PENDAHULUAN
a) Latar Belakang
Teori kolkaba adalah teori yang membahas tentang kenyamanan, menurutnya ada 3
jenis kenyamanan yaitu: relief,ease dan trascendence. Sedangkan konteks kenyamanan
menurut kolkaba ada 4 yaitu: kebutuhan rasa nyaman fisik, kebutuhan akan
prikospiritual,kebutuhan rasa nyaman sosiokultural dan kebutuhan rasa nyaman
lingkungan.
Pelayanan keperawatan dilakukan berdasarkan kaidah ilmu keperawatan serta
model konsep teori keperawatan yang merupakan pedoman dalam pemberian asuhan
keperawatan. Model konseptual merupakan landasan untuk mengembangkan sebuah teori
dan nilai moral bagi perawat. Ada empat konsep yang secara umum menjadi titik sentral
yang dipertimbangkan dalam mengembangkan model konseptual disiplin keperawatan,
yaitu manusia, lingkungan, keperawatan dan kesehatan. Pada penerapannya, penekanan
dari setiap model keperawatan sangatlah bervariasi menyesuaikan dengan setiap konsep
yang ingin dikembangkan. Namun setiap teori yang dikembangkan akan selalu
menjelaskan hubungan antara konsep-konsep sentral tersebut.
Salah satu contoh model konseptual yang akan dibahas disini yaitu model teori
kenyamanan (Comfort) yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.Dalam perspektif
pandangan Kolcaba ini, Holistic comfort didefinisikan sebagai suatu pengalaman
yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan pengurangan
(relief), (ease), and (transcendence) yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman
yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan (Ruddy, 2007).
b) Tujuan
1. Tujuan Umum
Mempelajari konsep teoritis dan kerangka skematik dari dari penerapan
teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi berbagai sumber teori yang mendasari setiap komponen
dari teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
b. Mengidentifikasi makna teori yang mendasari setiap
komponen dari teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
c. Menjelaskan Kerangka teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
d. Mengidentifikasi penerimaan teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine
Kolcaba dari sudut teori, praktik dan penelitian
e. Mengidentifikasi hubungan teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine
Kolcaba dengan paradigma keperawatan
f. Menjelaskan aplikasi teori Comfort yang dikembangkan oleh Katharine Kolcaba
dalam studi kasus dan pembahsan
BAB III
PEMBAHASAN
A. TEORI KOLKABA
Teori kolkaba adalah teori yang membahas tentang kenyamanan, menurutnya ada 3
jenis kenyamanan yaitu: relief,ease dan trascendence. Sedangkan konteks kenyamanan
menurut kolkaba ada 4 yaitu: kebutuhan rasa nyaman fisik, kebutuhan akan
prikospiritual,kebutuhan rasa nyaman sosiokultural dan kebutuhan rasa nyaman
lingkungan.
B. ASUMSI-ASUMSI KOLKABA
Kolkaba menjelaskan kenyamanan adalah suatu yang menguatkan,dan dari
ergonimis berkaitan langsung dengan penampilan dalam bekerja. Namun,arti ini tidak
secara implisit, ada korteks lainnya dan masih bersifat ambigu, konsep tersebut dapat
diartikan sebagai kata kerja, kata benda,kata sifat,kata keterangan, proses dan hasil
(alligood,2017)
Terdapat beberapa asumsi yang mendasari teori kolkaba yaitu (aliigood,2017) :
1. Setiap individu menunjukan respons holistik terhadap stimulis kompleks yang
diterima.
2. Kenyamanan adalah hasil holistik yang ingin dicapai ileh setiap individu dan erat
kaitannya dengan disiplin keperawatan.
3. Kenyamanan adalah kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan dan harus dipenihi
oleh setiap individu. Hal ini merupakan usaha aktif.
4. Pencapaian kenyamanan seorang individu memberikan kekuatan bagi pasien dalam
membentuk setiap kesadaran terkait kesehatan dirinya.
5. Pasien yang menunjukan kesadarannya terkait kesehatan dirinya yang tinggi
cenderung memiliki kepuasan tersendiri dengan asuhan yang diperoleh.
