Anda di halaman 1dari 21

TUTORIAL IN CLINIC (TIC)

PADA An.E DENGAN TONSILITIS KRONIK


DI INSTALASI BEDAH SENTRAL (IBS-OK)
RSUD ABDUL AZIZ SINGKAWANG

DISUSUN OLEH

Annisa Nur Medinawati I4051191039


Enggar Septhy Arsitha I4051191040
Nada Eliza Nurlatifah I4051191041
Syahroni I4051191008
Teguh Ayatullah I4051191009
Tri Mutiara Dayani I4051191010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
TUTORIAL IN CLINIC (TIC)

KASUS TIC
An.E (8 Thn) datang ke Instalasi Bedah Sentral (IBS-OK) RSUD Abdul Aziz
singkawang dengan diaagnosa medis tonsilitis kronis, pada hari kamis 20 Januari 2020
akan direncanakan melakukan pembedahan tonsilektomi. Pada pengkajian awal di poli
THT didapatkan hasil klien sering demam, sakit tenggorokan, sakit menelan, batuk
pilek berulang.

Saat klien tiba di ruang tunngu operasi (08.00), dilakukan check in dengan hasil
klien mengatakan takut dan berdabar, keluarga mengatakan klien belum pernah
melakukan operasi, klien melaporkan nyeri pada area tenggorokan, klien juga
mengatakan sulit tidur dan makan, dari observasi perawat mendapatkan klien gelisah,
wajah tampak tegang dan semeringai, suara rendah terdengar bergetar, klien juga
terlihat sulit berbicara. Klien melakukan opersi di kamar operasi IV Persiapan operasi,
pra operasi atau sign-in dengan pengecekan identitas klien, no.RM, prosedur, lokasi
prosedur, riwayat alergi, risiko gangguan jalan nafas, risiko kehilangan darah > 5 ml
ml/KgBB. Intra operasi atau Time out tim mengkonfirmasi nama dan peran masing-
masing, hasil radiologi dipasang diviewer, konfirmasi pemberian antibiotik profilaksis
60 menit terakhir dan pemberian tromboprofilaksis. Pemberian anastesi dengan general
anaesthesia, yang menandakan operasi telah dimulai dengan durasi waktu ± 80 menit.
Pasca opeasi klien dipindahkan k RR. klien mendapatkan terapi medikasi ivfd futrolit
10 tpm, inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam IV, inj. Ketorolac ½ amp/8jam IV, inj.
Ondansentron 20 mg/12 jam IV, rencana rawat jalan 1-2 hari post operasi

Hasil lab tgl 17-1-2020 Hematologi dan hemostasis

Pemeriksaan hasil satuan nilai rujukan

Hb 13,1 g/dL 10,8-15,6

Leukosit 6.830 /uL 4500-13500

Trombosit 289.000 /uL 181000-521000

Ht 37,3 % 33-45

Eritrosit 4,68 106/uL 3,8-5,8

Waktu pembekuan 6.00 menit 5-15

Waktu perdarahan 2.30 menit 1-3

HBSag non-reaktif (-)


HIV non-reaktif (-)

Hasil lab tgl 17-1-2020 Kimia Klinik

Pemeriksaan Hasil satuan nilai rujukan

SGPT 33 U/L <47

SGOT 18 U/L <39

UREUM 17 Mg/dL 10-50

KREATINI 0.67 Mg/dL 0,62-1,10


A. STEP 1
Kata-kata sulit
B. STEP 2
1. Apa yang dimaksud dengan Tonsilitis Kronik pada kasus diatas?
2. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini ?
3. Komplikasi apa yang muncul apabila tidak dilakukan tindakan pembedahan?
4. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ?
5. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan lab darah pada
kasus diatas?
C. STEP 3
1. Apa yang dimaksud dengan Tonsilitis Kronik pada kasus diatas?
2. Apa saja tanda dan gejala yang dapat terjadi pada kasus ini ?
3. Komplikasi apa yang muncul apabila tidak dilakukan tindakan pembedahan?
4. Apa saja diagnosa keperawatan yang dapat diangkat dari kasus ini ?
5. Apa penatalaksanaan yang tepat untuk kasus diatas ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang yang tepat selain pemeriksaan lab darah pada
kasus diatas?
D. STEP 4
Skema

