DISUSUN OLEH
KASUS TIC
An.E (8 Thn) datang ke Instalasi Bedah Sentral (IBS-OK) RSUD Abdul Aziz
singkawang dengan diaagnosa medis tonsilitis kronis, pada hari kamis 20 Januari 2020
akan direncanakan melakukan pembedahan tonsilektomi. Pada pengkajian awal di poli
THT didapatkan hasil klien sering demam, sakit tenggorokan, sakit menelan, batuk
pilek berulang.
Saat klien tiba di ruang tunngu operasi (08.00), dilakukan check in dengan hasil
klien mengatakan takut dan berdabar, keluarga mengatakan klien belum pernah
melakukan operasi, klien melaporkan nyeri pada area tenggorokan, klien juga
mengatakan sulit tidur dan makan, dari observasi perawat mendapatkan klien gelisah,
wajah tampak tegang dan semeringai, suara rendah terdengar bergetar, klien juga
terlihat sulit berbicara. Klien melakukan opersi di kamar operasi IV Persiapan operasi,
pra operasi atau sign-in dengan pengecekan identitas klien, no.RM, prosedur, lokasi
prosedur, riwayat alergi, risiko gangguan jalan nafas, risiko kehilangan darah > 5 ml
ml/KgBB. Intra operasi atau Time out tim mengkonfirmasi nama dan peran masing-
masing, hasil radiologi dipasang diviewer, konfirmasi pemberian antibiotik profilaksis
60 menit terakhir dan pemberian tromboprofilaksis. Pemberian anastesi dengan general
anaesthesia, yang menandakan operasi telah dimulai dengan durasi waktu ± 80 menit.
Pasca opeasi klien dipindahkan k RR. klien mendapatkan terapi medikasi ivfd futrolit
10 tpm, inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam IV, inj. Ketorolac ½ amp/8jam IV, inj.
Ondansentron 20 mg/12 jam IV, rencana rawat jalan 1-2 hari post operasi
Ht 37,3 % 33-45
Etiologi
Tonsilitis Kronik
Patofisiologi
Askep
E. STEP 5
Learning objective
1. Definisi
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
Streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis
lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang sangat
sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Sriyono, 2006).
Tonsilitis adalah infeksi atau peradangan pada tonsil. Tonsilitis akut
merupakan inveksi tonsil yang sifatnya akut, sedangkan tonsillitis kronik
merupakan tonsillitis yang terjadi berulang kali (Sjamsuhidayat & Jong, 1997).
Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman
streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).
2. Etiologi
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang dibawah
ini:
1. Streptokokus Beta Hemolitikus
2. Streptokokus Viridans
3. Streptokokus Piogenes
4. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections).
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A adalah :
1. Pneumococcus
2. Staphilococcus
3. Haemalphilus influenza
4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 %
kasus.
1. Streptococcus B hemoliticus grup A
2. Streptococcus viridens
3. Streptococcus pyogenes
4. Staphilococcus
5. Pneumococcus
6. Virus
7. Adenovirus
8. ECHO
9. Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri
dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi.
Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan
meradang, menyebabkan tonsillitis.
3. Klasifikasi
1. Tonsilitis Akut
Tonsilitis Akut disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus,
streptococcus viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga disebabkan
oleh virus.
2. Tonsilitis Falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat
diliputi bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus
ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa
makanan yang tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.
4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)
Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang
dan berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis Kronik
Tonsilitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,
makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan
hygiene mulut yang buruk.
4. Patofisiologi
Tonsilitis menurut Nurbaiti (2001) terjadi karena bakteri dan virus masuk
ke dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas akan menyebabkan infeksi
pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limpa ke tonsil.
Adanya bakteri virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses
inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat
keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan
edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada
tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri menelan,
demam tinggi, bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.
Tonsilitis akan berdampak terhadap sistem tubuh lainnya dan kebutuhan
dasar manusia (Nurbaiti, 2001) meliputi :
1. Sistem Gastrointestinal
Klien sering merasa mual dan muntah, nyeri pada tenggorokan
sulit untuk menelan sehingga klien susah untuk makan dan sulit
untuk tidur.
2. Sistem Pulmoner
Klien sering mengalami sesak nafas karena adanya
pembengkakan pada tonsil dan faring, klien sering batuk.
3. Sistem Imun
Tonsil terlihat bengkak dan kemerahan, daya tahan tubuh klien
menurun, klien mudah terserang demam.
4. Sistem Muskuloskeletal\
Klien mengalami kelemahan pada otot, otot terasa nyeri
keterbatasan gerak, klien susah untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
5. Sistem Endokrin
Adanya pembengkakan kelenjar getah bening, adanya
pembesaran kelenjar tiroid.
5. Manifestasi Klinis
Pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan, terasa kering dan
pernafasan berbau, rasa sakit terus menerus pada kerongkongan dan sakit
waktu menelan. Pada pemeriksaan, terdapat 2 macam gambaran tonsil yang
mungkin tampak:
1. Tampak pembesaran tonsil oleh karena hipertrofi dan perlengketan
ke jaringan sekitar, kripte yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat
yang purulen atau seperti keju.
2. Mungkin juga dijumpai tonsil tetap kecil, mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam di dalam tonsil bed dengan tepi yang hiperemis,
kripte yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen.
