH PENYELESAIAN


Langkah-langkah penyelesaian adalah sebagai berikut :
1. Periksa apakah tabel layak atau tidak. Kelayakan tabel simpleks dilihat dari solusi (nilai kanan).
Jika solusi ada yang bernilai negatif, maka tabel tidak layak. Tabel yang tidak layak tidak dapat
diteruskan untuk dioptimalkan.
2. Tentukan kolom pivot. Penentuan kolom pivot dilihat dari koefisien fungsi tujuan (nilai di
sebelah kanan baris z) dan tergantung dari bentuk tujuan. Jika tujuan maksimisasi, maka kolom
pivot adalah kolom dengan koefisien paling negatif. Jika tujuan minimisasi , maka kolom pivot
adalah kolom dengan koefisien positif terbesar. Jika kolom pivot ditandai dan ditarik ke atas,
maka kita akan mendapatkan variabel keluar. Jika nilai paling negatif (untuk tujuan
maksimisasi) atau positif terbesar (untuk tujuan minimisasi) lebih dari satu, pilih salah satu
secara sembarang.
3. Tentukan baris pivot. Baris pivot ditentukan setelah membagi nilai solusi dengan nilai kolom
pivot yang bersesuaian (nilai yang terletak dalam satu baris). Dalam hal ini, nilai negatif dan 0
pada kolom pivot tidak diperhatikan, artinya tidak ikut menjadi pembagi. Baris pivot adalah
baris dengan rasio pembagian terkecil. Jika baris pivot ditandai dan ditarik ke kiri, maka kita

8
akan mendapatkan variabl keluar. Jika rasio pembagian terkecil lebih dari satu, pilih salah sau
secara sembarang.
4. Tentukan elemen pivot. Elemen pivot merupakan nilai yang terletak pada perpotongan kolom
dan baris pivot.
5. Bentuk tabel simpleks baru. Tabel simpleks baru dibentuk dengan pertama sekali menghitung
nilai baris pivot baru. Baris pivot baru adalah baris pivot lama dibagi dengan elemen pivot.
Baris baru lainnya merupakan pengurangan nilai kolom pivot baris yang bersangkutan dikali
baris pivot baru dalam satu kolom terhadap baris lamanya yang terletak pada kolom tersebut.
6. Periksa apakah tabel sudah optimal. Keoptimalan tabel dilihat dari koefisien fungsi tujuan (nilai
pada baris z) dan tergantung dari bentuk tujuan. Untuk tujuan maksimisasi, tabel sudah optimal
jika semua nilai pada baris z sudah positif atau 0. Pada tujuan minimisasi, tabel sudah optimal
jika semua nilai pada baris z sudah negatif atau 0. Jika belum, kembali ke langkah no. 2 , jika
sudah optimal baca solusi optimalnya.
Rumus yang digunakan:
y
yr’ = r (untuk baris ke – r yang terdapat elemen pivot)
x rk
yi’ = yi – bi ar (untuk baris ke – i yang tidak terdapat elemen pivot)
Keterangan:
yr’ = elemen baris ke – r pada tabel yang baru
yi’ = elemen baris ke – i pada tabel yang baru
yr = elemen baris ke – r pada tabel yang lama
yi = elemen baris ke – i pada tabel yang lama
bi = elemen baris ke – i pada tabel lama yang se-kolom dengan elemen pivot
ar = elemen baris ke – r pada tabel yang baru
Selesaikan kasus berikut ini menggunakan metode simpleks :
Maksimum z = 8 x1 + 9 x2 + 4x3
Kendala x1 + x2 + 2x3 ≤ 2
2x1 + 3x2 + 4x3 ≤ 3
7x1 + 6x2 + 2x3 ≤ 8
x1,x2,x3 ≥ 0
Penyelesaian :
Bentuk bakunya adalah :
Maksimum z = 8 x1 + 9 x2 + 4x3 + 0s1 + 0s2 + 0s3 atau
z - 8 x1 - 9 x2 - 4x3 + 0s1 + 0s2 + 0s3 = 0
Kendala :
x1 + x2 + 2x3 + s1 = 2
2x1 + 3x2 + 4x3 + s2 = 3
7x1 + 6x2 + 2x3 + s3 = 8
x1,x2,x3 ,s1 , s2 , s3 ≥ 0
Solusi / table awal simpleks :
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z -8 -9 -4 0 0 0 0
S1 1 1 2 1 0 0 2
S2 2 3 4 0 1 0 3
S3 7 6 2 0 0 1 8
9
Karena nilai negative terbesar ada pada kolom X2, maka kolom X2 adalah kolom pivot dan X2 adalah
variabel masuk. Rasio pembagian nilai kanan dengan kolom pivot terkecil adalah 1 bersesuaian
dengan baris s2, maka baris s2 adalah baris pivot dan s2 adalah varisbel keluar. Elemen pivot adalah 3.

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z -8 -9 -4 0 0 0 0
S1 1 1 2 1 0 0 2 2
S2 2 3 4 0 1 0 3 1
S3 7 6 2 0 0 1 8 8/6

Iterasi 1
Nilai pertama yang kita miliki adalah nilai baris pivot baru (baris x2). Semua nilai pada baris s2 pada
tabel solusi awal dibagi dengan 3 (elemen pivot).
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z
S1
x2 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1
S3
Perhitungan nilai barisnya :
Baris z :
-8 -9 -4 0 0 0 0
-9 ( 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1) -
-2 0 8 0 3 0 9
Baris s1 :
1 1 2 1 0 0 2
1 (2/3 1 4/3 0 1/3 0 1)-
1/3 0 2/3 1 -1/3 0 1
Baris s3 :
7 6 2 0 0 1 8
6 ( 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1)-
3 0 -6 0 -2 1 2
Maka tabel iterasi 1 ditunjukkan tabel di bawah. Selanjutnya kita periksa apakah tabel sudah optimal
atau belum. Karena nilai baris z di bawah variabel x 1 masih negatif, maka tabel belum optimal. Kolom
dan baris pivotnya ditandai pada tabel di bawah ini :

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z -2 0 8 0 3 0 9 -
S1 1/3 0 2/3 1 -1/3 0 1 3
X2 2/3 1 4/3 0 1/3 0 1 3/2
S3 3 0 -6 0 -2 1 2 2/3

Variabel masuk dengan demikian adalah X1 dan variabel keluar adalah S3 . Hasil perhitungan iterasi
ke 2 adalah sebagai berikut :

10
Iterasi 2 :

VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK Rasio
Z 0 0 4 0 5/3 2/3 31/3
S1 0 0 4/3 1 -1/9 -1/9 7/9
X2 0 1 8/3 0 7/9 -2/9 5/9
X1 1 0 -2 0 -2/3 1/3 2/3
Tabel sudah optimal, sehingga perhitungan iterasi dihentikan !
Perhitungan dalam simpleks menuntut ketelitian tinggi, khususnya jika angka yang digunakan
adalah pecahan. Pembulatan harus diperhatikan dengan baik. Disarankan jangan menggunakan bentuk
bilangan desimal, akan lebih teliti jika menggunakan bilangan pecahan. Pembulatan dapat
menyebabkan iterasi lebih panjang atau bahkan tidak selesai karena ketidaktelitian dalam melakukan
pembulatan.
Perhitungan iteratif dalam simpleks pada dasarnya merupakan pemeriksaan satu per satu titik-titik
ekstrim layak pada daerah penyelesaian. Pemeriksaan dimulai dari kondisi nol (dimana semua
aktivitas/variabel keputusan bernilai nol). Jika titik ekstrim berjumlah n, kemungkinan terburuknya
kita akan melakukan perhitungan iteratif sebanyak n kali.