6. Integritas institusi oleh orientasi sistem nilai penerima asuhan. Sama pentingnya
orientasi terhadap promosi kesehatan, asuhan holistik dalam konteks keluarga dan
pemberian asuhan.
C. TINGKAT KENYAMANAN
Kolkaba menggunanya idenya dari 3 teori keperawatan sebelumnya untuk
mensintesis atau mengidentifikasi jenis kenyamanan menurut analisa konsep. Ada 3
tingkat kenyamanan menurut kolkaba yaitu :
1. Relief (kelegaan)
Merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitian orlando, yang mengemukakan
bahwa perawat meringankan kebutuhan yang diperlukan oleh pasien. Disini pasien
memerlukan kebutuhan kenyamanan yang spesifik.
2. Ease (ketentraman)
Terbebas dari rasa ketidaknyamanan atau meningkatkan rasa nyaman.
Merupakan arti kenyamanan dari hasil penelitianhhenderson, yang mendeskripsikan
ada 14 fungsi dasar manusia yang harus dipertahankan selama pemberian asuhan.
3. Transcendence
Yaitu mampu mentoleransi atau dapat beradaptasi rasa
nyaman,ketidaknyamanan. Ini dijabarkan dan hasil penelitian paterson dan
zderat,yang menjelaskan bahwa perawat membantu pasien dalam mengatasi
kesulitannya.
D. KONTEKS KENYAMANAN
Menurut kolkaba ada 4 konteks kenyamanan yaitu (yuminah,2014) :
1. Kebutuhan rasa nyaman fisik (physical comfort)
Adalah kebutuhan karena penurunan mechanisme fisiologis yang terganggu atau
beresiko karena suatu penyakit atau prosedur invasive yang berkenaan dengan sensasi
tubuh.
2. Kebutuhan akan psikospritual (psychospiritual comfort)
Adalah kebutuhan terhadap kepercayaan diri,kepercyaan dan motivasi yang bertujuan
agar pasien atau keluarga dapat bangkit atau meninggal dengan damai
3. Kebutuhan rasa nyaman ssiokultural (sosiocultural comfort)
Adalah kebutuhan penentraman hati,dukungan,bahasa tubuh yang positif dan
perawatan yang dilihat dari segi budaya. Kebutuhan ini dipenuhi melalu coaching
atau pemberian pendidikan kesehatan (informasi),promosi,pelatihan,mendapat
informasi perkembangan yang berhubungan dengan prosedur pulang dari rumah sakit
dan rehabilitasi.
4. Kebutuhan rasa nyaman lingkungan (environmental comfort)
Kebutuhan ini meliputi kerapian lingkungan, lingkungan yang sepi, perabotan yang
nyaman, bau lingkungan minimum dan keamanan lingkungan. Tindakan yang dapat
dilakukan perawat meliputi mengurangi kebisingan, memberikan penerangan yang
cukup dan mengurangi gangguan pada saat tidur.
E. PARADIGMA KEPERAWATAN
Definisi paradigma keperawatan menurut kolkaba adalah :
1. Manusia
Penerima asuhan mungkin dapat berupa individu, keluarga, institusi, atau
komunitas yang membutuhkan asuhan keperawatan. Perawat dapat berberan sebagai
penerima intervensi terkait kenyamanan dilingkungan tempat bekerja ketika adanya
insiatif untuk meningkatkan kondisi kerja dibawah tekanan.
2. Lingkungan
Yang dimaksud disini adalah aspek aspek pasien,keluarga atau institusi yang
dapat dimanipulasi oleh perawat, orang yang dicintai, atau institusi untuk
menungkatkan kenyamanan.
3. Kesehatan
Yang dimaksud disini adalah status optimal seorang pasien,keluarga,pemberi
asuhan kesehatan atau kimunitas dalam korteks individu atau kelompok.
4. Keperawatan
Yang dimaksud disini adalah salah satu pengkajian kebutuhan kenyamanan yang
intensif,intervensi yang diberikan untuk memnuhi kebutuhan kenyamanan dan
evaluasi tingkat kenyamanan setelah implementasi diberikan kemudian dengan tujuan
hasil yang diinginkan.
F. Pernyataan teoritis
1. Perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien,
desain kenyamanan digunakan untuk mengukur kebutuhan, dan untuk mencari
peningkatkan kenyamanan pasien mereka, di mana hasil tersebut diinginkan dengan
segera.
2. Peningkatan kenyamanan langsung dan secara positif dihubungkan dengan
penerapan di dalam HSBs, seperti hasil yang diinginkan sebelumnya.
3. Kapan seseorang mempunyai pendukung yang sesuai untuk dilibatkan secara penuh
di dalam HSBs, seperti pemulihan dan/atau program penyembuhan atau cara hidup,
integritas institusi juga sangat mendukung.
G. Format Logis
Kolcaba mengembangkan Teori Kenyamanan melalui tiga jenis pemikiran logis antara
lain :
1. Induksi
Induksi terjadi ketika penyamarataan dibangun dari suatu kejadian yang
diamati secara spesifik. Di mana perawat dengan sungguh-sungguh melakukan
praktek dan dengan sungguh-sungguh menerapkan keperawatan sebagai disiplin,
sehingga mereka menjadi terbiasa dengan konsep Implisit atau eksplisit,
terminologi, dalil, dan asumsi pendukung praktek mereka. Ketika perawat lulus
sekolah, mereka mungkin diminta untuk menjelaskan diagram prakteknya, yang
mana tugas tersebut sangatlah mudah.
2. Deduksi
Deduksi adalah suatu format dari pemikiran logis di mana kesimpulan
spesifik berasal dari prinsip atau pendapat yang lebih umum; prosesnya dari yang
umum ke yang spesifik. Langkah mengurangi pengembangan teori mengakibatkan
teori kenyamanan dapat dihubungkan dengan konsep lain untuk menghasilkan
suatu teori. Kerja dari tiga ahli teori keperawatan diperlukan untuk mendefinisikan
kenyamanan. Oleh karena itu Kolcaba lebih dulu melihat di tempat lain untuk
bekerja secara bersama untuk menyatukan kebutuhan seperti keringanan,
ketentraman dan hal yang penting. Apa yang dibutuhkan, dia merealisir suatu
yang abstrak dan kerangka konseptual umum yang sama dengan kenyamanan dan
berisi dalam jumlah banyak yang bersifat abstrak.
3. Retroduksi
Retroduksi adalah suatu format pemikiran untuk memulai ide. Bermanfaat
untuk memilih suatu fenomena yang dapat dikembangkan lebih lanjut dan diuji.
Pemikiran jenis ini diterapkan di (dalam) bidang di mana tersedia sedikit teori.
Seperti pada kasus hasil riset, di mana saat ini memusat pada pengumpulan
database besar untuk mengukur hasil dan berhubungan pada pengeluaran untuk
jenis keperawatan, medis, institusi, atau protokol masyarakat. Penambahan suatu
kerangka teori keperawatan untuk riset hasil akan meningkatkan area penelitian
keperawatan karena praktek dasar teori memungkinkan perawat untuk mendisain
intervensi yang sama dan selaras dengan hasil yang diinginkan.
H. Konsep Mayor dan Definisi
Teori Comfort dari Kolcaba ini menekankan pada beberapa konsep utama beserta
definisinya, antara lain :
1. Health Care Needs
Kolcaba mendefinisikan kebutuhan pelayanan kesehatan sebagai suatu
kebutuhan akan kenyamanan, yang dihasilkan dari situasi pelayanan kesehatan
yang stressful, yang tidak dapat dipenuhi oleh penerima support system
tradisional. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan
lingkungan, yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun
non verbal, serta kebutuhan yang berhubungan dengan parameter patofisiologis,
membutuhkan edukasi dan dukungan serta kebutuhan akan konseling financial
dan intervensi.
2. Comfort
Comfort merupakan sebuah konsep yang mempunyai hubungan yang
kuat dalam keperawatan. Comfort diartikan sebagai suatu keadaan yang dialami
oleh penerima yang dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman
yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan
keringanan (relief), ketenangan (ease), and (transcedence) yang dapat terpenuhi
dalam empat kontex pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial
dan lingkungan.
