Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH AGAMA

BERPAKAIAN MENURUT SYARIAT ISLAM

Disusun oleh :

Muhammad Andhika D.P

X-7

SMA BPI 1 BANDUNG


JL. BURANGRANG NO.8
LENGKONG KOTA BANDUNG, JAWA BARAT
A. PENGANTAR

Pakaian adalah salah satu nikmat Allah Ta’ala. Allah jadikan manusia memiliki
pakaian-pakaian yang memberikan banyak maslahah untuk manusia.
Allah Ta’ala berfirman:

ً ‫س ْوآتِ ُك ْم َو ِري‬
‫شا‬ َ ‫اري‬ ً ‫يَا بَنِي آ َد َم قَ ْد أ َ ْنزَ ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم ِلبَا‬
ِ ‫سا ي َُو‬

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan” (QS. Al A’raf: 32)

Adapun Islam menganggap bahwa pakaian digunakan memiliki karakteristik yang


sangat jauh dari tujuan ekonomis apalagi yang mengarah pada pelecehan penciptaan
makhluk Allah. Karena itu di dalam Islam:

1. Pakaian dikenakan oleh seorang muslim maupun muslimah sebagai ungkapan


ketaatan dan ketundukan kepada Allah, karena itu berpakaian bagi seorang muslim
memiliki nilai ibadah. Karena itu dalam berpakaian iapun mengikuti aturan yang
ditetapkan Allah.

2. Kepribadian seseorang ditentukan semata-mata oleh aqliyahnya (bagaimana dia


menjadikan ide-ide tertentu untuk pandangan hidupnya) dan nafsiyahnya (dengan
tolok ukur apa dan seberapa banyak dia berbuat dalam memenuhi kebutuhan hidup
dan melampiaskan nalurinya).

3. Setiap manusia memiliki kedudukan yang sama, yang membedakan adalah


takwanya.

Melalui cara berpakaian yang Islami, sesungguhnya Allah juga berkehendak


memuliakan manusia sebagai makhluk yang memang telah Allah ciptakan sebagai
makhluk yang mulia. Sebaliknya dengan tidak mengikuti cara berpakaian sesuai yang
dikehendaki Allah, menyebabkan kedudukan manusia jatuh.

Walhasil seorang muslim dan muslimah wajib mengetahui aturan berpakaian agar
dalam berpakaian dan berpenampilan ia akan mendapatkan ridha Allah, bukan
sebaliknya mendapatkan murka Allah.
B. ADAB UMUM DALAM BERPAKAIAN
1. Gunakan pakaian yang halal

Hendaknya pakaian yang digunakan halal bahannya, juga halal cara


mendapatkannya serta halal harta yang digunakan untuk mendapatkan pakaian
tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

‫س ُل أَيُّ َها ا‬ ُّ ‫ت ِمنَ ُكلُوا‬


ُ ‫الر‬ َّ ‫صا ِل ًحا َوا ْع َملُوا‬
ِ ‫الطيِِّبَا‬ َ ، ‫ع ِليم ت َ ْع َملُونَ ِب َما إِنِِّي‬ َ {‫ِم ْن ُكلُوا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬
َ } ‫وقَا َل‬:
‫ت‬
ِ ‫طيِِّبَا‬ َ ‫الر ُج َل ذَك ََر ث ُ َّم‬
َ ‫}رزَ ْقنَا ُك ْم َما‬ َّ ‫سف ََر ي ُِطي ُل‬َّ ‫ث ال‬ َ َ
َ َ‫أ ْغبَ َر أ ْشع‬، ‫اء إِلَى يَ َد ْي ِه يَ ُم ُّد‬
ِ ‫س َم‬
َّ ‫ال‬، ‫ب يَا‬
ِ ِّ ‫ر‬،
َ ‫ب يَا‬ ِ ِّ ‫ر‬،
َ ُ‫طعَ ُمه‬ْ ‫َو َم‬
‫ َح َرام‬، ُ‫ َح َرام َو َم ْش َربُه‬، ُ‫سه‬ ُ َ‫ َح َرام َو َم ْلب‬، ‫ِي‬ ُ ‫بِ ْال َح َر ِام َو‬، ‫اب فَأَنَّى‬
َ ‫غذ‬ ُ ‫ِلذَلِكَ ؟ يُ ْست َ َج‬

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik.
Sesungguhnya apa yang Allah perintahkan kepada orang mukmin itu sama
sebagaimana yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai
para Rasul, makanlah makanan yang baik dan kerjakanlah amalan shalih’ (QS. Al
Mu’min: 51). Alla Ta’ala berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah
makanan yang baik yang telah Kami berikan kepadamu’ (QS. Al Baqarah: 172). Lalu
Nabi menyebutkan cerita seorang lelaki yang telah menempuh perjalanan panjang,
hingga sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Ia menengadahkan tangannya ke
langit dan berkata: ‘Wahai Rabb-ku.. Wahai Rabb-ku..’ padahal makanannya haram,
minumannya haram, pakaiannya haram, dan ia diberi makan dari yang haram.
Bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim no 1015).

