Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

JOURNAL READING EFEKTIVITAS KOMPRES DINGIN TERHADAP


PENURUNAN INENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR

DISUSUN OLEH:

NADA ELIZA NURLATIFAH

I4051191041

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
A. PENDAHULUAN
Kecelakaan lalu lintas ialah kejadian yang biasanya menjadi topik utama
di berbagai media. Di Indonesia, mobilitas yang tinggi dan faktor kelalaian
manusia menjadi dampak terjadinya kecelakaan lalu lintas. Menurut data
kepolisian RI tahun 2012, terjadi 109.038 kasus kecelakaan lalu lintas di
seluruh Indonesia, sedangkan menurut data badan kesehatan dunia (WHO)
tahun 2011, kecelakaan lalu lintas di Indonesia dinilai menjadi pembunuh
ketiga setelah penyakit jantung koroner dan tuberculosis (Fadliyah,2014).
World Health Organization (WHO) mencatat di tahun 2011-2012 terdapat
lebih dari 5,6 juta orang meninggal karena kecelakaan dan sekitar 1,3 juta
orang mengalami kecacatan fisik. Menurut Depkes RI tahun 2011 kecelakaan
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas
bawah sekitar 40% Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas)
tahun 2011, di Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti
terjatuh, kecelakaan lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset Kesehatan
Dasar (2011) menemukan sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang
mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu
lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami fraktur sebanyak 1.770
orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul, yang mengalami
fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %).(2) Kepolisian Republik Indonesia
(POLRI) mencatat sebanyak 23.385 orang meninggal karena kecelakaan lalu
lintas (lakalantas), selama tahun 2013. Sebanyak 27.054 orang mengalami
cedera berat dan cedera ringan sebanyak 104.976 orang (Elia, Ismonah,
Supriyadi, 2014).
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur
adalah patah tulang yang diakibatkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak diarea
tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak
lengkap.

2
Selain itu, fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik total,
partial yang dapat mengenai tulang panjang dan sendi jaringan otot dan
pembuluh darah trauma yang disebabkan oleh stress pada tulang, terjatuh dari
ketinggian, kecelakaan kerja, cedera saat olah raga, fraktur degeneratif
(osteoporosis, kanker, tumor tulang) dan ditandai dengan Look: tanda yang
yang terlihat, adanya deformitas berupa tonjolan yang abnormal, lebam, kulit
memerah, adanya ekimosis, angulasi, rotasi serta pemendekan, feel: nyeri,
move: krepitasi dan terasa nyeri saat digerakkan, gangguan fungsi pergerakan
(Marlina,2017).
Fraktur lebih dominan terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan
dengan usia 45 tahun kebawah, biasanya berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan, atau luka yang diakibatkan oleh kecelakaan kendaraan roda dua.
Pada orang tua, perempuan lebih dominan mengalami fraktur dibandingkan
laki-laki berkaitan dengan perubahan hormon saat menopause sehingga
meningkatkan insiden osteoporosis (Devi,2012).
Salah satu manifestasi klinik pada penderita fraktur adalah nyeri. Nyeri
ialah gejala yang seringkali ditemukan pada gangguan muskuloskeletal. Nyeri
pada penderita fraktur sifatnya tajam dan menusuk. Nyeri tajam biasanya
ditimbulkan oleh infeksi tulang akibat spasme otot atau penekanan pada saraf
sensoris. Nyeri ialah perasaan kurang nyaman dan sifatnya subjektif dimana
hanya penderita yang dapat merasakannya. Untuk itu perlu mencari
pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol nyeri. Penulisan
reading jurnal ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompres dingin
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur femur di instalasi
gawat darurat.

3
B. ANALISIS JURNAL
1. Informasi Citasi
Pengarang : Healthy Seventina Sirait
Tahun Terbit : 2019
Judul Jurnal : Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Femur Di Rsu \
Gunung Jati Cirebon Tahun 2018
Penerbit : Jurnal Ilmiah Indonesia
Volume :1
Nomor :1
Halaman : 13-24

2. Metode Penelitian
Desain Penelitian :
Metode yang digunakan dalam literature review ini adalah mengumpulkan
dan melakukan analisa dengan jurnal dan artikel yang terkait pada
pemberian terapi kompres dingin pada pasien dengan fraktur femur.
Lokasi Penelitian :
RSU Gunung Jati Cirebon
Responden :
Responden yang digunakan pada jurnal ini sebanyak 6 orang dengan
berbagai karakteristik usia, dan jenis kelamin ang mengalami fraktur
femur.
Teknik Sampling :
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling
dengan desain Quasy Eksperiment dengan pendekatan One group pretest-
posttest design.
Variabel yang diukur/diteliti :
Variabel pada jurnal ini terdiri dari dua yaitu kompres dingin sebagai
variabel independen dan penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur
sebagai variabel dependennya.