Etiologi

Tonsilitis Kronik

Patofisiologi

Pemeriksaan Penunjang Manifestasi Klinis Penatalaksanaan

Askep
E. STEP 5
Learning objective
1. Definisi
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Sriyono, 2006).
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut
merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik
merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
2. Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang dibawah
ini:
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections).
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A adalah :
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 %
kasus.
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Adenovirus
8. ECHO
9. Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri
dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsillitis.
3. Klasifikasi
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis Akut disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus,
streptococcus viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga disebabkan
oleh virus.
2. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat
diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus
ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.
4. Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk
ke dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi
pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke tonsil.
Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat
keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan
edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri menelan,
demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan
dasar manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :
1. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan
sulit untuk menelan sehingga klien susah untuk makan dan sulit
untuk tidur.
2. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya
pembengkakan pada tonsil dan faring, klien sering batuk.
3. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien
menurun, klien mudah terserang demam.
4. Sistem Muskuloskeletal\
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri
keterbatasan gerak, klien susah untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
5. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
5. Manifestasi Klinis
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan
pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit
waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang
mungkin tampak:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan
ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat
yang purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,
kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
Manifestasi klinis menurut smeltzer (2001) adalah:
1. Sistem Gastointestinal
a. Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri
b. Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil
c. Anoreksia : mual dan muntah
d. Mulut berbau
e. Bibir kering
f. Nafsu makan berkurang
2. Sistem Pernafasan
i. Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil
ii. Faring hiperimisis : terdapat detritus
iii. Pernafasn bising.
iv. Edema faring
v. Batuk
3. Sistem Imun
a. Pembengkakan kelenjar limpah leher
b. Pembesaran tonsil
c. Tonsil Hiperemia
d. Demam atau peningkatan seluruh tubuh
4. Sistem Muskuloskeletal
a. Kelemahan pada otot
b. Letargi
c. Nyeri pada otot
d. Malaise
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Test laboratorium
Test laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah
bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena
grup ini disertai dengan demam rematik, glomerulunefritis dan demam
jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
7. Penatalaksanaan
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1. pemberian antibiotik baik injeksi maupun oral seperti
cefotaxim,penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
2. antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol,
ibuprofen.
3. Analgesik
4. Pemberian cairan 2-2,5 liter/hari
5. kompres dengan air hangat
6. istirahat yang cukup
7. pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
8. kumur dengan air hangat
8. Kompikasi
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat.
Demam rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah
kuman streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan
oleh streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada
ruptur spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
4. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux,
Lockhart, 2001 ).
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau
lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau
ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa (
Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
F. STEP 6
Discovery Learning
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : An. E
Usia : 8 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dx Medis : Tonsilitis kronis
1. Pengkajian Data Fokus
a. Pre Operasi
Data Subjektif
1) Klien mengatakn takut dan berdebar
2) Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi
3) Klien mengatakan sulit tidur dan makan
Data Objektif
1) Klien gelisah
2) Klien tampak tegang
3) Suara rendah terdengar gemetar
4) Klien kesulitan berbicara
5) TTV : TD: 100/80 mmHg, N: 92 x/m, RR: 19 x/m, Spo2: 98%
b. Intra Operasi
Data Objektif
1) Klien tampak tidak sadar
2) Klien terpasang Endotrakeal tube (ETT)
3) Klien terpasang monitor
4) Klien deiberikan anastesi dengan teknik aneasthsia (anastesi umum)
5) Klien terpasang O2 5-7 LPM
6) TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 86 x/m, RR 20 x/m, Spo2: 99%
c. post opersi
Data Objektif
1) klien mengalami pemulihan kesadaran namun masih dalam pengaruh obat
2) klien tampak terpasang O2 2 Lpm
3) klien tampak gelisah
4) TTV
5) TD: 110/80 mmHg, N: 86 x/m, RR: 20 x/m, spo2: 99 %
2. pemeriksaan penunjang
tanggal 17/1/2020
hematologi dan hemostasis
pemeriksaan hasil Satuan Rujukan

Hb 13,1 g/dL 10.8-15.6

Leukosit 6.830 /uL 5.000-14500

Trombosit 289.000 /uL 181.000-521.000

Ht 37,3 % 33-45

Eritrosit 4,68 106/uL 3.-5.8

Waktu pembekuan 6.00 Menit 5-15


(CT)

Waktu perdarahan 2.30 Menit 1-3


(BT)

