DIABETIK FOOT
Oleh:
MEUTHIA QUIN L.G.E /201410330311071
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
dengan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
dan hiperglikemia yang kronis akan menimbulkan kerusakan, disfungsi berbagai organ
dalam jangka panjang. DM sering disertai berbagai komplikasi jangka pendek maupun
mortalitas, dan penurunan kualitas hidup. Jumlah penderita DM di dunia tahun 1995
sebanyak 135 juta jiwa dan tahun 2005 diestimasikan menjadi 300 juta jiwa.
Kebanyakan kasus baru tersebut adalah DM tipe 2, dengan peningkatan jumlah kasus
42%, di Negara maju dan 170% di Negara sedang berkembang. Seiring dengan
peningkatan jumlah penderita DM, maka komplikasi yang terjadi juga semakin
meningkat, satu diantaranya adalah ulserasi yang mengenai tungkai bawah, dengan
atau tanpa infeksi dan menyebabkan kerusakan jaringan di bawahnya yang selanjutnya
membutuhkan biaya sangat mahal dan sering tidak terjangkau oleh kebanyakan
masyarakat umum. Ulkus memberikan kontribusi 85% terhadap tindakan amputasi non
traumatik pada ekstremitas bawah dan memiliki resiko amputasi 15-40 kali lebih sering
daripada tanpa diabetes. Diperkirakan 15% penderita diabetes akan mengalami KD
selama masa hidupnya dan 6 -20% diantaranya akan mengalami rawat inap rumah sakit
setiap tahunnya. Ulkus yang telah sembuh ternyata 70% akan berulang kembali dalam
tempo 5 tahun, dari 50% ulkus yang mengalami amputasi sebelumnya ternyata
Di Amerika Serikat saat ini tercatat sekitar 16 juta jiwa atau 5,2% dari total
komplikasi KD. Setiap tahunnya lebih dari 50.000 amputasi dilakukan pada tungkai
bawah yang membutuhkan biaya perawatan lebih dari US 1 milliar termasuk biaya
keja. Di Medan, Erman Fauzi, dkk, 1997 mendapatkan 30,3% pasien diabetes yang
dengan yang lainnya, berhubungan dengan penyakit pembuluh darah perifer, neuropati
dan infeksi. Penderita diabetes biasanya dating ke dokter atau rumah sakit dalam
penderita akan pentingnya mengenal /mengetahui gejala awal atau perawatan KD,
sehingga komplikasi berlanjut menjadi lebih berat yang akhirnya harus kehilangan
anggota gerak akibat amputasi. Pada makalah ini akan dibahas tentang patofisiologi
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui mengenai definisi,
1.3 Manfaat
penanganannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan
kerja insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin relatif atau absolut
dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan
Kaki diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang merupakan komplikasi
kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan
Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti penderita diabetes adalah kaki diabetik.
Komplikasi ini terjadi karena terjadinya kerusakan saraf, pasien tidak dapat
Derajat Lesi
Derajat 0 Tidak ada lesi terbuka, kulit utuh dan mungkin disertai
Derajat I kelainan bentuk kakiUlkus superficial dan terbatas di kulit
Derajat II Ulkus dalam mengenai tendo sampai kulit dan tulang
Derajat III Abses yang dalam dengan atau tanpa ostemoielitis
Dearjat IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal dengan atau tanpa
Derajat V selulitis
Gangren seluruh kaki dan sebagian tungkai bawah
tidak menyadari bahkan sering mengabaikan luka yang terjadi karena tidak
kemasukan pasir, tertusuk duri, lecet akibat pemakaian sepatu/sandal yang sempit dan
bahan yang keras. Mulanya hanya kecil, kemudian meluas dalam waktu yang tidak
begitu lama. Luka akan menjadi borok dan menimbulkan bau yang disebut gas gangren.
Jika tidak dilakukan perawatan akan sampai ke tulang yang mengakibatkan infeksi
tulang (osteomylitis). Upaya yang dilakukan untuk mencegah perluasan infeksi
Kedua, sirkulasi darah dan tungkai yang menurun dan kerusakan endotel
lain berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama).