2. Tidak menyerupai lawan jenis

Tidak diperbolehkan menyerupai lawan jenis dalam bertingkah-laku, berkata-kata,


dan dalam semua perkara demikian juga dalam hal berpakaian. Laki-laki tidak boleh
menyerupai wanita, demikian juga sebaliknya.

3. Memulai dari sebelah kanan

Hendaknya memulai memakai pakaian dari sebelah kanan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu
’anha, ia berkata:

‫ور ِه فِي شَأ ْ ِن ِه ُك ِلِّ ِه‬ ُ ‫سلَّ َم َكانَ يُ ْع ِجبُه ُ التَّيَ ُّم ُن فِي تَنَعُّ ِل ِه َوت ََر ُّج ِل ِه َو‬
ِ ‫ط ُه‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ِ‫أ َ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam membiasakan diri mendahulukan yang kanan


dalam memakai sandal, menyisir, bersuci dan dalam setiap urusannya” (HR. Bukhari
no. 168).
4. Tidak menyerupai pakaian orang kafir

Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda:

‫من تشبه بقوم فهو منهم‬

“Orang yang menyerupai suatu kaum, seolah ia bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu
Daud, 4031, di hasankan oleh Ibnu Hajar di Fathul Bari, 10/282, di shahihkan oleh
Ahmad Syakir di ‘Umdatut Tafsir, 1/152).

Disebut menyerupai orang kafir jika suatu pakaian menjadi ciri khas orang kafir.
Adapun pakaian yang sudah menjadi budaya keumuman orang, tidak menjadi ciri
khas orang kafir, maka tidak disebut menyerupai orang kafir walaupun berasal dari
orang kafir.

5. Bukan merupakan pakaian ketenaran

Hendaknya pakaian yang digunakan bukan pakaian yang termasuk libas syuhrah.
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:

‫ب َمذَلَّ ٍة يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة‬


َ ‫َّللاُ ث َ ْو‬ َ َ‫ش ْه َرةٍ فِي ال ُّد ْنيَا أ َ ْلب‬
َّ ُ‫سه‬ َ ِ‫َم ْن لَب‬
َ ‫س ث َ ْو‬
ُ ‫ب‬

“Siapa yang memakai pakaian syuhrah di dunia, maka Allah akan memberinya
pakaian hina pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud no.4029, An An Nasai dalam Sunan
Al-Kubra no,9560, dan dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.2089).

6. Doa memakai pakaian

Hendaknya ketika memakai pakaian membaca doa berikut:

‫قُ َّو ٍة‬ َ‫َوال‬ ‫ِمنِِّى‬ ‫َح ْو ٍل‬ َ


‫غي ِْر‬ ‫ِم ْن‬ ‫َو َرزَ َقنِي ِه‬ َ ‫الث َّ ْو‬
‫ب‬ ‫َه َذا‬ َ ‫َك‬
‫سانِى‬ ‫ا َّلذِى‬ ِ ‫ِ ََّلِل‬ ‫ْال َح ْم ُد‬
Alhamdulillahilladzi kasaaniy hadzats tsauba wa rozaqonihi min ghoiri hawlin minniy
wa laa quwwah

“Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian ini kepadaku sebagai rezeki
dari-Nya tanpa daya dan kekuatan dariku. (HR. Abu Daud no. 4023. Dihasankan Al
Albani dalam Shahih Abi Daud).
C. ADAB BERPAKAIAN MUSLIMAH (WANITA)
1. Menutup aurat wanita

Allah Ta’ala berfirman:

َ َ‫آء ْال ُمؤْ ِمنِينَ يُ ْدنِين‬


َ‫علَ ْي ِه َّن ِمن َجالَبِيبِ ِه َّن ذَلِكَ أ َ ْدنَى أَن يُ ْع َر ْفنَ فَالَ يُؤْ ذَيْن‬ ِ ‫س‬ ُّ ِ‫يَآأَيُّ َها النَّب‬
ِ ‫ي قُل أل َ ْز َو‬
َ ِ‫اجكَ َوبَنَاتِكَ َون‬
‫ورا َّر ِحي ًما‬ً ُ‫غف‬َ ُ‫َو َكانَ هللا‬

“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri


orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.”
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al
Ahzab: 59).

