Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PROYEK INOVASI

DI RUANG PERAWATAN BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) dr. ABDUL AZIZ
KOTA SINGKAWANG

KELOMPOK 8 :
Annisa Nurmedinawati I4051191039
Enggar Septhy Arsitha I4051191040
Nada Eliza Nurlatifah I4051191041
Syahroni I4052191008
Teguh Ayatullah I4052191009
Tri Mutiara Dayani I4052191010

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020
PELAKSANAAN PROYEK INOVASI BERBASIS BUKTI SEBAGAI
APLIKASI PROJECT BASED LEARNING

1. Referensi jurnal/ artikel :


a. Nama Penulis :
Farida Virgianti Nur
b. Judul Penelitian/Judul Artikel Ilmiah :
Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post OP Apendisitis dengan Tehnik Distraksi
Nafas Ritmik
c. Nama jurnal, edisi tahun-volume-halaman) :
Junal SURYA, Tahun 2015 Volume 07 Nomor 02

2. Jenis program inovasi : Eksperimen (post-test)

3. Latar belakang program :


Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang akan
diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2010).
Apendisitis merupakan penyakit bedah mayor yang paling sering terjadi.
Walaupun dapat terjadi di setiap usia, namun insiden yang paling sering terjadi
adalah pada usia remaja dan dewasa muda (Price & Wilson, 2006).
Insiden terjadinya apendisitis akut di Amerika Serikat pada tahun 2006
ditemukan sekitar 250.000 kasus. Apendisitis akut terjadi 7% dari populasi
Amerika Serikat, dengan insiden 1,1 kasus tiap 1000 orang per tahun (Eylin,
2009). Kasus apendiktomi di Valencia, Spanyol selama periode 10 tahun (1998-
2007) teridentifikasi terjadi 44.683 kasus untuk apendiktomi (Andreu et.al.,
2009). Menurut Depkes RI tahun 2009, jumlah pasien yang menderita penyakit
apendisitis di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk di
Indonesia.
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk apendisitis yaitu dilakukan
apendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan dengan membuka dan
menampilkan bagian tubuh yang akan di obati dengan cara invasive. Dampak
dari apendiktomi ada beberapa efek samping yaitu radang selaput perut, luka
infeksi, infeksi saluran kemih, obstruksi usus, rasa nyeri, rasa lelah (Faridah,
2015). Tindakan Post operasi merupakan masa setelah dilakukan pembedahan
yang dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai
evaluasi selanjutnya. Keluhan yang sering timbul akibat dari tindakan operasi
yaitu nyeri (Muttaqin, 2008).
International for Study of Pain (IASP) 2012, mendefinisikan nyeri
sebagai situasi tidak menyenangkan yang bersumber dari area tertentu, yang
disebabkan oleh kerusakan jaringan dan yang berkaitan dengan pengalaman masa
lalu dari orang yang bersangkutan. Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada individu
yang mengalami nyeri yang sama Pada umumnya post operasi appendiktomi
mengalami nyeri akibat bedah luka operasi. Menurut Maslow bahwa kebutuhan
rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar setelah kebutuhan fisiologis yang harus
terpenuhi. Seorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-
hari. Seorang tersebut akan terganggu pemenuhan kebutuhan istirahat tidur,
pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosialnya yang dapat berupa
menghindari percakapan, menarik diri dan menghindari kontak. Selain itu
seorang yang mengalami nyeri hebat akan berkelanjutan, apabila tidak ditangani
pada akhirnya dapat mengakibatkan syok neurogenic pada orang tersebut
(Faridah, 2015).
Dalam penatalaksanaan nyeri biasanya digunakan manajemen secara
farmakologi atau obat-obatan diantaranya yaitu analgesic, macam analgesic
sendiri dibagi menjadi dua yaitu, analgesic ringan (aspirin atau salisilat,
parasetamol, NSAID) dan analgesic kuat (morfin, petidin, metadon). Sedangkan
tindakan secara non farmakologi yaitu berupa tekhnik distraksi (tehnik distraksi
visual, distraksipendengaran, distraksi pernafasan, distraksi intelektual, imajinasi
terbimbing) dan relaksasi (nafas dalam, meditasi, pijatan, music dan aroma
terapi) dan tekhnik stimulasi kulit. Salah satu tindakan yang sering dilakukan
tanpa memberikan efek samping adalah teknik distraksi nafas ritmik. (Tamsuri
2007).