HBSag non-reaktif Non reaktif

HIV non-reaktif Non reaktif


3. terapi medikasi
Obat dosis Rute

Inj.Profopol 200 mg/20 ml IV

Inj. Atrucuriun 50 mg/5 ml IV

Inj. ondansentron 4 mg/ 2 ml IV

Inj. dexamethasone 50 mg/2 ml IV

Inj. tramadol 100 ml/ 2 ml IV

Inj. dexketoprofen 5 mg/ml IV

Inj. tranexamat acid 500 mg/ 5 ml IV

Infus asering 500 ml IV

4. peralatan
 kanula suction
 scaple handle
 maya
 Rochester fan hemostatic
 sclidodt tonsil forcep
 towel forcep
 headle holder
 nasal cutting forcep
 curette
 spatula
 wieder tangue nepretor
 mouth gag
 ovula retractor
 allis tissue forcep
5. laporan operasi
1. pasien ditidurkan dgn posisi supinasi di atas meja operasi dalam general
anastesia
2. tindakan asepsis dan antiseptic di daerah lapang operasi
3. kepasa dengan posisi rose
4. dipasang mounth gag hingga rongga mulut terbuka lebar, kemudian difiksasi
5. diidnetifikasi ukuran tonsil kanan dan kiri masing-masing berukuran T3-T3
hiperemesis kripta melebar
6. dilakukan tindakan tonsilektomi secar diseksi pada tonsil kanan
7. perdarahan diatasi dan dirawat
8. dilakukan tindakan tonsilektomi secara diseksi pada tonsil kiri
9. perdarahn diatasi dan dirawat
10. evaluasi ulang perdarahan
11. mouth gag dang dibuka dan dilepaskan dari rongga mulut
12. operasi selesai
B. ANALISA DATA
data etiologi masalah

Pre operasi Stress akan ansietas


DS: pembedahan
 Klien mengatakan takut
dan berdebar
 Keluarga mengatakan
klien belum pernah
melakukan operasi
 Klien mengatan sulit
tidur dan makan
DO
 Klien gelisah
 Klien tampak tegang
 Suara terdengar rendah
dan bergetar
 Klien tampak kesulitan
berbicara
 TTV
TD: 100/80 mmHg, N: 92 x/m,
RR: 19 x/m, S: 36,6 C, SPO2:
98%
Intra operasi Terputusnya Risiko infeksi
DS: - kontinuitas jaringan
DO:
 Klien tampak tidak
sadar
 Klien terpasang ETT
 Klien terpasang
monitoring
 TTV dalam batas
normal
TD: 110/80 mmHg, N:
86 x/m, RR 20 x/m,
Spo2: 99%
 Klien diberikan anastesi
dgn teknik general
anastesi
 Terpasang O2 5-7 Lpm
 Klien dilakukan
tindakan tonsilektomi
Post operasi Efek pengobatan Resiko jatuh
DS:- anastesi
DO:
 Klien mengalami
pemulihan kesadaran
namun masih dalam
pengeruh obat anastesi
 Klien terpasang O2 2
LPM nasal kanul
 TTV
TD: : 110/80 mmHg, N: 86
x/m, RR: 20 x/m, spo2: 99 %
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATA

Diagnosa Rencana Tindakan Keerawatan Rasional


Keperawatan
Tujuan Intervensi

PreO perasi

Ansieas b.d Setelah dilakukan 1.Kaji tingkat 1. u/ mengetahui


akan intervensi 1 x 15 menit kecemasan yang klien alami
pembedahan kecemasan dapat 2.Berikan informasi 2. memberikan
tentang penyakit pengetahuan dan
teratasi denan krtitia
dan tindakan tindakan operasi
hasil : operasi pada klien yang
3.Berikan kesempatan aan dilakukan
1.Klien mengungkapkan
klien untuk 3. menilai koping
penurunan cemas
ekspresikan stres
2.Klien mampu
perasaan 4. memberikan
emahami prosedur
4.Berikan latihan klien tetap
operasi
relaksaso napas semangat dan
3.Koping klien baik
dalam rileks
Intra Operasi

Resiko infeksi Stelah dilakukan 1.Lakukan teknik 1. U/ menjaga


b.d terputusnya tindakan 1x80 menit aseptik kestrerilan dan
kotiniutas selama operasi resiko 2.Lakukan prparasi lingkungan kama
infeksi dapat tertasi area operasi sesuai operasi
jaringan
denan hasil prosedur 2. u/ menegskan
1. tidak ada tanda dan 3.Batasi personal di proses dan
gejalah infeksi kamar (max 10) tindakan operasi
2. luka tampak bagus 3. u/ menimalisir
penyebab dan
kontaminasi
penyebab Infeksi
Post Operasi

