86 - Gardu Induk PDF
86 - Gardu Induk PDF
1
1.2. FUNGSI GARDU INDUK
a M
Mentransformasikan
t f ik daya
d li t ik :
listrik
9 Dari tegangan ekstra tinggi ke tegangan tinggi (500 KV/150 KV).
9 Dari tegangan tinggi ke tegangan yang lebih rendah (150 KV/ 70 KV).
9 Dari
D i tegangan tinggi
i i ke
k tegangan menengah h (150 KV/ 20 KV,
KV 70 KV/20 KV).
KV)
9 Dengan frequensi tetap (di Indonesia 50 Hertz).
a Untuk sarana telekomunikasi (pada umumnya untuk internal PLN), yang kita
kenal dengan istilah SCADA.
2
1.3. JENIS GARDU INDUK
a JJenis
i Gardu
G d Induk
I d k bisa
bi dibedakan
dib d k menjadi
j di beberapa
b b b i yaitu
bagian it :
9 Berdasarkan besaran tegangannya.
9 Berdasarkan pemasangan peralatan.
9 Berdasarkan fungsinya.
fungsinya
9 Berdasarkan isolasi yang digunakan.
9 Bedasarkan sistem rel (busbar).
a Dilihat dari jenis komponen yang digunakan, secara umum antara GITET dengan
GI mempunyai banyak kesamaan. Perbedaan mendasar adalah :
9 Pada GITET transformator daya y yyangg digunakan
g berupa
p 3 buah tranformator
daya masing – masing 1 phasa (bank tranformer) dan dilengkapi peralatan
rekator yang berfungsi mengkompensasikan daya rekatif jaringan.
9 Sedangkan pada GI (150 KV, 70 KV) menggunakan Transformator
daya 3 phasa dan tidak ada peralatan reaktor.
reaktor
3
1.3.1. BERDASARKAN PEMASANGAN PERALATAN
4
Lanjutan 1.3.1.
5
1.3.2. BERDASARKAN FUNGSINYA
a Gardu Induk Penaik Tegangan
g g :
9 Adalah gardu induk yang berfungsi untuk menaikkan tegangan, yaitu
tegangan pembangkit (generator) dinaikkan menjadi tegangan sistem.
9 Gardu Induk ini berada di lokasi pembangkit tenaga listrik.
9 Karena output voltage yang dihasilkan pembangkit listrik kecil dan harus
disalurkan pada jarak yang jauh, maka dengan pertimbangan efisiensi,
tegangannya dinaikkan menjadi tegangan ekstra tinggi atau tegangan tinggi.
7
1.3.3. BERDASARKAN ISOLASI YANG DIGUNAKAN
a Ga
Gardu
du Induk
du ssistem
ste ring
g busba
busbar :
9 Adalah gardu induk yang busbarnya berbentuk ring.
9 Pada gardu induk jenis ini, semua rel (busbar) yang ada, tersambung
(terhubung) satu dengan lainnya dan membentuk ring (cincin).
(cincin)
10
Lanjutan 1.3.4.
PMS
SEKSI Rel B
Rel A
PMT PHT
CT
PT
LA
TRAFO
Rel II
PMS Rel
PMT KOPPEL
PMT PHT
CT
CT CT
PT PT PT
LA
PMS Line
LA
LA
Gambar
G b 4 : SiSingle
l line
li diagram
di gardu
d induk
i d k sistem
i t double
d bl busbar.
b b
a Gardu Induk sistem satu setengah (on half) busbar :
9 Adalah gardu induk yang mempunyai dua (double) busbar.
9 Pada umumnya gardu induk jenis ini dipasang pada gardu induk di
pembangkit tenaga listrik atau gardu induk yang berkapasitas besar.
9 Dalam segi operasional, gardu induk ini sangat efektif, karena dapat
mengurangi pemadaman beban pada saat dilakukan perubahan sistem
(manuver system).
system)
9 Sistem ini menggunakan 3 buah PMT dalam satu diagonal yang terpasang
secara deret (seri). Single line diagram, lihat gambar 5.
12
Lanjutan 1.3.4.
REL A
PMT A1 PMT A2
CT
LA
PT
PMT B1 PMT B2
REL B
a Secara prinsip peralatan yang dipasang pada GIS sama dengan peralatan
yang dipakai GI Konvensional.
a Perbedaannya adalah :
9 Pada GIS peralatan-peralatan utamanya berada dalam suatu
selubung logam tertutup rapat, yang di dalamnya berisi gas bertekanan,
yaitu gas SF 6 (Sulphur Hexafluorida).
9 Gas SF 6 berfungsi sebagai isolasi switchgear dan sebagai pemadam
busur api pada operasi Circuit Breaker (CB).
9 Dengan demikian cara pemasangan GIS berbeda dengan GI
Konvensional.
a Pengembangan GIS :
9 Pada mulanya GIS didesain dengan sistem selubung phasa tunggal.
9 Dengan semakin majunya teknologi kelistrikan, maka saat ini sebagian
b
besar GIS memakai
k i desain
d i selubung
l b ti
tiga phasa
h di
dimasukkan
kk d l
dalam satu
t
selubung.
a Keuntungan sistem selubung tiga phasa adalah : lebih murah, lebih
ringan lebih praktis dan pemasangannya lebih mudah,
ringan, mudah meminimalkan
kemungkinan terjadinya kebocoran gas dan lebih sederhana susunan
isolasinya.
