Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL SKRIPSI

JUDUL PENELITIAN : UJI SITOTOKSIK EKSTRAK


KOMBINASI ASAM JAWA
(Tamarindus indica L.) DAN
KENCUR (Kaempferia galanga
L.) TERHADAP SEL KANKER
WiDr SECARA INVITRO
NAMA MAHASISWA : HILDA MAYANGSARI
NIM : 16.01.024
PEMBIMBING UTAMA : AKBAR AWALUDDIN, S.Si.,
M.Si., Apt
PEMBIMBING PERTAMA : ASRIL BURHAN, S.Farm., M.Si.,
Apt
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-
sel jaringan yang tidak normal yang berkembang menjadi sel kanker. Sel-sel
kanker tesebut sangat berbahaya dikarenakan dapat menyebabkan kematian
secara langsung maupun secara tidak langsung (World Health Organisation,
2014). Menurut WHO kanker menempati urutan kedua sebagai penyebab
kematian di dunia setelah penyakit jantung. Sekitar 13% dari semua kematian
penduduk di dunia disebabkan karena penyakit kanker (Rahmawati
dkk,2013).
Kanker kolon merupakan kanker kolorektal yang tumbuh pada
permukaan usus besar (kolon) atau anus (rectum) dan termasuk salah satu
jenis kanker ganas. Di Negara-negara barat, kanker kolon banyak
menyebabkan kematian dan juga merupakan kanker kedua terbanyak
setelah kanker paru pada laki-laki dan kanker payudara pada perempuan
(Tjindarbudi dan Mangunkusumo, 2013).
Pengobatan kanker pada umumnya dapat dilakkan melalui
pembedahan, radiasi dan kemoterapi. Agen kemoterapi yang telah ada saat
ini memiliki beberapa keterbatasan, seperti adanya peristiwa resistensi, efek
samping, dan daya efikasi yang belum memadai. Akibatnya terjadi inefisiensi
terapi, sehingga perlu dikembangkan agen kemopreventif yang lebih efektif
dan efisien. Kemopreventif adalah suatu agen yang dapat menghambat
perkembangan sel kanker, menekan pertumbuhan sel abnormal menjadi
kanker, dan membalikkan tahapan proses karsinogenesis. Agen
kemopreventif dapat mereduksi risiko terjadinya kanker dengan menghambat
inisiasi lesi preneoplastik oleh karsinogen, atau membalikkan progresi
kanker.salahsatu pendekatan untuk menemukan senyawa kemopreventif
adalah melalui eksplorasi bahan alam terutama tumbuhan (Haryanti dan
Widiastuti, 2017).
Pengobatan kanker dapat dilakukan dengan memanfaatkan senyawa
yang terkandung dalam bahan alam. Salah satu bahan alam yang
mempunyai aktivitas sebagai agen komprevensi kanker adalah daun asam
jawa (Tamarindus indica L.) dan rimpang kencur (Kaempferia galanga L.).
Tanaman ini telah dikenal luas dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit diantaranya sebagai obat
penurun kolestrol, mengatasi sakit kuning, batuk, sariawan,jerawat, bisul, dan
borok (Wijayakusuma, 2008).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu uji toksisitas ekstrak daun
asam jawa dengan metode Brine Shirmp Lethality Test (BSLT) diperoleh hasil
nilai LC50 dari ekstrak kloroform 294,38 µg/ml dan ekstrak metanol sebesar
592,63 µg/ml dan bersifat toksik terhadap Artemia salina Leach (Maryati dan
Erindyah, 2004). Sedangkan pada penelitian Uji aktvitas kulit rimpang kencur
dengan metode Brine Shirmp Lethality Test (BSLT) ini, ekstrak kulit rimpang
kencur mempunyai nilai LC50 terkecil yaitu kurang dari 10mg/mL dan
berpontens sangat tinggi sebagai antikanker (Antonius dan Wirasti, 2018).
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini dilakukan untuk menentukan
besarnya nila LC50 dari ekstrak kombinasi asam jawa dan kencur melalui uji
sitotoksik terhadap sel kanker sebagai data awal untuk memberikan informasi
potensi tanaman kombinasi asam jawa dan kencur sebagai alternatif
antikanker.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak kombinasi asam jawa (Tamarindus indica L.) dan kencur
(Kaempferia galanga L.) memiliki aktivitas sitotolsik terhadap sel kanker
WiDr secara in vitro?
2. Berapa nilai IC50 dari ekstrak kombinasi asam jawa (Tamarindus indica L.)
dan kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap sel kanker WiDr ?
I. 3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas sitotoksk
ekstrak kombinasi asam jawa (Tamarindus indica L.) dan kencur
(Kaempferia galanga L.) terhadap sel kanker WiDr secara in vitro.
2. Untuk mengetahui nilai IC50 dari ekstrak kombinasi asam jawa