2.5 MEMBACA TABEL OPTIMAL

Membaca tabel optimal adalah bagian penting bagi pengambil keputusan. Ada beberapa hal yang bisa
dibaca dari table optimal :
1. Solusi optimal variable keputusan
2. Status sumber daya
3. harga bayangan (dual/shadow prices).
Menggunakan table optimal :
VB X1 X2 X3 S1 S2 S3 NK
Z 0 0 4 0 5/3 2/3 31/3
S1 0 0 4/3 1 -1/9 -1/9 7/9
X2 0 1 8/3 0 7/9 -2/9 5/9
X1 1 0 -2 0 -2/3 1/3 2/3

Solusi optimal X1 = 2/3, X2 = 5/9 , X3 = 0 dan Z = 31/3, artinya untuk mendapatkan keuntungan
maksimum sebesar $ 31/3 , maka perusahaan sebaiknya menghasilkan produk 1 sebesar 2/3 unit dan
produk 2 sebesar 5/9 unit.

Status sumber daya :


Sumber daya pertama dilihat dari keberadaan variable basis awal dari setiap fungsi kendala pada table
optimal. Dalam kasus di atas, untuk fungsi kendala pertama periksa keberadaan S1 pada variable basis
table optimal. Periksa keberadaan S2 pada variable basis table optimal untuk fungsi kendala kedua.
Periksa keberadaan S3 pada variable basis table optimal untuk fungsi kendala ketiga.

S1 = 7/9. Sumber daya ini disebut berlebih (abundant)


S2 = S3 = 0. Kedua sumber daya ini disebut habis terpakai (scarce).

11
Harga bayangan :
Harga bayangan dilihat dari koefisien variable slack atau surplus pada baris fungsi tujuan.
Koefisien S1 pada baris fungsi tujuan table optimal = 0, dengan demikian harga bayangan sumber daya
pertama adalah 0
Koefisien S2 pada baris fungsi tujuan table optimal = 5/3, dengan demikian harga bayangan sumber
daya kedua adalah 5/3
Koefisien S3 pada baris fungsi tujuan table optimal = 2/3, dengan demikian harga bayangan sumber
daya kedua adalah 2/3.

METODE SIMPLEKS DUAL


Memecahkan masalah LP yg tidak memiliki pemecahan dasar layak tanpa variabel buatan.
Kondisi Kelayakan : Variabel keluar adalah variabel basis yg memiliki nilai paling negatif ( jika
sama tentukan sembarang ) pada kolom solusi ( jika semua var basis non negatif, selesai )
Kondisi Optimalitas : Variabel masuk adalah variabel non basis yg memiliki rasio terkecil
(posistif) antara pers 2 dg koef. negatif dari pers. var. keluar ( jika penyebab (koef.var keluar) nol
atau positif, maka tidak terdapat solusi layak )
Contoh = Min Z = 3 X1 + 2 X2
Kendala 3 X1 + X2 3
4 X1 + 3 X2 6
X1 + 2 X2 3
X1 , X2 0
Menjadi
Min Z = 3 X1 + 2 X2
-3 X1 - X2 + X3 = -3
-4 X1 - 3 X2 + X4 = -6
X1 + 2 X2 + X5 = 3
X1 , X2, X3, X4, X5 0
Solusi dasar awal
X3 = -3 , X4 = -6 X5 = 3 } tdk layak
non basis

Basis X1 X2 X3 X4 X5 Solusi
Z -3 -2 0 0 0 0
X3 -3 -1 1 0 0 -3
X4 -4 -3 0 1 0 -6
X5 1 1 0 0 1 3

12
Var keluar -> X4 -> Solusi paling negatif = -6
(basis)
-2
Var masuk -> X2 -> Rasio positif terkecil = /-3 = 2/3
(non basis)
Elemen Pivot = -3
Persamaan pivot baru (X2 menggantikan X4) :
-> ( -4 -3 0 1 0 -6 ) / -3
-> ( 4/3 1 0 1
/3 0 2 )
Iterasi 1
non basis

Basis X1 X2 X3 X4 X5 Solusi
1 2
Z - /3 0 0 - /3 0 4
X3 -5/3 0 1 -1/3 0 -1
4
X4 /3 1 0 -1/3 0 2
X5 -1/3 0 0 1
/3 1 1
1
Rasio /5 -> (-1/3) / (-5/3)
Maka : X1 = Var masuk
X3 = Var keluar
5
Elemen pivot = - /3
Persamaan pivot baru (X1 menggantikan X3) :
-> ( -5/3 0 1 -1/3 0 -1 ) / (-5/3)
-> ( 1 0 -3/5 1
/5 0 3
/5 )
iterasi 2 ( tabel optimal )

Basis X1 X2 X3 X4 X5 Solusi
Z 0 0 -1/5 -3/5 0 21
/5
X3 1 0 -3/5 1
/5 0 3
/5
4 3 6
X4 0 1 /5 - /5 0 /5
1 2 6
X5 0 0 - /5 /5 1 /5

Solusi : X1 = 3/5 X2 = 6/5 Z = 21/5

13
SOAL LATIHAN
1. Selesaikan linear program berikut ini dengan metode Simplex
Maksimumkan Z = 400X1 + 300X2
Fungsi kendala/ batasan:
1) 4X1 + 6X2 ≤ 1200
2) 4X1 + 2X2 ≤ 800
3) X1 ≤ 250
4) X2 ≤ 300
5) X1, X2 ≥ 0
2. Selesaikan linear program berikut ini dengan metode Simplex
Maksimumkan Z = 2X1 + 3X2 + X3
Dengan fungsi kendala:
1) X1 + X2 + X3 ≤9
2) 2X1 + 3X2 ≤ 25
3) X2 + 2X3 ≤ 10
4) X1, X2, X3 ≥0
3. Minimumkan Z = 3X1 + 2X2
Fungsi batasan : 1) X1 + 2X2 ≥ 20 2) 3X1 + X2 ≥ 20 , X1 ≥ 0 , X2 ≥ 0

14
BAB III
PERSOALAN TRANSPORTASI
3.1 MASALAH TRANSPORTASI SEIMBANG
Contoh masalah transportasi yang mana jumlah supply dari semua sumber sama dengan jumlah
permintaan pada semua tempat tujuan.
Sebuah perusahaan Negara berkepentingan mengangkut pupuk dari tiga pabrik ke tiga pasar.
Kapasitas supply ketiga pabrik, permintaan pada ketiga pasar dan biaya transport per unit
adalah sebagai berikut :
Pasar Penawaran
1 2 3
1 8 5 6 120
Pabrik 2 15 10 12 80
3 3 9 10 80
Permintaan 150 70 60 280

Dengan fungsi Tujuan :


Z= 8X11 + 5X12 + 6X13 + 15X21 + 10X22 + 12X23 + 3X31 + 9x32 + 10X33
Dengan batasan :
X11 + X12 + X13 = 120
X21 + X22 + X23 = 80
X31 + X32 + X33 = 80
X11 + X21 + X31 = 150
X12 + X22 + X32 = 70
X13 + X23 + X33 = 60

3.2 TABEL TRANSPORTASI


Masalah transportasi yang khas dapat ditempatkan dalam suatu bentuk table khusus yang
dinamakan table transportasi.

ke
Tujuan
Dari Supply

1 2 …….. j …….. n

C11 C12 C11 C1n


1 …….. …….. S1
X11 X12 X1n
C21 C22 10
2 X21 X22 …….. X21 …….. X2n S2

. . . . . . . .
. . . . . . . .
. . . . . . . .

