Disusun Oleh :
HELMI AZIZ
20194010166
Pembimbing :
dr. Wahyu Purwohadi, Sp. B
SMF BEDAH
RSUD TJITRO WARDOJO PURWOREJO
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
Oleh :
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. T
Usia : 64 tahun
Status : Menikah
ANAMNESIS
Keluhan utama :
- Pasien datang ke poli bedah RSUD Tjitrowardjojo dengan keluhan benjolan merah
dan agak mengeras dibawah puting payudara kiri.
- Pasien mengeluhkan benjolan di payudara kiri terjadi dimulai sejak +1 tahun makin
lama makin besar dan kadang terasa nyeri.
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Stroke : disangkal
Riwayat sakit serupa : disangkal
ANAMNESIS SISTEM
a. Sistem saraf pusat : pusing (+), nyeri kepala (+)
b. Sistem integumentum : tidak ada keluhan
c. Sistem muskuloskeletal : nyeri pada persendian (-)
d. Sistem gastrointestinal : mual (-), muntah (-), BAB (+) normal
e. Sistem urinaria : BAK (+) normal
f. Sistem respiratori : sesak nafas (-), batuk (-)
g. Sistem cardiovascular : berdebar-debar (-)
PEMERIKSAAN FISIK :
Kesan umum : baik, dapat berkomunikasi dengan baik (+)
Kesadaran : compos mentis , E4V5M6
Vital sign : tekanan darah : 161/111 mmHg
RR : 16x/menit Suhu : 360C
Nadi : 80x /menit
Pemeriksaan kepala :
Mata : pupil : isokor(+/+)
Sklera ikterik (-/-)
Telinga : secret (-), perdarahan (-)
Hidung : secret (-), epistaksis (-)
Pemeriksaan leher :
Kelenjar tiroid : bengkak (-)
Kelenjar limfonodi : bengkak (-)
Pemeriksaan thorax :
Inspeksi : simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor (+/+)
Auskultasi : Wheezing (-) ronkhi (-) vesikuler (+/+)
Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi : Distensi (-), jejas (-) benjolan (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : timpani
Palpasi : Nyeri tekan (-), abdomen supel
Diagnosis kerja :
Tumor Payudara Kiri Curiga Ganas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah (Tanggal 2 JAnuari 2020)
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HB 12,5 gr/dL 11,7 – 15,5
AL (Angka Leukosit) 6,7 ribu/ul 3,6 – 11,0
HMT (Hematokrit) 37 % 35-47
AE (Angka Eritrosit) 5,2 juta/ul 3,80 – 5,20
AT (Angka Trombosit) 274 ribu/ul 150-400
MCV 72 L fL 80 – 100
MCH 24 L pg 26 – 34
MCHC 33 gr/dL 32 – 36
DIFFERENTIAL COUNT
Neutrofil 67,6 % 50 – 70
Limfosit 24,8 L % 25 – 40
Monosit 4,7 % 2–8
Eosinofil 2,4 % 2.00 – 4.00
Basofil 0,50 % 0–1
Golongan Darah B Rh (D) Positive
Kimia klinik
Gula Darah sewaktu 130 H mg/dL 74 – 106
Sero Imunologi
HbsAg Negative
PT
PT Test 14,3 sec < 16
PT Kontrol 14,9 sec
APTT
APTT Test 25,7 sec 25-35
APTT Kontrol 28,7 sec
Keterangan Klinis Tumor Payudara Sinistra Curiga Ganas
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah (Tanggal 3 JAnuari 2020)
Hasil :
Corakan bronchovasculer normal, tak tampak lesi retikulonoduler
Sinus costophrenicus lancip
Kedua diafragma licin, tak mendatar
Cor, CTR > 0,50
Sistema tulang yang tervisualisasi intak, tak tampak lesi litik maupun sklerotik
Kesan :
Pulmo tak tampak kelainan
Cardiomegaly
Tak tampak pulmonal maupun skeletal metastasis
Penatalaksanaan
a). Operatif : (03/01/2020) OP Mastektomy dan Diseksi Aksila
b). Farmakoterapi : (3/01/2020-6/01/2020)
Injeksi Ceftriaxone 1gr /12 jam
Injeksi Ketorolac 30mg /8jam
Injeksi Asam tranexamat 500mg /8jam
Injeksi Ranitidine 1gr/12jam
Infus Futrolit 20 tpm
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dalam ilmu kesehatan, benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang
terjadi secara terus-menerus disebut tumor. Tumor payudara merupakan kelainan
yang sering terjadi dan ditemukan terutama pada perempuan. Tumor payudara
hampir selalu memberi kesan menakutkan bagi perempuan.