2. Tidak berfungsi sebagai perhiasan

Busana wanita Muslimah hendaknya tidak menjadi perhiasan, yang memperindah


wanita yang memakainya di depan para lelaki, sehingga menimbulkan fitnah bagi
mereka. Allah Ta’ala berfirman:

‫َو َال يُ ْبدِينَ ِزينَت َ ُه َّن‬

“Janganlah mereka menampakan perhiasan mereka.” (QS. An-Nur:31).

Al Lajnah Ad Daimah lil Buhuts wal Ifta’ ditanya: “Bolehkah wanita menggunakan
busana yang bercorak-corak?”. Mereka menjawab:

‫ وقد يعرضها‬،‫ ويفتنهم عن دينهم‬،‫ال يجوز للمرأة أن تخرج بثوب مزخرف يلفت األنظار؛ ألن ذلك مما يغري بها الرجال‬
‫النتهاك حرمتها‬

“Tidak diperbolehkan wanita menggunakan busana yang bercorak yang bisa


membuat mata lelaki tertarik. Karena busana demikian diantara yang bisa membuat
lelaki tergoda dan terfitnah. Dan terkadang membuat seorang wanita dilanggar
kehormatannya”.

3. Kainnya tebal tidak tipis dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh

Busana Muslimah hendaknya tebal dan tidak tipis serta tidak memperlihatkan lekuk-
lekuk tubuh. Para ulama menjelaskan [wanita yang berpakaian tapi telanjang] adalah
wanita yang menggunakan pakaian yang pendek yang tidak menutupi aurat.
Sebagian ulama menafsirkan, mereka yang menggunakan pakaian yang tipis yang
tidak menghalangi terlihatnya apa yang ada di baliknya yaitu kulit wanita. Sebagian
ulama menafsirkan, mereka yang menggunakan pakaian yang ketat, ia menutupi
aurat namun memperlihatkan lekuk tubuh wanita yang memfitnah.
4. Tidak diberi pewangi atau parfum

Wanita tidak boleh memakai parfum atau wewangian yang bisa tercium oleh para
lelaki. Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫ي زَ انِيَة‬ ِ ‫علَى قَ ْو ٍم ِليَ ِجدُوا ِم ْن ِر‬


َ ‫يح َها فَ ِه‬ ْ ‫ت فَ َم َّر‬
َ ‫ت‬ َ ‫أَيُّ َما ا ْم َرأَةٍ ا ْست َ ْع‬
ْ ‫ط َر‬

“Perempuan mana saja yang mengenakan wewangian lalu melewati sekumpulan


laki-laki, sehingga mereka mencium wangi harumnya maka ia adalah seorang
pezina.” (HR. Abu Daud no.4173, Tirmidzi no. 2786. Dishahihkan Al-Albani dalam
Shahihul Jami’ no.323).

5. Lebar dan longgar

Dari Ummu ‘Athiyyah radhiyallahu ’anha, ia mengatakan:

‫أمرنا رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أن نخرج ذو ات الخدور يوم العيد قيل فالحيض قال ليشهدن الخير ودعوة المسلمين‬
‫قال فقالت امرأة يا رسول هللا إن لم يكن إلحداهن ثوب كيف تصنع قال تلبسها صاحبتها طائفة من ثوبها‬

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan wanita yang dipingit (juga


wanita yang haid) pada hari Ied, untuk menyaksikan kebaikan dan seruan kaum
muslimin. Kemudian seorang wanita berkata: ‘Wahai Rasulullah jika diantara kami
ada yang tidak memiliki pakaian, lalu bagaimana?’. Rasulullah bersabda:
‘Hendaknya temannya memakaikan sebagian pakaiannya‘” (HR. Abu Daud,
no.1136. Dishahihkan Al Albani di Shahih Abi Daud).

Faidah hadits ini, jilbab wanita muslimah itu semestinya lebar. Sebagaimana kata
Syaikh Ibnu Jibriin rahimahullah:

‫فهو يدل على أن الجلباب رداء واسع قد يستر المرأتين جميعًا‬

“Hadits ini menunjukkan bahwa jilbab itu berupa rida’ yang lebar, saking lebarnya
terkadang bisa cukup untuk menutupi dua orang wanita sekaligus”.
D. ADAB BERPAKAIAN MUSLIM (PRIA)

1. Menutup aurat

Dan batasan aurat lelaki adalah dari pusar hingga lutut. Berdasarkan hadits:

ِ‫الركبتين من العورة‬
ِ َ‫أسف ِل الس َُّّرةِ وفوق‬

“Yang dibawah pusar dan di atas kedua lutut adalah aurat” (HR. Al Baihaqi, 3362,
Ad Daruquthni 1/231, dan yang lainnya).