M …….. …….. Sn
Xm1 Xm2 Xm1

Demand D1 D2 …….. Dj …….. Dn Si = Dj

15
Sumber ditulis dalam baris-baris dan tujuan dalam kolom – kolom. Biaya transfer per unit (Cij)
di catat pada kotak kecil. Permintaan dari setiap tujuan terdapat pada baris paling bawah,
sementara penawaran setiap sumber dicatat pada kolom paling kanan. Dan kotak pojok kanan
bawah menunjukkan kenyataan bahwa penawaran sama dengan permintaan. Variabel Xij
menunjukkan jumlah barang yang diangkut dari sumber I ke tujuan j (yang akan dicari).
Berikut solusi penyelesaian masalah transportasi, yang dimulai dari mencari sulusi awal (dasar).
Ada tiga metode dalam penyelesaian sulusi awal :
1. Metode North West Corner (NWC) => dari pojok kiri atas ke pojok kanan bawah
Kelemahan : tidak memperhitungkan besarnya biaya sehingga kurang efisien.
2. Metode biaya terkecil (Least Cost)=> mencari dan memenuhi yang biayanya terkecil
dulu. Lebih efisien dibanding metode NWC.
3. Apromasi Vogel
Ada beberapa cara menentukan solusi optimum
1. Metode Stepping Stone
2. Metode Modified Distribution (MODI)
3. Masalah Transportasi Tak Seimbang
4. Degenerasi
5. Solusi Optimum Ganda
6. Rute Terlarang
3.3 METODE NORTH WEST CORNER (Mencari Solusi Awal)
1. Mulai pada pojok kiri atas dan alokasikan sebanyak mungkin pada X11 tanpa menyimpang
dari kendala penawaran atau permintaan (artinya X11 di tetapkan sama dengan yang
terkecil diantara nilai S1 dan D1.
2. Ini akan menghabiskan penawaran pada sumber 1 dan atau permintaan pada tujuan 1.
Akibatnya, tak ada lagi barang yang dapat dialokasikan ke kolom atau baris yang telah
dihabiskan dan kemudian baris atau kolom itu dihilangkan. Kemudian alokasikan
sebanyak mungkin ke kotak di dekatnya pada baris atau kolom yang tak dihilangkan. Jika
baik kolom maupun baris telah dihabiskan, pindahlah secara diagonal ke kotak
berikutnya.
3. Lanjutkan dengan cara yang sama sampai semua penawaran telah dihabiskan dan keperluan
permintaan telah di penuhi.

ke 1 2 3 Supply

Dari
8 5 6
1 120 120

15 10 12
2 30 50 80

3 9 10
3 20 60 80

Demand 150 70 60 280

16
3.4 STEPPING STONE
Suatu metode / teknik dalam masalah transportasi untuk mencari optimal solution (least Cost )
dengan cara trial dan error dari kolom – kolom yang masing-masing kosong yang memiliki biaya
yang rendah pada contoh :

ke X Y Z Supply

Dari
50 15 20
A 25 15 40

30 20 10
B XBX 25 5 30

30 40 35
C 30 30

Demand 25 40 35

Alokasi Barang ini memiliki total cost (TC)


TC = 25 (50) + 15 (15) + 25 (20) + 30 (35) = 3070
Kondisi ini Total Costnya dapat ditekan dengan Stepping Stone :
Caranya :
- Cari kotak- kotak yang belum terisi dengan biaya yang lebih rendah
- Hubungkan kotak-kotak kosong tersebut dengan ketiga kota lain yang sudah terisi
yang membentuk segi empat.
- Isikan kotak kosong tadi (Langkah I) dengan memindahkan barang tetangga
terdekat.
Samping kiri - kanan
Samping atas – bawah
- Dengan kwantitas terkecil/biayanya terbesar kalau kuantitasnya ada yang sama.
Pada Contoh di atas kotak XBX dengan biaya 30 akan diisikan dengan tetangga terdekat.
ke X Y Z

Dari
50 15 20
A 0 40 40

30 20 10
B 25 0 5 30

30 40 35
C 30 30

Demand 25 40 35

17
TC = 25 (30) + 40 (15) + 15 (10) + 30 (35) = 2450

3.5 Metode VAM (Vogel Aprosimasi Metode)


Metode ini sudah lebih akurat dibanding dengan metode terdahulu (Stepping Stone)
Adapun langkah-langkahnya :
1. Buatlah table / bagan kebutuhan VS kapasitas.
Sumber K L M Kapasitas Index Baris
Produksi
A 15 20 10 40 5
B 10 15 25 60 5
C 20 30 40 50 10
Kebutuhan 30 45 75 Xam = 40
Index Kolom 5 5 15

2. Buat selisih dua harga terkecil dan terkecil kedua untuk setiap baris dan kolom
Baris A : 15 – 10 =5
Baris B : 15 – 10 =5
Baris C : 30 – 20 = 10

Kolom K : 15 – 10 =5
Kolom L : 20 – 15 =5
Kolom M : 25 – 15 = 15
3. Cari nilai terbesar dari nilai – nilai pada langkah – langkah 2
4. Karena nilai terbesar adalah 15 pada kolom 3 maka cari biaya terkecil dari nilai pada
kolom ke 3 dan diberi kotak biaya terkecilnya
Biaya terkecilnya adalah 10 kapasitas : 40
Kebutuhan : 75
5. Hapus Baris A karena sudah terpakai habis

Sumber K L M Kapasitas Index


B 10 15 25 60 5
C 20 30 40 50 10
Kebutuhan 30 45 35 Xbl = 45
Index 10 15 25

6. Ulangi Langkah 2 dengan melihat table di atas


Baris B = 15 – 10 = 5
Baris C = 30 – 20 = 10
Kolom K = 20 – 10 = 10
Kolom L = 30 – 15 = 15
Kolom M = 40 – 25 = 15
7. Index terbesar adalah 15 pada kolom L & M
Karena index sama maka cari yang biaya terkecil Kolom L

8. Biaya = 15 menghubungkan kapasitas 60


Cari yang terkecil untuk dialokasikan
Kebutuhan 45
9. Hapus Kolom L (Karna sudah habis terpakai )
18
Sehingga :

K M Kapasitas Index
B 10 25 15 15
C 20 40 50 20
30 35 Xck = 30

Baris B = 25 – 10 = 15
Baris C = 40 – 20 = 20 Index terbesar maka biaya terkecil adalah 20 yang menghubungkan
menghubungkan kapasitas 50
Cari yang terkecil untuk dialokasikan
Kebutuhan 30
Hapus kolom K

M kapasitas
B 25 15
C 40 20
XBM = 15
XCM = 20

TC = 40 (10) + 45 (15) + 30 (20) + 15 (25) + 20 (40)


= 2850
Proses VAM dapat diringkas sebagai berikut :
1. Hitung Opportunity Cost untuk setiap baris dan kolom. Opportunity cost untuk setiap
baris I dihitung dengan mengurangkan nilai cij terkecil pada baris itu dari nilai cij satu
tingkat lebih besar pada baris yang sama. Opportunity cost kolom diperoleh dengan cara
serupa.
2. Pilih baris atau kolom dengan opportunity cost terbesar (jika terdapat nilai kembar pilih
secara sembarang). Alokasikan sebanyak mungkin ke kotak dengan nilai cij minimum
(biaya paling kecil) pada baris atau kolom yang dipilih. Untuk Cij terkecil. Xij = Minimum
[Si,Dj).
3. Sesuaikan penawaran dan permintaan untuk menunjukkan alokasi yang sudah dilakukan.
Hilangkan semua baris dan kolom dimana penawaran dan permintaan telah habis.
4. Jika semua penawaran dan permintaan belum dipenuhi, kembali ke langkah 1 dan hitung
lagi opportunity cost yang baru.

3.6 METODE MODI ( MODIFIED DISTRIBUTION )


Metode ini adalah mirip dengan stepping stone hanya saja dalam mencari biaya minimal
menggunakan cara yang lebih pasti.
Perbaikan Contoh berikut :
A = 20 B=5 C = 14 Kapasitas
W=0 5
20 8
50 40 90

H = 15 15 20 10
60 60

P=5 25 19
10
10 50

Kebutuhan 50 110 40 200

19
Langkah penyelesaian MODI
1. Lakukan pengisian awal (Nort West Corner)
2. Memberi bobot dari setiap baris dan setiap kolom.
Ri + Kj = Cij ( Pada kotak-kotak yang terisi)
Ri = Index Baris
Kj = Index Kolom
Cij = Biaya di angkut atau satuan barang dari I ke j
3. Menentukan index perbaikan dengan mengikuti Cij – Ri – Kj (Pada kotak-kotak yang
masih kosong)
4. Menentukan titik awal perubahan
- Bahwa perubahan dilakukan bila masih ada index perbaikan yang negative
- Bila ada beberapa index perbaikan yang negative maka titik awal perubahan di
mulai pada perbaikan yang paling negative
5. Hitung TC untuk masing-masing perubahan dan perubahan berhenti bila tidak ada index
perbaikan yang negative

