Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

DIABETIK FOOT

Oleh:
MEUTHIA QUIN L.G.E /201410330311071

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan penyakit metabolism yang ditandai

dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

dan hiperglikemia yang kronis akan menimbulkan kerusakan, disfungsi berbagai organ

dalam jangka panjang. DM sering disertai berbagai komplikasi jangka pendek maupun

panjang. Komplikasi tersebut menyebabkan meningkatnya angka morbiditas,

mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Jumlah penderita DM di dunia tahun 1995

sebanyak 135 juta jiwa dan tahun 2005 diestimasikan menjadi 300 juta jiwa.

Kebanyakan kasus baru tersebut adalah DM tipe 2, dengan peningkatan jumlah kasus

42%, di Negara maju dan 170% di Negara sedang berkembang. Seiring dengan

peningkatan jumlah penderita DM, maka komplikasi yang terjadi juga semakin

meningkat, satu diantaranya adalah ulserasi yang mengenai tungkai bawah, dengan

atau tanpa infeksi dan menyebabkan kerusakan jaringan di bawahnya yang selanjutnya

disebut dengan kaki diabetes (KD).

Manifestasi KD dapat berupa dermopati, selulitis, ulkus, gangrene, dan

osteomyelitis. KD merupakan masalah yang kompleks dan menjadi alas an utama

mengapa penderita DM menjalani perawatan di rumah sakit yang selama rawatan

membutuhkan biaya sangat mahal dan sering tidak terjangkau oleh kebanyakan

masyarakat umum. Ulkus memberikan kontribusi 85% terhadap tindakan amputasi non

traumatik pada ekstremitas bawah dan memiliki resiko amputasi 15-40 kali lebih sering
daripada tanpa diabetes. Diperkirakan 15% penderita diabetes akan mengalami KD

selama masa hidupnya dan 6 -20% diantaranya akan mengalami rawat inap rumah sakit

setiap tahunnya. Ulkus yang telah sembuh ternyata 70% akan berulang kembali dalam

tempo 5 tahun, dari 50% ulkus yang mengalami amputasi sebelumnya ternyata

mempunyai resiko amputasi kembali dalam tempo 5 tahun.

Di Amerika Serikat saat ini tercatat sekitar 16 juta jiwa atau 5,2% dari total

populasi adalah penderita diabetes dan 15-20% diantaranya berhubungan dengan

komplikasi KD. Setiap tahunnya lebih dari 50.000 amputasi dilakukan pada tungkai

bawah yang membutuhkan biaya perawatan lebih dari US 1 milliar termasuk biaya

opname, rehabilitasi, alat prostetik, perawatan rumah, dan kehilangan produktifitas

keja. Di Medan, Erman Fauzi, dkk, 1997 mendapatkan 30,3% pasien diabetes yang

dirawat inap adalah karena Ulkus KD.

Etiologi dan patofisiologi KD bersifat multifaktorial yang saling terkait satu

dengan yang lainnya, berhubungan dengan penyakit pembuluh darah perifer, neuropati

dan infeksi. Penderita diabetes biasanya dating ke dokter atau rumah sakit dalam

kondisi komplikasi lanjut dan berat, sehingga prognosanya menjadi jelek.

Kendala yang sering terjadi adalah kurangnya pengetahuan/kemampuan

penderita akan pentingnya mengenal /mengetahui gejala awal atau perawatan KD,

sehingga komplikasi berlanjut menjadi lebih berat yang akhirnya harus kehilangan

anggota gerak akibat amputasi. Pada makalah ini akan dibahas tentang patofisiologi

dan penatalaksanaan ulkus KD.


1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui mengenai definisi,

etiologi, faktor resiko, pathogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, dan

penatalaksanaannya Diabetik foot

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan

pemahaman penulis maupun pembaca mengenai Diabetik foot beserta

penanganannya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan

kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin relatif atau absolut

dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan

resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia

kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang

menimbulkan komplikasi kronik pada sistem tubuh. 2

Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi

kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan

gejala dan tanda sebagai berikut : 3

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik.

Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat

membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakit pun berkurang.3


Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam

derajat menurut Wagner, yaitu; 2

Tabel 1. sistem klasifikasi kaki diabetik, Wagner.