Tumor payudara ada yang bersifat jinak adapula yang bersifat ganas. Tumor
ganas inilah yang disebut kanker. Kanker payudara memiliki sifat khas, yaitu terdiri
dari sel-sel ganas yang dapat menyebar ke bagian tubuh yang lain. Penyebaran ini
disebut metastasis dan dapat terjadi melalui pembuluh darah maupun kelenjar getah
bening (Diananda, 2009).
B. Anatomi
Payudara terletak dari costa 2 sampai costa 6, batas medial sternum sedang
lateral sampai ke linea axillaris anterior. Jaringan payudara meluas dari clavicula di
garis tengahnya sampai costa 8 ke linea axillaris posterior, yang dikenal sebagai
daerah Disseksi mastektomi radikal. Sebagai tambahan axillary tail (Spence tail)
meluas dari tepi atas dan luar supero-lateral menutup m. pectoralis mayor.
Lymphonodi axilla erat hubungannya dengan axillary tail tersebut.
C. Faktor Risiko
Belum dapat dipastikan apa penyebab terjadinya tumor payudara. Namun, ada
beberapa factor risiko yang telah diidentifikasi, yaitu :
1). Faktor Usia
Faktor usia yang paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insidens kanker
payudara akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif
ditemukan pada perempuan berusia dibawah 45 tahun. Dua dari tiga
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia 55 tahun.
2). Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi
genetik. Berdasarkan penelitian, mutasi germ-line pada gen BRCA1 dan
BRCA2 pada kromosom 17 dan 13 ditetapkan sebagai gen predisposisi
kanker payudara. Gen BRCA1 terutama menimbulkan kanker payudara
dengan ER (-). BRCA2 juga banyak ditemukan pada kanker payudara laki-
laki.
Mutasi pada gen CHEK2 meningkatkan risiko kanker payudara
hingga dua kali lipat. Pada perempuan yang mengalami mutase CHEK2
dan beberapa keluarganya menderita keganasan payudara, risiko wanita
tersebut untuk terkena kanker payudara jauh lebih meningkat lagi. Mutasi
pada gen supresor tumor p53 juga meningkatkan risiko terkena kanker
payudara.
3). Reproduksi dan Hormonal
Usia menarche yang lebih dini yakni dibawah 12 tahun,
meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia
menopause yang lebih lambat yakni diatas 55 tahun, meningkatkan risiko
kanker payudara sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm, untuk pertama kali dan
hidup, pada usia diatas 35 tahun, mempunyai risiko tertinggi terkena kanker
payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut
meningkatkan risiko; penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko
sebesar 1,24 kali; penggunaan terapi sulih hormone pascamenopause
meningkatlan risiko sebesar 1,35 kali bila digunakan lebih dari 10 tahun; dan
pada penggunaan estrogen penguat kandungan selama kehamilan
meningkatkan risiko sebesar 2 kali lipat, sebaliknya, jika menyusui bayi
dapat menurunkan risiko terutama jika masa menyusui dilakukan selama 27-
52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan karena masa menyusui
mengurangi masa menstruasi perempuan.
4). Gaya Hidup
Berat badan. Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan
risiko; sebaliknya obesitas pramenopause justru menurunkan risiko. Hal ini
disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar hormone
endogen.
Aktivitas fisik. Olahraga selama 4 jam tiap minggu menurunkan
risiko sebesar 30%. Olahraga rutin pascamenopause menurunkan risiko
sebesar 30-40%. Dianjurkan olahraga selama 45-60 menit tiap harinya.
Merokok. Merokok terbuukti meningkatkan risiko.
Alkohol. Lebih dari 50 penelitian membuktikan bahwa konsumsi
alcohol secara berlebihan meningkatkan risiko. Alkohol emningkatkan
kadar estrogen endogen sehingga memengaruhi responsivitas terhadap
hormon.