Pada contoh tersebut maka :


Langkah 2
RW + KA = CWA atau 0 + KA = 20 KA = 20
RW + KB = CWB atau 0 + KB = 5 KB = 5
RH + KB = CHB atau RH + 5 = 20 RH = 15
RP + KB = CPB atau Rp + 5 = 10 RP = 5
RP + KC = CPC atau 5 + KC = 19 KC = 14

TC = 50 (20) + 40 (5) + 60 (20) + 10 (10) + 40 (19)


= 3260
Langkah 3
Kotak Kosong Cij – Ri – Kj Nilai 1 Perbaikan
HA 15 - 15 – 20 - 20
PA 25 - 5 – 20 0
WC 8 - 0 - 14 -6
HC 10 - 15 - 14 -19
Langkah 4 memulai pengisian kotak HA

A=0 B=5 C = 14 Kapasitas


20 5 8
W=0 90 90

15 20 10
H = 15 50 10 60

25 10
P=5 10 40 19 50

Kebutuhan 50 110 40 200

20
TC 2 = 90 (5) + 50(15 + 10 (20) + 10(10) + 40(19) = 2260
Index perbaikan Cij – Ri – Kj hanya untuk kotak yang kosong

Kotak Cij – Ri – Kj Index Perbaikan


WA 20 – 0 – 0 20
WC 8 – 0 – 14 -6
HC 10 – 15 – 14 - 19
PA 25 – 5 – 0 20

Titik awal perbaikan dimulai pada kotak HC dimana kotak HC memiliki tetangga terdekat
(membentuk segi empat dengan tiga kotak lainnya yang terisi)

TC = 90 (5) + 50(15) + 10(10) + 20(10) + 30(19)


= 2070
Karena index perbaikan masih ada yang negative maka :

A=0 B=5 C = 14 Kapasitas


20 5 8
W=0 90 90

15 20 10
H = 15 50 10 60

25 10
P=5 10 40 19 50

Kebutuhan 50 110 40 200

1. Penentuan index baris dan kolom yang baru


Ri + Kj = Cij hanya untuk kotak yang terisi
RW + KB = 5 0 + KB = 5 KB = 5
RP + KC = 19 5 + KC = 19 KC = 14
RH + KC = 10 10 + 14 = -4
RH + KA = 15 -4 + KA = 15 KA = 19
2. Index Perbaikan
Kotak Cij – Ri – Kj Index Perbaikan
WA 20 – 0 – 0 20
WC 8 – 0 – 14 -6
HB 20 – 15 – 5 0
PA 25 – 5 – 0 20
A = 19 B=5 C = 14 Kapasitas
20 5 30 8
W=0 60 90

15 20 10
H = -4 50 10 60

25 10
P=5 50 19 50

Kebutuhan 50 110 40 200

21
TC = 60 (5) + 30(8) + 50(15) + 10(10) + 50(10)
= 1890
1. Karena masih ada yang negative – 6 maka : RW = 0
2. Tentukan lagi index baris dan kolom baru
Ri + kj = Cij

RW + KB = 5 0 + KB = 5 KB = 5
Rp + KB = 10 Rp + 5 = 10 KB = 5
RW + KC = 8 0 + Kc = 8 KC = 8
RH + KC = 10 RH + 8 = 10 RH = 2
RH + KA = 15 2 + KA = 15 KA = 13
3. Kotak Cij – Ri – Kj Index Perbaikan
WA 20 – 0 – 19 1
HB 20 – (-4) – 5 19
PA 25 – 5 – 19 1
PC 19 – 5 – 14 0

Sudah OPTIMAL sebab tidak ada lagi index perbaikan yang negatif

SOAL LATIHAN
1. Berikut tabel transportasi

Ke Kapasitas
Gudang A Gudang B Gudang C
Dari Pabrik
Pabrik 1 Rp 3200 Rp 3300 Rp 3400 106
Pabrik 2 Rp 3600 Rp 4200 Rp 3800 132
Pabrik 3 Rp 3400 Rp 3700 Rp 4000 127
Kebutuhan
122 152 91 365
Gudang
Selesaikan dengan metode:
a. NWC
b. Biaya terkecil
c. MODI
2. Produksi pabrik A, B, C adalah sebagai berikut:

Pabrik Kapasitas produksi tiap bulan


A 150 ton
B 40 ton
C 80 ton
Jumlah 270 ton

Gudang pabrik tersebut mempunyai kapasitas sebagai berikut:


Gudang Kebutuhan produksi tiap bulan
H 110 ton
I 70 ton
J 90 ton
Jumlah 270 ton

22
Biaya untuk mendistribusikan barang dari pabrik ke gudang :
Ke Biaya tiap ton (Rp)
Dari Gudang H Gudang I Gudang J
Pabrik A 27000 23000 31000
Pabrik B 10000 45000 40000
Pabrik C 30000 54000 35000

a. Buat tabel awal transportasi


b. Selesaikan dengan metode biaya terkecil dan optimalkan dengan metode MODI
c. Selesaikan dengan metode VAM
3. PT. ELNUSA, memiliki tiga pabrik yang terletak di lokasi yang berbeda. Hasil produksi ketiga pabrik akan
dialokasikan ke tiga daerah pemasaran yaitu daerah A,B, dan C. Kapasitas produksi per bulan ketiga pabrik
tersebut adalah 132 unit, 127 unit, dan 106 unit. Sedangkan jumlah permintaan ketiga daerah pemasaran
masing-masing 91 unit, 122 unit, dan 152 unit. Biaya distribusi per unit dari pabrik ke lokasi pemasaran
dapat dilihat dalam tabel berikut ini (dalam ribu rupiah).

a. Tentukan solusi awal dari masalh transportasi di atas dengan metode NWC, LC,
VAM dan Russel !

b. Tentukan solusi optimalnya dengan metode Stepping Stone atau MODI !

4. Misalkan sebuah perusahaan memiliki 3 tenaga ahli yang berdomisili di tiga daerah. Mereka akan
dikirim ketiga daerah lain yang membutuhkan dengan alokasi biaya dalam jutaan. Alokasikan tenaga
ahli tersebut sehingga hanya satu tenaga ahli hanya untuk satu lokasi tujuan dengan meminimalisasi
biaya perjalanan.

5. Tempat peleburan baja yang ada di 3 kota memproduksi sejumlah baja sbb:

Lokasi Jumlah yang ditawarkan per minggu (ton)


Cilegon 150
Cilacap 210
Semarang 320

23
Ketiga tempat peleburan tersebut memasok baja ke 4 kota dimana pabrik-pabriknya
mempunyai permintaan sbb:
Lokasi Jumlah yang diminta per minggu (ton)
Tangerang 130
Bekasi 70
Klaten 180
Surabaya 240

Biaya pengiriman per ton baja adalah sbb:


dari ke Tangerang Bekasi Klaten Surabaya
Cilegon $14 9 16 18
cilacap 11 8 7 16
Semarang 16 12 10 22
Tentukan alokasi yang memberikan biaya transportasi yang paling minimum.

6. Hewled Packcard menjual komputer mikro ke beberapa perguruan tinggi Yogyakarta dan mengirimkan
komputer-komputer tersebut ke 3 gudang distribusi. Pada awal tahun ajaran baru perusahaan sanggup
menyalurkan sejumlah komputer mikro berikut ini ke beberapa perguruan tinggi.

Gudang Distribusi Penawaran (Komputer Mikro)


Solo 420
Magelang 610
Purworejo 340

Adapun 4 perguruan tinggi telah memesan computer mikro yang harus dikirim dan dipasang
paling lambat pada awal tahun ajaran baru.