15
Lanjutan 1.5.
a GIS-GIS
GIS GIS yang terpasang di Indonesia, adalah GIS 150 KV :
9 Dipasang di kota-kota besar dan terbatas hanya di Pulau Jawa.
9 Sistem penyaluran (transmisi) menggunakan kabel tanah (SKTT).
a Komponen listrik pada GIS merupakan suatu kesatuan yang sudah berwujud
rigid (kompak). Untuk pemasangannya tinggal meletakkan di atas pondasi.
16
BAB II
KOMPONEN (BAGIAN-
(BAGIAN
BAGIAN) SIPIL & MEKANIKAL
GARDU INDUK
2.1. KOMPONEN SIPIL DAN MEKANIKAL PADA SWITCH YARD
a Jalan di area switch yard, jalan masuk ke GI, jalan di sekeliling gedung kontrol.
a Adalah bagian dari gardu induk yang dijadikan sebagai tempat peletakan
komponen utama gardu induk.
a JJadi
di yang dimaksud
di k d switch
it h yard,
d adalah
d l h nama yang diperuntukkan
di t kk b i gardu
bagi d
konvensional.
a Berfungsi mentranformasikan
daya listrik, dengan merubah
besaran tegangannya,
tegangannya sedangkan
frequensinya tetap.
21
3.1.2. NEUTRAL GROUNDING RESISTANCE (NGR)
a K
Komponen yang dipasang antara
di
titik neutral trafo dengan
pentanahan.
Gambar 7 a :
Neutral Grounding Resistance
(NGR)
24
3.1.5. LIGHTNING ARRESTER (LA)
25
3.1.6. CURRENT TRANSFORMER (CT)
26
3.1.7. POTENTIAL TRANSFORMER (PT)
27
3.1.8. TRANSFORMATOR PEMAKAIAN SENDIRI (TPS)
28
3.1.9. REL (BUSBAR)
Gambar 14 :
Rel (Busbar) Pada GI Konvensional
Gambar 15 :
Gedung
g Kontrol GIS
a Terdiri dari :
9 Transmission line control panel (TL
control panel).
9 Transformator control panel (TL control
panel).
9 Fault recorder control panel.
p
9 KWh meter dan fault recorder panel.
9 LRT control panel.
Gambar 17 : 9 Bus couple control panel.
Panel Kontrol 9 AC/DC control panel.
9 Syncronizing control panel.
9 Automatic FD switching panel.
9 D/L control panel. 31
3.2.2. PANEL PROTEKSI (PROTECTION PANEL/ RELAY PANEL)
a T
Tempatt almari
l i relay-relay
l l pengaman yang
dikelompokkan dalam bay, sehingga
mudah dalam pengontrolan dan
operasionalnnya.
a Setiap relay
l yang terpasang dan
d panell proteksi,
k db
diberi nama relay
l sesuai
fungsinya.
a Baterry :
9 Alat yang menghasilkan sumber
tenaga listrik arus searah yang
diperoleh dari hasil proses kimia.
kimia
9 Sumber DC berfungsi untuk
menggerakkan peralatan kontrol,
relay pengaman, motor penggerak
CB DS,
CB, DS dan lain-lain.
lain lain
9 Sumber DC ini harus selalu
terhubung dengan rectifier dan
harus diperiksa secara rutin kondisi
air kebersihan dan berat jenisnya.
air, jenisnya
Gambar 19 :
Battery Sumber Arus DC
a Rectifier :
9 Alat listrik yang berfungsi untuk merubah arus bolak-bolik menjadi arus
searah, sesuai dengan kapasitas yang diperlukan (kapasitas battery).
9 Rectifier harus selalu terhubung dengan battery dan harus diperiksa
kondisi batterynya secara periodik dan rutin.
33
3.2.4. PANEL AC/ DC
pembagi.
gardu
d induk.
i d k
Gambar 20 :
Panel AC/DC
34
3.2.5. CUBICLE 20 KV (HV CELL 20 KV)
9 Ad
Adalah
l h sistem
i t switchgear
it h untuk
t k
tegangan menengah (20KV) yang
berasal dari output trafo daya,
yang selanjutnya diteruskan ke
konsumen melalui penyulang
(feeder) yang tersambung
(terhubung) dengan cubicle
tersebut.
9 Dari penyulang (feeder) inilah
listrik disalurkan (didistribusikan)
ke pusat-pusat beban.
9 K
Komponen dan d rangkaian
k i cubicle,
bi l
antara lain :
¾ Panel penghubung (couple).
¾ Incoming g cubicle.
¾ Circuit breaker (CB) dan
Current Transformer (CB).
Gambar 21 : ¾ Komponen Proteksi dan
Cubicle 20 KV ((HV Cell 20 KV)) pengukuran
pengukuran.
¾ Bus sections.
¾ Feeder atau penyulang.
35
3.3. SISTEM PROTEKSI
a Beberapa peralatan listrik pada gardu induk yang perlu diamankan adalah :
9 Transformator Daya.
9 Rel (busbar).
(busbar)
9 Penghantar :
¾ Saluran Udara Tegangan
g g Tinggi
gg ((SUTT).
)
¾ Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT).
¾ Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).
9 Penyulang 20 KV.
36
3.3.1. PROTEKSI TRANSFORMATOR DAYA
CT
PMT
beban
Gambar 23 :
Bagan (rangkaian Proteksi Relay Arus Lebih
37
Lanjutan 3.3.1.
a Relay Differensial :
Berfungsi mengamankan trafo dari
gangguan hubung singkat (short circuit)
yang terjadi di dalam daerah pengaman
trafo.
a Relay Gangguan Tanah Terbatas :
Berfungsi untuk mengamankan
T
Transformator
f D
Daya terhadap
h d tanahh di
dalam daerah pengaman trafo, khususnya
gangguan di dekat titik netral yang tidak
dapat dirasakan oleh Relay Differensial.
a Relay
R l Arus A L bih Berubah
Lebih B b h:
Berfungsi untuk mengamankan
Transformator Daya dari gangguan antara
phasa dan tiga phasa dan bekerja pada arah
tertentu.
a Relay Gangguan Tanah :
Berfungsi mengamankan Transformator
Gambar 24 : Relay Differensial Daya dari gangguan hubung tanah, di dalam
dan di luar daerah pengaman trafo.
38
Lanjutan 3.3.1.
a Relay Suhu :
B f
Berfungsi i untuk
t k mendeteksi
d t k i suhu
h minyak
i k
trafo dan kumparan secara langsung, yang
akan membunyikan alarm serta mentripkan
Circuit Breaker
a Relay Jansen :
Berfungsi untuk mengamankan pengubah/
Gambar 25 : Relay Bucholz pengatur
p g tegangan
g g ((Tap
p Changer)
g ) dari
Trafo.
a Relay Bucholz :
Berfungsi mendeteksi adanya gas yang
ditimbulkan oleh loncatan bunga api dan
pemanasan setempat dalam minyak trafo.
39
Lanjutan 3.3.1.
Gambar 26 :
Pengaman Internal Trafo “Tekanan Lebih
(Sudden Pressure)”
40
3.3.2. PROTEKSI PENGHANTAR SUTT/ SKTT
a Relay Jarak :
Berfungsi mengamankan SUTT dari gangguan
antar phasa maupun gangguan hubungan
tanah.
a Relay Differential Pilot Kabel :
Berfungsi mengamankan SKTT dan juga
SUTT yang pendek dari gangguan antar
phasa maupun gangguan hubung singkat
(short circuit).
circuit)
a Proteksi Busbar :
Untuk mengamankan busbar terhadap gangguan yang terjadi, digunakan
relayy differential.
42
3.4. KOMPONEN LISTRIK PENUNJANG
43
BAB IV
PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN GARDU
INDUK
4.1. PERSIAPAN PEKERJAAN
a S
Semua pihak
ih k yang terlibat
t lib t (terkait)
(t k it) dengan
d pelaksanaan
l k pekerjaan
k j gardu
d induk
i d k
(khususnya pelaksana pekerjaan/ kontraktor), harus melakukan persiapan
dengan baik.
a Persiapan administrasi :
9 Menyiapkan ijin-ijin yang terkait dengan pekerjaan di lapangan (di
lokasi pekerjaan).
9 Menyiapkan schedule pelaksanaan pekerjaan dan kurva S, untuk
dipasang di lokasi pekerjaan.
pekerjaan
9 Mempelajari petunjuk pelaksanaan pekerjaan dengan benar dan teliti, sesuai
yang ditentukan dalam rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
9 Menyiapkan form-form laporan harian, laporan mingguan, dan lain-lain.
9 Membuat
M b t Direksi
Di k i Keet.
K t
a Persiapan teknis :
9 Membuat gudang di lokasi pekerjaan, untuk tempat penyimpanan
peralatan dan material.
9 Membuat gambar-gambar kerja (gambar pelaksanaan) dengan benar dan
teliti.
9 Menyiapkan rencana kerja sesuai dengan jenis pekerjaan, rencana
personil yang dilibatkan,
dilibatkan dan lain sebagainya.
sebagainya
9 Mobilisasi peralatan kerja yang dibutuhkan dan material yang akan
dipasang.
9 Menyiapkan buku-buku petunjuk pemasangan dan informasi lainnya
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
pekerjaan
45
4.2. PELAKSANAAN PEKERJAAN SIPIL & MEKANIKAL
a Semua peralatan utama listrik yang ada pada switch yard, bertumpu
(dipasang) di atas pondasi (pekerjaan sipil).
46
Lanjutan 4.2.
47
Lanjutan 4.2.
a Pekerjaan mekanikal :
9 Pembuatan dan pemasangan serandang peralatan ( CB, DS, CVT, CT, LA,
PT).
9 Pembuatan dan pemasangan serandang post (support).
(support)
9 Pembuatan dan dan pemasangan serandang beam (gantry).
9 Pembuatan dan pemasangan rak-rak kabel dan plat bordes tutup got kabel.
9 Pemasangan air conditioner (AC) di gedung kontrol, ruang operator dan
k t GI.
kantor GI
48
4.3 PEMASANGAN TRAFO, NEUTRAL CURRENT TRANSFORMER (NCT)
& NEUTRAL GROUNDING RESISTANCE (NGR)
a Pekerjaan lain-lain :
9 Memasang instalasi pembumian sesuai dengan sistem yang telah
ditentukan.
ditentukan
9 Membersihkan dan melakukan pengecatan pada body (bagian) trafo
yang lecet.
50
4.4. PEMASANGAN DISCONNECTING SWITCH (DS), CIRCUIT
BREAKER (CB) & REL (BUSBAR)
a Urutan dan ruang lingkup pekerjaan :
9 Didahului dengan memasang rel (busbar) pada posisi jarak yang
benar.
9 Jika rel (busbar) tersebut harus dipasang pada serandang beam (gantry),
maka insulator
ins lato strings
st ings harus
ha s dipasang terlebih
te lebih dahulu.
dah l
9 Panjang rel (busbar) harus diperhitungkan secara cermat, agar andongan
dan tegangan tariknya memenuhi persyaratan.
9 Untuk pemasangan rel (busbar) yang menggunakan pin insulator
(i l t tumpu),
(isolator t ) harus
h di h tik
diperhatikan agar isolator
i l t tersebut
t b t tidak
tid k mengalami
l i
gaya tarik horizontal yang melebihi kemampuannya.
9 Untuk rel (busbar) yang menggunakan pipa, sebelum dipasang harus diukur
dengan teliti kebutuhannya, agar tidak kurang atau terlalu panjang.
a Memasang disconnecting switch (DS) :
9 Pemasangan harus menggunakan peralatan kerja (crane atau tackle
chain block) yang memadai.
9 Yang perlu diperhatikan,
diperhatikan jarak antara dua kutub harus benarbenar-benar
benar
tepat.
9 adalah dengan melakukan penyetelan kontak geraknya (moving contact)
dengan kontak tetapnya (permanent contact), atara kontak gerak
dengan kontak gerak.
9 Setelah terpasang dicoba dioperasikan dengan cara manual, sehingga
diyakini hubungan kontak-kontaknya dapat terhubung dengan baik.
51
Lanjutan 4.4.
a M
Melakukan
l k k penyambungan/
b / menghubungkan
h b k (
(connecting)
ti ) DS,
DS CB dan
d rell
(busbar), dengan peralatan lainnya sesuai dengan petunjuk gambar
pelaksanaan.
a Membersihkan
b hk DS,
S C
CB d
dan rell (busbar),
(b b ) memperkuat
k b
baut-baut,
b
menyempurnakan sealing-sealing dan lain sebagainya.
52
4.5. PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER (LA), CURRENT
TRANSFORMER (CT) & CAPASITOR VOLTAGE TRANSFORMER (CVT)
a M
Menutup
t panel-panel
l l dengan
d b
benar d sealing-sealing
dan li li harus
h d l
dalam posisi
i i d
dan
kondisi yang baik.
53
4.6. PEMASANGAN PANEL KONTROL (CONTROL PANEL) & PANEL
RELAY (RELAY PANEL)
a Pemasangan bolt & nut atau mengelas antara dudukan panel dengan
panel-panel
l l (penyetelan
( t l posisi
i i panel-panel).
l l)
a Memasang pengikat antara panel yang satu dengan yang lainnya, dengan
menggunakan bolt & nut atau bentuk pengikat lainnya yang
dipersyaratkan.
a Panel-panel
Panel panel ini dipasang di dalam gedung kontrol (control building) Gardu
Induk.
54
4.7. PEMASANGAN SEL TEGANGAN MENENGAH (CUBICLE) 20 KV
a Pemasangan bolt & nut atau mengelas antara pondasi dengan cubicle
(penyetelan posisi cubicle).
55
Lanjutan 4.7.
56
4.8. PEMASANGAN PENTANAHAN (GROUNDING) DAN KAWAT TANAH
(GROUND WIRE)
57
Lanjutan 4.8.
a Menghubungkan
g g badan p
panel-panel
p listrik di dalam g
gedung
g dengan
g instalasi
pentanahan.
58
4.9. PEMASANGAN PANEL AC/ DC DAN BATTERY
a Memasang
gppanel-panel
p di atas dudukan (p
(pondasi)) yyang
g telah ditentukan.
a Memasang pengikat panel dengan posisi dudukan, dengan menggunakan bolt &
nut atau di las.
a Mengisi Battery dengan larutan elektrolit, sesuai dengan ketentuan teknis yang
ditentukan.
59
4.10. PENGGELARAN (PENARIKAN) KABEL KONTROL DAN
PENGKABELAN (WIRING)
a Menggelar kabel pada got kabel (cable duct) sesuai dengan petunjuk
yang telah ditentukan :
9 Sebelum p penggelaran
gg kabel dilaksanakan, harus terlebih dahulu diketahui
ukuran, jumlah dan panjang kabel yang akan digelar.
9 Ukuran kabel tidak boleh terlalu pendek, penyambungan kabel sedapat
mungkin dihindari karena untuk penyambungan dengan jointing diperlukan
biaya yang cukup besar. Dalam hal tertentu penyambungan kabel
tidak bisa diterima oleh Pemberi Kerja.
9 Jika ukuran kabel terlalu panjang, maka terjadi pemborosan dan bisa
terjadi untuk pengkabelan yang lain mengalami kekurangan.
kekurangan
60
Lanjutan 4.10.
61
4.11. PEKERJAAN PENINGKATAN KAPASITAS (UP - RATING) GARDU
INDUK
a Jika pertambahan beban sangat besar dan kondisi GI yang ada tidak
memungkinkan
g ditingkatkan
g kapasitasnya,
p y , maka harus dibangun
g GI baru yyang
g
mampu memenuhi kebutuhan beban.
a Jika GI yang ada masih memiliki area tanah yang memungkinkan untuk
peningkatan kapasitas GI,
GI maka bisa dilakukan peningkatan kapasitas GI,GI
yang biasa disebut dengan “Up rating”, dengan cara :
9 Mengganti Transformator Daya dan komponen lainnya, dari kapasitas
yang kecil menjadi kapasitas yang lebih besar. Jika kemampuan busbarnya
tid k mencukupi,
tidak k i harus
h dil k k reconductoring
dilakukan d t i busbar.
b b
9 Menambah Transformator Bay (pemasangan Transformator Daya)
baru, beserta komponen lainnya.
9 Penambahan TR Bay baru diikuti dengan penambahan Transmission Line
Bay (TL Bay) baru.
62
Lanjutan 4.11.
a “Pekerjaan pada kondisi khusus” yang dimaksudkan disini adalah, pada saat
melaksanakan pekerjaan harus dilakukan di daerah dan dalam kondisi
tempat kerja bertegangan.
a Pada saat pelaksanaan pekerjaan berlangsung, gardu induk lama harus tetap
b k j dengan
bekerja d normal.
l
63
Lanjutan 4.11.
a Beberapa hal yang perlu diketahui dan diperhatikan pada pekerjaan up-
rating
g Gardu Induk :
64
4.12. TAHAPAN DAN RUANG LINGKUP PEKERJAAN UP-RATING
GARDU INDUK
a Mempersiapkan gambar
gambar-gambar
gambar pelaksanaan,
pelaksanaan time schedule dan kurva S di
lokasi pekerjaan.
a Menyediakan peralatan kerja yang sesuai dan memadai, karena pada
umumnyay areal ((lokasi)) p
pekerjaan
j y g sangat
yang g sempit
p dan p
padadaerah
bertegangan.
a Intensifikasi pengawasan dan pengkoordinasian yang ketat terhadap
semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan, khususnya
pengawasan terhadap pekerja di lapangan.
lapangan
a Menginventarisir dan mengetahui dengan pasti tentang pekerjaan-pekerjaan
yang akan dilaksanakan, yang meliputi :
9 Pekerjaan sipil dan mekanikal : galian tanah,
tanah pondasi,
pondasi peralatan,
peralatan pondasi
serandang post, cable duct, perluasan gedung kontrol, erection serandang
(peralatan, post/beam), urug balik tanah, dan lain-lain.
9 Pekerjaan listrik : pemasangan/ penggantian trafo dan komponen
lainnya pada switch yard,
yard pemasangan panel atau cubicle tambahan,
tambahan
penarikan kabel power dan kabel kontrol, pemasangan busbar, pengkabelan
(wiring) antar peralatan, dan lain sebagainya.
a Pada saat melaksnakan p pekerjaan
j di bawah daerah yyang g bertegangan,
g g
harus diperhatikan benar jarak bebas (clearance) antara peralatan kerja dan
para pekerja terhadap peralatan yang bertegangan tersebut.
65
Lanjutan 4.12.
66
4.13. PEKERJAAN FINISHING
67
Lanjutan 4.13.
a P
Pekerjaan
k j i t l i listrik
instalasi li t ik yang telah
t l h selesai
l i dikerjakan
dik j k d
dan akan
k di
dioperasikan,
ik
tidak serta merta langsung boleh dioperasikan. Sebelum dan pada saat akan
dioperasikan harus diyakini terlebih dahulu bahwa instalasi listrik tersebut benar-
benar aman untuk dioperasikan.
p
69
Lanjutan 5.1.
a Untuk masing-masingjenis
masing masingjenis pekerjaan instalasi listrik,
listrik ruang lingkup yang
diperiksa dan diuji belum tentu sama (berbeda-beda), juga kriteria besaran ukur
listriknya belum tentu sama, misalnya :
9 Ruang lingkup pemeriksaan pekerjaan instalasi Gardu Induk , tentu
tidak sama dengan ruang lingkup pemeriksaan pekerjaan instalasi
pemanfaatan. Begitu pula antara instalasi pembangkitan dengan
Gardu Induk, tentu ada beberapa bagian yang diperiksa, tidak mengalami
kesamaan dan seterusnya.
kesamaan, seterusnya
9 Pengujian tahanan pembumian pada Gardu Induk, belum tentu sama
dengan tahanan pembumian pada instalasi pemanfaatan.
9 Untuk pengujian tahanan isolasi kabel, kabel maka semua jenis kabel yang
dipasang di berbagai instalasi listrik, ketentuannya adalah sama.
70
5.2. RUANG LINGKUP COMMISIONING TEST
a P
Pemeriksaan
ik :
Merupakan bagian dari Commisioning Test, dengan cara melihat langsung
terhadap peralatan/ material maupun konstruksi instalasi listrik yang telah
terpasang secara kasat mata dan atau melalui bantuan alat tertentu, misal :
teropong Tetapi tidak menggunakan bantuan alat uji/alat ukur.
teropong. ukur
a Ada 2 (dua) jenis pemeriksaan, yaitu :
9 Pemeriksaan sifat tampak (visual check).
9 Pemeriksaan pemasangan atau rangkaian konstruksi.
konstruksi
a Pemeriksaan sifat tampak (visual check), yang meliputi :
9 Pemeriksaan item per item alat/ barang/material yang telah terpasang.
9 Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat/barang/material
yang dipasang telah sesuai dengan spesifikasi dalam kontrak.
9 Melihat apakah perlengkapan yang dipasang dalam kondisi baik,
secara phisik tidak ada kelainan, tidak cacat phisik, tidak rusak, dan
lain-lain.
a Pemeriksaan pemasangan (konstruksi) yang meliputi :
9 Pemeriksaan rangkaian alat/barang/material yang telah terpasang.
9 Tujuannya
j y adalah mengetahui
g alat/ barang/material
g yyang
g dipasang,
p g
apakah telah sesuai dengan gambar rencana maupun peraturan yang berlaku
(SNI, LMK, PUIL, SPLN, dan lain sebagainya).
71
Lanjutan 5.2.
a Pengujian:
Merupakan bagian dari Commissioning Test, dimana terhadap peralatan/ material
yang akan diuji tidak bisa dilihat secara kasat mata, sehingga harus diuji dengan
menggunakan alat bantu (alat ukur).
ukur)
a Pengujian Individual :
9 Pengujian untuk mencocokkan kesesuaian karakteristik dan rujukan, atau
9 Pengujian untuk mengetahui apakah kondisi peralatan telah berfungsi dengan
baik atau tidak.
tidak
73
5.3. COMMISSIONING TEST PADA GARDU INDUK
74
5.4. PENGOPERASIAN GARDU INDUK
a D
Dalam
l pengoperasian
i G d Induk
Gardu I d k ini
i i melibatkan
lib tk b
banyakk pihak,
ih k karena
k sistem
i t
terintegrasi menjadi satu dengan sub sistem dan sistem yang lain.
a Pihak-pihak
Pihak pihak yang terlibat dalam pengoperasian, antara lain :
9 Pihak Pemberi Kerja (Pengguna Jasa).
9 PT. PLN (Persero) Jasa Sertifikasi, dalam hal ini bertanggung jawab terhadap
kelaikan pengoperasian awal Gardu Induk.
9 Pihak PT. PLN (perseo) Distribusi atau Wilayah setempat, kalau ada
hubungannya dengan penyulang (feeder).
9 Pihak Kontraktor yang mengerjakan Gardu Induk.
9 Jika diperlukan,
diperlukan juga dilibatkan pihak Pabrikan,
Pabrikan misal : Pabrikan Trafo,
Trafo CB,
CB
DS, Cubicle, Panel Kontrol, Panel Relay, dan lain-lain.
a Setelah Gardu Induk beroperasi dengan baik, maka pekerjaan tersebut dapat
dinyatakan selesai, sehingga dapat dilaksanakan serah terima pekerjaan (serah
terima pertama).
a Dengan dilaksanakannya serah terima pertama ini, berarti phisik pekerjaan telah
mencapai 100 % (seratus persen). Tetapi pada umumnya pembayaran termijn
h
hanya dib ik 95% dari
diberikan d i total
t t l nilai
il i kontrak.
k t k
a Pada saat serah terima pertama ini, pelaksana pekerjaan (Kontraktor) masih
mempunyaii tanggungan
t pekerjaan
k j yang akan
k dil k
dilaksanakan
k (jik terdapat
(jika t d t
kekurangan yang tidak signifikan) selama masa pemeliharaan.
a S
Selanjutnya
l j t K t kt berkewajiban
Kontraktor b k jib memberikan
b ik J i
Jaminan P
Pemeliharaan
lih yang
berupa Bank Garansi (Garansi Bank).
a K
Kekurangan
k ( i ) pekerjaan
(sisa) k j dib tk
dibuatkan B it Acara
Berita A d l
dalam b t k “Pending
bentuk “P di
Item” pekerjaan.
76
6.2. MASA PEMELIHARAAN
a Y
Yang dimaksud
di k d masa pemeliharaan
lih adalah
d l h masa atau t periode
i d waktu
kt tertentu
t t t
dimana Kontraktor harus melakukan pemeliharaan terhadap pekerjaan yang
telah.
a Pada masa pemeliharaan ini,
ini ada beberapa pekerjaan yang diperbolehkan masuk
dalam “Pending Item”, antara lain :
9 Membersihkan lokasi Gardu Induk dari limbah (sisa-sisa) kecil material
(potongan
(p g kabel, merapikan
p tanah, dan lain-lain).
)
9 Pengembalian kembali (retour) material milik Pemberi Kerja (PLN), ke gudang
PLN.
9 Pembuatan Asbuilt Drawing.
9 Pembuatan/ penyelesaian Cable Schedule.
9 Penyambungan (Connecting) Outdoor Termination ke JTM (ini dilaksanakan
apabila pada Serah Terima Pertama, JTM belum siap).
9 Pekerjaan lain yang disebabkan oleh ketidaksiapan pihak Pemberi Kerja dan
bukan karena ketidaksiapan Kontraktor.
a LLamanya (waktu)
( kt ) pemeliharaan
lih : 1 bulan,
b l 3 bulan,
b l 6 bulan
b l d
dan seterusnya,
t
tergantung kesepakatan awal dalam kontrak.
77
6.3. SERAH TERIMA KEDUA
a Apabila masa pemeliharaan (garansi) telah dilampaui dan sisa pekerjaan selama
masa pemeliharaan telah diselesaikan dengan baik, maka dapat dilaksanakan
penyerahan pekerjaan kedua (Serah Terima Kedua).
a Catatan :
9 Meskipun secara legal aspect seharusnya hubungan kontraktual berakhir,
kenyataannya Kontraktor masih harus memberikan jaminan terhadap
Peralatan/ Material yang terpasang.
9 Pada umumnya jaminan diberikan selama 1 (satu) tahun sejak Serah Terima
Kedua.
9 Jaminan yang diberikan berupa Jaminan Bank (Bank Garansi).
9 Jadi kalau ada kerusakan peralatan/ material yang disebabkan bukan karena
kesalahan operasi atau bencana alam,alam maka pihak Kontraktor masih
berkewajiban memperbaikinya.
78
BAB VII
PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN GARDU
INDUK DALAM GAMBAR
7.1. TRANSFORMATOR DAYA PADA GIS
79
7.2. PERALATAN UTAMA PADA GIS
Peralatan utama pada GIS berada pada selubung logam tertutup rapat.
Sebagai media isolasi digunakan Gas SF 6
80
7.3. GALIAN TANAH UNTUK PONDASI PERALATAN
Komposisi
p beton harus sesuai dengan
g ketentuan yang
y g berlaku.
Nilai kekuatan beton ditentukan dengan nilai K 175, K 225, K 350 dan seterusnya,
Tegantung jenis pondasi dan peralatan yang dipasang.
82
7.5. PEMBUATAN GOT KABEL (CABLE DUCT)
83
7.6. ERECTION SERANDANG POST DAN BEAM
Posisi angker
g dan lubang
g –lubangg harus presisi,
p , sehingga
gg erection
dapat dilaksanakan dengan mudah
84
7.7. ERECTION SERANDANG PERALATAN
Dudukan (p
(plendes)) peralatan
p harus tepat,
p , karena adanya
y selisih beberapa
p
milimeter akan mengakibatkan kesulitan pemasangan peralatan.
85
7.8. PENGGESERAN TRANSFORMATOR DAYA
Dalam menggeser
gg diperlukan
p kehati-hatian,, jangan
j g sampai
p Trafo mengalami
g
kemiringan yang terlalu ekstrim. Harus menggunakan perlengkapan kerja
yang tepat dan memadai.
86
7.9. ASSEMBLING TRAFO ( PEMASASANGAN SIRIP RADIATOR)
Hati-hati,, jangan
j g sampai p terjadi
j benturan. Jika penyok
p y akan berakibat terhadap
p
proses isolasi dan pendinginan tidak maksimal
87
7.10. ASSEMBLING TRAFO ( PEMASANGAN CONSERVATOR)
Sealing
g konservator harus terpasang
p g dengan
g baik,, agar
g tidak terjadi
j
kebocoran minyak trafo
88
7.11. ASSEMBLING TRAFO (PEMASANGAN TAP CHANGER)
89
7.12. ASSEMBLING TRAFO (PEMASANGAN PIPA-PIPA)
90
7.13. ASSEMBLING TRAFO (PEMASANGAN BUSHING DAN
CONNECTING)
Isolasi bushing
g terbuat dari porselin
p yang
y g mudah pecah,
p , harus dijaga
j g
jangan terjadi benturan pada saat handling.
91
7.14. ASSEMBLING TRAFO (PEMASANGAN METER-METER)
Karena p
pada umumnyay meter-meter sangat g presisi
p dan sensitif,, pada
p
saat handling dan installing harus dilakukan dengan hati-hati.
92
7.15. INTERNAL DAN EKSTERNAL WIRING TRANSFORMATOR DAYA
Mengingat
g g jumlah
j kabel yang
y g banyak,
y , tiap-tiap
p p kabel harus diberi
penandaan, sehingga tidak terjadi kesalahan penyambungan (connecting).
93
7.16. FILTERING MINYAK TRAFO
J
Jaga jangan
j sampaii ada
d kotoran
k t dan
d air
i yang masukk ke
k dalam
d l minyak
i k trafo
t f
94
7.17. PEMASANGAN DISCONNECTING SWITCH (DS)
Pisau-pisau antar DS harus bisa terhubung dengan baik dan kuat, sehingga
tidak terjadi loncatan bunga api.
95
7.18. PEMASANGAN CIRCUIT BREAKER (CB)
96
7.19. PEMASANGAN NEUTRAL CURRENT TRANSFORMER (NCT)
97
7.20. PEMASANGAN CURRENT TRANSFORMER (CT)
98
7.21. PEMASANGAN LIGHTNING ARRESTER (LA)
99
7.22. PEMASANGAN BLOCKING CELL
100
7.23. PEMASANGAN CAPASITOR VOLTAGE TRANSFORMER (CVT)
101
7.24. PEMASANGAN NEUTRAL GROUNDING RESISTANCE (NGR)
Penyambungan (connecting) antara trafo dan NGR harus benar-benar baik dan kuat
(terhubung/ tersambung dengan baik).
102
7.25. PEMASANGAN PANEL - PANEL
Hati-hati, pada saat handling, karena komponen pada panel sangat sensitif & presisi
103
7.26. PEMASANGAN CUBICLE
K
Karena sensitifitas
itifit komponen
k pada
d Cubicle,
C bi l makak padad saatt handling
h dli harus
h
dilakukan dengan hati-hati.
104
7.27. PENGGELARAN KABEL POWER (POWER CABLE)
Sebelum dipasang/ digelar, harus dicek terlebih dahulu keadaan kabel baik secara
phisik maupun karakteristik.
Kabel harus benar-bena dalam keadaan baik.
baik
Penggelaran/ penarikan harus dilakukan dengan baik, jangan sampai kabel
rusak./ cacat karena proses penggelaran/penarikan
105
7.28. PEMASANGAN BUSBAR & INSULATOR STRING & FITTING
106
7.29. PANEGGELARAN DAN PENARIKAN KABEL KONTROL
JJangan lupa
l memberi
b i penandaan
d (kode)
(k d ) pada
d masing-masing
i i kabel,
k b l sehingga
hi
tidak terjadi kesalahan pada saat menghubungkan (connecting).
107
7.30. CABLE HEAD POWER KE ARAH TRANSFORMER DAYA
Pemasangan ttermination
P i ti d dan penyambungan
b ke
k terminal
t i l trafo
t f hharus
dilakukan tenaga kerja yang kompeten serta mengikuti ketentuan dan
urutan yang ditetapkan
108
7.31. PEMASANGAN GROUNDING PERALATAN
H
Harus di
dipasang sesuaii dengan
d ketentuan
k t t yang ada,
d sehingga
hi tahanan
t h
pembumian memenuhi persyaratan minimal yang berlaku.
109
7.32. KAWAT PENTANAHAN (GROUND WIRE)
110
7.33. WIRING ANTAR PERALATAN
112
BAB VIII
ASPEK PENDUKUNG
8.1. ASPEK MANAJEMEN
a Dalam mengerjakan pembangunan Gardu Induk, Induk pasti melibatkan banyak pihak,
pihak
antara lain :
9 Kontraktor Listrik selaku pelaksana pembangunan.
9 Pemberi kerja atau pengguna (PLN).
9 Instansi
I t i setempat
t t dimana
di G d Induk
Gardu I d k tersebut
t b t berada.
b d
9 Pabrikan/ Distributor/ Supplier Komponen listrik.
9 Importir yang bertugas memasukkan komponen listrik.
9 Supllier
p bahan bangunan
g ((semen,, p
pasir,, tanah urug,
g, besi beton,, dan lain
sebagainya).
9 Supllier/ Fabrikator besi untuk serandang.
9 Transportir yang akan mengangkut kebutuhan/ peralatan/ material Gardu
du
Induk.
9 Dan lain sebagainya.
a Agar pekerjaan berjalan dengan lancar, tertib, aman dan selesai tepat waktu,
maka aspek manajemen menjadi sangat penting untuk ditangani dengan sebaik
sebaik-
baiknya.
113
Lanjutan 8.1.
a Salah satu aspek manajemen yang cukup penting dan harus dipenuhi, adalah
pembuatan “Network Planning”, sehingga :
9 Alur dan proses pekerjaan dapat diketahui dengan mudah.
mudah
9 Semua jenis dan ruang lingkup pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan sesuai
dengan jadual yang telah dibuat.
9 Pengkoordinasian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.
9 Pekerjaan
Peke jaan dapat diselesaikan tepat waktu
akt dengan hasil yang
ang memuaskan.
mem askan
114
8.2. KRITERIA KONTRAKTOR LISTRIK
a Kriteria Kontraktor Listrik yang menjadi pelaksana pekerjaan Gardu Induk, antara
lain :
9 Memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU) yang sesuai dengan klasifikasi dan
k lifik i pekerjaan
kualifikasi k j yang dikerjakan.
dik j k
9 Harus memiliki pengalaman pekerjaan sejenis dengan pekerjaan yang
dikerjakan.
9 Memiliki personil (tenaga kerja) yang berpengalaman dalam melaksanakan
pekerjaan
k Gardu
d Induk.
d k
9 Memiliki Penanggung Jawab Teknik (PJT) yang bersertifikat Keahlian
Kualifikasi Ahli Utama di bidang Teknik Tenaga Listrik.
9 Memiliki p peralatan kerja
j yyangg memadai,, sesuai dengan
g pekerjaan
p j yyang
g
ditangani.
115
8.3. KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
a Aspek yang sangat penting yang harus dipenuhi dalam melaksanakan pekerjaan,
adalah aspek kesehatan dan keselamatan kerja.
a Apalagi untuk pekerjaan elektrikal yang beresiko tinggi, aspek K3 harus menjadi
perhatian utama. Terlebih apabila melaksanakan pekerjaan pada lokasi
Gardu Induk Eksisting yang bertegangan, para personil (tenaga kerja) harus
mendapatkan
p pelatihan khusus tentang
p g K3.
116