4. Tujuan program :
Mengetahui Pengaruh Tehnik Distraksi Nafas Ritmik Terhadap Tingkat Nyeri
Pasien Post Operasi Apendisitis

5. Sasaran pencapaian program tersebut :


2 orang pasien yang telah menjalani operasi (post-op) tindakan appendektomi

6. Parameter/ tolak ukur :


Rentang skala nyeri yang dirasakan oleh pasien setelah menjalani operasi yang
akibat luka post-op appendektomi dapat menurun.

7. Pelaksana (PJ, koordinator, anggota) :


Penanggungjawab :
1. Annisa Nurmedinawati
2. Syahroni
Anggota :
1. Enggar Septhy Arsitha
2. Nada Eliza Nurlatifah
3. Teguh Ayatullah
4. Tri Mutiara Dayani

8. Prosedur pelaksanaan program :


Persiapan
 Alat dan bahan : Lembar skala nyeri, pulpen, peneliti
 Memilih target sasaran, yaitu pasien yang setelah menjalani operasi (post-
op)

9. Pelaksanaan
 Pelaksanaan dilakukan tanggal : 14-15 Februari 2020
 Kegiatan: pelaksanan di lakukan di bangsal perawatan bedah RSUD dr.
Abdul Aziz ruang Kijang 1 pelaksana Tri Mutiara Dayani dan Enggar
Septhy Arsitha Teguh Ayatullah dan Jerapah 2 pelaksana Nada Eliza
Nurlatifah dan pukul 13.00-13.30 WIB
 Anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek (gambar) atau
memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung
dengan hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas
melalui mulut secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat
(dalam hati)
 Anjurkan klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap
gambar yang memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk
pola pernafasan ritmik

10. Evaluasi :
2 pasien sebagai target sasaran, pasien pertama Tn. E dengan diagnosa post-op
appendektomi :
 Klien mengatakan nyeri yang dialami akibat luka post-op (P)
 Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk (Q)
 Klien mengatakan letak nyeri di daerah luka post op (R)
 Klien mengatakan nyeri di rentang skala 6 (skala nyeri berat) setelah
diberikan terapi tehnik distraksi nafas ritmik, klien mengatakan nyeri
berkurang di rentang skala 5 (skala nyeri sedang) (S)
 Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang datang (T)
Klien mengatakan senang dengan terapi yang diberikan, saat 10-15 menit
terapi diberikan klien mengatakan perasaan yang rileks sehingga nyeri klien
dapat menurun.
Sedangkan pasien kedua Tn. A dengan diagnosa post-op appendektomi :
 Klien mengatakan nyeri yang dialami akibat luka post-op (P)
 Klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk (Q)
 Klien mengatakan letak nyeri di luka post op (R)
 Klien mengatakan nyeri di rentang skala 4 (skala nyeri sedang) setelah
diberikan terapi tehnik distraksi nafas ritmik klien mengatakan nyeri
berkurang di rentang skala 3 (skala nyeri ringan) (S)
 Klien mengatakan nyeri yang dirasakan hilang datang (T)
Klien mengatakan suka dengan terapi, saat 10-15 menit terapi diberikan klien
mengatakan perasaan yang nyaman sehingga nyeri klien dapat menurun.

11. Hambatan :
Pelaksanaan proyek inovasi di ruang kijang (ruang perawatan pria) kelas III pada
Tn A , dimana dalam 1 ruangan ada 12 bed dan saling berdekatan satu sama lain,
terapi yang dihasilkan tidak maksimal pada pasien sasaran dikarenakan
pengunjung yang membesuk pasien serta keluarga pasien yang ramai di dalam
ruangan dan membuat suasana menjadi tidak kondusif (ribut) sehingga
menyebabkan pasien kadang teralihkan fokusnya terhadap terapi.

12. Respons perawat dan tim kesehatan lain :


Respon perawat ruangan untuk pelaksanaan proyek inovasi ini yaitu menyukai
tehnik distraksi nafas ritmik karena tidak sulit (mudah) untuk dilakukan dan tidak
memerlukan biaya. Inovasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswi
program ners dapat menjadi masukan sebagai aplikasi manajemen nyeri dengan
teknik non-farmakologi untuk di dalam ruangan perawatan.
PEMBAHASAN

Proyek inovasi ini dilakukan pada 2 pasien yaitu Tn. E dan Tn. A dengan
diagnosa post apendecitis pada Tn. E dengan keluhan nyeri pada luka post operasi
terasa seserti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 6 (sedang) hilang datang dan Tn. A
juga mengeluh pada luka post operasi terasa seperti tertusuk-tusuk dengan skala 4
(sedang) juga hilang datang.