Derajat Lesi
Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh dan mungkin disertai
Derajat I kelainan bentuk kakiUlkus superficial dan terbatas di kulit
Derajat II Ulkus dalam mengenai tendo sampai kulit dan tulang
Derajat III Abses yang dalam dengan atau tanpa ostemoielitis
Dearjat IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal dengan atau tanpa
Derajat V selulitis
Gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai bawah

Gambar 6. Kaki diabetik derajat V

2.2 Faktor risiko

Pertama, berkurangnya sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) membuat pasien

tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak

dirasakannya. Luka timbul spontan sering disebabkan karena trauma misalnya

kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan

bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak

begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren.

Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi
tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi

terpaksa harus dilakukan amputasi (pemotongan tulang). 1

Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel

pembuluh darah. Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara

lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).

Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan

bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian

dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang

memerlukan tindakan amputasi. 1

Gangguan mikrosirkulasi akan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan

hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari

serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus

ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan mengalami infeksi akibat munculnya

lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena

kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri

anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik

mempunyai kekentalan (viskositas) yang tinggi. Sehingga aliran darah menjadi

melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan

luka sukar sembuh dan kuman anaerob berkembang biak. 1

Ketiga, berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi. Secara umum

penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel

darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula
darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi

normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena penyebaran

kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada borok akan

berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal,

ini yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat). 1

Faktor risiko demografis :

1. Usia, Semakin tua semakin berisiko

2. Jenis kelamin, Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis

kelamin tidak jelas – mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis

3. Etnik

Beberapa kelompok etnik secara signifikan berisiko lebih besar terhadap

komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku, psikologis,

atau berhubungan dengan status sosial ekonomi, atau transportasi menuju klinik

terdekat.

4. Situasi sosial, Hidup sendiri dua kali lebih tinggi

5. Ulserasi terdahulu (inilah faktor risiko paling utama dari ulkus)

6. Berat badan

7. Merokok

2.3 Patofisiologi
Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan dalam

timbulnya kaki diabetik adalah angiopati, neuropati dan infeksi.

a. Kaki Diabetik akibat angiopati / iskemia 3

Penderita hiperglikemia yang lama akan menyebabkan perubahan patologi

pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima “hiperplasia

membran basalis arteria”, oklusi (penyumbatan) arteria, dan hiperkeragulabilitas


atau abnormalitas tromborsit, sehingga menghantarkan pelekatan (adhesi) dan

pembekuan (agregasi).

Selain itu, hiperglikemia juga menyebabkan lekosit DM tidak normal

sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang terganggu. Demikian pula fungsi

fagositosis dan bakterisid intrasel menurun sehingga bila ada infeksi

mikroorganisme (bakteri), sukar untuk dimusnahkan oleh sistem plagositosis-

bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan

arteri, namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal. Menurut

kepustakaan, adanya peningakatan kadar fripronogen dan bertambahnya reaktivitas

trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi

darah menjadi lambat, dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding

arteria yang sudah kaku hingga akhirnya terjadi gangguan sirkulasi.

Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain berupa

penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi

pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari

tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang

menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang

memerlukan/tindakan amputasi.

Tanda-tanda dan gejala-gejala akibat penurunan aliran darah ke tungkai

meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat

istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial superior,
kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada

tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area yang terkena ketika

tungkai diam, atau berjuntai, dan pucat ketika kaki diangkat.

b. Kaki Diabetik akibat neuropati 3

Pasien diabetes mellitus sering mengalami neuropati perifer, terutama pada

pasien dengan gula darah yang tidak terkontrol.

Di samping itu, dari kasus ulkus/gangren diabetes, kaki DM 50% akan

mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk

berkembanguya bakteri patogen. Karena kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri

yang akan tumbuh subur terutama bakteri anaerob.

Neuropati diabetik dapat menyebabkan insensitivitas atau hilangnya

kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita

neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan

yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak

ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan

bahkan amputasi.

Secara klinis dijumpai parestesi, hiperestesi, nyeri radikuler, hilangnya reflek

tendon, hilangnya sensibilitas, anhidrosis, pembentukan kalus, ulkus tropik,

perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi
seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis

akan nampak adanya demineralisasi, osteolisis atau sendi Charcot.

Gambar 2. Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik

adalah bagian dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal.

Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh :

- Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma

- Macam, besar dan lamanya trauma

- Peranan jaringan lunak kaki

Neuropati perifer pada kaki akan menyebabkan terjadinya kerusakan saraf

baik saraf sensoris maupun otonom. Kerusakan sensoris akan menyebabkan

penurunan sensoris nyeri, panas dan raba sehingga penderita mudah terkena trauma

akibat keadaan kaki yang tidak sensitif ini. 3

Gangguan saraf otonom disini terutama diakibatkan oleh kerusakan serabut

saraf simpatis. Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan peningkatan aliran

darah, produksi keringat berkurang atau tidak ada, hilangnya tonus vaskuler. 3
Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan aliran darah

akan menyebabkan distensi vena-vena kaki dan peningkatan tekanan parsial

oksigen di vena. Dengan demikian peran saraf otonom terhadap timbulnya kaki

diabetik neuropati dapat disimpulkan sebagai berikut : neuropati otonom akan

menyebabkan produksi keringat berkurang, sehingga menyebabkan kulit penderita

akan mengalami dehidrasi serta menjadi kering dan pecah-pecah yang

memudahkan infeksi, dan selanjutnya timbulnya selullitis ulkus ataupun gangren.

Selain itu neuropati otonom akan mengakibatkan penurunan nutrisi jaringan

sehingga terjadi perubahn komposisi, fungsi dan keelastisitasannya sehingga daya

tahan jaringan lunak kaki akan menurun yang memudahkan terjadinya ulkus.

Gambar 3. Gangren jari kaki.

Distribusi tempat terjadinya kaki diabetik secara anatomik :3

- 50% ulkus pada ibu jari

- 30% pada ujung plantar metatarsal

- 10 – 15% pada dorsum kaki


- 5 – 10% pada pergelangan kaki

- Lebih dari 10% adalah ulkus multipel

c. Kaki diabetik akibat infeksi

Pada prinsipnya penderita diabetes melitus lebih rentan terhadap infeksi

daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah dalam kondisi serius

karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan diperhatikan penderita. 5

Faktor-faktor yang merupakan risiko timbulnya infeksi yaitu:

a. faktor imunologi

- produksi antibodi menurun

- peningkatan produksi steroid dari kelenjar adrenal

- daya fagositosis granulosit menurun

b. faktor metabolik

- hiperglikemia

- benda keton mengakibatkan asam laktat menurun daya bakterisidnya

- glikogen hepar dan kulit menurun

c. faktor angiopati diabetika

d. faktor neuropati

Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus telapak

kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam rongga

telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa ditemukan
infeksi kuman Gram positif, negatif dan anaerob. 5

2.4 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan penentuan tipe

angiopati dan neuropati berupa kelainan mikroangiopati atau makroangiopati, sifat

obstruksi, dan status vaskuler.2

Gangren diabetik akibat mikroangiopati disebut juga sebagai gangren panas

karena walaupun terjadi nekrosis, daerah akral akan tampak tetap merah dan terasa

hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. 2

Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah. Bila

sumbatan terjadi secara akut, emboli akan memberikan gejala klinis berupa 5P,

yaitu Pain, Paleness, Paresthesia, Pulselessness dan Paralisis dan bila terjadi

sumbatan secara kronis, akan timbul gambaran klinik menurut pola dari Fontaine,

yaitu Pada stadium I; asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau

geringgingan), stadium II; terjadi klaudikasio intermiten, stadium III; timbul nyeri

saat istirahat dan stadium IV; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia

(ulkus). 2

a. Pemeriksaan Fisik

Melakukan penilaian ulkus kaki merupakan hal yang sangat penting karena

berkaitan dengan keputusan dalam terapi. Pemeriksaan fisik diarahkan untuk

mendapatkan deskripsi karakter ulkus, menentukan ada tidaknya infeksi,

menentukan hal yang melatarbelakangi terjadinya ulkus (neuropati, obstruksi

vaskuler perifer, trauma atau deformitas), klasifikasi ulkus dan melakukan


pemeriksaan neuromuskular untuk menentukan ada/ tidaknya deformitas, adanya

pulsasi arteri tungkai dan pedis. 5

Deskripsi ulkus DM paling tidak harus meliputi; ukuran, kedalaman, bau,

bentuk dan lokasi. Penilaian ini digunakan untuk menilai kemajuan terapi. Pada

ulkus yang dilatarbelakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit

hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar tepatnya sekitar

kaput metatarsal I-III, lesi sering berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia

bersifat sianotik, gangren, kulit dingin dan lokasi tersering adalah di jari. Bentuk

ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada/tidak pus, eksudat, edema atau

kalus. Kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril. Probe dapat

membantu untuk menentukan adanya sinus, mengetahui ulkus melibatkan tendon,

tulang atau sendi. Berdasarkan penelitian Reiber, lokasi ulkus tersering adalah di

permukaan jari dorsal dan plantar (52%), daerah plantar (metatarsal dan tumit:

37%) dan daerah dorsum pedis (11%). 5

Sedangkan untuk menentukan faktor neuropati sebagai penyebab terjadinya

ulkus dapat digunakan pemeriksaan refleks sendi kaki, pemeriksaan sensoris,

pemeriksaan dengan garpu tala, atau dengan uji monofilamen. Uji monofilamen

merupakan pemeriksaan yang sangat sederhana dan cukup sensitif untuk

mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus karena telah mengalami

gangguan neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila

pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen. Bagian yang dilakukan

pemeriksaan monofilamen adalah di sisi plantar (area metatarsal, tumit dan dan di

antara metatarsal dan tumit) dan sisi dorsal. 5


Gangguan saraf otonom menimbulkan tanda klinis keringnya kulit pada sela-

sela jari dan cruris. Selain itu terdapat fisura dan kulit pecah-pecah, sehingga mudah

terluka dan kemudian mengalami infeksi. 5

Pemeriksaan pulsasi merupakan hal terpenting dalam pemeriksaan vaskuler

pada penderita penyakit oklusi arteri pada ekstremitas bagian bawah. Pulsasi arteri

femoralis, arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis posterior harus dinilai dan

kekuatannya di kategorikan sebagai aneurisma, normal, lemah atau hilang. Pada

umumnya jika pulsasi arteri tibialis posterior dan dorsalis pedis teraba normal,

perfusi pada level ini menggambarkan patensi aksial normal. Penderita dengan

claudicatio intermitten mempunyai gangguan arteri femoralis superfisialis, dan

karena itu meskipun teraba pulsasi pada lipat paha namun tidak didapatkan pulsasi

pada arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior. Penderita diabetik lebih sering

didapatkan menderita gangguan infra popliteal dan karena itu meskipun teraba
5
pulsasi pada arteri femoral dan poplitea tapi tidak didapatkan pulsasi distalnya.

Ankle brachial index (ABI) merupakan pemeriksaan non-invasif untuk

mengetahui adanya obstruksi di vaskuler perifer bawah. Pemeriksaan ABI sangat

murah, mudah dilakukan dan mempunyai sensitivitas yang cukup baik sebagai

marker adanya insufisiensi arterial. Pemeriksaan ABI dilakukan seperti kita

mengukur tekanan darah menggunakan manset tekanan darah, kemudian adanya

tekanan yang berasal dari arteri akan dideteksi oleh probe Doppler (pengganti

stetoskop). Dalam keadaan normal tekanan sistolik di tungkai bawah (ankle) sama

atau sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan darah sistolik lengan atas (brachial).

Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri di tungkai bawah maka akan terjadi
penurunan tekanan. ABI dihitung berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi

tekanan sistolik brachial. Dalam kondisi normal, harga normal dari ABI adalah

>0,9, ABI 0,71–0,90 terjadi iskemia ringan, ABI 0,41–0,70 telah terjadi obstruksi

vaskuler sedang, ABI 0,00–0,40 telah terjadi obstruksi vaskuler berat.5

Pasien diabetes melitus dan hemodialisis yang mempunyai lesi pada arteri kaki

bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh darah), maka ABI menunjukkan lebih

dari 1,2 sehingga angka ABI tersebut tidak menjadi petunjuk diagnosis. Pasien

dengan ABI kurang dari 0,5 dianjurkan operasi (misalnya amputasi) karena

prognosis buruk. Jika ABI >0,6 dapat diharapkan adanya manfaat dari terapi obat

dan latihan. 5

b. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk menegakkan diagnosis

secara pasti adalah dengan melakukan pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan

CBC (Complete Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hepar,

elektrolit. 5

Untuk menentukan patensi vaskuler dapat digunakan beberapa pemeriksaan

non invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah dijelaskan pada

pemeriksaan fisik. Pemeriksaan lainnya ialah transcutaneous oxygen tension

(TcP02), USG color Doppler atau menggunakan pemeriksaan invasif seperti;

digital subtraction angiography (DSA), magnetic resonance angiography (MRA)

atau computed tomography angoigraphy (CTA). 5

Apabila diagnosis adanya penyakit obstruksi vaskuler perifer masih diragukan,

atau apabila direncanakan akan dilakukan tindakan revaskularisasi maka


pemeriksaan digital subtraction angiography, CTA atau MRA perlu dikerjakan.

Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi obstruksi vaskuler perifer adalah DSA.

Pemeriksaan DSA perlu dilakukan bila intervensi endovascular menjadi pilihan

terapi. 5

Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk mengetahui

ada tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak gambaran destruksi tulang

dan osteolitik. 5

2.5 Tatalaksana

Pengobatan kelainan kaki diabetik terdiri dari penobatan umum yaitu

pengendalian diabetes dan pengobatan khusus yaitu penanganan terhadap kelainan

kaki.2

2.5.1 Umum

 Istirahat

Istirahat tempat tidur mutlak pada setiap penderita kelainan kaki diabetes.

Dengan berjalan akan memberi tekanan pada daerah ulkus dan merusak jaringan

fibroblas; sehingga akan menghalangi penyembuhan. Selain itu setiap tekanan pada

luka menciptakan kondisi iskemia pada daerah yang sakit dan sekitarnya sehingga

penyembuhan menjadi semakin sulit.

 Pengendalian Diabetes (dengan insulin)

Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan melakukan

manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena kebanyakan


pasien dengan kaki diabetik juga menderita malnutrisi, penyakit ginjal kronik, dan

infeksi kronis.

Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan

terjadinya berbagai komplikasi kronik diabetes, salah satu- nya adalah terjadinya

gangren diabetik. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,

diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah, paling sedikit dihambat.

Dalam mengelola diabetes mellitus langkah yang harus dilakukan adalah

pengelolaan non farmakologis, berupa perencanaan makanan dan kegiatan jasmani.

Baru kemudian kalau dengan langkah-langkah tersebut sasaran pengendalian diabetes

yang ditentukan belum tercapai, dilanjut-kan dengan langkah berikutnya, yaitu dengan

penggunaan obat atau pengelolaan farmakologis.

Perencanaan makanan pada penderita diabetes mellitus masih tetap merupakan

pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus, meskipun sudah

sedemikian majunya riset dibidang pengobatan diabetes dengan ditemukannya

berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir. Perencanaan makanan yang

memenuhi standar untuk diabetes umumnya berdasarkan dua hal, yaitu; a). Tinggi

karbohidrat, rendah lemak, tinggi serat, atau b). Tinggi karbohidrat, tinggi asam lemak

tidak jenuh berikatan tunggal.

Sarana pengendalian secara farmakologis pada penderita diabetes mellitus

dapat berupa ;

Pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

- Golongan Sulfonylurea

- Golongan Biguanid
- Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase

- Golongan Insulin Sensitizing

 Antibiotik

Setiap luka pada kaki membutuhkan antibiotik, walaupun demikian tidaklah

berarti pemberian antibiotik boleh dilakukan secara serampangan. Biakan kuman

mutlak harus dilakukan untuk mendapat jenis antibiotik yang sesuai. Dari pengalaman,

hampir setiap infeksi menghasilkan biakan kuman ganda. Dari salah satu penelitian di

New England Deaconess Hospital selalu ditemukan 3 kelompok kuman, yaitu: gram

positif coccus, gram negatif coccus dan kelompok anaerob. Dua kelompok kombinasi

yang dianggap baik yaitu kombinasi aminoglikosida, ampisilin dan klindamisin atau

sefalosporin dan kloramfenikol.