Namun demikian isinya diamalkan oleh para ulama. Bahkan Al Albani mengatakan:

‫ بل عللها تدور‬، ‫ ألنه ليس فيهم متهم‬، ً ‫ فإن بعضها يقوي بعضا‬.… ‫وهي وإن كانت أسانيدها كلها ال تخلو من ضعف‬
‫ فمثلها مما يطمئن القلب لصحة الحديث المروي بها‬، ‫بين االضطراب والجهالة والضعف المحتمل‬

“Hadits-hadits tentang batasan aurat ini walaupun semuanya tidak lepas dari
kelemahan, namun sebagiannya menguatkan sebagian yang lain. Karena di
dalamnya tidak ada perawi yang muttaham (tertuduh pendusta). Bahkan cacat yang
ada hanya seputar idhthirab, jahalah dan kelemahan yang muhtamal. Maka hadits-
hadits yang semisal ini termasuk hadits yang menenangkan hati untuk dikatakan
hadits yang shahih” (Irwaul Ghalil, 1/297).

Maka lelaki tidak boleh menggunakan celana pendek yang memperlihatkan bagian
pahanya.

2. Tidak memakai emas

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi


Wasallam bersabda:

‫ذكورها‬
ِ ‫ و ُح ِ ِّرم على‬،‫ث أُمتي‬
ِ ‫والحرير إلنا‬
ُ ُ‫أُح َّل الذهب‬

“Dihalalkan emas dan sutra bagi wanita dari kalangan umatku, dan diharamkan bagi
kaum laki-lakinya” (HR. An Nasa’i no. 5163, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An
Nasa’i).

Maka tidak diperbolehkan lelaki menggunakan emas dalam bentuk apapun, baik
cincin, kancing baju, pakaian berbahan emas, bagde, atau semisalnya.
3. Tidak memakai sutra

Laki-laki Muslim dilarang menggunakan pakaian dari sutra. Dari Abu Sa’id Al
Khudri radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

‫وإن دخَل الجنَّةَ لبِسه أه ُل الجنَّ ِة ولم يلبَسْه هو‬


ْ ِ‫الحرير في الدُّنيا لم يلبَسْه في اآلخرة‬
َ ‫َمن لبِس‬

“Barangsiapa yang memakai pakaian dari sutra di dunia, dia tidak akan memakainya
di akhirat. Walaupun ia masuk surga dan penduduk surga yang lain memakainya,
namun ia tidak memakainya” (HR. Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, no. 5437,
dishahihkan oleh Al Aini dalam Nukhabul Afkar 13/277).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan kelonggaran bagi laki-laki untuk


menggunakan sutra dalam pengobatan. Dari Anas bin
Malik radhiyallahu’anhu beliau berkata:

ِ ‫الر ْح َم ِن فِي لُب ِْس ْال َح ِر‬


‫ير ِل ِح َّك ٍة بِ ِه َما‬ َّ ‫ع ْب ِد‬ ُّ ‫سلَّ َم ِل‬
َ ‫لزبَي ِْر َو‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ي‬ َ ‫َر َّخ‬
ُّ ِ‫ص النَّب‬

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memberikan kelonggaran untuk Zubair dan


Abdurrahman untuk memakai sutra karena penyakit gatal yang mereka derita” (HR.
Bukhari no. 5839, Muslim no. 2076).

Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan:

‫َت بِ ِه ِعلَّة يُ َخ ِفِّف َها لُبْس ْال َح ِرير‬


ْ ‫علَى أ َ َّن النَّ ْهي َع ْن لُبْس ْال َح ِرير َال يَ ْد ُخل فِي ِه َم ْن كَان‬
َ ‫ فِي ِه َد َاللَة‬: ‫ي‬ َّ ‫قَا َل ال‬
ُّ ‫طبَ ِر‬

“Ath Thabari menjelaskan: dalam hadits ini terdapat dalil bahwa larangan
menggunakan sutra tidak termasuk di dalamnya orang yang memiliki penyakit yang
bisa diringankan dengam memakai sutra” (Fathul Baari, 16/400).
4. Hendaknya tidak isbal

Isbal artinya menggunakan pakaian yang panjangnya melebihi mata kaki, baik itu
celana, sarung, jubah dan semisalnya. Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ما أسفل من الكعبين من اإلزار ففي النار‬

“Kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya adalah neraka” (HR. Bukhari
no.5787).