(Tamarindus indica L.) dan kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap sel
kanker WiDr.
I.3 Manfaat Penelitian
Peneltiaan ini dapat melengkapi data ilmiah tentang kombinasi asam
jawa (Tamarindus indica L.) dan kencur (Kaempferia galanga L.) sebagai
antikanker dan dapat dijadikan landasan untuk pengembangan agen
kemoterapi antikanker yang lebih baik.
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen
berskala laboratorium.
III.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019-selesai di Laboratorium
Biologi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
III.3 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah tabung reaksi (Pyrex®), ayakan mesh
nomor 60, batang pengaduk, cawan porselin, gelas ukur (Pyrex®),
Erlenmeyer, spatel, lampu spiritus, neraca analitik (Mettler Toledo), penjepit
rak tabung, rotary evaporator (Buchi®), Laminar Air Flow (Esco),
haemocytometer (Neubauer), incubator (Nesco®), mikroskop inverted
(Olimpus), mikro pipet (Bio Rad), microplate 96 sumuran /well plate 97
(Iwaki), tabung eppendorf (Nesco®), ELISA reader (Thermo Fischer
Scientific), vortex mixer (Heidolph), conical tube (Corning), tim mikropipet
(Scilogex), botol duran, botol kultur / tissue culture flask (Nunclone), dan
bejana maserasi.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain daun asam jawa, rimpang
kencur, etanol 96% (One Med), aquades (One Med), aluminium foil,kertas
lebel, media RPMI (Roswell Park Memorial Institute) (Gibco), penisilin-
streptomisin (Gibco), fungison (amfoterisin B) (Gibco), kultur selkanker WiDr,
kultur sel vero, tripsin EDTA 0,25% (Gibco),asam sulfat, pereaksi Mayer,
pereaksi Dragendorf, pereaksi Wagner, asam asetat anhidrat, serbuk
magnesium, kloroform (Emsure), asam klorida (Merck) dan FeCl3 1 %
III.4 Prosedur Kerja
III.4.1 Pengambilan Sampel
Sampel daun asam jawa (Tamarindus indica L.) diperoleh dari kota
Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sedangkan sampel kulit rimpang
kencur (Kaempferia galanga L.) diperoleh dari kota Makassar, Provinsi
Sulawesi Selatan.
III.4.2 Pengolahan Sampel
Daun asam jawa (Tamarindus indica L.) dan Kullit rimpang kencur
(Kaempferia galanga L.) yang diperoleh, dikumpulkan dan disortasi basah
kemudian dicuci dengan air mengalir hingga bersih kemudian daun asam
jawa di bersikan dari kotoran lain, kemudian dikeringkan, pengeringan
dilakukan dengan cara ditutupi kain hitam dan dijemur dibawah sinar
matahari. Simplisia yang telah kering disortasi kering dan diserbukkan.
III.4.3 Pembuatan Ekstrak
Simplisia sebanyak 1 kg daun asam jawa dan kulit rimpang dieksraksi
dengan cara maserasi dengan cara direndam menggunakan pelarut etanol,
simplisia dimasukkan kedalam wadah maserasi, kemudian ditambahkan
pelarut secukupnya untuk proses pembasahan lalu didiamkan selama 15-30
menit. Sisa pelarut ditambahkan hingga simplisia terendam sempurna,
kemudian didiamkan ditemoat terlindung dari cahaya matahari selama 3 hari
dan diaduk setiap 12 jam lalu disaring.ampas diremaserasi sebanyak 4 kali
dengan perlakuan yang sama. Hasil evaporasi dipindahkan kedalam cawan
porselin dan diletakkan diatas waterbath untuk menguapkan sisa pelarut dan
mendapatkan ekstrak kental (Lestari, 2017).
III.4.4 Uji Fitokimia
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstrak dicampur dengan 5 ml kloroform dan 5 ml ammonia
kemudian dipanaskan, dikocok dan disaring. Asam sulfat 2N sebanyak 5
tetes ditambahkan pada masing-masing filtrate, kemudian dikocok dan
diamkan. Bagian atas dari masing-masing fltrat diambil dan diuji dengan
pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf. Terbentuknya endapan jingga,
coklat, dan putih menunjukkan adanya alkaloid (Harbone, 1987).
2. Identifikasi Steroid/Triterpenoid
Ekstrak sebanyak 1 ml dicampur dengan 3 ml kloroform atau 3 ml
etanol 70% dan ditambahkan 3 ml kloroform atau 3 ml etanol 70% dan
ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat dan 2 ml asam sulfat asetat anhidrat.
Perubahan warna dari ungu ke biru atau hijau menunjukkan adanya
senyawa steroid dan terbentuknya warna kecoklatan antar permukaan
menunjukkan adanya senyawa triterpenoid (Harbone, 1987).
