PENDAHULUAN
Dengan hormat,
DAKWAAN
Melanggar Pasal 372 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
ATAU
KEDUA :
Melanggar Pasal 378 Jo Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP.
ATAU
KETIGA:
Melanggar Pasal 378 Jo Pasal 56 Ke-2 KUHP.
ATAU
KEEMPAT:
Melanggar Pasal 372 Jo Pasal 56 Ke-2 KUHP.
Jika ditinjau dari sudut pasal 143 ayat (2) KUHAP yang menuntut bahwa
surat dakwaan harus jelas, cermat, dan lengkap memuat semua unsur-
unsur tindak pidana yang didakwakan, maka terlihat bahwa dakwaan
sdr. Jaksa Penuntut Umum masih belum memenuhi persyaratan yang
dimaksud oleh Undang-undang tersebut baik dari segi formil maupun
dari segi materilnya. Keterangan tentang apa yang dimaksud tentang
dakwaan yang jelas, cermat dan lengkap apabila tidak dipenuhi
mengakibatkan batalnya surat dakwaan tersebut karena merugikan
Terdakwa 3 dalam melakukan pembelaan.
Memperhatikan bunyi pasal 143 ayat (2) KUHAP terdapat 2 (dua) unsur
yang harus dipenuhi dalam surat dakwaan, yaitu :
Berikut ini kami kutip apa yang dimaksud dengan “cermat, jelas dan
lengkap” oleh Pedoman pembuatan Surat Dakwaan yang diterbitkan
oleh Kejaksaan Agung RI halaman 12, menyebutkan :
Bahwa oleh karena itu sesuai dengan prinsip hukum Stufen Bouw
Theory dari Hans Kalsen, dimana hukum tersebut tidak dicampur
adukan dengan pidana, selaras dengan prinsip hukum lex spscialis
systematic derogate lex generalis (asas kekhususan yang sistematis).
Ketentuan pidana yang bersifat khusus adalah berlaku apabila
pembentuk undang-undang memang bermaksud untuk memperlakukan
ketentuan perdata tersebut sebagai ketentuan pidana yang bersifat
khusus. Sedangkan secara yuridis baik KUHPerdata dan UU Pokok
Agraria tidak ada mengatur secara khusus apabila terjadi kekhilafan,
penipuan dalam jual beli hak atas tanah sanksi yang diberikan oleh
hukum adalah membatalkan akta jual beli tersebut dengan tuntutan
ganti rugi, sebab penipuan dalam akta jual beli hak atas tanah bukan
merupakan tindakan criminal/ pidana yang mestinya diacam dengan
sanksi pidana.
Apapun bentuk perselisihan dalam Akta Jual Beli apalagi ada surat
kesepakatan para pihak (saksi Rohana, saksi korban Lisnawati,
terdakwa I. Zamzami Pgl. Zam) antara pihak pembeli dan penjual tanah
haruslah diselesaikan dalam hukum perdata, karena akta jual beli
tersebut telah menjadi UU bagi para pihak yang membuatnya. Dalam
KUHPerdata tanah dianggap bersengketa jika dilakukan Gugatan di
pengadilan kemudian oleh hakim yang memeriksa perkara menetapkan
bahwa tanah ini disita jaminkan (CB) dan oleh majelis hakim
memerintahkan kepada BPN setempat untuk menuliskan dalam buku
tanah, bahwa tanah ini bersengketa dan tidak dapat dilakukan
pemindahan hak sampai adanya keputusan yang inkrah. Oleh karena itu
dakwaan Penuntut Umum a quo haruslah tidak diterima/batal demi
hukum.
3. Bahwa hal yang kami kemukakan pada angka 1 dan 2 di atas adalah
dimana Penuntut Umum telah menerapkan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
terhadap terdakwa 3 dan juga sekaligus menerapkan ketentuan Pasal
56 ke-2 terhadap diri Terdakwa 3. Dengan perumusan dakwaan
Penuntut Umum terhadap Terdakwa 3 tersebut, Perumusan dakwaan
yang demikian jelas FAKTA YANG TIDAK TERBANTAH DARI
DAKWAAN PENUNTUT UMUM TERHADAP TERDAKWA 3 sebagai
DAKWAAN YANG MEMUAT PERTENTANGAN SATU DENGAN YANG
LAINNYA.
Hal ini sengaja di lakukan oleh sdr. Jaksa Penuntut Umum untuk
membuktikan dakwaannya, sehingga terbukti bahwa klaim sdr. Jaksa
Penuntut Umum yang menyatakan dalam surat Dakwaanya yang
menyatakan “ …., tidak membacakan atau tidak menjelaskan isi akta
tersebut sebelum saksi Lisnawati membubuhkan tanda tangannya pada
akta jual beli nomor : XXX/2011.” adalah dalil yang kosong/palsu dan
tidak benar sama sekali. Karena secara hukum semua perkejaan
tersbeut telah dikerjakan oleh terdakwa 3 dan sebelumnya telah ada
kesepakatan atara para pihak tersebut untuk melakukan transaksi jual
beli atas sertifkat a quo dan saksi Lisnawati sendiri mengetahui sejak
awal bahwa yang ditanda tangani dan dibubuhkan tanda tangannya
adalah akta jual beli, bukan pengurusan IMB, apalagi JPU dalam
menrumuskan surat dakwaanya hanya melulu merujuk kepada
keterangan saksi yang bersumber dari pengakuan saksi korban
Lisnawati dengan mengenyampingkan fakta hukum lainnya.
D. KESIMPULAN.
Atau kami selaku Tim Penasehat Hukum mohon kepada Majelis Hakim
yang terhormat untuk dapat memeriksa, mempertimbangkan dan
mengadili perkara ini menurut fakta hukum dan keyakinan Majelis
Hakim, sehingga akan diperoleh suatu kebenaran materiil dan keadilan
yang seadil-adilnya bagi Terdakwa 3.
Kota Denai, 16 Mei 2012
Hormat Kami,