2.5.3 Khusus (pengendalian kaki)

A. Penanganan Ulkus 2

Ulkus pada kaki neuropati biasanya terjadi pada kalus yang tidak terawat

dengan baik. Kalus ini terbentuk karena rangsangan dari luar pada ujung jari atau

penekanan oleh ujung tulang. Nekrosis terjadi dibawah kalus yang kemudian

membentuk rongga berisi cairan serous dan bila pecah akan terjadi luka yang sering

diikuti oleh infeksi sekunder.

Penanganan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam beberapa tingkatan, yaitu;

 Tingkat 0 :

Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan

pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus
dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol

atau adanya deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan pengguna-an alas

kaki buatan umumnya memerlukan tindakan pemotongan tulang yang menonjol

 Tingkat I :

Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius,

perawatan lokal luka dan pengurangan beban.

 Tingkat II :

Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur, perawatan

lokal luka dan teknik pengurangan beban yang lebih berarti.

 Tingkat III :

Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi

sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai

dengan kultur.

 Tingkat IV :

Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi

seluruh kaki.

Debridemen

Debridemen berarti menggunakan alat untuk mengeluarkan sebanyak mungkin

jaringan nekrotik. Tindakan ini tidak hanya mengeluarkan jaringan tetapi juga

membuka jalur-jalur di sekitar nanah agar drainase menjadi baik. Setelah dibersihkan,

luka dapat dikompres dengan larutan Betadine (pengenceran 4 kali) atau larutan
Neomisin 1%. Kedua larutan ini baik sekali untuk luka bernanah. Pada luka yang

bernanah sangat banyak, sebaiknya dilakukan dua kali sehari. Sebaiknya jangan

merendam kaki yang sudah gangren, karena air hangat dapat menambah kebutuhan

metabolisme jaringan sehingga memperburuk iskemia.1

Amputasi

2.6 Prognosis

Menurut penelitian pada penderita kaki diabetik yang telah dilakukan amputasi

transtibial, dalam kurun waktu 2 tahun terdapat 36% penderita meninggal. 2

Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin

tua usia penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang

serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes mellitus, adanya infeksi

yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau

paramedis. 2
BAB III

KESIMPULAN

Penderita DM semakin meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun. Dengan

demikiran ancaman untuk terjadinya komplikasi pada kaki juga meningkat. Ulkus KD

merupakan komplikasi yang sering dijumpai pada penderita DM. terjadinya KD

meliputi multifaktorial yang saling terkait satu dengan yang lainnya dan berhubungan

dengan angiopati, neuropati, dan infeksi. Bila penanganan dan pengobatan yang

terlambat atau tidak tepat, lesi mudah terinfeksi yang akhirnya akan terjadi komplikasi

yang lebih berat, sehingga kemungkinan ancaman akan kehilangan anggota gerak lebih

besar. Untuk menjawab problema KD dapat dilakukan dengan pendekatan

multidisiplin, penyuluhan, perawatan kaki, penggunaan sepatu khusus, disebutkan

melalui edukasi yang baik dapat menurunkan kejadian amputasi sampai dengan 50%.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaki diabetik. Http://yumizone-wordpress.com/2008/12/01/kakidiabetik.

Diakses tanggal 5 April 2018

2. Ulkus diabetik. Http://medicom.blogdetik.com/2009/03/11/ulkusdiabetik-2.

Diakeses tanggal 5 April 2018

3. Diabetic foot. Http://yasirblogspot.com/2009/02/diabetic-foot-kaki-

diabetik.html. Diakses tanggal 5 April 2018

4. Waspadji Sarwono. Kaki diabetes dalam : Sudoyo Aru W dkk Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran UI : 2006 ; 1911

5. Kaki diabetik. Http://www/scribd.com/doc/28077611/ulkus-kaki-diabetik.

Diakses tanggal 5 April 2018

6. Waspadai komplikasi kaki diabetik.

Http://www.naturalindonesia.com/diabetes-millitus/artikel/tentang-

diabetes/450.html. Diakes tanggal 5 April 2018

7. Yuda Handayana. Ulkus Kaki Diabetik.

Http://www.dokteryudabedah.com/ulkus-kaki-diabetes. Diakses tanggal 5

April 2018

Anda mungkin juga menyukai