3. Identifikasi Flavanoid
Ekstrak sebanyak ± 1 ml dicampur dengan 3 ml etanol 70% lalu
dikocok, dipanaskan, dan dikocok lagi kemudian disaring. Filtrat yang
diperoleh ditambahkan serbuk Magnesium 0,1 g dan 2 tetes asam klorida
pekat. Terbentuknya endapan merah pada lapisan etanol menunjukkan
adanya flavonoid (Harbone, 1987).
4. Identifikasi Saponin
Ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi, air panas sebanyak 10
ml ditambahkan, dinginkan dan kemudian kocok kuat-kuat selama 10 detik.
Positif mengandung saponin jika terbentuk buih setinggi 1-10 cm selama
tidak kurang dari 10 menit dan pada penambahan 1 tetes asam klorida 2N,
buih tidak hilang (Harbone, 1987).
5. Identifikasi Tanin
Ekstrak sebanyak ± 1 ml sampel didihkan dengan 20 ml air diatas
penangas air, lalu disaring. Filtrat yang diperoleh ditambah beberapa tete
(2-3 tetes) FeCl3 1% dan terbentuknya warna coklat kehijauan atau biru
kehitaman menunjukkan adanya tannin (Harbone, 1987).
III.4.5 Penyiapan Larutan Uji Ekstrak
Larutan Uji dibuat dengan melarutkan 10 mg dalam 10 mL DMSO
sehingga diperoleh larutan stok 1000 µg/mL, kemudian dipipet 1 mL dan
dicukupkan volumenya hingga 10 mL (100 µg/mL), kemudian dibuat lima seri
konsentrasi.
III.4.6 Pembuatan Media Kultur
Bubuk RPMI di masukkan ke dalam 800 ml aquades, kemudian
ditambahkan 2 gram 4-(2-hydroxyethyl)-1 piperazineethanesulfonic acid
(HEPES) dan 2 gram NaHCO3. Ditambahkan aquades sampai volume 1 L.
Campuran dihomogenkan diaduk kemudian pH diukur pada 7,2 – 7,4 dengan
cara penambahan 1M NaOH atau 1M HCl. Sterilisasi dilakukan dengan cara
menyaring menggunakan saringan membrane 0,2 µm, selanjutnya
ditambahkan fungsiom 0,5%, Fetal Bovine Serum (FBS) 10%, dan penstrep
2%. Ditampung ke dalam botol duran.
III.4.7 Proses Cell Thawing
Sel diambil dari conical tube, kemudian dipindahkan kedalam botol
kultur yang telah berisi 4 ml medium tumbuh. Tutup conical tube dengan
rapat, suspense sel disentrifus 500 rpm selama 5 menit. Supernatan medium
dibuang, pellet ditambah 4 ml medium RPMI baru, disuspensi perlahan
hingga homogen. Sebanyak 2 ml sel ditumbuhkan dalam (2-3) botol kultur,
tambahkan masing-masing 5 ml medium RPMI kedalam botol kultur lalu
homogenkan. Setelah itu, amati kondisi seldengan mikroskop inverted.
Simpan sel ke dalam incubator CO2 pada suhu 37oC.
III.4.8 Panen Sel
Sel diambil dari incubator CO2, diamati kondisi sel. Panen sel
dilakukan setelah sel konfluen.medium RPMI dibuang menggunakan pipet
Pasteur, kemudian cuci sel sebanyak 2 kali dengan PBS(volume PBS adalah
±1/2 volume media awal) dan ditambahkan 1-2 mL tripsin EDTA 0,25%
kedalam botol kultur untuk menginaktifkan tripsin dan diamati keadaan sel di
mikroskop. Sel yang menggerombol diresuspensi kembali dan dipindahkan
sel-sel ke dalam conical tube lalu diresuspensi sel di conical tube dari hasil
panen selanjutnya diambil 10µL panenan sel dan dipipetkan ke
haemocytometer. Sel dihitung di bawah mikroskop inverted.
III.4.9 Uji Sitotoksik dengan Metode MTT Assay
Dimasukkan sel ke dalam sumuran, masing-masing 5x105
sel/sumuran. Sisakan 3 sumuran kosong (untuk control negatif). Amati
keadaan sel di mikroskop inverted untuk melihat distribusi sel. Inkubasi sel
minimal 4 jam. Setelah sel sudah siap, ambil well plate dari incubator CO2
kemudian buang media sel, Selanjtnya masukkan 100 µl PBS kedalam
sumuran yang telah terisi sel, lalu buang PBS. Setelah itu, masukkan
konsentrasi sampel kedalam sumuran (triplo). Diinkubasi kedalam incubator
CO2 selama 24 jam. Menjelang akhir inkubasi, tambahkan 100 µl reagen
MTT kedalam sumuran. Diinkubasi selama 2-4 jam dalam incubator CO2. Jika
formazan telah jelas berbentuk, tambahkan stopper 100 µl. Amati
absorbansinya dengan mikroplate reader (Look,2018).
III.5 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas: ekstrak kombinasi asam jawa dan kencur
2. Variabel terikat: aktivitas sitotoksik
III.6 Pengumpulan dan Analisis Data
Hasil uji sitotoksik berupa respon serapan dikonversi ke dalam persen
kematian sel dengan persamaan sebagai berikut:
(Kontrol negatif-kontrol blanko)-(sampel-kontrol blanko)×100%
%kematian= (Kontrol negatif-Kontrol blanko)