Beberapa tipe Comfort didefinisikan sebagai berikut:
a. Relief, suatu keadaan dimana seorang penerima (recipient) memiliki
pemenuhan kebutuhan yang spesifik
b. Ease, suatu keadaan yang tenang dan kesenangan
c. Transedence, suatu keadaan dimana seorang individu mencapai diatas
masalahnya.
Kolcaba, (2003) kemudian menderivasi konteks diatas menjadi beberapa hal
berikut :
a. Fisik, berkenaan dengan sensasi tubuh
b. Psikospiritual, berkenaan dengan kesadaran internal diri, yang meliputi
harga diri, konsep diri, sexualitas, makna kehidupan hingga hubungan
terhadap kebutuhan lebih tinggi.
c. Lingkungan, berkenaan dengan lingkungan, kondisi, pengaruh dari luar.
d. Sosial, berkenaan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan hubungan
sosial
3. Comfort Measures
Tindakan kenyamanan diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan
yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan
oleh penerima jasa, seperti fisiologis, sosial, financial, psikologis, spiritual,
lingkungan, dan intervensi fisik.
4. Enhanced Comfort
Sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan
keperawatan, mengacu pada teori comfort ini.
5. Intervening variables
Didefinisikan sebagai kekuatan yang berinteraksi sehingga
mempengaruhi persepsi resipien dari comfort secara keseluruhan. Variable ini
meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support system,
prognosis, financial, dan keseluruhan elemen dalam pengalaman si resipien.
6. Health Seeking Behavior (HSBs)
Merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang
berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh resipien saat
konsultasi dengan perawat. HSBs ini dapat berasal dari eksternal (aktivitas yang
terkait dengan kesehatan), internal (penyembuhan, fungsi imun,dll.)
7. Institusional integrity
Didefinisikan sebagai nilai nilai, stabilitas financial, dan keseluruhan
dari organisasi pelayanan kesehatan pada area local, regional, dan nasional. Pada
sistem rumah sakit, definisi institusi diartikan sebagai pelayanan kesehatan umum,
agensi home care, dll.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filosofi keperawatan anak antara lain perawat berfokus pada keluarga (family
centered care), atraumatic care dan manajemen kasus (Hockenberry & Wilson,
2009).
a. Asuhan berpusat pada keluarga (family centered care) Filosofi asuhan
berpusat pada keluarga menunjukkan keluarga bersifat konstan dalam hidup
anak. Keluarga didukung dalam peran pemberian perawatan yang alami dan
peran pembuatan keputusan dengan membangun kekuatan unik mereka
sebagai individu dan keluarga. Memberikan pelayanan berpusat pada
keluarga berarti perawat menggabungkan pengetahuan dan keyakinan
keluarga untuk secara konstan peduli terhadap kehidupan anak, melibatkan
keluarga dalam proses perawartana anak sehingga anak anak menerima
pelayanan yang berkualitas (Harrison, 2010). Filosofi family centered care
adalah filosofi petugas kesehatan yang bekerja sama diantara keluarga,
perawat, dan tim kesehatan yang lain dimana kebutuhan keluarga
diprioritaskan untuk mencari pelayanan kesehatan yang baik untuk anaknya
(Ball, Blinder, Cowen, 2012). Dua konsep dasar dalam asuhan berpusat
keluarga adalah memampukan dan memberdayakan (Hockenberry & Wilson,
2009). Professional memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan
dan cara bagi semua anggota keluarga untuk menunjukkan kemampuan dalam
memenuhi kebutuhan anak dan keluarga. Pemberdayaan menggambarkan
interaksi profesional dengan keluarga sehingga keluarga mempertahankan
kontrol atas kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan yang positif.
b. Asuhan atraumatik (atraumatic care) Asuhan atraumatik adalah penyediaan
asuhan teraputik dalam lingkugan, oleh personal , dan melalui penggunaan
intervensi yang menghapuskan atau memperkecil distress psikologis dan fisik
yang diderita oleh anak-anak dan kelaurga mereka dalam sistem pelayanan
kesehatan (Hockenberry & Wilson, 2009).
c. Penatalaksanaan kasus Manajemen kasus adalah proses mengkoordinasikan
pelayanan petugas kesehatan dengan cara berfokus pada kualitas dan
outcome. Dalam praktiknya diperlukan kolaborasi dengan petugas kesehatan
yang lain yang mempromosikan pelayanan secara berkelanjutan dengan
memfasilitasi kebutuhan pasien dengan ketersediaan sumber. Perawat case
manajer membantu anak dan keluarga memiliki outcome pelayanan yang
terbaik (Ball, Blinder, & Cowen, 2012).