Sering terjadi pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan
bagian distal dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian
dapat berkembang menjadi nekrosi/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang
hantaran oksigen pada serabut saraf yang kemudian menyebabkan degenarasi dari
serabut saraf. Keadaan ini akan mengakibatkan neuropati. Di samping itu, dari kasus
lingkungan gula darah yang subur untuk berkembanguya bakteri patogen. Karena
kekurangan suplai oksigen, bakteri-bakteri yang akan tumbuh subur terutama bakteri
anaerob. Hal ini karena plasma darah penderita diabetes yang tidak terkontrol baik
melambat. Akibatnya, nutrisi dan oksigen jaringan tidak cukup. Ini menyebabkan
penderita diabetes lebih rentan terhadap infeksi. Hal ini dikarenakan kemampuan sel
darah putih ‘memakan’ dan membunuh kuman berkurang pada kondisi kadar gula
darah (KGD) diatas 200 mg%. Kemampuan ini pulih kembali bila KGD menjadi
normal dan terkontrol baik. Infeksi ini harus dianggap serius karena penyebaran
kuman akan menambah persoalan baru pada borok. Kuman pada borok akan
berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran darah yang bisa berakibat fatal,
2. Jenis kelamin, Laki-laki dua kali lebih tinggi. Mekanisme perbedaan jenis
kelamin tidak jelas – mungkin dari perilaku, mungkin juga dari psikologis
3. Etnik
komplikasi kaki. Mekanismenya tidak jelas, bisa dari faktor perilaku, psikologis,
atau berhubungan dengan status sosial ekonomi, atau transportasi menuju klinik
terdekat.
6. Berat badan
7. Merokok
2.3 Patofisiologi
Dari faktor-faktor pencetus diatas faktor utama yang paling berperan dalam
pada pembuluh darah. Ini dapat menyebabkan penebalan tunika intima “hiperplasia
pembekuan (agregasi).
bakterisid intraseluler. Hal tersebut akan diperoleh lagi oleh tidak saja kekakuan
arteri, namun juga diperberat oleh rheologi darah yang tidak normal. Menurut
trombosit, akan menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer (yang utama). Sering terjadi
pada tungkai bawah (terutama kaki). Akibatnya, perfusi jaringan bagian distal dari
tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat berkembang
memerlukan/tindakan amputasi.
meliputi klaudikasi, nyeri yang terjadi pada telapak atau kaki depan pada saat
istirahat atau di malam hari, tidak ada denyut popliteal atau denyut tibial superior,
kulit menipis atau berkilat, atrofi jaringan lemak subkutan ,tidak ada rambut pada
tungkai dan kaki bawah, penebalan kuku, kemerahan pada area yang terkena ketika
mengalami infeksi akibat munculnya lingkungan gula darah yang subur untuk
kemampuan untuk merasakan nyeri, panas, dan dingin. Diabetes yang menderita
neuropati dapat berkembang menjadi luka, parut, lepuh, atau luka karena tekanan
yang tidak disadari akibat adanya insensitivitas. Apabila cedera kecil ini tidak
ditangani, maka akibatnya dapat terjadi komplikasi dan menyebabkan ulserasi dan
bahkan amputasi.
perubahan bentuk kaki karena atrofi otot ataupun perubahan tulang dan sendi
seperti Bunion, Hammer Toes (ibujari martil), dan Charcot Foot. Secara radiologis
adalah bagian dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal.
penurunan sensoris nyeri, panas dan raba sehingga penderita mudah terkena trauma
saraf simpatis. Gangguan saraf otonom ini akan mengakibatkan peningkatan aliran
darah, produksi keringat berkurang atau tidak ada, hilangnya tonus vaskuler. 3
Hilangnya tonus vaskuler disertai dengan adanya peningkatan aliran darah
oksigen di vena. Dengan demikian peran saraf otonom terhadap timbulnya kaki
tahan jaringan lunak kaki akan menurun yang memudahkan terjadinya ulkus.
daripada orang sehat. Keadaan infeksi sering ditemukan sudah dalam kondisi serius
karena gejala klinis yang tidak begitu dirasakan dan diperhatikan penderita. 5
a. faktor imunologi
b. faktor metabolik
- hiperglikemia
d. faktor neuropati
Beberapa bentuk infeksi kaki diabetik antara lain: infeksi pada ulkus telapak
kaki, selulitis atau flegmon non supuratif dorsum pedis dan abses dalam rongga
telapak kaki. Pada ulkus yang mengalami gangren atau ulkus gangrenosa ditemukan
infeksi kuman Gram positif, negatif dan anaerob. 5
2.4 Diagnosis
karena walaupun terjadi nekrosis, daerah akral akan tampak tetap merah dan terasa
hangat oleh peradangan dan biasanya teraba pulsasi arteri dibagian distal. 2
sumbatan terjadi secara akut, emboli akan memberikan gejala klinis berupa 5P,
yaitu Pain, Paleness, Paresthesia, Pulselessness dan Paralisis dan bila terjadi
sumbatan secara kronis, akan timbul gambaran klinik menurut pola dari Fontaine,
yaitu Pada stadium I; asimptomatis atau gejala tidak khas (semutan atau
geringgingan), stadium II; terjadi klaudikasio intermiten, stadium III; timbul nyeri
saat istirahat dan stadium IV; berupa manifestasi kerusakan jaringan karena anoksia
(ulkus). 2
a. Pemeriksaan Fisik
Melakukan penilaian ulkus kaki merupakan hal yang sangat penting karena
bentuk dan lokasi. Penilaian ini digunakan untuk menilai kemajuan terapi. Pada
ulkus yang dilatarbelakangi neuropati ulkus biasanya bersifat kering, fisura, kulit
hangat, kalus, warna kulit normal dan lokasi biasanya di plantar tepatnya sekitar
kaput metatarsal I-III, lesi sering berupa punch out. Sedangkan lesi akibat iskemia
bersifat sianotik, gangren, kulit dingin dan lokasi tersering adalah di jari. Bentuk
ulkus perlu digambarkan seperti; tepi, dasar, ada/tidak pus, eksudat, edema atau
kalus. Kedalaman ulkus perlu dinilai dengan bantuan probe steril. Probe dapat
tulang atau sendi. Berdasarkan penelitian Reiber, lokasi ulkus tersering adalah di
permukaan jari dorsal dan plantar (52%), daerah plantar (metatarsal dan tumit:
pemeriksaan dengan garpu tala, atau dengan uji monofilamen. Uji monofilamen
mendiagnosis pasien yang memiliki risiko terkena ulkus karena telah mengalami
gangguan neuropati sensoris perifer. Hasil tes dikatakan tidak normal apabila
pasien tidak dapat merasakan sentuhan nilon monofilamen. Bagian yang dilakukan
pemeriksaan monofilamen adalah di sisi plantar (area metatarsal, tumit dan dan di
sela jari dan cruris. Selain itu terdapat fisura dan kulit pecah-pecah, sehingga mudah
pada penderita penyakit oklusi arteri pada ekstremitas bagian bawah. Pulsasi arteri
femoralis, arteri poplitea, dorsalis pedis, tibialis posterior harus dinilai dan
umumnya jika pulsasi arteri tibialis posterior dan dorsalis pedis teraba normal,
perfusi pada level ini menggambarkan patensi aksial normal. Penderita dengan
karena itu meskipun teraba pulsasi pada lipat paha namun tidak didapatkan pulsasi
pada arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior. Penderita diabetik lebih sering
didapatkan menderita gangguan infra popliteal dan karena itu meskipun teraba
5
pulsasi pada arteri femoral dan poplitea tapi tidak didapatkan pulsasi distalnya.
murah, mudah dilakukan dan mempunyai sensitivitas yang cukup baik sebagai
tekanan yang berasal dari arteri akan dideteksi oleh probe Doppler (pengganti
stetoskop). Dalam keadaan normal tekanan sistolik di tungkai bawah (ankle) sama
atau sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan darah sistolik lengan atas (brachial).
Pada keadaan di mana terjadi stenosis arteri di tungkai bawah maka akan terjadi
penurunan tekanan. ABI dihitung berdasarkan rasio tekanan sistolik ankle dibagi
tekanan sistolik brachial. Dalam kondisi normal, harga normal dari ABI adalah
>0,9, ABI 0,71–0,90 terjadi iskemia ringan, ABI 0,41–0,70 telah terjadi obstruksi
Pasien diabetes melitus dan hemodialisis yang mempunyai lesi pada arteri kaki
bagian bawah, (karena kalsifikasi pembuluh darah), maka ABI menunjukkan lebih
dari 1,2 sehingga angka ABI tersebut tidak menjadi petunjuk diagnosis. Pasien
dengan ABI kurang dari 0,5 dianjurkan operasi (misalnya amputasi) karena
prognosis buruk. Jika ABI >0,6 dapat diharapkan adanya manfaat dari terapi obat
dan latihan. 5
b. Pemeriksaan Penunjang
CBC (Complete Blood Count), pemeriksaan gula darah, fungsi ginjal, fungsi hepar,
elektrolit. 5
non invasif seperti; (ankle brachial index/ ABI) yang sudah dijelaskan pada
Gold standard untuk diagnosis dan evaluasi obstruksi vaskuler perifer adalah DSA.
terapi. 5
Pemeriksaan foto polos radiologis pada pedis juga penting untuk mengetahui
ada tidaknya komplikasi osteomielitis. Pada foto tampak gambaran destruksi tulang
dan osteolitik. 5
2.5 Tatalaksana
kaki.2
2.5.1 Umum
Istirahat
Istirahat tempat tidur mutlak pada setiap penderita kelainan kaki diabetes.