Nilai IC50 dari sel WiDr diperoleh dengan menentukan regresi linear
antara log konsentrasi sampel uji dan persen kematian selanjutnya dianalisis
probit menggunakan Microsoft Excel 2010.
Jadwal Penelitian

Periode waktu
Tahap Kegiatan
Okt Nov Des Jan Feb
Studi
pustaka
Persiapan
Seminar
Skripsi I

Ekstraksi

Skrining
fitokimia
Penyiapan
larutan uji
ekstrak
Pembuatan
Pelaksanaan
media

Proses Cell
Thawing

Perhitungan
Sel
Uji
Sitotoksik
Analisis
data
Penyusunan
Penyelesaian Skripsi
Seminar
Skripsi II
Ujian Tugas
Akhir
DAFTAR PUSTAKA
Antonius Padu Ratu, Wirasti. 2018. Uji Toksisitas Beluntas (Pluchea indica
L.), Daun Kemangi (Ocimum Basilicum L.), Kulit Biji Jengkol
(Archidendrom pauciflorum), Dan Kulit Rimpang Kencur (Kaempferia
galangal L.) Dengan Metode Brine Shrimp Leathality Test (BSLT)
Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi: Bogor.
Tjindarbudi, D., Mangunkusumo, R., 2013. Cancer In Indonesia, Present and
Future. Jpn J Clin Oncol 32 (Oncol 1) S17-S21.
Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia Institut Teknologi Bandung: Bandung.
Haryanti, S dan Widiastuti. 2017. Aktivitas Sitotoksik pada Sel MCF-7 dari
Tumbuhan Indonesia untuk Pengobatan Tradisional Kanker Paudara.
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional.
Lestaei, Andini M. 2017. Isolasi daun Pedada (Snneratia caseolaris L.)
Terhadap Sel Kanker Serviks. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin. Makassar.
Look, T. G. 2018. ‘Uji Sitotoksi dan Selektivitas Ekstrak Buah Kayu Bitti (Vitex
cofassus) Terhadap Sel Kanjer Hela’ Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi: Makassar

Maryati, dan Erindyah. 2004. Uji Toksisitas Ekstrak Daun Tamarindus Indica
L. Dengan Metode Brine Shrimps Leathality Test.Fakultas Farmasi
UMS. Surakarta.
Rahmawati dkk,2013

Wijayakusuma, 2008
World Health Organization (WHO). 2014. Commission on Ending
Childhood Obesity. Geneva, World Health Organization, Departement of
Noncommunicable disease surveillance.

Anda mungkin juga menyukai