E. Aspek Negatif
Beberapa kelemahan dari penerapan teori comfort adalah bahwa teori ini
melibatkan semua aspek (holistik) yang meliputi fisik, psikospiritual, lingkungan,
dan sosial kultural. Akan tetapi, untuk menilai semua aspek tersebut dibutuhkan
kerjasama secara multidisplin profesi sehingga membutuhkan komitmen tinggi dari
berbagai profesi dan ketrampilan kemampuan perawat. Hal ini menyebabkan masing-
masing profesi hanya memberikan intervensi sesuai kompetensinya sehingga
pelayanan cenderung terfragmantasi dan tidak komprehensif, dan malah sering
terjadi tumpah tindih.
Teori kenyamanan Kolcaba bisa digunakan sebagai guideline untuk
meningkatkan kenyamanan baik dari segi perawat maupun pasien dan lingkungan
praktik keperawatan (Kolcaba, Tilton, & Drouin, 2006). Namun, kenyataannya
intervensi kenyamanan untuk kecukupan staff sulit untuk diterapkan. Institusi
pelayanan mungkin memiliki keinginan untuk menciptakan lingkungan yang nyaman
sesuai teori Comfort. Akan tetapi, rumah sakit memiliki target perhitungan budget
untuk operasional organisasi. Sehingga kenyamanan yang diciptakan diperoleh dari
modifikasi dari fasilitas yang sudah ada.
Kenyamanan dan ketidaknyamanan lebih banyak diperoleh dari data subjektif
(autoanamnesis), yang mengutamakan kemampuan komunikasi, sedangkan pada bayi
sulit memperoleh data tersebut karena keterbatasan dalam mengungkapkan ekspresi
ketidaknyamanan secara verbal, sehingga data lebih banyak didapatkan dari orang
lain (aloanamnesis), yaitu perawat yang bertugas di ruangan. Data dari keluarga juga
hanya sedikit yang dibutuhkan, karena di ruang neonates risiko tinggi terdapat aturan
pembatasan kunjungan dan orang tua atau keluarga tidak berada 24 jam di sisi klien.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kenyamanan adalah tujuan sentral dari keperawatan karena melalui rasa
nyaman tahap recovery klien akan tercapai. Teori Kolcaba menjelaskan tentang
seorang individu dapat merasakan kondisi nyaman dan tidak nyaman, yang
dipengaruhi oleh aspek yang bersifat holistik, meliputi fisik, psikospiritual,
sosiokultural, dan lingkungan. Ketidaknyamanan yang dirasakan dapat
mempengaruhi status kesehatan seseorang, Oleh karena itu, perawat sebagai pemberi
pelayanan kesehatan perlu memahami dan mengaplikasikan model konseptual teori
kenyamanan untuk meningkatkan status kesehatan klien. Dalam konteks perawatan
neonatus dengan resiko tinggi diperlukan stabilitas dan kenyamanan dari seluruh
aspek guna menunjang asuhan perkembangan bayi secara optimal.
B. Saran
Dalam praktik keperawatan hendaknya level kenyaman klien terus dievaluasi
sehingga kesembuhan klien lebih cepat tercapai. b. Bagi perawat anak hendaknya
dalam memberikan asuhan keperawatan anak menggunakan evidence based practice
terbaru yang menunjang pelayanan atraumatic care dan family center care. c. Dalam
clinical neonates setting, perawat hendaknya lebih peka terhadap situasi dan kondisi
klien sehingga mampu menerapkan teori mana yang cocok yang menunjang dalam
pemberian asuhan keperawatan holistik.