Beliau juga bersabda:

ً‫ال ينظر هللا يوم القيامة إلى من جر إزاره بطرا‬

“Pada hari Kiamat nanti Allah tidak akan memandang orang yang menyeret kainnya
karena sombong” (HR. Bukhari no.5788)

Jumhur ulama berpendapat bahwa jika isbal bukan karena sombong, maka tidak
haram. Namun semua ulama sepakat, bahwa menjauhi isbal itu lebih baik dan lebih
bertaqwa.

Dan pendapatt yang rajih, isbal itu hukumnya haram meskipun tanpa bermaksud
sombong. Karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengingkari para sahabat
yang isbal walaupun alasannya bukan untuk sombong. Dari Asy Syarid ia berkata,

َ‫َّللا‬
َّ ‫ق‬ ِ َّ ‫ َوات‬، َ‫ارك‬ ْ ” : ‫ فَقَا َل‬، ‫ ه َْر َو َل‬: ‫ع إِلَ ْي ِه أ َ ْو‬
َ َ‫ارفَ ْع إِز‬ َ ‫ فَأَس َْر‬، ُ‫اره‬ َ َ‫سلَّ َم َر ُج ًال يَ ُج ُّر إِز‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ ‫َّللا‬ َّ ‫سو ُل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ص َر َر‬ َ ‫” أ َ ْب‬
، َ‫ي ذَلِك‬ َ ‫ فَ َما ُر ِئ‬، ” ‫سن‬ َ ‫ع َّز َو َج َّل َح‬
َ ِ‫َّللا‬ ِ ‫ فَإ ِ َّن ُك َّل َخ ْل‬، َ‫ارك‬
َّ ‫ق‬ َ َ‫ارفَ ْع إِز‬ْ ” : ‫ فَقَا َل‬، ‫َاي‬ َ ‫طكُّ ُر ْكبَت‬ َ ‫ص‬
ْ َ‫ ت‬، ‫َف‬ُ ‫ إِنِِّي أَحْ ن‬: ‫قَا َل‬
‫ساقَ ْي ِه‬َ ‫اف‬ ِ ‫ص‬ َ َ َ
َ ‫ إِلى أ ْن‬: ‫ أ ْو‬، ‫ساقَ ْي ِه‬َ ‫اف‬ َ ‫ص‬ َ
َ ‫ُصيبُ أ ْن‬ ِ ‫اره ُ ي‬ َّ
ُ َ‫الر ُج ُل بَ ْع ُد إِال إِز‬
َّ

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam melihat seorang laki-laki yang pakaiannya


terseret sampai ke tanah, kemudian Rasulullah bersegera (atau berlari)
mengejarnya. Kemudian beliau bersabda:

“angkat pakaianmu, dan bertaqwalah kepada Allah“. Lelaki itu berkata: “kaki saya
bengkok, lutut saya tidak stabil ketika berjalan”. Nabi bersabda: “angkat pakaianmu,
sesungguhnya semua ciptaan Allah Azza Wa Jalla itu baik”.

Sejak itu tidaklah lelaki tersebut terlihat kecuali pasti kainnya di atas pertengahan
betis, atau di pertengahan betis” (HR. Ahmad mencatat sebuah riwayat
dalam Musnad-nya [4 / 390], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah,
3/427).
E. MANFAAT DAN HIKMAH BERPAKAIAN SESUAI SYARIAT
ISLAM
1. Seseorang yang berpakaian islami akan terjaga kehormatannya.
2. Terjaga dari perilaku menyimpang.
3. “ Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menjaga pandangan
nya.” (Q.S An-Nur : 31)
4. Terhindar dari penyakit tertentu.
5. Terhindar dari azab Allah SWT.

F. PENUTUP
Hendak nya karena kita sebagai orang muslim harus berpakaian yang menutup aurat
dan yang sesuai dengan syariat islam itu sendiri.Karena kita sebagai penganut maka
kita harus melakukan ajaran yang kita anut yaitu ajaran Islam.
Ajaran untuk menutup aurat itu semata-mata untuk kepentingan penganutnya
terutama kaum hawa. Selain itu beerpakaian yang sopan juga akan bisa membuat
kedamaian karena tidak akan terjadi saling cela. Seperti yang tertuang dalam
firmanNya : Surat Al A’raf untuk menutup aurat dan menghindarkan manusia dari
zalim terhadap dirinya dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai