Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

DISTRES PADA REMAJA

Disusun oleh :
Fanny Alfionita
1865050004

Dokter Pembimbing :
dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ
dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ
dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked(KJ), Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
PERIODE1 APRIL 2019 – 4 MEI 2019
RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT CIBUBUR
JAKARTA
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Distress pada
Remaja’’ sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan stase Kepaniteraan Ilmu
Kedokteran Jiwa pada Program Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-
pihak yang sudah banyak membantu dalam proses pembuatan makalah ini yaitu:
1. dr. Gerald Mario Semen, Sp.KJ. (K), S.H. selaku dokter pembimbing yang
telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam mengikuti
kepaniteraan ilmu kedokteran jiwa.
2. dr. Imelda Wijaya, Sp.KJ. selaku dokter pembimbing yang telah menyediakan
waktu dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan case report
ini.
3. dr. Herny Taruli Tambunan, M.Ked.(KJ), Sp.KJselaku dokter pembimbing
yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan dalam
mengikuti kepaniteraan ilmu kedokteran jiwa.
4. Para staf, seluruh karyawan, dan perawat yang telah banyak membantu dan
banyak memberikan saran-saran yang berguna bagi penulis dalam menjalani
kepaniteraan di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
5. Orang tua, keluarga terdekat dan teman sejawat yang telah memberikan doa
dan semangatnya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna
serta masih terdapat banyak kekurangan. Penulis mohon maaf sebesar-besarnya
bila ada kekurangan dan kesalahan.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan pembaca.

ii
Jakarta, April 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
2.1. Definisi..................................................................................... 2
2.2. Penggolongan stres .................................................................. 2
2.3. Stresor ...................................................................................... 3
2.4. Aspek-aspek stres .................................................................... 4
2.5. Faktor-faktor stres .................................................................... 4
2.6. Strategi menghadapi stres ........................................................ 6
2.7. Management stres………………………………………………8
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 1

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.


Memasuki masa remaja berarti memasuki masa ‘’stress and strain’’. Pada masa ini
perubahan menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari. Perubahan-perubahan pada
remaja berlangsung secara berkesinambungan dan ditandai dengan adanya perubahan
dalam aspek biologis, kognitif, psikologis, social serta moral dan spiritual.1
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Walker (2002) di Amerika terhadap 60
orang remaja mengungkapkan bahwa penyebab utama stress dan masalah yang ada
pada remaja berasal dari hubungan dengan teman dan keluarga, tekanan serta harapan
dari diri sendiri dan orang lain, tekanan di sekolah oleh guru dan pekerjaan rumah,
tekanan ekonomi dan tragedi yang ada dalam kehidupan mereka, misalnya kematian,
perceraian orang tua dan penyakit yang dideritanya atau anggota keluarga.2
Stress adalah suatu keadaan ketika beban yang dirasakan seseorang tidak
sebanding dengan kemampuan mengatasi beban itu. Stress bersifat individual dan
dapat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu
dengan beban yang dirasakan.3
Kejadian stres masih tinggi dan sangat bervariasi pada berbagai kelompok di
Indonesia. Hasil Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa
11,6% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan mental
emosional. Pada Riskesdas 2013, angka tersubut menunjukan penurunan menjadi 6
%.4,5
stres bisa berdampak positif (eustress) atau negative (distress). Stres bisa
berdampak positif ketika tekanan itu tidak melebihi toleransi stresnya atau tidak
melebihi kemampuan dan kapasitas dirinya. Dampak negatif dari stres bisa berupa
sulit memusatkan perhatian (konsentrasi) menurunnya minat terhadap hal-hal yang

1
biasa ia kerjakan, menurunnya motivasi bahkan memengaruhi perilaku menjadi
kurang adaptif.6
distress merupakan sebuah keadaan subjektif yang tidak menyenangkan.
Distress memiliki dua bentuk utama, yaitu depresi dan kecemasan. Depresi sendiri
dapat digambarkan sebagai keadaan dimana seorang individu senantiasa merasa
sedih, tidak memiliki semangat, merasa kesepian, putus asa, tidak bahagia. Sementara
itu kecemasan sendiri memiliki ciri adanya ketegangan, kekhwatiran, mudah marah,
dan ketakutan. 7