Perguruan Tinggi Permintaan (Kompute Mikro)


STMIK AMIKOM 520
UII 250
UPN Veteran 400
STIE YKPN 380

Biaya pengiriman dan pemasangan per satu computer mikro dari masing –masing distributor ke
masing-masing universitas adalah sbb:
dari ke STMIK AMIKOM UII UPN Veteran STIE YKPN
Solo 22 17 30 18
Magelang 15 35 20 25
Purworejo 28 21 16 14
Tentukan alokasi yang memberikan biaya transportasi yang paling minimum.
24
7. Perusahaan mempunyai pabrik pengolahan A,B,C,D,E, dan gudang F, G, H,I. Kapasitas pabrik bulanan
masing-masing sebesar 10, 20, 30, 40, dan 50 unit. Kebutuhan gudang bulanan masing-masing sebesar 60,
60, 20, dan 10 unit. Biaya pengiriman per unit (Ribuan rupiah) sebagai berikut:

F G H I
A 10 20 5 7
B 13 9 12 8
C 4 15 7 9
D 14 7 1 0
E 3 12 65 19
Tentukan dari pabrik mana akan dikirim ke gudang mana, dan berapa biaya total
pengiriman minimumnya.
8. Perusahaan Hardrock memiliki 3 pabrik pada daerah yang berbeda-beda dan memiliki 3 proyek dengan
lokasi yang berbeda juga. Biaya pengiriman per truk tercantum dalam table di bawah ini:

Proyek A Proyek B Proyek C


Pabrik 1 $10 4 11
Pabrik 2 12 5 8
Pabrik 3 9 7 6

Adapun kapasitas harian pabrik, masing-masing adalah: Pabrik 1 kapasitas 70, Pabrik 2
kapasitas 50, Pabrik 3 kapasitas 30, dengan kebutuhan tiap proyek adalah: Proyek A = 40,
Proyek B = 50, Proyek C = 60. Tentukan alokasi yang memberikan biaya transportasi
paling minim!

25
BAB IV
CPM/PERT

4.1 Konsep Dasar, Tujuan, dan Peran Strategis CPM/PERT


Teknik evaluasi dan ulasan program (cukup dikenal sebagai program evaluation and review
techique atau PERT) dan metode jalur krisis (umumnya dikenal sebagai critical path method-CPM),
dikembangkan di tahun 1950-an untuk membantu para manager membuat penjadwalan, memonitor,
dan mengendalikan proyek besar dan kompleks. CPM muncul terlebih dahulu, di tahun 1957, sebagai
alat yang dikembangkan oleh J. E. Kelly dari Remmington Rand dan M. R. Walker dari duPont untuk
membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia di duPont. Secara terpisah, PERT
dikembangkan di tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton untuk U.S. Navy (angkatan Laut
Amerika Serikat).
Metode PERT dan CPM adalah metode yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan,
skedul, dan proses pengendalian suatu proyek. Untuk dapat menerapkan kedua metode ini, perlu
ditetapkan terlebih dahulu kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek dan
menyusunnya dalam bentuk jaringan. Jaringan menunjukan saling hubungan antara satu kegiatan
dengan kegiatan lain. Walaupun prinsip penyusunan jaringan pada kedua metode adalah sama, namun
terdapat perbedaan mendasar antara kedua metode ini. Perbedaan ini terletak pada konsep biaya yang
dikandung CPM yang tidak ada di dalam metode PERT.
Asumsi yang digunakan dalam metode PERT adalah bahwa lama waktu semua kegiatan tidak
tergantung satu sama lain. Penentuan lama waktu penyelesaian suatu proyek dengan PERT dilakukan
dengan menentukan waktu yang paling pesimis (terlama) dan optimis (tercepat) untuk setiap kegiatan.
Hal ini terjadi karena adanya ketidakpastian penyelesaian suatu kegiatan ini dinyatakan dalam suatu
varians. Semakin kecil varians menunjukan semakin pasti suatu kegiatan dapat diselesaikan. Apabila
jaringan sudah sedemikian besar, penentuan lama penyelesaian suatu proyek dapat dilakukan melalui
proses foward pass dan backward pass.
Ada dua macam estimasi, baik untuk waktu maupun biaya, yang dilakukan di dalam metode
CPM, yaitu estimasi normal dan estimasi crash. Perhitungan kedua jenis estimasi dimaksudkan untuk
menemukan kegiatan-kegiatan pada jalur kritis dimana waktu dapat dipercepat dengan pengeluaran
paling minimum. Dengan cara ini, efisiensi penyelesian proyek dapat dicapai dalam hal waktu maupun
biaya.
Metode PERT/Biaya dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pengendalian biaya. Adapun
tujuan akhir dari PERT/Biaya adalah untuk memberikan informasi yang dapat digunakan untuk
mempertahankan biaya proyek dalam anggaran tertentu. Informasi ini berupa status suatu kegiatan

26
apakah overrun atau underrun. Dengan informasi ini dapat ditetapkan suatu aksi korektif terhadap
kegiatan dalam rangka mempertahankan biaya proyek.
Rangka Pikiran PERT dan CPM
PERT dan CPM keduanya mengikuti enam langkah dasar:
1. Mengidentifkasikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja,

2. Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang harus terlebih dahulu dan mana
yang mengikuti yang lain,

3. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan keseluruhan kegiatan,

4. Menetapkan perkiraan waktu dan/atau biaya untuk tiap kegiatan,

5. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis,

6. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek.

Langkah ke-5, menetukan jalur kritis, adalah bagian utama dalam pengendalian proyek.
Kegiatan pada jalur kritis mewakili tugas yang akan menunda keseluruhan proyek, kecuali bila mereka
dapat diselesaikan tepat waktu. Manajer mempunyai keleluasaan untuk menghitung tugas penting
dengan mengidentifikasi kegiatan yang kurang penting dan melakukan perencanaan ulang,
penjadwalan ulang, dan pengalokasian ulang sumber daya manusia dan uang.
Meskipun PERT dan CPM berbeda pada beberapa hal dalam terminologi dan pada konstruksi
jaringan, tujuan mereka sama. Analisis yang digunakan pada kedua teknik ini sangat mirip. Perbedaan
utamanya adalah bahwa PERT menggunakan tiga perkiraan waktu untuk tiap kegiatan. Perkiraan
waktu ini digunakan untuk menghitung nilai yang diharapkan dan penyimpangan standar untuk
kegiatan tersebut. CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui pasti, hingga hanya
diperlukan satu faktor waktu untuk tiap kegiatan.

4.2. Proses dalam CPM/PERT


1. Komponen jaringan (network component)
Satu syarat untuk dapat membentuk jaringan PERT adalah daftar urutan kegiatan proyek. Dari
berbagai kegiatan yang akan dilakukan dalam suatu proyek. Kita dapat menyusunnya dalam bentuk
jaringan PERT yang menunjukkan saling hubungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya.
Dalam jaringan PERT dikenal istilah Dummy yaitu dua atau lebih kegiatan yang mulai dan berakhir
pada titik yang sama. Kegiatan dummy timbul semata-mata untuk tujuan membentuk hubungan
preseden sehingga memungkinkan kita menggambarkan jaringan dengan hubungan preseden yang
baik.
27
Ada dua pendekatan untuk menggambarkan jaringan proyek yakni kegiatan pada titik (activity
on node – AON) dan kegiatan pada panah (activity on arrow – AOA). Pada konvensi AON, titik
menunjukan kegiatan, sedangkan pada AOA panah menunjukan kegiatan.
Perbandingan antara konvensi jaringan AON dan AOA
Kegiatan pada titik (AON) Arti dari kegiatan Kegiatan pada panah (AOA)

A B C A datang sebelum
B, yang datang
sebelum C A B C

A dan B keduanya
A A
harus diselesaikan
C
C sebelum C dapat
dimulai
B
B

B dan C tidak
B
dapat di mulai B
A
sebelum A selesai
A

C C

C dan D tidak
A
A A C
C dapat dimulai
hingga A dan B
keduanya selesai B D

B D

C tidak dapat
A C
dimulai setelah A A C
dan B selesai, D Dummy
activity
tidak dapat
B D
dimulai sebelum
B selesai. B D
Kegiatan Dummy
28
ditunjukan pada
AOA

B dan C tidak A B D
B
dapat dimulai
A D hingga A selesai.
D tidak dapat
C
Dummy
dimulai sebelum activity C
B dan C selesai.
C
Kegiatan dummy
ditunjukan pada
AOA.