4
Karakteristik Responden
Klien yang mengalami fraktur femur.
C. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa intensitas nyeri pada responden
pasien fraktur femur sebelum dilakukan intervensi kompres dingin
didaptkan 5 responden mengalami nyeri sedang dengan nilai 83,3% dan 1
responden mengalami nyeri ringan dengan nilai 16,7%.
Hasil penelitian menunjukkan setelah dialkukan kompres dingin pada
pasien fraktur tingkat nyeri mengalami penurunan yaitu nilai nyeri sedang
33.3% atau 2 orang , nilai nyeri ringan 50% atau 3 orang dan tidak nyeri
16.7% atau 1 orang. Hal ini menunjukkan bahwa dibandingkan intensitas
nyeri sebelum melakukan kompres dingin terjadi penurunan intensitas nyeri
setelah diberikan kompres dingin.
Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji wilcoxon signed ranks test
diperoleh nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,046, dengan nilai sebelum
kompres dingin sebesar 1,83 sesudah kompres dingin sebesar 1,17 yang
artinya terdapat perbedaan sehingga kesimpulan uji adalah terdapat
pengaruh kompres dingin terhadap perubahan intensitas nyeri pada
penderita fraktur femur di RSUD Gunung jati CirebonTahun 2018.

D. PEMBAHASAN
Nyeri ialah respon fisiologis terhadap kerusakan jaringan dan
mempengaruhi respon emosional serta tingkah laku berdasarkan pengalaman
nyeri seseorang dimasa lalu dan persepsi terhadap nyeri. Berikan perhatian
kepada pasien yang tidak mampu berkomunikasi secara persepsi dan
interpretasi terhadap input nosiseptif, respon emosional terhadap persepsi
(misal, depresi, takut, cemas, serta menderita), dan tingkah laku sebagai
respon terhadap emosi dan persepsi yang menuntun observer untuk yakin
bahwa seseorang sedang merasakan nyeri (misal, mengeluh nyeri, meringis.
Berkaitan dengan pernyataan tersebut nyeri juga diartikan sebagai kondisi
berupa perasaan tidak nyaman yang sifatnya sangat subjektif karena perasaan

5
nyeri yang dirasakan setiap individu berbeda dalam hal skala maupun
tingkatannya, dengan demikian yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi
rasa nyeri tersebut hanyalah pasien.
Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan intensitas nyeri adalah
terapi kompres dingin. Kompres dingin ialah metode dengan menggunakan
cairan atau alat yang dapat menimbulkan sensasi dingin pada bagian tubuh
yang diperlukan. Tujuan dari kompres dingin, yaitu merdakan rasa sakit pada
bagian tubuh.
Sistem kerja kompres dingin yaitu menstimulasi permukaan kulit untuk
mengontrol nyeri terapi dingin yang diberikan akan mempengaruhi impuls
yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta untuk lebih mendominasi sehingga
“gerbang” akan menutup dan impuls nyeri akan terhalangi. Nyeri yang
dirasakan akan berkurang atau menghilang sementara waktu.
Sejalan dengan penelitian oleh Elia, Ismonah, Supriyadi (2014) dengan
hasil bahwa dari 21 responden, 19 (90,5%) responden mengalami nyeri
ringan (skala 1–3). Penurunan intensitas nyeri pada pasien fraktur tersebut
disebabkan setelah pemberian kompres dingin. Penggunaan air es dengan
suhu 15oC dilakukan selama 10 menit memberikan pengaruh terhadap
perubahan tingkat skala nyeri dari nyeri sedang (skala 4–6) menjadi nyeri
ringan (skala 1-3).
Jaringan yang rusak disekitar tulang yang patah pada fraktur dapat
menimbulkan nyeri diantaranya nyeri sedang sampai hebat dan bertambah
berat saat digerakkan (Lukman & Ningsih, 2012). Nyeri merupakan sensasi
ketidaknyamanan yang bersifat individual. Penatalaksanaan nyeri meliputi
intervensi secara farmakologi dan nonfarmakologi. Secara farmakologi
melibatkan penggunaan obat sedangkan non farmakologi meliputi stimulasi
kutaneus berupa kompres dingin.
Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk
mengontrol nyeri Terapi dingin yang diberikan akan mempengaruhi impuls
yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta untuk lebih mendominasi sehingga
“gerbang” akan menutup dan impuls nyeri akan terhalangi. Nyeri yang

