Anda di halaman 1dari 3

UU RI NO 1 TENTANG PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

Pasal 42

1. Rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah susun yang masih dalam tahap proses
pembangunan dapat dipasarkan melalui sistem perjanjian pendahuluan jual beli sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Perjanjian pendahuluan jual beli sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
memenuhi persyaratan kepastian atas:
a. status pemilikan tanah;
b. hal yang diperjanjikan;
c. kepemilikan izin mendirikan bangunan induk;
d. ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan
e. keterbangunan perumahan paling sedikit 20% (dua puluh persen).
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem perjanjian pendahuluan jual beli sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 45
Badan hukum yang melakukan pembangunan rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah susun
tidak boleh melakukan serah terima dan/atau menarik dana lebih dari 80% (delapan puluh persen)
dari pembeli, sebelum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2).

Pasal 89

1. Pemeliharaan prasarana, sarana, dan utilitas umum untuk perumahan, dan permukiman wajib
dilakukan oleh pemerintah daerah dan/atau setiap orang.
2. Pemeliharaan sarana dan utilitas umum untuk lingkungan hunian wajib dilakukan oleh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau badan hukum.
3. Pemeliharaan prasarana untuk kawasan permukiman wajib dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau badan hukum.

Pasal 103

1. Pengelolaan dilakukan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas perumahan dan


permukiman secara berkelanjutan.
2. Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.
3. Pengelolaan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat difasilitasi oleh
pemerintah daerah.

Pasal 134
Setiap orang dilarang menyelenggarakan pembangunan perumahan, yang tidak membangun
perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasana, sarana, dan utilitas umum yang
diperjanjikan.

Pasal 138
Badan hukum yang melakukan pembangunan rumah tunggal, rumah deret, dan/atau rumah susun
dilarang melakukan serah terima dan/atau menarik dana lebih dari 80% (delapan puluh persen) dari
pembeli sebelum memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 150

1. Setiap orang yang menyelenggarakan perumahan dan kawasan permukiman yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1), 29 ayat (1), Pasal 30 ayat
(2), Pasal 34 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 36 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 38 ayat (4), Pasal 45, Pasal
47 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), Pasal 49 ayat (2), Pasal 63, Pasal 71 ayat (1), Pasal 126 ayat (2),
Pasal 134, Pasal 135, Pasal 136, Pasal 137, Pasal 138, Pasal 139, Pasal 140, Pasal 141, Pasal 142,
Pasal 143, Pasal 144, Pasal 145, atau Pasal 146 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembatasan kegiatan pembangunan;
c. penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
d. penghentian sementara atau penghentian tetap pada pengelolaan perumahan;
e. penguasaan sementara oleh pemerintah (disegel);
f. kewajiban membongkar sendiri bangunan dalam jangka waktu tertentu;
g. pembatasan kegiatan usaha;
h. pembekuan izin mendirikan bangunan;
i. pencabutan izin mendirikan bangunan;
j. pembekuan/pencabutan surat bukti kepemilikan rumah;
k. perintah pembongkaran bangunan rumah;
l. pembekuan izin usaha;
m. pencabutan izin usaha;
n. pengawasan;
o. pembatalan izin;
p. kewajiban pemulihan fungsi lahan dalam jangka waktu tertentu;
q. pencabutan insentif;
r. pengenaan denda administratif; dan/atau
s. penutupan lokasi.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, besaran denda, tata cara, dan mekanisme pengenaan
sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

BAB XVI
KETENTUAN PIDANA

Pasal 151

1. Setiap orang yang menyelenggarakan pembangunan perumahan, yang tidak membangun


perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang diperjanjikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134, dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dijatuhi pidana tambahan
berupa membangun kembali perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan,
prasarana, sarana, dan utilitas umum yang diperjanjikan.
Pasal 155
Badan hukum yang dengan sengaja melakukan serah terima dan/atau menerima pembayaran lebih
dari 80% (delapan puluh persen) dari pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 138, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

Pasal 162

1. Dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), Badan
Hukum yang:
a. mengalihfungsikan prasarana, sarana, dan utilitas umum diluar fungsinya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 144;
b. menjual satuan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145 ayat (1); atau
c. membangun lisiba yang menjual kaveling tanah matang tanpa rumah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 146 ayat (1).
2. Selain pidana bagi badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengurus badan
hukum dapat dijatuhi pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun.

Pasal 163
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (1), Pasal 152, Pasal 153, Pasal 154,
Pasal 156, Pasal 157, Pasal 160, atau Pasal 161 dilakukan oleh badan hukum, maka selain pidana
penjara dan pidana denda terhadap pengurusnya, pidana dapat dijatuhkan terhadap badan hukum
berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda terhadap orang.

Anda mungkin juga menyukai