Contoh:
Pemerintah akan membangun rumah sakit berstandar internasional, rumah sakit tersebut akan
di bangun dan harus melalui delapan kegiatan yakni: membangun komponen internal, memodifikasi
atap dan lantai, membangun tumpukan, menuangkan beton dan memasang rangka, membangun
pembakar temperatur tinggi, memasang sistem kendali polusi, membangun alat pencegah polusi udara,
dan kegiatan terakhir yaitu pemerikasaan dan pengujian. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini berikut penjelasan susunan kegiatannya:
Kegiatan Penjelasan Pendahulu langsung

A membangun komponen internal -

B memodifikasi atap dan lantai -

C membangun tumpukan A

D menuangkan beton dan memasang rangka A,B

E membangun pembakar temperatur tinggi C

F memasang sistem kendali polusi C

G membangun alat pencegah polusi udara D,E

H pemerikasaan dan pengujian F,G

Gambar AON untuk kegiatan proyek pembangunan rumah sakit tersebut adalah:

29
F
A C

E
Start H

B D G
Gambar AOA untuk kegiatan proyek pembangunan rumah sakit tersebut adalah

C
Membangun
kumpulan
2 tumpukan 4
A F
Membangun Memasang
komponen sistem
internal kendali
E
Membangun polusi
pembakar
1 Dummy temperatur H 7
6
Activity tinggi P e me rik s a a n
B dan pengujian
Memodifikasi
atap dan lantai G
Membangun
3 alat pencegah
polusi udara
D
Menuangkan 5
beton dan
memasang
rangka
E
Me
mb
2. Jadwal aktivitas (activity scheduling) ang
un
Menentukan jadwal proyek atau jadwal aktivitas pe artinya kita perlu mengidentifikasi waktu
mb
mulai dan waktu selesai untuk setiap kegiatan. aka
Kita menggunakan proses two-pass, terdiri atas r forward pass dan backward pass untuk
te m
menentukan jadwal waktu untuk tiap kegiatan. ES (earlist per start) dan EF (earlist finish) selama forward
attu backward pass.
pass. LS (latest start) dan LF (latest finish) ditentukan selama
r

30
Nama kegiatan atau simbol
(ES)Mulai (EF) Selesai
Terdahulu Terdahulu

(LS)Mulai (LF)Selesai
Terakhir Terakhir

Lamanya Kegiatan
Forward pass, merupakan indentifikasi waktu-waktu terdahulu. Aturan waktu mulai
terdahulu:
a. Sebelum suatu kegiatan dapat dimulai, kegiatan pendahulu langsungnya harus selesai.

b. Jika suatu kegiatan hanya mempunyai satu pendahulu langsung, ES nya sama dengan EF
pendahulunya.

c. Jika satu kegiatan mempunyai satu pendahulu langsung, ES nya adalah nilai maximum dari semua
EF pendahulunya, yaitu ES = max [EF semua pendahulu langsung]

Aturan selesai terdahulu :Waktu selesai terdahulu (EF) dari suatu kegiatan adalah jumlah dari
waktu mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya, EF = ES+waktu kegiatan.
Forward pass, dimulai dengan kegiatan pertama pada proyek, sedangkan backward pass
dimulai dengan kegiatan terakhir dari suatu proyek. Untuk setiap kegiatan kita pertama-tama
menentukan nilai EF nya, di ikuti dengan nilai ES nya. Dua aturan berikut digunakan dalam proses ini.
Aturan waktu selesai terakhir, aturan ini sekali lagi didasarkan pada kenyataan bahwa sebelum suatu
kegiatan dapat dimulai, seluruh pendahulu langsungnya harus diselesaikan.
a. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi hanya satu kegiatan, LF nya sama dengan LS
dari kegiatan yang secara langsung mengikutinya.

b. Jika suatu kegiatan adalah pendahulu langsung bagi lebih daru satu kegiatan, maka LF adalah
minimum dari seluruh nilai LS dari kegiatan-kegiatan yang secara langsung mengikutinya, yaitu
LF = Min [LS dari seluruh kegiatan langsung yang mengikutinya]

31
Aturan waktu mulai terakhir.: Waktu mulai terakhir (LS) dari suatu kegiatan adalah perbedan
antar waktu selesai terakhir (LF) dan waktu kegiatannya, yaitu LS = LF – waktu kegiatan.
Contoh:
Hitunglah waktu mulai dan selesai terdahulu, untuk proyek rumah sakit berstandar internasional yang
di bangun pemerintah. Dan berikut menunjukan jaringan proyek lengkap untuk proyek rumah sakit
tersebut, bersama dengan nilai ES dan EF untuk semua kegiatan.
Kegiatan Penjelasan Waktu (minggu)

A membangun komponen internal 2

B memodifikasi atap dan lantai 3

C membangun tumpukan 2

D menuangkan beton dan memasang rangka 4

E membangun pembakar temperatur tinggi 4

F memasang sistem kendali polusi 3

G membangun alat pencegah polusi udara 5

H pemerikasaan dan pengujian 2

Total waktu (minggu) 25

F
4 3 7

A C
0 2 2 2 2 4
H
13 2 15
Start
0 0
0 E
4 4 8

B D 8 G 13
0 3 3 3 4 7 5

32
Hitungan waktu mulai dan selesai terakhir untuk tiap kegiatan pada proyek rumah sakit
pemerintah tersebut.

F
A C 4 7
0 2 2 2 4 10 3 13
0 2 1 2 4
H
13 2 15
13 15
Start
0 0
0 0 0 4 E 8
4 4 8

B
0 3 D 8 G 13
3 4 7 8 5 13
1 3 4 4 8

Hasil perhitungan ES, EF, LS dan LF


Waktu Mulai Selesai Mulai Selesai
Kegiatan (minggu Terdahulu ES Terdahulu EF Terakhir LS Terakhir LF
)

A 2 0 2 0 2

B 3 0 3 1 4

C 2 2 4 2 4

D 4 3 7 4 8

E 4 4 8 4 8

33
F 3 4 7 10 13

G 5 8 13 8 13

H 2 13 15 13 15

3. Hambatan aktivitas (slack activity) dan jalur krirtis (critical path)

Waktu slack (slack time) yaitu waktu bebas yang dimiliki oleh setiap kegiatan untuk bisa
diundur tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan.
Secara matematis waktu slack dapat dirumuskan sebagai berikut:
Slack = LS – ES atau Slack = LF – EF
Menentukan jalur kritis untuk waktu mulai terlama dan waktu selesai terlama untuk setiap
kegiatan. Hal ini dilakukan dengan cara memulainya dari titik finish. Jalur kritis adalah kegiatan yang
tidak mempunyai waktu tenggang (S=0), artinya kegiatan tersebut harus dimulai tepat pada ES agar
tidak mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Kegiatan dengan slack = 0 disebut
sebagai kegiatan kritis dan berada pada jalur kritis. Jalur kritis adalah jalur waktu terpanjang yang
melalui jaringan. Biasanya sebuah jalur kritis terdiri dari pekerjaan-pekerjaan yang tidak bisa ditunda
waktu pengerjaannya. Analisis jalur kritis membantu menentukan jadwal proyek. Untuk mengetahui
jalur kritis kita menghitung dua waktu awal dan akhir untuk setiap kegiatan. Hal ini didefinisikan
sebagai berikut:
a. Mulai terdahulu (earliest start – ES), yaitu waktu terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan
asumsi semua pendahulu sudah selesai.

b. Selesai terdahulu (earliest finish – EF), yaitu waktu terdahulu suatu kegiatan dapat selesai.

c. Mulai terakhir (latest start – ES), yaitu waktu terakhiir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek

d. Selesai terakhir (latest finish – LF), yaitu waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

Jalur kritis (critical path) adalah jalur tidak terputus melalui jaringan proyek yang:
a. Mulai pada kegiatan pertama proyek
b. Berhenti pada kegiatan terakhir proyek, dan
c. Terdiri dari hanya kegiatan kritis (yaitu kegiatan yang tidak mempunyai waktu slack).