6
dirasakan akan berkurang atau hilang untuk sementara waktu (Prasetyo,
2010).
Penelitian olhe Mediarti, Rosnani & Seprianti (2015) didaptkan hasil Rata-
rata nyeri setelah dilakukan kompres dingin adalah 3,53 (95% CI: 2,81-4,25),
median 3,00 dengan standar deviasinya 1,302. Nyeri terendah adalah 2 dan
nyeri tertinggi adalah 6. Dan hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata-rata nyeri sebelum dilakukan kompres dingin adalah
diantara 2,81 sampai dengan 4,25. Hasil uji statistik didapatkan hasil
pvalue=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan antara nyeri sebelum
dan setelah pemberian kompres dingin pada pasien fraktur ektremitas
tertutup. Kompres dingin dapat menurunkan nyeri dan merelaksasi otot serta
menurunkan kontraktilitas otot dengan cara menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Efek fisiologis terapi dingin dapat
menurunkan suhu pada kulit dan jaringan yang berada dibawahnya serta
dapat menyebabkan vasokontriksi. Vasokontriksi menurunkan aliran darah ke
area yang terkena kemudian dapat mengurangi suplai oksigen serta
metabolik, menurunkan kecepatan pembuangan zat sisa, dan menyebabkan
pucat dan dingin pada kulit. Terapi dingin sering kali digunakan pada klien
yang mengalami cidera olahraga (sprain, strain, fraktur) untuk menghambat
pembengkakan dan perdarahan yang terjadi setelah cedera. Untuk
memberikan efek terapeutik yang diharapkan (mengurangi nyeri), sebaiknya
suhu tidak terlalu dingin (berkisar antara 15°C-18°C), karena suhu yang
terlalu dingin dapat memberikan rasa yang tidak nyaman, frostbite atau
membeku dan menyebabkan terjadinya fenomena pantulan yang seharusnya
vasokontriksi menjadi vasodilatasi (Kozier, 2010).
Smeltzer & Bare (2015), mengatakan untuk menghilangkan nyeri pada
cidera dapat dilakukan dengan pemberian kompres dingin basah atau kering
ditempat yang cedera secara intermitten 20 sampai 30 menit selama 24-48
jam pertama setelah cedera, dengan pemberian kompres dingin dapat
menyebabkan vasokontriksi sehingga menurunkan permeabilitas kapiler,

7
menurunkan aliran darah, menurunkan metabolism sel, yang dapat
mengurangi pendarahan, edema dan ketidaknyamanan.
Sejalan dengan penelitian Nurchairiah, Hasneli, Indriati (2013) dengan
hasil Intensitas nyeri sebelum pemberian kompres dingin (pretest) pada
kelompok ekperimen adalah 7.00 dan pada kelompok kontrol adalah 7,27.
Rata-rata intensitas nyeri setelah kompres dingin (posttest) pada kelompok
eksperimen mengalami penurunan menjadi 5,47, sedangkan pada kelompok
kontrol tetap sebesar 7,27. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada
perbedaan yang signifikan intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup
sesudah diberikan kompres dingin pada kelompok eksperimen dan control.
Pada tindakan kompres dingin dapat memberikan efek fisiologis, seperti
menurunkan respon inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah, dan
mengurangi edema. Semakin tinggi kadar endorphin seseorang, semakin
ringan rasa nyeri yang dirasakan. Produksi endorphin dapat ditingkatkan
melalui stimulasi kulit salah satunya dengan tindakan kompres dingin
(Smeltzer & Bare, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompres
dingin dapat digunakan sebagai alternatif pilihan untuk menurunkan
intensitas nyeri pada pasien fraktur tertutup secara non farmakologis yang
relatif tidak menimbulkan efek samping.
Penelitian yang dilakukan oleh Sastra & Despitasari (2018) dengan Hasil
penelitian 12 responden didapatkan nilai rata-rata intensitas nyeri sebelum
diberikan terapi dingin cryotherapi adalah 5,83 dan setelah diberikan terapi
dingin cryotherapi mengalami penurunan menjadi 2,83 dengan mean different
adalah 3. Cryotherapy merupakan penggunaan es (ice pack) dan air es dalam
pengobatan cedera dan modalitas pengobatan yang umum digunakan dalam
pengelolaan cedera (Bleakley, et al,2007). Es mengurangi aktivitas
metabolisme dalam jaringan sehingga mencegah kerusakan jaringan sekunder
dan mengurangi nyeri ke sistem saraf pusat (Aroyah, 2012). Pada tindakan
terapi dingin dapat memberikan efek fisiologis, seperti menurunkan respon
inflamasi jaringan, menurunkan aliran darah, dan mengurangi edema
(Tamsuri, 2007).