Dengan berjalan akan memberi tekanan pada daerah ulkus dan merusak jaringan
fibroblas; sehingga akan menghalangi penyembuhan. Selain itu setiap tekanan pada
luka menciptakan kondisi iskemia pada daerah yang sakit dan sekitarnya sehingga
Langkah awal penanganan pasien dengan kaki diabetik adalah dengan melakukan
infeksi kronis.
Diabetes mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan
terjadinya berbagai komplikasi kronik diabetes, salah satu- nya adalah terjadinya
gangren diabetik. Jika kadar glukosa darah dapat selalu dikendalikan dengan baik,
diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah, paling sedikit dihambat.
yang ditentukan belum tercapai, dilanjut-kan dengan langkah berikutnya, yaitu dengan
berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir. Perencanaan makanan yang
memenuhi standar untuk diabetes umumnya berdasarkan dua hal, yaitu; a). Tinggi
karbohidrat, rendah lemak, tinggi serat, atau b). Tinggi karbohidrat, tinggi asam lemak
dapat berupa ;
- Golongan Sulfonylurea
- Golongan Biguanid
- Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase
Antibiotik
mutlak harus dilakukan untuk mendapat jenis antibiotik yang sesuai. Dari pengalaman,
hampir setiap infeksi menghasilkan biakan kuman ganda. Dari salah satu penelitian di
New England Deaconess Hospital selalu ditemukan 3 kelompok kuman, yaitu: gram
positif coccus, gram negatif coccus dan kelompok anaerob. Dua kelompok kombinasi
yang dianggap baik yaitu kombinasi aminoglikosida, ampisilin dan klindamisin atau
A. Penanganan Ulkus 2
Ulkus pada kaki neuropati biasanya terjadi pada kalus yang tidak terawat
dengan baik. Kalus ini terbentuk karena rangsangan dari luar pada ujung jari atau
penekanan oleh ujung tulang. Nekrosis terjadi dibawah kalus yang kemudian
membentuk rongga berisi cairan serous dan bila pecah akan terjadi luka yang sering
Tingkat 0 :
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan
pelengkap alas kaki yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus
dapat mengurangi tekanan yang terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol
atau adanya deformitas, biasanya tidak dapat hanya diatasi dengan pengguna-an alas
Tingkat I :
Tingkat II :
Tingkat III :
sebagian, imobilisasi yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai
dengan kultur.
Tingkat IV :
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi
seluruh kaki.
Debridemen
jaringan nekrotik. Tindakan ini tidak hanya mengeluarkan jaringan tetapi juga
membuka jalur-jalur di sekitar nanah agar drainase menjadi baik. Setelah dibersihkan,
luka dapat dikompres dengan larutan Betadine (pengenceran 4 kali) atau larutan
Neomisin 1%. Kedua larutan ini baik sekali untuk luka bernanah. Pada luka yang
bernanah sangat banyak, sebaiknya dilakukan dua kali sehari. Sebaiknya jangan
merendam kaki yang sudah gangren, karena air hangat dapat menambah kebutuhan
Amputasi
2.6 Prognosis
Menurut penelitian pada penderita kaki diabetik yang telah dilakukan amputasi
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin
tua usia penderita diabetes mellitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang
serius pada kaki dan tungkainya, lamanya menderita diabetes mellitus, adanya infeksi
yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau
paramedis. 2
BAB III
KESIMPULAN
demikiran ancaman untuk terjadinya komplikasi pada kaki juga meningkat. Ulkus KD
meliputi multifaktorial yang saling terkait satu dengan yang lainnya dan berhubungan
dengan angiopati, neuropati, dan infeksi. Bila penanganan dan pengobatan yang
terlambat atau tidak tepat, lesi mudah terinfeksi yang akhirnya akan terjadi komplikasi
yang lebih berat, sehingga kemungkinan ancaman akan kehilangan anggota gerak lebih
melalui edukasi yang baik dapat menurunkan kejadian amputasi sampai dengan 50%.
DAFTAR PUSTAKA
4. Waspadji Sarwono. Kaki diabetes dalam : Sudoyo Aru W dkk Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Http://www.naturalindonesia.com/diabetes-millitus/artikel/tentang-
April 2018