34
Contoh:
Hitunglah slack dan jalur kritis untuk kegiatan-kegiatan pada proyek rumah sakit pemerintah yang
berstandar internasional.
Mulai Selesai Mulai Selesai Jalur
Slack=
Kegiatan Terdahulu Terdahulu Terakhir Terakhir Kritis
LS-ES
ES EF LS LF

A 0 2 0 2 0 Ya

B 0 3 1 4 1 Tidak

C 2 4 2 4 0 Ya

D 3 7 4 8 1 Tidak

E 4 8 4 8 0 Ya

F 4 7 10 13 6 Tidak

G 8 13 8 13 0 Ya

H 13 15 13 15 0 Ya

4. Kemungkinan waktu penyelesaian aktivitas (probabilistic activity times): waktu optimis


(otimistic time), waktu pesimis (pessimistic time) dan waktu realistis (most likely time)

Dalam PERT, kita menggunakan distribusi peluang berdasarkan tiga perkiraan waktu untuk
setiap kegiatan, yaitu:
a. Waktu optimis (optimistic time) [a]
Waktu optimis yaitu waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai
rencana. Atau juga dapat di sebut waktu minimum dari suatu kegiatan, dimana segala sesuatu akan
berjalan baik, sangat kecil kemungkinan kegiatan selesai sebelum waktu ini.
b. Waktu pesimis (pessimistic time) [b]
Waktu pesimis yaitu waktu yang dibutuhkan suatu kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada sangat
tidak diharapkan. Atau juga dapat di sebut adalah waktu maksimal yang diperlukan suatu kegiatan,
situasi ini terjadi bila nasib buruk terjadi.
c. Waktu realistis (most likely time) [m]

35
Waktu realistis yaitu perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan yang paling
realistis. Atau juga dapat di sebut adalah waktu normal untuk menyelesaikan kegiatan.
Untuk menemukan waktu kegiatan yang diharapkan (expected activity time) [t] distribusi beta
memberikan bobot perkiraan waktu sebagai berikut:

I,6

Hal ini berarti waktu realistis (m) diberikan bobot empat kali lipat dari pada waktu optimis
(a) dan waktu pesimis (b). Waktu perkiraan t dihitung menggunakan persamaan diatas untuk setiap
kegiatan yang digunakan pada jaringan proyek untuk menghitung waktu terdahulu dan terakhir.

Peluang 1 di antara
100 terjadi < a Peluang 1 di
p antara 100
el terjadi > b
u
a
n
g

Activity
Optimistic Pessimistic Time
Time (a) Most Likely Time (b)
Time (m)

Untuk menghitung dispersi (dispersion) atau varians waktu penyelesaian kegiatan (variance
of activity completion time), dapat digunakan rumus:

Varians = [(b-a)/6]2

Variasi dalam kegiatan yang berbeda pada jalur kritis dapat mempengaruhi waktu penyelesaian
proyek secara keseluruhan dan memungkinkan terjadinya penundaan. PERT menggunaknan varians
kegiatan jalur kritis untuk membantu menentukan varians proyek keseluruhan dengan menjumlahkan
varians kegiatan kritis:

s2 = Varians proyek = (varians kegiatan pada jalur kritis)

36
Standard deviasi proyek (s) = varians proyek

Untuk mengetahui berapa probabilitas/kemungkinan proyek dapat diselesaikan dalam batas


waktu n hari misalnya, maka:

Nilai deviasi normal (Z) = [batas waktu (n) – waktu penyelesaian yang
diharapkan]/s

Contoh:
Suatu perusahaan sepatu akan membuat proyek pembuatan sepatu model baru, dan harus melalui
delapan tahap kegiatan. Perusahaan membuat perkiraan waktu dan hasilnya sebagai berikut:
Kegiatan Waktu optimis Waktu realistis Waktu pesimis Jalur kritis
(a) (m) (b)
A 1 2 3 Ya
B 2 3 4 -
C 1 2 3 Ya
D 2 4 6 -
E 1 4 7 Ya
F 1 2 9 -
G 3 4 11 Ya
H 1 2 3 Ya

Untuk mencari waktu yang diharapkan perusahaan dan variansnya, maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut:
Kegiatan Waktu Waktu Waktu Waktu yang Varians
optimis (a) realistis pesimis diharapkan [(b-a)/6]2
(m) (b) t = (a + 4m + b )/6

A 1 2 3 2 0.11
B 2 3 4 3 0.11
C 1 2 3 2 0.11
D 2 4 6 4 0.44
E 1 4 7 4 1.00

37
F 1 2 9 3 1.78
G 3 4 11 5 1.78
H 1 2 3 2 0.11

Untuk menghitung varians proyek secara keseluruhan dan standar deviasinya maka dihitung
menggunakan rumus yang sudah ditentukan, yakni:
S2 = Varians proyek = (varians kegiatan pada jalur kritis)
= varians A + varians C + varians E + varians G + varians H
=0,11 + 0,11 + 1,00 + 1,78 + 0,11
=3.11

Sedangkan standar deviasinya (S)= var iansproyek

= 3.11
= 1.76 minggu
Kemudian perusahaan menetapkan batas waktu penyelesaian proyek yakni selama 25 minggu,
maka:
Nilai deviasi normal (Z) = [batas waktu (n) – waktu penyelesaian yang diharapkan]/S
= (26 minggu – 25 minggu)/1.76
= 1/1.76
= 0.57

Tabel normal:
Z 0.0 0.01 ~ 0.07
0.1 0.50000 0.50399 0.52790
0.2 0.53983 0.54380 0.56749
~
0.5 0.69146 0.69497 0.7157
6
0.6 0.72575 0.72907 0.74857
Kemudian merujuk pada Tabel Normal, kita dapat mendapat peluang 0.7157, artinya ada
peluang sebesar 71.57% untuk perusahaan menyelesaikan proyek tersebut dalam kurun waktu 26
minggu atau kurang dari itu.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

38
0.57 Standard deviations
Peluang (T≤26 minggu)
adalah 71,57%

25 26 Waktu
minggu

C. Tantangan/Isu Strategis dalam CPM/PERT


Sebagai kritik untuk pembahasan mengenai CPM/PERT, berikut beberapa ciri yang harus di
perhatikan. Ada beberapa ciri-ciri PERT yang harus diperhatikan yaitu:
1. Kelebihan CPM/PERT
Sangat bermanfaat untuk menjadwalkan dan mengendalikan proyek besar.
Konsep yang lugas (secara langsung) dan tidak memerlukan perhitungan matematis yang
rumit.
Network dapat untuk melihat hubungan antar kegiatan proyek secara cepat.
Analisa jalur kritis dan slack membantu menunjukkan kegiatan yang perlu diperhatikan lebh
dekat.
Dokumentasi proyek dan gambar menunjukkan siapa yang bertanggung jawab untuk berbagai
kegiatan.
Dapat diterapkan untuk proyek yang bervariasi
Berguna dalam pengawasan biaya dan jadwal.

2. Keterbatasan CPM/PERT
Kegiatan harus jelas dan hubungan harus bebas dan stabil.
Hubungan pendahulu harus dijelaskan dan dijaringkan bersama-sama.
Perkiraan waktu cenderung subyektif dan tergantung manajer.
Ada bahaya terselubung dengan terlalu banyaknya penekanan pada jalur kritis, maka yang
nyaris kritis perlu diawasi.

39
4.3 Contoh Soal CPM/PERT
Contoh Soal 1
PT. MIKRO menyusun tim khusus untuk mengerjakan suatuproyek, diketahui kegiatan-kegiatan yang
harus dilaksanakan adalah sebagai berikut :
No. Kegiatan Kegiatan Sebelumnya Waktu – Dalam Hari
1. A - 0
2. B A 20
3. C B 30
4. D B 60
5. E C 40
6. F C 40
7. G D 20
8. H E,F 50
9. I F,G 60
10. J H,I 20
11. K J 0

Buatlah gambar kegiatan penyelesaian proyek dan hitung waktu normal proyek tersebut!