8
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Beberapa penelitian telah membuktikan kompres dingin berperngaruh
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien yang mengalami fraktur.
Kompres dingin dapat menurunkan nyeri dan merelaksasi otot serta
menurunkan kontraktilitas otot dengan cara menurunkan prostaglandin,
yang memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada
tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Efek fisiologis
terapi dingin dapat menurunkan suhu pada kulit dan jaringan yang berada
dibawahnya serta dapat menyebabkan vasokontriksi yang kemudian dapat
mengurangi suplai oksigen serta metabolik, menurunkan kecepatan
pembuangan zat sisa, dan menyebabkan pucat dan dingin pada kulit.
Aktivitas vasokontriksi pembuluh darah ini lah yang dibutuhkan untuk
menghambat pembengkakan dan perdarahan yang terjadi setelah cedera.
2. Saran
Tindakan kompres dingin diharapkan dapat di terapkan sebagai
intervensi dalam melakukan asuhan keperawatan karena telah terbukti
secara eviden based dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien yang
mengalami fraktur serta dapat menghentikan perdarahan dan edema yang
dapat ditimbulkan akibat fraktur.

9
DAFTAR PUSTAKA
Bleakley, Sean o'connor, Mark A Tully, Laurence G Rocke, Domnhall C
MacAuley and Suzanne M McDonough. (2007). Study protocol: The
PRICE study (Protection Rest Ice Compression Elevation): design of a
randomised controlled trial comparing standard versus cryokinetic ice
applications in the management of acute ankle sprain. BMC Musculoskeletal
Disorders 2007, 8:125 doi:10.1186/1471-2474-8-125.
Devi, M.,Rosnani, S & Mona, S. (2012). Pengaruh pemberian kompres dingin
terhadap nyeri pada pasien fraktur ekstremitas tertutup di IGD RSMH
Palembang Tahun 2012.
Fadliyah , Nisa. 2014. Penatalaksanaan fisioterapi pada post fraktur 1/3 distal
fibula sinistra dengan pemasangan wire di Rsud Sukoharjo. Tesis.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kozier, B, et all. (2010). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, Dan Praktik
(Edisi 7 Vol 2). Jakata: EGC.
Lukman & Ningsih, N. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.
Marlina. (2017). Mobilisasi pada pasien fraktur melalui pendekatan konseptual
model Dorothea E. Orem; Tersedia dari: http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/
Mediarti, D., Rosnani, & Seprianti, S. M. (2015). Pengaruh Pemberian Kompres
Dingin Terhadap Nyeri Pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup Di Igd
Rsmh Palembang Tahun 2012. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 2(3),
253-260.
Nurchairiah, A., Hasneli, Y., & Indriati, G. (2013). Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Di Ruang Dahlia
Rsud Arifin Achmad. Naskah Publikasi, 1-7.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep Dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Purnamasari, E., Ismonah, & Supriyadi . (2014). Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Rsud
Ungaran. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 2(2), 1-8.

10
Sastra, L., & Despitasari, L. (2018). Pengaruh Terapi Dingin Cryotherapy
Terhadap Penurunan Nyeri Pada Fraktur Ekstremitas Tertutup. Jurnal
Kesehatan Hesti Wira Sakti, 6(2), 1-9.
Sirait, H. S. (2019). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Fraktur Femur Di Rsu Gunung Jati Cirebon Tahun
2018. Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(1), 13-24.
Smeltzer & Bare. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart.
Jakarta: Egc.
Tamsuri, A. (2007)Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: Egc.

11

Anda mungkin juga menyukai