Kedua pasien tersebut dilakukan teknik ritmik nafas dalam dengan waktu
yang bersamaan dalam 10 sampai 15 menit dengan frekuensi 3 x teknik ritmik nafas
dalam. Hasil yang didapatkan dari penerapan teknik ritmik nafas dalam yang kedua
pasien tersebut ditemukan adanya perubahan nyeri berkurang dan pasien merasa
rileks meskipun tidak menghilangkan rasa nyeri hal ini berkesinambungan dengan
penelitian Surya & Agus, (2015) menunjukkan bahwa pemberian teknik distraksi
nafas dalam ritmik menyebabkan penurunan tingkat nyeri post op apendititis yang
signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pada kedua pasien memberikan


dampak yang signifikan dengan penurunan nyeri dari awalnya berskala sedang
menjadi ringan. Teknik distraksi ritmik nafas dalam juga diterapkan pada 30 pasien di
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou manado pada pasien post op mampu menurunkan
instensitas nyeri pada pasien (Rampengan, Rondonuwu & Onibala, 2014). Hal ini
juga berkesinambungan pasien post op apendisitis di ruang bougenvile RSUD Dr.
Soegiri lamongan setelah dilakukan tehnik distraksi nafas ritmik sebagian besar
mengalami penurunan tingkat nyeri post op apendisitis menjadi ringan sebanyak 19
pasien (63,3%) dan hampir setengah tingkat nyeri pada pasien post op apendisitis
tetap atau sedang sebanyak 11 pasien (36,7%) (SURYA, 2015).
Menurut Handerson (2005), tehnik distraksi nafas ritmik dipercaya dapat
menurunkan tingkat nyeri melalui mekanisme yaitu dengan tehnik nafas ritmik otot-
otot skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin
sehingga terjadi fase dilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah
kedaerah yang mengalami spasme dan iskemik, tekhnik nafas ritmik dipercaya
mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opioid endogen yaitu endorphin dan
enkefalit. Pernyataan lain menyatakan bahwa penurunan nyeri oleh tekhnik nafas
ritmik disebabkan ketika sesepasien melakukan nafas ritmit untuk mengendalikan
nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen syaraf parasimpatik
secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormone kortisol
dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress sesepasien sehingga
dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur
ritme pernafasan menjadi teratur. Hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan
kadar PaCO2 dan akan menurunkan kadar pH sehingga terjadi peningkatan kadar
oksigen (O2) dalam darah.

DAFTAR PUSTAKA
Faridah, V. (2015). Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Post Op Apendisitis Dengan
Tehnik Distraksi Nafas Ritmik. Program Studi S1 Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
Grace, Pierce, A, (2007). At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga.

Heffner, Linda J., & Schrust, D.J. (2010). At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta:

Erlangga Medikal Series.

Krisna DNP. Faktor Risiko Penyebab Batu Ginjal. Jurn KEMAS. (2011) ;7(1): 51-62.

Muttaqin Arif, Sari Kumala. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gangguan
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

National Kidney and Urologic Disease Information Clearing House. Kidney Stones in
Adults. 2012 Feb;2495(13):1–12. Tersedia dari: www.kidneyniddk. nnih.gov.

Nurlina, Suharyo. (2008). Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu Saluran Kemih pada
Laki-Laki (Studi Kasus di RS. Dr. Kariadi, RS Roemani dan RSI Sultan
Agung Semarang).1–9.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis: berdasarkan


Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus.

Nuari, Nian A. (2017). Gangguan pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan


Keperawatan. Yogyakarta: Deepublish.

Padila ( 2012 ) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta. Nuha Medika.

Rampengan, S. F., Rondonuwu, R., & Onibala, F. (2014). Pengaruh teknik relaksasi
dan teknik distraksi terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien post
operasi di Ruang Irina A Atas RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. Jurnal
Keperawatan,

Anda mungkin juga menyukai