E,4
0
C,3 H,5
0 0
A, B,2 F,40 J,20 K,
0 000 0
0 D,6 I,60
0
G,2
0

Diagram PERT/CPM – PT MIKRO


Berdasarkan diagram PERT/CPM-PT MIKRO atau gambar kegiatan penyelesaian proyek tersebut,
maka dapat diketahui :
No. Jalur-Jalur Kegiatan Waktu yang Dibutuhkan (dalam hari)
1. A-B-C-E-H-J-K 0+20+30+40+50+20+0=160
2. A-B-C-F-H-J-K 0+20+30+40+50+20+0=160
3. A-B-C-F-I-J-K 0+20+30+40+60+20+0=170
4. A-B-D-G-I-J-K 0+20+60+20+60+20+0=180

40
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jalur kritisnya adalah A-B-D-G-I-J-K ( tanda panah tebal ),
dengan waktu yang dibutuhkan 180 hari. Jadi, waktu penyelesaian yang normal dari proyek tersebut
adalah 180 hari.
Contoh Soal 2
PT. BULAN memiliki data analisis PERT sebagai berikut :
No. Kegiatan Kegiatan Waktu Optimis Waktu Waktu Pesimis
Sebelumnya (a) Realistis (m) (b)
1. A - 1 1 1
2. B A 3 6 8
3. C A 4 5 6
4. D A 2 3 4
5. E A 9 9 15
6. F B 7 8 8
7. G B 4 7 9
8. H C 1 3 9
9. I D 5 6 7
10. J F,G,H 3 4 8
11. K E,I,J 2 3 7
*keterangan: hasil perhitungan waktu perkiraan (t) diperoleh dengan menggunakan rumus
a. Buatlah diagram PERT/CPM atau gambar kegiatan penyelesaian proyek dan hitung waktu normal
proyek tersebut!

b. Hitunglah ES, EF, LS, LF, dan S, sehingga dapat diketahui bahwa jalur kritis yang dipilih adalah benar!

B,5.8 F,7.8
3 3

C,5 G,6.8
3
A,1 J,4.5 K,3.5

D,3 H,3.6
7

E,10 I,6

Diagram PERT/CPM – PT BULAN

41
Berdasarkan diagram PERT?CPM _PT BULAN atau gambar kegiatan penyelesaian proyek tersebut,
maka dapat diketahui :
Waktu yang dibutuhkan
NO Jalur-Jalur Kegiatan
(dalam bulan)
1. A-B-F-J-K 1+5.83+7.83+4.5+3.5=22.67
2. A-B-G-J-K 1+5.83+6.83+4.5+3.5=21.66
3. A-C-H-J-K 1+5+3.67+4.5+3.5=17.67
4. A-D-I-K 1+3+6+3.5=13.5
5. A-E-K 1+10+3.5=14.5
Dengan demikian dapat diketahui bahwa jalur kritisnya adalah A-B-F-J-K dengan waktu yang
dibutuhkan 22,67 bulan . jadi waktu penyelesaian yang normal dari proyek tersebut adalah 22,67
bulan.
c. Perhitungan ES, EF, LS, LF dan s menggunakan patokan berikut

ES = Early Start ( Waktu mulai aktivitas paling awal )

EF = Early Finish = ES+t ( Waktu penyelesaian aktivitas paling awal )

LS = Late Start = LF-t ( Waktu mulai aktivitas paling akhir )

LF = Late Finish = LS+t ( Waktu penyelesaian aktivitas paling akhir)

S = Slack = LF – EF or LS – ES ( Waktu mundur aktivitas )

Mengacu pada patokan tersebut, hasil perhitungannya adalah sebagai berikut:


Kegiatan Waktu
No. Kegiatan ES EF LS LF S
Sebelumnya Aktivitas
1. A - 1.00 0 1 0 1 0
2. B A 5.83 1 6.83 1 6.83 0
3. C A 5.00 1 6 6 11 5
4. D A 3.00 1 4 10.17 13.17 9.17
5. E A 10.00 1 11 9.17 19.17 8.17
6. F B 7.83 6.83 14.67 6.83 14.67 0
7. G B 6.83 6.83 13.67 7.83 14.67 1
8. H C 3.67 6 9.67 11 14.67 5
9. I D 6.00 4 10 13.17 19.17 9.17
10. J F,G,H 4.50 14.67 19.17 14.67 19.17 0
11. K E,I,J 3.50 19.17 22.67 19.17 22.67 0

42
Latihan Soal:

1. Perusahaan mempunyai pabrik pengolahan A,B,C,D,E, dan gudang F, G, H,I. Kapasitas


pabrik bulanan masing-masing sebesar 10, 20, 30, 40, dan 50 unit. Kebutuhan gudang
bulanan masing-masing sebesar 60, 60, 20, dan 10 unit. Biaya pengiriman per unit (Ribuan
rupiah) sebagai berikut:
F G H I
A 10 20 5 7
B 13 9 12 8
C 4 15 7 9
D 14 7 1 0
E 3 12 65 19
Formulasikan persoalan di atas carilah biaya transportasi minimumnya !
a. Tabel transportasinya
b. Tentukan berapa unit yang harus disediakan masing-masing rute jika digunakan
metode VAM !
c. Berapa total biaya minimumya yang optimal ?
2. Perusahaan Hardrock memiliki 3 pabrik pada daerah yang berbeda-beda dan memiliki 3
proyek dengan lokasi yang berbeda juga. Biaya ( satuan $) pengiriman per truk tercantum
dalam table di bawah ini:
Proyek A Proyek B Proyek C
Pabrik 1 10 4 11
Pabrik 2 12 5 8
Pabrik 3 9 7 6
Adapun kapasitas harian pabrik, masing-masing adalah: Pabrik 1 kapasitas 70, Pabrik 2
kapasitas 50, Pabrik 3 kapasitas 30, dengan kebutuhan tiap proyek adalah: Proyek A = 40,
Proyek B = 50, Proyek C = 60.
Formulasikan persoalan di atas carilah biaya transportasi minimumnya !
d. Tabel transportasinya
e. Tentukan berapa unit yang harus disediakan masing-masing rute jika digunakan
metode VAM
f. Berapa total biaya minimumya yang optimal ?
3. Sebuah produsen kompor gas terkenal di Indonesia memiliki suatu proyek produksi kompor
gas istimewa yang dapat menghasilkan panas secara merata, efektif dan hemat bahan bakar.
Perusahaan tersebut ingin menyelesaikan proyek produksi kompor tersebut yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas sebagai berikut:

43
Aktivitas Aktivitas Waktu
Pendahulu Pelaksanaan
(Minggu) Dari data di atas buatlah:
A - 2
B - 4 a. Gambar kegiatan penyelesaian proyek
C A, B 5 b. Tuliskan semua jalur yang bisa
dikerjakan dan hitung masing-masing
D B 8 waktu yang dibutuhkan !
E B 12 c. Hitung waktu normal proyek tersebut!
F C, D 6
G E, F 8
H F 7
4. Sebuah produsen kompor gas terkenal di Indonesia memiliki suatu proyek produksi kompor
gas istimewa yang dapat menghasilkan panas secara merata, efektif dan hemat bahan bakar.
Perusahaan tersebut ingin menyelesaikan proyek produksi kompor tersebut yang terdiri dari
aktivitas-aktivitas sebagai berikut:
Aktivitas Aktivitas Pendahulu Waktu (Minggu)
Dari data di atas buatlah:
A - 1
B - 3 d. Gambar kegiatan penyelesaian proyek
C A 2 e. Tuliskan semua jalur yang bisa
D B 2 dikerjakan dan hitung masing-masing
E C,D 3 waktu yang dibutuhkan !
F E 4 f. Hitung waktu normal proyek tersebut!
G E 3
H F 5
I G 2
J H,I 5
K J 2
L K 1
5. Latta Carpets and Trims memasang karpet di sejumlah kantor dengan waktu yang
dibutuhkan dan penyelesaian sbb:

44
Caroll Latta ingin mengetahui waktu penyelesaian proyek total dan jalur kritis untuk
memasang karpet pada suatu bangunan kantor yang besar. Carilah ES, EF, LS, LF, untuk
setiap kegiatan dalam proyek tersebut !

45

Anda mungkin juga menyukai