Manifestasi klinis menurut smeltzer (2001) adalah:
1. Sistem Gastointestinal
a. Nyeri pada tenggorokan, adanya virus dan bakteri
b. Nyeri saat menelan, adanya pembengkakan pada tonsil
c. Anoreksia : mual dan muntah
d. Mulut berbau
e. Bibir kering
f. Nafsu makan berkurang
2. Sistem Pernafasan
i. Sesak nafas karena adanya pembesaran pada tonsil
ii. Faring hiperimisis : terdapat detritus
iii. Pernafasn bising.
iv. Edema faring
v. Batuk
3. Sistem Imun
a. Pembengkakan kelenjar limpah leher
b. Pembesaran tonsil
c. Tonsil Hiperemia
d. Demam atau peningkatan seluruh tubuh
4. Sistem Muskuloskeletal
a. Kelemahan pada otot
b. Letargi
c. Nyeri pada otot
d. Malaise
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Test laboratorium
Test laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah
bakteri yang ada dalam tubuh pasien merupakan bakteri grup A, karena
grup ini disertai dengan demam rematik, glomerulunefritis dan demam
jengkering.
2. Pemeriksaan penunjang
Kultur dan uji resistensi bila diperlukan
3. Terapi
Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide,
antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.
7. Penatalaksanaan
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah :
1. pemberian antibiotik baik injeksi maupun oral seperti
cefotaxim,penisilin, amoksisilin, eritromisin dll
2. antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol,
ibuprofen.
3. Analgesik
4. Pemberian cairan 2-2,5 liter/hari
5. kompres dengan air hangat
6. istirahat yang cukup
7. pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
8. kumur dengan air hangat
8. Kompikasi
Faringitis merupakan komplikasi tonsilitis yang paling banyak didapat.
Demam rematik, nefritis dapat timbul apabila penyebab tonsilitisnya adalah
kuman streptokokus.
Komplikasi yang lain dapat berupa :
1. Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole,
abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan
oleh streptococcus group A ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
2. Otitis media akut
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius
(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada
ruptur spontan gendang telinga ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
3. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke
dalam sel-sel mastoid ( Soepardi, Effiaty Arsyad,dkk. 2007 ).
4. Laringitis
Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk
larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang disebabkan bisa
karena virus, bakter, lingkungan, maupunmkarena alergi ( Reeves, Roux,
Lockhart, 2001 ).
5. Sinusitis
Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua atau
lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau
ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari membran mukosa (
Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
6. Rhinitis
Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal dan
nasopharynx ( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ).
F. STEP 6
Discovery Learning
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama : An. E
Usia : 8 th
Jenis Kelamin : Laki-laki
Dx Medis : Tonsilitis kronis
1. Pengkajian Data Fokus
a. Pre Operasi
Data Subjektif
1) Klien mengatakn takut dan berdebar
2) Klien mengatakan belum pernah melakukan operasi
3) Klien mengatakan sulit tidur dan makan
Data Objektif
1) Klien gelisah
2) Klien tampak tegang
3) Suara rendah terdengar gemetar
4) Klien kesulitan berbicara
5) TTV : TD: 100/80 mmHg, N: 92 x/m, RR: 19 x/m, Spo2: 98%
b. Intra Operasi
Data Objektif
1) Klien tampak tidak sadar
2) Klien terpasang Endotrakeal tube (ETT)
3) Klien terpasang monitor
4) Klien deiberikan anastesi dengan teknik aneasthsia (anastesi umum)
5) Klien terpasang O2 5-7 LPM
6) TTV: TD: 110/80 mmHg, N: 86 x/m, RR 20 x/m, Spo2: 99%
c. post opersi
Data Objektif
1) klien mengalami pemulihan kesadaran namun masih dalam pengaruh obat
2) klien tampak terpasang O2 2 Lpm
3) klien tampak gelisah
4) TTV
5) TD: 110/80 mmHg, N: 86 x/m, RR: 20 x/m, spo2: 99 %
2. pemeriksaan penunjang
tanggal 17/1/2020
hematologi dan hemostasis
pemeriksaan hasil Satuan Rujukan
Ht 37,3 % 33-45
4. peralatan
kanula suction
scaple handle
maya
Rochester fan hemostatic
sclidodt tonsil forcep
towel forcep
headle holder
nasal cutting forcep
curette
spatula
wieder tangue nepretor
mouth gag
ovula retractor
allis tissue forcep
5. laporan operasi
1. pasien ditidurkan dgn posisi supinasi di atas meja operasi dalam general
anastesia
2. tindakan asepsis dan antiseptic di daerah lapang operasi
3. kepasa dengan posisi rose
4. dipasang mounth gag hingga rongga mulut terbuka lebar, kemudian difiksasi
5. diidnetifikasi ukuran tonsil kanan dan kiri masing-masing berukuran T3-T3
hiperemesis kripta melebar
6. dilakukan tindakan tonsilektomi secar diseksi pada tonsil kanan
7. perdarahan diatasi dan dirawat
8. dilakukan tindakan tonsilektomi secara diseksi pada tonsil kiri
9. perdarahn diatasi dan dirawat
10. evaluasi ulang perdarahan
11. mouth gag dang dibuka dan dilepaskan dari rongga mulut
12. operasi selesai
B. ANALISA DATA
data etiologi masalah
PreO perasi
Pre perasi
- Intervensi di hentikan
Post Operasi
- Intervensi dihentikan
Refrerensi
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong.1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta
:EGC
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.8.
Jakarta : EGC;
Soeparman, dkk. 1990. Ilmu penyakit dalam. (Edisi kedua). Jilid II. Jakarta: Balai
penerbit FK-UI.