Resiko Jatuh Seteah dilakukan 1.Jaga klien agar tdak 1. u/ menghindar


b.d efek intervensi 1 x 30menit sendirin klie jatuh
pengobatan resiko jatuh teratasi 2.Pasang pagar pada 2. u/ menghindari
bad pasien agar tidak
anastesi dengan hasil
3.Tenangkan pesien terjadinya jatuuh
1.Tidak ada kejadian jika gelisah dan pada klien
jatuh banyak gerak 3. u/ menenangkan
2.Gerkan terkoodinasi 4.Moitor ttv klien
4. u/ menilai ttv
klien
E. IMPLEMENTASI KEPERAWAAN

Diagnosa Implementasi Evaluasi


keperawatan

Pre perasi

Ansietas b.d 1. mengkaji tingkat cemas Subjektif


stress akan R/ klien tampak cemas, terilaht
pembedahan tegang, gelisah, seuara emah - Klien mengatakan takut
dan bergegar dan cemas
2. memberiakn informasi tentng - Klien mengatak sedikit
penyakit dan tindakan tenang setelah melakukan
operasi relaksasi napas dalam
R/ Klien tampak belum Objektif
kooperatif terhadap penjelasan
penyakit, kontak mata kurang - Klien tampak tegang
3. Memberikan kesempatan - Klien tampak gelisah
kepada klien untuk - Klien tampak gemetar
ekspresikan perasaan - Klien sering melirik
R/ Klien mengatakan perasaan kedalam ketika diruang
takut dan cemas tunggu operasi
- Klien tampak melakukan
4. Meberikan tindakan relaksasi relaksasi napas dalam
napasdalam Analisa
R/ Klien taak mempraktekkan
relaksasi napas dalam, klien - Ansietas
meerasakan pengurangan Planning
perasaa cemas dan takut
- Intervensi di Hentikan
Intra Operasi

Resiko Infeksi 1. Melakasanakan prinsep Subjektif


b.d terputusnya aseptif
kontuiutas R/ intrumen dan pasien terjaga - P
dari konta ininasi dalam kondisi Objektif
jaringan
steril)
- Instrumen dan pasien
2. Melakukan preparasi area terjaga dari kontamintasi
operasi sesuai prosedur (Dalam kondisi steril)
R/ Tampak penempatan psien - Tapak penempatan pasien,
pemasangan duk steril dan pemasangan duk steril dan
perkiraan area insisi dan deksisi pekiraan area insisi dan
3. Membatasi personi di kamar diksesi
operasi (maksimal 10 orang) - Terdapat 8 oerang dikaar
R/ terdapat 8 orang didalam operasi dengan 1 rang
kamar operasi dengan 1 dokter dokter operator
operator Analisa
- Resiko infeksi
Planning

- Intervensi di hentikan
Post Operasi

Resiko jatuh b.d 1. Menjaga klien agar tidak Subjektif


efek sendirian
pengobantan R/ teropservasi oleh perawat di
ruang recovery
anastesi Objektif
2. Memasang tralis pada
brangkar klien
R/ Klien terpasang tralis agar - Klien terobservasi oleh
tidak jatuh perawat di ruang recovery
3. Menenangkan klien agar - Klie terpasang tralis pada
tidak gelisah dan banyak brangkar agar tidak jatuh
bergerak - Klien tenang da istirahat
R/ Klien tenang dan istirahat kembali
kembali - TTV: TD 120/90 mmHg; N
4. Monitor TTV 80 x/m
R/ TD 120/90 mmHg; N 80 RR 22 x/m Spo2 99%
x/m; Analisa
RR 22 x/m; Spo2 99% - Resiko jatuh
Palnning

- Intervensi dihentikan
Refrerensi

Adams, George L. 1997.BOISE Buku Ajar Penyakit THT.Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made
Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC.

Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

R. Sjamsuhidajat &Wim de jong.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta
:EGC

Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.8.
Jakarta : EGC;

Soeparman, dkk. 1990. Ilmu penyakit dalam. (Edisi kedua). Jilid II. Jakarta: Balai
penerbit FK-UI.

Wilkinson, Judith.2000.Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan


Kriteria hasil NOC Edisi 7.Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai