Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam

pembangunan mengandung arti bahwa manusia ditempatkan

pada posisi pelaku dan penerima manfaat dari proses mencari

solusi dan meraih hasil pembangunan dengan demikian maka

masyarakat harus mampu meningkatkan kualitas kemandirian

mengatasi masalah yang dihadapi upaya-upaya pemberdayaan

masyarakat seharusnya mampu berperan meningkatkan kualitas

sumberdaya manusia (SDM) terutama dalam membentuk dan

merubah perilaku masyarakat untuk mencapai taraf hidup yang

lebih berkualitas.

Pembentukan dan perubahan perilaku tersebut, baik dalam

dimensi sektoral yakni dalam seluruh aspek/sektor-sektor

kehidupan manusia; dimensi kemasyarakatan yang meliputi

jangkauan kesejahteraan dari materiil hingga non materiil;

dimensi waktu dan kualitas yakni jangka pendek hingga jangka

panjang dan peningkatan kemampuan dan kualitas untuk

pelayanannya, serta dimensi sasaran yakni dapat menjangkau

dari seluruh strata masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tidak

lain adalah memberikan motivasi dan dorongan kepada

1
masyarakat agar mampu menggali potensi dirinya dan berani

bertindak memperbaiki kualitas hidupnya, melalui cara antara

lain dengan pendidikan untuk penyadaran dan pemampuan diri

mereka.

Kota Langsa sebagai Kota Langsa yang berperadaban islami

sesuai dengan visi Walikota dan Wakil Walikota Terpilih, memiliki

tanggung jawab yang signifikan agar kelompok masyarakat tani

dan nelayan di Kota Langsa mampu memberdayakan dirinya

menjadi lebih mandiri dan kreatif sehingga nantinya peningkatan

taraf hidup mampu dirasakan oleh mereka dan tentu saja

mendorong kemajuan pembangunan Kota Langsa itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Memberdayakan Masyarakat Tani dan Nelayan?

2. Bagaimana Menghadapi Tantangan di Era Globalisasi?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Dalam Menberdayakan Masyarakat Tani

dan Nelayan di Kota Langsa

2. Untuk Mengatasi Tantangan di Era Globalisasi.

D. Manfaat Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai sumbangan pikiran

dalam mendukung program-program yang dilakukan Walikota dan

2
Wakil Walikota Langsa untuk membangun kesadaran kemandirian

masyarakat petani dan nelayan di Kota Langsa, sehingga nantinya

petani dan nelayan yang ada di Kota Langsa mampu menciptakan

inovasi produk yang dapat mengangkat nama dan citra

perekonomian Kota Langsa.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sekilas Keadaan Pertanian di Kota Langsa

Secara astronomis Kota Langsa terletak antara 04 024’35,68’’-

04033’47,03" Lintang Utara dan 97053’14,59"–98004’42,16" Bujur

Timur. Batas-batas wilayah Kota Langsa, sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Selat Malaka,

sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang,

sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan

Kabupaten Aceh Tamiang, dan sebelah barat berbatasan dengan

Kabupaten Aceh Timur.

Kota Langsa juga mempunyai dataran rendah dan

bergelombang serta sungai-sungai, dengan curah hujan rata-rata

tiap tahunnya dengan kisaran 1.850 – 4.013 mm, dimana suhu

udara berkisar antara 28°C—33°C serta berada pada ketinggian

antara 0 – 29 m di atas permukaan laut, kelembaban nisbi Kota

Langsa rata-rata 75%. Secara topografi Kota Langsa terletak pada

dataran aluviasi pantai dengan elevasi berkisar sekitar 8 m dari

permukaan laut di bagian barat daya dan selatan dibatasi oleh

pegunungan lipatan bergelombang sedang, dengan elevasi sekitar

75 m, sedangkan di bagian timur merupakan endapan rawa-rawa

dengan penyebaran cukup luas.

4
Gambar 2.1 Persentase Luas Wilayah Kota Langsa
Sumber : Badan Pusat Statistik, Tahun 2018

Di Kota Langsa terdapat lahan pertanian yang dikelola oleh

warga Kota Langsa yang tersebar di beberapa kecamatan, adapun

luas areal pertanian di Kota Langsa adalah sebaga berikut :

5
Gambar 2.2 Luas Areal Pertanian di Kota Langsa
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Langsa Tahun 2018
Salah satu subsektor pertanian adalah tanaman pangan.

Subsektor ini mencakup tanaman padi, jagung, kacang kedelai,

kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Luas lahan

sawah pada tahun 2017 di Kota Langsa adalah 1.654 hektar. Pada

Tahun 2017 luas areal tanaman perkebunan rakyat untuk kelapa

sawit, kelapa, karet, kakao, dan pinang masing-masing sebesar

409 hektar, 467 hektar, 555 hektar, 244 hektar dan 100 hektar.

Populasi ternak terbesar di Kota Langsa adalah sapi dan

kambing. Populasi terbesar Sapi berada di Kecamatan Langsa

Lama, sedangkan populasi ternak kambing terbesar berada di

Kecamatan Langsa Barat masing-masing berjumlah 2.133 ekor

sapi dan 2.248 ekor kambing. Kontribusi terbesar untuk sub

sektor perikanan adalah produksi perikanan Laut. Produksi

perikanan laut kota Langsa sebesar 5.922,20 ton, Produksi

Perikanan Perairan Umum dan Darat masing-masing sebesar

267,00 ton dan 1023,318 ton.

B. Pemberdayaan Masyarakat Petani

Konsep pemberdayaan masyarakat secara

mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi

-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan

ekonomi, politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali

berbagai pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan

6
diperkuat sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi

kemajuan ekonomi merupakan keharusan untuk dilakukan

ekonomi rakyat akan terbangun bila hubungan sinergis dari

berbagai pranata sosial dan ekonomi yang ada didalam

masyarakat dikembangkan kearah terbentuknya jaringan ekonomi

rakyat.

Pemberdayaan petani menurut Kepala Badan SDMP

dilakukan dengan 5 (lima) jurus yakni:

(1) Kegiatan agrisbisnis harus berorientasi pasar (kuantitas,

kualitas, dan kontinuitas);

(2) Usaha agribisnis harus menguntungkan dan comparable

dengan usaha lainnya;

(3) Agribisnis merupakan kepercayaan jangka panjang;

(4) Kemandirian dan daya saing usaha;

(5) Komitmen terhadap kontrak usaha.

Pemberdayaan kelembagaan petani meliputi :

(1) Petani sub sistem tradisional yang telah berubah menjadi

petani modern berwawasan agribisnis difasilitasi untuk

membentuk kelembagaan petani melalui proses partisipatif

dan “bottom-up”;

(2) Untuk membentuk kelembagaan petani yang kokoh, perlu

disusun suatu instrumen pemberdayaan kelompok tani.

7
(3) Instrumen pemberdayaan kelompok tani yang perlu

dipertimbangkan antara lain :

(a) Adanya interest/kepentingan yang sama di antara petani

dalam kelompok;

(b) Adanya jiwa kepemimpinan dari salah satu petani di dalam

kelompok;

(c) Adanya kemampuan manajerial dari petani di dalam

kelompok;

(d) Adanya komitmen dari petani untuk membentuk

kelembagaan petani;

(e) Adanya saling kepercayaan di antara petani di dalam

kelompok.

Pemberdayaan usaha tani meliputi kegiatan:

(1) Fasilitasi kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak

bankable melalui bantuan langsung masyarakat untuk

mengembangkan usaha agribisnis;

(2) Mendorong kelompok usaha tani yang tidak feasible dan tidak

bankable menjadi usaha yang feasible tetapi belum bankable;

(3) Fasilitasi kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum

bankable dengan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-

E) dan Kredit Usaha Rakyat untuk mengembangkan usaha

agribisnis;

8
(4) Mendorong kelompok usaha tani yang feasible tetapi belum

bankable menjadi usaha yang feasible dan bankable;

(5) Untuk mendukung kelompok usaha tani yang feasible dan

bankable, Pemerintah perlu menciptakan iklim usaha yang

kondusif agar investasi domestik dan investasi asing masuk

ke sektor agribisnis.

Konsep pemberdayaan masyarakat secara

mendasar berarti menempatkan masyarakat beserta institusi-

institusinya sebagai kekuatan dasar bagi pengembangan ekonomi,

politik, sosial, dan budaya menghidupkan kembali berbagai

pranata ekonomi masyarakat untuk dihimpun dan diperkuat

sehingga dapat berperan sebagai lokomotif bagi kemajuan ekonomi

merupakan keharusan untuk dilakukan ekonomi rakyat akan

terbangun bila hubungan sinergis dari berbagai pranata sosial dan

ekonomi yang ada didalam masyarakat dikembangkan kearah

terbentuknya jaringan ekonomi rakyat.

C. Tantangan Di Era Globalisasi

Menurut Saragih (1998), makna terdalam era globalisasi

dalam strukturperekonomian adalah perdagangan bebas. Dalam

perdagangan bebas berarti ada persaingan. Dalam globalisasi

tersebut yang akan bersaing adalah barang sekunder, yaitu

produk agroindustri di Indonesia bahan baku untuk industri

tersedia, tetapi yang menjadi kendala adalah penggunaan dan

9
penguasaan teknologi modern yang memperkuat agribisnis,

atau penekanan masalah yang dihadapi dalam era globalisasi

adalah pada peningkatan SDM ( termasuk bagi para petani dan

nelayan kecil).

Mendasarkan hal di atas, maka arah pengembangan

pertanian dan perikanan kedepan adalah agribisnis,

yaitu mengembangkan pertanian dan agroindustri atau industri

yang mengolah hasil pertanian / perikanan dan jasa-jasa yang

menunjangnya. Termasuk di dalam perikanan, misalnya di Kota

Langsa ini dari sisi penawaran, kita memiliki perairan laut dan

pelabuhan adalah merupakan basis kegiatan ekonomi perikanan

yang sangat besar.

Hal ini tentu belum termasuk potensi perikanan air tawar,

baik perairan umum (sungai dan danau), budidaya kolam,

budidaya ikan karamba/jarring apung, budidaya ikan rawa dan

budidaya ikan sawah yang juga masih terbuka luas. Khusus

tentang arah pembangunan perikanan dengan pendekatan

agribisnis adalah dengan membangun dan mengembangkan

subsistim industri hulu perikanan (pembenihan, industri

peralatan tangkap ikan, industri pakan ikan), subsistim budidaya

pasca panen/tangkap, subsistim pengolahan hasil perikanan dan

perdagangan, dan subsistim jasa penunjang dalam suatu sistim

yang terintegrasi.

10
Masih menurut Saragih (1998) pengembangan agribisnis di

Indonesia merupakantuntutan perkembangan yang logis dan

harus dilanjutkan sebagai wujud kesinambungan,

penganekaragaman dan pendalaman pembangunan pertanian

selama ini. Pengembangan agribisnis akan tetap relevan

walau telah tercapai setinggi apapun kemajuan suatu negara.

Bahkan agribisnis akan menjadi andalan utama bagi suatu

negara yang masih sulit melepaskan ketergantungan

pembangunan nasionalnya dari sektor pertanian dan pedesaan

seperti Indonesia ini. Beberapa alasan lain untuk memperkuat

pilihan pada agribisnis, adalah:

(1) Tersedianya bahan baku yang tersedia,

(2) akan memperluas daya tampung tenaga kerja di sektor

pertanian dan pedesaan, dan

(3) pengembangan agrobisnis dalam skala kecil lebih mudah

diarahkan untuk lebih bersahabat dengan lingkungan

(daripada industri besar), sehingga dapat menekan kerusakan

lingkungan.

Dengan memperhatikan arah tantangan pertanian dan

perikanan yaitu seharusnya dikembangkan ke arah agribisnis,

maka perlu mendapat penekanan bahwa sasaran strategis

pemberdayaan masyarakat bukanlah sekedar peningkatan

pendapatan semata, malainkan juga sebagai upaya membangun

11
basis-basis ekonomi yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat

dan sumberdaya lokal yang handal.

Dalam kerangka tersebut, keberhasilan upaya

pemberdayaan masyarakat tidak hanya dapat dilihat dari

meningkatnya pendapatan masayarakat melainkan juga aspek-

aspek penting dan mendasar lainnya.

Beberapa aspek penting yang perlu mendapatkan perhatian

dalam pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan, antara lain :

1. Pengembangan organisasi/kelompok masyarakat yang

dikembangkan dan berfungsi dalam mendinamisir kegiatan

produktif masyarakat, misalnya berfungsinya HKTI, HNSI ,

dan organisasi lokal lainya .

2. Pengembangan jaringan strategis antar kelompok/organisasi

masyarakat yang terbentuk dan berperan dalam

pengembangan masyarakat tani asosiasi dari organisasi

petani dan nelayan, baik dalam skala nasional, wilayah,

maupun lokal.

3. Kemampuan kelompok petani dan nelayan kecil dalam

mengakses sumber-sumber luar yang dapat mendukung

pengembangan mereka, baik dalam bidang informasi pasar,

permodalan, serta teknologi dan manajemen, termasuk

didalamnya kemampuan lobi ekonomi. Di sinilah maka

perlunya ekonomi jaringan dipembangkan. ekonomi jaringan

adalah suatu perekonomian yang menghimpun para pelaku

12
ekomomi, baik dari produsen, konsumen, service provider,

equipment provider, cargo, dan sebagainya di dalam jaringan

yang terhubung baik secara elektronik maupun melalui

berbagai forum usaha yang aktif dan dinamis. Ekonomi

jaringan ini harus didukung oleh jaringan telekomunikasi,

jaringan pembiayaan, jaringan usaha dan perdagangan,

jaringan advokasi usaha, jaringan saling belajar, serta

jaringan lainnya seperti hasil temuan riset dan

teknologi/inovasi baru, jaringan pasar, infomasi kebijakan

dan pendukung lainnya yang dapat diakses oleh semua dan

tidak dimonopoli oleh kelompok tertentu ( Sasono, 2000).

4. Pengembangan kemampuan-kemampuan teknis dan

manajerial kelompok-kelompok masyarakat, sehingga

berbagai masalah teknis dan organisasi dapat dipecahkan

dengan baik. Di sini, selain masyarakat sasaran (petani dan

nelayan), juga para petugas penyuluh/pendamping

pemberdayaan masyarakat harus meningkatkan kompetensi

diri sebagai petugas yang mampu memberdayakan , karena

banyak diantara mereka justru ketinggalan kemampuannya

dengan kelompok sasarannya.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Upaya pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil

merupakan jalan yangmasih panjang dan masih penuh tantangan.

Model pembangunan ekonomi yang sentralistik dan sangat

kapitalistik telah melembaga sangat kuat baik secara ekonomi,

politik maupun budaya, sehingga tidak mudah untuk

menjebolnya. Hanya dengan komitmen yang kuat dan

keberpihakan yang tulus, serta upaya yang sungguh-

sungguh,pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil

tersebut dapat diwujudkan.

Pemberdayaan masyarakat petani dan nelayan kecil agar

mampu menjawab tantangan di era globalisasi ( yaitu menuju

usaha agrobisnis) membutuhkan komitmenyang kuat dari

pemerintah, para pelaku ekonomi, rakyat, lembaga pendidikan,

organisasiprofesi, serta organisasi-organisasi non pemerintah

lainnya. Komitmen itu dapat diwujudkan dalam bentuk

14
memberikan kepercayaan berkembangnya kemampuan-

kemampuan lokal atas dasar kebutuhan setempat.

Penguatan peran serta masyarakat petani dan nelayan kecil

sebagai pelakupembangunan, karena harus didorong seluas-

luasnya melalui program-program pendampingan menuju suatu

kemandirian mereka. Disamping itu pula, perlu

pengembangan organisasi, ekonomi jaringan dan faktor-faktor

pendukung lainnya.

Dengan usaha pemberdayaan masyarakat yang demikian

itu, mudah-mudahan dapatmembebaskan mereka dari kemiskinan

dan keterbelakangan untuk menuju kehidupan yang lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Kota Langsa Dalam Angka, Langsa.

Freire, Paulo. 1984. Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan (Terj.

AA. Nugroho), Jakarta :Gramedia.

Karsidi, Ravik. 2001.Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan

dalam Pemberdayaan Masyarakat.Dalam Pambudy dan A.K.Adhy

(ed.): Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya

Masyarakat Madani, Bogor: Penerbit Pustaka Wirausaha Muda.

Korten, David C. 1984. Pembangunan yang Memihak

Rakyat.Jakarta : Lembaga Studi Pembangunan.

Mahmudi, Ahmad. 1999. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan

Masyarakat. TOT P2KP oleh LPPSLH, Ambarawa, 27 Nopember

1999.

Pambudy, Rachmat 1998. Sistem Penyuluhan Agribisnis

Peternakan. Draft Disertasi S3 Pasca Sarjana, Bogor : IPB (tidak

diterbitkan).

16
Saragih, Bungaran, 1998. Agribisnis: Paradigma Baru

Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian, Bogor: Yayasan Mulia

persada Indonesia, Pt.Surveyor Indonesia dan PSP Lemlit IPB.

17

Anda mungkin juga menyukai