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Menurut Lazarus dan Folkman (1984), stres berkaitan erat dengan
interaksi manusia dan lingkungan, karenanya stress bisa dipahami sebagai
hubungan atau interaksi antara individu dengan lingkungan yang dihayati
sebagai beban atau dirasakan melebihi kekuatannya.8
Menurut Fadillah, (2013), stres bisa berupa tuntutan dari eksternal
yang dihadapi seseorang yang kenyataannya memang membahayakan atau
menimbulkan permasalahan. Stres juga bisa dipahami sebagai tekanan,
ketergangan atau gangguan yang bersumber dari eksternal dan dirasakan tidak
menyenangkan.9

2.2. Sejarah

Sekitar awal abad keempat belas, istilah stress ditemukan, namun


pengertiannya masih pada “kesulitan atau penderitaan yang begitu berat”.
Istilah stres tersebut pun masih berdasarkan penekanan yang belum secara
sistematis. Kemudian pada abad kedelapan belas hingga awal abad
kesembilan belas, kata stres dipahami sebagai kekuatan, tekanan, ketegangan
atau usaha yang kuat diberikan pada sebuah objek material atau pada
seseorang "organ atau kekuatan mental” Pada abad kesembilan belas, istilah
stres mulai digunakan dalam ilmu kesehatan dan sosial. Namun istilah stres
baru dikaitkan pada kondisi manusia di bidang kajian-kajian ilmiah semajak
tahun 1930. Kemudian selama abad kesembilan belas hingga abad kedua
puluh, istilah stres dan tekanan pun mulai dikosep sebagai penyebab
permasalahan dalam kesehatan secara fisik maupun psikologis.8

3
2.3 Penggolongan stress
Para peneliti membedakan antara stres yang merugikan atau merusak
yang disebut sebagai distress dan stres yang menguntungkan atau membangun,
yang disebut sebagai eustress.
a. Eustres (stress positif)
Eustress merupakan situasi atau kondisi apapun yang dapat memberikan
inspirasi dan memberikan motivasi untuk bertindak positif. Biasanya situasi
yang termasuk dalam situasi yang membangkitkan semangat individu untuk
bertingkah laku secara positif dan mengoptimalkan seluruh fungsi fisik dan
psikisnya. Situasi ini dimasukkan ke dalam stres, karena menimbulkan reaksi
fisik dan psikologis yang sama, dengan peningkatan hormon dari kelenjar
adrenalin dan adanya gejolak emosi. Dapat dikatakan bahwa stres yang baik
berasal dari situasi yang dapat dikendalikan.10
b. Distress (stress negative)
Distress adalah stres yang berlawanan dengan eustress, yaitu tidak sehat,
negatif, dan merusak. Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti tingkat ketidakhadiran yang tinggi, sulit berkonsentrasi,
sulit menerima hasil yang didapat. Stres buruk ini banyak dibahas oleh para
ahli karena dampaknya yang begitu besar terhadap kehidupan individu.
Distress atau stres negatif ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. stres akut. muncul cukup kuat, tapi menghilang dengan cepat. Misalnya
ketika mendapat tekanan atau ancaman dari orang lain, atau ketika
terlambat ke tempat kuliah dan lain-lain.
2. stres kronis. kemunculannya tidak terlalu kuat, tapi bisa bertahan lama
sampai berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Stres ini
apabila berulangulang terjadi pada diri kita maka kesehatan tubuh dan
produktivitas akan terpengaruh. Inti dari stres ini yaitu dapat
menyebabkan kesakitan baik itu secara mental, spiritual, dan lain
sebagainya.10

4
Dampak negatif stres (distress) bisa dirasakan oleh siswa ketika stres
tersebut melebihi kemampuan mereka untuk berurusan dengannya. Secara
khusus, stres bisa berdampak negatif terhadap kondisi belajar dan kemampuan
kognitif siswa. Penelitian Stallman (2010) yang melibatkan 6.479 siswa di
Australia mengungkapkan bahwa distress berkaitan dengan ketidakmampuan
dan penurunan prestasi akademik pada siswa
Palmer (2013) juga melakukan penelitian kepada sejumlah siswa di
wilayah New York Metropolitan, Amerika Serikat. Hasil penelitian Palmer
mengungkapkan bahwa ada hubungan negatif antara fatique (kelelahan) dan
stres siswa. Dengan adanya hubungan kelelahan dan stress siswa, maka
terdapat juga pengaruh yang negatif terhadap proses belajar dan kemampuan
kognitif para siswa.

