Anda di halaman 1dari 2

Masih Menyoal Ancaman Pergaulan

Bebas Generasi Muda


Pergaulan bebas menjadi ancaman yang serius di Indonesia, ini karena perkembangannya semakin
merangsek masuk mempengaruhi generasi muda Bangsa Indonesia.

Pergaulan bebas ini sangat berdampak dan berperan menjadi pemicu utama perilaku penyalah
gunaan atau penyimpangan hubungan seks pra nikah/seks bebas dikalangan generasi muda.

Seperti perilaku penyimpangan hubungan seks pra;nikah/seks bebas, dengan ditemukannya


berbagai fakta kasus yang terungkap, seperti banyaknya korban-korban wanita hamil pra nikah
akibat penyimpangan seks, pesta seks, sampai dampak terparah adanya kasus aborsi akibat perilaku
penyimpangan seks tersebut terkuak nyata.

Dikutip dari detikhealth.com ; Data dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
mengungkap sekitar 2 persen remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8 persen remaja pria di rentang
usia yang sama, telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Sebanyak 11 persen di
antaranya mengaku mengalami kehamilan tidak diinginkan.

Kehamilan yang tidak diinginkan berisiko terhadap komplikasi kehamilan dan upaya pengguguran
kandungan. Jumlah ini yang tercatat, bisa jadi di luar sana yang enggak terdata lebih banyak," ujar
Peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) dari Kementerian Kesehatan,
Tin Afifah, SKM, MKM pada Selasa (9/10/2018).

Merunut dari fakta di atas tentu hal ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebab, selain dapat
meningkatkan rasio aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan, aktifnya kegiatan seksual pada
remaja yang bahkan seringkali tidak diiringi oleh tanggung jawab yang memadai dapat memperbesar
kemungkinan lainnya yaitu penularan penyakit seksual berbahaya, seperti Herpes dan HIV/AIDS.

Sungguh sangat memperihatinkan dan membahayakan bila pada akhirnya perilaku seks bebas ini
kedepan menjadi hal yang biasa dan membudaya di Indonesia.

Hal ini dibarengi dengan semakin melesatnya perkembangan teknologi dan memang tidak dapat
dipungkiri, turut memperlancar masuknya ancaman perilaku seks bebas tersebut.

Bisa dibayangkan dan miris jadinya, bila kedepan kasus-kasus korban wanita hamil pra nikah,
hubungan tanpa status atau kumpul kebo akan jadi hal biasa di dalam masyarakat.

Padahal dalam persoalan ini tetap pihak wanitalah yang paling dirugikan. Perilaku seks bebas/seks
pra nikah seakan memiliki masa depan cerah di negeri ini, terus dan terus masuk menggerogoti.

Lalu siapa yang bertanggung jawab dengan persoalan ini?


Kalau masalah siapa yang bertanggungjawab, tentunya semua pihak baik pemerintah dan
seluruhnya yang ada sangkut pautnya termasuk orang tua juga telah berupaya sekeras-kerasnya dan
bertanggungjawab mencegahnya.

Pasalnya upaya dan tindakan untuk mencegah perilaku hubungan seks pranikah/seks bebas yang
disinyalir kian mengakar dan membudaya di Indonesia telah banyak dilakukan, namun bisa dilihat
sendiri, tetap saja berbagai kasus akibat perilaku seks bebas/seks pranikah mencuat begitu
banyaknya karena hal ini bagaikan fenomena gunung es.

Seperti dari orang tua yang telah berupaya semaksimal mungkin melakukan pendidikan membentuk
pribadi yang paham akan seks secara menyeluruh, pengajaran emosi dan kematangan berpikir
sehingga dapat mengajari individu yang dituju untuk selalu bertanggung jawab atas setiap perbuatan
yang dilakukan. Selain itu juga membekali pemahaman agama, mengajarkan segala sesuatu yang
berhubungan dengan organ reproduksi.

Maka terkait ini, serta dengan melihat berbagai upaya serius yang dilakukan berbagai pihak maka
dalam hal ini bisa dilihat lagi dari sisi sudut pandang lainnya yaitu individu wanitanya.

Ya memang, sesuatu kejadian itu tidak akan muncul tanpa ada penyebabnya dan pemantiknya. Oleh
karena itu dengan bersikap lebih bijak maka dalam hal ini peran wanita dalam menjaga
kehormatannya sangatlah penting juga untuk dapat mendukung upaya pemerintah dan orang tua
untuk mencegah perilaku hubungan seks bebas/seks pra nikah ini.

Ini juga bukan berarti menjudge dari pihak wanita yang paling salah, namun pihak wanitalah yang
juga harus memiliki komitmen kuat. Dalam hal ini jika seorang wanita memiliki tanggung jawab dan
komitmen kuat untuk berpikir lagi lebih matang menjaga harkat, martabat dan kehormatan wanita
tentu saja perilaku seks bebas ini bisa saja dapat dicegah.

Pihak wanita harus kuat menjaga kehormatan diri seperti halnya keperawanan diri dihadapkan
dengan berbagai tantangan teknologi dan godaan lainnya yang dapat merugikan kaum wanita.

Memegang teguh komitmen dalam bergaul dengan pria, pacaran dengan tidak terbawa dan mudah
terpancing terlalu dalam dengan hubungan seks harus benar-benar dijunjung tinggi.

Meneliti, memahami, dan melihat benar-benar teman laki-laki dan lingkungan dalam bergaul agar
tidak terjerumus dalam perilaku seks bebas, karena kalau sudah terlanjur jatuh kedalamnya, akan
sangat sulit keluar dari lingkaran seks bebas tersebut.

Tentunya, dengan didasari, menyadari dan dibarengi adanya ketaqwaan dan keimanan kepada
Tuhan Yang Maha Esa bahwa semua itu akan ada konsekwensi tanggung jawabnya di kemudian hari.

Serta dengan mempertimbangkan faktor keluarga yaitu orang tua yang akan bersedih hati dan
terluka bila anak wanitanya gagal mempertahankan kehormatannya bisa jadi rambu dan
pertimbangan dalam bergaul dengan laki-laki.

Dilansir dari Kompasiana.com


(www.kompasiana.com/sigit19781986/5d5796a80d82302a712cfe32/masih-menyoal-ancaman-
pergaulan-bebas-generasi-muda). 17 Agustus 2019 12.54

Anda mungkin juga menyukai