5). Lingkungan
Perempuan yang semasa kecilnya atau dewasa mudanya pernah
menjalani terapi sinar pada daerah dada, berisiko menderita secara
signifikan.
Pajanan eksogen dari lingkungan hidup dan tempat kerja juga
berisiko menginduksi timbulnya kanker payudara. Salah satu zat kimia
tersebut adalah pestisida atau DDT yang sering kali mencemari bahan
makanan sehari hari.
D. Patologi
Tumorigenesis kanker payudara merupakan proses multitahap, tiap tahapnya
berkaitan dengan satu mutase tertentu atau lebih di gen regulator minor atau mayor.
Terdapat dua jenis sel utama pada kanker payudara orang dewasa yaitu sel mioepitel
dan sel sekretorik lumen.
Secara klinis dan histopatologis, terjadi beragam tahap morfologis dalam
perjalanan menuju keganasan. Terjadi hiperplasia duktal, ditandai oleh proliferasi sel
epitel poliklonal yang tersebar tidak rata, yang pola kromatin dan bentuk intinya
saling tumpeng tindih, dan lumen duktus tidak teratur; semua itu sering menjadi
tanda awal keganasan. Sel-sel tersebut relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas
selnya tidak jelas dan secara sitologi jinak. Perubahan dari hiperplasia ke hiperplasia
atipik (klonal) yang sitoplasma selnya lebih jelas, intinya lebih jelas dan tidak
tumpeng tindih, serta lumen duktus yang teratur, secara klinis meningkatkan risiko
kanker payudara.
Setelah hiperplasia atipik, tahap berikutnya adalah timbulnya karsinoma in
situ, baik karsinoma duktal maupun lobuler. Pada karsinoma in situ, terjadi
proliferasi sel yang memiliki gambaran sitologi sesuai dengan keganasan, tetapi
proliferasi sel tersebut belum menginvasi stroma dan menembus membrane basal.
Karsinoma in situ lobuler biasanya menyebar ke seluruh jaringan payudara
(bahkan bilateral) dan biasanya tidak teraba dan tidak terlihat pada pencitraan.
Sebaliknya, karsinoma in situ duktal merupakan lesi duktus segmental yang dapat
mengalami kalsifikasi sehingga memberikan penampilan yang beragam.
Setelah sel-sel tumor menembus membrane basal dan menginvasi stroma, tumor
tumbuh menjadi invasif, sehingga menimbulkan metastasis.
E. Klasifikasi
1. Klasifikasi Histopatologis Kanker Payudara
Karsinoma Duktal Invasif
Karsinoma duktal invasif merupakan bentuk keganasan payudara paling sering
ditemukan. Metastasis makro maupun mikroskopik ke kelenjar getah bening
aksila terjadi pada 60% kasus. Keganasan ini paling sering dijumpai pada
wanita perimenopause dan pascamenopause, pada usia decade kelima dan
keenam, sebagai massa tunggal yang padat.
KARSINOMA MEDULER. Karsinoma Meduler kerap merupakan keganasan
payudara yang dikaitkan dengan BRCA1 (1,9% pada kasus kanker payudara
BRCA). Pada pemeriksaan fisik, karsinoma jenis ini biasanya berukuran besar
dan terletak jauh di dalam payudara. Kanker ini teraba lunak dan bersifat
hemoragik. Pembesaran cepat ukuran tumor mungkin berasal dari nekrosis dan
perdarahan dalam massa tumor. Sekitar 50% karsinoma meduler berkaitan
dengan Karsinoma Duktal Invasif pada tepi tumornya. Hanya 10% sel
karsinoma meduler payudara yang memiliki reseptor hormone. Penderita
karsinoma meduler memiliki angka harapan hidup 5 tahun yang lebih baik
dibanding penderita kanker duktal invasif atau kanker lobular invasif.
KARSINOMA MUSINOSUS. Karsinoma Musinosus yang disebut juga
karsinoma koloid, merupakan jenis kanker payudara yang biasanya timbul pada
orang lanjut usia berupa massa yang cukup besar. Tumor ini berupa kumpulan
musin ektraseluler yang didalamnya terdapat sel kanker grade rendah. Kadang
terjadi fibrosis dalam massa tumor sehingga tumor teraba sebagai massa yang
agak kenyal. Sekitar 66% tumor ini memiliki reseptor hormon. Metastasis ke
kelnjar getah bening terjadi pada 33% kasus dan rata-rata harapan hidup 5 dan
10 tahunnya sebesar 73% dan 59%.
KARSINOMA PAPILER. Karsinoma papiler merupakan kanker payudara yang
biasanya muncul pada wanita usia 70 tahunan dan banyak dijumpai pada wanita
non-kaukasia. Karsinoma papiler biasanya kecil dan diameternya tidak lebih
dari 3 cm. Metastasis ke kelenjar getah bening aksila jarang terjadi. Angka
harapan hidup 5 tahun dan 10 tahun penderita karsinoma papiler payudara
setara dengan karsinoma tubuler dan musinosus.
2. Klasifikasi Stadium
Stadium kanker payudara ditentukan berdasarkan Sistem Klasifikasi TNM
American Joint Committee on Cancer (AJCC, 2010) untuk Kanker Payudara,
dijabarkan sebagai berikut :
TUMOR PRIMER
T1a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi
terbesar
T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi
terbesar
T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi
terbesar
T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau
satellite skin nodules pada payudara yang sama
N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat
digerakkan
pN1b KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
pN1c T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna denganmetastasis mikro
melalui sentinel node biopsy tetapi tidakterlihat secara klinis
N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau matted, atau
KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis.
N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain
(matted) atau terfiksir pada struktur lain
N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara
klinis* dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau
>3 KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy namun tidak terlihat secara klinis
Stadium T N M
Stadium 0 Tis N0 M0
Stadium 1A T1 N0 M0
Stadium 1B T0 N1mic M0
T1 N1mic M0
Stadium 2A T0 N1 M0
T1 N1 M0
T2 N0 M0
Stadium 2B T2 N1 M0
T3 N0 M0
Stadium 3A T0 N2 M0
T1 N2 M0
T2 N2 M0
T3 N1-N2 M0
Stadium 3B T4 N1-N2 M0
Stadium 3C Semua T N3 M0
I 90
II 70
III 40
IV 10
F. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
a) Inspeksi
Ada 4 cara :
Pasien duduk /berdiri di depan pemeriksa bandingkan payudara
kanan dan kiri, kontur & retraksi kulit, papilla dan areola apakah normal.
Pasien disuruh menaikkan lengan bila ada benjolan akan nampak.
Pasien menempatkan tangan pada pinggulnya dan menekan Membuat
m.pectoralis kontraksi, benjolan yang melekat pada musculus akan
terlihat.
b) Palpasi
Periksa payudara yang normal kemudian payudara yang lain, bila ada
benjolan tentukan ukuran, bentuk, konsistensi dan mungkin fiksasi pada
kulit atau lapisan dibawahnya. Retraksi kulit (dimpling) periksa secara
bimanual), Periksa daerah axilla atas dan bawah, supraclavicula
kemungkinan ada metastase limphonodi.
3. Pemeriksaan Penunjang
Adanya perbedaan mendasar dalam penanganan tumor payudara jinak dan
ganas mengisyaratkan pentingnya diagnosis yang akurat untuk menentukan
terapi definitif secara tepat. Untuk meningkatkan akurasi diagnostik beberapa
peneliti telah merekomendasikan kombinasi tiga modalitas diagnostik yang
dikenal dengan metode TRIPEL diagnostik yang terdiri dari pemeriksaan :
a) Klinis
b) Mamografi
c) USG+FNAB
Pemeriksaan tripel diagnostik akan memberikan hasil yang sesuai
(concordant) atau tidak sesuai ( inconcordant ). Concordant (-) apabila ketiga
perangkat diagnostik itu memberikan hasil negatif yang berarti tumor payudara
jinak. Sedangkan concordant (+) apabila hasil ketiga pemeriksaan adalah positif
yang berarti kanker payudara.
Donegan ( 1992 ) dan Steinberg ( 1996 ) mengatakan bahwa hasil
pemeriksaan tripel diagnostik yang concordant memungkinkan untuk
menentukan terapi definitif langsung tanpa dianjurkan untuk biopsi terbuka.
Sedangkan yang inconcordant perlu dilakukan pemeriksaan potong beku
sebelum dilakukan tindakan definitif.
Jatmiko dan Aryandono ( 2001 ) meneliti mengenai pemeriksaan tripel
diagnostik yang tidak sesuai ( inconcordant ) dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan histopatologi pada pasien kanker payudara. Hasil penelitian
tersebut menyimpulkan apabila yang sesuai adalah pemeriksaan mamografi dan
FNAB sedangkan klinis tidak sesuai, maka sensitifitasnya 96,55%, spesifitas
100% dan akurasi 98,53%. Sedangkan apabila yang sesuai adalah pemeriksaan
klinis dan FNAB, nilai sensitifitas 93,75%, spesifitas 100% dan akurasi 97,10%.
Dengan melihat nilai sensitifitas dan spesifitas dari pemeriksaan klinis dan
FNAB tersebut, maka peneliti diatas merekomendasikan tindakan definitif bisa
dilakukan hanya berdasarkan kesesuaian pemeriksaan klinis dan FNAB saja
apabila tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan mamografi dan potong beku (
frozen section ).
i. Mammography
Adalah cara yg terpilih untuk deteksi ca payudara, baik pada
penderita yg klinik dicurigai ca payudara ataupun pasien dgn tumor kecil
non-palpable ca payudara (occult lession).
Indikasi mammogrphy adalah:
Klinik curiga kanker payudara dan mengesampingkan Ca
mamae kontra-lateral
Follow up post mastektomi deteksi second primary di
payudara lain
Post tindakan Breast conserving deteksi dari suatu rekurensi /
second primary
Program sreening
Macam Terapi :
Terapi Utama
Terapi komplikasi nyeri, perdarahan, odema lengan, ulkus
Terapi adjuvant atau neoadjuvant stadium I, II, III
Terapi bantuan vitamin
Terapi sekunder penyakit yang menyertai
Ada 3 tujuan terapi :
Cara Terapi :
5) BCT
Keuntungan dari BCT lebih banyak pada esthetic pasien dgn tumor
kecil dibanding ukuran payudara.
Infiltrasi kulit atau satelite nodule yang luas sampai diluar daerah
payudara
Odema lengan
Mastitis karsinomatosa
Kriteria Inoperabel dari HAAGENSEN
1. Odema luas dikulit mama, > 1/3 kulit mamma diatas tumor
3. Karsinoma Inflamatoir
6. Odema lengan
7. Metastase jauh
Ulcerasi kulit
Macamnya :
HORMONTERAPI
Pertumbuhan payudara dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron,
prolaktin, pertumbuhan (somatotrophin) serta corticotrophin). Hormonterapi
diberikan pada penderita resptor hormon positif yaitu Reseptor Estrogen(+)
dan Reseptor Progesteron(+).
Hormonterapi merupakan terapi sitemik sebagai terapi utama /
adjuvant, diberikan pada stadium IV pre dan perimenopause/pasca
menopause yang mempunyai reseptor hormon (+).
Hormon terapi diberikan secara :
Ablasi sumber hormon ovariectomi, adrenelektomi/
hypofisektomi
Pemberian hormon androgen(testosteron), Progesteron, Estrogen
(diethylbesterol)
Pemberian antihormon mis: ovariectomi diganti Tamoxifen
KEMOTERAPI
Terapi Utama : Kanker mamma stadium IV yang ER (-)
Terapi Adjuvant : bertujuan membunuh mikrometastase pasca bedah
Neo-adjuvant pra bedah
Adjuvant pasca bedah
RADIOTERAPI
Teleterapi yang digunakan adalah Aparatus sinar X, Radioisotop
(cecium, cobal). Radoiterapi dipakai sebagi terapi kuratif maupun paliatif.
Umumnya diberikan pada prae atau pasca bedah. Dosis kuratif 5000-6000
rads sedang untuk paliatif 50-75% dosis kuratif.
Tujuan :
Memperkecil masa tumor
Menghambat infiltrasi tumor
Mempercepat penyembuhan ulkus
Mengurangi reaksi inflamasi jaringan tumor dan sekitarnya
---------------- dengan radioterapi harapannya :
Tumor inoperabel menjadi operabel /menghilang
Ulkus, destruksi tulang menyembuh
Nyeri berkurang
1. De Jong, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah edisi 4. Jakarta : EGC
3. https://www.slideshare.net/fera16/makalah-26419226
4. RD Collection 2002
5. https://www.breastcancer.org/symptoms/types/medullary
6. https://www.breastcancer.org/symptoms/types/mucinous