2.4. Etiologi
Stress dapat terjadi karena terdapat suatu perubahan dalam ruang
lingkup pekerjaan, tanggung jawab, pengambilan keputusan, tempat tinggal,
hubungan pribadi, dan kesehatan. Kondisi tersubut dapat menyebabkan stress
disebut sebagai stressor. Setiap individu dapat mengalami stress, baik stress
jangka panjang maupun stress jangka pendek.
Stress yang dialami seseorang mengakibatkan munculnya konsep
tresor, yaitu stressor internal dan eksternal
a. Stressor internal. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri
individu yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres. Penyebab
stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya harga diri dan
konsep diri. Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung
bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu
kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah
untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-
kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya,

5
mengancam, dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian
tersebut secara efektif.
b. Stressor eksternal. Faktor-faktor luar yang dapat menyebabkan
individu mengalami stress. lingkungan merupakan salah satu
sumber stres pada individu. Sebagai contoh seorang mahasiswa
dihadapkan pada beban tuntutan dari lingkungan. Selain itu,
mahasiswa seringkali memiliki konflik permasalahan dengan
teman sebaya. Berbagai macam permasalahan pada akhirnya dapat
memicu timbulnya stres. mengemukakan bahwa perubahan dalam
lingkungan, seperti kelahiran anak, kematian pasangan, pernikahan
yang tidak bahagia, perceraian, hubungan interpersonal dengan
orang-orang yang ada di sekitar dapat menimbulkan stress.10

Penyebab-penyebab stress tentu tidak akan langsung membuat


sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam
menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang menjadi
penyebab juga dapat mempengaruhi stress.
a. Sifat stressor yaitu Pengetahuan individu tentang bagaimana cara
mengatasi dan dari mana sumber stressor tersebut serta besarnya
pengaruh stressor pada individu tersebut, membuat dampak stress
yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.
b. Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu
dalam waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap
menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya
marah pada hal-hal yang kecil.
c. Lama stressor yaitu maksudnya seberapa sering individu menerima
stressor yang sama. Semakin sering individu mengalami hal yang
sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah
tersebut.

6
d. Pengalaman masa lalu yaitu pengalaman individu yang terdahulu
mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.
e. Tingkat perkembangan artinya tiap individu memiliki tingkat
perkembangan yang berbeda.11

2.5. Gejala Stres


respon-respon yang dapat berguna sebagai indikator terjadinya stres
pada individu, dan mengukur tingkat stres yang dialami individu. Reaksi stres
terlihat dalam berbagai aspek, yaitu:
a. Reaksi psikologis stres : kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah
tersinggung, perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian),
sensitif dan hyperreactivity, memendam perasaan, penarikan diri depresi,
komunikasi yang tidak efektif, perasaan terkucil dan terasing, kebosanan
dan ketidakpuasan kerja, kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual,
dan kehilangan konsentrasi, kehilangan spontanitas dan kreativitas serta
menurunnya rasa percaya diri.
b. Reaksi fisiologis stres : meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan
kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular, meningkatnya sekresi
dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin), gangguan
gastrointestinal (misalnya gangguan lambung), meningkatnya frekuensi
dari luka fisik dan kecelakaan, kelelahan secara fisik dan kemungkinan
mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome),
gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada,
gangguan pada kulit, sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah,
ketegangan otot, gangguan tidur, rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk
risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.
c. Reaksi perilaku stress : menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari
pekerjaan, menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas,
meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan, perilaku
makan yang tidak normal (kebanyakan), mengarah ke obesitas, perilaku

7
makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan
kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi
dengan tanda-tanda depresi, meningkatnya kecenderungan berperilaku
beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi,
meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas, menurunnya
kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman serta
kecenderungan untuk melakukan bunuh.12

2.6 Manajemen stres


Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila
stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan
berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit.
Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling
berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
a. Meminta bantuan, kita tidak harus menghadapi segala sesuatu
sendiri. Berbicara dengan orang yang kita percaya dan mencari
pendengar yang baik. Kita dapat mendiskusikan apa yang masalah
yang membuat stres, atau mendapatkan manfaat dari percakapan
yang baik.
b. Bernafas dengan pelan dan panjang. Tindakan sederhana ini dapat
menurunkan tingkat kecemasan Anda.
c. Makanan menu sehat dan gizi seimbang. Tubuh membutuhkan gizi
(energi) yang baik untuk mengatasi stres.
d. Tidur cukup. Ini membantu untuk beristirahat dengan baik dan
membuat tubuh dan pikiran segar kembali saat bangun.
e. Luangkan waktu untuk bersantai. Luangkan waktu istirahat saat
mengerjakan pekerjaan atau pelajaran yang sulit, lakukan sesuatu
yang dapat dinikmati, misal berjalan-jalan di luar, mendengarkan
musik, berlatih yoga, dan bermain dengan hewan peliharaan.

8
f. Olahraga secara teratur; minimal 15 menit sehari, hal Ini
menghasilkan zat kimiawi dalam tubuh yang disebut 'endorfin'
yang membuat kita merasa lebih rileks.
g. Kerjakan tugas sekolah atau pekerjaan rumah secara teratur dan
jangan ditunda sehingga tidak menumpuk.
h. Kenali kemampuan diri kita untuk mengerjakan pekerjaan sekolah,
misal membatasi kegiatan ekstrakurikuler.
.

9
BAB 3
KESIMPULAN

Stress adalah suatu keadaan ketika beban yang dirasakan seseorang


tidak sebanding dengan kemampuan mengatasi beban itu. Stress bersifat
individual dan dapat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya
tahan mental individu dengan beban yang dirasakan. stres bisa berdampak
positif (eustress) atau negative (distress). Stres bisa berdampak positif ketika
tekanan itu tidak melebihi toleransi stresnya atau tidak melebihi kemampuan
dan kapasitas dirinya. Dampak negatif dari stres bisa berupa sulit
memusatkan perhatian (konsentrasi) menurunnya minat terhadap hal-hal
yang biasa ia kerjakan, menurunnya motivasi bahkan memengaruhi perilaku
menjadi kurang adaptif.
Distress adalah yaitu tidak sehat, negatif, dan merusak. Hal tersebut
termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi seperti tingkat
ketidakhadiran yang tinggi, sulit berkonsentrasi, sulit menerima hasil yang
didapat.
Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila
stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan
berdampak buruk. Dimana dilakukan pencegah dan mengatasi stres agar
tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara
meminta bantuan, bernapas dengan pelan, istirahat cukup, olahraga.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Suryaningsih f, Karini S M. Hubungan antara self –Dis losure dengan stress pada
remaja siswa SMP Negeri 8 Surakarta. Jurnal pskikologi. Surakarta. Hal 300,2008
2. Walker,J. Teens in distress series adolescent stress and depression. 2002
http://www.extension.umn.edu/distribution/youthdevelopment/DA3083.html

3. Slamet S. Markam S. pengantar psikologi klinis. Jakarta:ui press.hal 301. 2003


4. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, DepartemenKesehatan Republik
Indonesia. 2008
5. Kementerian Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, KementerianKesehatan Republik
Indonesia. 2013.
6. Abdulghani, H. M. Stress and depression among medical students: A cross sectional
study at a medical college in Saudi Arabia. Pakistan Journal Medical Science,
24(1).2008
7. Mirowsky J, Ross E. social cause of psychological distress. United states:walter de
gruyer,inc 2003
8. Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York:
Springer Publishing Company
9. Fadillah, A. E. R. (2013). Stres dan motivasi belajar pada mahasiswa psikologi
Universitas Mulawarman yang sedang menyusun skripsi. Ejournal Psikologi
Universitas Mulawarman, 1(3).
10. Septiani, E. (2013). Hubungan antara tingkat stres dengan gaya humor pada
mahasiswa (Skripsi). UIN SGD Bandung.
11. Musradinur. Stress dan cara mengatasinya dalam perspektif psikologis. Jurnal
edukasi Vol 2. No 2. 2016
12. Safarindo (2005). Sumber Stres.dikutip dari http://www.Safarindo.com/ diakses
pada tanggal 10 November 2014
13. Kementrian kesehatan republic Indonesia. Tips mengatasi stress pada remaja.
14. Stallman, H. M. Psychological distress in university students: Acomparison with
general population data. Australian Psychologist, 45(4).2010
15. Palmer, L. (2013). The relationship between stress, fatigue, and cognitive
functioning. College Student Journal, 47(2), 312-325

11

Anda mungkin juga menyukai